HOME VISIT Gastritis

58
1 Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas : 01 Berkas Pembinaan Keluarga No RM : 11380 Puskesmas Balongbendo - Sidoarjo Nama KK : Ny.T Tanggal kunjungan pertama kali 01 November 2013 Nama pembina keluarga: Yulis Hanifah Putri S. Ked Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode pembinaan ) Tangga l Tingkat Pemahaman Paraf Pembimbing Paraf Keterangan KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. B

description

home visite tugas pkm ikm

Transcript of HOME VISIT Gastritis

Page 1: HOME VISIT Gastritis

1

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No Berkas : 01

Berkas Pembinaan Keluarga No RM : 11380

Puskesmas Balongbendo - Sidoarjo Nama KK : Ny.T

Tanggal kunjungan pertama kali 01 November 2013

Nama pembina keluarga: Yulis Hanifah Putri S. Ked

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali

selesai satu periode pembinaan )

Tanggal Tingkat

Pemahaman

Paraf

Pembimbing

Paraf Keterangan

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. B

Alamat lengkap : Dusun Plumpang, RT 18 / RW 4 Desa

Penambangan, Sidoarjo.

Bentuk Keluarga : Extended Family

Page 2: HOME VISIT Gastritis

2

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Kedudukan

dalam

keluarga

L/P Umur

(Tahun)

Pendidikan Pekerjaan Pasien

Klinik

(Y/T)

Ket

1 Tn. B KK L 46 SMA Pabrik T -

2 Ny. T Istri P 38 Tamat SD Ibu RT T -

3 Sdr. R Anak L 20 Tamat SMA Menganggur T -

4 An. R Anak P 14 SMP Buruh T -

5 An. R Anak L 9 SD Pelajar T -

Sumber : Data Primer, November 2013

Page 3: HOME VISIT Gastritis

3

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini berdasarkan kasus yang diambil dari seorang warga

dengan keluhan rasa tidak nyaman di perut yang berada di wilayah Puskesmas

Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo. Mengingat kasus ini masih cukup sering

ditemukan di masyarakat beserta permasalahannya seperti masih kurangnya

pengetahuan ibu tentang pentingnya menjaga pola makan dan stress psikis. Oleh

karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya

untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny.T

Umur : 38 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : -

Pendidikan : -

Agama : Islam

Alamat : Dusun Plumpang, RT 18 / RW 4 Desa

Penambangan, Sidoarjo.

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 01 November 2013

C. ANAMNESIS (Heteroanamnesis dari Ibu Pasien)

1. Keluhan Utama: Nyeri perut

Page 4: HOME VISIT Gastritis

4

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri perut di sekitar ulu hati disertai mual dan nyeri di daerah sekitar

dada, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan rasa terbakar di dada. Keluhan

ini dirasakan sejak 1 tahun ini, bersifat hilang timbul, satu minggu bisa timbul

gejala tiga kali. Keluhan ini timbul terutama saat stress dan telat makan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Penderita tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

Penderita tidak pernah mengonsumsi obat-obatan sebelumnya.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga penderita tidak pernah mengalami keluhan seperti ini.

5. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama

suami dan ketiga anaknya, Sdr. R, An. R, dan An. R. Suami penderita

yaitu Tn. A. bekerja sebagai buruh pabrik di Pabrik dengan jam kerja yang

diatur sesuai shift yang ditentukan oleh pabrik. Sedangkan penderita

sendiri tidak bekerja karena mengurusi ketiga anaknya di rumah dan

sehari-harinya hanya mengerjakan pekerjaan rumah dan sesekali

membantu orang di sawah. Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari

suami dengan penghasilan per bulan sebesar Rp. 1.800.000,-. Anak laki-

laki penderita belum mendapatkan pekerjaan sejak 2 tahun yang lalu, hal

ini menjadi beban pikiran bagi penderita.

6. Riwayat Kebiasaan.

Sehari-hari penderita mengonsumi nasi dengan lauk ikan dan daging

serta sayuran. Sejak 2 tahun ini penderita sering telat makan karena tidak

nafsu makan. Penderita tidak pernah mengonsumsi kopi dan jamu-jamuan.

Penderita sering makan makanan pedas.

Page 5: HOME VISIT Gastritis

5

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan cukup.

2. Tanda Vital

Tanda Vital

Nadi :89x/menit, regular kuat

Pernafasan: 18x/menit

Suhu :36,5 oC

Tensi : 120/80 mmHg

3. Kulit

Warna : Sawo matang tipis, sianosis (-)

Kepala : Bentuk dalam batas normal, deformitas (-), tidak ada luka,

rambut (+) tipis tidak mudah dicabut

4. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), warna

kelopak (coklat kehitaman), secret (-/-)

5. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),

hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)

6. Mulut

Bibir pucat (-), palatoschizis (-), lidah kotor (-), labioschizis (-)

7. Telinga

Bentuk dalam batas normal, MAE +/+, sekret (-)

8. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

Page 6: HOME VISIT Gastritis

6

9. Leher

Pembesaran KGB (-), deformitas trakhea (-), pembesaran JVP (-)

10. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

- Cor : I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis teraba SIC V lateral LMCS

P : batas kiri atas :SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas :SIC II LPSD

batas kiri bawah :SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah :SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar

A: S1,S2 tunggal, murmur (-)

- Pulmo:

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : gerak nafas simetris

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)

11. Abdomen

I :Soepel

P :nyeri tekan ulu hati (+), hepar dan lien tak teraba

P :timpani seluruh lapang perut, hipersonor daerah hipokondium sinistra

A :peristaltik (+) normal

12. Ektremitas:

Deformitas (-), palmar eritema (-/-)

13. Sistem genetalia:

Dalam batas normal

Page 7: HOME VISIT Gastritis

7

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

F. RESUME

Seorang penderita perempuan berusia 38 dengan keluhan nyeri perut di

sekitar ulu hati disertaimual dan nyeri di daerah dada, nyeri dirasakan seperti

ditusuk-tusuk dan rasa terbakar di dada. Keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun ini,

bersifat hilang timbul, satu minggu bisa timbul gejala tiga kali. Keluhan ini

timbul terutama saat stress dan telat makan.

