Laporan MINPET Batuan Beku III Acara V
-
Upload
reskibintang -
Category
Documents
-
view
237 -
download
0
Transcript of Laporan MINPET Batuan Beku III Acara V
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Batuan beku
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair, pijar,
yang di kenal dengan magma. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan kepada
tiga patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan, senyawa kimia yang
terkandung dan susunan mineraloginya.
1.1.1 Batuan ekstrusi
Batuan ekstrusi terdiri dari semua material yang dikeluarkan kepermukaan
bumi baik di daratan ataupun dibawah permukaan laut. Meterial ini mendingin
dengan cepat, ada yang bersifat encer atau bersifat kental dan panas biasa di sebut
lava.
1.1.2 Batuan intrusi
Batuan intrusi sangat berbeda dengan batuan ekstrusi, tiga prinsip tipe bentuk
instrusi batuan beku berdasarakan bentuk dan geometri adalah batuan tidak
beraturan, intrusi berbentuk tabular, dan tipe ketiga dari tubuh intrusi relative
memiliki tubuh yang kecil.
1.1.3 Struktur batuan beku
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala besar, saperti
lava bantal yang terbentuk dilingkungan air (laut), lava bongkah, struktur aliran
dan lain-lainnya. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu
terbentuknya. Macam – macam struktur batuan beku adalah :
a) Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat
seragam.
b) Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
c) Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
d) Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal.
Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
e) Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
f) Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain
seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
1.1.4 Tekstur batuan beku
Tekstur batuan beku dapat diterapkan sebagai hubugan antara massa kristal
dengan gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan. Selama
pembentukan tekstur tergantung pada kecepatan dan orde kristalisasi.
a. Derajat Kristal
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dan
massa gelas dalam batuan, dikenal tiga kelas derajat kristalisasi yaitu :
Holokristalin : Batuan tersusun seluruhnya oleh massa kristal
Hipokristalin : Batuan tersusun oleh massa gelas dan massa kristal
Holohyalin : Batuan seluruhnya tersusun oleh massa gelas
b. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat
sangat halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop,
tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dua kelompok tekstur
ukuran butir yaitu afanetik, fanerik.
Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat
halus, sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang.
Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan
menjadi ukuran – ukuran :
Halus, ukuran diameter rata – rata kristal individu < 1 mm
Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm
Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm
Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm
c. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu
batuan. Bentuk butir ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga
macam euhedral, subhedral, dan anhedral, secara tiga dimensi dikenal
equidimensional, tabular, irregular. Relasi merupakan hubungan antara
kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan. dari segi ukuran dikenal
yaitu granural atau equigranular dan inequigranular.
1.1.5 Batuan Vulkanik
Batuan Vulkanik dinamai dengan mempertimbangkan komposisi fenokris
dan warna. Fenokris kuarsa dan feldspar alkali bersama dengan plagioklas asam
dan sedikit biotit umum hadir dalam komposisi asam, seperti dalam riolit dan
dasit. Jika fenokris kuarsa dan feldspar alkali hadir bersama plagioklas asam yang
melimpah melebihi jumlah feldspar alkali, batuan tersebut adalah dasit.
Sebaliknya jika yang melimpah adalah feldspar alkali dibandingkan plagioklas
asam maka batuan tersebut cenderung riolit. Warna dalam berbagai hal tidak
terlalu berarti. Banyak dasit dan riolit yang berwarna abu – abu kehijauan atau
bahkan agak gelap. Oleh karena itu warna baru bermanfaat jika tidak didapati
atupun fenokris dalam batuan volkanik tersebut. Fenokris hornblende yang
melimpah dengan disertai oleh biotit atau piroksen adalah khas pada andesit.
