laporan modul kekom

45
LAPORAN MODUL 1 MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS KELOMPOK VIII ANGGOTA : MUHAMMAD FAJRI JAMIADI 10542 0299 11 ABU SALAM HAMZAH 10542 0257 11 ANDI FARAHNISA MAPPASISSI 10542 0264 11 ASRIMA 10542 0277 11 MUSFIRAH HATTA 10542 0302 11 KHAERUNNISA HIDA 10542 0292 11 PUTRI AMALIYA ALIYANI S. 10542 0319 11 ST. RAMLAH ANDARIAS 10542 0332 11 UMMU KALZUM MUSLIMIN B. 10542 0343 11 ADEK SULISTYONO 10542 0235 10 RUSLAN 10542 0239 10 DYAH SASMI KURNIA 10542 0252 10

description

unismuh makassar

Transcript of laporan modul kekom

LAPORAN MODUL 1MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS

KELOMPOK VIIIANGGOTA :MUHAMMAD FAJRI JAMIADI10542 0299 11ABU SALAM HAMZAH10542 0257 11ANDI FARAHNISA MAPPASISSI10542 0264 11ASRIMA10542 0277 11MUSFIRAH HATTA10542 0302 11KHAERUNNISA HIDA 10542 0292 11PUTRI AMALIYA ALIYANI S.10542 0319 11ST. RAMLAH ANDARIAS10542 0332 11UMMU KALZUM MUSLIMIN B.10542 0343 11ADEK SULISTYONO10542 0235 10RUSLAN10542 0239 10DYAH SASMI KURNIA10542 0252 10

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2014BAB IPENDAHULUAN

LATAR BELAKANGMalnutrisi yaitu gizi buruk atau kurang energi protein (KEP) dan defisiensi mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di negara-negara berkembang yang merupakan faktor resiko penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita.Menurut Adam Berg tahun 1986, gizi yang kuranag mengakibatkan terpengaruhnya perkembangan mental, perkembangan jasmani, dan produktivitas manusia karena semua itu mempengaruhi potensi ekonomi manusia. Status gizi buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Balita penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan hingga 10%.Menurut WHO proporsi anak dibawah umur yang menderita gizi buruk dan gizi kurang (berdasarkan standar WHO ) mengalami penurunan dari 27% di tahun 1990 menjadi menjadi 20% di tahun 2005. Di Indonesia, prevalensi balita gizi buruk sangat beragam. Berdasarkan data riset kesehatan (Riskesdes) 2010 secara nasional prevalensi balita gizi buruk sebesar 4,9% dan kekurangan gizi sebesar 17,9%. Data dari Direktorat Bina Gizi, Kementerian Kesehatan RI tahun 2014, jumlah balita yang menderita gizi buruk di Indonesia adalah 363 balita dengan jumlah penderita di Sulawesi Selatan sebanyak 132 balita, dimana terdapat 11 balita penderita gizi buruk di Kota Makassar. Prevalensi balita gizi buruk merupakan indikator Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai di suatu daerah (kabupaten/ kota) pada tahun 2015, yaitu terjadinya penurunan prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6% atau kekurangan gizi pada anak balita menjadi 15,5% (Bappenas, 2010).Penyebab tingginya angka kurang gizi di Indonesia cukup kompleks terkadang masalahnya adalah kurang makanan yang tersedia atau pilihan untuk tidak mengkonsumsi variasi makanan dengan nilai gizi yang cukup. Masyarakat di daerah yang miskin umumnya memiliki tingkat pendidikan rendah dan sebagian lagi memiliki kesadaran yang rendah tentang pentingnya variasi makanan, terutama untuk anak-anak. Nasi adalah makanan pokok dan di daerah yang miskin masyarakat lebih mengutakan rasa kenyang namun menu kurang variatif untuk kecukupan gizi. Di daerah lainnya, bahkan nasi juga jarang ditemukan, perubahan iklim, cuaca yang dan bencana alam mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan banyak keluarga yang tidak mempu membeli makanan jika tanaman mereka yang merupakan satu-satunya sumber pendapatn mereka gagal. Sanitasi yang buruk juga merupakan masalah umum di daerah dengan ketersediaan air yang terbatas dan berpengaruh terhadap infeksi usus dan kurang gizi sehingga dapat menyebabkan diare.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Pengertian GiziGizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. 2.1.2 Pengertian Status GiziStatus gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.Dalam pembahasan tentang status gizi, ada 3 konsep yang harus dipahami ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah: 1. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pembuangan untuk pemeliharaan hidup. Pertumbuhan fisik organ tubuh dan produksi energi proses ini disebut gizi atau (Nutrition).2. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan zat gizi di satu pihak dan pengeluaran oleh organisme di pihak lain. Keadaan ini disebut Nutriture.3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh nutriture dapat terlihat melalui variabel tertentu. Hal ini disebut status gizi (Nutritional status). Oleh karena itu dengan mengacu tentang keadaan gizi seseorang perlu disebutkan variabel yang digunakan untuk menentukannya (misalnya: tinggi badan atau variabel pertumbuhan dan sebagainya variabel-variabel yang digunakan untuk menentukan status gizi selanjutnya disebut sebagai indikator status gizi.

