Askep Harga Diri Rendah 2

26
BAB I KONSEP DASAR Pada bab ini akan dibahas tentang konsep dasar harga diri rendah yang meliputi: pengertian, rentang respon konsep diri, etiologi, manifestasi klinis, mekanisme koping, masalah keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, dan fokus intervensi. A. Pengertian 1. Konsep diri Menurut Rogers (2004) konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal (Rogers, 2004). Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri

Transcript of Askep Harga Diri Rendah 2

Page 1: Askep Harga Diri Rendah 2

BAB I

KONSEP DASAR

Pada bab ini akan dibahas tentang konsep dasar harga diri rendah yang meliputi:

pengertian, rentang respon konsep diri, etiologi, manifestasi klinis, mekanisme koping,

masalah keperawatan, pohon masalah, diagnosa keperawatan, dan fokus intervensi.

A. Pengertian

1. Konsep diri

Menurut Rogers (2004) konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap,

mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang

bukan aku. Konsep diri terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal

(Rogers, 2004). Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak,

Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence

adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai

pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana

pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh,

integral, dan sejati (Rogers, 2004).

Komponen-komponen dalam konsep diri terdiri atas beberapa hal diantaranya

adalah sebagai berikut (Rogers, 2004):

a. Gambaran diri.

Kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap

tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu, dan sekarang, serta perasaan tentang

ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara berkesinambungan

Page 2: Askep Harga Diri Rendah 2

dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman baru. Hal-hal yang terkait dengan

gambaran diri sebagai berikut:

a. Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja.

b. Bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda pubertas.

c. Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek

psikologis.

d. Gambaran yang realistik terhadap menerima dan menyukai bagian

tubuh, akan memberi rasa aman dalam menghindari kecemasan dan

meningkatkan harga diri.

e. Individu yang stabil, realistik, dan konsisten terhadap gambaran dirinya

dapat mendorong sukses dalam kehidupan.

b. Ideal diri.

Persepsi individu tentang perilakunya, disesuaikan dengan standart pribadi yang

terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan serta nilai personal tertentu

yang ingin dicapai. Hal-hal yang terkait dengan ideal diri:

a. Perkembangan awal terjadi pada masa kanak-kanak.

b. Terbentuknya masa remaja melalui proses identifikasi terhadap orang

tua, guru, dan teman.

c. Dipengaruhi oleh orang-orang yang dipandang penting dalam memberi

tuntutan dan harapan.

d. Mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma keluarga

dan sosial.

Page 3: Askep Harga Diri Rendah 2

c. Harga diri.

Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa

seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi

adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sediri tanpa syarat,

walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa

sebagai seorang yang penting dan berharga.

d. Penampilan peran.

Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan

dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan

adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan untuk menentukan

perannya sendiri. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih

individu itu sendiri.

e. Identitas diri.

Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap

kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Mempunyai

konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan

kualitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan

tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.

2. Harga diri rendah.

“Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana evaluasi diri dan perasaan

terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif, yang secara langsung atau tidak

langsung diekspresikan” (Townsend, 1995 hal 74). “Harga diri adalah penilaian diri

Page 4: Askep Harga Diri Rendah 2

Aktualisasidiri

Konsep diripositif

Harga dirirendah

Kerancuanidentitas

Depersonalisasi

terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal

diri” (Sunaryo, 2004 hal 32).

Jika individu selalu sukses maka cenderung harga diri tinggi tetapi jika individu

sering gagal maka cenderung harga diri rendah (Direktorat Kesehatan Jiwa, 1995).

Didalam diri seseorang besar kemungkinan terjadi gangguan harga diri apabila aspek

utama harga diri yaitu dicintai, disayangi, dikasihi orang lain, dan mendapat penghargaan

dari orang lain belum terpenuhi (Townsend, 1998). Hal ini dapat di gambarkan sebagai

perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri, harga diri,

merasa gagal mencapai keinginan, tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus asa (Keliat,

1999).

B. Rentang respon konsep diri

Berikut ini adalah rentang konsep diri menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal

230).

