LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

45
LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN KOMBINASI YANG BERBEDA UNTUK PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS (Channa striata Blkr) Oleh : Rukmini NIP. 19650407 199203 2 002 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS PERIKANAN BANJARBARU 2013

Transcript of LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

Page 1: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

LAPORAN PENELITIAN

PEMBERIAN PAKAN DENGAN KOMBINASI YANG BERBEDAUNTUK PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS

(Channa striata Blkr)

Oleh :Rukmini

NIP. 19650407 199203 2 002

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS PERIKANAN

BANJARBARU2013

Page 2: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

2

KATA PENGANTAR

Atas berkat dan rahmat Allah SWT laporan penelitian yang berjudul

”Pemberian Pakan dengan Kombinasi yang Berbeda untuk Pertumbuhan

Benih Ikan Gabus (Channa striata Blkr)” ini dapat diselesaikan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang

banyak membantu dalam penelitian ini sehingga laporan penelitian ini dapat

diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Penulis sangat mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi

perbaikan dalam penyusunan laporan penelitian ini. Akhirnya penulis

berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua

amin.

Banjarbaru, Juli 2013

Penulis

Page 3: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

3

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………....... iii

DAFTAR ISI………………………………………………………................. iv

DAFTAR TABEL...................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vii

I. PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Perumusan Masalah.................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4

A. Ikan Gabus................................................................................ 4

B. Makanan.......................................................................... ........... 7

C. Pertumbuhan..............................................................................8

D. Konversi Makanan...................................................................... 9

E. Kualitas Air .................................................................................. 9

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ..........................................13

A. Tujuan Penelitian ......................................................................13

B. Manfaat Penelitian ....................................................................13

IV. METODE PRAKTIK.......................................................................... 14

A. Waktu dan Tempat....................................................... .............14

B. Alat dan Bahan.......................................................................... 14

C. Manajemen Penelitian .............................................................. 15

D. Metode Penelitian....... .............................................................. 16

V. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 21

A. Pertumbuhan Relatif................................................................... 21

B. Laju Pertumbuhan Spesifik ........................................................ 23

C. Konversi Pakan ......................................................................... 29

D. Mortalitas ................................................................................... 31

Page 4: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

4

Halaman

E. Kualitas Air........................................................................ ........... 32

VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 35

A. Kesimpulan.................................................................................... 35

B. Saran............................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 37

LAMPIRAN............................................................................................. .... 40

Page 5: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

5

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rerata Berat Awal, Berat Akhir Pertambahan Berat dan LajuPertumbuhan Relatif (%) Benih Ikan Gabus (Channa striata Blkr).......22

2. Rerata Panjang Awal, Panjang Akhir Pertambahan Panjang dan LajuPertumbuhan Relatif (%) Benih Ikan Gabus (Channa striata Blkr)........24

3. Rerata Total Makanan, Pertambahan Berat, dan Konversi MakananBenih Ikan Gabus (Channa striata Blkr) dari Masing-masingPerlakuan ....................................................................................... .. 30

4. Mortalitas Rata-rata Individu Benih Ikan Gabus (Channa striata Blkr).. 31

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ikan Gabus (Channa striata Blkr)............................................ 5

2. Tata Letak Unit Pemeliharaan …………………………………. 17

3. Grafik Pertumbuhan Berat Relatif (%) Benih Ikan Gabus padaMasing-masing Perlakuan ……………………………………… 23

4. Grafik Pertumbuhan Panjang Relatif (%) Benih Ikan Gabus padaMasing-masing Perlakuan ……………………………………… 25

5. Grafik Pertumbuhan Berat Spesifik (%) Benih Ikan Gabus padaMasing-masing Perlakuan ……………………………………… 27

6. Grafik Pertumbuhan Panjang Spesifik (%) Benih Ikan Gabus padaMasing-masing Perlakuan ……………………………………… 28

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Foto Kegiatan Penelitian......................................................... 40

Page 6: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

6

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi pengembangan lahan basah di Kalimantan Selatan cukup

besar. Antara lain perairan laut 3.034.687 ha, perairan umum 1.000.000 ha,

areal budidaya tambak 82.800 ha dengan panjang pantai 1.331,091 km

(Kotot, 1999). Hal ini menjadikan Kalimantan Selatan kaya akan ikan-ikan

lokal yang bernilai ekonomis cukup tinggi yang belum dibudidayakan dan

produksinya yang terbatas tergantung pada musim-musim penangkapan.

Salah satu hasil dari perairan umum (rawa, sungai dan danau) yang

tergolong ikan komersial dan digemari oleh masyarakat Kalimantan Selatan

adalah ikan Gabus (Channa striata Blkr) yang pada akhir-akhir ini

keberadaan benih dan induk ikannya cenderung berkurang. Hal ini

dikarenakan adanya usaha penangkapan yang berlebih dengan

menggunakan bahan-bahan beracun, bahan peledak dan accu strum serta

adanya perluasan daerah industri dan pemukiman penduduk. Saputra

(1988) menyatakan jika kegiatan penangkapan ikan di perairan umum terjadi

secara terus-menerus dengan tanpa mengendalikan aspek lingkungan maka

tidak mustahil produksi ikan pada perairan itu akan menurun dan pada

akhirnya bisa menjadi langka.

Ikan Gabus (Channa striata Blkr) mempunyai kemampuan hidup

tahan terhadap kadar O2 rendah dan tidak memerlukan air yang deras,

Page 7: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

7

sehingga biaya operasionalnya akan lebih murah dan cocok dibudidayakan

oleh petani (Anonim, 1994).

Sumantadinata (1979) menyebutkan, ruang lingkup kegiatan

budidaya ikan mencakup pengendalian serta pengembangbiakan yang

bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik, lebih banyak dan lebih

tinggi daripada ikan itu dibiarkan hidup secara alami. Menurut Bardach et al

(1972), faktor penentu dalam keberhasilan usaha tersebut antara lain

ditentukan oleh kualitas air yang sesuai, kesuburan tanah dan ketersediaan

makanan.

B. Rumusan Masalah

Ikan gabus adalah jenis ikan yang bersifat karnivora. Makanan

utamanya berupa ikan-ikan kecil, cacing tanah dan hewan lainnya.

Mengingat bahwa makanan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan maka

perlu dicari jenis bahan makanan yang memenuhi sumber gizi, tepat dan

sesuai dengan sifat ikan tersebut. Selanjutnya selain faktor makanan, dalam

usaha budidaya juga memerlukan tersedianya bibit dalam jumlah yang

cukup dan tepat waktu serta mempunyai daya adaptasi yang kuat terhadap

lingkungan dimana sekarang ini masih dirasakan sulit untuk

mendapatkannya. Tjarmana dan Sukma (1984) menyatakan dalam usaha

budidaya, ada beberapa tahapan dalam pemeliharaan terutama untuk benih

ikan yang tergantung pada ukuran ikan yang ditebarkan dan lamanya waktu

pemeliharan. Benih ikan yang biasa dipanen setelah pemijahan adalah

benih ukuran 1 – 3 cm (umur benih ± 1 bulan), pada pendederan pertama

Page 8: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

8

akan diperoleh benih ukuran 3 – 5 cm begitu seterusnya sampai ikan-ikan

tersebut menjadi ikan ukuran konsumsi atau calon induk.