2.1.3 Penilaian Status GiziPenilaian status gizi penting untuk mengidentifikasi baik keadaan kurang maupun kelebihan gizi dan memperkirakan asupan energy optimum untuk pertumbuhan dan kesehatan. Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi pemeriksaan fisik secara langsung dan pemeriksaan fisik secara tidak langsung. Pemeriksaan fisik secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Pemeriksaan fisik secara tidak langsung dibagi mejadi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistic vital, dan faktor ekologi.Penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu :1. Secara KlinisPenilaian Status Gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan gambaran masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral. 2. Secara BiokimiaPenilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia. 3. Secara BiofisikPenilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi. Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya.4. Secara AntropometriSecara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Pengukuran antropometri merupakan hal yang penting dalam menilai status gizi dan perawatan bayi. Pengukuram ini cepat, tidak mahal, dan tidak invasif.Dalam antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran yaitu pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar lengan atas (LLA). Dari beberapa pengukuran tersebut BB, TB dan LLA sesuai dengan umur adalah yang paling sering digunakan untuk survei sedangkan untuk perorangan, keluarga, pengukuran BB dan TB atau panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal.a. Berat Badan Pengukuran tunggal dari berat badan tidak dapat membedakan antara malnutrisi akut dan kronik. Pengukuran tunggal berat badan hanya dapat melihat status gizi sesaat. Sedangkan pengukuran berat badan berkala dan rutin merupakan cara yang umum untuk menilai pertumbuhan bayi. Bayi harus diukur harus diukur dengan keadaan tidak memakai pakaian dan popok. Setelah berat diukur, hasilnya diplot berdasarkan umur dan jenis kelamin. Setelah itu hasilnya dibandingkan dengan standar rujukan yang tersedia.b. Tinggi/Panjang BadanPertumbuhan linier sebagai komponen riwayat nutrisi anak akan membantu seorang dokter untuk membedakan malnutrisi akut dan kronik. Untuk anak-anak yang kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan posisi badan terlentang. Untuk pengukuran ini diperlukan alat yaitu infantometer atau papan yang bagian kepalanya tidak bergerak dan bagian kakinya dapat digeser-geser. Dalam pengukuran ini dibutuhkan 2 orang untuk memposisikan badan anak. Kepala bayi diletakkan di puncak papan, lutut diluruskan dan kaki diletakkan dengan sudut 90o terhadap papan.Menurut ahli gizi dari IPB, Prdari. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS, standar acuan status gizi anak usia 0-60 bulan adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Sementara klasifikasinya adalah normal, underweight (kurus), dan overweight (gemuk).Untuk acuan yang menggunakan tinggi badan, bila kondisinya kurang baik disebut stunted (pendek). Pedoman yang digunakan adalah standar berdasar tabel WHO-NCHS (National Center for Health Statistics).Tabel Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks:IndeksKategori Status GiziAmbang Batas (Z-Score)

Berat Badan menurut Umur (BB/U)Anak Umur 0-60 BulanGizi Lebih> +2 SD

Gizi Baik-2 SD sampai +2 SD

Gizi Kurang< -2 SD sampai -3 SD

Gizi Buruk< -3 SD

Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) atau Panjang Badan Menurut Umur (PB/U)Anak Umur 0-60 BulanSangat Pendek< -3 SD

Pendek-3 SD sampai < -2 SD

Normal-2 SD sampai +2 SD

Tinggi> +2 SD

Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) atau Berat Badan Menurut Panjang Badan (BB/PB)Anak Umur 0-60 BulanGemuk> +2 SD

Normal-2 SD sampai +2 SD

Kurus-2 SD sampai -3 SD

Sangat Kurus< -3 SD

Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)Anak Umur 0-60 BulanSangat Kurus< -3 SD

