LAPORAN MAGANG

30
ii HALAMAN PENGESAHAN JUDUL : Laporan Magang Mahasiswa TPL ATIM di Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kabupaten Wajo DISUSUN OLEH : WULANDANI PRIANA TM125161 Manajemen Teknik Industri Akademi Teknik Industri Makassar DASAR :Surat Pengantar Direktur Akademi Teknik Industri Makassar tentang Magang Bagi Mahasiswa Program TPL di Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kabupaten Wajo. Sengkang, 7 September 2013 Disetujui : Kepala Bidang Perindustrian/ Pembimbing Penulis Dra. Hj. Firdahsyari, M.Si WULANDANI PRIANA NIP. 19660727 198602 2 006 NIM. 125161

Transcript of LAPORAN MAGANG

Page 1: LAPORAN MAGANG

ii

HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL : Laporan Magang Mahasiswa TPL ATIM di Dinas Koperasi,

UMKM dan Perindustrian Kabupaten Wajo

DISUSUN OLEH : WULANDANI PRIANA

TM125161

Manajemen Teknik Industri

Akademi Teknik Industri Makassar

DASAR : Surat Pengantar Direktur Akademi Teknik Industri Makassar

tentang Magang Bagi Mahasiswa Program TPL di Dinas

Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kabupaten Wajo.

Sengkang, 7 September 2013

Disetujui :

Kepala Bidang Perindustrian/

Pembimbing Penulis

Dra. Hj. Firdahsyari, M.Si WULANDANI PRIANA

NIP. 19660727 198602 2 006 NIM. 125161

Mengetahui :

Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan

Perindustrian Kabupaten Wajo

Drs. M. Arifin

Pangkat : Pembina TK I,IV/b

NIP. 19561231 199303 1 021

Page 2: LAPORAN MAGANG

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-

Nya sehingga penyusunan laporan ini dapat terselesaikan.

Laporan ini dibuat dalam rangka melaksanakan tugas Praktek Kerja Lapangan

(PKL) atau Magang bagi mahasiswa Tenaga Penyuluh Lapangan Industri Kecil dan

Menengah Akademi Teknik Industri Makassar Angkatan 2013. Laporan ini disajikan

dalam bentuk yang mudah dipahami dan dimengerti.

Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan yang terdapat dalam laporan ini

sebagai keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, sehubungan dengan hal

tersebut, penulis selalu membuka diri untuk menerima saran dan kritikan yang

membangun sebagai upaya perbaikan.

Dengan selesainya laporan ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Drs. M. Arifin, selaku Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan

Perindustrian Kabupaten Wajo

2. Ibu Dra. Hj. Firdahsyari, M. Si, selaku Kepala Bidang Perindustrian dan

sekaligus sebagai pembimbing

3. Ibu Musdalifah, SP, selaku Kepala Seksi Industri Hasil Pertanian

4. Ibu Yuliana, ST, selaku Staf Seksi Industri Kimia dan Kerajinan

5. Seluruf staf Dinas Perindustrian Kabupaten Wajo yang telah memberikan

partisipasi dan bantuannya kepada penulis

6. Seluruh rekan-rekan yang telah membantu penulisan laporan ini

Semoga segala bantuan yang penulis terima mendapat balasan dari Allah SWT.

Penulis juga berharap agar makalah ini dapat diterima sebagai sumbangan pikiran yang

bernilai membangun.

