LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

46
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI A. DEFINISI HIPERTENSI Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995). B. KLASIFIKASI HIPERTENSI Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. DEFINISI HIPERTENSI

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,

hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90

mmHg. (Smeltzer, 2001).

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC)

sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai

derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi

sampai hipertensi maligna.

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104

mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan

hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini

berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari

peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

B. KLASIFIKASI HIPERTENSI

Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:

1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg

dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg

2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan

diastolik 91-94 mmHg

3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama

dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and

Treatment of Hipertension, yaitu:

1. Diastolik

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal

b. 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi

c. 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan

d. 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang

e. >115 mmHg : Hipertensi berat

2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)

a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal

b. 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi

c. > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang

mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita

hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan

darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan

organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya

tekanan darah, diantaranya yaitu:

1. Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat

antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau

progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai

kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD

yg segera dalam kurun waktu menit/jam.

2. Hipertensi Urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa

adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa

adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan

darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan

dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan

lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

C. ETIOLOGI

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan

tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi:

1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport

Na.

2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan

darah meningkat.

3. Stress Lingkungan.

4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Primer

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti

genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin

angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas. Ciri lainnya yaitu: umur (jika umur

bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari

perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih), kebiasaan hidup

(konsumsi garam yang tinggi melebihi dari 30 gr, kegemukan atau makan

berlebihan, stres, merokok, minum alcohol, dan minum obat-obatan (ephedrine,

prednison, epineprin).

2. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal, diabetes

melitus, stroke.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada:

1. Elastisitas dinding aorta menurun.

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer.

D. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf

simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla

spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh

darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan

pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra

vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan

fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan

darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh

darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang

pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)

mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,

2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”

disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff

sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel

jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila

diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan

dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II

berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi

kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang

menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan

darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada

organ-organ seperti jantung. (Suyono, Slamet. 1996).

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

E. PATHWAY

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

F. TANDA DAN GEJALA

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita

hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah,

mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:

1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.

2. Sakit kepala

3. Pusing / migraine

4. Rasa berat ditengkuk

5. Penyempitan pembuluh darah

6. Sukar tidur

7. Lemah dan lelah

8. Nokturia

9. Azotemia

10. Sulit bernafas saat beraktivitas

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:

1. Pemeriksaan yang segera seperti:

a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari

sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan

factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /

fungsi ginjal.

c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan

hipertensi).

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron

utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan

hipertensi.

f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiovaskuler).

g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan

vasokonstriksi dan hipertensi.

h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer

(penyebab).

i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

ada DM.

j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko

hipertensi.

k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.

l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi

ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola

regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu

tanda dini penyakit jantung hipertensi.

m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah

pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada

area katup, pembesaran jantung.

2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan

yang pertama):

a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.

b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,

perbaikan ginjal.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,

CAT scan.

e. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis

pasien

H. KOMPLIKASI

Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan, kematian sel

otak: stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel ginjal, gagal ginjal),

jantung (membesar, sesak nafas, cepat lelah, gagal jantung).

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

I. PENATALAKSANAAN

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas

akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk

hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan

berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari

10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.

2. Penurunan berat badan

3. Penurunan asupan etanol

4. Menghentikan merokok

5. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:

Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,

berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari

kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona

latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona

latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x

perminggu

6. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:

a. Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang

secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk

gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

b. Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan

untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih

penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi

rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya

sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah

komplikasi lebih lanjut.

7. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja

tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar

penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu

dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi

(Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High

Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat

beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat

tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain

yang ada pada penderita.

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

J. CARA PENCEGAHAN

1. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya

hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan

konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar

tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita

hipertensi berupa:

a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat

maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara

normal dan stabil mungkin.

c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

d. Batasi aktivitas.

K. DIIT HIPERTENSI

1. Konsumsi lemak dibatasi

2. Konsumsi kolesterol dibatasi

3. Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese

4. Makanan yang boleh dikonsumsi

a. Sumber kalori (beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-

tepungan, gula).

b. Sumber protein hewani (daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih

50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir

sehari, susu tanpa lemak).