Pada umumnya pakan yang diberikan untuk benih ikan berukuran

burayak (larva) masih berupa pakan alami seperti artemia, daphnia dan

moina. Kendala yang dihadapi adalah perlunya pembibitan massal pakan

alami yang memerlukan biaya yang mahal dan pengamatan yang serius

serta cermat. Untuk mengatasi kendala di atas, maka dalam penelitian ini

dicoba makanan pengganti berupa udang papay dan pakan udang yang

terlebih dahulu dihaluskan. Pakan-pakan tersebut sesuai dengan sifat ikan,

mudah untuk didapatkan serta mengandung protein yang cukup tinggi.

Page 9: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Gabus (Channa striata Blkr)

Taksonomi dan sistematik ikan gabus menurut Weber dan

Beaufort (1931) yang direvisi oleh Ng dan Lim (1990) didalam Kottelat

et al (1993) adalah :

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Labirynthici

Sub Ordo : Channoidei

Family : Channidae

Species : Channa striata Blkr

Weber dan Beaufort (1931) di dalam Saanin (1986)

menggambarkan ikan gabus sebagai berikut : Kepala simetris seperti ular

dan bersisik, sebelah depan agak gepeng dengan mulut lebar dan dapat

dijulurkan, langit-langit mulut memiliki dua baris gigi kecil dan runcing, badan

silindris, sirip punggung panjang dan bersatu serta berjari-jari lemah

sebanyak 37 – 43 buah, sirip dubur berjari-jari lemah sebanyak 21 – 27

buah, mempunyai labirin, sisik pada rusuk 52 – 57 lembar, berwarna hitam

dengan sedikit belang pada bagian gigi dan punggung, dan putih pada

bagian bawah.

Page 10: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

10

Kottelat et al (1993) menyatakan bahwa ikan gabus pada sisi

badannya mempunyai pita warna berbentuk “<”, mengarah ke depan bagian

atas umumnya tidak jelas pada jenis dewasa. Tidak ada gigi berbentuk

taring pada vomer dan palatine. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Ikan Gabus (Channa striata Blkr)

Ikan gabus yang matang telur memijah pada tepi perairan yang

banyak terdapat tanaman air. Telur-telur tersebut kemudian dibuahi dan

warnanya berubah menjadi kuning terang berbentuk bulat transparan,

mengapung dan tidak melekat satu dengan yang lainnya. 1 – 2 hari setelah

dibuahi, telur yang baik akan berubah dari kuning menjadi kehitam-hitaman,

sedangkan yang rusak berwarna kuning keruh. Menurut Chen (1976) di

dalam Anonim (1983) pada hari ketiga atau keempat telur menetas menjadi

larva dengan stadia sebagai berikut :

a. Ukuran prolarva pada stadia hari 1 – 3 adalah berkisar antara 3,8 – 4,3

mm. Pada fase ini larva hanya memakan kuning telur.

Page 11: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

11

b. 4 – 7 hari setelah penetasan ukuran berubah menjadi 4,2 – 5,1 mm,

warnanya masih tetap kecoklat-coklatan, tetapi mulai aktif mencari

makan.

Setelah fase atau stadia larva ini berakhir maka larva-larva tersebut

berubah menjadi anak-anak ikan yang kemudian berubah lagi menjadi ikan

muda dan akhirnya menjadi ikan dewasa, Anonim (1983). Ikan gabus

dewasa hidupnya di perairan yang agak dalam dengan air yang agak tenang

dan terlindung oleh tanaman air karena tanaman ini berfungsi sebagai

tempat pengintaian dari mangsanya. Ikan ini sering membenamkan dirinya

di dalam lumpur yang tebal, juga dapat memanfaatkan lubang pada tepi

saluran atau tepi perairan yang dibuat oleh hewan vertebrata lainnya untuk

menyembunyikan diri dan menunggu mangsanya. Menurut Kottelat et al

(1993) ikan gabus lebih menyenangi hidup di daerah rawa.

Daerah penyebaran ikan gabus di Indonesia meliputi Sumatera,

Kalimantan, Jawa, Sulawesi serta beberapa daerah lainnya dengan nama

yang berbeda sesuai dengan daerah dimana ikan tersebut ditemukan. Di

Sumatera disebut “rayong”, “deluk” di Banten, kemudian “Kapuran” di Jawa

Barat, dan Kalimantan disebut “haruan” (Anonim, 1975). Sedangkan

menurut Kottelat et al (1993) penyebaran ikan gabus meliputi Sunda,

Sulawesi, Maluku, India, Indochina, Srilangka, Philipina dan China. Dalam

perdagangan ikan gabus dikenal dengan nama snake head.

Page 12: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

12

B. Makanan

Untuk menaikkan produksi ikan secara optimal perlu diberikan pakan

yang berkualitas tinggi, yang berarti bahwa pakan harus memenuhi

kebutuhan nutrisi atau kebutuhan gizi bagi ikan tersebut. Pakan merupakan

salah satu penunjang dalam perkembangbiakan ikan, dimana fungsi utama

pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan (Djajasewaka,

1985). Selanjutnya menurut Mudjiman (1994), agar kita dapat menyediakan

makanan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan

serta memenuhi syarat gizi dan pencernaan, maka perlu diberi makanan

buatan.

Untuk mendapatkan pertumbuhan ikan yang baik harus terus-

menerus diberikan pakan yang dapat dimakan oleh ikan baik pakan alami

atau buatan. Adapun jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakan kepada

ikan erat hubungannya dengan ukuran dan banyak faktor yang

mempengaruhinya seperti : suhu, ukuran ikan, kualitas air dan beberapa

faktor lain.

Yang dimaksud “udang papay” (ebi) adalah udang segar yang

telah mengalami perlakuan (perebusan, pembuangan kulit penggaraman)

dan dikeringkan dengan panas matahari atau alat pengering lainnya. Udang

kering (ebi) tersebut berdasarkan pengolahannya digolongkan menjadi 4

golongan jenis mutu (Anonim, 1989), yaitu :

1. Direbus dengan air garam, dikupas dan dikeringkan.

2. Direbus dengan air garam, dikeringkan dan dikupas.

Page 13: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

13

3. Dikupas, direbus dalam air garam dan dikeringkan.

4. Dikeringkan dengan kulit tanpa direbus.

Yang termasuk udang papay atau rebon adalah semua jenis udang

yang kecil yang meliputi jenis-jenis udang Mysidaceae, Sergestidae dan

udang paneid yang post larvanya berwarna putih abu-abu atau kemerahan.

Sedangkan dalam penelitian ini digunakan udang papay dengan jenis mutu

no. 4 yakni dikeringkan dengan kulit tanpa direbus.

Nama Daerah : Udang papay

Indonesia : Udang rebon

Latin : Mysidaceae, Sergestidae, post larva paneid

Inggris : Mysids

Fungsi utama vitamin adalah untuk mempertahankan fungsi

berbagai jaringan tubuh, mempengaruhi pertumbuhan sel-sel baru dan

membantu dalam pembuatan zat-zat tertentu dalam tubuh (Djajasewaka,

1985). Pellet udang yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari PT.

