Laporan Pendahuluan Epilepsi

14
Laporan Pendahuluan Epilepsi Epilepsi A. Pengertian Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Tarwoto, 2007) Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang- ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000) Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik (anonim, 2008) B. Etiologi Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik) Sering terjadi pada: 1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum 2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf 3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol 4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia) 5. Tumor Otak 6. Kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007) Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah epilepsi idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan prognosis yang baik dan yang

description

Laporan Pendahuluan Epilepsi

Transcript of Laporan Pendahuluan Epilepsi

Page 1: Laporan Pendahuluan Epilepsi

Laporan Pendahuluan Epilepsi

Epilepsi

A.    Pengertian 

Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya

muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Tarwoto, 2007)

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam

serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel

saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi (Arif, 2000)

Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri

timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron otak

secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik (anonim, 2008)

B. Etiologi

Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik) Sering terjadi

pada:

1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum

2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf

3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol

4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)

5. Tumor Otak

6. Kelainan pembuluh darah

(Tarwoto, 2007)

Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah epilepsi

idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi pada

anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi

tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua

tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan

prognosis yang baik dan yang buruk.

Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada CT

scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi

dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas.

Sementara itu, dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi

neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai

berikut:

Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan pertama

seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila defisit neurologik terjadi pada saat

Page 2: Laporan Pendahuluan Epilepsi

pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan pertama dan

85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena

gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan

pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya

bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan ulang dalam

waktu 6 bulan pertama.

Epilepsi dapat dibagi dalam tiga golongan utama antara lain:

a. Epilepsi Grand Mal

Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari

neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang otak

dan talamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.

b. Epilepsi Petit Mal

Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan

kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu serangan ini penderita merasakan

beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitch- like),biasanya di daerah kepala, terutama

pengedipan mata.

c. Epilepsi Fokal

Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regio setempat pada korteks

serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal

disebabkan oleh resi organik setempat atau adanya kelainan fungsional.

C. PATOFISIOLOGI.

Menurut para penyelidik bahwa sebagian besar bangkitan epilepsi berasal dari sekumpulan

sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan secara berlebihan dan hypersinkron.

Kelompok sel neuron yang abnormal ini, yang disebut juga sebagai fokus epileptik mendasari

semua jenis epilepsi, baik yang umum maupun yang fokal (parsial). Lepas muatan listrik ini

kemudian dapat menyebar melalui jalur-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan daerah

disekitarnya atau daerah yang lebih jauh letaknya di otak. Tidak semua sel neuron di susunan

saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik

berlebihan. Sel neuron diserebellum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis,

walaupun mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka

menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi. Sampai saat ini belum

terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel neuron untuk melepas

muatan secara sinkron dan berlebihan (mekanisme terjadinya epilepsi).

Secara Patologi :

Fenomena biokimia sel saraf yang menandai epilepsi :

1. Ketidakstabilan membran sel saraf.

2. Neuron hypersensitif dengan ambang menurun.

Page 3: Laporan Pendahuluan Epilepsi

3. Polarisasi abnormal.

4. Ketidakseimbangan ion.

Tanda dan gejala

Penatalkasanaan

pencegahan

D. Pathways

E. Manifestasi klinik

1. Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan

penginderaan

2. Kelainan gambaran EEG :....

3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen

4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (Aura dapat

berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan tak enak, mendengar suara

Page 4: Laporan Pendahuluan Epilepsi

gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya)

F. Klasifikasi kejang

1. Kejang Parsial

a. Parsial Sederhana

Gejala dasar, umumnya tanpa gangguan kesadaran. Misal: hanya satu jari atau tangan yang

bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus atau somatosensorik seperti:

mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak umum/tdk nyaman

b. Parsial Kompleks

Dengan gejala kompleks, umumnya dengan ganguan kesadaran. Dengan gejala kognitif,

afektif, psiko sensori, psikomotor. Misalnya: individu terdiam tidak bergerak atau bergerak

secara automatik, tetapi individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus

tersebut lewat

2. Kejang Umum (grandmal)

Melibatkan kedua hemisfer otak yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi Terjadi