Kurus-3 SD sampai < -2 SD

Normal-2 SD sampai +2 SD

Gemuk> -2 SD

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status GiziAda beberapa faktor yang sering merupakan penyebab gangguan gizi, baik langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi khususnya gangguan gizi pada bayi dan balita adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Makanan yang dimaksud dalam hal ini khususnya bagi bayi dan balita salah satunya adalah asupan ASI maupun tambahan asupan penunjang lainnya. Sedangkan beberapa faktor yang yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak bayi dan balita antara lain pengetahuan, persepsi, kebiasaan atau pantangan, kesukaan jenis makanan tertentu, jarak kelahiran yang terlalu rapat, sosial ekonomi, dan penyakit infeksi.Selain itu, ada yang mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi bayi berupa faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Yang termasuk dalam faktor intrinsik adalah genetik, hormon, dan kehidupan intrauterin. Sedangkan yang termasuk dalam faktor ekstrinsik adalah asupan gizi, morbitas, pola makan, dan pengaruh lingkungan.Faktor-faktor intrinsik:1. GenetikGenetik atau keturunan memiliki peranan yang besar terhadap status gizi bayi selain dari faktor-faktor lainnya. Faktor genetik ini tidak dapat kita ubah karena hal ini didapatkan dari kedua orangtua. Oleh karena itu perlu diperhatikan faktor genetik dari orangtua bila menilai status gizi bayi dan balita.2. HormonHormon pertumbuhan merupakan hormon yang esensial bagi pertumbuhan postnatal. Hormon petumbuhan ini berfungsi untuk metabolisme protein, karbohidrat, lipid, nitrogen, serta mineral. Dalam metabolisme protein, hormon ini akan meningkatkan transportasi asam amino ke dalam sel otot an meningkatkan sintesis prostein. Dalam metabolisme karbohidrat, hormone ini akan meningkatkan produksi glukosa. Dalam metabolisme lipid, hormon ini mendorong pelepasan asam lemak bebas dan meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam darah. Dalam metabolisme mineral, hormon ini meningkatkan keseimbangan positif kalsium, magnesium serta fosfat dan menimbulkan retensi ion natrium, kalium, serta klorida.

Faktor-faktor ekstrinsik : 1. MenyusuiASI (air susu ibu) merupakan minuman alamiah yang diberikan pada bayi pada usia bulan-bulan pertama. ASI segar dan bebas dari kontaminasi bakteri yang akan mengurangi peluang gangguan gastrointestinal. Alergi dan intoleransi terhadap susu sapi menciptakan gangguan dan kesukaran makan yang berarti, yang tidak ditemukan pada bayi yang menyusu. Hal ini tentu saja mempengaruhi status gizi bayi.2. Susu formulaBayi yang tidak dapat menerima ASI biasanya dapat diberikan susu formula yang berdasarkan susu sapi atau susu kedelai. Asam lemak rantai panjang seperti AA dan DHA, dapat ditemukan dalam ASI tapi tidak pada susu sapi. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa asam lemak rantai panjang ini mungkin berhubungan dengan kecepatan perkembangan kognitif dan penglihatan. Namun saat ini sudah banyak susu formula yang mengandung asam lemak rantai panjang ini. Penelitian nutrisi objektif bayi yang sedang bertumbuh menunjukkan bahwa formula susu sapi murni memberikan sektar 3-4 grprotein/kg/24jam, sedangkan ASI 1,5-2,5 gr protein/kg/24jam. Perbedaan ini akan memberikan pengaruh pada status gizi bayi.3. Buah-buahan, sayuran, daging, telur dan makanan berzat tepungMakanan tersebut dapat diberikan pada bayi dalam bentuk makanan saring, encer atau cair pada usia bulan-bulan awal karena jika diberikan dalam bentuk makanan padat sebelum usia 4-6 bulan maka tidak akan membantu kesehatan bayi normal.

4. PenyakitDi Negara berkembang seperti Indonesia, infeksi mempunyai pengaruh yang besar terhadap status gizi bayi. Infeksi sering terjadi pada bayi karena system imun bayi yang belum sempurna. Infeksi dapat memperburuk keadaan gizi melalui gangguan masukan makanan akibat berkurangnya napsu makan dan meningginya kehilangan zat-zat gizi yang esensial bagi tubuh akibat kebutuhan tubuh yang akan meningkat pada saat terjadi infeksi. Selain infeksi, penyakit-penyakit yang lain mempunyai dampak yag negatif terhadap status gizi anak karena akan meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi. Oleh karena itu, status gizi pada anak yang sering mengalami infeksi akan lebih rendah dibandingkan dengan status gizi anak yang lain.5. Status sosial dan status ekonomiPendidikan orang tua akan mempengaruhi cara dan pengetahuan orangtua dalam mengasuh anak, pengetahuan yang rendah terhadap cara mengasuh anak mempengaruhi asupan gizi anak. Selain pengetahuan, adat dan kebudayaan juga turut mempengaruhi orangtua dalam mengasuh dan memberikan asupan makanan kepada anak. Status ekonomi seperti penghasilan mempengaruhi daya beli orangtua untuk memenuhi kebutuhan gizi anak yang sesuai. 2.1.5 Klasifikasi Status Gizi Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes dalam pemantauan status gizi (PSG) anak balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan World Health Organization National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Pada Loka Karya Antropometri tahun 1975 telah diperkenalkan baku Harvard. Berdasarkan Semi Loka Antropometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan penggunaan baku rujukan WHO-NCHS (Gizi Indonesia, Vol. XV No 2 tahun 1990). Berdasarkan baku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat yaitu:a. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.b. Gizi baik untuk well nourished. c. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein Calori Malnutrition).d. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan kwashiorkorKlasifikasi Cara WHOIndikator yang digunakan meliputi BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standard yang digunakan adalah NCHS (National Centre for Health Statistic; USA), dengan klasifikasi seperti terlihat pada tabel. Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI tahun 1999KategoriCut of Point *)

