Laporan Modul 3 Blok 15
Transcript of Laporan Modul 3 Blok 15
3. Kegagalan Pada GTSL dan Penanggulangannya
Klasifikasi patahnya protesa dapat digolongkan:
A. Patah plat atau basis geligi tiruan dan gigi. Hal ini dapat dikarenakan :
1. Kesalahan konstruksi
Bila gigi belakang, terutama pada rahang atas, disusun di luar puncak lingir
sisa, maka sebagian besar komponen gaya kunyah akan disalurkan ke bagian
tengah geligi tiruan tersebut. Hal ini merupakan sebab patahnya bagian tengah
protesa rahang atas.
Kurang tebalnya plat resin akrilik pada bagian depan palatum, akan
memperlemah protesa. Hal ini terjadi terutama pada pemakaian gigi depan
yang terbuat dari resin. Bila bagian singulum gigi dibentuk secara anatomis,
maka pada waktu pembuatan plat malam, sering dilakukan penipisan bagian
ini untuk mempertahankan bentuk gigi tadi.
Kekuatan dan ketidaktepatan dimensional basis protesa, karena tidak tepatnya
konsistensi adonan pada waktu packing, lama dan suhu polimerisasi yang tak
memadai, dan atau kuvet terlalu cepat didinginkan setelah pemasakan
(curing).
Berbagai faktor yang menyebabkan patahnya gigi porselen. Gigi porselen
yang mungkin saja patah pada saat pemrosesan protesa resin.
2. Faktor penyebab dari dalam mulut
Tekanan berlebihan yang terjadi selama proses pengunyahan atau karena
mengertak, atau mengatup-ngatup gigi (clenching atau grinding). Dalam hal
ini, basis resin geligi tiruan perlu diganti dengan bahan metal.
Resorpsi tulang alveolar yang terjadi sesudah pemasangan geligi tiruan akan
menyebabkan geligi tiruan tidak stabil lagi dengan akibat mudah terjadi
fraktur.
Frenulum labialis yang terlalu tinggi mengharuskan dibuatnya lekukan yang
dalam pada plat geligi tiruan. Lekukan semacam ini biasanya merupakan
tempat awal terjadinya fraktur.
Relif yang tidak memadai pada geligi tiruan rahang atas di bagian tengah
palatum pada penderita-penderita yang perbedaan ketebalan mukosanya
menyolok, dapat menyebabkan geligi tiruan melengkung pada bagian tengah
palatum selama berfungsi. Proses ini dapat berakhir dengan fraktur.
B. Elemen Lepas, tetapi tidak pecah
Kekurangan resin akrilik pada waktu packing
Terdapatnya selapis tipis minyak, medium pemisah (separating medium) atau
lilin pada gigi resin
Melakukan packing resin pada saat dough stage sudah dilampaui, sehingga
monomer bebas yang bisa bergabung dengan gigi resin, tidak cukup
C. Lengan cengkeram patah
Lengan cengkeram dapat patah sebagai akibat hal-hal berikut ini:
Patah karena sering dikeluar-masukkan melalui gerong yang terlalu dalam.
Bila dukungan jaringan periodontal gigi lebih besar, maka cengkeramannya
yang patah. Sebaliknya, bila cengkeramannya yang lebih kuat, maka gigilah
yang menjadi goyang. Hal ini dapat dihindarkan dengan jalan menempatkan
lengan cengkeram hanya pada daerah dengan retensi minimum seperti yang
telah ditentukan dalam proses survey yang teliti dan benar.
Kegagalan struktural. Suatu lengan yang tidak dibuat tidak dengan baik atau
kerena proses penghalusan dan pemolesan yang tidak hati-hati, patah pada
titik terlemahnya karena sering melentur pada tempat ini. Bila dalam proses
pembuatan, lengan cengkeram terlalu sering dilekuk-lekukkan dengan tang,
maka bagian ini pun mudah patah.
Kesalahan penderita atau pemakai, misalnya terjadi distorsi karena pada saat
dicuci. Yang sering sekali terjadi adalah patahnya lengan cengkeram, karena
bagian ini sering disesuaikan sendiri oleh penderita, bila cengkeraman
menjadi longgar. Selain itu, lengan cengkeram juga sering digunakan sebagai
pegangan pada saat pengeluaran dan pemasukan geligi tiruan. Protesa
sebaiknya dipasang dan dilepas dengan jalan memegang salah satu bagian
berangkanya, atau hanya pada lengan cengkeram, atau bisa pula pada bagian
sayapnya.
