Laporan Pendahuluan Hiv

35
LAPORAN PENDAHULUAN HIV/AIDS A. Konsep Dasar Medik 1. Definisi a. HIV HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel – sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut sel T-4 atau disebut juga sel CD-4. Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menularkan orang lain. HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melaluihubungan intim (vaginal, anal,

description

HIV

Transcript of Laporan Pendahuluan Hiv

Page 1: Laporan Pendahuluan Hiv

LAPORAN PENDAHULUAN

HIV/AIDS

A. Konsep Dasar Medik

1. Definisi

a. HIV

HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian

menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel – sel

darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut

termasuk limfosit yang disebut sel   T-4 atau disebut juga sel CD-4.

Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa

dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang

mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu.

Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh

dan dapat menularkan orang lain.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui

kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau

aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,

seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu

ibu. Penularan dapat terjadi melaluihubungan intim (vaginal, anal,

ataupun oral), transfusi darah,jarum suntik yang terkontaminasi,

antara ibu dan bayi selamakehamilan, bersalin, atau menyusui, serta

bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah

RNA (asam ribonukleat) yang dibungkus oleh suatu matriks yang

sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh, materi genetik ini

perlu diubah menjadi DNA (asam deoksiribonukleat), diintegrasikan

ke dalam DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang

akhirnya akan menghasilkan protein. Protein-protein yang dihasilkan

kemudian akan membentuk virus-virus baru.

Daur Hidup Hiv

Page 2: Laporan Pendahuluan Hiv

Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini menghambat

pengubahan RNA menjadi DNA dan menghambat pembentukan

protein-protein aktif. Enzim yang membantu pengubahan RNA

menjadi DNA disebut reverse transcriptase, sedangkan yang

membantu pembentukan protein-protein aktif disebut protease.

Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik

yang tersimpan pada RNA virus harus diubah terlebih dahulu menjadi

DNA. Reverse transcriptase membantu proses pengubahan RNA

menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA dihambat, maka proses

pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu,

pembentukan virus-virus yang baru menjadi berjalan dengan lambat.

Jadi, penggunaan obat-obatan penghambat enzim reverse transcriptase

tidak secara tuntas menghancurkan virus yang terdapat di dalam

tubuh. Penggunaan obat-obatan jenis ini hanya menghambat proses

pembentukan virus baru, dan proses penghambatan ini pun tidak dapat

menghentikan proses pembentukan virus baru secara total.

Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembang

adalah penggunaan penghambat enzim protease. Dari DNA yang

berasal dari RNA virus, akan dibentuk protein-protein yang nantinya

akan berperan dalam proses pembentukan partikel virus yang baru.

Pada mulanya, protein-protein yang dibentuk berada dalam bentuk

yang tidak aktif. Untuk mengaktifkannya, maka protein-protein yang

dihasilkan harus dipotong pada tempat-tempat tertentu. Di sinilah

peranan protease. Protease akan memotong protein pada tempat

tertentu dari suatu protein yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya

akan menghasilkan protein yang nantinya akan dapat membentuk

protein penyusun matriks virus (protein struktural) ataupun protein

fungsional yang berperan sebagai enzim.

b. AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency

Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan

virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan

Page 3: Laporan Pendahuluan Hiv

waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat

berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau

menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena

sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.

AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini.

HIV, virus yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem

pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang

menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya

dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif

mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana

seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam

jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang

akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri

yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena

rusaknya sistem imun tubuh.

Karena ganasnya penyakit ini, maka berbagai usaha dilakukan

untuk mengembangkan obat-obatan yang dapat mengatasinya.

Pengobatan yang berkembang saat ini, targetnya adalah enzim-enzim

yang dihasilkan oleh HIV dan diperlukan oleh virus tersebut untuk

berkembang. Enzim-enzim ini dihambat dengan menggunakan

inhibitor yang nantinya akan menghambat kerja enzim-enzim tersebut

dan pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan virus HIV.

c. Etiologi

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus

yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini

pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-kawan di Prancis

pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus

(LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984

mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada

tahun 1986 nama firusdirubah menjadi HIV.

Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA.

Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat

Page 4: Laporan Pendahuluan Hiv

berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target

virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor

untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus

dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup

lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus

dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat

dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut.

Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti

(core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris

tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce

transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas

lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan

dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus

(lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus

sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar

matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti

eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif

resisten terhadap radiasi dan sinar ultraviolet.

Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah

mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit,

makrotag dan sel glia jaringan otak.