Gizi lebih> 120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

Gizi baik80 % - 120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

Gizi sedang70 % - 79,9 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

Gizi kurang60 % - 69,9 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

Gizi buruk< 60 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983

Klasifikasi Menurut Cara WHO (Sumber: Deswarni Idrus & Gatot Kunanto, 1999. Epidemiologi I, Pusdiknakes. Jakarta. hlm. 31)BB/TBBB/UTB/UStatus Gizi

NormalRendahRendahBaik, pernah kurang

NormalNormalNormalBaik

NormalTinggiTinggiJangkung, masih baik

RendahRendahTinggiBuruk

RendahRendahNormalBuruk, kurang

RendahNormalTinggiKurang

TinggiTinggiRendahLebih, Obesitas

TinggiTinggiNormalLebih, tidak obesitas

TinggiNormalRendahLebih, pernah kurang

Gizi BaikGizi baik, atau nutrisi yang optimal, penting dalam meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan memulihkan kesehatan setelah trauma atau sakit. Untuk mendapatkan nutrisi optimal, seseorang harus memakan berbagai makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan serat dalam jumlah yang cukup. Walaupun pada orang sehat kelebihan nutrien tertentu dapat mengganggu, asupan nutrien penting harus lebih besar dari kebutuhan minimum untuk memberikan perbedaan dalam kesehatan dan penyakit, serta untuk menyediakan simpanan yang dapat digunakan selanjutnya. Gizi BurukGizi buruk, atau malnutrisi, adalah keadaan asupan gizi yang inadekuat atau berlebihan. Keadaan ini paling sering terjadi di antara orang-orang yang hidup dalam kemiskinan, terutama mereka yang membutuhkan nutrisi lebih banyak, seperti pasien manula, ibu hamil, anak-anak, dan bayi. Keadaan ini juga terjadi di rumah sakit dan fasilitas perawatan jangka-panjang karena pasien dalam situasi ini menderita penyakit yang menambah stress dalam tubuh sehingga kebutuhan nutrisinya meningkat. Gizi Kurang Gizi kurang terjadi jika pasien mengonsumsi nutrisi harian yang lebih sedikit dari yang dibutuhkannya sehingga menyebabkan defisit gizi. Biasanya pasien-pasien kurang gizi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk penyakit fisik. Mereka juga dapat menderita keterbatasan kognitif dan status fisik.Kurang gizi dapat disebabkan oleh: Ketidakmampuan untuk memetabolisasi nutrient Ketidakmampuan untuk mendapat zat gizi yang sesuai dari makanan Percepatan ekskresi zat-zat gizi dari tubuh Sakit atau penyakit yang meningkatkan kebutuhan tubuh akan nutrien

Data masalah dan program yang telah dilaksanakan di Puskesmas Barra-baraya mengenai masalah gizi bersumber dari Laporan pelaksana kegiatan Program gizi tahun 2013 Puskesmas Bara-baraya

1. CAKUPAN D/S (PARTISIPASI MASYARAKAT)KELURAHANTAHUN 2013

SasaranCakupanTarget (%)

Bara-Baraya66555683,6

Bara-Baraya Selatan69357983,5

Bara-Baraya Timur67758987,0

Bara-Baraya Utara67159588,6

Lariang Bangi53546887,4

Barana65653199,0

Puskesmas3897331284,09

Data ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah balita yang datang ke Posyandu dengan jumlah sasaran (D/S) yang signifikan dari target yang sesuai dengan 80% peningkatan D/S ini terjadi karena peningkatan pengetahuan ibu balita akan pentingnya ke Posyandu dengan ibu mengetahui manfaat datang ke Posyandu maka akan lebih mudah untuk mengajak ibu balita aktif dalam kegiatan Posyandu.2. Cakupan N/D (efek program/penimbangan)KelurahanTahun 2013

SasaranCakupanTarget (%)