Sengkang, 7 September 2013

Penulis

Page 3: LAPORAN MAGANG

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................. i

Halaman Pengesahan....................................................................................................... ii

Kata Pengantar................................................................................................................. iii

Daftar Isi.......................................................................................................................... iv

Bab I Pendahuluan........................................................................................................... 5

A. Latar Belakang..................................................................................................... 5

B. Visi dan Misi Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian................................. 7

Bab II Profil Daerah......................................................................................................... 8

A. Kondisi Geografis................................................................................................ 8

B. Karakteristik Daerah............................................................................................ 9

C. Kecamatan............................................................................................................ 9

D. Potensi Daerah..................................................................................................... 10

E. Sektor Industri...................................................................................................... 12

F. Sektor Pariwisata................................................................................................. 12

Bab III Sektor Industri Kabupaten Wajo......................................................................... 14

Bab IV Identifikasi IKM.................................................................................................. 18

A. IKM yang Dikunjungi.......................................................................................... 17

B. Profil IKM............................................................................................................ 18

C. Permasalahan yang ada dalam IKM.................................................................... 19

D. Solusi.................................................................................................................... 19

Bab V Penutup................................................................................................................. 21

Kesimpulan...................................................................................................................... 21

Saran................................................................................................................................ 21

Page 4: LAPORAN MAGANG

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian industri adalah

kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah

jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industry

yakni kelompok industri hulu (kelompok industri dasar), kelompok industri hilir,

dan kelompok industri kecil. Bidang usaha industri adalah lapangan kegiatan yang

bersangkutan dengan cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan

atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi (UU RI No.5 Tahun 1984

tentang Perindustrian).

Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-

bahan industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah,

sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan

proses produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian.

Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan

manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu

menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya

produktif dan komersial. Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka

jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah.

Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu

negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin

kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau

pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya,

pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku,

tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain

faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara

juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar

dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin

beranekaragam jenis industrinya.

Dalam Undang-Undang Perindustrian (Undang-Undang Nomor 5 Th.

1984) dinyatakan bahwa untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang

Page 5: LAPORAN MAGANG

ii

ekonomi dalam pembangunan nasional, industri memegang peranan yang

menentukan dan oleh karenanya perlu lebih dikembangkan secara seimbang dan

terpadu dengan meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif serta

mendayagunakan secara optimal seluruh sumber daya alam, manusia, dan dana

yang tersedia.

Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik pengertian bahwa perkembangan

industri membawa pengaruh yang sangat besar sekali terhadap perkembangan

perekonomian Indonesia. Industri memegang peranan yang menentukan dalam

perkembangan perekonomian sehingga benar-benar perlu didukung dan

diupayakan perkembangannya.

Ada beberapa jenis industri salah satunya adalah Industri Kecil dan

Menengah atau disingakat IKM. Industri Kecil dan Menengah adalah sebuah

istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling

banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan

usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998

pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil

dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan

perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta

Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2. Memiliki hasil

penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah) 3.

Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi

baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar

5. Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum,

atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih.

Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM,

dimasing-masing Propinsi atau Kabupaten/Kota yang dapat digunakan

meningkatkan strategi UKM.

Page 6: LAPORAN MAGANG

ii

B. Visi dan Misi Dinas Perindustrian Kabupaten Wajo

Visi Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian Kabupaten Wajo adalah :

“Mewujudkan Koperasi, UMKM, Industri, dan Perdagangan yang

Kondusif, Tangguh, dan Mandiri untuk Meraih Segmen Pasar yang

Lebih Luas”

Misi Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian Kabupaten Wajo adalah :

Meningkatkan kualitas Produksi dan Pengelolaan manajemen usaha

Koperasi UMKM, Industri, dan Perdagangan;

Mendorong pertumbuhan Koperasi UMKM, Industri, dan Perdagangan;

Penguatan jaringan kelembagaan Koperasi UMKM, Industri dan

Perdagangan;

Pengembangan Infrastruktur komoditi unggulan;

Pengawasan Evaluasi kegiatan usaha Koperasi UMKM, Industri, dan

Perdagangan.

BAB II

Page 7: LAPORAN MAGANG

ii

PROFIL DAERAH

Kabupaten Wajo adalah salah satu Daerah Tingkat II

di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini

terletak di Sengkang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah

2.056,19 km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 400.000

jiwa. Bupati Wajo saat ini adalah Drs. Andi Burhanuddin

Unru, MM.

