LAPORAN MKT Q2B

26
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN KESUBURAN TANAH Rekomendasi Pemupukan Kalium pada Lahan Cabai di daerah Pujon Kidul’ Disusun Oleh : Kelompok Q2.2 Riski Bagus S. 125040201111048 M. Aufar Ul Afkaar 125040201111056 M. Akhrizul Yusuf 125040201111069 Laksono Raditya 125040201111075 Netty Dwi Ariska 125040201111098 Nafisatul Afidah 125040201111099 Nanik Wirantikasari 125040201111235 Heryako Mustofa 125040201111320 Nico Van Maestro 125040201111333 Puput Pelita Putri 125040202111003 Asisten : Perry Lubis PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

description

laporan manajemen kesuburan tanah

Transcript of LAPORAN MKT Q2B

Page 1: LAPORAN MKT Q2B

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN KESUBURAN TANAH

‘Rekomendasi Pemupukan Kalium pada Lahan Cabai di daerah Pujon Kidul’

Disusun Oleh :

Kelompok Q2.2

Riski Bagus S. 125040201111048

M. Aufar Ul Afkaar 125040201111056

M. Akhrizul Yusuf 125040201111069

Laksono Raditya 125040201111075

Netty Dwi Ariska 125040201111098

Nafisatul Afidah 125040201111099

Nanik Wirantikasari 125040201111235

Heryako Mustofa 125040201111320

Nico Van Maestro 125040201111333

Puput Pelita Putri 125040202111003

Asisten : Perry Lubis

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: LAPORAN MKT Q2B

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimulai pada tahun 1987 ketika populasi dunia mendekati lima milyar penduduk.

Populasi yang begitu banyak, sebagian besar disumbang oleh Negara berkembang atau dunia

ketiga. Banyaknya jumlah penduduk pada saat itu, sangat mempengaruhi permintaan akan

papan, pangan, dan sandang di berbagai Negara. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut

berbagai Negara mengadakan pertanian intensif baik itu pada komoditi tanaman semusim

maupun tahunan. Hal tersebut diiringi dengan meningkatnya penemuan di bidang pertanian

yaitu bibit hibrida yang tahan penyakit, dan jumlah produksinya tinggi.

Di Indonesia sendiri, jumlah populasi pada saat itu sekitar 170 juta jiwa. Di tahun

yang sama pemerintah Indonesia telah berhasil melaksanakan swasembada beras dalam 5

tahun terakhir yaitu pada tahun 1984 hingga 1989, namun terjadinya swasembada beras tidak

berlanjut terus-menerus. Beberapa efek negative yang ditimbulkan ketika revolusi hijau

adalah menurunnya produksi protein, rusaknya tanah, dan ketergantungan terhadap pupuk an-

organik. Di samping itu, pada aspek social terjadi jurang kekayaan antara petani berlahan luas

dan berlahan kecil. Hal tersebut timbul akibat tidak jelasnya kepemilikan dan kepenguasaan

lahan akibat dari gagalnya pelaksanaan pembaruan Agraria yang pelaksaannya dimulai pada

tahun 1960 hingga 1965.

Pengelolaan lahan yang tidak sesuai kemampuan lahan tersebut akan menimbulkan

degradasi lahan secara bertahap dan kontinuitas. Tidak adanya bero lahan dikarenakan saat

ini pertanian merupakan salah satu alat untuk memenuhi kebutuhan hidup individu ataupun

keluarga. Keterlibatan pembuat kebijakan juga turut serta baik secara langsung ataupun tidak

langsung terhadap kondisi lingkungan saat ini maupun yang akan datang. Keterbatasan

pekerjaan di desa serta tingginya kebutuhan hidup, memaksa petani untuk terus mengelola

lahannya baik itu komoditi musiman ataupun tahunan.