Bara-baraya55633268,70

Bara-baraya selatan57945383,41

Bara-baraya timur58945769,10

Bara-baraya utara59544174,11

Lariang bangi46834072,64

Barana 53146767,94

Puskesmas 3897252076,0

Data ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah balita yang naik berat badannya dibandingkan dengan jumlah balita yang datang ke posyandu (N/D) yang signifikan dari target yang sesuai dengan 75% peningkatan N/D ini disebabkan karena pengetahuan ibu balita tentang makanan bergizi serta cara pemberian makan dan pola pengasuhan yang baik melalui kegiatan penyuluhan dan kelas ibu balita.3. cakupan ASI eksklusifKelurahan Tahun 2013

SasarancakupanTarget %

Bara-baraya483879

Bara-baraya selatan524280,7

Bara-baraya timur503774

Bara-baraya utara493571

Lariang bangi342882

Barana564478

Puskesmas28922477,5

Data ini menunjukkan adanya peningkatkan cakupan ASI eksklusif yang signifikan dengan target 75% peningkatan cakupan ASI eksklusif disebabkan karena meningktanya pengetahuan ibu tentang manfaat menyusui secara eksklusif sera keunggulan ASI eksklusif dibandingkan susu formula melalui kegiatan penyuluhan manfaat ASI eksklusif dan kelas ibu hamil sehingga diharapkan ibu hamil tahu tentang manfaat ASI eksklusif dan cara menyusui yang paska melahirkan 4. Cakupan Fe3KelurahanTahun 2013

SasarancakupanTarget %

Bara-baraya221150

Bara-baraya selatan271762,9

Bara-baraya timur251352

Bara-baraya utara271866,6

Lariang bangi6116,6

Barana261062,5

Puskesmas1237056,9

Data ini menunjukkan bahwa cakupan Fe3 tidak signifikan dengan taget yang seharusnya 90% cakupan Fe3 ini disebabkan karena pengetahuan ibu hamil tentang mengkonsumsi tablet besi (Fe3) 90 tablet selaha kehamilan kurang. Tetapi memang dalam hal ini saat-saat menjelang kehamilan ibu menerima obat dan vitamin-vitamin yang diresepkan dokter.5. Cakupan Vitamin AKelurahanTahun 2013

SasarancakupanTarget %

Bara-baraya66553780,7

Bara-baraya selatan69354678,7

Bara-baraya timur67754079,7

Bara-baraya utara67152277,7

Lariang bangi53550193,64

Barana65663396,64

Puskesmas3897327984,14

Data ini menunjukkan bahwa peningkatan cakupan vitamin A dengan target 83% peningkatan cakupan vitamin A ini disebabkan karena meningkatnya pengetahuan ibu balita tentang manfaat mengkonsumsi vitamjin A bagi kesehatan mata melalui penyuluhan. Selain itu kader juga turut aktif dalam distribusi vitamin A sehingga dapat mencover seluruh balita.6. Cakupan balita BGMKelurahanTahun 2013

SasaranCakupanTarget (%)

Bara-baraya556253,6

Bara-baraya selatan579213,05

Bara-baraya timur589183,0

Bara-baraya utara595233,8

Lariang bangi535142,6

Barana 656192,8

Puskesmas 331212313,6

Data ini menunjukkan adanya penurunan prevalensi BGM yang signifikan dengan target 4,52% jumlah balita BGM ini disebabkan meningkatnya pengetahuan ibu tentang makanan bergizi serta pola asuh yang baik melalui penyuluhan makanan bergizi dan kelas ibu balita BGM, selain itu adapula kegiatan demo masak aagar ibu dapat mengetahui bagaimana cara mengolah makanan yang baik dan tepat sesuai umur balita.

7. Cakupan Balita Gizi KurangKelurahanTahun 2013

SasarancakupanTarget %

Bara-baraya5563983,6

Bara-baraya selatan5794183,5

Bara-baraya timur5894387

Bara-baraya utara5953588,6

Lariang bangi5352387,4

Barana6564599

Puskesmas331222584,09

Data ini menunjukkan adanya penurunan prevalensi gizi kurang yang signifikan dari target 7,22% . penurunan jumlah balita gizi kurang ini disebakan meningkatnya pengetahuan ibu tentang makanan bergizi serta pola asuh yang baik melalui penyuluhan makanan bergizi dan kelas ibu balita gizi kurang. Selain itu adapula kegiatan demo masak agar para ibu mengetahui bagaimana car mengolah makanan yang baik dan tepat sesuai umur balita selain itu adapula kegiatan kunjungan rumah yang dilakukan oleh anggota KGM bersama kader sehingga semua balita gizi kurang dapat terpantau berat badannya serta diintervensi kenaikan berat badannya dan diberi konseling.8. Cakupan balita gizi burukKelurahanTahun 2013