Respon adaptif Respon maladaptif

Gambar 1: rentang konsep diri (Stuart & Sundeen, 1998 hal 230).

1. Aktualisasi diri: pengungkapan perasaan/kepuasan dari konsep diri positif.

2. Konsep diri positif: dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang

diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan.

3. Harga diri rendah: perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan

diit, dan merasa gagal mencapai keinginan.

Page 5: Askep Harga Diri Rendah 2

4. Kerancuan identitas: ketidakmampuan individu mengintegrasikan aspek

psikologis pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan, dan

perasaan hampa.

5. Depersonalisasi: merasa asing terhadap dirinya sendiri dan kehilangan

identitas.

C. Etiologi

Menurut Keliat (1995) harga diri rendah dapat terjadi secara:

1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi, kecelakaan,

dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat

dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang kurang diperhatikan:

pemeriksaan fisik yang sembarangan, harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi

tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang

tidak menghargai.

2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu

sebelum sakit/dirawat. Klien mempunyai cara fakir yang negatif, kejadian sakit,

dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998) penyebab harga diri rendah

dibedakan menjadi dua yaitu faktor predisposisi dan stressor presipitasi.

1. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi dapat menunjang terjadinya perubahan dalam konsep

diri seseorang. Faktor ini dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Perkembangan

Page 6: Askep Harga Diri Rendah 2

Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dapat mempengaruhi

gangguan konsep diri, misal: krisis psikososial pada masa perkembangan,

harapan orang yang penting dalam hidupnya, peran sosial yang diharapkan,

aspek budaya yang mempengaruhi, keadaan kesehatan fisik, dan pola

penyelesaian masalah yang dimiliki.

b. Faktor yang mempegaruhi harga diri.

Pengalaman masa kanak-kanak merupakan faktor kontribusi pada gangguan

konsep diri diantaranya: anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon

orang tua yang kasar, membenci, tidak menerima atas usaha anak, ketidak

pastian diri, dan anak yang tidak menerima kasih sayang maka anak tersebut

akan gagal mencintai dirinya dan menggapai cinta orang lain.

c. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran.

Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu telah diterima masyarakat

bahwa wanita kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif, dan kurang

rasional dibandingkan dengan pria sedangkan pria dianggap kurang sensitive,

kurang hangat, dan kurang ekspresif dibandingkan dengan wanita.

d. Faktor yang mempengaruhi identitas personal.

Orang tua selalu curiga pada anak sehingga anak akan ragu apakah yang ia

pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka akan timbul

rasa bersalah. Kontrol orang tua pada anak remaja akan menimbulkan

perasaan benci anak pada orang tua. Anak remaja ingin diterima, dibutuhkan,

diinginkan, dan dimiliki oleh kelompoknya.

Page 7: Askep Harga Diri Rendah 2

2. Faktor presipitasi

Gangguan konsep diri dapat disebabkan dari luar dan dari dalam. Dimana situasi-

situasi yang dihadapi individu tidak mampu menyesuaikan stressor yang

mempengaruhi gambaran diri seperti:

a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan

kejadian yang megancam.

b. Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan

dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran:

b.1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan

dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan

dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya atau

nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri.

b.2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya

anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

b.3. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat

menuju keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan

bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan, dan fungsi tubuh,

perubahan fisik, prosedur medis, dan keperawatan.

D. Manifestasi klinis

Menurut Stuart dan Sundeen (1998), karakteristik perilaku yang ditunjukkan

pada klien dengan harga diri rendah berupa mengkritik diri sendiri atau orang lain,

penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, gangguan dalam

berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah,

Page 8: Askep Harga Diri Rendah 2

mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negatif terhadap tubuhnya

sendiri, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, keluhan fisik,

pandangan hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan personal, destruktif

terhadap diri sendiri, pengurangan diri, menarik diri secara sosial, penyalahgunaan zat,

menarik diri dari realita, dan khawatir.