Kemampuan petani dalam memanajemen tanah yang kurang baik diakibatkan oleh

keterbatasan pengetahuan petani mengenai tanah. Selain itu tidak tepatnya pengelohan juga

menunjang terjadinya degradasi lahan baik itu secara fisik, kimia ataupun biologi. Ketiga

sifat tanah yang telah menurun mengakibatkan terjadinya penurunan produksi secara terus

menerus apabila tidak diimbangi dengan pemupukan yang efektif dan efisien. Manajemen

Page 3: LAPORAN MKT Q2B

yang dimaksud oleh penulis di sini ialah kemampuan petani dalam mengatur input pertanian

seperti pupuk, pestisida dan bibit di lahan budidaya.

Beberapa kegiatan penulis di lokasi pengamatan ialah : penulis melakukan

pengamatan serta berdiskusi dengan pemilik lahan mengenai kondisi lahan dan perlakuan

terhadap lahan tersebut. Pada makalah ini, penulis akan berusaha memaparkan kondisi lapang

yang diamati serta mencermati permasalahan yang ada di lahan tersebut dipandang dari aspek

manajemen kesuburan tanah. Selain itu, dengan menggunakan referensi tertentu, penulis juga

akan memberikan solusi terkait dengan permasalahan yang ada.

1.2 Tujuan

1. Memaparkan kondisi lapang yang diamati secara aktual

2. Mengetahui permasalahan yang ada di lahan

3. Memberikan solusi yang berkaitan dengan masalah di lahan

Page 4: LAPORAN MKT Q2B

BAB II

KONDISI UMUM WILAYAH

Sistem Irigasi

Tidak ditemukannya pipa-pipa yang mengelilingi lahan menunjukkan bahwa tidak

ada sistem irigasi pada lahan tersebut. Selain itu, tidak terdapat alat-alat irigasi juga disekitar

lahan beliau. Pemenuhan kebutuhan air ketika melakukan budidaya cabai ialah dengan

manual. Manual yang dimaksud adalah menggunakan tenaga kerja manusia yang merupakan

istri beliau sendiri. Selain itu, menggunakan selang yang dihubungkan dengan keran air ialah

cara beliau memenuhi kebutuhan air tanaman cabai. Kadang-kadang beliau menyewa

beberapa orang untuk melakukan penyiraman dengan menggunakan ember yang kemudian

pemberiannya dengan cara dituangkan ke berbagai guludan. Kondisi tersebut terjadi, apabila

beliau sedang sibuk dan istri beliau sakit atau tidak kuat.

Data Analisis Laboratorium

NO

.

Data yang

diamati

Data hasil

laboratoriumSatuan Keterangan

1 pH 5.5 Agak Masam

2 % C- Organik 2.73 % Sedang

3 % BO 4.72 % Tinggi

4 KTK 345.8 Me/100gr Sangat Tinggi

5 N- Total 3.349 % Sangat Tinggi

6 C/N 0.815Sangat

Rendah

Sejarah Lahan

Lahan yang kami amati ialah milik bapak Sulis. Dalam budidaya bapak Sulis

menggunakan guludan sebagai teknik pengelolaannya, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi

genangan. Sifat cabai yang tidak tahan genangan dapat membuat panen cabai tidak optimal.

Di lahan juga terdapat tanaman andewi namun tidak dibudidayakan dengan sungguh-

sungguh. Sungguh-sungguh yang dimaksud oleh penulis ialah, tidak ada motif ekonomi,

hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga Bapak Sulis. Pengusahaan beberapa ayam juga

Page 5: LAPORAN MKT Q2B

dilakukan oleh beliau. Jalan masuk menuju lahan terdapat beberapa ekor ayam. Motif

pengusahaan ayam sama seperti andewi yaitu hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga beliau saja. Lahan bapak Sulis dipagari oleh bambu kuning yang mengelilinginya.

Selain itu kondisi lahan masih banyak terdapat residu panen dari komoditi cabai. Residu

panen yang berupa batang dibiarkan saja menumpuk tanpa dilakukan pengelohan.