SasaranCakupanTarget (%)

Bara-baraya55610,1

Bara-baraya selatan57910,7

Bara-baraya timur58910,6

Bara-baraya utara59520,3

Lariang bangi535-0

Barana 65620,3

Puskesmas 331270,2

Data ini menunjukkan penurunan prevalensi balita gizi buruk yang signifikan dari target 1,84% penurunan jumlah balita gizi buruk ini disebabkan karena meningkatnya pengetahuan ibu tentang makanan bergizi serta pola asuh yang baik melalui penyuluhan makanan bergizi. Selain itu adapula kegiata demo masak agar para ibu mengetahui bagaimana cara mengolah makanan yang baik dan benar sesuai umur balita selain itu ada pula kegiatan kunjungan rumah yang dilakukan oleh anggota KGM bersama kader sehingga semua balita gizi buruk dapat terpantau berat badannya.

BAB IIIINVESTIGASI LAPANGAN

A. Profil puskesmas1. Batas-batas wilayahWilayah kerja puskesmas yang meliputi kecamatan Bara-baraya, meliputi kelurahan Bara-Baraya, Bara-Baraya Timur, Bara-Baraya Utara, Bara-Baraya Selatan, Lariangbangi dan Barana , dengan jumlah RW, RT dan KK sebagai berikut:1. Kel. Bara-baraya terdapat 5RW , 32 RT dan 1.058 KK2. Kel. Bara-baraya Timur terdapat 5 RW , 28 RT dan 1.898 KK3. Kel. Bara-baraya utara terdapat 5 RW , 19 RT dan 875 KK4. Kel. Bara-baraya selatan terdapat 4 RW , 26 RT dan 1.678 KK5. Kel. Lariangbangi terdapat 4 RW , 29 RT dan 1.009 KK6. Kel. Barana terdapat 4 RW , 32 RT dan 1.298 KK2. Visi puskesmas Menjadi puskesmas dengan pelayanan terbaik di Sulawesi selatan, lima terbaik di Indonesia timur & 10 terbaik di Indonesia .3. Misi puskesmas1. Meningkatkan Sarana & Prasarana2. Meningkatkan Profesionalisme Sumber Daya3. Mengembangkan Jenis Layanan & Mutu Pelayanan Kesehatan4. Meningkatkan System Informasi & Manajemen Puskesmas5. Mengembangkan Kemitraan6. Meningkatkan Upaya Kemandirian Masyarakat4. Motto puskesmasS : SENYUMAdalah modal kami dalam melayaniA : AMANAHSebagai pelayan masyarakat akan kami lakukan dengan penuh rasa tanggung jawabL : LAYANANYang terbaik demi kepuasan pelangganA : ALLAH SWT.Tempat kami bersandar demi kesembuhan pasienM : MUTULayanan adalah komitmen kami

5. Luas wilayah noKelurahanLuas wilayah(km2)

1Bara-baraya0,16

2Bara-baraya selatan0,14

3Bara-baraya timur0,15

4Bara-baraya utara0,11

5Lariangbangi0,20

6Barana0,22

jumlah0,98

6. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur diwilayah kerja puskersmas bara-baraya MakassarNoKelompok umur/tahunJumlah penduduk

Laki-lakiperempuanLaki-laki+perempuan

10-4209219684060

25-9180517353540

310-14163015243154

415-19181218673679

520-24209621894285

625-29187419293803

730-34177516763451

835-39131813192637

940-44100710412048

1045-498117881599

1150-546036341237

1255-59451529980

1360-64380533913

14>656998681567

Jumlah183531860036953

7. Sarana pelayanan kesehatanNoJenis PelayananJumlah

1234 567Puskesmas rawat inapPuskesmas non rawat inapPuskesmas kelilingPuskesmas pembantuApotek Posyandu Desa siaga 123115486

Total85

B. Hasil wawancara

C. Identifikasi Dan Prioritas Masalah1. Kriteria A : Besar Masalah ( Nilai 0-10 )No Indikator SPMSasaran (%)Cakupan (%)Selisih (%)

1Cakupan balita yang datang ke posyandu dan ditimbang dibandingkan jumlah sasaran (D/S)8586,40

2Cakupan bayi usia 0 - 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif 8025,454,6

3Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan asupan Fe 3 sebanyak 90 tablet8556,928,1

4Cakupan balita 6 - 59 bulan yang mendapatkan pemberian Vit. A8583,51,5

5Cakupan masalah balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan10027,372,7

Sumber : Profil puskesmas Bara-baraya tahun 2013BESAR MASALAH Penilaian besar masalah dengan menggunakan interval menggunakan rumus sebagai berikut: Kelas N = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 5= 1 + 3.3 ( 0,698 ) = 3,30= 3 Interval = ( nilai tertinggi nilai terendah ) Jumlah kelas