kekauan intens pada seluruh tubuh (tonik) yang diikuti dengan kejang yang bergantian

dengan relaksasi dan kontraksi otot (Klonik) Disertai dengan penurunan kesadaran, kejang

umum terdiri dari:

a. Kejang Tonik-Klonik

b. Kejang Tonik : keadaan kontinyu

c. Kejang Klonik : Kontraksi otot mengejang

d. Kejang Atonik : Tidak adanya tegangan otot

e. Kejang Myoklonik : kejang otot yang klonik

f. Spasme kelumpuhan

g. Tidak ada kejang

h. Kejang Tidak Diklasifikasikan/ digolongkan karena datanya tidak lengkap.

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pungsi Lumbar

Pungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal

tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah

kejang demam pertama pada bayi.

a. Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher)

b. Mengalami complex partial seizure

c. Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48 jam sebelumnya)

d. Kejang saat tiba di IGD (instalasi gawat darurat)

e. Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga sekitar 1 jam

setelah kejang demam adalah normal.

f. Kejang pertama setelah usia 3 tahun

Page 5: Laporan Pendahuluan Epilepsi

Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak tanda peradangan

selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada

anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala

meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan

untuk dilakukan.

2. EEG (electroencephalogram)

EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan gelombang.

Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi

sekali tanpa adanya defisit (kelainan) neurologis. Tidak ada penelitian yang menunjukkan

bahwa EEG yang dilakukan saat kejang demam atau segera setelahnya atau sebulan

setelahnya dapat memprediksi akan timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan

datang. Walaupun dapat diperoleh gambaran gelombang yang abnormal setelah kejang

demam, gambaran tersebut tidak bersifat prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam

atau risiko epilepsi.

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnsium,

atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama. Pemeriksaan laboratorium

harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.

4. Neuroimaging

Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-scan dan MRI

kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang baru terjadi untuk pertama

kalinya.

H. Pencegahan

Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pencegahan

epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsi

yang digunakan sepanjang kehamilan. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama

yang dapat dicegah. Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan

pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan

pencegahan epilepsi akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga

kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau

hipertensi) harus di identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau

cedera akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan

persalinan.

Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan program

pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana

dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan ini.

I. Pengobatan

Page 6: Laporan Pendahuluan Epilepsi

Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat

antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam

waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat

(compliance) seta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi,

mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.

Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung

jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang

berat pengobatan bisa lebih dari 5th. Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara

bertahap. Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan

efek sama sekali.

Penanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya. Jika terlambat

mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan

keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari. Kondisi yang

menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya.

J. KOMPLIKASI 

1. Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang yang

berulang

2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas ( Elizabeth, 2001 : 174 ) 

H. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian data dasar

Data dasar adalah dasar untuk mengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan,

mengembangkan dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan perawat untuk klien.

Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu dengan kata lain

data pengkajian harus relevan ( Potter, 2005 : 144 )

Identitas atau biodata terdiri dari tinggi atau kesiapan psikis. Pendidikan untuk mengetahui

wawasan dan pengetahuan, agama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

otak, pekerjaan untuk mengetahui status sosial ekonomi dan alamat untuk mengetahui

komunitasnya

Riwayat keperawatan sekarang didapatkan dengan pengkajian dari penyakit saat ini, riwayat

kesehatan keluarga. Pada pengkajian riwayat penyakit saat ini diperoleh dengan

pengumpulan data yang penting dan berkaitan tentang awitan gejala. Perawat menentukan

kepan gejala timbul, apakah gejala selalu timbul atau hilang dan timbul. Perawat juga

menanyakan tentang durasi gejala. Pada bagian tentang riwayat penyakit sat ini perawat

mencatatkan informasi spesifik seperti letak, intentitas dan kualitas gejala

Riwayat kesehatan masa lalu diperoleh dengan pengkajian tentang riwayat masa lalu

sehingga memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien. Perawat mengkaji