Dalam setahun terakhir tanaman yang ditanam ialah cabai dan sawi. Dalam

melakukan usaha budidayanya, bapak Sulis menggunakan input pertanian yang sama seperti

kebanyakan petani yang lain, beberapa diantaranya : penggunaan pupuk anorganik berupa

Urea 30 Kg, TSP 36 10 Kg, dan Phonska 5 Kg. Penggunaan pestisida dengan merk dagang

Trhypaton digunakan untuk menyemprot tanman cabai seminggu sekali. Apabila terjadi

hujan, maka penyemprotan dilakukan tiga hari sekali dengan asumsi bahwa pada musim

hujan akan banyak ulat menyerang tanaman cabai. Selain melakukan input pupuk an-organik,

beliau juga menggunakan pupuk kandang yang dibeli sebanyak 40-50 Kg. Residu panen yang

dibiarkan begitu saja di lahan, menjadi tambahan bahan organik bagi tanah. Selain itu, tidak

adanya bero lahan selama beberapa musim tanam terakhir, mampu menurunkan kualitas

lahan.

Sistem Budidaya

Komoditas yang ditanami oleh pak Sulis adalah cabai keriting varietas pm - 999,

dengan jarak tanam tidak mengacu pada ukuran dan dilakukan hanya dengan menggunakan

jengkal tangan. Pak Sulis ini menggunakan cabai keriting varietas pm-999 karena sudah

terbiasa dan hasil produknya baik. Biasanya pak Sulis ini menggunakan tumpangsari sebagai

sistem tanamnya, cabai sebagai komoditas utama yang ditumpangsarikan dengan sawi.

Setelah tumpangsari dengan sawi, lahan diistirahatkan sampai menunggu musim hujan tiba.

Pemupukan

Urea 30kg, Phonska 5kg, TSP 10kg, pupuk urea dicairkan untuk pembibitan, sekitar

25ltr (500ml pupuk, dan 24.5ltr air). pemupukan dilakukan setelah pembibitan jarak 1 MST,

jarak 2 MST, dan 5 MST. Pupuk kandang dipakai saat pengolahan lahan, ditabur kemudian

ditutup dengan karung, untuk dosis pupuk kandang berkisar 40-50kg.

Page 6: LAPORAN MKT Q2B

Masalah sisa panen

Sisa panen langsung dibenamkan ke dalam tanah, jadi tidak ada masalah di dalam sisa

panen. Sisa panen yang dibenamkan ke dalam tanah ini akan bermanfaat bagi tanah, seperti

menambah bahan organik dan unsur hara. Selain itu juga sisa panen ini dapat menjadi

makanan untuk organisme tanah, contohnya cacing. Cacing secara langsung bermanfaat bagi

tanah seperti menambahkan pori makro yang dapat meningkatkan laju infiltrasi, dan secara

tidak langsung cacing mengeluarkan kotoran atau kascing yang dapat menambahkan bahan

organik dan juga unsur hara Peran cacing tanah sudah lama dikenal berperan dalam proses

dekomposisi bahan organik dan penyampuran bahan organik tersebut dengan tanah. Cacing

tanah juga berperan dalam peningkatan aerasi tanah karena aktivitas mereka dalam membuat

lubang dalam tanah (Edwards and Lofty (2000).

Page 7: LAPORAN MKT Q2B

BAB III

ANALISIS PERMASALAHAN

Kurangnya aplikasi pupuk kalium mengakibatkan tidak optimalnya pertumbuhan

tanaman pada fase vegetatif dan generatif sehingga panen cabai tidak optimal dibandingkan

dengan sebelumnya.

Kondisi aktual yang berada di lapang pada saat kami melakukan pengunjungan

terdapat residu panen cabai yang belum dibersihkan oleh petani. Selain itu, di ukuran lahan

20 m x 20 m terdapat banyak bahan organik seperti batang cabai yang ditumpuk. Lahan

tersebut mempunyai 20 guludan yang semuanya digunakan untuk budidaya cabai. Hasil dari

wawancara yang kami lakukan bahwasanya lahan tersebut tidak optimal dalam memproduksi

cabai pada musim ini. Banyaknya buah pada cabai yang terserang penyakit menyebabkan

cabai tidak memiliki harga jual yang tinggi dipasaran. Pada daun cabai banyak terdapat gejala