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

c. Sumber protein nabati (kacang-kacangan kering seperti

tahu,tempe,oncom).

d. Sumber lemak (santan kelapa encer dalam jumlah terbatas).

e. Sayuran (sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti

bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong,

wortel).

f. Buah-buahan (semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam

jumlah terbatas).

g. Bumbu (pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih,

garam tidak lebih 15 gram perhari).

h. Minuman (teh  encer, coklat encer, juice buah).

5. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi

a. Makanan yang banyak mengandung garam.

b. Makanan yang banyak mengandung kolesterol

c. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh.

d. Lemak hewan: sapi, babi, kambing, susu jenuh, cream, keju, mentega.

e. Makanan yang banyak menimbulkan gas.

6. Obat Tradisional Untuk Hipertensi

Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara

tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu

diinformasikan kepada masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta

kemungkinan adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat – obat

tradisional tersebut diantaranya:

a. Buah Belimbing

Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan

juga bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah

mengalaminya. Caranya yaitu buah belimbing yang sudah masak

diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas sehingga menjadi

satu gelas sari belimbing. Air perasan ini diminum setiap pagi, lakukan

selama tiga minggu sampai satu bulan. Setelah satu bulan sari

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu

menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka

yang sudah terlanjur menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah

belimbing yang besar sehingga air perasannya lebih banyak.

b. Daun Seledri

Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri

sampai halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air

saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam, kemudian

diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar

gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi

kenaikan tekanan darah.

c. Bawang Putih

Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah

setiap pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna

coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau

memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu.

Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut

larut ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9

siung sekali makan.

d. Buah Mengkudu / Pace

Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir

sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus,

kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya.

Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur

e. Avokad

Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4

gelas air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring.

Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.

f. Melon

g. Semangka

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

h. Mentimun

L. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

2. Sirkulasi

Gejala : giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /   katup,

penyakit serebrovaskuler.

Tanda : kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama (takikardia,

berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis,

ekstermitas, perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi perifer), 

pengisian kapiler mungkin lambat.

3. Integritas Ego

Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,

faktor stress multiple (hubungsn, keuangan, pekerjaan).

Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,

tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata),

peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi,  riwayat

penyakit ginjal).

5. Makanan / Cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,

lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik.

Tanda : BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP,

glikosuria.

6. Neurosensori

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan pada

satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan kabur, diplopia), episode

epistaksis.

Tanda : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau

memori (ingatan), respon motorik (penurunan kekuatan genggaman), perubahan

retinal optik.

7. Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri

abdomen.

8. Pernapasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea

nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.

Tanda : distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi

napas tambahan (krekles, mengi), sianosis.

9. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan.

Tanda       : episode parestesia unilateral transien.

10. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala       : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal), faktor resiko etnik,

penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaan obat / alkohol.

  

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia

miokard.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai

dan kebutuhan oksigen.

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang

diderita klien.

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses

penyakit.

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

Diagnosa

Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Penurunan curah jantung

b/d gangguan irama jantung,

stroke volume, pre load dan

afterload, kontraktilitas

jantung.

DO/DS:

- Aritmia, takikardia,

bradikardia

- Palpitasi, oedem

- Kelelahan

- Peningkatan/penurunan

JVP

- Distensi vena jugularis

- Kulit dingin dan lembab

- Penurunan denyut nadi

perifer

NOC :

Cardiac Pump effectiveness

Circulation Status

Vital Sign Status

Tissue perfusion: perifer

Setelah dilakukan asuhan selama………

penurunan kardiak output klien teratasi dengan

kriteria hasil:

Tanda Vital dalam rentang normal

(Tekanan darah, Nadi, respirasi)

Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada

kelelahan

Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak

ada asites

Tidak ada penurunan kesadaran

NIC :