Gold Coin karena merupakan jenis makanan buatan yang banyak digunakan

baik untuk makanan udang maupun untuk makanan ikan. Pellet udang ini

mempunyai protein yang tinggi sehingga sangat baik digunakan pada

pertumbuhan benih ikan.

C. Pertumbuhan

Menurut Asmawi (1985), kecepatan pertumbuhan tergantung pada

sejumlah makanan yang dikonsumsikan, suhu, ruang dalam air dan faktor

Page 14: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

14

lainnya. Zonneveld (1991) mengemukakan bahwa laju pertumbuhan akan

rendah dengan bertambahnya ukuran tubuh (umur), sehingga umur akan

mempengaruhi kebutuhan energi untuk pertumbuhan.

Dari sejumlah makanan yang dimakan oleh ikan lebih kurang 10 %

saja yang digunakan untuk pertumbuhan atau menambah berat, sedangkan

selebihnya untuk tenaga atau memang tidak dapat dicerna. Oleh karena itu

pertumbuhan maksimal dapat dicapai jika makanan yang diberikan dapat

dikonsumsi dengan baik oleh ikan (Mudjiman, 1994)

D. Konversi Makanan

Nilai konversi makanan berguna untuk mengetahui kualitas

makanan yang diberikan baik atau tidak baik bagi pertumbuhan ikan

(Djajasewaka, 1985). Besar kecilnya konversi makanan merupakan hasil

dari jumlah makanan yang diberikan dengan pertambahan berat populasi

makanan dalam satu interval waktu. Makin kecil nilai konversi makanan

tersebut, maka tingkat efisiensi makanan tersebut baik. Sebaliknya bila nilai

konversi makanan besar, maka tingkat efisiensi makanan tersebut kurang

baik.

E. Kualitas Air

Menurut Boyd (1981) kualitas air untuk keperluan budidaya ikan

adalah setiap perubah (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan dan

kelangsungan hidup, perkembangbiakan, pertumbuhan dan produksi ikan.

Page 15: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

15

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas air untuk kegiatan

usaha budidaya yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Suhu air

Suhu air yang rendah akan mempengaruhi pertumbuhan proses

metabolisme di dalam tubuh ikan, sehingga pada batas-batas suhu air

terendah kadang-kadang menyebabkan ikan tidak mau makan. Untuk ikan

yang berukuran kecil konsumsi makanan harus lebih banyak daripada ikan

yang berukuran besar, berhubungan dengan kecepatan metabolismenya

(Djajasewaka, 1985).

Suhu air yang optimum berpengaruh terhadap berbagai parameter,

seperti pertumbuhan, perkembangan, konversi makanan dan ketahanan

penyakit, suhu dapat mempengaruhi dalam batasan tertentu, dimana laju

metabolisme kebutuhan energi sebanding dengan konsumsi O2. Suhu air

merupakan faktor terpenting dalam pemberian makanan. Pada suhu tinggi

ikan akan mencerna lebih banyak makanan dimana konversi makanan

menjadi daging dibanding pada suhu rendah (Zonneveld, 1991). Shao

Wen Ling (1977) menyatakan suhu optimal untuk kehidupan ikan gabus

berkisar antara 26 – 30oC.

2. Kadar Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut sangat penting untuk kehidupan ikan dan hewan air

tawar lainnya. Apabila oksigen terlarut dalam air sangat rendah, maka

perairan tersebut tidak baik untuk kehidupan ikan dan makhluk lainnya.

Kandungan oksigen di perairan akan mempengaruhi kecepatan makan ikan

(Asmawi, 1983).

Page 16: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

16

Ikan gabus masih dapat bertahan pada perairan yang kandungan

oksigennya rendah, yaitu kurang dari 5 ppm. Di Kalimantan Selatan, ikan

gabus umumnya hidup di rawa-rawa yang mempunyai kandungan oksigen

terlarut antara 2,0 – 3,7 ppm (Anonim, 1983).

3. Karbondioksida Terlarut (CO2)

Menurut Boyd (1982), ikan mempunyai toleransi yang baik terhadap

konsentrasi karbondioksida yang tinggi dalam air tetapi ikan akan

menghindar bila konsentrasi 5 ppm. Sebagian besar spesies-spesies ikan

tahan dalam air yang mempunyai kandungan CO2 sampai 60 ppm selama

beberapa hari dengan ketersediaan oksigen terlarut melimpah. Anonim

(1983), menyatakan ikan gabus akan hidup lebih baik jika perairan dengan

kandungan karbondioksida tidak lebih dari 12 mg/lt.

5. Derajat Keasaman (pH)

Menurut Cholik dkk (1986), secara alami pH perairan dipengaruhi

oleh konsentrasi CO2 dan senyawa bersifat asam. Phytoplankton dan

tanaman air lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesa

sehingga mengakibatkan pH air meningkat pada siang hari dan menurun

pada malam hari.

pH air yang lebih rendah dari 5,0 menyebabkan penggumpalan

lendir pada ikan sehingga ikan akan mati lemas sedangkan pH yang lebih

tinggi dari 9,0 akan menyebabkan ikan tidak mempunyai nafsu makan

(Sumardi, 1980). Sedangkan Asmawi (1983), menyatakan ikan gabus di

alam hidup pada perairan yang pH nya berkisar antara 4,5 – 6,0 dan ada

juga yang hidup di perairan payau.

Page 17: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

17

5. Nitrogen dalam bentuk Amonia (NH3)

Organisme perairan yang pada umumnya menggunakan protein

sebagai sumber energi menghasilkan amonia dalam metabolisme. Sumber

dari senyawa ini adalah ekskresi organik maupun timbunan organik. Amonia

merupakan hasil akhir metabolisme protein dan di sisi lain amonia

merupakan hasil akhir metabolisme protein (Zonneveld, 1991).

Cholik, dkk (1986), menyatakan konsentrasi NH3 yang tertinggi

biasanya terjadi setelah phytoplankton mati, kemudian diikuti dengan

penurunan pH karena konsentrasi CO2 meningkat. Sedangkan menurut

Anonim (1985), di daerah Kalimantan Selatan dimana banyak ditemukan

ikan gabus, kandungan amoniak berkisar antara 0,014 sampai 0,074 ppm,

pada keadaan ini ikan gabus masih dapat hidup walaupun mungkin

berpengaruh terhadap pertumbuhan.

Page 18: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

18

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kombinasi pemberian pakan yang berbeda

terhadap pertumbuhan benih ikan gabus (Channa striata Blkr) yang

dipelihara.

B. Manfaat Penelitian

Informasi dari hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi semua pihak

yang berkaitan dengan kegiatan pembesaran ikan gabus, sehingga

diharapkan budidaya ikan gabus dapat berhasil dengan maksimal.

Page 19: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

19

IV. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di kolam di Gambut Kabupaten Banjar.

Masa penelitian berlangsung lebih kurang 2,5 bulan.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Ikan Uji

Ikan uji dalam penelitian ini adalah benih ikan gabus yang

berukuran 2 cm ± 2 cm. Kepadatan ikan setiap hapa adalah 15 ekor/15

liter.

2. Pakan

Makanan yang diberikan pada ikan uji adalah makanan buatan

berupa udang papay cincang 100 % + 0 % pellet udang (tanpa bahan lain),

tepung udang papay 100 % + vitamin mix, tepung udang papay 25 % +

pellet udang 75 %, tepung udang papay 50 % + pelet udang 50 %, tepung

udang papay 75 % + pellet udang 25 % dan pellet udang 100 %. Untuk

pellet udang terlebih dahulu dihaluskan.