A. Kondisi Geografis

Kabupaten wajo dengan ibu kotanya Sengkang, terletak dibagian tengah

Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kurang lebih 250 km dari Makassar

Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, memanjang pada arah laut Tenggara dan

terakhir  merupakan selat, dengan posisi geografis antara 3º 39º - 4º 16º LS dan

119º 53º-120º 27 BT.

Batas wilayah Kabupaten Wajo sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kabupaten Sidrap

- Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Soppeng,

- Sebelah Timur : Teluk Bone

- Sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Sidrap

Luas wilayahnya adalah 2.506,19 Km² atau 4,01% dari luas Propinsi

Sulawesi Selatan dengan rincian Penggunaan lahan terdiri dari lahan sawah

86.297 Ha (34,43%) dan lahan kering 164.322 Ha (65,57%).

Pada tahun 2007 Kabupaten Wajo telah terbagi menjadi 14 wilayah

Kecamatan, selanjutnya dari keempat-belas wilayah Kecamatan di dalamnya

terbentuk wilayah-wilayah yang lebih kecil, yaitu secara keseluruhan terbentuk 44

wilayah yang berstatus Kelurahan dan 132 wilayah yang berstatus Desa.

Masing-masing wilayah kecamatan tersebut mempunyai potensi sumber

daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda meskipun perbedaan itu relatif

kecil, sehingga pemanfaatan sumber-sumber yang ada relatif sama untuk

menunjang pertumbuhan pembangunan di wilayahnya.

B. Karakteristik Daerah

Page 8: LAPORAN MAGANG

ii

Kabupaten Wajo berada pada ketinggian antara 0.s.d. 500 meter dari atas

permukaan daerah 3 dimensi yang memiliki sumberdaya alam dengan yang

terbagi atas:

1. Tanah berbukit/pegunungan (ketinggian 25 s.d 100 meter dpi seluas 7.378

Ha) berjejer dari selatan yang di mulai dari Kecamatan Tempe ke Utara

memasuki Wilayah kecamatan Maniangpajo, Gilireng, keera, dan

Pitumpanua. Hamparan luas yang merupakan sumber daya hutan

berfungsi sebagai konservasi dan pengamanan tat guna air yang

berkesinambungan.

2. Tanah daratan rendah (0.s.d 25 meter dpi seluas 205.588 Ha) merupakan

hamparan lahan persawahan, perkebunan/tegalan pada wilayah Timur,

tengah dan Barat,

3. Danau Tempe yang merupakan danau terluas di Provinsi Sulawesi

Selatan berada di kawasan, Tengah dan Barat, sedangkan sebelah Timur

terbentang pantai pesisir sepanjang 103 km termasuk kawasan Teluk

Bone. Kawasan ini merupakan wilayah untuk pengembangan perikanan

dan budidaya tambak.

Di samping itu kabupaten Wajo di dukung juga dengan potensi dengan

sumber air yang cukup besar untuk pengairan air bersih. Baik air tanah maupun

pemurkaan yang terdapat di danau dan di sungai-sungai besar seprti sungai Bila,

Walennai, Gilireng, Cendranai dan Aw

C. Kecamatan

Kabupaten Wajo dulunya terdiri dari 10 kecamatan, akan tetapi sejak

tahun 2000 terjadi pemekaran hingga saat ini terdapat 14 kecamatan, yaitu:

1. Belawa

2. Bola

3. Gilireng

4. Keera

5. Majauleng

6. Maniang Pajo

7. Pammana

8. Penrang

9. Pitumpanua

10. Sabbang Paru

Page 9: LAPORAN MAGANG

ii

11. Sajoanging

12. Takkalalla

13. Tana Sitolo

14. Tempe

D. Potensi Daerah

1. Sutera

Sengkang yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Wajo letaknya

kurang lebih 250 km dari Makassar Ibukota Provinsi SUlawesi Selatan

sejak dulu dikenal sebagai kota niaga karena masyarakatnya yang sangat

piawai dalam berdagang. Berbagai macam kebutuhan hidup seperti

pakaian, sepatu, tas, barang elektronik, kain dan kain sarung bahkan

kebutuhan pokok lainnya konon memiliki harga yang relatif murah jika

dibandingkan di daerah lainnya. Sehingga tidak mengherankan jika

Sengkang menjadi salah satu kota dengan perputaran ekonomi yang sangat

tinggi di Sulawesi Selatan.

