Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit
-
Upload
eka-fitri-cahyani -
Category
Documents
-
view
62 -
download
5
description
Transcript of Laporan Pendahuluan Kegiatan Home Visit
LAPORAN PENDAHULUAN KEGIATAN HOME VISIT
PERTEMUAN KE-3
1. Latar BelakangLanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan atau
kejadian yang pasti akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan
terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapupun, namun manusia dapat berupaya untuk
menghambat kejadiannya. Pada dekade belakangan ini populasi lanjut usia meningkat
dinegara-negara sedang berkembang, yang awalnya hanya terjadi dinegara maju.
Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan
yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia).
Jumlah lansia di Indonesia berjumlah 19,3 juta (8,37 persen dari total keseluruhan
penduduk Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas Lansia 2010). Peningkatan jumlah
penduduk lansia ini disebabkan peningkatan angka harapan hidup sebagai dampak dari
peningkatan kualitas kesehatan. UHH (Usia Harapan Hidup) indonesia pada tahun 2007
UHH 70,5 tahun, dan pada tahun 2008 menjadi 70,7 tahun, target untuk UHH pada
tahun 2014 adalah 72 tahun (Kementerian Kooridinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
2010).
Masalah kesehatan lansia sangat bervariasi, selain erat kaitannya dengan
degenaratif (menua) juga secara progresif. Menurut Darmojo (2006) Menua adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,
Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi
dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolic dan struktural yang disebut
sebagai “penyakit degeneratif” (seperti hipertensi, aterosklorosis, diabetes meletus dan
kanker) yang akan menyebabkan manusia menghadapi akhir hidup dengan episode
terminal yang dramatic seperti stroke, infark miokard, koma asidotik, metasis kanker dan
sebagainya).
Menurut Bustan (2006), Penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelomok
lansia adalah: gangguan pembuluh darah (dari hipertensi sampai stroke), gangguan
metabolik (Diabetes Meletus), gangguan Persendian (arthritis, encok dan terjatuh) dan
gangguan psikososial (kurang penyesuaian diri dan merasa tidak efektif lagi).
Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang
dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit
terbanyak yang diderita Lansia adalah penyakit sendi (52,3%), dan hipertensi (38,8%),
anemia (30,7%) dan katarak (23%). Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab
utama disabilitas pada lansia (komnas lansia 2010). Angka kejadian gangguan
hipertensi menunjukkan suatu angka yang tinggi menjadi suatu pertanyaan yang
berujung pada “gaya hidup” lansia itu sendiri (Darmojo 2006).
Pada study penelitian usia lanjut tentang gaya hidup lansia dapat mempengaruhi
kesehatan terutama lansia dengan Hipertensi. Faktor gaya hidup seperti kurang
beraktivitas karena telah lanjut usia dan tidak bekerja lagi, kebiasaan merokok terutama
lansia laki-laki, kebiasaan minum kopi, pengaturan diet yang tidak sesuai, manejemen
terapi obat yang kurang efektif dan stress, merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi
yang tidak terkontrol pada lansia (Erda Fitriani, 2005).
Pola-pola prilaku (behavioral patterns) akan selalu berbeda dalam situasi atau
lingkungan sosial yang berbeda, dan senantiasa berubah, tidak ada yang menetap
(fixed). Gaya hidup individu, yang dicirikan dengan pola prilaku individu, akan memberi
dampak pada kesehatan individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain.
Studi pravelensi menunjukkan tingginya insidensi dari faktor resiko untuk
penyakit kardiovaskuler diantara lansia. Peningkatan kerangka penelitian mendukung
keefektifan suatu pendekatan yang agresif untuk mengurangi faktor resiko sebagai
suatu mekanisme untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang dikaitkan dengan
penyakit kardiovaskuler dengan kelompok usia ini. Seperti gaya hidup untuk kebiasaan
merokok, aktifitas fisik, pola makan, dan pola istirahat pada lansia itu sendiri (Darmojo,
2006).
Sehingga perlu diberikan pengetahuan yang lebih kepada lansia dengan
hipertensi untuk menjaga kualitas kesehatan para lansia di RW 04 kelurahan Sukoharjo
Kecamatan Klojen.
2. Rencana Keperawatana. Diagnosa Keperawatan : Kesiapan meningkatkan pemeliharaan kesehatanb. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x
pertemuan, klien dan keluarga siap untuk meningkatkan pemeliharaan kesehatan.c. Kriteria Hasil :
3. Rencana Kegiatan
a. TopikHipertensi pada lansia
b. MetodeCeramah dan Tanya Jawab
c. Media
Leafletd. Materi
(Terlampir)e. Waktu dan Tempat
Waktu : 09.00 WIB Tanggal : 18 Juni 2015Tempat : Rumah Tn. Mudhori
f. Pengorganisasian
No. Waktu Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta
1 5 menit 1. Pembuka
a. Penyaji mengucapkan
salam
b. Penyaji memperkenalkan
diri
c. Menanyakan perasaan
peserta saat ini
d. Menjelaskan tujuan dan
topic dari kegiatan
e. Membuat kontrak waktu
kegiatan
2. Materi Penyuluhan
a. Menjelaskan pengertian
hipertensi
b. Menyebutkan penyebab
hipertensi
c. Menyebutkan tanda dan
gejala hipertensi
d. Menjelaskan pengobatan
hipertensi
e. Menyebutkan makanan
yang dianjurkan dan
dihindari pada penderita
hipertensi
3. Penutup
a. Melakukan evaluasi
- Menjawab salam
- Mendengarkan
- Menjawab penyaji
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Bertanya
dengan memberikan
kesempatan pada peserta
untuk bertanya
b. Menyimpulkan materi
c. Mengucap salam penutup
- Memperhatikan
4. Kriteria Evaluasi Evaluasi Struktur
1. Pendidik kesehatan menyiapkan satuan acara penyuluhan
2. Pendidik kesehatan menyiapkan materi dan media untuk penyuluhan
3. Pendidik kesehatan melakukan kontrak waktu dengan sasaran
4. Pendidik kesehatan menyiapkan pertanyaan untuk mengetahui apakah klien dan
keluarga dapat memahami apa yang telah disampaikan
Evaluasi Proses
1. Pada saat berlangsungnya penyuluhan, sasaran memperhatikan dengan cermat
2. Jika sasaran ada yang tidak mengerti, sasaran aktif bertanya
3. Sasaran mampu menjawab pertanyaan dari pendidik kesehatan dan mampu
mengulang kembali informasi yang telah disampaikan.
Evaluasi Hasil
1. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab
≥ 80% pertanyaan yang diberikan dan mampu menerapkan apa yang telah
disampaikan dengan benar
2. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil apabila sasaran mampu menjawab 50-
80% pertanyaan yang diberikan dan mampu menerapkan apa yang telah
disampaikan dengan benar namun tidak berurutan
3. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil apabila sasaran hanya mampu
menjawab < 50% pertanyaan yang diberikan dan tidak mampu menerapkan
apa yang telah disampaikan
Lampiran Materi Penyuluhan
1. HIPERTENSI
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut
usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Price,2005).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus
sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi
merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Ridwan,
2009)).
B. Tanda dan Gejala Hipertensi
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,Penglihatan kabur
akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena
kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan
lain-lain (Wiryowidagdo,2002).
C. Faktor-faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko hipertensi meliputi :
- Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur
maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi(Julianti, 2005).
- Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada
masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada
wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami
menopause.
- Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi.
(Ratna, 2011).
- Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi
hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita
memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25%
terkena hipertensi ( Astawan,2002 )
- Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal
(Basha, 2004).
- Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok
dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana darah karena
nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu
dadarah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan member sinyal
pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hal ini akan menagakibatkan
tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang
cukup kedalam orga dan jaringan tubuh ( Astawan, 2002 ).
- Aktivitas sangat mempengaruhiterjadinya hipertensi.Makin keras dan sering otot jantung
memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri ( Amir, 2002 ).
- Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana
hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu).
(Dunitz, 2001).
D. Penatalaksanaan Hipertensi
Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan
memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang menderita
hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien hipertensi guna untuk
mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun cakupan pola hidup antara lain
berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet.
Dan yang mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat (Amir,
2002).
E. Diet untuk Pasien Hipertensi
1. Diet Rendah Garam
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta
hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan
untuk mencegah edema dan penyakit jantung ( lemah jantung ).( Gunawan, 2001).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder,
MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium benzoat (Biasanya
terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ), makanan yang dibuat dari mentega serta
obat yang mengandung natrium ( obat sakit kepala ). Bagi penderita hipertensi,
biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. (Hayens,
2003).
2. Diet Rendah Kolesterol dan Lemak
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak
yaitu: kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh memperoleh kolestrol dari makanan
sehari – hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika
dikonsumsi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol
dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 % dari setiap makanan
( Amir, 2002 ).
3. Diet Tinggi Serat
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis
yaitu serat kasar ( Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah
– buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu :
kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah
penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun
asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai
jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi ( Mayo, 2005
).
4. Diet Rendah Kalori
Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat
badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan
orang yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu
diperhatikan hal – hal berikut :
a. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk
penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
b. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
Makanan yang Dianjurkan dan Dihindari pada Penderita Hipertensi
No Golongan Bahan
Makanan
Makanan yang
Dianjurkan
Makanan yang
harus Dihindari
1 Sumber Karbohidrat Beras, bulgur,
kentang, singkong,
terigu, tapioka,
hunkwe, gula,
makanan yang
diolah dari bahan
makanan tersebut di
atas tanpa garam
dapur dan soda
seperti: makaroni,
mi, bihun, roti,
biskuit, kue-kue
Roti, biskuit, dan
kue-kue yang
dimasak dengan
garam dapur dan
atau soda.
kering, dan
sebagainya.
2 Sumber Protein
Hewani
Daging dan ikan
maksimum 100 gr
sehari; telur
maksimum 1 btr
sehari; susu
maksimum 200 gr
sehari
tak, ginjal, lidah,
sardin, keju, daging,
ikan dan telur yang
diawet dengan
garam dapur
seperti: daging
asap, ham, bacon,
dendeng, abon, ikan
asin, ikan kaleng,
kornet, ebi, udang
kering, telur asin,
telur pindang, dan
sebagainya.
3 Sumber Protein
Nabati
Semua kacang-
kacangan dan
hasilnya yang diolah
dan dimasak tanpa
garam.
Keju, kacang tanah
dan semua kacang-
kacangan dan
hasilnya yang
dimasak dengan
garam dapur dan
lain ikatan natrium.
4 Sayuran Semua sayuran
segar, sayuran yang
diawet tanpa garam
dapur, natrium
benzoas dan soda
Sayuran yang
diawet dengan
garam dapur dan
lain ikatan natrium,
seperti: sayuran
dalam kaleng, sawi
asin, asinan, acar,
dsbnya
5 Buah-Buahan Semua buah-
buahan segar; buah-
buahan yang diawet
tanpa garam dapur,
Buah-buahan yang
diawet dengan
garam dapur dan
lain ikatan natrium.
natrium benzoat dan
soda.
6 Lemak Minyak, margarin
tanpa garam,
mentega tanpa
garam.
Margarin dan
mentega biasa.
7 Bumbu-Bumbu Semua bumbu-
bumbu segar dan
kering yang tidak
mengandung garam
dapur dan lain
ikatan natrium.
Garam dapur,
baking powder,
soda kue, vetsin,
dan bumbu-bumbu
yang mengandung
garam dapur
seperti: kecap,
terasi, magi, tomato
kecap, petis, tauco.
8 Minuman Air putih Coklat, Kopi
Makanan yang dianjurkan:
a. Beras, kentang, ubi, mie, maezena, hunkue, terigu, gula pasir.
b. Kacang-kacangan dan hasilnya seperti kacang hijau, kacang merah, kacang tanah,
kacang tolo, tempe, tahu tawar, oncom.
c. Minyak gorng, margarine tanpa garam.
d. Sayuran dan buah-buahan tawar.
e. Bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, kemiri, kunyit, kencur, laos,
lombok, salam, sere, cukak.
Makanan yang tidak diperbolehkan
a. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang.
b. Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan, seperti :
Biskuit, bolu dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda
Dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang, sarden, udang kering, telur asin, telur
pindang.
Keju, selai kacang tanah.
Margarine, mentega.
c. Acar, asinan sayuran, sayur dalam kaleng.
d. Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng.
e. Kecap, terasi, petis, dan saos tomat.
F. Pencegahan Hipertensi
1. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah
kegemukan).
2. Batasi pemakaian garam.
3. Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan
hipertensi dalam keluarga.
4. Tidak merokok.
5. Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
6. Hindari minum kopi yang berlebihan.
7. Batasi makanan.
8. Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
9. Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.
Bagi yang sudah sakit
1. Berobat secara teratur.
2. Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa
petunjuk dokter.
3. Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit
lain karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi
Daftar Pustaka
Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. 2004. Penuntun Diet; Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
Price, silvya, 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Bare & Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2, Jakarta, EGC.
Dongoes, E. Marillyn, 2004. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Indriyani Nur, W, 2009. Deteksi Dini Kolesterol, Hipertensi & Stroke, Edisi 1, Millestone.
Ratna Dewi P, 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakrta, Nuha Medika.
Ridwan,M 2009. Mengenal,Mencegah,Mengatasi Silent Killer Hipertensi, Semarang, Pustaka Widyamara.