3. Wadah dan Air yang digunakan

Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah hapa dengan

ukuran 60 x 30 x 30 cm, sebanyak 18 buah.

Page 20: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

20

4. Alat yang digunakan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pH meter, DO

meter, Thermometer, Timbangan (Triple beam balance), Blender, alat

pengukur panjang, serok, timah pemberat dan alat tulis.

C. Manajemen Penelitian

Pada hari pertama setelah ikan ditebar ikan-ikan diberi pakan.

Makanan yang diberikan adalah pakan uji yang sebelumnya telah di

aklimatisasi selama satu minggu. Sedangkan banyaknya makanan yang

diberikan berdasarkan atas pengamatan selama pemberian makanan

sampai ikan kelihatan kenyang yaitu ditandainya ikan meninggalkan

makanan. Frekuensi pemberian makanan pada burayak ikan adalah tiga

kali sehari yakni pada pagi hari sekitar pukul 07.00 – 07.30, siang hari pukul

12.00 – 12.30 dan sore hari pada pukul 17.00 – 17.30.

Apabila ada ikan gabus yang mati pada masa pemeliharaan satu

minggu pertama, maka ikan yang mati tersebut diganti dengan ikan gabus

yang berukuran sama sehingga dapat memperkecil error yang terjadi dan

tidak dicatat sebagai data mortalitas. Untuk mengetahui pertumbuhan dari

ikan yang dipelihara, maka setiap 10 hari dilakukan sampling terhadap

panjang total, yakni panjang yang diukur dari ujung yang terdepan bagian

kepala sampai batas ujung ekor serta dilakukan penimbangan berat dengan

menggunakan neraca empat lengan.

Page 21: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

21

D. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental. Menurut Nazir

(1988), metode penelitian eksperimental adalah observasi di bawah kondisi

buatan (artificial condition), dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh

peneliti. Dengan demikian, penelitian eksperimental ini merupakan

penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

penelitian.

1. Perlakuan dan Ulangan

Perlakuan yang diterapkan adalah variasi pemberian pakan yang

berbeda. Penelitian ini terdiri dari 6 perlakuan yaitu :

Perlakuan A : Pemberian pakan dari udang papay 100 % + 0 % pellet

udang (tanpa bahan lain)

Perlakuan B : Pemberian pakan tepung udang papay 100 % dengan

penambahan vitamin mix

Perlakuan C : Pemberian tepung udang papay 25 % + pellet udang 75 %

Perlakuan D : Pemberian tepung udang papay 50 % + pellet udang 50 %

Perlakuan E : Pemberian tepung udang papay 75 % + pellet udang 25 %

Perlakuan F : Udang papay 0 % + pellet udang 100 %

Untuk pellet udang terlebih dahulu dihaluskan dan mendapatkan

nilai dengan galat percobaan dan nilai tengah perlakuan, maka pada

masing-masing perlakuan dikenakan ulangan sebanyak tiga kali.

Penempatan perlakuan dilakukan dengan acak menurut Gomez dan

Page 22: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

22

Gomez, 1984. Berdasarkan hasil pengacakan didapatkan bagan penelitian

seperti terlihat

pada Gambar 2.

Gambar 2. Tata letak unit pemeliharaan anak ikan gabus (Channa striataBlkr)

2. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak

lengkap (RAL), dengan faktor tunggal yaitu makanan yang terdiri dari 6

perlakuan dan 3 ulangan. Sedangkan menurut Srigandono (1981) model

umum dari rancangan acak lengkap adalah :

Dimana :

Xij : angka pengamatan ke-i dan ulangan ke-j

x : nilai tengah dari seluruh perlakuan

xi : pengaruh perlakuan ke-i (merupakan selisih nilai tengah

perlakuan i dengan nilai tengah umum).

ij : error acak penyimpangan yang timbul secara acak yang diambil

oleh pengamatan ke-j dan perlakuan ke-j dan perlakuan ke-i

Xij = x + Xi + ij

D3

D1

D2

F1

F3

F2

C1

C2

C3

E2

E1

E3

A2

A3

A1

B1

B2

B3

Page 23: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

23

i : perlkuan ke-i (1, 2, … i, …k) dari sejumlah K perlakuan.

j : ulangan ke-j (1, 2, …, j, …n) dari sejumlah n perlakuan.

3. Pengamatan

a. Pengamatan pertumbuhan meliputi panjang dan berat ikan uji.

b. Pengamatan mortalitas anak ikan uji dilakukan setiap hari dengan

parameter yang dianalisa dalam penelitian meliputi :

1. Laju Pertumbuhan Relatif (LPR), menurut Effendi, (1978)

perumusannya dinyatakan sebagai berikut :

dimana : h : Kecepatan Pertumbuhan Relatif

Wt : Berat akhir interval (g)

W0 : Berat awal interval (g)

2. Laju Pertumbuhan Spesifik

dimana Wt : Berat akhir ikan (g)

W0 : Berat awal ikan (g)

3. Mortalitas

dimana Nt : Jumlah ikan uji pada akhir penelitian

N0 : Jumlah ikan uji pada awal penebaran

Wt - W0

h = x 100 %W0

ln Wt - ln W0

LPS = x 100 %Jumlah hari

N0 - Nt

M (%) = x 100 %N0

Page 24: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

24

4. Konversi Pakan

dimana :

k : konversi makanan

F : jumlah pakan yang diberikan pada populiasi di dalam plot (g)

W0 : Total berat awal populasi di dalam plot (g)

Wt : Total berat akhir populasi di dalam plot (g)

D : Total berat ikan yang mati di dalam plot (g)

Sebagai penunjang data dilakukan pengukuran terhadap kualitas air

yang menjadi media pemeliharaan, yang meliputi ; suhu, oksigen terlarut,

pH, CO2 dan NH3-N.

6. Analisa Data

Untuk pengujian hipotesis uji Analysis of Variance (ANOVA). Agar

kesimpulan yang diambil tidak meleset beberapa asumsi dasar harus

dipenuhi.

Menurut Steel dan Torrie (1989), asumsi dasar perlakuan itu adalah

1. Pengaruh perlakuan di lingkungan aditif.

2. Galat percobaan bersifat acak, menyebar normal di sekitar nilai tengah

nol dan ragam yang sama.

Untuk menguji apakah norma-norma di atas telah terpenuhi maka

data yang didapat (pertambahan panjang dan berat) diuji dengan perangkat

uji berikut :

1. Uji normalitas dengan prosedur Lilliefors (Nasoetion dan Barizi, 1985),

dengan kaidah pengujian sebagai berikut :

Fk =

(Wt + D ) – W0

Page 25: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

25

2. Uji Homogenitas dengan prosedur Bartlett dengan kaidah pengujian

sebagai berikut :

Apabila data memenuhi asumsi-asumsi di atas, maka sebelum

dilakukan analisis ragam data, tetapi jika terjadi sebaliknya, data harus

ditransformasikan dahulu ( x ). Data yang telah memenuhi asumsi diatas,

maka dapat dianalisa keragamannya dengan Analisa Sidik Ragam

(ANOVA). Jika F hitung > F tabel 5 %, maka dilanjutkan dengan uji

lanjutan yaitu Tuckey Test (BNJ).