Demikian sering pula didapati andesit berwarna abu – abu yang mengadung
fenokris piroksen dalam jumlah terbatas. Hal tersebut berkaitan erat dengan
kondisi kandungan fluida H2O pada magma saat pembentukannya. Trakit
merupakan batuan berkomposisi menengah yang memperlihatkan tekstur aliran
dengan melibatkan banyak sanidin dalamnya. Kenampakan penjajaran mineral
pada trakit merupakan gambaran akan aliran tersebut. Tekstur aliran/trakitik
semacam ini dikenal pula dengan istilah pilotaksitik. Basalt merupakan batuan
volkanik berkomposisi basa yang umumnya berwarna gelap dengan fenokris
olivine dan piroksen yang melimpah. Ada kalanya basalt tidak berfenokris namun
akan terlihat berwarna gelap dan umumnya vesikuler atau bahkan skoria. Skoria
adalah tekstur batuan volkanik yang sangat vesikuler, karena kehadiran skoria
khas pada basalt maka seringkali basalt yang bertekstur scoria disebut dengan
scoria saja. Variasi nama dalam komposisi basa menjadi beragam, oleh kehadiran
kandungan an-plagioklasnya rendah (oligoklas). Lava basalt berstruktur bantal
yang terbentuk di air laut umumnya adalah spilit. Pengamatan plagioklas dalam
hal ini memerlukan bantuan mikroskop. Basanit dan teprit adalah kerabat
berkomposisi basa pula yang mengandung feldspatoid dan olivine (W.T.
Huang,1962)
1.1.6 Batuan Plutonik
Setidaknya ada dua peneliti batuan beku yang telah menyusun klasifikasi
dan tatanama batuan plutonik : Streckeisen, 1974 dan Williams., 1954 da 1983.
Williams membagi batuan plutonik berdasarkan pada indeks warna (jumlah
mineral mafik dalam batuan). Indeks warna ± 10 % atau batuan felsic diwakili
oleh batuan granodiorit, adamelit dan granit. Granit mempunyai kandungan
feldspar alkali yang jauh melimpah dibandingkan plagioklasnya, sebaliknya
granodiorit mempunyai plagioklas yang lebih dominan. Adamelit merupakan
nama batuan felsik yang mempunyai feldspar alkali sebanyak plagioklasnya.
Pada indeks warna 10 – 40 % batuan plutonik diwakili oleh diorit,
monzonit, dan syenit. Kuarsa umumnya hadir dengan jumlah kurang dari 10 %
pada kelompok ini. Syenit adalah salah satu dari kelompok ini yang memilki
feldspar alkali yang melebihi plagioklasnya.
Beberapa batuan plutonik mafik dengan indeks warna antara 40 – 70 %
adalah gabbro, diabas/dolerite. Gabbro mempunyai tekstur ofitik sedangkan
diabas bertekstur diabasik atau sub ofitik. Ofitik adalah kenampakan dimana
plagioklas dilingkupi oleh piroksen sedangkan diabasik adalah tumbuh bersama
antara plagioklas dan piroksen dimana plagioklas memperlihatkan pertumbuhan
yang menyebar. Batuan ultra mafik diperlihatkan dengan indeks waran lebih dari
70 %. Dapat saja disusun oleh lebih dari 90 % olivine yang disebut dunit atau oleh
gabungan olivine dan piroksen yang dikenal dengan peridotit. Jika batuan ultra
mafik tersebut disusun oleh lebih dari 90 % piroksen dikenal dengan piroksenit
dan jika < 90 % berupa hornblende disebut dengan hornblendit. Serpentinit adalah
ubahan secara menyeluruh atau lebih dari 90 % batuan yang kaya akan mineral
mafik. Anortosit adalah batuan ultra basa yang tidak termasuk dalam ultra mafik
karena hampir keseluruha disusun oleh plagioklas basa, sehingga indeks warnanya
kurang dari 10 %. Klasifikasi batuan plutonik didasarkan pada kandungan mineral
modal dikemukakan oleh the international Union of Geological Sciences (IUGS)
pada 1973 (Streckeisen, 1973).
1.1.7 Klasifikasi berdasarkan kimiawi
Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam geologi (C. J. Hughes, 1962), dan
dibagi dalam empat golongan, yaitu ;
Batuan beku asam, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66% SiO2 .