E. Mekanisme koping

Struart dan Sundeen (1998) berpendapat bahwa mekanisme koping termasuk

pertahanan koping jangka pendek dan jangka panjang serta penggunaan mekanisme

pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang

menyakitkan. Pertahanan jangka panjang, jangka pendek, dan ego menurut Stuart dan

Sundeen (1998) adalah sebagai berikut:

Pertahanan jangka pendek meliputi:

a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas,

misal: konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif.

b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misal: ikut

serta dalam aktivitas sosial, agama, klub politik, kelompok atau geng.

c. Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misal: olah raga

yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan

popularitas.

d. Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah

identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu, misal:

penyalahgunaan obat.

Page 9: Askep Harga Diri Rendah 2

Pertahanan jangka panjang termasuk sebagai berikut:

a. Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang

yang penting bagi individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan

potensi diri individu tersebut.

b. Identitas negatif, asumsi identitas yang tidak wajar, bertentangan dengan nilai,

dan harapan masyarakat.

Mekanisme pertahanan ego termasuk gangguan fantasi, disosiasi, isolasi,

proyeksi, pergeseran (displacement), peretakan (spiliting), berbalik marah terhadap diri

sendiri, dan amuk.

F. Masalah keperawatan

Menurut Keliat (1999) ada beberapa masalah keperawatan yang sering muncul

pada klien dengan harga diri rendah yaitu (a) resiko perilaku kekerasan, (b) gangguan

harga diri rendah situasional atau kronik, (c) Koping individu tidak efektif.

G. Pohon masalah

Menurut Keliat (1999) pohon masalah pada kasus harga diri rendah adalah

sebagai berikut:

Resiko perilaku kekerasan Akibat

Page 10: Askep Harga Diri Rendah 2

Gambar 2: pohon masalah harga diri rendah (Keliat, 1999)

H. Diagnosa keperawatan dari pohon masalah

Keliat (1999) berpendapat bahwa diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan

dari pohon masalah tersebut diatas adalah sebagai berikut:

1. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan koping individu

tidak efektif.

I. Fokus intervensi

Fokus intervensi dari diagnosa keperawatan yang muncul diatas pada klien

dengan harga diri rendah adalah sebagai berikut:

1. Resiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah. (Keliat, 1999).

Tujuan Umum:

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

Tujuan khusus:

1.1. Klien dapat membina berhubungan saling percaya

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif.

Core problem

Penyebab

Page 11: Askep Harga Diri Rendah 2

Kriteria evaluasi: ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak

mata, mau berjabat tangan dan menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau

duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Intervensi:

1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik

a. Sapa klien dengan ramah baik dengan verbal maupun non verbal.

b. Perkenalkan diri dengan sopan.

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d. Jelaskan tujuan pertemuan.

e. Jujur dan menepati janji.

f. Tunjukkan sikap menerima klien apa adanya.

g. Beri perhatian kepada klien dan perhatika kebutuhan dasar klien.

Rasional: hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan interaksi

selanjutnya.

1.1.2 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Kriteria evaluasi: klien dapat menyebutkan kemampuan yang dimiliki klien di RS,

rumah, dan tempat kerja. Daftar positif keluarga klien dan daftar positif lingkungan

klien.

Intervensi:

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, buat daftarnya.

b. Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.

Page 12: Askep Harga Diri Rendah 2

c. Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif

klien.

Rasional: diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol

diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya,

reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien, dan pujian yang

realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin

mendapatkan pujian.

1.1.3 Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

Kriteria evaluasi: klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan di

rumah sakit dan klien menilai kemampuan yang dapat digunakan dirumah.

Intervensi keperawatan:

a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih digunakan selama sakit.

b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit.

c. Berikan pujian.

Rasional: diskusikan pada klien tentang kemampuan yang dimiliki adalah

prasarat untuk berubah dan mengerti tentang kemampuan yang dimiliki dapat

memotivasi klien untuk tetap mempertahankan penggunaannya.

1.1.4 Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki.

Kriteria evaluasi: klien memiliki kemampuan yang akan dilatih, klien

mencoba, dan membuat jadwal harian.

