Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

17
LAPORAN PENDAHULUAN KEGIATAN HOME VISIT PERTEMUAN KE-3 1. Latar Belakang Lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan atau kejadian yang pasti akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapupun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia meningkat dinegara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi dinegara maju. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Jumlah lansia di Indonesia berjumlah 19,3 juta (8,37 persen dari total keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas Lansia 2010). Peningkatan jumlah penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan hidup sebagai dampak dari peningkatan kualitas kesehatan. UHH (Usia Harapan Hidup) indonesia pada tahun 2007 UHH 70,5 tahun, dan pada tahun 2008 menjadi 70,7 tahun, target untuk UHH pada tahun 2014 adalah 72 tahun (Kementerian Kooridinator Bidang Kesejahteraan Rakyat 2010). Masalah kesehatan lansia sangat bervariasi, selain erat kaitannya dengan degenaratif (menua) juga secara progresif. Menurut Darmojo (2006) Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak

description

home visit gerontik

Transcript of Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

Page 1: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

LAPORAN PENDAHULUAN KEGIATAN HOME VISIT

PERTEMUAN KE-3

1. Latar BelakangLanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan atau

kejadian yang pasti akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan

terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapupun, namun manusia dapat berupaya untuk

menghambat kejadiannya. Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia meningkat

dinegara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi dinegara maju.

Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan

yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia).

Jumlah lansia di Indonesia berjumlah 19,3 juta (8,37 persen dari total keseluruhan

penduduk Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas Lansia 2010). Peningkatan jumlah

penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan hidup sebagai dampak dari

peningkatan kualitas kesehatan. UHH (Usia Harapan Hidup) indonesia pada tahun 2007

UHH 70,5 tahun, dan pada tahun 2008 menjadi 70,7 tahun, target untuk UHH pada

tahun 2014 adalah 72 tahun (Kementerian Kooridinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

2010).

Masalah kesehatan lansia sangat bervariasi, selain erat kaitannya dengan

degenaratif (menua) juga secara progresif. Menurut Darmojo (2006) Menua adalah

suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,

Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi

dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolic dan struktural yang disebut

sebagai “penyakit degeneratif” (seperti hipertensi, aterosklorosis, diabetes meletus dan

kanker) yang akan menyebabkan manusia menghadapi akhir hidup dengan episode

terminal yang dramatic seperti stroke, infark miokard, koma asidotik, metasis kanker dan

sebagainya).

Menurut Bustan (2006), Penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelomok

lansia adalah: gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai stroke), gangguan

metabolik (Diabetes Meletus), gangguan Persendian (arthritis, encok dan terjatuh) dan

gangguan psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak efektif lagi).

Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang

dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit

terbanyak yang diderita Lansia adalah penyakit sendi (52,3%), dan hipertensi (38,8%),

Page 2: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

anemia (30,7%) dan katarak (23%). Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab

utama disabilitas pada lansia (komnas lansia 2010). Angka kejadian gangguan

hipertensi menunjukkan suatu angka yang tinggi menjadi suatu pertanyaan yang

berujung pada “gaya hidup” lansia itu sendiri (Darmojo 2006).

Pada study penelitian usia lanjut tentang gaya hidup lansia dapat mempengaruhi

kesehatan terutama lansia dengan Hipertensi. Faktor gaya hidup seperti kurang

beraktivitas karena telah lanjut usia dan tidak bekerja lagi, kebiasaan merokok terutama

lansia laki-laki, kebiasaan minum kopi, pengaturan diet yang tidak sesuai, manejemen

terapi obat yang kurang efektif dan stress, merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi

yang tidak terkontrol pada lansia (Erda Fitriani, 2005).

Pola-pola prilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi atau

lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap

(fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola prilaku individu, akan memberi

dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain.

Studi pravelensi menunjukkan tingginya insidensi dari faktor resiko untuk

penyakit kardiovaskuler diantara lansia. Peningkatan kerangka penelitian mendukung

keefektifan suatu pendekatan yang agresif untuk mengurangi faktor resiko sebagai

suatu mekanisme untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang dikaitkan dengan

penyakit kardiovaskuler dengan kelompok usia ini. Seperti gaya hidup untuk kebiasaan

merokok, aktifitas fisik, pola makan, dan pola istirahat pada lansia itu sendiri (Darmojo,

2006).

Sehingga perlu diberikan pengetahuan yang lebih kepada lansia dengan

hipertensi untuk menjaga kualitas kesehatan para lansia di RW 04 kelurahan Sukoharjo

Kecamatan Klojen.