2. Perikanan dan Kelautan

- Potensi Perikanan Laut Kabupaten Wajo memiliki laut yang

memiliki garis pantainya sepanjang 103 Km yang meliputi enam

kecamatan. Panjang garis pantai ini sangat mendukung pengelolaan

potensi perikanan laut. Penangkapan ikan pada umumnya masih

menggunakan sistem tradisional sehingga input teknologi

penangkapan berupa sarana pendukung dan peralatan alat tangkap

modern sangat dibutuhkan. Selain itu investasi pendirian Pabrik Es

juga diperlukan dalam penyediaan Es untuk penanganan hasil

tangkapan. Berdasarkan data Tahun 2007 produksi perikanan laut

mencapai 18.432 ton.

- Perikanan Darat di Kabupaten Wajo lebih banyak didukung oleh

perairan umum termasuk didalamnya Danau, Sungai, Rawa. Tahun

2007 potensi perikanan di perairan umum mencapai luas sekitar

16.409 Ha dengan hasil produksi sekitar 18.292,8 ton, budidaya air

payau/tambak seluas 12.880 Ha menghasilkan produksi sekitar

20.833,7 ton, demikian juga budidaya air tawar/kolam seluas 88,25

Ha menghasilkan produksi sekitar 4,7 ton. Guna lebih mendukung

Page 10: LAPORAN MAGANG

ii

penanganan produksi darat ini maka dibutuhkan investasi

pembangunan Hatchery, Pabrik Es, dan Cold Storage.

Nilai Produksi Sub Sektor Perikanan di Kabupaten Wajo Tahun 2009 (dalam Ribuan Rupiah)

No. KecamatanPerikanan Laut Perikanan Darat

Jumlah Perikanan Laut Jumlah Perairan Umum

1. Sabbangparu 22,817,500 - 22,817,545 22,817,500

2. Tempe 14,327,000 - 14,327,000 14,327,000

3. Pammana 9,741,000 - 9,757,000 9,741,000

4. Bola 5,291,700 1,486,700 75,068,600 3,805,000

5. Takkalalla 2,870,650 2,573,150 35,559,625 297,500

6. Sajoanging 5,640,442 5,640,442 77,234,820 -

7. Penrang 1,873,697 1,873,697 60,206,100 -

8. Majauleng 4,125,000 - 4,305,860 4,125,000

9. Tanasitolo 7,215,000 - 7,215,000 7,215,000

10. Belawa 7,887,000 - 7,887,000 7,887,000

11. Maniangpajo 3,246,500 - 3,247,040 3,246,500

12. Gilireng - - - -

13. Keera 1,225,350 1,225,350 20,333,801 -

14. Pitumpanua 7,398,657 7,398,657 17,513,601 -

Jumlah 93,659,496 20,197,996 355,472,992 73,461,500

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Wajo

3. Pertanian

- Tanaman Padi

- Tanaman Jagung

- Tanaman Bahan Makanan Lain (Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang

Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau

- Tanaman Perkebunan

Kabupaten Wajo juga menghasilkan tanaman perkebunan yang

merupakan komoditas ekspor, banyak dikembangkan di Kecamatan

Pitumpanua, Kecamatan Keera, dan Kecamatan Sajoanging.