1. Masa Inkubasi Aids 

Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak

seseorang terpapar virus HIV sampai dengan menunjukkan

gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup lama

dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi

penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit.

Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV.

Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat

terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan

sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan “masa wndow

periode”.

Page 5: Laporan Pendahuluan Hiv

Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi

untuk menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai

cara sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi

yang relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan gejala-

gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi

pada fase inkubasi ini.

2. Cara Penularan

Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada

penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang

membawa agent, host yang rentan, tempat keluar kuman dan

tempat masuk kuman (port’d entrée).

Virus HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel

Lymfosit T dan sel otak sebagai organ sasarannya. Virus HIV

sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai vehikulum

yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan

kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh

yang terbukti menularkan diantaranya semen, cairan vagina atau

servik dan darah penderita.

Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus

HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui

adalah melalui :

a) Transmisi Seksual

Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual

maupun Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV

yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan

semen dan cairan vagina atau serik. Infeksi dapat ditularkan

dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya.

Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan

seks, jumlah pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada

penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko seropositive

untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan

seksual yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang

Page 6: Laporan Pendahuluan Hiv

yang sering berhubungan seksual dengan berganti pasangan

merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi

virus HIV.

(1) Homoseksual

Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat

promiskuitas homoseksual menderita AIDS, berumur

antara 20-40 tahun dari semua golongan rusial. Cara

hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku seksual

dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi

mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari

seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan

mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah sekali

mengalami pertukaran pada saat berhubungan secara

anogenital.

(2) Heteroseksual

Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama

melalui hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan

penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif

baik pria maupun wanita yang mempunyai banyak

pasangan dan berganti-ganti.

b) Transmisi Non Seksual

(1) Transmisi parentral

Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk

lainnya (alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya

pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan

jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama.

Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yang

dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih

dahulu. Resiko tertular cara transmisi parental ini kurang

dari 1%. Transmisi melalui transfusi atau produk darah

terjadi di negara-negara barat sebelum tahun 1985.

Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara

Page 7: Laporan Pendahuluan Hiv

barat sangat jarang, karena darah donor telah diperiksa

sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV lewat

trasfusi darah adalah lebih dari 90%.

(2) Transmisi transplasental

Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak

mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi

sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui.

Penularan melalui air susu ibu termasuk penularan

dengan resiko rendah.

Cairan Tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita

HIV+ :

1. Air liur / air ludah / saliva

2. Feses / kotoran / tokai / bab / tinja

3. Air mata

4. Air keringat

5. Air seni / air kencing / air pipis / urin / urine

d. Patofisiologi

HIV tergolong dalam retro virus ini menyebabkan membawa

genetic dalam RNA ( Ribonukleat acid) bukan DNA

( Deoxiribonukleat acid). Virions HIV( partikel virus yang

lengkap dibungkus oleh selubung pelindung ) mengandung RNA

dalam inti bentuk peluru yang terpancing dimana P24 merupakan

komplikasi structural utama . Tombd(knod) yang menonjol lewat

dinding virus terdiri dari protein gp120 yang terkait pada procing p41.

bagian yang secara selektif berkaitan  dengan sel CD4  positif (D4 + )

adalah gp 120 dari HIV. Sel Cd4 mencakup monosit, makrofag dan

limfosit T4 helper ( yang dinamakan sel CD4 kalau dikaitkan dengan

infeksi HIV), limfosit T4 helper merupakan sel terbanyak, sesudah

terikat dengan membrane sel T4 helper HIV akan menginjeksikan dua

utas bengan RNA yang identik kedalam sel T4 helper. Dengan

menggunakan enzim reverse transcriptase HIV melakukan

pemograman ulang materi genetic sel T4 yang terinfeksi untuk

Page 8: Laporan Pendahuluan Hiv

membuat double-strandet DNA ( DNA utas gonad. DNA akan

disatukan ke nukleus T4  sebagai sebuah pro virus dan terjadi infeksi

permanent siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel

yang terinfeksi diaktifkan. Aktivasi sel yang terinfeksi dilaksanakan

antigen, mitogen sitokin CTNF alfa atau interleukin V atau produk

gen virus seperti : cytomegalovirus (Cm V ), epsten Bam Virus,

Herpes simplek atau hepatic, akibatnya sel T4 yang terinfeksi

diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV terjadi sel T4 dapt

dihancurkan HIV baru dibentuk dan dilepaskan dari darah dan

menginfeksi sel Cd4+ lainnya.