L (n), terima H0 , data normalJika L-hit

> L (n), terima H1 , data normal

X2 (1-) (k-1), terima H0 , data homogenJika X2-hit

> X2 (1-) (k-1), terima H1 , data tidak homogen

Page 26: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

26

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian pada aquarium di laboratorium basah,

pada hari ke-15 ternyata semua ikan uji terserang penyakit. Sehingga

penelitian dilaksanakan di kolam (dalam hapa). Hasil pengamatan dan

pengukuran selama 40 hari masa pemeliharaan terhadap objek penelitian

tentang uji coba enam variasi pakan terhadap pertumbuhan benih ikan

Gabus (Channa striata Blkr) yang dipelihara di dalam hapa. Data yang

didapat meliputi pertumbuhan, berat, pertumbuhan panjang, kelangsungan

hidup, konversi pakan serta data kualitas air sebagai data penunjang dalam

penelitian ini. Sebelum melakukan uji analisis keragaman, data terlebih

dahulu diuji kehomogenannya. Prosedur uji kehomogenan menggunakan uji

homogenitas ragam Bartlett dengan hipotesis data homogen apabila 2

hitung lebih kecil daripada 2 tabel.

A. Pertumbuhan Relatif

A.1. Berat

Data rerata pertumbuhan berat dan pertumbuhan relatif berat

individu benih ikan Gabus selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada

tabel 1. Masing-masing perlakuan menunjukkan kenaikan berat yang

berbeda-beda. Pertambahan berat tertinggi terlihat pada perlakukan B

(12,143 g), diikuti perlakuan A (11,343 g), kemudian perlakuan F (10,840

g), kemudian perlakuan D (10,307 g), kemudian perlakuan E (10,223 g) dan

terendah perlakuan C (9,990 g).

Page 27: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

27

Tabel 1. Rerata Berat Awal, Berat Akhir Pertambahan Berat danLaju Pertumbuhan Relatif (%) Benih Ikan Gabus (Channastriata Blkr) Selama Masa Pemeliharaan

PerlakuanRerata Berat (g) Pertambahan

Berat (gr)LPR (%) LPS (%)Awal Akhir

A 1,027 12,270 11,343 1104,479 6,005

B 1,023 13,167 12,143 1186,999 6,185C 1,013 11,003 9,990 986,180 5,772D 1,023 11,410 10,387 1015,347 5,795E 1,003 11,227 10,223 1019,242 5,804F 1,010 11,850 10,840 1073,267 5,933

Dari Tabel 1 terlihat pertumbuhan relatif (%) rata-rata individu benih

ikan Gabus berkisar antara 986,180% – 1186,999%. Dimana pertumbuhan

relatif tertinggi terlihat pada perlakuan B (1186,999%), kemudian perlakuan

A (1104,479%), kemudian perlakuan F (1073,267%), kemudian perlakuan

E (1019,242%), kemudian perlakuan D (1015,347%) dan terendah pada

perlakuan C (986,180%).

Hasil uji kehomogenan dengan uji Homogenitas Ragam Bartlett

terhadap pertumbuhan relatif berat ikan Gabus menunjukkan bahwa data

homogen atau terima H0 karena 2 hitung = 7,4321 kurang dari 2 tabel 1%

= 9,21. Hasil analisis keragaman (ANOVA) pertumbuhan relatif berat

individu benih ikan Gabus menunjukkan Fhitung = 7,834 lebih dari dari Ftabel 1

% (5,06), yang berarti tolak H0 dan terima H1. Jadi perlakuan berpengaruh

nyata terhadap pertumbuhan relatif berat benih ikan Gabus. Kemudian hasil

uji lanjutan BNJ menunjukkan bahwa perlakuan B berbeda nyata dengan

D,C,E. Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai perbedaan

pertumbuhan relatif dapat dilihat pada grafik 3.

Page 28: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

28

Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Berat Relatif (%) Benih Ikan Gabus padaMasing-Masing Perlakuan

Dari grafik dapat dilihat bahwa masing-masing perlakukan dari

periode ke periode berikutnya selama masa pertumbuhan selalu meningkat,

hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan burayak ikan Gabus pada

percobaan B (1186,999%) yang diberi pakan berupa udang papay + vitamin

mix, kemudian perlakukan A (1104,479%) pakan udang papay 100 %,

kemudian F (1073,267%) diberi pakan udang papay 0% + pellet udang

100% , kemudian E (1019,242%) diberi pakan tepung udang papay 75% +

pellet udang 25%, kemudian perlakuan D (1015,347%) yang diberi pakan

tepung udang papay 50% + pellet udang 50% dan yang terendah pada

Perlakuan C (986,180%) diberi pakan tepung udang papay 25% + pellet

udang 75%. Data pertumbuhan berat (g), rata-rata awal dan akhir kenaikan

berat (gr), rata-rata laju pertumbuhan relatif (%) berat.

02 0 04 0 06 0 08 0 0

1 0 0 01 2 0 01 4 0 0

1 0 2 0 3 0 4 0H A R I K E -

PERT

UMBU

HAN

RELA

TIF

(%) A

BCDEF

Page 29: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

29

A.2. Panjang

Tabel 2. Rerata Panjang Awal, Panjang Akhir, PertambahanPanjang dan Laju Pertumbuhan Relatif (%) Benih IkanGabus (Channa striata Blkr) Selama Masa Pemeliharaan

PerlakuanRerata Panjang (mm) Pertambahan

Panjang (mm)LPR(%) LPS(%)Awal Akhir

A 90,8 231,8 141,0 155,286 2,343

B 91,0 247,8 156,8 172,308 2,504C 90,6 204,1 113,5 125,276 2,030D 90,1 212,4 122,3 135,738 2,144E 91,6 217,6 126,0 137,555 2,163F 91,0 218,9 127,9 140,549 2,194

Dari Tabel 2 terlihat pertumbuhan relatif (%) rata-rata individu benih

ikan Gabus berkisar antara 986,180% – 1186,999%. Dimana pertumbuhan

relatif tertinggi terlihat pada perlakuan B (1186,999%), kemudian perlakuan

A (1104,479%), kemudian perlakuan F (1073,267%), kemudian perlakuan

E (1019,242%), kemudian perlakuan D (1015,347%) dan terendah pada

perlakuan C (986,180%).

Hasil uji kehomogenan dengan uji Homogenitas Ragam Bartlett

terhadap pertumbuhan relatif panjang ikan Gabus menunjukkan bahwa data

homogen atau terima H0 karena 2 hitung = 4,3163 kurang dari 2 tabel 1%

= 9,21. Hasil analisis keragaman (ANOVA) pertumbuhan relatif berat

individu benih ikan Gabus menunjukkan Fhitung = 0,1257 lebih kecil dari Ftabel

5 % (3,11). Jadi antara perlakuan tidak terdapat perbedaan yang nyata.