Page 7: Laporan Pendahuluan Epilepsi

apakah klien dirawat dirumah sakit atau pernah menjalani operasi juga penting dalam

merencanakan asuhan keperawatan adalah deskripsi tentang alergi termasuk alergi terhadap

makanan, obat – obatan atau polutan. Juga terdapat pada format pengkajian. Perawat juga

mengidentifikasi kebiasaan dan pola gaya hidup. Penggunaan tembakau, alkohol, kafein, obat

– obatan atau medikasi yang secara rutin digunakan dapat membuat klien berisiko terhadap

penyakit yang menyerang napas, paru – paru, jantung, sistem saraf, atau berfikir dengan

membuat catatan tentang tipe kebiasaan juga frekuensi dan durasi penggunaan akan

memberikan data yang penting

Pengkajian pada riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentanghubungan

kekeluargaan langsung dan hubungan darah. Sasarannya adalah untuk menentukan apakah

klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial dan untuk

mengidentifikasi area tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Riwayat keluarga

juga memberikan informasi tentang struktur keluarga, interaksi dan fungsi yang mungkin

berguna dalam merencanakan asuhan, keperawatan ( Potter, 2005 : 158 )

Pada pola pengkajian fungsional, penulis menggunakan pola pengkajian menurut Virginia

Handerson karena teory keperawatan tersebut (Handerson, 1955 ) mencakup seluruh

kebutuhan dasar manusia. Handerson ( 1964 ) mengidentifikasikan keperawatan sebagai

membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki

kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhannya dimana individu tersebut akan mampu

mengerjakannya tanpa bantuan. Bila ia memiliki kekuatan, kemampuan dan kebutuhan.

Dalam hal ini dilakukan agar dapat mengembalikan kembali kemandiriannya secepat

mungkin

( Potter, 2005 : 159 )

Pengkajian fisik pada kasus ini difokuskan pada sistem persyarafan dan sistem neurologis

bertanggung jawab terhadap banyak fungsi, termasuk stimulus sensori, organisasi proses

berfikir, kontrol bicara dan penyimpanan memori. Kebutuhan dasar menurut Virgina

Handerson memberikan kerangka kerja dalam melakukan asuhan keperawatan diantaranya :

1. Bernafas secara normal

Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu memilih tempat

tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan bantal, alas dan sejenisnya sebagai alat pembantu

klien agar dapat bernafas dengan kontrol dan kemampuan mendemonstrasikan serta

menjelaskan pengaruhnya kepada klien. Perawat harus waspada terhadap tanda – tanda

obstruksi jalan nafas dan siap memberikan bantuan dalam keadaan tertentu

2. Kebutuhan akan Nutrisi

Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat badan yang normal,

kebutuhan nutrisi yang diperlukan, pemilihan dan penyediaan makanan, pendidikan,

kesehatan akan berhasil apabila diperhatikan latar belakang kultural dan sosial klien. Untuk

Page 8: Laporan Pendahuluan Epilepsi

itu perawat harus mengerti kebiasaan, kepercayaan klien tentang nutrisi disamping nutrisi dan

tumbuh kembang

3. Kebutuhan Eliminasi

Perawatan dasarnya meliputi semua pengeluaran tubuh, perawat harus mengetahui semua

saluran pengeluaran dan keadaan normalnya. Jarak waktu pengeluaran dan frekuensi

pengeluaran yang meliputi keringat. Udara yang keluar saat bernafas, menstruasi, muntah,

buang air besar atau kecil

4. Gerak dan Keseimbangan Tubuh

Perawat harus mengetahui tentang prinsip – prinsip keseimbangan tubuh miring dan besar

artinya perawat harus bisa memberikan rasa nyaman dalam semua posisi dan tidak

membiarkan terbaring terlalu lama pada satu sisi. Perawat harus dapat melindungi pasiennya

selama sakit dengan berhati – hati saat memindahkan dan mengangkat

5. Kebutuhan Istirahat Tidur

Istirahat dan tidur tergantung pada relaksasi otot, untuk itu perawat harus mengetahui tentang

pergerakan badan yang baik disamping itu juga dipengaruhi oleh emosi (stress) dimana stress

merupakan keadaan dimana aktivitas dan kreatifitas dianggap patologis apabila ketegangan

dapat diatasi atau tak terkontrol dengan istirahat cukup.