= = 23,7

NOMASALAH (INDIKATOR SPM)BESAR MASALAH TERHADAP PENCAPAIAN PROGRAMNILAI

INTERVAL

1,5 25,2325,24 48,9748,98 72,71

KELAS

3,36,69,9

Cakupan bayi usia 0 - 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusifX9,9

Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan asupan Fe 3 sebanyak 90 tabletX6,6

Cakupan balita 6 - 59 bulan yang mendapatkan pemberian Vit. AX3,3

Cakupan masalah balita gizi buruk yang mendapatkan perawatanX9,9

2. Kriteria B : Kegawatan Masalah ( Nilai 1 5 )

No Indikator SPMKeganasan Tingkat urgensiBiaya yang dikeluarkanNilai

1Cakupan bayi usia 0 - 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif 3,634,5412,13

2Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan asupan Fe 3 sebanyak 90 tablet3,363,632,99,89

3Cakupan balita 6 - 59 bulan yang mendapatkan pemberian Vit. A2,632,543,098,26

4Cakupan masalah balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan4,634,541,5410,71

3. Kriteria C : Kemudahan Penanggulangan ( Nilai 1 5 )

No Indikator SPMKemudahanNilai

1Cakupan bayi usia 0 - 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif4+4+4+4+3+3+5+4+4+4+43,9

2Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan asupan Fe 3 sebanyak 90 tablet2+3+2+3+3+2+3+2+2+2+32,45

3Cakupan balita 6 - 59 bulan yang mendapatkan pemberian Vit. A4+4+3+3+2+4+3+3+2+4+23,09

4Cakupan masalah balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan3+2+3+1+1+2+3+1+1+2+21,9

4. Kriteria D : PEARL FaktorNo Indikator SPMPEARLNILAI

1Cakupan bayi usia 0 - 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif111111

2Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan asupan Fe 3 sebanyak 90 tablet111111

3Cakupan balita 6 - 59 bulan yang mendapatkan pemberian Vit. A111111

4Cakupan masalah balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan101110

5. Penilaian Prioritas Masalaha. Cakupan bayi usia 0 - 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusifNPD = (A + B)C = (9,9 + 12,3 ) 3,9 = 86,5NPT = (A + B)C .D= (9,9 + 12,3 ) 3,9 x 1 = 86,5b. Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan asupan Fe 3 sebanyak 90 tabletNPD= (A + B)C = ( 6,6 + 9,89 ) 2,45 = 40,4005NPT= (A + B)C .D= ( 6,6 + 9,89 ) 2,45 x 1= 40,4005c. Cakupan balita 6 - 59 bulan yang mendapatkan pemberian Vit. ANPD = (A + B)C = ( 3,3 + 8,26 ) 3,09 = 35,72NPT = (A + B)C .D= (3,3 + 8,26 )3,09 x 1 = 35,72d. Cakupan masalah balita gizi buruk yang mendapatkan perawatanNPD = (A + B)C= (9,9 + 10,71 ) 1,9= 39,159NPT = (A + B)C .D= (9,9 + 10,71) 1,9 x 0 = 06. Prioritas Masalah1. Cakupan bayi usia 0 - 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif 2. Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan asupan Fe 3 sebanyak 90 tablet 3. Cakupan masalah balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan4. Cakupan balita 6 - 59 bulan yang mendapatkan pemberian Vit. A

7. Identifikasi Masalah cakupan bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusifKOMPONENKEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

INPUTMANSumber daya manusia yang kurang

MONEYTidak ada masalah

MATERIALKurangnya promosi melalui pamflet atau poster

METODETidak ada masalah

MARKETINGKurangnya penyuluhan atau sosialisasi yang disampaikan petugas pada masyarakat secara menyeluruh

LINGKUNGAN1. Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat masih rendah ,2. Kurangnya pengetahuan menyusui yang baik dan benar3. Factor ekonomi masyarakat yang tergolong rendah

PROSESP1Tidak ada masalah

P2Kurangnya distribusi penyuluhan secara merata kepada masyarakat

P3Tidak ada masalah

8. Analisis penyebab masalahA. Kurangnya petugas kesehatanB. Kurangnya promosi melalui pamphlet/poster C. Kurangnya penyuluhan atau sosialisasi yang disampaikan petugas pada masyarakatD. Tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat masih rendahE. Kurangnya pengetahuan menyusui yang baik dan benarF. Factor ekonomi masyarakat yang tergolong rendahG. Kurangnya distribusi penyuluhan secara merata kepada masyarakat.