Sejak 2 tahun ini penderita sering telat makan karena tidak nafsu makan.

Penderita tidak pernah mengonsumsi kopi dan jamu-jamuan. Penderita sering

makan makanan pedas.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, compos mentis,

status gizi kesan cukup. Tanda vital N: 89 x/menit, RR: 18 x/menit, S:36,50C,

Tensi: 120/80 mmHg. Dari pemeriksaan fisik dalam didapatkan nyeri tekan ulu hati

dan hipersonor daerah hipokondrium sinistra.

G. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS

Diagnosis Biologis

Gastritis Kronis

Diagnosis Psikologis

-

Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

1. Tingkat pengetahuan ibu yang rendah

2. Status ekonomi yang tergolong rendah

3.Adanya stressor psikis

H. PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan nyeri ulu hati adalah:

o Menjaga intake nutrisi

Page 8: HOME VISIT Gastritis

8

Hal ini dilakukan agar penderita tidak mengalami defisiensi nutrisi

akibat berkurangnya metabolisme akibat rusaknya mukosa lambung.

Hal ini dilakukan dengan cara makan sedikit-sedikit tapi sering agar

tidak terjadi refluks.

o Menetralisir asam lambung

Gastritis disebabkan karena produksi asam lambung yang berlebih.

asam lambung yang semula membantu lambung malah merugikan

lambung sehingga menyebabkan kerusakan mukosa lambung. Hal ini

bisa diatasi dengan pemberian kombinasi antasida dengan

antihistamin H2 blocker (ranitidine).

o Memperbaiki pola makan

Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari

penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif

dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis

membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki

kondisi pencernaan. Frekuensi makan di berikan sedikit tapi sering.

o Menjaga stress psikis

Penyakit maag (gastritis) dapat ditimbulkan oleh berbagai keadaan

yang pelik sehingga mengaktifkan rangsangan/iritasi mukosa lambung

semakin meningkat pengeluarannya, terutama pada saat keadaan

emosi, ketegangan pikiran dan tidak teraturnya jam makan.

Page 9: HOME VISIT Gastritis

9

FLOW SHEET

Nama : Ny. T

Diagnosis : Gastritis Kronis

NO T

G

L

Nadi

x/m

Tensi

mmHg

RR

x/m

Status

Gizi

Keadaan PenyulitPenanganan

1 1/10/

2013

89 120/80 25 Gizi

Kurang

- Stress psikis

- Kebiasaan

makan sambal

- Makan tidak

teratur

- Menjaga intake nutrisi

- Menetralisir asam

lambung

- Memperbaiki pola makan

- Menjaga stress psikis

Page 10: HOME VISIT Gastritis

10

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari penderita, suami (Tn. B), dan ketiga

anaknya Sdr.R , An. R, dan An. R. Penderita adalah ibu dari 3anak.

Menurut penderita hubungan dengan anggota keluarga yang lain baik-

baik saja.

2. Fungsi Psikologis

Fungsi psikologis yang dinilai dalam laporan home visit ini adalah

penderita. Ny. T tinggal serumah dengan suami, beserta ketiga anaknya.

Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab, permasalahan-

permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam keluarga ini.

Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan yang lain.

Sehari-hari ibu penderita lebih banyak menghabiskan waktunya dengan

pekerjaan rumah dan mengasuh ketiga anak lainnya.

Permasalahan yang timbul dalam keluarga yang sering dipikirkan

oleh penderita adalah anak laki-lakinya belum mendapatkan pekerjaan

sejak 2 tahun ini.

3. Fungsi Sosial

Ibu penderita mempunyai sifat terbuka namun jarang bergaul

dengan tetangga dan masyarakat lainnya. Hal ini dikarenakan ibu

penderita mempunyai kesibukan sebagai ibu rumah Tangga dan harus

mengasuh ketiga anaknya.

Dalam masyarakat penderita dan keluarganya hanya sebagai

anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu

dalam masyarakat. Dalam kesehariannya penderita jarang bergaul akrab

Page 11: HOME VISIT Gastritis

11

dengan masyarakat di sekitarnya dikarenakan kesibukan sebagai ibu

Rumah Tangga.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari suami yang

bekerja sebagai buruh pabrik dengan total penghasilan sebesar Rp 1.800.000

per bulannya.

Penghasilan tersebut juga digunakan untuk membiayai kebutuhan

keluarga termasuk biaya berobat penderita dan bila ada anggota keluarga lain

yang sakit. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, biaya

sekolah atau iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada.

Untuk memasak memakai kompor gas. Makan sehari-hari biasanya nasi,

tempe-tahu, dan telur dengan frekuensi makan 2-3 kali. Sangat jarang makan

daging karena dirasa harganya terlalu mahal. Kalau ada keluarga yang sakit

biasa berobat ke puskesmas terdekat.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penderita termasuk orang yang terbuka sehingga bila mengalami

kesulitan atau masalah penderita sering bercerita kepada suaminya.

B. APGAR SCORE

ADAPTATION

Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, ibu pasien selalu pertama kali

membicarakannya kepada suaminya dan mengungkapkan apa yang diinginkannya

dan menjadi keluhannya. Termasuk ketika anak laki-lakinya masih belum

mendapatkan pekerjaan sejak 2 tahun ini.

PARTNERSHIP

Suami penderita beserta anak-anaknya selalu meyakinkan bahwa penyakit yang

diderita penderita dapat sembuh bila mendapatkan perawatan yang rutin dan adekuat.

Oleh karena itu suami dan anak-anak penderita selalu mengajak penderita untuk

berobat.

