Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

6
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI 1. Definisi Menurut DEPKES (2000) dalam Direja (2011) perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatn diri. Menurut Nurjannah (2004) dalam Direja (2011) defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) dalam Direja (2011) kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Defisit perawatan diri juga dapat diartikan sebagai keadaan ketika individu mengalami suatu kerusakan fungsi kognitif atau fungsi motorik, yang menyebabkan penurunan kemampuan untu melakukan perawatan diri (NANDA, 2009) 2. Tanda Gejala Menurut Depkes (2000) dalam Fitria, 2009 tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: 1. Fisik Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor.

description

Tinjauan pustaka mengenai diagnosa keperawatan jiwa: defisit perawatan diri

Transcript of Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

Page 1: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Definisi

Menurut DEPKES (2000) dalam Direja (2011) perawatan diri adalah salah

satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna

mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai

dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan

dirinya jika tidak dapat melakukan perawatn diri.

Menurut Nurjannah (2004) dalam Direja (2011) defisit perawatan diri

adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri

(mandi, berhias, makan, toileting).

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) dalam Direja (2011) kurang

perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya.

Defisit perawatan diri juga dapat diartikan sebagai keadaan ketika individu

mengalami suatu kerusakan fungsi kognitif atau fungsi motorik, yang

menyebabkan penurunan kemampuan untu melakukan perawatan diri

(NANDA, 2009)

2. Tanda Gejala

Menurut Depkes (2000) dalam Fitria, 2009 tanda dan gejala klien dengan

defisit perawatan diri adalah:

1. Fisik

Badan bau, pakaian kotor.

Rambut dan kulit kotor.

Kuku panjang dan kotor

Gigi kotor disertai mulut bau penampilan tidak rapi

2. Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif.

Menarik diri, isolasi diri.

Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

Interaksi kurang.

Kegiatan kurang

Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

Page 2: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok

gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

Batasan karakteristik dari deficit perawatan diri yaitu :

Disorientasi

Kesulitan mengenali benda-benda yang digunakan dalam perawatan

Kotor atau berpakaian tang tidak tepat

Tidak dapat merapikan rambut atau kuku

Tidak makan, makan makanan basi, atau tidak dimasak

3. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah

sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress (Stuart

& Sundeen, 1998).

Faktor Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu

melakukan perawatan diri seperti stroke.

Faktor Psikologis : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien

sehingga perkembangan inisiatif terganggu. Pada individu yang

mengalami kelemahan untuk melakukan perawatan diri sering kali

keluarga membiarkan individu tersebut untuk tergantung dengan orang

lain saat memenuhi perawatn dirinya sehingga individu tersebut terbiasa

dengan kondisi tersebut.

Faktor Sosiobudaya : Kurang dukungan dan latihan kemampuan

perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan

kemampuan dalam perawatan diri.

4. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai

tantangan, ancaman, atau tuntutan dan yang memerlukan energi ekstra untuk

koping (Stuart & Sundeen, 1998).

Sifat

Sifatnya berupa aspek psikologis dan sosial. Dari aspek psikologis

kemungkinan diakibatkan karena seseorang yang menderita penyakit

kronis ataupun gangguan kejiwaan lain sehingga secara psikologis

mereka mengalami penurunan motivasi dan kecemasan. Dari aspek

sosial ini berasal dari keluarga atau lingkungan sekitar. Dari aspek

biologis berupa kerusakan kognisi atau perceptual dan kelemahan.

Waktu

Page 3: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

Yang perlu dikaji adalah lamanya klien tidak mampu melakukan

perawatan diri. Biasanya hal ini terjadi jika seseorang telah lama

menderita penyakit kronis.

Asal

Sumber penyebab deficit perawatan diri bisa berasal dari faktor internal

seperti keluarga yang memanjakan atau justru malah membiarkan dalam

hal perawatan diri.

Jumlah

Pengkajian mengenai kuantitas atau seberapa besar defisit perawatan diri

yang dialami dalam satu periode

5. Jenis Defisit Perawatan Diri

Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu, atau aliran

mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta

masuk dan keluar kamar mandi.

Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil

potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau

menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan

pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan,

menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos

kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan,

mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.

Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,

menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka

kontainer, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari

wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan, mencerna

makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau

gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.

BAB/BAK

Page 4: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam

mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,

memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK

dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena

stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa

mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau

merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan,

maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka

kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi sosial

(Direja, 2011).

6. Pohon Masalah

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 200. Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta:EGC.

Nurjanah, Intansari. 2001. Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:Momedia.

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

Alimul, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia 2. Jakarta : Salemba Medika

Carpenito, Lynda Jual. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Jual. 2009. Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC

Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 1. Jakarta : EGC

Nurjannah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia

Effect

Core Problem

Causa

Risiko Tinggi PK

Defisit Perawatan Diri

HDR Kronis

Koping Individu Tidak Efektif

Page 5: Laporan Pendahuluan Defisit Perawatan Diri

Potter & Perry. 1999. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005-2006. Jakarta : Prima Medika

Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing (5th ed.). St.Louis Mosby Year Book

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC