laporan pakan

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan kebutuhan terbesar dalam budidaya perikanan. Biaya produksi untuk pakan mencapai 70 % dari total biaya produksi. Dewasa ini volume pakan komersil di pasar sangat beraneka baik jenis maupun komposisi. Hal ini tentu menuntut sensivitas dan selektifitas yang tinggi agar mampu memilih pakan yang berkualitas untuk budidaya perikanan. Sejauh ini isu terpenting terkait masalah pakan ikan adalah kesulitan memperoleh pakan yang memilki nutrisi dan sifat sesuai dengan kebutuhan serta kondisi biologis ikan / biota kultur itu sendiri. Sehingga hal ini menjadi salah satu inhibitor dalam pengembangan budidaya ikan Pakan ikan dikatakan bermutu jika mengandung nilai nutrisi dan gizi yang dibutuhkan oleh ikan. Menurut Murtidjo (2001) bahwa Pakan yang berkualitas mengandung 70 % protein, 15 % karbohidrat, 10 % lemak, dan 5 % vitamin, air, dan mineral. Kualitas pakan tidak hanya sebatas pada nilai gizi yang dikandungnya melainkan pada sifat fisik pakan seperti kelarutannya, ketercernaanya, warna, bau, rasa dan anti nutrisi yang dikandung. Kualitas pakan juga dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Pemilihan baku yang baik dapat dilihat berdasarkan indikator nilai gizi yang dikandungnya; digestibility (kecernaanya); dan biovaibility (daya serap). Pakan yang berkualitas akan mendukung tercapainya tujuan produksi yang optimal. Oleh karena itu pengetahuan tentang nutrisi, gizi, komposisi serta Page | 1

description

pembuatan pakan

Transcript of laporan pakan

Page 1: laporan pakan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan merupakan kebutuhan terbesar dalam budidaya perikanan. Biaya produksi untuk pakan mencapai 70 % dari total biaya produksi. Dewasa ini volume pakan komersil di pasar sangat beraneka baik jenis maupun komposisi. Hal ini tentu menuntut sensivitas dan selektifitas yang tinggi agar mampu memilih pakan yang berkualitas untuk budidaya perikanan. Sejauh ini isu terpenting terkait masalah pakan ikan adalah kesulitan memperoleh pakan yang memilki nutrisi dan sifat sesuai dengan kebutuhan serta kondisi biologis ikan / biota kultur itu sendiri. Sehingga hal ini menjadi salah satu inhibitor dalam pengembangan budidaya ikan

Pakan ikan dikatakan bermutu jika mengandung nilai nutrisi dan gizi yang dibutuhkan oleh ikan. Menurut Murtidjo (2001) bahwa Pakan yang berkualitas mengandung 70 % protein, 15 % karbohidrat, 10 % lemak, dan 5 % vitamin, air, dan mineral. Kualitas pakan tidak hanya sebatas pada nilai gizi yang dikandungnya melainkan pada sifat fisik pakan seperti kelarutannya, ketercernaanya, warna, bau, rasa dan anti nutrisi yang dikandung. Kualitas pakan juga dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan. Pemilihan baku yang baik dapat dilihat berdasarkan indikator nilai gizi yang dikandungnya; digestibility (kecernaanya); dan biovaibility (daya serap).

Pakan yang berkualitas  akan mendukung tercapainya tujuan produksi yang optimal.  Oleh karena itu pengetahuan tentang nutrisi, gizi, komposisi serta kualitas secara fisik perlu diketahui (Suryaingsih,2010).

Ilmu nutrisi pakan ikan tidak terbatas pada cara pembuatan pakan saja. Pengetahuan tentang formulasi bahan dalam pembuatan pakan juga perlu diketahui. Komposisi suatu pakan perlu kita ketahui baik sebelum atau sesudah pembuatan pakan sebagai database dalam pembuatan pakan. Sebelum pembuatan pakan bobot masing-masing bahan harus diketahui untuk menghasilkan jumlah pakan dengan nilai nutrisi tertentu. Demikian juga setelah dalam bentuk pakan. Berdasrkan uraian sebelumnya maka pengetahuan mengenai cara pembuatan pakan (penyediaan bahan baku) dan teknik pengujian pakan (uji proksimat, uji daya tahan, uji daya apung, uji organolipstik, uji biologis)  perlu dilatih melalui kegiatan praktikum.

Page | 1

Page 2: laporan pakan

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui cara pembuatan pakan buatan.b. Mengetahui alat dan bahan baku pakan buatan.c. Mampu menghitung formulasi pakan ikan.d. Mengetahui uji proksimat protein pada pakan.

Page | 2

Page 3: laporan pakan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Makanan buatan merupakan makanan yang dibuat dengan bentuk khusus sesuai keinginan dan diramu dari berbagai macam bahan. Lebih lanjut ditambahkan bahwa ada beberapa keuntungan dari pemberian pakan buatan yakni Pembudidaya dapat meningkatkan produksi melalui padat penebaran tinggi dengan waktu pemeliharaan yang pendek,pembudidaya dapat memanfaatkan limbah industri pertanian yang tidak terpakai untuk dijadikan pakan (Mudjiman, 2001).

            Untuk menunjang kelangsungan hidupnya dan juga untuk mempercepat pertumbuhannya, ikan membutuhkan nutrisi yakni zat-zat gizi yang terdapat dalam pakan yang diberikan.  Setiap jenis ikan memiliki kebutuhan nutrisi baik jumlah maupun komposisi yang berbeda-beda menurut spesies, ukuran, jenis kelamin, kondisi tubuh dan kondisi lingkungan.  Zat-zat gizi tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok yakni zat gizi yang menghasilkan energi dan zat gizi yang tidak mengasikan energi (Afrianto, 2005).

            Kecepatan pertumbuhan ikan tergantung pada beberapa faktor dintaranya yakni jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, dalamnya air dan faktor-faktor lainnya.  Makanan yang dimanfaatkan ikan sebagian besar digunakan oleh ikan untk memelihara tubuh dan menggantikan sel yang rusak.  Setelah itu baru digunakan untuk pertumbuhan ikan.  Suatu makanan ikan, minimal mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Pemberian makanan tambahan dapat meningkatkan produksi ikan yang dipelihara sampai tiga kali lipat disbanding dengan ikan yang hnaya memanfaatkan makanan alami (Asmawi, 1983).

           Pakan tambahan yang baik untuk ikan adalah pakan yang mengandung kadar protein 20-40 %.  Selain dilihat dari kadar proteinnya, kulaitas dari pakan tambahan untuk ikan juga ditentukan oleh kehalusan dari bahanya.  Semakin halus bahan baku pellet maka daya apung dari pelet tersebut akan semakin tinggi sehingga waktu yang dibutuhkan ikan untuk memakannya juga semakin panjang (Djarijah, 1998).

2.1 Bahan Baku Hewani (Tepung Ikan)

Tepung ikan yang sudah memenuhi syarat dapat disimpan untuk persediaan selama dibutuhkan. Kadar air dalam tepung ikan sangat menentukan lama tidaknya tepung ikan tersebut dapat disimpan. Kelembaban gudang penyimpanan dan ventilasi gudang mempengaruhi lama dan kualitas bahan (Suriatna,1990).

Page | 3

Page 4: laporan pakan

Tepung ikan merupakan bahan makanan pokok ikan yang digunakan sebagai sumber protein hewan dan mineral, terutama kalsium dan fosfor. Bahan makanan tersebut mengandung protein yang memiliki kualitas jauh lebih baik karena mengandung asam amino yang diperlukan untuk ikan, terutama methionin dan lisin (Djangkaru, 1974).

Tepung ikan yang baik berasal dari jenis ikan yang kadar lemaknya rendah. Bau khusus suatu jenis ikan kadang juga mempengaruhi daya tariknya, sehingga lebih merangsang. Untuk meningkatkan bau yang merangsang, ikannya dapat kita fermentasikan lebih dahulu menjadi bekasem. Ikan-ikan rucah (tidak bernilai ekonomis tinggi) dan sisa-sisa hasil pengolahan biasanya merupakan bahan baku yang penting untuk pembuatan tepung ikan. Secara umum tepung ikan mengandung protein sebanyak 22,65% (Mudjiman, 2000).

2.2 Bahan Baku Nabati

2.2.1 Tepung Kacang Hijau

Tepung kacang hijau merupakan bahan yang penting untuk menyusun ramuan makanan ikan, karena nilai biologisnya cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena biji kacang hijaumengandung asam amino yang paling esensial diantara asam-asam amino lainnya. Oleh karena itu, dalam menyusun ramuan makanan ikan sebaiknya jangan melupakan tepung kacang ijo. Jumlahnya sebaiknya tidak kurang dari 10 persen. Makanan yang dicampur tepung kacang ijo aromanya juga menjadi lebih sedap (Mudjiman, 2001).

2.2.2  Dedak Halus

Makanan tambahan, umumnya berbentuk tepung yang agak kasar.  Dedak halus (bekatul) cocok untuk makanan tambahan.  Dedak, selain dapat diberikan secara langsung, juga digunakan sebagai bahan campuran membuat pakan bagi ikan.  Kandungan gizi dedak halus (bekatul) yang terbanyak adalah karbohidrat yaitu 28,26% (Kasno, 1990).

Dedak halus (bekatul) menurut Djarijah (1998), sebaiknya dipilih yang masih segar dan tidak tercampur dengan potongan sekam. Bekatul harus kering dan tidak kasar. Bila bekatul digenggam, akan terasa lembut (halus) dan gumpalannya mudah pecah. Kondisi seperti ini berarti bekatul cukup baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan. Tingkat kesegaran bekatul diketahui dengan mencium baunya. Bekatul segar berbau beras dan tidak berbau apek atau amoniak yang menyengat.

Page | 4

Page 5: laporan pakan

2.2.3 Tepung Terigu

Menurut Mudjiman (2004), bahwa tepung terigu berasal dari hasil olahan biji gandum. Disamping kegunaannya sebagai sumber energi dalam pakan ikan, tepung terigu juga berguna sebagai bahan perekat sehingga pakan yang dihasilkan mempunyai tekstur yang baik dan tahan lama di dalam air.

Tepung terigu merupakan bahan baku yang umum digunakan dalam proses pembuatan pakan ikan. Selain mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi, juga berfungsi sebagai perekat. Tepung terigu mempunyai kandungan protein 8,9%, lemak 1,3 %, karbohidrat 77,3 % dan air 12 % (Djajasewaka, 1985).

2.2.4  Tepung Jagung

Kita mengenal dua macam jagung, yaitu jagung kuning dan jagung putih. Jagung kuning mengandung protein yang tinggi, dengan daya lekat yang kurang. Warnanya agak kekuning-kuningan, kuning muda, atau kecoklat-coklatan. Jagung putih berwarna putih agak keabu-abuan. Kandungan protein dan energinya rendah, dengan daya lekat yang tinggi. Sebagai bahan makanan ikan, jagung termasuk sukar dicerna. Bahkan mereka dapat menghambat pertumbuhan, walaupun kesehatan ikan tidak terganggu. (Sumeru, 1980).

Menurut Suriatna (1990), bahwa jagung yang digunakan dalam penyusunan komposisi makanan ikan harus dalam bentuk jagung giling yang halus agar nantinya memudahkan pencampuran sehingga dapat diaduk merata. Penggunaan jagung sebagai bahan makanan ikan berkisar antara 10 % - 30 %, apabila penggunaannya  terlalu banyak dapat menyebabkan kandungan protein pakan ikan rendah dan kandungan karbohidrat tinggi. Hal ini dapat menyebabkan zat-zat makanan yang terkandung di dalam makanan tidak seimbang terutama untuk protein dan energinya.