Kurangnya pemupukan kalium pada tanaman cabai mengakibatkan

tidak optimalnya pertumbuhannya

Defisiensi kalium

Pertumbuhan tanaman tidak optimal

Lemah terhadap serangan OPT

kerugian secara ekonomi

Page 8: LAPORAN MKT Q2B

nekrosis dengan skala hanya berupa spot sampai keseluruhan daun. Kondisi yang demikian

membuat petani tidak melanjutkan perawatan budidaya cabai, karena menurut petani hanya

akan menambah kerugian saja

Ditinjau dari penggunaan pupuk K yang relatif kurang mampu untuk memenuhi

kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan cabai, maka hal tersebut lumrah terjadi hampir di

berbagai lahan budidaya. Kebutuhan K sangat dibutuhkan dalam jumlah yang besar selain N

oleh tanaman. Petani yang melakukan budidaya tersebut lebih berfokus pada pemupukan N

sehingga terjadi defisiensi K pada lahan tersebut. Penyemprotan pestisida yang dilakukan tiga

hari sekali di pagi hari kurang memberikan dampak dalam menjaga kesehatan tanaman

tersebut. Tingginya input pertanian yang dilakukan tidak sesuai dengan hasil yang didapat

oleh bapak petani, hal ini didasarkan oleh beberapa penyebab diantaranya; (a) kurangnya

pengetahuan petani dalam menerapkan dosis pupuk sesuai kebutuhan lahan; (b)

penyemprotan yang tidak efektif; (c) tidak dilakukan upaya sanitasi lingkungan selama masa

budidaya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara antara lain iklim, tanah,

tanaman dan interaksi antar faktor tersebut (Fageria et al,2009). Unsur K memegang peranan

penting di dalam metabolisme tanaman antara lain terlibat langsung dalam beberapa proses

fisiologis (Farhad et al,2010). Keterlibatan tersebut dikelompokkan dalam dua aspek yaitu :

(1) aspek biofisik dimana kalium berperan dalam pengendalian tekanan osmotic, turgor sel,

stabilitas pH, dan pengaturan air melalui control stomata, dan (2) aspek biokimia, kalium

berperan dalam aktivitas enzim pada sintesis karbohidrat dan protein serta meningkatkan

translokasi fotosintat dai daun (Taiz dan Zeiger,2002). Selain itu unsur K berperan

memperkuat dinding sel dan terlibat di dalam proses lignifikasi jaringan sclerenchyma.

Kalium dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit tertentu(Fageria et

al,2009). Dengan demikian adanya pemberian K dapat terbentuknya senyawa lignin yang

lebih tebal, sehingga dinding sel menjadi lebih kuat dan dapat melindungi tanaman dari

gangguan dari lua. Tanaman memerlukan kalium dalam jumlah yang tinggi yaitu berkisar

antara 50-300kg K/Ha/Musim tanam (Laegreid et al,2000). Hasil penelitian menunjukkan

telah terbukti K2SO4 mampu memperbaiki karakteristik kualitas beberapa produk sayuran

(Gunadi,2007).

Setidaknya ada 16 elemen yang penting bagi pertumbuhan tanaman

(McKenzie,2001). Karbon (C), hydrogen (H) dan oksigen (O) yang berasal dari

Page 9: LAPORAN MKT Q2B

karbondioksida (CO2) dan air (H2O). nitrogen (N),phosphorus (P), potassium (K),sulphur (S),

calcium (Ca), magnesium (Mg), boron (B), chlorine (Cl), copper(Cu), iron (Fe), manganese

(Mn), molybdenum (Mo) dan zinc (Zn) yang diambil dari tanah dalam bentuk garam

anorganik. Sebanyak 94-99.5% tanaman menyerap nutrisi dari karbon, hydrogen dan oksigen.

Nutrisi lainnya hanya diserap sebanyak 0.5-6%.

Sifat K yaitu mudah larut dan terbawa hanyut dan mudah pula terfiksasi dalam tanah.