2. Rencana Keperawatana. Diagnosa Keperawatan : Kesiapan meningkatkan pemeliharaan kesehatanb. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x

pertemuan, klien dan keluarga siap untuk meningkatkan pemeliharaan kesehatan.c. Kriteria Hasil :

3. Rencana Kegiatan

a. TopikHipertensi pada lansia

b. MetodeCeramah dan Tanya Jawab

c. Media

Page 3: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

Leafletd. Materi

(Terlampir)e. Waktu dan Tempat

Waktu : 09.00 WIB Tanggal : 18 Juni 2015Tempat : Rumah Tn. Mudhori

f. Pengorganisasian

No. Waktu Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta

1 5 menit 1. Pembuka

a. Penyaji mengucapkan

salam

b. Penyaji memperkenalkan

diri

c. Menanyakan perasaan

peserta saat ini

d. Menjelaskan tujuan dan

topic dari kegiatan

e. Membuat kontrak waktu

kegiatan

2. Materi Penyuluhan

a. Menjelaskan pengertian

hipertensi

b. Menyebutkan penyebab

hipertensi

c. Menyebutkan tanda dan

gejala hipertensi

d. Menjelaskan pengobatan

hipertensi

e. Menyebutkan makanan

yang dianjurkan dan

dihindari pada penderita

hipertensi

3. Penutup

a. Melakukan evaluasi

- Menjawab salam

- Mendengarkan

- Menjawab penyaji

- Mendengarkan dan

memperhatikan

- Mendengarkan dan

memperhatikan

- Bertanya

Page 4: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

dengan memberikan

kesempatan pada peserta

untuk bertanya

b. Menyimpulkan materi

c. Mengucap salam penutup

- Memperhatikan

4. Kriteria Evaluasi Evaluasi Struktur

1. Pendidik kesehatan menyiapkan satuan acara penyuluhan

2. Pendidik kesehatan menyiapkan materi dan media untuk penyuluhan

3. Pendidik kesehatan melakukan kontrak waktu dengan sasaran

4. Pendidik kesehatan menyiapkan pertanyaan untuk mengetahui apakah klien dan

keluarga dapat memahami apa yang telah disampaikan

Evaluasi Proses

1. Pada saat berlangsungnya penyuluhan, sasaran memperhatikan dengan cermat

2. Jika sasaran ada yang tidak mengerti, sasaran aktif bertanya

3. Sasaran mampu menjawab pertanyaan dari pendidik kesehatan dan mampu

mengulang kembali informasi yang telah disampaikan.

Evaluasi Hasil

1. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab

≥ 80% pertanyaan yang diberikan dan mampu menerapkan apa yang telah

disampaikan dengan benar

2. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil apabila sasaran mampu menjawab 50-

80% pertanyaan yang diberikan dan mampu menerapkan apa yang telah

disampaikan dengan benar namun tidak berurutan

3. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil apabila sasaran hanya mampu

menjawab < 50% pertanyaan yang diberikan dan tidak mampu menerapkan

apa yang telah disampaikan

Lampiran Materi Penyuluhan

1. HIPERTENSI

A. Definisi Hipertensi

Page 5: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut

usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90

mmHg (Price,2005).

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus

sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi

merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Ridwan,

2009)).

B. Tanda dan Gejala Hipertensi

Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah

mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang

disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,Penglihatan kabur

akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena

kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka

merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan

lain-lain (Wiryowidagdo,2002).

C. Faktor-faktor Resiko Hipertensi

Faktor resiko hipertensi meliputi :

- Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur

maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi(Julianti, 2005).

- Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada

masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada

wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami

menopause.

- Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi.

(Ratna, 2011).

- Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi

hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita

Page 6: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25%

terkena hipertensi ( Astawan,2002 )

- Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi

hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal

(Basha, 2004).

- Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok

dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana darah karena

nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu

dadarah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal

pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hal ini akan menagakibatkan

tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang

cukup kedalam orga dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 ).

- Aktivitas sangat mempengaruhiterjadinya hipertensi.Makin keras dan sering otot jantung

memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri ( Amir, 2002 ).

- Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana

hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis

peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).

(Dunitz, 2001).

D. Penatalaksanaan Hipertensi

Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan

memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita

hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk

mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain

berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet.

Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat (Amir,

2002).

E. Diet untuk Pasien Hipertensi

1. Diet Rendah Garam

Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta

hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan

untuk mencegah edema dan penyakit jantung ( lemah jantung ).( Gunawan, 2001).

Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder,

MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium benzoat (Biasanya

terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ), makanan yang dibuat dari mentega serta

Page 7: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

obat yang mengandung natrium ( obat sakit kepala ). Bagi penderita hipertensi,

biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. (Hayens,

2003).

2. Diet Rendah Kolesterol dan Lemak

Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak

yaitu: kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan

sehari – hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika

dikonsumsi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol

dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung

kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap makanan

( Amir, 2002 ).