9. Tabel Compaired ComparisonABCDEFGTOTAL

AACDEFA2

BCDEFG0

CDECC2

DDDD3

EEG1

FG0

G0

TOTAL VERTIKAL0023323

TOTAL HORIZONTAL2023100

TOTAL2046423

10. Tab el KumulatifD66/21 X 100%28,57%28,57%

E44/21 X 100%19,04%47,61%

C44/21 X 100%19,04%66,65%

G33/21 X 100%14,28%80,93%

F22/21 X 100%9,52%90,45%

A22/21 X 100%9,52%100%

B00/21 X 100%0%100%

JUMLAH21100%

Berdasarkan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu masalah yang berupa rendahnnya Cakupan bayi usia 0 - 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif, cukup menyelesaikan 4 penyebab karena penyebab tersebut sudah mencapai 80%, diantarannya adalah :1. Tingkat kesadaran masyarakat masih rendah2. Kurangnya pengetahuan mengenai cara menyusui yang benar3. Kurangnya sosialisasi yang disampaikan petugas kepada masyarakat4. Kurangnya distribusi penyuluhan secara merata kepada masyarakat Rencana kegiatanA. Penyuluhan tentang keunggulan ASI ,manfaat menyusui serta dampak negative pemberian susu formulaB. Pemberian edukasi tentang cara menyusui dengan baik dan benar kepada ibu hamil dan menyusuiC. Pemberitahuan kepada keluarga si ibu untuk mendukung jalannya pemberian ASI dengan memberikan informasi tentang ASI sebanyak-banyaknyaD. Pembentukan kelompok pendukung ASI (KP ASI) yang terdiri dari ibu menyusui dan tenaga professional

11. Kriteria MutlakKEGIATANINPUTOUTPUTKETERANGAN

MANMONEYMATERIALMETHODMARKETING

A111111Dapat dilakukan

B111111Dapat dilakukan

C111111Dapat dilakukan

D101110Tidak dapat dilakukan

12. Kriteria keinginan Mudah (60) Berkembang (40) Berkelanjutan (20)

A 6X60=3606X40 =2406X20 = 120720

B 6X60=3606X40 =2406X20 = 120720

C 6X60=3606X40 =2406X20 = 120720

Berdasarkan kriteria mutlak dan kriteria keinginan, maka hanya 3 rencana kegiatan di atas yang dapat dijadikan rencana kegiatan / Plain of Action (POA), yaitu Penyuluhan tentang keunggulan ASI ,manfaat menyusui serta dampak negative pemberian susu formula,Pemberian edukasi tentang cara menyusui dengan baik dan benar kepada ibu hamil dan menyusui, Pemberitahuan kepada keluarga si ibu untuk mendukung jalannya pemberian ASI dengan memberikan informasi tentang ASI sebanyak-banyaknya.

PLAN OF ACTION

KEGIATANAKEGIATANBKEGIATANC

TUJUANUntuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang keunggulan ASI manfaat menyusui serta dampak negative pemberian susu formulaUntuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu atau masyarakat mengenai cara menyusui yang baik dan benar1. Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga ibu tentang informasi pemberian ASI dan pentingnya pemberian ASI terhadap gizi bayi.2. Untuk mendukung ibu dalam memberikan ASI bagi bayi

SASARANMasyarakatMasyarakat/ibu menyusuiKeluarga/masyarakat/ayah bayi

WAKTU3 bulan3 bulan3 bulan

TEMPATPuskesmasPuskesmasPuskesmas

PELAKSANAPetugas kesehatan puskesmasPetugas kesehatan puskesmasPetugas kesehatan puskesmas

BIAYADana operasional kegiatan posyanduDana operasional kegiatan posyanduDana operasional kegiatan posyandu

METODEWorkshopWorkshopWorkshop

TOLAK UKURmeningkatnya pengetahuan masyarakat tentang keunggulan ASI manfaat menyusui serta dampak negative pemberian susu formulameningkatnya pengetahuan dan pemahaman ibu atau masyarakat mengenai cara menyusui yang baik dan benarMeningkatnya pengetahuan keluarga ibu tentang informasi pemberian ASI dan pentingnya pemberian ASI terhadap gizi bayi

DAFTAR PUSTAKADepkes RI. Buku SK antropometri. 2010. http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/07/buku-sk-antropometri-2010.pdfHerboeld H Nancie, Edelstein Sari. 2013. Buku Saku Nutrisi (Rapid Reference for Nurse:Nutrition). Jakarta :EGCMayer H Brenna,dkk. 2012 . Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mdah (Nutrition Made Incredibly Easy) Edisi 2. Jakarta : EGCSupariasa, Bakri Bachyar, Fajar Ibnu. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGCWorld Health Organization. 2009. World Health Statistic. France.