Evaluasi adanya nyeri dada

Catat adanya disritmia jantung

Catat adanya tanda dan gejala penurunan

cardiac putput

Monitor status pernafasan yang

menandakan gagal jantung

Monitor balance cairan

Monitor respon pasien terhadap efek

pengobatan antiaritmia

Atur periode latihan dan istirahat untuk

menghindari kelelahan

Monitor toleransi aktivitas pasien

Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu

dan ortopneu

Anjurkan untuk menurunkan stress

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

- Oliguria, kaplari refill

lambat

- Nafas pendek/ sesak nafas

- Perubahan warna kulit

- Batuk, bunyi jantung

S3/S4

- Kecemasan

AGD dalam batas normal

Tidak ada distensi vena leher

Warna kulit normal

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,

atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan

Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,

dan setelah aktivitas

Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung

Monitor frekuensi dan irama pernapasan

Monitor pola pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban

kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad (tekanan

nadi yang melebar, bradikardi,

peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab dari perubahan vital

sign

Jelaskan pada pasien tujuan dari

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

pemberian oksigen

Sediakan informasi untuk mengurangi

stress

Kelola pemberian obat anti aritmia,

inotropik, nitrogliserin dan vasodilator

untuk mempertahankan kontraktilitas

jantung

Kelola pemberian antikoagulan untuk

mencegah trombus perifer

Minimalkan stress lingkungan

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

Diagnosa

Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas

Berhubungan dengan :

Tirah Baring atau

imobilisasi

Kelemahan menyeluruh

Ketidakseimbangan

antara suplei oksigen

dengan kebutuhan

Gaya hidup yang

dipertahankan.

DS:

Melaporkan secara

verbal adanya kelelahan

atau kelemahan.

Adanya dyspneu atau

ketidaknyamanan saat

NOC :

Self Care : ADLs

Toleransi aktivitas

Konservasi energi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama …. Pasien bertoleransi terhadap

aktivitas dengan Kriteria Hasil :

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa

disertai peningkatan tekanan darah, nadi

dan RR

Mampu melakukan aktivitas sehari hari

(ADLs) secara mandiri

Keseimbangan aktivitas dan istirahat

NIC :

Observasi adanya pembatasan klien

dalam melakukan aktivitas

Kaji adanya faktor yang menyebabkan

kelelahan

Monitor nutrisi dan sumber energi yang

adekuat

Monitor pasien akan adanya kelelahan

fisik dan emosi secara berlebihan

Monitor respon kardivaskuler terhadap

aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,

diaporesis, pucat, perubahan

hemodinamik)

Monitor pola tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

Kolaborasikan dengan Tenaga

Rehabilitasi Medik dalam merencanakan

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

beraktivitas.

DO :

Respon abnormal dari

tekanan darah atau nadi

terhadap aktifitas

Perubahan ECG :

aritmia, iskemia

progran terapi yang tepat.

Bantu klien untuk mengidentifikasi

aktivitas yang mampu dilakukan

Bantu untuk memilih aktivitas konsisten

yang sesuai dengan kemampuan fisik,

psikologi dan sosial

Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang diperlukan

untuk aktivitas yang diinginkan

Bantu untuk mendpatkan alat bantuan

aktivitas seperti kursi roda, krek

Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas

yang disukai

Bantu klien untuk membuat jadwal

latihan diwaktu luang

Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan dalam

beraktivitas

Sediakan penguatan positif bagi yang

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

aktif beraktivitas

Bantu pasien untuk mengembangkan

motivasi diri dan penguatan

Monitor respon fisik, emosi, sosial dan

spiritual

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

Diagnosa

Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut berhubungan

dengan:

Agen injuri (biologi, kimia,

fisik, psikologis), kerusakan

jaringan

DS:

- Laporan secara verbal

DO:

- Posisi untuk menahan

nyeri

- Tingkah laku berhati-hati

- Gangguan tidur (mata

sayu, tampak capek, sulit

atau gerakan kacau,

menyeringai)

NOC :

Pain Level,

pain control,

comfort level

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama

…. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan

kriteria hasil:

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab

nyeri, mampu menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri

Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,

frekuensi dan tanda nyeri)

Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

NIC :

Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi

Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

Bantu pasien dan keluarga untuk mencari

dan menemukan dukungan

Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

Kurangi faktor presipitasi nyeri

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non farmakologi:

napas dala, relaksasi, distraksi, kompres

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

- Terfokus pada diri sendiri

- Fokus menyempit

(penurunan persepsi

waktu, kerusakan proses

berpikir, penurunan

interaksi dengan orang

dan lingkungan)

- Tingkah laku distraksi,

contoh : jalan-jalan,

menemui orang lain

dan/atau aktivitas,

aktivitas berulang-ulang)

- Respon autonom (seperti

diaphoresis, perubahan

tekanan darah, perubahan

nafas, nadi dan dilatasi

pupil)

- Perubahan autonomic

dalam tonus otot

(mungkin dalam rentang

berkurang

Tanda vital dalam rentang normal

Tidak mengalami gangguan tidur

hangat/ dingin

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:

……...