Pertumbuhan relatif dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 30: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

30

020406080

100120140160180200

10 20 30 40

HARI KE-

PERT

UMBU

HAN

RELA

TIF

(%)

ABCDEF

Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Panjang Relatif (%) Benih Ikan Gabuspada Masing-Masing Perlakuan

Dari grafik dapat dilihat bahwa masing-masing perlakuan dari

periode ke periode berikutnya selama masa pertumbuhan selalu meningkat,

hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pada perlakuan B (172,311%),

kemudian perlakukan A (155,285%), kemudian F (140,553%), kemudian E

(137,556%), kemudian perlakuan D (135,741%) dan terendah Perlakuan C

(126,258%). Pertumbuhan adalah suatu proses hayati yang terus menerus

terjadi di dalam tubuh ikan, pertumbuhan ini biasanya ditandai dengan

pertambahan berat badan dan panjang ikan (Djajasewaka, 1985).

Pemberian makanan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan relatif berat, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan relatif panjang. Pertumbuhan berat faktor utamanya adalah

ditunjang oleh asam amino (protein), sedangkan pertumbuhan relatif

panjang memerlukan zat kapur.

Page 31: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

31

B. Laju Pertumbuhan Spesifik

B.1. Berat

Laju pertumbuhan spesifik (%) rata-rata individu ikan Gabus tertinggi

pada perlakuan B (6,185%), diikuti perlakuan A (6,005%), kemudian

perlakuan F (5,933%), kemudian perlakuan E (5,804%), kemudian

perlakuan D (5,795%) dan terendah pada perlakuan C (5,722%). Dari Tabel

2 terlihat pertumbuhan relatif (%) rata-rata individu benih ikan Gabus

berkisar antara 986,180% – 1186,999%. Dimana pertumbuhan relatif

tertinggi terlihat pada perlakuan B (1186,999%), kemudian perlakuan A

(1104,479%), kemudian perlakuan F (1073,267%), kemudian perlakuan E

(1019,242%), kemudian perlakuan D (1015,347%) dan terendah pada

perlakuan C (986,180%).

Hasil uji kehomogenan dengan uji Homogenitas Ragam Bartlett

terhadap pertumbuhan relatif berat ikan Gabus menunjukkan bahwa data

homogen atau terima H0 karena 2 hitung = 7,4953 kurang dari 2 tabel 1%

= 9,21. Hasil analisis keragaman (ANOVA) pertumbuhan relatif berat

individu benih ikan Gabus menunjukkan Fhitung = 0,9231 kurang dari Ftabel 5

% (3,11). Jadi antara perlakuan tidak terdapat perbedaan yang nyata

terhadap pertumbuhan spesifik berat benih ikan Gabus. Untuk memberikan

gambaran yang jelas mengenai perbedaan pertumbuhan spesifik dapat

dilihat pada Grafik Gambar 5.

Page 32: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

32

Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Berat Spesifik (%) Benih Ikan Gabus padaMasing-Masing Perlakuan

Dari grafik dapat dilihat bahwa masing-masing perlakuan dari

periode ke periode berikutnya selama masa pertumbuhan dari hari ke-10

sampai ke-40 menurun. Adanya penurunan kecepatan pertumbuhan

spesifik ini di duga karena faktor luar yakni makanan dan lingkungan

perairan. Menurut Effendie (1997), untuk daerah tropik suhu perairan

berada dalam batas kisar optimum untuk pertumbuhan. Pada suhu

optimum apabila ikan tidak mendapat makanan maka ikan tidak dapat

tumbuh. Keberhasilan mendapatkan makanan akan menentukan

pertumbuhan. Selain itu kekeruhan perairan berpengaruh terhadap

pandangan ikan mencari makanan sehingga menyebabkan pertumbuhan

ikan terganggu.

B.2. Panjang

0

2

4

6

8

10

12

14

16

10 20 30 40

HARI KE-

PE

RT

UM

BU

HA

N S

PE

SIF

IK (

%)

ABCDEF

Page 33: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

33

Dari Tabel 2 terlihat pertumbuhan spesifik panjang (%) rata-rata

individu benih ikan Gabus berkisar antara 2,005% – 2,505%. Dimana

pertumbuhan relatif tertinggi terlihat pada perlakuan B (2,505%), perlakuan

A (2,343%), perlakuan F (2,195%), perlakuan E (2,163%), perlakuan D

(2,120%) dan terendah pada perlakuan C (2,005%). Hasil uji kehomogenan

dengan uji Homogenitas Ragam Bartlett terhadap pertumbuhan relatif berat

ikan Gabus menunjukkan bahwa data homogen atau terima H0 karena X2

hitung = 8,8176 lebih kecil dari X2 tabel 1% = 9,21. Hasil analisis

keragaman (ANOVA) pertumbuhan relatif berat individu benih ikan Gabus

menunjukkan Fhitung = -2,5588 lebih kecil dari Ftabel 5 % (3,11) dan Ftabel 1 %

(5,06). Jadi perlakuan tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan spesifik

berat benih ikan Gabus. Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai

perbedaan pertumbuhan spesifik dapat dilihat pada Grafik Gambar 6.

Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Panjang Spesifik (%) Benih Ikan Gabuspada Masing-Masing Perlakuan

0

1

2

3

4

5

6

10 20 30 40HAR I KE-

LAJU

PER

TUM

BUHA

N SP

ESIF

IK (%

) A

B

C

D

E

F

Page 34: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

34

Dari grafik dapat dilihat bahwa masing-masing perlakuan selama

masa pertumbuhan selalu menurun, pertumbuhan B (2,505%) yang diberi

pakan berupa udang papay + vitamin mix, kemudian perlakukan A (2,343%)

pakan udang papay 100 %, F (2,195%) diberi pakan udang papay 0% +

pellet udang 100%, E (2,163%) diberi pakan tepung udang papay 75% +

pellet udang 25%. Pada perlakuan D (2,120%) yang diberi pakan tepung

udang papay 50% + pellet udang 50% dan Perlakuan C (2,005%) diberi

pakan tepung udang papay 25% + pellet udang 75% ada peningkatan

pertumbuhan, hal ini di duga pakan yang diberikan dioptimalkan untuk

pertumbuhan spesifik.

B. Konversi Pakan

Pertumbuhan ikan sangat berkaitan erat dengan pakan yang

diberikan dimana pakan yang berkualitas baik akan memberikan efek

pertumbuhan yang baik. Untuk itu nilai konversi pakan dapat digunakan

sebagai petunjuk terhadap kualitas pakan yang diberikan. Besar kecilnya

konversi makanan merupakan gambaran tingkat efisiensi makanan tersebut.

Sebaliknya bila nilai konversi pakan tinggi maka tingkat efisiensi makanan

tersebut kurang baik (Mudjiman, 1994). Besarnya nilai konversi pakan

masing-masing perlakuan selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3.

Dimana nilai konversi pakan yang terendah selama masa pemeliharaan

diperoleh pada perlakuan B (1,688), perlakuan A (1,866), perlakuan F

(2,012), perlakuan E (2,012), perlakuan D (2,013) dan perlakuan C (2,309).

Page 35: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

35

Tabel 2. Rerata Total Makanan, Pertambahan Berat dan KonversiPakan Benih Ikan Gabus dari Masing-MasingPerlakuan

Perlakuan Total Makanan(gr)

PertambahanBerat(gr)

Konversi Pakan

A 21,397 11,343 1,886

B 20,503 12,143 1,688C 22,735 9,990 2,276D 20,905 10,387 2,013E 20,568 10,223 2,012F 21,811 10,840 2,012

Nilai konversi makanan dari perlakuan A dan B tersebut adalah baik.

Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Ichsan (1978), bahwa

nilai konversi makanan lebih kecil dari 2 adalah baik dikarenakan efisiensi

makanan lebih baik. Pada perlakuan A dan B merupakan pakan yang tahan

mengapung dipermukaan, diduga sangat cocok untuk benih ikan Gabus

karena mengandung protein yang tinggi. Uji Homogenitas Ragam Bartlett

terlihat bahwa data Homogen karena X2 hitung = 9,17 lebih kecil daripada

X2 tabel = 9,21. Hasil uji analisis keragaman (ANOVA) menunjukkan bahwa

Fhitung = 0,8631 lebih kecil dari Ftabel 5 % (3,48) dan Ftabel 1 % (6,06). Hal ini

menunjukkan bahwa setiap perlakuan tidak berbeda nyata. Terjadinya

perbedaan tingkat konversi makanan diduga karena perbedaan kandungan

protein dalam bahan makanan yang diberikan. Menurut Zonneveld (1991)

ikan mempunyai sistem yang efisien untuk ekskresi buangan, makanan yang

mengandung protein yang tinggi dapat dengan aman digunakan. Sumber

energi (protein) dalam makanan ikan harus dijaga sehingga pada kondisi

Page 36: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

36

minimum masih menjamin pertumbuhan yang cukup dari konversi makanan.

Ikan Gabus bersifat karnivora sehingga lebih menyukai pakan udang papay.

C. Mortalitas

Mortalitas merupakan tingkat kematian dalam prosentase selama

masa pemeliharaan. Dalam penelitian ini selama masa pemeliharaan 40

hari hanya terjadi pada hari ke 40 yakni pada perlakuan F ulangan ke 3.

Kematian pada ikan dikarenakan kompetisi sesamanya. Hal ini sesuai

dengan Royer (1973) di dalam Mariatul (1983) bahwa mortalitas dipengaruhi

oleh adanya faktor dalm dan faktor luar. Faktor luar yang paling dominan

mempengaruhi mortalitas adalah kompetisi antar sesama jenis yang sama,

meningkatnya predator, kekurangan makanan baik kualitas maupun

kuantitas, pemangsaan dan penangkapan. Pemangsaan dan penangkapan

dalam hal ini pada saat melakukan sampling, yang memungkinkan adanya

ikan pemeliharaan yang meloncat keluar dari wadah sehingga menyebabkan

kematian bagi ikan. Sedangkan jumlah pemberian pakan diduga dalam hal

ini sudah mencukupi karena pemberian secara satiasi.

Tabel 5. Mortalitas Rata-rata Individu Benih Ikan Gabus pada MasaPemeliharaan

Perlakuan Mortalitas (%)

A 0

B 0C 0D 0E 0F 0,3

Page 37: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

37

D. Kualitas Air

Air merupakan medium tempat hidup ikan, memiliki sifat fisika, kimia

dan biologi yang merupakan komponen penting dalam pemeliharaan ikan

dimana secara langsung atau tidak langsung dapat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan serta organisme yang hidup

dalam perairan tersebut. Parameter kualitas air yang dianalisa pada

perairan dimana penelitian ini dilaksanakan antara lain adalah : suhu,

oksigen terlarut (DO), karbondioksida (CO2), Amoniak (NH3) dan pH.

1. Suhu Perairan

Pada penelitian ini rerata suhu air setiap sampling selama masa

pemeliharaan, berkisar antara 25,5 – 27 oC pada pagi hari dan sore hari

antara 27,5 - 30 oC. Kisaran suhu pada penelitian ini masih dalam kisaran

yang menunjang bagi pertumbuhan ikan. Pada hasil pengukuran tersebut

maka suhu air secara keseluruhan berkisar antara 25 – 30 oC. Hal ini

sesuai dengan pendapat Heru Susanto (1993), perbedaan suhu ideal untuk

kehidupan ikan adalah tidak boleh melebihi 5oC.

Dari hasil analisis kualitas air mengenai suhi air yang terdapat dalam

perairan berada dalam batas yang dapat ditoleransi oleh ikan. Hal ini

sependapat dengan Shao Wen Ling (1977), bahwa suhu optimal untuk

kehidupan ikan Gabus berkisar antara 26 – 30 oC. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kisaran suhu air adalah baik untuk menunjang

kehidupan dan pertumbuhan benih ikan Gabus selama masa pemeliharaan.

Page 38: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

38

2. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (DO) adalah faktor yang penting untuk menentukan

bagi kehidupan ikan. Kandungan oksigen terlarut selama penelitian ini

berkisar antara 1,2157 – 4,81 mg/lt. Menurut Pescod (1973) di dalam

Suhaili Asmawi (1983) agar ikan dapat hidup maka perairan harus

mengandung sekurang-kurangnya 1 mg/lt. Selanjutnya menurut Jangkaru

dan Djajadiredja (1976), oksigen terlarut optimal untuk kehidupan ikan

adalah 5 mg/lt dan akan lebih baik jika mencapai 7 mg/lt. Khusus ikan

Gabus masih dapat bertahan hidup pada perairan dengan kandungan

oksigen yang rendah, kurang dari 5 mg/lt. Ikan Gabus merupakan salah

satu jenis ikan rawa yang dapat hidup pada perairan yang miskin oksigen,

karena tergolong dalam Genus Labyrinthici yaitu mempunyai alat pernafasan

tambahan yang dapat mengambil oksigen langsung dari udara bebas.

3. Karbondioksida (CO2)

Pengukuran kandungan CO2 selama masa pemeliharaan berkisar

antara 1,375 – 2,75 mg/lt. Kisaran tersebut berada dalam batas kriteria

kualitas air untuk budidaya ikan. Hal ini berarti berada dalam kisaran hidup

ikan Gabus yang akan hidup lebih baik jika pada perairan dengan

kandungan karbondioksida lebih tidak lebih dari 12 mg/lt (Anonim, 1983).

4. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) digunakan untuk mengetahui asam atau

basanya suatu perairan. Kisaran pH perairan selama pemeliharaan adalah

antara 5,5 – 6,3. Menurut Hickling (1971) di dalam Marliani (1998) batas

minimal pH yang dapat ditolerir oleh ikan air tawar adalah 4,0 – 11,0.

Page 39: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

39

Sedangkan menurut Suhaili Asmawi (1983), ikan Gabus di alam hidup

pada perairan yang pHnya berkisar antara 4,5 – 6,0. Dengan demikian

maka batas kisaran derajat keasaman selama masa pemeliharaan masih

berada dalam batas-batas yang dapat ditolerir oleh ikan.

5. Amoniak (NH3)

kadar amoniak terlarut pada penelitian ini berkisar antara 0,00 -

0,1325 kisaran amoniak yang dihasilkan relatif cukup rendah, sehingga tidak

membahayakan bagi kehidupan ikan Gabus yang dipelihara dalam Hapa.

Hal ini ditunjang oleh Pescod (1973) di dalam Suhaili (1986),

mengemukakan bahwa kadar amoniak yang baik untuk kehidupan ikan dan

organisme perairan lainnya adalah kurang dari 1 mg/l.