Sumber K adalah beberapa jenis mineral, sisa-sisa tanaman dan jasad renik, air irigasi, larutan

dalam tanah, abu tanaman dan pupuk anorganik (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2003). Pada

dasarnya, kalium dalam tanah berada dalam mineral yang melapuk dan melepaskan ion-ion

kalium. Ion-ion tersebut diserap pada pertukaran kation dan siap tersedia untuk diambil oleh

tanaman. Kalium yang tersedia menumpuk dalam tanah dengan rejim ustik atau

berkelembaban lebih kering tanpa adanya pencucian. Pada umumnya tanah-tanah seperti itu

netral atau basa, tidak membutuhkan kapur dan memerlukan pupuk kalium bahkan untuk

hasil panen yang tinggi. Pencucian di kawasan basah menghilangkan kalium tersedia dan

menciptakan keperluan akan pupuk kalium bila dikehendaki hasil-hasil panen yang sedang

atau tinggi. Tanah organik terkenal miskin kalium karena tanah tersebut mengandung sedikit

mineral yang mengandung kalium (Foth, 2004).

Kalium sebagai macronutrient dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, hampir

sebanyak nitrogen. Kalium yang tersedia hanya meliputi 1 - 2 % dari seluruh kalium yang

terdapat pada kebanyakan tanah mineral. Ia dijumpai dalam tanah sebagai kalium dalam

larutan tanah dan kalium yang dapat dipertukarkan dan di aborpsi oleh permukaan koloid

tanah. Sebagian besar dari kalium tersedia ini berupa kalium dapat dipertukarkan (900%).

Kalium larutan tanah lebih mudah diserap oleh tanaman dan juga peka terhadap pencucian.

Pada keadan tertentu, misalnya pada pertanaman yang intensif atau pada tanaman muda yang

banyak mengandung mineral kalium dengan curah hujan tinggi, kalium tidak dapat

dipertukarkan dapat juga di serap tanaman. Absorpsi kalium larutan hara menyebabkan

keseimbangan terganggu untuk sementara. Keadaan ini tidak bertahan lama, karena sebagian

dari kalium dapat dipertukarkan segera bergerak ke dalam larutan tanah, sehingga keadaan

keseimbangan kembali seperti semula. Pupuk kandang dan kalium berkontribusi banyak pada

ketersediaan kalium di tanah. Kalium dalam larutan tersedia pada tanaman. Jumlahnya

tergantung pada pupuk yang ditambahkan ke tanah, iklim dan sejarah penanaman. Oleh

karena itu, pengukuran larutan kalium pada tanah akan mengindikasikan jumlah kalium yang

Page 10: LAPORAN MKT Q2B

tersedia pada tanaman atau laju iklim yang terlengkapi lagi dari bentuk lain dari kalium yang

tersedia di tanah.

(McKenzie,2001)

BAB IV

Page 11: LAPORAN MKT Q2B

REKOMENDASI MANAJEMEN KESUBURAN TANAH

Dari permasalahan lahan yang telah diuraikan, manajemen kesuburan tanah yang

disarankan yakni dengan mempertimbangkan kebutuhan pupuk yang tepat untuk tanaman

cabai agar dapat tumbuh dengan optimal. Rekomendasi kebutuhan pupuk yang ditekankan

yakni kebutuhan akan pupuk K. Penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Penelitian

Sayuran (Balitsa) menyatakan rekomendasi pemupukan tanaman cabai di lahan kering

sebesar, 120 kg K2O/ha, sedangkan pemupukan tanaman cabai pada musim hujan sebesar

100 kg K2O/ha. Pemberian pupuk yang optimal diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas tanaman cabai (Alviana, 2009).

Berdasarkan literatur tersebut diketahui bahwa dalam luasan lahan per ha

membutuhkan setidaknya 120 kg K2O sedangkan luasan lahan uang dimiliki oleh petani

kurang dari 1 ha, sehingga diperlukan perhitungan untuk menghitung berapa banyaknya biaya

yang perlu dikeluarkan untuk pembelian pupuk dalam pengoptimalan lahan cabai tersebut.