Intervensi keperawatan:

Page 13: Askep Harga Diri Rendah 2

a. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah

sakit.

b. Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.

c. Beri pujian atas keberhasilan klien.

d. Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.

e. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan, buat jadwal kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan

sebagian, dan kegiatan yang membutuhkan bantuan total

f. Tingkatkan kegiatan yang disukai sesuai dengan kondisi klien

g. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

Rasional: klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya

sendiri, klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya, dan contoh

peran yang dilihat klien akan memotovasi klien untuk melaksanakan kegiatan.

1.1.5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.

Kriteria evaluasi: klien melakukan kegiatan yang telah dilatih (mandiri,

dengan bantuan atau tergantung), klien mampu melakukan beberapa kegiatan

mandiri.

Intervensi Keperawatan :

a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

b. Beri pujian atas keberhasilan klien

c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

Page 14: Askep Harga Diri Rendah 2

Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri kllien dan

memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap melakukan kegiatan yang

biasa dilakukan

1.1.6 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Kriteria evaluasi: keluarga dapat memberi dukungan dan pujian serta

memahami jadwal kegiatan harian klien.

Intervensi keperawatan:

a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan

harga diri rendah.

b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

d. Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah.

e. Anjurkan keluaraga untuk memberi pujian pada klien setiap berhasil.

Rasional: mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat

proses penyembuhan klien dan meningkatkan peran serta keluarga dalam

merawat klien di rumah.

2. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif (Keliat, 1999).

Tujuan umum:

Klien dapat memiliki koping yang efektif.

Tujuan khusus:

2.1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya secara bebas.

Kriteria evaluasi: Klien mengungkapkan perasaanya secara bebas.

Page 15: Askep Harga Diri Rendah 2

Intervensi:

a. Ijinkan klien untuk menangis.

b. Sediakan kertas dan alat tulis jika klien belum mau bicara.

c. Nyatakan kepada klien bahwa perawat dapat mengerti apabila klien belum siap

membicarakan permasalahannya.

2.2. Klien dapat mengidentifikasi koping dan perilaku yang berkaitan dengan

kejadian yang dihadapi.

Kriteria evaluasinya klien dapat mengidentifikasi koping dan perilaku yang

berkaitan dengan kejadian yang dihadapi.

Intervensi:

a. Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami hal yang sama.

b. Tanyakan cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi perasaan dan

masalah.

c. Identifikasi koping yang pernah dipakai.

d. Diskusikan dengan klien alternatif koping yang tepat bagi klien.

2.3. Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif.

Kriteria evaluasi: klien memodifikasi pola kognitif yang negatif.

Intervensi:

a. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien.

b. Identifikasi pemikiran negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi

atau substitusi.

c. Bantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif.

Page 16: Askep Harga Diri Rendah 2

d. Identifikasi ketetapan persepsi klien yang tepat tentang penyimpangan dan

pendapatnya yang tidak rasional.

e. Kurangi penilaian klien yang negatif terhadap dirinya.

f. Evaluasi ketepatan persepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat klien.

g. Bantu klien untuk menyadari nilai yang dimilikinya dan perubahan yang terjadi.

2.4. Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan

dengan perawatan dirinya.

Kriteria evaluasi: klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang

berkenaan dengan perawatan dirinya.

Intervensi:

a. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan perawatan yang ingin dicapai.

b. Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan diri.

c. Berikan klien privasi sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan.

d. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat.

e. Berikan pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilannya

bagus.

f. Motivasi klien untuk mempertahankan kegiatan tersebut.

2.5. Klien dapat memotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistik.

Kriteria evaluasi: klien termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistik.

Intervensi:

a.Bantu klien untuk menetapkan tujuan yang realistik. Fokuskan kegiatan pada saat

sekarang bukan pada masa lalu.

Page 17: Askep Harga Diri Rendah 2

b. Bantu klien untuk mengidentifikasi area situasi kehidupan yang dapat

dikontrolnya.

c.Identifikasi cita-cita yang ingin dicapai oleh klien.

d. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas tersebut dan berikan penguatan

positif untuk berpartisipasi dan pencapaiannya.

e.Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu klien menurunkan

perasaan tidak bersalah.