6. Kebutuhan Berpakaian

Perawatan pada dasarnya meliputi membantu klien memilih pakaian yang tersedia dan

membantu urutan memakainya. Perawat tidak boleh memaksakan pada klien pakaian yang

tak sesuai dan disukai klien hal tersebut dapat menghilangkan rasa kebebasan klien.

7. Mempertahankan Temperatur Tubuh atau Sirkulasi

Perawat harus mengetahui kebutuhan fisiologi pasien dan bisa mendorong kearah tercapainya

keadaaan normal maupun dengan mengubah temperatur kelembapan, pergerakan udara atau

dengan menguatkan serta mengurangi aktivitasnya. Menu makanan dan pakaian yang

dikenakan mempengaruhi dalam hal ini.

8. Kebutuhan Akan Personal Higine

Klien harus menyediakan fasilitas dan bantuan peralatan sangat dibutuhkan untuk

membersihkan kulit, rambut, kuku, hidung, mulut dan giginya konsep – konsep mengeanai

kebersihan berbeda tiap klien tetapi tak perlu menurunkan hanya karena sakit. Sebaliknya

standart kerendah harus ditingkatkan perawat harus bisa menjaga posisinya tetap bersih

terlepas dari keadaan fisik jiwa yang kotor.

9. Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman

Dalam keadaan sehat setiap orang bebas mengontrol keadaan sekelilingnya atau mengubah

keadaan itu bila beranggapan sudah tak cocok lagi jiwa sakit sikap tersebut tidak dapat

dilakukan ketidaktahuan dapat menimbulkan kekawatiran yang tak perlu baru dalam keadaan

Page 9: Laporan Pendahuluan Epilepsi

sehat atau sakit. Seorang klien mungkin mempunyai pantangan yang tak diketahui dan

petugas kesehatan, kasta, adat istiadat kepercayaan dari agama mempengaruhi peraturan

dasarnya meliputi melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul.

10. Berkomunikasi Dengan Orang Lain Dan Mengekspresikan Emosi, Keinginan Rasa Takut

Dan Pendapat

Keinginan rasa takut dan pendapat dalam keadaan sehat tiap bersikap emosi tampan pada

ekpresi fisik bertambah, cepatnya denyut jantun, pernafasan atau muka yang mendadak

merah dinterprestaikan sebagai pernyataan jiwa atau emesi. Perawat mempunyai tugas yang

kompleks baik bersifat pribadi maupun yang mengarahkan keseluruhan personalitas dalam

memberi bantuan kepada klien. Perawat harus menterjemahkan dalam hubungan klien

dengan temperatur dalam memasukan kesehatannya tugas terberat perawat adalah membuat

klien mengerti dirinya sendiri, mengerti perubahan sikap yang memperburuk kesehatan dan

menerima keadaan yang tidak dapat diubah, menciptakan lingkunagan yang teraupetik sangat

membantu dalam hal ini.

11. Kebutuhan Spritual

Dalam memberiakn perawatan dalam situasi apapun kebutuhan spritual klien harus dicermati

dan perawatan harus membantu dalam pemenuhan kebutuhan itu. Apabila sewaktu sehat

melakukan ibadah agama merupakan perintah yang penting bagi seseorang maka saat sakit

hal ini menjadi lebih penting perawat, petugas keshatan lain

12. Kebutuhan Bekerja

Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi terhadap kebutuhanklien sangat

penting rasa keberatan terhadap therapy bedrest didasarkan pada meningkatnya perasaan tak

berguna karena tidak aktif

13. Kebutuhan Bermain dan Rekreasi

Seringkali keadaan sakit menyebabkan seorang kehilangan kesepakatan meningkat variasi

dan udara segar serta rekreasi, untuk itu perlu dipilihkan beberapa aktivitas yang sangat

dipengaruhi oleh jenis kreatifitas, umur,kecerdasan dan pengalaman serta selera klien kondisi

dan keadaan penyakitnya.