Perhitungan tersebut menggunakan aplikasi Fertilizer Chooser, sehingga didapatkan data

seperti berikut

Tanaman budidaya yang ditanam oleh petani adalah tanaman cabai dengan luasan

lahan 0,042 ha. Petani menggunakan pupuk phonska untuk meningkatkan produksi

tanamannya, menurut Petrokimia (2012) menyatakan bahwa pupuk Phonska merupakan

pupuk majemuk dengan kandungan unsur hara Nitrogen (N) 15%, Fosfat (P2O5) 15%, Kalium

(K2O) 15%, Sulfur (S) 10% dan Kadar air maksimal 2%. Berdasarkan hasil lab yang

dilakukan terhadap lahan petani, terdapat permasalahan akan kurangnya unsur hara K pada

tanah. Unsur K merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman, oleh karena itu

apabila jumlah unsur hara K dalam tanah kurang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Beberapa peran unsur hara K untuk tanaman, antara lain:

Membentuk dan mengangkut karbohidrat,

Sebagai katalisator dalam pembentukan protein

Mengatur kegiatan berbagai unsur mineral

Menaikan pertumbuhan jaringan meristem

Memperkuat tegaknya batang sehingga tanaman tidak mudah roboh

Meningkatkan kualitas buah karena bentuk, kadar, dan warna yang lebih baik

Membuat tanaman menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit

Membantu perkembangan akar tanaman.

Page 12: LAPORAN MKT Q2B

Rekomendasi kebutuhan tanaman cabai akan unsur hara K yang ditawarkan di lahan

kering sebesar, 120 kg K2O/ha, sedangkan pemupukan tanaman cabai pada musim hujan

sebesar 100 kg K2O/ha. Pemberian pupuk yang optimal diharapkan dapat meningkatkan

produktivitas tanaman cabai (Alviana, 2009). Berdasarkan hasil yang didapatkan dengan

aplikasi fertilizer chooser, bahwa pupuk yang direkomendasikan untuk pemupukan tanaman

cabai agar dapat tumbuh secara optimum dan produksi tinggi adalah Potassium Chloride

(MOP) atau KCl. Potassium Chloride (MOP) merupakan pupuk tunggal dengan kandungan

unsur hara K2O sebesar 60%, artinya setiap 100 kg pupuk KCl didalamnya terkandung 60 kg

unsur hara K2O dari total kandungan. Sehingga rekomendasi jumlah pupuk yang disarankan

dengan luasan lahan 0,042 ha membutuhkan pupuk Potassium Chloride (MOP) sebanyak 8,4

kg. Dengan jumlah kebutuhan pupuk 8,4 kg dan harga pupuk Potassium Chloride (MOP) per

kg Rp 6.500 biaya keseluruhan yang dikeluarkan untuk kebutuhan pupuk diperkirakan

sebesar Rp 54.600.

BAB V

Page 13: LAPORAN MKT Q2B

PEMBAHASAN UMUM

Pada pengamatan yang kami lakukan, kami mengambil sampel tanah dari 5 titik yang

mewakili cakupan lahan yang kami amati. Setelah melakukan analisis laboratorium di

dapatkan hasil kandungan C-organik pada tanah adalah 2.73 %, bahan organik 4,72% ; pH

5,5; KTK 345,8; dan N 3,34.

Berikut adalah data dari kelompok-kelompok lain :

No. Kelompok C-OrganikBahan

OrganikKTK N total pH

1. Q1.1 2,59% 4,47% 24,7% 2,16% 5,4

2. Q1.2 0,62% 1,06% 296,4 2,50 4,7

3. Q2.1 0,58% 1,00% 266,76 2,12 4,6

4. Q2.2 2,73% 4,72% 345,8 3,34 5,5

Untuk kelompok Q2.2 terlihat bahwa kandungan c-organiknya sedang, pH tanah

tergolong agak masam, untuk KTK sangat tinggi jika dibandingan dengan kelompok-

kelompok begitu juga dengan kadar bahan organik, N total. Kategori Nilai persentase bahan

organik Tanah dalam tanah yaitu :