Page 40: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

40

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan hasil analisis data terhadap objek

penelitian, maka dapat diambil kesimpulan :

1. Laju pertumbuhan relatif (%) berat yaitu pada perlakuan B (1186,73)

kemudian perlakuan A (1105,25), perlakuan F (1073,36) perlakuan E

(1019,01), perlakuan C (985,95) yang terendah pada perlakuan D

(982,72). Berarti LPR yang terbaik adalah pada perlakuan B

dibandingkan dengan perlakuan A,F,E, dan D. Dari hasil ANOVA

terhadap LPR berat antara keenam perlakukan yang menunjukkan

adanya perbedaan yang sangat nyata kemudian dilanjutkan uji BNJ,

Tuckey, karena perlakuan B berbeda sangat nyata dengan D,C,E.

Perlakuan B berbeda nyata dengan F, sedangkan perlakuan A berbeda

nyata dengan perlakuan D dan C.

2. Laju pertumbuhan spesifik (%) selama masa pemeliharaan yang tertinggi

adalah pada perlakuan B (6,386), perlakukan A (6,221), perlakuan D

(6,001) kemudian perlakuan C (5,963). Berarti LPS yang terbaik pada

perlakuan B.

3. Nilai konversi pakan yang terendah selama masa pemeliharaan terdapat

pada perlakuan B (1,792), kemudian perlakukan A (1,931), perlakuan F

(2,004), perlakuan D (2,006), perlakuan E (2,012) dan perlakuan C

(2,389).

Page 41: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

41

4. Selama masa pemeliharaan 40 hari mortalitas yang terjadi hanya sedikit.

Hal ini disimpulkan karena ikan Gabus merupakan ikan yang tahan

(memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirin), walau dalam kondisi

lingkungan perairan yang kurang baik.

5. Kualitas air selama masa pemeliharaan masih berada pada batas

kisaran yang diinginkan bagi pertumbuhan benih ikan Gabus.

B. Saran

1. Untuk budidaya ikan lokal yakni pada benih ikan Gabus (Channa striata

Blkr) sebaiknya diberikan pakan udang papay ditambah vitamin.

2. Diharapkan adanya penelitian lanjutan dengan waktu yang lebih lama.

Page 42: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

42

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1975. Standar Statistik Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan.Jakarta. 207 halaman.

Anonim, 1983. Laporan Survey dan Pengembangan Ikan Gabus PusatPenelitian. UNLAM. Banjarmasin. 241 halaman.

Anonim, 1985/1986. Buletin Laporan Pertanian. Bacaan Untuk PenyuluhanPertanian. Jakarta. 24 halaman.

Anonim, 1989. Rencana Pembangunan Lima Tahun ke Lima. Th.1989/1990-1993/1994. Percetakan Negara RI. Jakarta. 615halaman.

Anonim, 1994. Potensi dan Prospek Sub Sektor Perikanan di Kal-Sel padaEra Globalisasi PJP II. Dinas Perikanan Tk. I. Kal-Sel. 14halaman.

Akhmad Mudjiman, 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. AnggotaIKPAI. Jakarta. 190 halaman.

Bardach, CF., J.M. Rhyter and W.O. Mc. Larney., 1972. Aquaculture. TheFarming and Husbandry of Fresh water and Marine Organisme.John Willey and Sons, Inc. New York. 869 pages.

Boyd. C.E., 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture.Department of Fisheries and Allied Aquaculture. AurburnUniversity Alabama. Agricultural Experiment Station. 318 page.

Fuad Cholik, Artati dan Rachmat Afirudin, 1986. Water Quality Managementin Pond Fish Culture/Pengolahan Kualitas Air Kolam Ikan.Direktorat Jenderal Perikanan. Bekerjasama dengan InternasionalDevelopment Research Centre. Jakarta. 52 halaman.

Gomez, K. dan Gomez, A., 1983. Statistical Prosedur for AgriculturalResearch and Internasional Research Institute Book. A Wiley-International Publication. New York. 680 pages.

Hidayat Djajasewaka, 1985. Pakan Ikan (Makanan Ikan). Yasaguna.Jakarta. 47 halaman.

Komar Sumantadinata, 1979. Pengembangbiakan Ikan-Ikan Peliharaan diIndonesia. Satra Hudaya. Bogor. 117 halaman.

Page 43: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

43

Kottelat, Maurice et al, 1993. Fresh water Fishes of Western Indonesia andSulawesi. Ikan Air Tawar Barat dan Sulawesi. Periplus Edition(HK) Ltd Bekerjasama dengan Proyek EMDI. Kantor MenteriNegara Kependudukan dan Lingkungan Hidup RI. Jakarta. 293halaman.

Moehammad Ichsan Effendi, 1978. Biologi Perikanan. Study NaturalHistory. Fakultas Perikanan. IPB Bogor. 105 halaman.

Moch. A. Rismunandar, 1986. Perikanan Darat. Penerbit CV. Sinar Baru.Bandung. 107 halaman.

Nasoetion, A.H. dan Barizi, 1985. Metode Statistik Untuk PerikananKesimpulan. Penerbit Gramedia Jakarta. 233 halaman.

Nazir, M.,1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622halaman.

Nurdjojo Kotot, 1999. Studi Kasus Pengelolaan dan Pemanfaatan LahanBasah di Daerah TK.I Kalimantan Selatan. Seminar RegionalLahan Basah. Banjarbaru. 22 Nopember 1999. 9 halaman.

Ondi Mulyadi Sukma dan Maman Tjarmana, 1984. Budidaya Ikan. CV.Yasaguna. 76 halaman.

Shao Wen Ling, 1977. Aquaculture in South East Asia A HistoricalOverview. University of Washington. 108 pages.

Sumardi, S., 1980. Perencanaan Air Terhadap Ikan Konversi Alam (2-3).Balai Informasi Pertanian LON LIPI. Jakarta. Halaman 47-63.

Suhaili Asmawi, 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba. PT. Gramedia.Jakarta. 223 halaman.

Suhaili Asmawi, 1985. Ekologi Ikan. Penerbit Media Kampus di Indonesia.Sastra Hudaya. 117 halaman.

Saanin, 1986. Taksonomi dan Identifikasi Ikan. Bagian I. Bina Cipta.Bogor. 255 halaman.

Saputra Hendra, 1988. Membuat dan Membudidayakan Ikan DalamKantong Jaring Apung. CV. Simplek. Jakarta. 71 halaman.

Srigandono, Bambang, 1989. Rancangan Percobaan (EksperimentalDesign). Universitas Diponegoro. Semarang. 105 halaman.

Page 44: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

44

Steel, R.G.D. dan Torrie, J.H., 1989. Prinsip dan Dasar Statistik. SuatuPendekatan Biometrik. PT. Gramedia. Jakarta. 748 halaman.

Zonneveld, W., Huisman, G., Boon J.H., 1991. Prinsip-Prinsip danBudidaya Ikan Gramedia Jakarta. 318 halaman.

Page 45: LAPORAN PENELITIAN PEMBERIAN PAKAN DENGAN ...

45

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

Hapa wadah pemeliharaan

Udang rebon (udang papay) Pellet yang dihaluskan

Pengukuran kualitas air Pengukuran dan Penimbangan benih gabus