Infeksi monosit dan makrofag tampaknya berlangsung

persisiten dan tidak mengakibatkan kematian sel yang bermakna,

tetapi sel ini menjadi reservoir HIV sehingga virus dapat bersembunyi

dan sisitem imun yang terangkut ke seluruh tubuh lewat system ini

dan menginfeksi jaringan tubuh. Sebagian besar jaringan ini

mengandung molekul CD4 + yang lain. Siitem imun pada infeksi HIV

lebih aktif dari yang diperkirakan sebelumnya dan terproduksikan

sebesar 2 milyar limfosit CD4+ yang lain. Keseluruhan populasi sel

Cd4+ perifer akan mengalami pergantian ( turn over) tiap 15 hari

sekali.

Kecepatan produksi HIV terkait dengan status kesehatan orang

yang terjangkit infeksi tersebut jika orang tersebut tidak sedang

terperangi melawan infeksi HIV lain, reproduksi HIV akan

alambat. Reproduksi HIV akan dipercepat kalau penderita sedang

menghadapi infeksi lain/ system imun terstimulasi. Reaksi ini dapat

menjelaskan periode laten yang diperlihatkan sebagian penderita yang

terinfeksi HIV simtomatik 10 tahun sesudah terinfeksi. Dalam respon

imun, limfosit T4 berperan penting mengenali antigen asing

mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibody, menstimulasi

limfosit sitotoksik, memproduksi limfokin pertahanan tubuh terhadap

infeksi, T4 terganggu mikroorganisme yang menimbulkan penyakit

akan berkesempatan menginvasi dan menyebabakan sakit seirus.

Page 9: Laporan Pendahuluan Hiv

Injeksi dan melignasi timbul akibat gangguan system imun (infeksi

oportunistik).

e. Manifestasi Klinik

Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang

ditemui pada penderita AIDS  :

1. Panas lebih dari 1 bulan,

2. Batuk-batuk, 

3. Sariawan dan nyeri menelan,

4. Badan menjadi kurus sekali,

5. Diare ,

6. Sesak napas,

7. Pembesaran kelenjar getah bening,

8. Kesadaran menurun, 

9. Penurunan ketajaman penglihatan, 

10. Bercak ungu kehitaman di kulit.

Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati,

karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di

Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau

tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada

seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang

mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV.

Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda

penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer

akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti

flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan

mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan,

diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy,

pertambahan kognitif, dan lesi oral.

Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)

menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi

AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum

adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang

Page 10: Laporan Pendahuluan Hiv

disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis,

kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal

1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) 

Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa

seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit

kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan

bercak merah ditubuh.

2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala

Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus

(HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.

3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan

gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh

selama lebih dari 3 bulan.

f. Pemeriksaan penunjang

1. Tes Laboratorium

Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih

bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan

untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi

Human Immunodeficiency Virus (HIV)

a) Serologis

1) Tes antibody serum

Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa

2) Tes blot western

Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency

Virus (HIV)

3) Sel T limfosit

Penurunan jumlah total

4) Sel T4 helper

indikator system imun (jumlah <200>

5) T8 ( sel supresor sitopatik )

Page 11: Laporan Pendahuluan Hiv

Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor

pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi

imun.

6) P24 ( Protein pembungkus Human Immunodeficiency

Virus (HIV )

Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi

progresi infeksi

7) Kadar Ig

Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau

mendekati normal

8) Reaksi rantai polimerase

Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi

sel perifer monoseluler.

9) Tes PHS

Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV

mungkin positif

2. Neurologis

EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)

3. Tes Lainnya

1)  Sinar X dada

Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP

tahap lanjut atau adanya komplikasi lain

2)  Tes Fungsi Pulmonal

Deteksi awal pneumonia interstisial

3)  Skan Gallium

Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk

pneumonia lainnya.

4) Biopsis

Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi

5) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial

Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan

kerusakan paru-paru

Page 12: Laporan Pendahuluan Hiv

4. Tes HIV

Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi

virus HIV.[51] Kurang dari 1% penduduk perkotaan

di Afrikayang aktif secara seksual telah menjalani tes HIV, dan

persentasenya bahkan lebih sedikit lagi di pedesaan. Selain itu,

hanya 0,5% wanita mengandung di perkotaan yang mendatangi

fasilitas kesehatan umum memperoleh bimbingan tentang AIDS,

menjalani pemeriksaan, atau menerima hasil tes mereka. Angka

ini bahkan lebih kecil lagi di fasilitas kesehatan umum pedesaan.