14. Kebutuhan Belajar

Bimbingan latihan atau pendidikan merupakan bagian dari pelayanan dasar. Fungsi perawat

adalah membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan dan meningkatkan

kesehatan serta memperkuat dan mengikuti rencana therapy yang diberikan pembimbing

dapat dilakukan setiap resiko saat klien perawat memberikan asuhan

Pengkajian fungsi neurologis dapat menghabisakan banyak waktu. Perawat yang efesiensi

mengintegrasikan pemeriksaan neurologis dengan bagian pemeriksaan fisik lainnya sebagai

contoh fungsi saraf cranial dapat diuji ketika survei kepala dan leher status emosi dan mental

diobservasi pada saat data riwayat keperawatan dikumpulkan. Riwayat keperawatan untuk

Page 10: Laporan Pendahuluan Epilepsi

mengkaji sistem neurologis misalnya dengan menentukan apakah klien mengkonsumsi

analgesik, tarutama apakah klien mempunyai riwayat kejang , skrining klien untuk

menentukan adanya sakit kepala terutama pusing didiskusikan dengan anggota keluarga

tentang adanya perubahan perilaku, kaji klien untuk adanya riwayat perubahan pada sistem

penginderaan serta tinjau riwayat masa lalu untuk adanya cedera kepala ( Potter, 2005 ; 916 ).

Pengkajian fisik meliputi pemeriksan keadaan umum meliputi memeriksa adanya keluhan

pada kulit, bentuk tulang, kekenyataan otot, mengukur tanda-tanda vital untuk tubuh juga

inspeksi gerakan – gerakan abnormal seperti fasikuli, mioclonic dll. Selanjutnya adalah

pengkajian tes fungsi cerebral yang meliputi : pemeriksaan keadaan, omentasi baik tempat,

waktu, daya ingat, bicara. Tes fungsi cerebral yang meliputi pengakajian secara nervus 1 – 12

nervus selanjutnya tes fungsi motorik dan fungsi cerebellum, tes fungsi sensori, tes fungsi

reflek yang meliputi reflek fisiologis, reflek abdominal dan reflek dinal, reflek

bulbocavernosa yang terakhir terangsang meningkat.

( Depkes, 1995 ; 16-27 )

Pada pengkajian fisik juga dapat ditemukan data – data lain diantaranya :

1. Aktivitas atau istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, umur , keterbatasan dalam beraktivitas

Tanda : perubahan tonus otot, kontraksi otot atau sekelompok otot

2. Sirkulasi

Gejala : Hipertensi, peningkatan nadi,sianosis

3. Integritas Ego

Gejala : Stresor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan

Tanda : Pelebaran rentang respon emosional

4. Eliminasi

Gejala : Inkontensia episodik

Tanda : Peningkatan tekanan kandung kemih, otot relaksasi yang mengakibatkan

interkontensia.

5. Makanan

Gejala : Sertifitas terhadap makanan,mual muntah.

Tanda : Kerusakan jaringan lunak atau gigi, hiperplasia.

6. Neorosensori

Gejala : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang yang berulang, pingsan,pusing, riwayat trauma

kepala.

Tanda : Karakteristik kejang :

a. Fase prodoumal : adanya perubahan pola pada rekreasi emosi atau respon afectif yang tak

Page 11: Laporan Pendahuluan Epilepsi

menentu.

b. Keadaan umum : tonik klonik, kekakuan,penurunak kesadaran.

c. Kejang parsial : pasien tetap sadar dengan aksi mimpi, melamun, jalan – jalan.

d. Status epiletilikus : aktivitas kejang yang terjadi terus menerus dengan spontan gejala putus

anti konvulsan tiba – tiba dan fenomena metabolik lain.

7. Nyeri atau Kenyamanan

Gejala : Sakit kepala, nyeri otot,nyeri abnormal.

Tanda : Sikap dan tingkah laku perubahan tonus otot.

8. Pernafasan

Gejala : Gigi mengatup,siasonis pernapasan dan turun cepat, peningkatan sekresi mukus.

9. Keamanan

Gejala : Riwayat jatuh, fraktur

Tanda : Tauma pada jaringan lunak, penurunan kekuatan otot

10. Interaksi Sosial

Gejala : Masalah dalam hubungan inter personal dalam keluarga dan lingkungan sosialnya.

( Doenges, 2000; 259 )