2.3  Bahan Tambahan (vitamin)

Afrianto (2005), Vitamin merupakan senyawa organik yang penting bagi pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ikan serta sebagai pemacu metabolisme dalam tubuh ikan.  secara umum vitamin dibagi menjadi dua kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air.  Golongan vitamin yang larut dalam lemak yakni vitamin A, D, E, dan K sedangkan vitamin yang larut dalam air yakni vitamin B dan C.  Penggunaan  vitamin  dalam pakan  buatan  menggunakan  premix (vitamin mix).  Premix atau vitamin mix di formulasi untuk mengganti vitamin yang tidak tersedia secara lengkap atau hilang selama proses pembuatam pakan.

Page | 5

Page 6: laporan pakan

2.4 Alat Pembuat Pakan

Mesin pencetak pellet ada dua macam; pencetak pellet basah dan mesin pencetak pellet kering. Biasanya mesin pencetak basah tidak bisa untuk mencetak pellet kering akan tetapi mesin pencetak pellet kering bisa mencetak pellet basah.

Desain pencetak pellet basah umumnya lebih murah dan mesin ini banyak di buat dalam negeri oleh bengkel-benkel industri kecil tapi, ada juga diantara mereka yang memproduksi mesin pencetak pellet kering dan harganya dua sampai tiga kali lipat, karena pembuatanya lebih mahal.

Page | 6

Page 7: laporan pakan

BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum pembuatan pakan buatan dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2013, dilanjutkan dengan pengamatan uji Fisik pakan tanggal 29 Mei 2013, dan dilakukan uji Biologi dari tanggal 31 Mei sampai dengan tanggal 20 Juni 20013, praktikum dilaksanakan di Laboratorium Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Sedangkan uji Kimia (Proksimat) dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Banda Aceh.

3.2. Alat dan Bahan

Tabel 1. Alat dan bahan pembuatan pakan buatan

No Alat dan Bahan Jumlah1 Mesin ekstruder (pencetak pelet) 1 unit2 Baskom 7 unit3 Ember besar 1 unit4 Ayakan 1 unit5 Terpal 1 unit6 Tepung ikan 613 gr7 Tepung kedelai 408 gr8 Bungkil kelapa 204 gr10 Tepung jagung 1787 gr11 Tepung tapioca 1192 gr12 Dedak halus 596 gr13 Vitamin 25 gr14 Minyak Makan 150 gr15 Mineral (NaCl) 25 gr16 Air Secukupnya

Tabel 2. Alat dan bahan uji Fisik

No Alat dan Bahan Jumlah1 Gelas ukur 3 unit2 Pakan buatan hasil praktikum 50 gram3 Air Secukupnya

Page | 7

Page 8: laporan pakan

Tabel 3. Alat dan bahan uji Biologi

No Alat dan Bahan Jumlah1 Akuarium 2 unit2 Timbangan 1 unit3 Penggaris 1 unit2 Bibit ikan lele 20 ekor3 Air Secukupnya

3.3 Cara kerja

3.3.1 Cara kerja pembuatan pakan buatan

Dihaluskan bahan-bahan sampai menjadi bubuk/tepung. Diayak semua bahan dan dimasukkan ke dalam masing-masing baskom

secara terpisah berdasarkan jenis bahan. Dimasukkan bahan satu per satu berdasarkan takaran bahan yang paling

sedikit sampai bahan yang takarannya paling banyak sambil diaduk hingga semua bahan tercampur rata.

Ditambahkan air secukupnya sampai adonan menggumpal, tetapi juga jangan kelebihan air (adonan cair) karena jika adonan cair tidak dapat dicetak dan pakan akan rusak.

Dimasukkan adonan pakan ke dalam mesin pencetak pelet sedikit demi sedikit.

Pakan siap dijemur.

3.3.2 Cara kerja uji Fisik

Dimasukkan air kedalam masing-masing gelas ukur sebanyak 500 ml. Dimasukkan pelet kedalam gelas ukung r yaberisi air untuk diamati daya

apung pakan dan dicatat hasilnya. Pengamatan dilakukan 3 kali ulangan. Diamati daya tahan pakan dalam air sampai pakan hancur dan dicatat

hasilnya dari ketiga ulangan.

3.3.3 Cara kerja uji Biologi

Disiapkan 2 buah akurium dan masing-masing akuarium diisi air dengan ketinggian 20 cm. Satu akurium untuk perlakuan pakan buatan dan satu akurium lainnya untuk perlakuan pakan komersil (kontrol).