[51] Dengan demikian, darah dari para pendonor dan produk darah

yang digunakan untuk pengobatan dan penelitian medis, harus

selalu diperiksa kontaminasi HIV-nya.

Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan

pengujian Western blot, dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV

pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urinpasien.

Namun demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya

antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi (window period)

bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa

dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahu serokonversi dan

hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi

antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat

digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan

antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun metode-metode

tersebut tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV,

tetapi telah digunakan secara rutin di negara-negara maju.

g. Penatalaksanaan

Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan

pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah

terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan

dengan :

Page 13: Laporan Pendahuluan Hiv

1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin

dengan pasangan yang tidak terinfeksi.

2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan

seks terakhir yang tidak terlindungi.

3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang

tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.

4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.

5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV),

maka terpinya yaitu :

1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi

opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian

infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan

komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien

dilingkungan perawatan kritis.

2. Terapi AZT (Azidotimidin)

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang

efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat

enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS

yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk

pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif

asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

3. Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun

dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai

reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

- Didanosine

- Ribavirin

- Diedoxycytidine

- Recombinant CD 4 dapat larut

Page 14: Laporan Pendahuluan Hiv

- Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti

interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat

menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian

untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

1. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-

makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-

obatan yang mengganggu fungsi imun.

2. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan

sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus

(HIV).

h. Komplikasi

1. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,

gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),

leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,

keletihan dan cacat

2. Neurologik

a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human

Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek

perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,

kelemahan, disfasia, dan isolasi social.

b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,

hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /

ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam,

paralise, total / parsial.

c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi

sistemik, dan maranik endokarditis.

d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan

Human Immunodeficienci Virus (HIV)

3. Gastrointestinal

Page 15: Laporan Pendahuluan Hiv

a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora

normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek,

penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan

dehidrasi.

b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,

obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri

abdomen, ikterik,demam atritis.

c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan

inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek

inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

4. Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus

influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas

pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

5. Dermatologi

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,

dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan

dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder

dan sepsis.

6. Sensori

a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek

kebutaan

b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media,

kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

Fokus pengkajian

Pengkajian umum pasien AIDS

a. Aktivitas/istirahat

Page 16: Laporan Pendahuluan Hiv

  Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas

biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.

  Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis

terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,

pernafasan.

b. Sirkulasi

  Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama

pada cedera.

  Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume

nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.

c. Integritas ego

  Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan

(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan

(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak

berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.

  Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku

marah, menangis, kontak mata yang kurang.

d. Eliminasi

  Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa

disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.

  Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare

pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,

perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine.

e. Makanan/cairan 

Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,

mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan

berat badan yang progresif.

  Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya

bising usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut,

adanya selaput puih dan perubahan warna, edema.

f. Hygiene

  Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS

Page 17: Laporan Pendahuluan Hiv

  Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih.

Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas

perawatan diri.

g. Neurosensori

  Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,

kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,

tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,

tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan

pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).

  Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau

mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran

menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,

ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.

Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya

berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya

motorik fokalis.Hemoragi retina dan eksudat.

h. Nyeri/kenyamanan

  Gejala : nyeri umu /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit

kepala, nyeri dada pleuritis.

  Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri

tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang,

gerak otot melindungi yang sakit.

i. Pernapasan

  Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif.

Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif

sputum. Bendungan atau sesak pada dada.

  Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi

napas adventius. Sputum :kuning

j. Keamanan

  Gejala : riwayat jath, terbakar, pingsan, luka yang lambat

penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering atau

berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap

Page 18: Laporan Pendahuluan Hiv

lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu

intermitetn/memuncak; berkeringat malam.

  Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema,

eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola

warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan

sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul,

pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher, ketiak,

paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot, perubahan pada

gaya berjalan.

k. Seksualitas

  Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan

hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan

seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks

anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan

seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil

pencegah kehamilan.

  Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia :

manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)

l. Interaksi social

  Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis.

Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut

untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan

penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat

ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan

kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.

  Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang

terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.

m. Penyuluhan/pembelajaran

  Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan

perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan

IV). Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok,

penyalahgunaan alcohol.

Page 19: Laporan Pendahuluan Hiv

  Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan

keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,

peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ;

perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.

2. Diagnosa

a. RESTI infeksi berhubungan dengan respon imunitas yang berkurang

( Immuno supresi).

b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan cara pencegahan

penularan HIV.

c. Isolasi social berhubungan dengan mudahnya transmisi atau proses

penularan penyakit.