Tingkatkan istirahat

Berikan informasi tentang nyeri seperti

penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan

berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan

dari prosedur

Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian analgesik pertama kali

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

dari lemah ke kaku)

- Tingkah laku ekspresif

(contoh : gelisah,

merintih, menangis,

waspada, iritabel, nafas

panjang/berkeluh kesah)

- Perubahan dalam nafsu

makan dan minum

Page 27: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

Diagnosa

Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kecemasan berhubungan

dengan

Faktor keturunan, Krisis

situasional, Stress,

perubahan status kesehatan,

ancaman kematian,

perubahan konsep diri,

kurang pengetahuan dan

hospitalisasi

DO/DS:

- Insomnia

- Kontak mata kurang

- Kurang istirahat

- Berfokus pada diri sendiri

- Iritabilitas

- Takut

NOC :

- Kontrol kecemasan

- Koping

Setelah dilakukan asuhan selama ……………

klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:

Klien mampu mengidentifikasi dan

mengungkapkan gejala cemas

Mengidentifikasi, mengungkapkan dan

menunjukkan tehnik untuk mengontol

cemas

Vital sign dalam batas normal

Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh

dan tingkat aktivitas menunjukkan

berkurangnya kecemasan

NIC :

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

Gunakan pendekatan yang menenangkan

Nyatakan dengan jelas harapan terhadap

pelaku pasien

Jelaskan semua prosedur dan apa yang

dirasakan selama prosedur

Temani pasien untuk memberikan

keamanan dan mengurangi takut

Berikan informasi faktual mengenai

diagnosis, tindakan prognosis

Libatkan keluarga untuk mendampingi

klien

Instruksikan pada pasien untuk

menggunakan tehnik relaksasi

Dengarkan dengan penuh perhatian

Page 28: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

- Nyeri perut

- Penurunan TD dan denyut

nadi

- Diare, mual, kelelahan

- Gangguan tidur

- Gemetar

- Anoreksia, mulut kering

- Peningkatan TD, denyut

nadi, RR

- Kesulitan bernafas

- Bingung

- Bloking dalam

pembicaraan

- Sulit berkonsentrasi

Identifikasi tingkat kecemasan

Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan

Dorong pasien untuk mengungkapkan

perasaan, ketakutan, persepsi

Kelola pemberian obat anti cemas:........

Page 29: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

Diagnosa

Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kurang Pengetahuan

Berhubungan dengan :

keterbatasan kognitif,

interpretasi terhadap

informasi yang salah,

kurangnya keinginan untuk

mencari informasi, tidak

mengetahui sumber-sumber

informasi.

DS: Menyatakan secara

verbal adanya masalah

DO: ketidakakuratan

mengikuti instruksi,

perilaku tidak sesuai

NOC:

Kowlwdge : disease process

Kowledge : health Behavior

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama …. pasien menunjukkan pengetahuan

tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:

Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program pengobatan

Pasien dan keluarga mampu melaksanakan

prosedur yang dijelaskan secara benar

Pasien dan keluarga mampu menjelaskan

kembali apa yang dijelaskan perawat/tim

kesehatan lainnya

NIC :

Kaji tingkat pengetahuan pasien dan

keluarga

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan

anatomi dan fisiologi, dengan cara yang

tepat.

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

muncul pada penyakit, dengan cara yang

tepat

Gambarkan proses penyakit, dengan cara

yang tepat

Identifikasi kemungkinan penyebab,

dengan cara yang tepat

Sediakan informasi pada pasien tentang

kondisi, dengan cara yang tepat

Sediakan bagi keluarga informasi tentang

Page 30: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

kemajuan pasien dengan cara yang tepat

Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau

mendapatkan second opinion dengan cara

yang tepat atau diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan sumber atau

dukungan, dengan cara yang tepat

Page 31: LAPORAN PENDAHULUAN Hipertensi

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,

Jakarta, EGC,

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit

Buku Kedokteran, EGC,

Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,

Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition.

Oxford: Oxford University Press

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second

Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second

Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Jakarta: Prima Medika

Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang