laporan pendahuluan harga diri rendah
Click here to load reader
Transcript of laporan pendahuluan harga diri rendah
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA
KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH (HDR)
Disusun guna memenuhi tugas Keperawatan Jiwa
Disusun Oleh :
Lilik Budi Setiawan
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PSIK STIKES WIDYA HUSADA
SEMARANG
2013
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH ( HDR )
A. KASUS (MASALAH UTAMA)
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan (Towsend, 2005).
Menurut Schult & Videbeck (2003), gangguan harga diri rendah
adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Keliat, 2004).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan
negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan yang diekspresikan secara langsung
maupun tidak langsung.
Tanda dan gejala
Menurut Carpenito dan Keliat tanda dan gejalanya adalah:
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut
jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.2
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
2. Etiologi
1) Gambaran diri ( Body Image )
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan
tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini
dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan
pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 2002).
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat
menunjukan tanda dan gejala, seperti :
a. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap
dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.
Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas.
b. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari
kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau
menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung ,
tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam
perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan
atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan
reintegrasi dengan gambaran diri yang baru. Tanda dan gejala
dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang adaptif,
jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka
respon klien dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan
gambaran diri yaitu :
a) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah
b) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3
c) Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri
d) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh
e) Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang
f) Mengungkapkan keputusasaan
g) Mengungkapkan ketakutan ditolak
h) Depersonalisasi
i) Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
2) Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian
personal tertentu (Stuart and Sundeen, 2002).
Tanda dan gejala :
a. Merasa diri tak berharga
b. Perasaan tidak mampu
c. Rasa bersalah
d. Ketegangan peran yang
dirasakan
e. Pandangan hidup yang
pesimis
f. Penolakan terhadap
kemampuan personal atau ketidakmampuan untuk mendapatkan
penghargaan yang positif
3) Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart
and Sundeen, 2002). Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri
dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional
(trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung
lama).
Tanda dan gejala harga diri rendah:
a) Perasaan malu
b) Perasaan bersalah pada diri sendiri
4
c) Merendahkan martabat
d) Menarik diri
e) Percaya diri kurang
f) Mencederai diri
4) Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat
(Keliat, 2004). N
Tanda dan gejala gangguan peran:
a) Mengingkari ketidakmampuan menjalankan peran
b) Mengungkapkan ketidakpuasan peran
c) Kegagalan menjalankan peran
d) Ketegangan menjalankan peran
e) Apatis/bosan/jenuh/putus
f) Ganti-ganti peran
5) Identitas
Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari
observasidan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek
konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and
Sudeen, 2002).
Tanda dan gejala identitas yang kurang:
a. Memandang dirinya secara unik
b. Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain
c. Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu diri,
menerima diri dan dapat mengontrol diri.
d. Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri
3. Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik
diri, isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial.
Tanda dan gejala dari isolasi sosial
a.Gejala positif
5
1) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2) Menghindar dari orang lain (menyendiri)
3) Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak
bercakap-cakap dengan klien lain/perawat
4) Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
5) Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas
6) Menolak berhubungan dengan orang lain, klien
memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap
7) Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
8) Posisi janin saat tidur
b. Gejala negative
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
3) Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4) Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5) Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya
C. POHON MASALAH
D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Masalah Keperawatan
1) Isolasi sosial : menarik diri
2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3) Gangguan citra tubuh
6
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Isolasi social : menarik diri
Gangguan citra tubuh, identitas diri, peran diri, ideal diri
4) Gangguan identitas diri
5) Gangguan peran diri
6) Gangguan ideal diri
2. Data yang dapat Dikaji
1) Isolasi sosial : menarik diri
a. Data subjektif
a) Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup
lagi
b) Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
c) Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
b. Data objektif
a) Ekspresi wajah kosong
b) Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
c) Suara pelan dan tidak jelas
2) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Data subjektif
a) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
b) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
c) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
d) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
e) Mengkritik diri sendiri
b. Data objektif
a) Merusak diri sendiri
b) Merusak orang lain
c) Menarik diri dari hubungan sosial
d) Tampak mudah tersinggung
e) Tidak mau makan dan tidak tidur
3) Gangguan citra tubuh
a. Data Obyektif :
7
a) Menolak penjelasan perubahan tubuh.
b) Persepsi negative terhadap perubahan tubuh.
c) Mengungkapkan keputusasaan.
d) Mengungkapkan ketakutan.
b. Data Subyektif
Menolak melihat, menyentuh bagian tubuh yang berubah
4) Gangguan identitas diri
a. Data subjektif
Klien mengungkapkan ketidakpuasan terhadap status di
lingkungan
b. Data objektif
Tampak mudah tersinggung
5) Gangguan peran
a. Data subjektif
Klien menggungkapkan ketidakmampuan dalam melakukan peran
yang seharusnya dilingkunagn
b. Data objektif
Menarik diri dari lingkungan social
6) Gangguan ideal diri
a. Data subjektif
a) Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan
orang lain
b) Menginginkan sesuatu keinginan yang berlebihan atau
sempurna
c) Mengungkapkan suatu keinginan yang tidak realistis
b. Data Objektif
a) Tampak ketergantungan pada orang lain
b) Tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya
dapat dilakukan
c) Wajah tampak murung
7) Gangguan harga diri
a. Data subjektif
8
a) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
b) Mengungkapkan tidak ada lagi yang pedulI
c) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
d) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
e) Mengkritik diri sendiri
b. Data objektif
a) Merusak diri sendiri
b) Merusak orang lain
c) Menarik diri dari hubungan social
d) Tampak mudah tersinggung
e) Tidak mau makan dan tidak tidur
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan konsep diri (harga diri rendah)
a. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/ klien akan
meningkat harga dirinya.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1.1 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
1.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.3 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.4 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
9
Tindakan:
2.1 Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis
2.3 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimili
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan:
3.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
4) Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan:
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien.
6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Capernito LJ. 2008. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta: EGC.
Ircham R. Asuhan Keperawatan Jiwa. 2008. Diakses pada tanggal 21 agustus 2009 dari http://asuhanjiwa.blogspot.com/2008/09/harga-diri-rendah.html
Kelliat, BA. 2004. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.edisi 1. Jakarta: EGC.
Suseno D. Psikofarmaka. 2009. Diakses pada tanggal 21 Agustus 2009 dari http://portalperawat.blogspot.com/2009/05/psikofarmakologi-obat-obatan-untuk.html
Towsend. 2005. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri (ed. Indonesia). Jakarta: EGC.
Stuart, Sudden, 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Skin Graft. Maret 2010. Diakses pada tanggal 23 November 2010 dari http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/03/skingraf.html.
12