3. Diet Tinggi Serat

Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis

yaitu serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah

– buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu :

kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah

penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun

asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai

jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi ( Mayo, 2005

).

4. Diet Rendah Kalori

Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat

badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan

orang yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu

diperhatikan hal – hal berikut :

a. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk

penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.

b. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

c. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.

Page 8: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit
Page 9: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

Makanan yang Dianjurkan dan Dihindari pada Penderita Hipertensi

No Golongan Bahan

Makanan

Makanan yang

Dianjurkan

Makanan yang

harus Dihindari

1 Sumber Karbohidrat Beras, bulgur,

kentang, singkong,

terigu, tapioka,

hunkwe, gula,

makanan yang

diolah dari bahan

makanan tersebut di

atas tanpa garam

dapur dan soda

seperti: makaroni,

mi, bihun, roti,

biskuit, kue-kue

Roti, biskuit, dan

kue-kue yang

dimasak dengan

garam dapur dan

atau soda.

Page 10: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

kering, dan

sebagainya.

2 Sumber Protein

Hewani

Daging dan ikan

maksimum 100 gr

sehari; telur

maksimum 1 btr

sehari; susu

maksimum 200 gr

sehari

tak, ginjal, lidah,

sardin, keju, daging,

ikan dan telur yang

diawet dengan

garam dapur

seperti: daging

asap, ham, bacon,

dendeng, abon, ikan

asin, ikan kaleng,

kornet, ebi, udang

kering, telur asin,

telur pindang, dan

sebagainya.

3 Sumber Protein

Nabati

Semua kacang-

kacangan dan

hasilnya yang diolah

dan dimasak tanpa

garam.

Keju, kacang tanah

dan semua kacang-

kacangan dan

hasilnya yang

dimasak dengan

garam dapur dan

lain ikatan natrium.

4 Sayuran Semua sayuran

segar, sayuran yang

diawet tanpa garam

dapur, natrium

benzoas dan soda

Sayuran yang

diawet dengan

garam dapur dan

lain ikatan natrium,

seperti: sayuran

dalam kaleng, sawi

asin, asinan, acar,

dsbnya

5 Buah-Buahan Semua buah-

buahan segar; buah-

buahan yang diawet

tanpa garam dapur,

Buah-buahan yang

diawet dengan

garam dapur dan

lain ikatan natrium.

Page 11: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

natrium benzoat dan

soda.

6 Lemak Minyak, margarin

tanpa garam,

mentega tanpa

garam.

Margarin dan

mentega biasa.

7 Bumbu-Bumbu Semua bumbu-

bumbu segar dan

kering yang tidak

mengandung garam

dapur dan lain

ikatan natrium.

Garam dapur,

baking powder,

soda kue, vetsin,

dan bumbu-bumbu

yang mengandung

garam dapur

seperti: kecap,

terasi, magi, tomato

kecap, petis, tauco.

8 Minuman Air putih Coklat, Kopi

Makanan yang dianjurkan: 

a. Beras, kentang, ubi, mie, maezena, hunkue, terigu, gula pasir.

b. Kacang-kacangan dan hasilnya seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah,

kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.

c. Minyak gorng, margarine tanpa garam.

d. Sayuran dan buah-buahan tawar.

e. Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos,

lombok, salam, sere, cukak.

Makanan yang tidak diperbolehkan

a. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang.

b. Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan, seperti :

Biskuit, bolu dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda

Dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang, sarden, udang kering, telur asin, telur

pindang.

Keju, selai kacang tanah.

Margarine, mentega.

c. Acar, asinan sayuran, sayur dalam kaleng.

Page 12: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

d. Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.

e. Kecap, terasi, petis, dan saos tomat.

F. Pencegahan Hipertensi

1.   Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah

kegemukan).

2.   Batasi pemakaian garam.

3.   Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan

hipertensi dalam keluarga.

4.   Tidak merokok.

5.   Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.

6.   Hindari minum kopi yang berlebihan.

7.   Batasi makanan.

8.   Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).

9.   Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.

Bagi yang sudah sakit

1. Berobat secara teratur.

2. Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa

petunjuk dokter.

3. Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit

lain karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi

Daftar Pustaka

Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. 2004. Penuntun Diet; Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

Price, silvya, 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Bare & Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2, Jakarta, EGC.

Dongoes, E. Marillyn, 2004. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Page 13: Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit

Indriyani Nur, W, 2009. Deteksi Dini Kolesterol, Hipertensi & Stroke, Edisi 1, Millestone.

Ratna Dewi P, 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakrta, Nuha Medika.

Ridwan,M 2009. Mengenal,Mencegah,Mengatasi Silent Killer Hipertensi, Semarang, Pustaka Widyamara.