Luas Areal & Produksi Perkebunan Kab. Wajo Tahun 2009

Page 11: LAPORAN MAGANG

ii

No. Jenis KomoditasLuas

(Ha)

Produksi

(Ton)Lokasi Sentra (Kecamatan)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Kelapa Dalam

Kelapa Hibrida

Kako

Jambu Mete

Cengkeh Lada Vanila

Lada

Vanila

7.252

2.341

17.950

4.032

4.162

304

230

5.193

1.023

5.739

666.8

3.090

52.5

30.0

Sabbangparu, Pammana, Tanasitolo

Sabbangparu, Pammana, Tanasitolo

Pitumpanua, Keera, Gilireng, Sabbangparu,

Majauleng

Maniangpajo, Majauleng, Keera, Gilireng

Pitumpanua, Keera

Pitumpanua

Pitumpanua, Keera

E. Sektor Industri

Pengembangan industry di wilayah Kabupaten Wajo merupakan sektor

penting untuk dikembangkan. Salah satunya adalah sektor industri persuteraan

alam dan pertenunan, serta meubel kayu yang merupakan komoditi andalan sektor

industri. Sektor industri pertenunan sutera khusunya sangat potensial untuk

dikembangkan, kegiatan ini merupakan pekerjaan turun temurun disebahagian

masyarakat dan tidak sedikit masyarakat yang menjadikan pekerjaan ini sebagai

mata pencaharian pokoknya, terutama masyarakat yang berdomisili di Kecamatan

Tanasitolo yang merupakan pusat industri sutera di Kabupaten Wajo. Hal ini

disebabkan karena mereka sudah turun temurun menjadikan pekerjaan ini sebagai

penopang kehidupan mereka. Tempat yang strategis ditopang dengan tingkat

pengetahuan yang sudah turun temurun diajarkan mengakibatkan wilayah ini

dijadikan pusat perindustrian sutera di Kabupaten Wajo. Dengan perkembangan

sektor industri sutera diharapkan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan dan

peningkatan taraf hidup masyarakat.

F. Sektor Pariwisata

Meliputi wisata alam Danau Tempe di Kecamatan Tempe dan danau-

danau lainnya (Lapongpakka, Lampulung, Buaya, Penrang Riawa, Cenranae,

Dori’e, Lapollo), Bendungan Kalola, Taman Perburuan Rusa di di Desa Sogi

Kecamatan Maniangpajo, agrowisata sutera daun (Kecamatan Sabbangparu),

wisata budaya berupa atraksi budaya Maccera Tappareng yang diadakan setiap

bulan Agustus, Atraksi Pernikahan Mappacci, Mappanre Lebbe dan

Page 12: LAPORAN MAGANG

ii

Mappasilellung Botting, Kawasan Budaya Rumah Adat Atakkae di pinggir Danau

Lampulung (Kecamatan Pammana), Situs Tosora di Kecamatan Majauleng. Untuk

ke depannya, bisa dipertimbangkan wisata industri sutera di beberapa kecamatan

di Wajo (Tempe, Tansitolo, Sajoangin, Sabbangparu, Pammana).

BAB III

Page 13: LAPORAN MAGANG

ii

SEKTOR INDUSTRI KABUPATEN WAJO

Salah satu komoditas industri yang cukup terkenal dan mengharumkan nama Kota

Sengkang adalah Sarung Sutera (Lipa’sabbe To Sengkang) yang banyak dikembangkan di

Kecamatan Tanasitolo dan Kecamatan Sabbangparu, mampu menembus pasar sampai ke

Mancanegara. Tahun 2007 industri pertenunan telah dikembangkan sebanyak 6.787 unit

usaha, yang dapat menyerap tenaga kerja sekitar 19.544 orang dengan nilai investasi + 

Rp. 8.176 M dan hasil produksi + Rp. 34.432 M produksi tersebut mengguakan ATBM

dan pertenunan Gedongan. Sedangkan ATBM tersebut diproduksi oleh sebagian besar

masyarakat Kecamatan Tanasitolo.

Guna pengembangan lebih lanjut hasil sutra di Kabupaten Wajo maka dibutuhkan

perhatian instansi terkait dalam penyediaan bahan baku dan investasi ATBM

Dobby/Songket, Input Teknologi Finishing, Batik Sutra, Pasar Grosir/Mini Mall,

Deversifikasi, dan perluasan areal tanaman murbey makanan ulat sutra.