Page 12: HOME VISIT Gastritis

12

GROWTH

Penderita sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi sakitnya tersebut.

AFFECTION

Penderita merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan keluarga

cukup. Bahkan perhatian yang dirasakannya bertambah. Ia menyayangi keluarganya,

begitu pula sebaliknya.

RESOLVE

Penderita merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan

dari keluarganya walaupun waktu yang tersedia tidak banyak.

APGAR Ny. T Terhadap Keluarga Sering

/selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan

membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan

mendukung keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon

emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Setiap permasalahan yang dihadapi oleh keluarga hanya

dipecahkan bersama-sama karena ketiga anaknya mulai beranjak remaja

dan dewasa.

Waktu bersama-sama untuk berkumpul sekeluarga hanya pada

waktu malam hari setelah ayah pulang dari kerja. Menunjukkan bahwa

fungsi fisiologis yang dimiliki Ny. T dan anggota keluarganya dalam

Page 13: HOME VISIT Gastritis

13

keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin

baik.

C. SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota

keluarga juga dengan saudara partisipasi

mereka dalam masyarakat cukup.

_

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya

baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-

hari baik dalam keluarga maupun di

lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih

diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang

bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll.

Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan

kesopanan

_

Religius

Agama menawarkan

pengalaman spiritual yang baik

untuk ketenangan individu

yang tidak didapatkan dari

yang lain

Pemahaman agama cukup. Ibu penderita cukup

rutin sholat di rumah.

-

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke

bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa

terpenuhi.

+

Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang memadai.

Penderita lulusan SD, ayah dan anak pertama

lulusan SMA. Kemampuan untuk memperoleh

dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku

dan Koran juga terbatas

+

Page 14: HOME VISIT Gastritis

14

Medical

Pelayanan kesehatan

puskesmas memberikan

perhatian khusus terhadap

kasus penderita

Penderita dan keluarganya termasuk jarang

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di

tempatnya dengan alasan jarak puskesmas

terdekat dengan rumahnya yang cukup jauh

_

Keterangan :

Ekonomi (+) artinya keluarga Ny. T mengalami permasalahan

dalam bidang ekonomi. Penghasilan Tn. A sebesar Rp 1.800.000,-

sebagai buruh pabrik dirasa belum cukup untuk menghidupi semua

anggota keluarga. Belum lagi jika ada salah satu anggota keluarga

yang sakit tentunya perlu adanya dana tambahan.

Edukasi (+) artinya keluarga Ny. T juga menghadapi permasalahan

dalam bidang pendidikan. Penderita hanya bersekolah sampai tamat

SD saja. Hal ini akan mempengaruhi pengetahuan dan pola berpikir

dari anggota keluarga Ny. T termasuk dalam hal pengaturan pola

makan

Medical (+) Penderita dan keluarganya termasuk jarang

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di tempatnya dengan

alasan jarak puskesmas terdekat dengan rumahnya yang cukup jauh

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Dusun Plumpang, RT 18 / RW 4 Desa

Penambangan, Sidoarjo.

Bentuk Keluarga : Extended Family

Diagram 1. Genogram Keluarga Ny. T

Dibuat tanggal 1 November 2013

Tn. B Ny. T

Page 15: HOME VISIT Gastritis

15

Penderita

Sumber : Data Primer, 1 November 2013

E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Keterangan : : hubungan baik

: hubungan tidak baik

Hubungan antar anggota keluarga Tn A baik dan dekat. Dalam keluarga ini tidak

sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.

F. PERTANYAAN SIRKULER

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh suami

penderita?

Jawab :

An.RSdr.R Sdr.R

Tn. B Ny. T

Sdr.RAn.RSdr.

R

Page 16: HOME VISIT Gastritis

16

Tn.B membawa penderita ke puskesmas terdekat, merawat penderita dan

menyiapkan kebutuhan selama penderita sakit.

2. Ketika ibu dan ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang

lain?

Jawab :

Ikut mendukung dan membantu apa yang telah diputuskan. Bila perlu ikut

ke puskesmas menemani penderita.

3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?

Jawab :

Dibutuhkan ijin Tn. B sebagai kepala keluarga. jika tidak ada Ny. T dapat

memutuskan sendiri.

4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah Tn.B. Karena

sebagai suami yang mendampingi penderita

5. Selanjutnya siapa?

Jawab :

Selanjutnya adalah anaknya.

6. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?

Jawab :

Tidak ada, semua anggota keluarga dekat dengan penderita.

BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

Page 17: HOME VISIT Gastritis

17

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Ny. T sehari-hari tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga.

Suami dari penderita belum banyak memiliki pengetahuan tentang

pentingnya mengatur pola makan dan menjaga stress psikis yang berhungan

dengan kondisi penderita saat ini.

Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat

adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-

hari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka

sakit, mereka menjadi tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan

keluarga akan berkurang dan menjadi beban anggota keluarga lainnya.

Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kebiasaan makan

makanan pedas, bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul.

Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah

penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada

mantri, bidan, atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.

Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun keluarga ini

berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan

menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.

Fasilitas kamar mandi keluarga tersedia di rumah. Keluarga

mengatakan jika kamar mandi juga ada jamban untuk buang air kecil dan

besar. Kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air yang

mengalir di rumah.

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga

ekonomi ke bawah. Keluarga ini memiliki satu sumber penghasilan yaitu

dari ayah sebagai kepala keluarga. Dari total semua penghasilan tersebut

Page 18: HOME VISIT Gastritis

18

keluarga belum dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga untuk

pemeriksaan kesehatan ke pelayanan kesehatan terdekat dianggap masih

belum perlu.

Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada

kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. Pencahayaan ruangan

kurang dan ventilasi kurang. Tempat memasak yang ada di bagian halaman

belakang yang tentu saja dapat tercemar udara kotor.. Pembuangan limbah

keluarga belum memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga tidak

dialirkan melainkan hanya dibiarkan keluar dari rumah ke belakang rumah.

Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di sekitar

rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit

adalah Puskesmas BalongBendo.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 16x6 m2. Tidak

memiliki pagar pembatas rumah depan. Terdiri dari ruang tamu yang

sekaligus digunakan sebagai ruang keluarga, menonton TV, dan 3 tempat tidur

keluarga, dapur, kamar mandi dan halaman untuk menjemur pakaian. Terdiri

dari 4 pintu, yaitu 1 pintu di depan, 3 pintu untuk masuk ke kamar, dan 1 pintu

yang menghubungkan dengan halaman belakang. Jendela ada 5 buah, 2 di

ruang keluarga, disetiap kamar tidurnya, dan 1 jendela di dekat pintu yang

menghubungkan dengan halaman belakang.. Lantai rumah terbuat dari bahan

semen dengan keramik dan halaman belakang dipakai untuk menjemur

pakaian. Kamar mandi hanya berdinding dan berlantai semen. Atap rumah

tersusun dari genteng dan ditutup langit-langit namun ada beberapa langi-

langit yang rusak. Bagian dapur hanya berupa bagian yang sempit. Perabotan

rumah tangga sudah cukup. Hanya tidak tertata rapi. Sumber air untuk

kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air yang mengalir ke

rumah. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari

Page 19: HOME VISIT Gastritis

19

keluarga memasak menggunakan kompor gas elpiji yang dilakukan di dekat

dengan halaman belakang.

Gambar 3.1 Denah Rumah penderita

Sumber: Data Primer November 2013

Keterangan:

BAB IV

DAFTAR MASALAH

A. Masalah aktif :

1. Gastritis Kronis

: Tembok bata

: Jendela

: Pintu

Page 20: HOME VISIT Gastritis

20

2. Stress psikis

3. Tingkat ekonomi keluarga yang tergolong menengah ke bawah

B. Faktor resiko :

1. Kebiasaan makan makanan pedas

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan

faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

BAB V

PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

Stress Psikis

Kebiasaan

makan

makanan pedas

Tingkat ekonomi

keluarga yang rendah

Gastritis Kronis

Ny. T(Penderita)

Page 21: HOME VISIT Gastritis

21

1. Support Psikologis

Penderita memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor

yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada

dokternya. Antara lain dengan cara :

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.

b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau

kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan

kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter atau tenaga

kesehatan.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri

kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon

hanya kepada Tuhan YME.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal

yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi

kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati

Menentramkan hati diperlukan untuk penderita dengan problem

psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang

penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami

akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan

edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit

turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk

kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan dan

perawatan sesuai petunjuk dokter atau tenaga kesehatan lain. Diharapkan

penderita bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap

penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa

mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Page 22: HOME VISIT Gastritis

22

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Memberikan penjelasan tentang pentingnya menjaga pola makan dan

menjaga stress psikis. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali

pasien kontrol ke puskesmas atau posyandu terdekat dan melalui kunjungan

rumah baik oleh dokter maupun oleh petugas Yankes.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada penderita

bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga

ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan

dalam mengatur pola makan, memeriksakan kesehatannya di puskesmas

terdekat, menghindari hal-hal yang harus dihindarkan.

5. Pengobatan

Adapun penatalaksanaan dengan gastritis kronis adalah seperti yang

telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu: menjaga intake nutrisi,

menetralisir asam lambung, memperbaiki pola makan, menjaga stress

psikis.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi

kesehatan yaitu setiap anggota keluarga hendaknya mengatur pola

makannya dan sebisa mungkin terhindar dari stress psikis. Selain itu

penderita dan anggota keluarga lainnya perlu mengetahui makanan dan

kebiasaan apa saja yang dapat meningkatkan asam lambung sehingga

mencegah terjadinya gastritis.

BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Page 23: HOME VISIT Gastritis

23

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa

lambung. Secara histopologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel

radang pada daerah tersebut. Gastritis adalah salah satu penyakit yang paling

banyak dijumpai di klinik penyakit dalam pada umumnya (Herlan, 2002).

Disebut gastritis apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada

lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel kolor

rubur(radang), yaitu limfosit dan neutrofil pada daerah tersebut menandakan

adanya aktifitas yang membuat kerja lambung (Herlan, 2002)

Tipe gastritis sering tidak memperlihatkan tanda atau gejala. Namun,

gastritis merupakan faktor risiko ulkus peptikum, polip lambung, serta kanker

lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding

lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung. Menurut data WHO

(2005), kanker lambung merupakan jenis kanker penyebab kematian

terbanyak kedua setelah kanker paru yaitu mencapai lebih dari 1 juta

kematian pertahun. Selain itu, gastritis juga merupakan penyakit yang sangat

mengganggu aktivitas dan bila tidak ditangani dengan baik dapat juga

berakibat fatal.

B. Penyebab Gastritis

Terjadinya gastritis disebabkan karena produksi asam lambung yang

berlebih. asam lambung yang semula membantu lambung malah merugikan

lambung. Dalam keadaaan normal lambung akan memproduksi asam sesuai

dengan jumlah makanan yang masuk. Tetapi bila pola makan kita tidak

teratur, lambung sulit beradaptasi dan lama kelamaan mengakibatkan

produksi asam lambung yang berlebih (Uripi, 2002).

Penyebab asam lambung tinggi adalah aktivitas padat sehingga telat

makan, Stress yang tinggi, yang berimbas pada produksi asam lambung

berlebih, Makanan dan minuman yang memicu tingginya sekresi asam

lambung, seperti makanan dan minuman dengan rasa asam, pedas, kecut,

berkafein tinggi, mengandung vitamin C dosis tinggi, termasuk buah-buahan

(Hipni Rohman, 2011).