Kategori Nilai Persentase Bahan Organik Tanah (%)

Sangat

rendahRendah Sedang Tinggi

Sangat

tinggi

<1,001,00 s/d

2,00

2,01 s/d

3,00

3,01 s/d

5,00>5,00

Kandungan bahan organik tanah kelompok kami tergolong tinggi dan hampir

mencapai anggka 5. Menurut kelompok kami hal ini sudah cukup baik karena batas minimum

bahan organik yang dianggap layak untuk lahan pertanian adalah antara 4% sampai 5%.

Salah satu penyebab bahan organik yang terlalu tinggi pada lahan yang kami amati yaitu

karena lahan tersebut dilakukan pemupukan. Kandungan bahan organik dalam tanah yang

rendah, mengakibatkan aktivitas mikroorganisme tanah menjadi berkurang. Mikroorganisme

di dalam tanah berfungsi antara lain menguraikan hara yang sulit diserap oleh tanaman

karena terikat oleh Al dan Fe menjadi hara yang tersedia bagi tanaman (Pranata, 2004).

Sedangkan Kandungan bahan organik yang tinggi memudahkan bakteri-bakteri patogen

tumbuh. Faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik yaitu temperatur, tekstur

Page 14: LAPORAN MKT Q2B

tanah, reaksi tanah, input bahan organik, dan pengolahan tanah. Jika dilihat pada kelompok

lain nilai kandungan bahan organiknya tergolong dalam kategori sedang sehingga masih

dapat memenuhi kebutuhan tanah sesuai kebutuhannya. Kandungan bahan organik yang

tinggi juga disebabkan oleh kandungan N total. Dimana pada perbandingan setiap kelompok

terlihat bahwa kandungan N total tertinggi terlihat pada kelompok Q 2.2 dengan nilai N total

3,34 yang tergolong sangat tinggi. Pada kelompok lain nilai kandungan N total juga tergolong

sangat tinggi dengan kisaran antara 2,1 s/d 2,5 .

N total sangat tinggi mengakibatkan bahan organiknya yang tinggi juga. Nilai

prosentase nitrogen dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut:

Kategori Nilai Persentase Nitrogen

Sangat

rendahRendah Sedang Tinggi

Sangat

tinggi

<1,000,10 s/d

0,20

0,21 s/d

0,50

0,51 s/d

0,75>0,75

(McVay & Rice, 2002)

Dengan kandungan bahan organik tinggi akan mempengaruhi nilai KTK dan dapat

meningkatkan KTK tanah. Terlihat dari hasil perhitungan dimana nilai KTK kelompok Q2.2

memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan kelompok lain. Kandungan KTK kelompok

Q2.2 tergolong sangat tinggi dimana Nilai KTK tanah (me/100g) dikelompokkan dalam lima

kategori berikut:

Kategori Nilai KTK Tanah (me/100g)

Sangat

rendahRendah Sedang Tinggi

Sangat

tinggi

<5 5 s/d 16 17 s/d 24 25 s/d 40 >40

Menurut (Notohadiprawiro, 2006) KTK tanah bergantung pada pH yaitu kenaikan pH

membawa kenaikan KTK. Pada hasil perhitungan kelompok Q 2.2 memiliki pH yang paling

tinggi yaitu 5,5 dengan nilai KTK tinggi juga yaitu 345.8. Sedangkan nilai KTK kelompok Q

2.1 Lebih tinggi dibandingkan KTK kelompok Q 1.2 dan M 1.1 yang memiliki pH lebih

rendah dibandingkan kelompok Q 2.1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lahan yang kami

amati memiliki potensi kesuburan tanah yang tinggi apabila dilihat dari KTK yang tinggi dan

bagan organik yang tinggi pula. KTK merupakan perantara untuk menyimpan unsur hara

Page 15: LAPORAN MKT Q2B

sehingga unsur hara dalam tanah yang diperuntukan untuk tanaman masih tersedia di

dalamnya.