Dimasukkan benih ikan lele ukuran 5 sampai 9 cm sebanyak 10 ekor ke masing-masing akurium dan diamati perkembangannya (panjang dan berat) ikan selama 3 minggu kedepan.

Diberi pakan buatan dan pakan komersil untuk masing-masing perlakuan sebanyak 3% dari berat tubuh ikan.

Diganti air akurium seminggu sekali.

BAB IV

Page | 8

Page 9: laporan pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil uji kimia

Hasil uji protein telah terlampir di lampiran.

4.1.2 Hasil Uji Biologi Pada Ikan Lele

Panjang dan berat ikan sampel untuk pakan komersil

Sebelum dan sesudah

No. Panjang (cm) Berat (gram)1. 7,5 22. 5 23. 8 54. 7 65. 7 46. 6 47. 7 28. 7,5 59. 7 310. 7 4

Panjang dan berat ikan sampel untuk pakan buatan

Page | 9

No. Panjang (cm) Berat (gram)1. 9 52. 8 43. 8 74. 8,5 6.55. 8 56. 8 4.57. 7,5 48. 4 79. 3 3.510. 3 7

Page 10: laporan pakan

Sebelum dan sesudah

No.

Panjang (cm) Berat (gram)

1. 8 52. 7 73. 6 54. 6 35. 6 46. 6 47. 6 48. 6 39. 6 410. 6 4

Penghitungan FCR untuk ikan sampel yang diberi pakan komersil

Total berat tubuh ikan = 34 gr

Rata-rata berat tubuh ikan = 34 gr/10

= 3,4 gr

FCR 3 % = rata-rata bobot tubuh ikan x jumlah= 3,4 x 10 x 3 %

= 1,02 gr

Jadi, pemberian pakan komersial untuk 10 ekor ikan 102 g, karena pemberian pakan 2x hari maka 102/2 = 0,51 g/pemberian

Page | 10

No. Panjang (cm) Berat (gram)1. 8,5 62. 10 83. 8 74. 9 55. 9 4.56. 8,5 4.57. 8 5.58. 9,5 59. 8 4.510. 8 4.5

Page 11: laporan pakan

Penghitungan FCR untuk ikan sampel yang diberi pakan buatan

Total berat tubuh ikan = 43 gr

Rata-rata berat tubuh ikan = 43 gr/10

= 4.3 gr

FCR 3 % = rata-rata bobot tubuh ikan x jumlah

= 4.3 x 10 x 3 %

= 1,29 gr

Jadi, pemberian pakan komersial untuk 10 ekor ikan 1,29 g, karena pemberian pakan 2x hari maka 1,29/2 = 0,645 g/pemberian

4.1.3 Hasil Fisik Pakan

WAKTU (menit) KETERANGAN0.01 Dari Atas kebawah (mengapung)2.52 Retak10.01 Hancur

WAKTU (menit) KETERANGAN0.13 Dari Atas kebawah (mengapung)3.07 Retak5.41 Hancur

WAKTU (menit) KETERANGAN0.12 Dari Atas kebawah (mengapung)2.40 Retak10.56 Hancur

Page | 11

Page 12: laporan pakan

4.2 Analisa data dengan metode bujur sangkar latin

Meramu pakan ikan dengan metode bujur sangkar latinMembuat pakan ikan dengan kadar protein 16%, menggunakan

bahan baku terdiri dari tepung ikan, tepung usus ayam (jeroan), tepung daun singkong, tepung kanji dan dedak halus.