Contoh batuan ini granit dan rhyolit.
Batuan beku menengah atau intermediet, bila batuan beku tersebut
mengandung 52 % - 66 % SiO2 . Contoh batuan ini diorit dan andesit
Batuan beku basa, bila batuan beku tersebut mengandung 45 % - 52 %
SiO2. Contoh batuan ini gabro dan basalt.
Batuan beku ultra basa, bila batuan beku tersebut mengandung kurang dari
45 % SiO2. Contoh batuan tersebut peridotit dan dunit.
Sedangkan S.J Elis, 1948 membagi menjadi empat golongan tekstur pula, yaitu
Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10 %
Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10 % - 40%
Mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40 % - 70 %
Ultra mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70 %.
1.2 Dasit
Dasit merupakan batuan beku yang termasuk dalam jenis vulkanik, karena dasit
dalam proses pembentukannya mengalami pendinginan magma yang cepat. Proses
terbentuknya dasit pada suhu sekitar 900˚C – 1200˚C (Bishop & Hamilton, 1999).
Kandungan silika yang terdapat pada dasit berkisar diantara 52% – 66%. Dalam
proses pembentukannya dasit adalah batuan ekstrusif felsik yang menengah dalam
komposisi antara andesit dan riolit. Dalam pembentukannya sering ditemukan
bergabung dengan andesit, dan membentuk aliran lava, serta tanggul. Dasit banyak
dipergunakan sebagai sebagai batu ornamen dinding maupun lantai bangunan gedung
atau untuk batu belah untuk pondasi bangunan. Persebaran dasit di Indonesia yaitu di
daerah Gorontalo, Lampung, dan daerah Tandung Kec. Pamboang.
Gambar 5.1 Dasit
(koleksi pribadi)
1.3 Dunit
Dunit dapat mewakili residu refraktori tersisa setelah ekstraksi magma
basaltik di mantel atas. Ini adalah jenis dunit ditemukan di bagian paling bawah
dari ophiolites, masif peridotit alpine, dan xenoliths. Namun, metode yang lebih
mungkin pembentukan dunit di bagian mantel adalah dengan interaksi antara
lherzolite atau harzburgit dan meresap mencair silikat, yang melarutkan
orthopyroxene dari batuan sekitarnya, meninggalkan residu olivin diperkaya
progresif.
Gambar 5.2 Dunit
(koleksi pribadi)
1.4 Diabas
Diabas adalah batuan beku basa yang kaya kandungan Fe dan berwarna
gelap terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng
samudera. Tumbukan tersebut menyebabkan terjadinya partial melting batuan
menjadi magma yang bersifat basaltik (magma yang komposisinya kaya Fe dan
bersifat relatif encer). Magma basaltik ini kemudian mengalami alih tempat
menuju kerak benua bagian bawah, kemudian mengalami fraksinasi dan
diferensiasi sehingga membentuk magma diabas yang selanjutnya tersingkap di
permukaan bumi
Gambar 5.3 Diabas
(koleksi pribadi)
1.5 Peridotit
Peridotit adalah batuan beku ultra basa Plutonik, yang terjadi dari hasil
pembekuan magma berkomposisi Ultra basa pada kedalaman tertentu dari
permukaan bumi. Peridotit berasal dari mantel bumi, baik sebagai blok yang
solid dan fragmen, atau sebagai akumulasi kristal dari magma yang terbentuk di
mantel. Merupakan Suatu batuan ultramafic yang memiliki butiran kasar dengan
suatu tenunan crystallkine, merupakan karakteristik dari kerak samudra bagian
bawah dan pembentukan jenis batuan dengan prinsip the upper mantel.
Kegunaan batuan peridotit dimanfaatkan sebagai batu setengah permata sebagai
bahan untuk perhiasan dan abrasif (ampelas). Pembentukan nikel dari hasil
pelapukan peridotit. Peridote merupakan variasi permata olivine terbaik.
Gambar 5.4 Peridotit
(koleksi pribadi)