BAB VI

Page 16: LAPORAN MKT Q2B

KESIMPULAN

Pada lahan pertanian yang kami amati,merupakam lahan petak yang ada di

pekarangan rumah. Lahan tersebut dengan luas 20x20 m2 ditanamai tanaman cabai. Pada sisi

lahan, terdapat peternakan ayam yang dimiliki oleh pemilik lahan yaitu pak Sulis, hal ini

dapat mendukung ketersediaan unsur hara N dan pupuk organik. Pada lahan pertanian

tersebut tidak terlalu membutuhkan pengairan yang intensif, mengingat tanaman cabai tidak

terlalu banyak membutuhkan air.

Dilihat dari data yang ada, diketahui bahwa lahan cabai bapak Sulis dengan luasan

lahan 0,042 ha membutuhkan kebutuhan pupuk K dalam hal ini direkomendasikan

penggunaan pupuk Potassium Chloride (MOP) sebanyak 8,4 kg dengan harga perkilonya

yakni Rp 6.500 sehingga dalam satu kali musim tanam mengeluarkan biaya setidaknya Rp

54.600

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: LAPORAN MKT Q2B

Alviana, Vivit. 2009. Optimasi Dosis Pemupukan Pada Budidaya Cabai (Capsicum Annuum L.) Menggunakan Irigasi Tetes Dan Mulsa Polyethylene. Jurnal. J. Agron. Indonesia 37 (1) : 28 – 33 (2009).

Edwards, C.A. and J.R. Lofty. 2000. Biology of arthworms. Chapman and Hall: London.

Fageria,N.K , M.P.B. FILHO and J.H.C. DA COSTA.2009.Potassium in the use of nutrients

in Crop Plants.CRC Press Taylor & Francis Group, Boca Raton, Londong, New

York,131-163

Farhad.I.S.M, M.N. ISLAM, S HOQUE and M.S,I BHUIYAN.2010.Role of Potassium and

Sulphur on the Growth Yield an oil Content of Soybean (Gycine max L.)Ac.J.Plant

Sci.3(2):99-103

Foth, H. D. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soenartono Adisumarto. Erlangga,

Jakarta.

Gunadi, N. 2009. Kalium sulfat dan klorida sebagai sumber pupuk kalium pada tanaman

bawang merah.J.Hort 19(2):174-185

Laegrid,M.O.C.BOCKMAN and O. KAARSTAD. 2000 .Agriculture, Fertilizer and

Environtment,CABI Publishing in Association with Norsk Hydro ASA

Notohadiprawiro, T., 2006. Pola Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Lahan Basah, Rawa

dan Pantai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Pranata, A. S. (2004), Pupuk organik cair. Aplikasi dan Manfaatnya, Agro Media Pustaka:

Jakarta.

Petrokimia, Gresik. 2012. Phonska Dan NPK. Online.

Http://Www.Petrokimia-Gresik.Com/Pupuk/Phonska. NPK.

Selian, Aulia Rahman Khani. 2008. Analisa Kadar Unsur Hara Kalium(K) Dari Tanah

Perkebunan Kelapa Sawit Bengkalis Riau Secara Spektrofotometri Serapan Atom

(SSA). Skripsi. Progrm Studi Diploma 3 Kimia Analis. Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.

Sutedjo, M. M., dan A. G. Kartasapoetra. 2004. Pengantar Ilmu Tanah. Terbentuknya Tanah

dan Tanah Pertanian. Bina Aksara. Jakarta

Page 18: LAPORAN MKT Q2B

TAIZ,L and E.ZEIGER. 2002. Plant Physiology.Siunauer Associates,Inc.,Publisher.

Sunderland,Massachusetts

Victoria McKenzie-Hill, and Steve Wiggins, Thirtle, Colin; Xavier Irz, Lin Lin,2001,

Relationship between changes in agricultural productivity and the incidence of

poverty in developing countries (Report No. 7946). London:Department for

International Development (DFID).