Page 24: HOME VISIT Gastritis

24

Kejadian Gastritis, terutama Gastritis antrium meningkat sesuai dengan

peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya pada dekade ke-6

hampir 80% menderita Gastritis dan menjadi 100% pada saat usia mencapai

dekade ke-7. Selain mikroba dan proses imunologis, faktor lain juga

berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis adalah refluks kronis cairan

penereatotilien, empedu dan lisolesitin (Hirlan, 2002).

Gastritis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : Gastritis Tipe A dan

Gastritis Tipe B. Tipe A sering disebut sebagai Gastritis auto imun

diakibatkan dari perubahan dari sel parietal, yang menimbulkan atropi dan

infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit auto imun seperti

anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B

kadang disebut sebagai Helicobacter Pylory mempengaruhi antrium dan

pilorus (ujung bawah dekat dedenum).Ini dihubungkan dengan bakteri

Helicobacter Pylory (H. Pylory). Faktor lain seperti diet makanan bergas,

penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refleks isi usus ke dalam

lambung (Brunner dan Suddarth, 2002). Tipe A biasanya meliputi

asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi B 12 dan pada Gastritis Tipe B

pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa

pahit atau mual dan muntah (Rizqi, 2001).

Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil

mengeluh nyeri hati, anoreksia, nusea dan pada pemeriksaan fisik tidak

dijumpai kelainan (Mansjoer, 2001).

C. Patofisiologi

Proses terjadinya gastritis yaitu aawalnya karena obat-obatan, alkohol,

empedu, atau enzim-enzim pancreas dapat merusak mukosa lambung

(gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan

memungkinkan difusi kembali asam lambung dan pepsin ke dalam jaringan

lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa lambung

Page 25: HOME VISIT Gastritis

25

terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi

mukosa, karena ini gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang

dengan sendirinya.

Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat

terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa

kuatyangbersifat korosif dapat mengakibatkan peradangan dan nekrosis

pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan

perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan

peritonitis (Priyanto, 2008).

D. Gejala – gejala Gastritis

Menurut (Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB,2011) gastritis pada

umumnya merupakan hal yang banyak dijumpai pada masyarakat dari

berbagai usia, jenis klamin, maupun profesi. Sebagian besar masyarakat

pernah mendengar dan mengetahui pencetus terjadinya sakit gastritis seperti

terlambat makan, makan tidak teratur, makanan atau minuman yang

merangsang produksi asam lambung, serta stress. Meski demikian, mungkin

banyak dari masyarakat yang belum sepenuhnya memahami gejala-gejala

sakit gastritis. Rasa Perih pada lambung/pada ulu hati merupakan hal yang

sering disebut sebagai sakit gastritis/mag. Faktanya, gejala sakit gastritis/mag

tersebut tidak harus terasa perih, akan tetapi rasa tidak nyaman pada

lambung/ulu hati yang dibarengi dengan mual atau kembung dan sering

sendawa atau cepat merasa kenyang juga merupakan gejala sakit

gastritis/mag. Serta Gejala lainya adalah rasa pahit yang dirasakan di mulut.

Rasa pahit ini timbul karena asam lambung yang berlebihan mendorong naik

ke kerongkongan sehingga kadang kala timbul rasa asam ataupun pahit pada

kerongkongan dan mulut. Berikut penjelasan lebih dalam tentang gejala2

tersebut :

a. Sendawa

Page 26: HOME VISIT Gastritis

26

Sendawa (burping/belching) adalah keluarnya gas dari saluran cerna

(kerongkongan dan lambung) ke mulut yang disertai adanya suara dan

kadang-kadang bau.

b. Kembung

Untuk memahami kembung ada 2 hal yang harus diketahui:

1) Gejala/bloating: merupakan perasaan (subyektif) perut seperti lebih

besar dari normal, jadi merupakan suatu tanda atau gejala

ketidaknyamanan, merupakan hal yang lebih ringan dari distention.

2) Tanda/distention: merupakan hasil pemeriksaan fisik (obyektif)

dimana didapatkan bahwa perut lebih besar dari normal, bisa

didapatkan dari observasi saat menggunakan baju jadi kesempitan dan

lambung jelas lebih besar dari biasanya.

c. Flatus/Kentut

menurut (Dr Helmin Agustina Silalahi) Flatus merupakan keluarnya gas

dalam saluran cerna melalui anus yang bersumber dari udara yang tertelan

atau hasil produksi dari bakteri. Namun terjadinya flatus lebih sering

diakibatkan oleh produksi dari bakteri di saluran cerna atau usus besar

berupa hydrogen atau methan pada keadaan banyak mengkonsumsi

kandungan gula dan polisakarida. Contoh gula adalah seperti laktosa (gula

susu) , sorbitol sebagai pemanis rendah kalori, dan fruktosa pemanis yang

biasanya digunakan pada permen.

E. Faktor Pemicu kekambuhan Gastritits

a. Faktor makan (pola makan)

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai jumlah, frekuensi dan jenis bahan makanan yang dikonsumsi

tiap hari (Persagi, 2006). Ada beberapa definisi mengenai pola makan

menurut beberapa pakar, yaitu Yayuk Farida Baliwati, dkk (2004:69)

mengatakan pola makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.

Sedangkan Soegeng Santosa dan Anne LiesRanti (2004 : 89)

Page 27: HOME VISIT Gastritis

27

mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang

memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang

dimakan tiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu

kelompok masyarakat tertentu. Pendapat dua pakar yang berbeda-beda

dapat diartikan secara umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku

yang ditempuh seseorang dalam memilih dan menggunakan bahan

makanan dalam konsumsi makan setiap hari yang meliputi jenis makanan,

jumlah makanan dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor

sosial, budaya dalam kehidupan, dan Kebiasaan makan sangat dipengaruhi

oleh gaya hidup seseorang. Faktor-faktor yang merupakan input bagi

terbentuknya gaya hidup keluarga adalah penghasilan, pendidikan,

lingkungan hidup kota atau desa, susunan keluarga, pekerjaan, suku

bangsa, kepercayaan dan agama, pendapat tentang kesehatan, pendidikan

gizi, produksi pangan dan ditribusi, serta sosial politik (Almatsier, 2003).