3. Intervensi

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan respon

imunitas yang

berkurang

( Immuno supresi).

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan, infeksi

bisa pada klien bisa

diatasi dengan

kriteria hasil :

- Tidak ada demam

dan bebas dari

pengeluaran /

sekresi purulen

dan tanda-tanda

lain dari kondisi

infeksi.

- Bisa mencapai

masa

penyembuhan

luka / lesi.

- Pantau adanya

infeksi  ( demam,

menggigil,

diaporesis, batuk,

nafas pendek, nyeri

oral atau nyeri

menelan , bercak

berwarna crem

dirongga oral, sering

berkemih, disuria,

kemerahan, bengkak,

drainase dari lkua,

lesi vesicular

diwajah, bibir, area

perianal ).

- Pantau keluhan nyeri

ulu hati, disfagia,

sakit retrosternal

- Deteksi dini

terhadap infeksi

penting untuk

melakukan

tindakan segera .

infeksi lama dan

berulang

memperberat

kelemahan pasien .

- Esofagitis mungkin

terjadi sekunder

akibat kandidiasis

Page 20: Laporan Pendahuluan Hiv

pada waktu menelan,

peningkatan kejang

abdominal, diare

hebat.

- Periksa adanya luka

atau lokasi alat

invasif, perhatikan

tanda-tanda

inflamasi/infeksi

lokal.

- Ajarkan pasien

ataupemberi perawat

an tentang perlunya

melaporkan

kemungkinan infeksi

.

oral atapun herpes.

Kriptosporidiosis

adalah infeksi

parasit yang

menyebabkan diare

encer (seringkali

lebih besar dari 15

lt/hari.

- Identifikasi atau

perawatan awal

dari infeksi

sekunder dapat

mencegah

terjadinya sepsis.

- berikan deteksi dini

terhsadap infeksi.

2 Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan cara

pencegahan

penularan HIV, dan

kebutuhan

pengobatan.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan. Klien

diharapkan bisa

mengetahui

bagaimana

pencegahan

penularan HIV, dan

juga pasien bisa

memulai perubahan

- Instruksikan pasien,

keluarga, teman,

tentang rute

penularan HIV.

- Berikan informasi

penatalaksanaan

- Pngetahuan tentang

penularan penyakit

membantu

mencegah

penyabaran

penyakit, dan

mencegah rasa

takut.

- Memberikan pasien

peningkatan

Page 21: Laporan Pendahuluan Hiv

gaya hidup yang

perlu, dan ikut serta

dalam aturan

perawatan.

gejala yang

melengkapi aturan

medis, misal pada

diare intermiten

gunakan lomotil

sebelum pergi

kekegiatan sosial.

- Dorong aktivitas

atau latihan pada

tingkat yang dapat

ditoleransi pasien.

- Tekankan perlunya

melanjutkan

perawatan kesehatan

dan evaluasi.

- Tekankan

pentingnya istirahat

yang adekuat

kontrol, atau

mengurangi risiko

rasa malu dan

meningkatkan

kenyamanan.

- Merangsang

pelepasan endorfin

pada otak,

meningkatkan rasa

sejahtera

- Memberi

kesempatan untuk

mengubah aturan

untuk memenuhi

kebutuhan

perubahan

individual.

- Mencegah atau

mengurangi

kepenatan,

meningkatkan

kemampuan

3 Isolasi social

berhubungan

dengan mudahnya

transmisi atau

proses penularan

penyakit.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan Klien

bisa menunjukkan

peningkatan perasaan

harga diri dan

berpartisifasi dalam

aktivitas atau

- Kaji pola interaksi

social yang lazim.

- Dorong adanya

hubungan yang aktif

dengan orang

terdekat

- menetapkan dasar

untuk intervensi

individual.

- Membantu

memamntapkan

partisifasi pada

hubungan

sosial.Dapat

Page 22: Laporan Pendahuluan Hiv

program pada tingkat

kemampuan/hasrat.

- Waspadai gejala-

gejala

verbal/nonverbal,

misalnya menarik

diri, putus asa,

perasaan kesepian.

Tanyakan kepada

klien apakah pernah

berfikir untuk bunuh

diri.

mengurangi

kemungkinan

upaya bunuh diri.

- Indikasi bahwa

putus asa dan ide

untuk bunuh diri

sering muncul ;

ketika tanda-tanda

ini diketahui oleh

pemberi perawatan,

pasien umumnya

ingin bicara

mengenai perasaan

ingin bunuh diri,

terisolasi dan putus

asa.