D. Sandaran oklusal patah
Sandaran Oklusal patah hampir selalu terjadi pada titik di mana ia melintasi linger
marginal gigi, sebab bagian inilah yang merupakan titik terlemah. Suatu kedudukan
sandaran oklusal yang tidak dipreparasi dengan betul, merupakan salah satu contoh
kegagalan seperi ini. Ketidak-tepatan preparasi atau kurangnya pembuangan jaringan gigi
untuk tempat kedudukan sandaran pada waktu persiapan dalam mulut, menyebabkan
terlalu tipisnya sandaran. Lalu, sandaran yang sudah tipis ini akan berkurang lagi
ketebalannya pada saat penyesuaian dalam mulut, untuk menghindari hambatan oklusal
pada saat artikulasi.
Keluhan Pasien setelah Pemakaian GTSL dan Penanggulangannya:
1. Rasa Sakit
Terdapat beberapa sebab yang dapat menimbulkan rasa sakit pada pemakaian sebuah gigi
tiruan:
a. Rasa sakit pada jaringan mukosa pada tepi landasan/ basis di daerah fornix
Rasa sakit pada geligi tiruan rahang bawah biasanya terdapat di daerah lingual.
Sedangkan pada bagian gigi tiruan berujung bebas terdapat di sebelah bukal di bagian
anterior/ posterior. Untuk gigi tiruan rahang atas rasa sakit biasa di sebelah bukal.
Pada GT dukungan mukosa, setelah pemakaian yang lama timbul rasa sakit pada
daerah perifer karena GT menyalurkan beban fungsionalnya pada linggir alveolar
sehingga terjadi resorbsi pada tulang alveolar. Akibatnya GT menjadi longgar dan
bergerak dan menyebabkan rangsangan pada mukosa mulut.
Penyebab:
Terlalu luas / panjang landasan (Over extended)
Tajamnya tepi landasan/ basis GTS
Penanggulangan:
Mengurangi tepi landasan / basis GTS
Penyesuaian oklusi dihaluskan dan dipoles
b. Rasa sakit di bawah landasan basis
Penyebab:
Adanya tonjolan pada permukaan anatomis basis / landasan
Oklusi yang tidak seimbang
Penanggulangan:
Periksa permukaan anatomis basis, buang dan haluskan tonjolan akrilik
Perbaiki oklusi GT.
c. Sakit pada gigi penyangga atau sekitar gigi yang tinggal
Penyebab:
Cangkolan terlalu kencang
Adanya karies yang tidak terlihat / karies yang besar
Oklusi yang tidak merata
Pada free end dengan hubungan yang kaku dengan gigi sandaran karena ikut
menyangga beban fungsional melalui cangkolan
Desain yang tidak tepat, sehingga sis makanan tersangkut pada tepi/ sela sela gusi.
Verkeilung terlalu ketat sehingga menekan gigi.
Penanggulangan:
Cangkolan tidak terlalu kencang tapi retentive
Gigi penyangga harus sehat
Hilangkan traumatik oklusi
Desain GT sebaik mungkin sesuai batas / adaptasi baik
Verkeilung dibuat tidak menekan gigi / mukosa
d. Lidah / pipi tergigit
Penyebab:
Tonus otot pipi telah hilang (pada usia lanjut)
Penyusunan gigi posterior terlalu ke bukal atau lingual
Penyusunan gigi posterior edge to edge
Vertikal Dimensi terlalu rendah
Penanggulangan:
Penyusunan gigi geligi tiruan sesuai posisi gigi yang ideal
2. Gigi tiruan bergerak / longgar
Penyebab:
Adanya sangkutan antar tonjol gigi atas dan bawah.
Cangkolan yang longgar, terutama lengan retentif
Overextensi landasan
Perlekatan gigi posterior terlalu ke bukal atau lingual
Adaptasi yang kurang baik
3. Kesulitan mengunyah
Penyebab:
Makanan masuk di bawah basis/ landasan gigi tiruan
GT selalu bergerak karena oklusi yang tidak seimbang
Cangkolan kurang kencang (kurang retentif)
Makanan melekat pada permukaan anatomis GT.
4. Kesulitan berbicara
Penyebab:
Perlekatan gigi posterior yang kurang tepat terlalu ke bukal atau ke lingual
Ukuran bukolingual gigi terlalu besar walaupun meletakkannya benar
Landasan / basis sebelah lingual terlalu tebal, dalam hal ini kesulitan
mengucapkan huruf “R”
Kesulitan mengucapkan huruf “S” disebabkan peletakan gigi anterior terlalu ke
labial atau palatal
Dimensi vertikalterlalu tinggi.
5. Geligi tiruan berbunyi
Penyebab:
Dimensi vertikal terlalu tinggi
Retensi yang tidak baik
Oklusi yang tidak seimbang
Gigi porselen lebih berbunyi daripada akrilik
6. Rasa ingin muntah
Penyebab:
Basis terlalu ke posterior sampai ke Palatum molle
Pembuatan post dam yang kurang tepat
Kontak antara basis dan jaringan lunak mulut terlalu ringan
Terlalu tebalnya basis di bagian posterior