Pada kasus gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur

sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat.

Produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan

pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri pada

epigastrum. Gesekan akan lebih parah bila lambung dalam keadaan kosong

akibat makan yang tidak teratur, pada akhirnya akan menyebabkan

perdarahan pada lambung.

Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari

penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam

mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan

pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi

pencernaan (Uripi, 2002).

Menurut Lanywati (2001), gastritis juga dapat timbul setelah minum

alkohol atau kopi serta makanan yang pedas dan sulit dicerna. Penyakit ini

timbul karena makan-makanan yang mengandung serat kasar dalam jangka

waktu yang cukup lama. Keadaan bertambah parah bila penderita

Page 28: HOME VISIT Gastritis

28

menggunakan minuman keras, asam-asaman, bumbu yang merangsang

lambung.

Kekambuhan gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yaitu frekuensi

makan, jenis, dan jumlah makanan. Sedangkan Frekuensi makan di

berikan sedikit tapi sering. Makan dalam porsi besar dapat menyebabkan

refluks isi lambung. Konsumsi jenis makanan yang berserat dan bergas

dapat menyebabkan gastritis, dan juga stres dapat menyebabkan luka pada

saluran pencernaan dan pada akhirnya kekuatan dinding lambung

menurun, tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada lambung

(Uripi, 2002).

a) Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari-hari baik

kualitatif dan kuantitatif (Persagi, 2006). Secara alamiah makanan

diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut

sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan

jenis makanan.

b) Jumlah makanan adalah berapa banyak makanan yang dikonsumsi oleh

individu setiap harinya (Persagi, 2006).

c) enis makana adalah macam bahan makanan yang di konsumsi oleh

individu setiap hari.

b. Faktor obat-obatan

Setelah 45 tahun dipakainya asam salisilat di klinik pertama kalinya oleh

Dreser (1893), dilaporkan timbulnya perdarahan karena asam silsilat.

Lintott (1963), melakukan pemeriksaan gastrokopi secara berturut-turut

pada 16 penderita yang minum tabel aspirin, asam salisilat atau kalsium

asetil salisilat yang dihancurkan. 13 dari 16 penderita yang minum 15

gram aspirin, terlihat mukosa yang sudah hiperemik sampai perdarahan

submukosa. Pada salah seorang dari 5 penderita yang diberi kalsium asetil

salisilat, terlihat reaksi lokal pada daerah mukosa yang terdapat serbuk

salisilat. Ternyata bahwa aspirin yang tidak larut (insolugle aspirin) dapat

menyebabkan timbulnya iritasi lambung secara langsung (Hadi, 2000).

Obat-obatan yang mengandung salisilat (sering digunakan sebagai obat

Page 29: HOME VISIT Gastritis

29

pereda nyeri) dalam tingkat konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan

gastritis (Uripi, 2002). Efek salisilat terhadap saluran cerna adalah

perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada pemakaian dalam dosis

besar. Salisilat merupakan agen-agen yang sering dikonsumsi oleh

masyarakat yang kurang mengerti tentang penggunaan obat (Prince, 2002).

Penyebab paling umum dari gastritis erosive akut adalah pemakaian obat

yang mengandung asam silisilat.

c. Faktor psikologis

Stres baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan peningkatan

produksi asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan

mendorong gesekan antar makanan dan dinding lambung menjadi

bertambah kuat (Coleman,1995). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya

luka dalam lambung. Penyakit maag (gastritis) dapat ditimbulkan oleh

berbagai keadaan yang pelik sehingga mengaktifkan rangsangan/iritasi

mukosa lambung semakin meningkat pengeluarannya, terutama pada saat

keadaan emosi, ketegangan pikiran dan tidak teraturnya jam makan.

d. Infeksi bakteri

Gastritis akibat infeksi dari luar tubuh jarang terjadi, sebab bakteri tersebut

akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit/infeksi bakteri

gastritis umumnya berasal dari dalam tubuh penderita yang

bersangkutan.Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah

diderita sebelumnya (Uripi, 2002).

F. Diet Makan Pada Penderita Gastritis

Diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet pada penyakit

lambung bersifat ad libitum, yang artinya adalah bahwa diet lambung

dilaksanakan berdasarkan kehendak pasien dan pasien dianjurkan untuk

makan secara teratur, tidak terlalu berlebihan dan juga tidak boleh

kekurangan makan. Makanan yang dikonsumsi harus mengandung cukup

kalori dan protein (TKTP) namun kandungan lemak/minyak, khususnya yang

jenuh harus dikurangi. Makanan pada diet lambung harus mudah dicerna dan

Page 30: HOME VISIT Gastritis

30

rendah serat, terutama serat tidak larut dalam air yang ditingkatkan secara

bertahap. Makanan tidak boleh mengandung bahan yang merangsang,

menimbulkan gas, bersifat asam, dan yang bersifat melekat. Selain itu,

makanan tidak boleh terlalu panas atau dingin menurut (DR.sunita Almatsier

2007)

Sedangkan pengertian dari serat makanan(diatery fiber) merupakan

bahan tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim dalam saluran

pencernaan manusia. Di dunia tanaman ditemukan berbagai macam serat

dengan berbagai tipe yang berbeda-beda dan jumlah yang berlainan terdapat

dalam segala struktur tanaman. Serat tersebut berada di dalam dinding sel dan

di dalam sel-sel akar, daun, batang, biji serta buah(Mary E.back,1993)

Pengaruh serat makanan terhadap saluran pencernaan. Makanan yang

kaya akan serat dan tidak digiling halus akan terasa kasar dan penuh sehingga

harus dikunyah lebih lama daripada makanan yang digiling halus. Sedangkan

pada umumnya makanan yang kasar dan banyak mengandung serat akan

tinggal lebih lama di dalam lambung di bandingkan bentuk halus makanan

yang sama. Perlambatan pengosongan lambung ini menyababkan seseorang

merasa kenyang setelah makan dengan demikian makan lebih sedikit. Ini juga

berarti bahwa makanan masuk lebih lambat ke dalam usus halus sehingga

proses pencernaan dan penyerapan oleh usus halus juga diperlambat (Mary

E.back,19).

Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan selain upaya

untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Perlu diketahui bahwa kedua unsure

ini mempunyai hubungan yang erat. Menurut Uripi (2002), pemberian diet

untuk penderita gastritis antara lain bertujuan untuk :

a. Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung

b. Menghilangkan gejala penyakit

c. Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung

d. Mempertahankan keseimbangan cairan

e. Mengurangi gerakan peristaltik lambung

f. Memperbaiki kebiasaan makan pasien

Page 31: HOME VISIT Gastritis

31

Adapun petunjuk umum untuk diet pada penderita gastritis antara lain :

a. Syarat diet penyakit gastritis

Makanan yang disajikan harus mudah dicerna dan tidak merangsang, tetapi

dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, jumlah energi pun harus

disesuaikan dengan kebutuhan pasien (Hembing, 2004). Sebaliknya,

asupan protein harus cukup tinggi (± 20-25 % dari total jumlah energy

yang biasa diberikan), sedangkan lemak perlu dibatasi. Protein ini

berperan dalam menetralisir asam lambung. Bila dipaksa mengunakan

lemak, pilih jenis lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh.

Pemberian lemak dan minyak perlu dipertimbangkan secara teliti. Lemak

berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak diulu hati dan

muntah karena tekanan dalam lambung meningkat. Mengkonsumsi jenis

makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh secara cukup

merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak jenis ini lebih mudah dicerna.

Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi sering, hindari makan

secara berlebihan.

Demikian pula jumlah vitamin dan mineral yang diberikan pun harus

dalam jumlah cukup. Akan tetapi, keterbatasan bahan makanan sumber

vitamin dan mineral, biasanya pasien diberikan vitamin, mineral dan

bentuk obat (Uripi, 2002).

b. Jenis makanan

Menurut Persagi (2006), sebaiknya penderita gastritis menghindari

makanan yang bersifat merangsang, diantaranya makanan berserat dan

penghasil gas maupun mengandung banyak bumbu dan rempah. Selain itu,

penderita juga harus menghindari alkohol, kopi dan soda. Dan perlu juga

memperhatikan teknik memasaknya, direbus, dikukus dan dipanggang

adalah teknik memasak yang dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan

makanan tidak dianjurkan. Jenis makanan yang tidak dianjurkan antara

lain: beras ketan, mie bihun, jagung, ubi-ubian, cake, dodol, kue-kue lain

yang terlalu manis dari sumber karbohidrat sedangkan dari sumber protein

sarden atau daging yang diawetkan, dari sumber sayaur, mineral dan

Page 32: HOME VISIT Gastritis

32

vitamian adalah makanan yang merangsang asam lambung diantaranya

adalah kol, dan sayuran yang tidak banyak serat juga tidak menimbulkan

gas. Dari buah yang banyak serat dan menimbulkan gas misalnya nanas,

kedondong, durian, dan nangka. (Sunita Almatsir,2008)

c. Preskripsi Diet

Hindari pemakaian cabe, sambal, saus pedas, minyak, cuka yang bersifat

merangsang. Jangan berikan makanan yang melekat seperti dodol, ketan,

makanan yang menimbulkan gas seperti nangka, durian, kembang kol dan

makanan yang banyak mengandung serat kasar seperti kankung(dr. Andry

Hartono,2006).

Pemberian suplemen vitamin C ( yang tidak asam seperti ester C atau jus

jambu) bersama protein diperlukan untuk mempercepat kesembuhan

jaringan lambung yang luka. Karena terapi antasid beresiko mengurangi

penyerapan zat besi, maka pemberian suplemen besi yang tidak

mengiritasi lambung dapat dilakukan untuk mencegah anemia. Bahkan

pada gastritis yang menggangu faktor intrinsik diperlukan suplemen

vitamin B12 untuk mencegah anemia pernisiosa (dr. Andry Hartono,2006).

G. Komplikasi

Komplikasi yang bias terjadi pada gastritis adalah :

a. Akut

1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berupa hematemesis dan

melena. Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga

dapat menyebabkan syok hemoragik yang bias menyebabkan

kematian.

2) Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat. Ulkus ini diperlihatkan

hamper sama dengan perdarahan saluran cerna bagian atas. Namun

pada tukak peptikpenyebab utamanya adalah infeksi Helicobacter

pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada

tukak lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan

endoskopi.

Page 33: HOME VISIT Gastritis

33

b. Kronis

1) Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan vitamin

2) Anemia permisiosa yang mempunyai antibody terhadap faktor

intrinsic dalam serum atau cairan gasternya akibat gangguan

penyerapan terhadap vitamin B12

3) Gangguan penyerapan zat besi

(Mansjoer, 2001)

H. Penatalaksanaan

a. Akut

Penatalaksanaan medis pada pasien gastritis akut diatasi dengan

menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan

sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut,

diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu

diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka

penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk

hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh

mencerna makanan yang sangat asam, pengobatan terdiri dari

pengenceran dan penetralisiran agen penyebab. Untuk menetralisir

asam, digunakan antasida. Dan bila korosi luas atau berat dihindari

karena bahaya perforasi (Brunner dan Suddarth, 2001).

Penatalaksanaan bila terdai perdarahan, tindakan pertama adalah

tindakan konservatif berupa pembilasan air es disertai pemberian

antasida dan antagonis reseptor H2. Pemberian obat yang berlanjut

memerlukan tindakan bedah (Sjamsuhidayat, 2004).

b. Kronis

Penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronis diatasi dengan

memodifikasi diat pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress

dan memulai farmakoterapi. Helicobacter pylori dapat diatasi dengan

antibiotik dan bismuth (Brunner dan Suddarth, 2001).

Penatalaksanaan yang dilakukan pertama kali adalah jika tidak

dapat dilakukan endoskopi caranya yaitu dengan mengatasi dan

Page 34: HOME VISIT Gastritis

34

menghindari penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan

pengobatan empiris berupa antasida. Tetapi jika endoskopi dapat

dilakukan diberikan terapi eradikasi (Sjamsuhidayat, 2004).

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Page 35: HOME VISIT Gastritis

35

1. Segi Biologis :

a. Ny. T merupakan penderita gastritis kronis.

2. Segi Psikologis :

a. Hubungan antara anggota keluarga yang terjalin cukup akrab, harmonis,

dan hangat.

b. Pengetahuan akan pentingnya mengatur pola makan masih rendah

c. Adanya stressor berupa kekhawatiran penderita terhadap anaknya.

3. Segi Sosial :

a. Problem ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini.

4. Segi fisik :

a. Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny.T tidak sehat.

B. SARAN

1. Untuk masalah medis (BBLR dengan status gizi kurang) dilakukan

langkah-langkah :

a. Preventif : menjaga pola makan, menghindari kebiasaan

mengonsumsi kopi, jamu, dan alkohol. Menjaga stress psikis

b. Promotif : edukasi kepada penderita tentang pentingnya mengatur

pola makan, .

c. Kuratif : saat ini penderita mengalami gastritis kronis, langkah-

langkah penanganan yang harus dilakukan adalah menjaga intake

nutrisi agar tidak terjadi defisiensi nutrisi dengan cara makan secara

sedikit-sedikit tapi sering, pengobatan farmakokinetik untuk

menetralisir asam lambung.

Page 36: HOME VISIT Gastritis

36

d. Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri penderita sehingga

tetap memiliki semangat memperbaiki kesehatannya serta mencegah

hal ini terulang kembali.

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat

dilakukan langkah-langkah :

a. Promotif: edukasi penderita dan anggota keluarga dan menjaga

kebersihan rumah dan lingkungan rumah. Edukasi untuk memisahkan

tempat memasak dan tempat menjemur pakaian menjadi satu ruangan

terpisah masing-masing.

3. Untuk masalah ekonomi, dilakukan langkah-langkah :

a. Promotif : Memberikan dukungan kepada Tn. B selaku kepala

keluarga untuk mencari penghasilan tambahan. Sehingga kebutuhan

sehari-hari dapat tercukupi, terutama kebutuhan akan sehat dari

penderita. Demikian pula pada Ny. T, jika semua anaknya sudah

bersekolah hendaknya diberikan dukungan untuk mencari pekerjaan

tambahan di waktu luang.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsir, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,

Page 37: HOME VISIT Gastritis

37

Jakarta

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta

Almatsier, Sunita. 2007. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Brunner and Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 2. Jakarta

EGC.

Budiana. 2008. Pola Hidup Pengaruhi Insiden Penyakit Gastritis

http://healthreference-ilham.blogspot.com

Coleman. 1991. Prisoner's Dilemma, Chicken, and mixed-strategy evolutionary

equilibria. Behavioral and Brain Sciences

Dr.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB dan Dr Helmin Agustina Silalahi

. 2011. (Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM),

dr. Andry Hartono,2006. Diet Rumah Sakit.jakarta

Hadi, Sujono. 2000. Gastroenterologi. Penerbit Alumni. Jakarta

Hartono, Andry. 2000. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Herlan. 2002. Angka Kejadian Penyakit Gastritis Di Indonesia

http://www.mahalo.com

Hardinsyah & Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein dan Serat

Makanan. Dalam Soekirman et al. (Eds.), Ketahanan Pangan dan Gizi di

Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Prosiding Widyakarya Nasional

Pangan dan Gizi VIII (hlm. 317-330), 17-19 Mei. LIPI, Jakarta. Informasi

Penyakit blog spot.com/2011/12/pantangan penyakit gastritis Kronis

Lanyawati . 2001. http:// Jurnal Epidemiologi-faktor-yang mempengaruhi-diet

Maulidiyah dan Unun. (2006). Hubungan antara stres dan kebiasaan makan

dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis. Diambil dari

http://adln.lib.unair.ac.id /go.php?Id=gdlhub-gdl-s1-2006-maulidiyah.

Diakses tanggal 27 juni 2011

Mansjoer A. 2001 Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta : Media

Aesculapius;

Page 38: HOME VISIT Gastritis

38

Persagi . 2006. Kebutuhan Pangan Dan Gizi. Jakarta : EGC

Prince, Sylvia A. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi

6, buku 2. Jakarta : EGC. pp:1259-1267

Soegeng Santosa dan Anne Lies Ranti. 2004. Kesehatan dan Gizi. Penerbit PT

Rineka Cipta, Jakarta

Supariasa, I Dewa Nyoman.2002.Penilaian status gizi. Jakarta : EGC

Uripi, V. 2002. Manajemen Produksi Makanan. Diktat yang tidak dipublikasikan.

Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi,

Direktorat Program Diploma. Institut Pertanian Bogor

Yayuk Farida Baliwati, dkk. 2004.pengantar pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar

SwadayaDermawan, D & Rahyuningsih, T. (2010). Keperawatan Medikal

Bedah (Sistem Pencernaan). Yogyakarta: Goysen publishing.

Sjamsuhidajat. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.