Potensi industri yang lainnya adalah Industri Gerabah di Kampiri Kecamatan

Pammana, Industri Anyam-Anyaman di Desa Cinnongtabi Kecamatan Majauleng,

Industri Gula Tebu di Waetuo Kecamantan Tanasitolo adalah beberapa industri yang

cukup potensial untuk dikembangkan dengan memberikan input teknologi, bantuan

permodalah, dan pemasaran. EcengGondok yang melimpah (unlimited) di wilayah Danau

Tempe, sungai, dan rawa-rawa di Kabupaten Wajo sangat potensial untuk dikembangkan

menjadi bahan utama industri kerajinan, makanan ternak, dan bahan pupuk organik.

Jumlah Perusahaan, Tenaga Kerja dan Investasi Menurut Kelompok Industri di

Kabupaten Wajo Tahun 2009

No. Kelompok IndustriUnit

UsahaTenaga Kerja

Investasi

1. Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 962 3,967 19,148,820

2. Industri Tekstil, Pakaian jadi, Permadani dan Kulit 7,745 22,301 8,851,567

3.Industri Kayu dan Barang-Barang dari kayu termasuk perabot rumah tangga

570 1,370 2,342,887

4.Industri Kertas dan barang-barang dari kertas percetakan dan penerbitan

114 303 1,189,483

5.Industri Kimia dan barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik

8 54 565,149

6.Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara

152 611 970,719

Page 14: LAPORAN MAGANG

ii

7. Industri Logam dasar - - -

8.Industri Barang-barang dari logam mesin dan peralatannya

316 913 11,381,207

9. Industri Pengolahan lainnya 605 1,046 946,790

Jumlah 10,4723 30,565 45,396,622

Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kabupaten Wajo

Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Investasi menurut Jenis Sentra Industri

Kecil di Kabupaten Wajo

No. Jenis Sentra IndusriUnit

UsahaTenaga Kerja

Investasi

1. Sentra Pengeringan Ikan 36 61 5,541

2. Sentra Pembuatan Gula Merah 27 27 15,000

3. Sentra Pembuatan Gula Tebu 12 25 870

4. Sentra Pengolahan Pisang 22 91 2,300

5. Sentra Pengolahan Tembakau 12 74 46,350

6. Sentra Pemintalan Sutera 98 289 170,000

7. Sentra Pencoletan Benang 82 282 10,883

8. Sentra Pertenunan Gedokan 1.070 1.070 846,400

9. Sentra Pertenunan ATBM 835 875 1,830,450

10. Sentra Bata Merah 40 261 131,612

11. Sentra Anyam-Anyaman 25 55 2,300

12. Sentra Meubel kayu 19 65 1,113,415

13. Sentra Pembuatan Tampah 17 50 4,550

14. Sentra Gerabah 30 58 480,000

15. Sentra Kerang-Kerangan - - -

16. Sentra Meubel besi - - -

17. Sentra Elektronik 13 36 867,200

18. Sentra Perbengkelan 45 96 546,868

Jumlah 2,383 3,415 6,073,739

Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kabupaten Wajo 

Perkembangan Komoditi Unggulan Sektor Industri Di Kabupaten Wajo Tahun

2009

Page 15: LAPORAN MAGANG

ii

Jenis UsahaUnit

UsahaTenaga Kerja

Nilai

Investasi Produksi

Industri Pertenunan 6,790 19,578 8,732,634 35,710,261

Industri Meubel Kayu 40 468 875,768 4,641,584

Industri Penyosohan Besar (Penggilingan Padi)

