LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

21
LAPORAN PENDAHULUAN BBLR A. DEFINISI Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr. Bertahun-tahun lamanya bayi baru lahir berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut bayi premature. Berat badan lahir rendah adalah bayi yang baru lahir berat yang pada saat kelahiranya kurang dari 2500 gram atau lebih rendah (WHO, 1961) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). (Sarwono Prawirohardjo, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2004) Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir). (Pelatihan PONED Komponen Neonatal, 2004) B. ETIOLOGI 1. Faktor ibu Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diaatas 35 tahun Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah 2. Faktor kehamilan Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini 3. Faktor janin

description

BBLR adalak kondisi dimana bayi yang baru dilahirkan beratnya

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

A. DEFINISIBayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan

lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr. Bertahun-tahun lamanya bayi baru lahir berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut bayi premature.

Berat badan lahir rendah adalah bayi yang baru lahir berat yang pada saat kelahiranya kurang dari 2500 gram atau lebih rendah (WHO, 1961)

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). (Sarwono Prawirohardjo, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2004)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir). (Pelatihan PONED Komponen Neonatal, 2004)

B. ETIOLOGI1. Faktor ibu

Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diaatas 35 tahun Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah

2. Faktor kehamilan Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini

3. Faktor janin Cacat bawaan, infeksi dalam rahim, Kelainan kromosom Malformasi

C. MANIFESTASI KLINISGambaran klinis BBLR secara umum adalah : Kepala lebih besar Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang Otot hipotonik lemah Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus Kepala tidak mampu tegak Pernapasan 40 – 50 kali/menit Nadi 100 – 140 kali/menit Umur kehamilan sama atau kurang dari 37 minggu Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

Lingkar badan sama dengan atau kurang dari 30 cm Rambut lanugo masih banyak Jaringan lemak sub kutan tipis atau kurang Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya sehingga seolah-

olah tidak teraba tulang rawan daun telinga Tumengkilap, telapak kaki halus Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rogue pada skrotum kurang.

Testis belum turun dalam skrotum. Untuk perempuan klitoris menojol labia minora bwlum tertutup oleh labia mayora

Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan gerakan lemah. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatakan reflek isap,

menelan dan batuk masih lemah.atau tidak efektif, dan tangisanya lemah. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan

lemak masih kurang Vernik kaseosa tidak ada atau sedikit

D. CIRI BAYI NORMALKriteria TTV :1. BB 2.500-4000 gram 2. PB 48-52 cm 3. Lingkar dada 30-38 cm4. Lingkar kepala 33-35 cm5. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian menurun

sampai 120-110 x/menit, ada juga referensi lain (110 – 160 x/m) 6. Pernafasan pada menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian menurun setelah

tenang 40 – 60x/menit7. Panjang : Ukuran bokong 31 – 55, kepala sampai tumit 48 – 53 cm.8. Suhu : Ketiak = 36,5 – 37 ‘C; Rektum = 35,5 – 37,5 ‘C.Lain-lain :1. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan

diliputi vernik caseosa2. Rambut kepala biasanya telah sempurna3. Kuku agak panjang atau melewati jari –jari4. Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada anak perempuan),

testis sudah turun (pada anak laki-laki).5. Reflek hisap dan menelan baik6. Reflek suara sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan

memeluk. 7. Reflek menggenggam sudah baik 8. Eliminasi baik, urine dan meconium akan keluar 24 jam pertama, meconium

berwarna hitam kecoklatan.

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

E. PATOFISOLOGISemakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi risiko

gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya :1. Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia. 2. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari 3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm 4. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu. 5. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. 6. Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.

Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

F. KOMPLIKASI Sindrom aspirasi mekonium (kesulitan bernafas), asfiksia neonatorum, sindrom

distres respirasi, penyakit membran hialin Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC) Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

⚝ Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia⚝ Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan⚝ Titer Torch sesuai indikasi⚝ Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi⚝ Pemantauan elektrolit⚝ Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (missal : foto thorax)

H. PENATALAKSANAAN

1. Penanganan bayi

Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator

2. Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.

Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram

3. Inkubator

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

4. Pemberin oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan

5. Pencegahan infeksi

Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.

6. Pemberian makanan

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB1 50- 652 1003 1254 1505 1606 1757 20014 22521 17528 150

MedikamentosaPemberian vitamin K1:⚝ Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau⚝ Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur

3-10 hari, dan umur 4-6 minggu) Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :⚝ Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup

dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.

⚝ Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :a. Berat lahir 1750 – 2500 gram Bayi Sehat : Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa

bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu. Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

Bayi Sakit : Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat. Apabila bayi memerlukan cairan intravena :o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

o Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi

stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.

o Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;

gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung : Berikan cairan IV dan ASI menurut umur Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali).

Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram Bayi Sehat : Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah

yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu). Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit : Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan. Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram Bayi Sehat : Beri ASI peras melalui pipa lambung. Beri minum 8 kali

dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

Bayi Sakit : Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan. Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir tidak tergantung kondisi) Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi

pemberian cairan intravena secara perlahan. Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/

sendok, coba untuk menyusui langsung.

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas2. Riwayat penyakit keluarga3. Pemeriksaan fisik Sirkulasi :

Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktusarteriosus paten(PDA).

Makanan/cairanBerat badan kurang 2500(5lb 8 oz).

NeuroensoriTubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi). Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.

PernafasanSkor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).

KeamananSuhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.

SeksualitasGenetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

Sesuai dengan pembagian/klasifikasi dari BBLR itu, yaitu :1. Prematuritas murni

BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm Masa gestasi < 37 minggu Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan

licin Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi,

pelipis, telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar

Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.

Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami

apnea, otot masih hipotonik Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum

sempurna2. Dismaturitas

Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada, Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat Tali pusat berwarna kuning kehijauan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap

defisiensi surfaktan3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d

ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat

5. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan

6. Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler

7. Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia8. Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik9. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

10. Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan intensif

11. Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya, perawatan yang lama dan takut untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS

C. INTERVENSI

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan/Kriteria Rencana Tindakan

1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru

Pola nafas yang efektif

Kriteria : Kebutuhan oksigen menurun Nafas spontan,

adekuat Tidak sesak. Tidak ada retraksi

Berikan posisi kepala sedikit ekstensi

Berikan oksigen dengan metode yang sesuai

Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan

2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

Pertukaran gas adekuat

Kriteria : Tidak sianosis. Analisa gas darah

normal Saturasi oksigen

normal.

Lakukan isap lendir kalau perlu Berikan oksigen dengan metode

yang sesuai Observasi warna kulit Ukur saturasi oksigen Observasi tanda-tanda

perburukan pernafasan Lapor dokter apabila terdapat

tanda-tanda perburukan pernafasan

Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah

Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Hidrasi baik

Kriteria: Turgor kulit elastik Tidak ada edema Produksi urin 1-2

cc/kgbb/jam Elektrolit darah dalam

batas normal

Observasi turgor kulit. Catat intake dan output Kolaborasi dalam pemberian

cairan intra vena dan elektrolit Kolaborasi dalam pemeriksaan

elektrolit darah

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat

Nutrisi adekuat

Kriteria : Berat badan naik 10-

30 gram / hari Tidak ada edema Protein dan albumin

darah dalam batas normal

Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat

Observasi dan catat toleransi minum

Timbang berat badan setiap hari Catat intake dan output Kolaborasi dalam pemberian

total parenteral nutrition kalau perlu

5. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan

Suhu bayi stabil Suhu 36,5 0C -37,2 0C Akral hangat

Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai

Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas

Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu

Ganti popok bila basah

6. Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler

Perfusi jaringan baik Tekanan darah normal Pengisian kembali

kapiler <2 detik Akral hangat dan tidak

sianosis Produksi urin 1-2

cc/kgbb/jam Kesadaran

composmentis

Ukur tekanan darah kalau perlu Observasi warna dan suhu kulit Observasi pengisian kembali

kapiler Observasi adanya edema perifer Kolaborasi dalam pemeriksaan

laboratorium Kolaborasi dalam pemberian

obat-obatan

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

7. Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia

Tidak ada injuri

Kriteria : Kesadaran

composmentis Gerakan aktif dan

terkoordinasi Tidak ada kejang

ataupun twitching Tidak ada tangisan

melengking Hasil USG kepala

dalam batas normal

Cegah terjadinya hipoksia Ukur saturasi oksigen Observasi kesadaran dan

aktifitas bayi Observasi tangisan bayi Observasi adanya kejang Lapor dokter apabila ditemukan

kelainan pada saat observasi Ukur lingkar kepala kalau perlu Kolaborasi dalam pemeriksaan

USG kepala

8. Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik

Bayi tidak terinfeksi

Kriteria : Suhu 36,5 0C -37,2 0C Darah rutin normal

Hindari bayi dari orang-orang yang terinfeksi kalau perlu rawat dalam inkubator

Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi

Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasif

9. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit

Integritas kulit baik

Kriteria : Tidak ada rash Tidak ada iritasi Tidak plebitis

Lakukan perawatan tali pusat Observasi tanda-tanda vital Kolaborasi pemeriksaan darah

rutin Kolaborasi pemberian

antibiotika Kaji kulit bayi dari tanda-tanda

kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang tertekan

Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin

Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

10.

Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan intensif

Persepsi dan sensori baik

Kriteria : Bayi berespon

terhadap stimulus

Membelai bayi sebelum malakukan tindakan

Mengajak bayi berbicara atau merangsang pendengaran bayi dengan memutarkan lagu-lagu yang lembut

Memberikan rangsang cahaya pada mata

Kurangi suara monitor jika memungkinkan

Lakukan stimulas untuk refleks menghisap dan menelan dengan memasang dot

11.

Koping keluarga

tidak efektif b/d

kondisi kritis pada

bayinya,

perawatan yang

lama dan takut

untuk merawat

bayinya setelah

pulang dari RS

Koping keluarga efektifKriteria : Ortu kooperatif dg

perawatan bayinya. Pengetahuan ortu

bertambah Orang tua dapat

merawat bayi di rumah

Memberikan kesempatan pada ortu berkonsultasi dengan dokter

Rujuk ke ahli psikologi jika perlu

Berikan penkes cara perawatan bayi BBLR di rumah termasuk pijat bayi, metode kanguru, cara memandikan

Lakukan home visit jika bayi pulang dari RS untuk menilai kemampuan orang tua merawat bayinya

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN BBLR

DAFTAR PUSTAKA

A.H Markum. (2002). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI

Behrman, R., M.D., Vaughn III. V.C., M.D.,(1992), Prematuritas Da Retardasi Pertumbuhan Intrauteri: dalam Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bag. I, EGC, Jakarta, hal 561-572.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar

Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.

Mochtar, Rustam.(1998). Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono.(2002).Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI (1985), Ilmu Kesehatan Anak, Jilid III, Jakarta,

Balai Penerbit FKUI.

Saifudin, Abdul Bari dkk (2002), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal, Edisi 1, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Surasmi, Asrining.(2003).Perawatan Bayi Resiko Tinggi.EGC:Jakarta

Wong, Donna L.(2003).Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik.Edisi:4.EGC:Jakarta