Metode formulasi pakan dengan metode bujur sangkar latin, berdasarkan kelompok bahan baku dibagi dua yaitu : Bahan baku protein basal (Kadar protein < 20 %) Bahan baku protein suplemen (Kadar protein > 20 %)

Pengelompokkan bahan baku yang telah dipilih berdasarkan kadar protein dari setiap bahan baku, yaitu :

Protein basal (<20 %)

Tepung jagung = 10,33 %

Tepung Tapioka = 2,6 %

Dedak halus = 9,80 %

Protein suplemen (>20 %)

Tepung ikan = 53,90 %

Tepung kedelai = 47,28 %

Bungkil kelapa = 20,50 %

Page | 12

Page 13: laporan pakan

Protein Basal = 10,33% + 2,6% + 9,80%

= 22,73%

R = 22,73/3

= 7,58%

Protein suplemen = 53,90%+ 47,28% + 20,50%

= 121, 68%

R = 121.68/3

= 40,56

Metode bujur sangkar latin

Basal = 7,58 24,56%

16%

Suplemen = 40,46 8,42% +

32,98%

Perhitungan komposisi

Basal = 24,56% / 32,98% x 100%

= 74,47%

Suplemen = 8,42% / 32,98% x 100%

= 25,53%

Jadi, 5kg – 0,2 kg = 4,8 kg (4800 gr).

Page | 13

Page 14: laporan pakan

Komposisi basal dengan perbandingan (3:2:1)

(3) tepung jagung = 3/6 x 74,47% x 4800 gr = 1787 gr

(2) tepung tapioca = 2/6 x 74,47% x 4800 gr = 1192 gr

(1) dedak halus = 1/6 x 74,47% x 4800 gr = 596 gr +

= 3575 gr

Komposisi suplemen dengan perbandingan (3:2:1)

(3) tepung ikan = 3/6 x 25,53% x 4800 gr = 613 gr

(2) tepung kedelai = 2/6 x 25,53% x 4800 gr = 408 gr

(3) bungkil kelapa = 1/6 x 25,53% x 4800 gr = 204 gr +

= 1225 gr

Jadi, totalnya yaitu = Protein Basal + Protein Suplemen

= 3575 gr + 1225 gr

= 4800 gr (4,8 kg)

Page | 14

Page 15: laporan pakan

4.3.   Pembahasan

4.3.1 Bahan Pakan Dan data Uji Kualitas Fisika Pakan Buatan

Untuk kualitas fisik,pakan yang kami racik bersifat tenggelam,karena

waktu yang terapung pakan tersebut sangat singkat,yaitu sekitar 3 detik saja. Ikan

lele Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom

feeder). Berdasarkan jenis pakannya, lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat

karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, lele makan cacing, siput air,

belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air, dan larva serangga air. Karena

bersifat karnivora, pakan tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak

mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung

protein nabati, pertumbuhannya lambat. Pakan yang kami buat lebih dominan

bahan yang mengandung protein nabati. Tempo hancurnya pakan yang kami racik

kira-kira 35.90 menit, waktu yang cukup baik dalam suatu pelet yang baik,

4.3.2 Data Ikan Sebelum dan Sesudah Diberi Pakan Komersil dan Pakan

Buatan (Uji Biologi)

Dari data uji biologi yang kami, perkembangan yang terjadi pada ikan uji

sangat memprihatinkan,bobot pada ikan uji tidak bertambah. Kejadian ini

disebabkan ikan uji tidak memakan pakan buatan maupun pakan komersil.

Padahal kualitas air sudah kami jaga dan pemberian pakan yang teratur. Ada

beberapa penyebab dari ikan yang tidak mau memakan pakan :

(a) Adaptasi pakan yg memerlukan waktu cukup panjang

(b) Kualitas pakan buatan (terutama pelet).

Tidak semua ikan menyukai pakan buatan (pelet) karena tergantung

dengan bahan-bahan yang digunakan dan komposisinya. Pelet yang kurang baik

cenderung tidak mengeluarkan aroma yang memancing ikan untuk memakannya.

Biasanya kualitas pelet curah kurang bagus, karena itu kita memerlukan tes

beberapa pelet dari beberapa sumber berbeda. Yang memberikan hasil terbaiklah

yang kita pilih sebagai suplier utama. Selain itu, perubahan pakan dapat

mempengaruhi pola makan ikan bersangkutan. Misal, bibit yg peroleh

Page | 15

Page 16: laporan pakan

sebelumnya diberi pakan alami, akan tetapi di lokasi budidaya milik kamu diberi

pakan pelet. Saudara kamu menggunakan pakan alami keong yang segar, yang

mana memiliki bau yang begitu pekat, yang dapat memancing ikan untuk

memakannya pakan akan langsung habis.

4.3.3 Uji proksimat pada pakan buatan

Protein merupakan zat makanan yang mudah diabsorbsi oleh tubuh.

Kebutuhan protein dan asam amino esensial bagi tubuh ditentukan oleh

keseimbangan nitrogen (jumlah nitrogen masuk sama dengan jumlah nitrogen

keluar). Padahal, keseimbangan nitrogen dipengaruhi oleh tinggi rendahnya

tingkat konsumsi energi. Apabila kandungan energi dalam pakan kurang, untuk

dapat memenuhi kebutuhan energi metabolisme dan pemeliharaan tubuh, maka

nitrogen yang diserap tubuh akan berkurang. Hal ini terjadi karena banyak asam

amino yang mengalami deaminasi dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

energi yang kurang tersebut (Buwono, 2000:31).

Uji proksimat pada pakan yang kami racik memiliki kadar protein 18,82%,

diharapkan protein yang dihasilkan dari hasil racikan adalah 16 %, ini disebabkan

karena salah dalam pencampuran bahan – bahan, pencampuran pertama hasil

pakan sangat basah dan mengakibatkan pada saat pembentukan menjadi pelet

bahan tersebut menjadi hancur. Untuk membuat pakan menjadi sedikit kering

maka ditambahkan beberapa bahan lagi.

Page | 16

Page 17: laporan pakan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pratikum ini, maka dapat saya simpulkan :

pakan tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak mengandung

protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein

nabati, pertumbuhannya lambat. Pakan yang kami buat lebih dominan

bahan yang mengandung protein nabati. Tempo hancurnya pakan yang

kami racik kira-kira 35.90 menit, waktu yang cukup baik dalam suatu pelet

yang baik,

Ada beberapa penyebab dari ikan yang tidak mau memakan pakan :

(a) Adaptasi pakan yg memerlukan waktu cukup panjang

(b) Kualitas pakan buatan (terutama pelet).

Uji proksimat pada pakan yang kami racik memiliki kadar protein 18,11

%, diharapkan protein yang dihasilkan dari hasil racikan adalah 16 %, ini

disebabkan karena salah dalam pencampuran bahan – bahan

5.2 Saran

Diharapkan pratikum mata kuliah pembuatan pakan,pratikannya lebih

sedikit. Dikarenakan mata kuliah ini sangat penting untuk para mahasiswa yang

ingin berbisnis di bidang budidaya.

Page | 17

Page 18: laporan pakan

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. 2005.  Pakan Ikan.  Kanisius. Yogyakarta.

Asmawi, S. 1983.  Pemeliharaan Ikan dalam Keramba.  PT Gramedia. Jakarta.

Djajasewaka H., 1985.  Teknologi Pakan Ikan.  Yasa Guna : Jakarta.

Djangkaru Z., 1974.  Makanan Ikan.  Kanisius : Yogyakarta.

Djarijah S., 1998.  Membuat Pellet Pakan Ikan.  Kanisius : Yogyakarta.

Kasno, S., 1990.  Memelihara Ikan Bersama Udang.  Penebar Swadaya.  Jakarta.

Mudjiman, A., 2000. Makanan Ikan.  Penebar Swadaya, Jakarta.

Sumeru. U.S., 1992.  Pakan Udang Windu.  Kanisius, Yokyakarta.

Suriatna., 1990.  Makanan Ikan.  ITB : Bandung.

Suryaingsih., 2004.  Makanan Ikan.  Penebar Swadaya, Jakarta.

http://ikannila.com/Bagaimana%20Membuat%20Formula%20Pakan%20Ikan.htm

            Diakses pada 11 Desember 2011, Pukul 20.10 WITA.

http://ikannila.com/index.htm. di akses pada tanggal 13 Desember 2011 pukul      

18.50 WITA.

http://www.geocities.com/wpurwakusuma/usaha_budidaya.html.

diakses pada tanggal 14 Desember 2011 pukul 15.30 WITA.

Page | 18