138 1,000 70,637,089 170,190,247

Jumlah 6,968 21,046 80,245,491 210,542,092

Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kabupaten Wajo

Jumlah Perusahaan yang memperoleh Surat Izin Usaha Perdangangan Menurut

Golongan Usaha di Kabupaten Wajo

No. KecamatanPerusaahaan

JumlahBesar Sedang Kecil

1. Sabbangparu - - 7 7

2. Tempe 6 36 200 242

3. Pammana - 2 7 9

4. Bola - - 14 14

5. Takkalalla - 1 14 15

6. Sajoanging - 4 5 9

7. Penrang - 2 4 6

8. Majauleng - 1 7 8

9. Tanasitolo - 3 24 27

10. Belawa - 2 11 13

11. Maniangpajo - 4 6 10

12. Gilireng - - 1 1

13. Keera - 2 3 5

14. Pitumpanua - 7 21 28

Jumlah 6 64 324 394

Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kabupaten Wajo

BAB IV

IDENTIFIKASI IKM

A. IKM yang Dikunjungi

Page 16: LAPORAN MAGANG

ii

Nama IKM

UD. RATU

Pemilik IKM

- Nama : Ibu Hj. A. Misda

- Umur : 42 Tahun

- Jenis Kelamin : Perempuan

Tahun Berdiri IKM

2005

Alamat IKM

Jl. Anggrek

Produk

- Abon Ikan Tuna

- Abon Ikan Marling

- Abon Ikan Gabus

- Abon Ikan Bandeng

- Abon Ikan Lele

- Abon belut

- Abon Ayam

Harga Produk

- Abon Ikan Tuna : Rp 15.000,- / 100 gram

- Abon Ikan Marling : Rp 15.000,- / 100 gram

- Abon Ikan Gabus : Rp 20.000,- / 100 gram

- Abon Ikan Bandeng : Rp 15.000,- / 100 gram

- Abon Ikan Lele : Rp 20.000,- / 100 gram

- Abon belut : Rp 18.000,- / 100 gram

- Abon Ayam : Rp 22.000,- / 100 gram

- Bakso Ikan : Rp 35.000,- – Rp 40.000,- / kilogram

Sumber bahan bakunya

- Ikan Air Tawar : Danau Tempe

- Ikan Air Laut : Perairan di Siwa dan Sinjai

- Ayam : Pasar lokal kota Sengkang

Pemasaran (Distribusi)

Daerah antar kabupaten

Page 17: LAPORAN MAGANG

ii

- Wajo

- Enrekang

- Soppeng

- Bone

- Sidrap

- Pare – Pare

- Pangkep

- Makassar

Karyawan / Pekerja

- Jumlah : 17 Orang

- Gaji : Rp 50.000,- / Orang

- Jam Kerja : Pagi 08.00 – Sore 04.00 / Malam 08.00

- Hari Kerja : Tergantung ada / tidaknya bahan baku

Produksi per-bulan

± 400 kg

B. Profil IKM

Salah satu industri pengolahan ikan yang cukup besar di Wajo adalah UD Ratu

yang terletak di Jl  Anggrek, Sengkang. Industri ini   dibina oleh Dinas Kelautan dan

Perikanan serta Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kabupaten Wajo.

Jika bahan baku tersedia,  produksi juga normal. Bahkan, sering  mencapai  dua

ton per bulan.

Ikan tawar yang diolah menjadi abon maupun bakso tidak sembarang. Selain

warna daging ikan harus berwarna putih, juga tekstur daging paling menentukan

untuk menghasilkan kualitas produksi yang bagus. Misalnya daging harus berserat

dan kenyal. 

Namun, yang sering diolah UD Ratu milik  Andi Misda umumnya ikan Gabus dan

Belut. Alasannya, pemasaran ikan-ikan tersebut bagus dan  sering dikonsumsi

masyarakat. 

Dalam proses pengolahan abon ikan dan bakso, Andi Misda dibantu 17  karyawan

termasuk didalamnya tenaga pemasaran yang siap memasarkan ke para langganan.

Sarana dan prasarana (mesin) yang digunakan pun  cukup lengkap dan  canggih.

Saat ini,  abon dan bakso tersebut diproduksi dalam bentuk kemasan aluminium

foil dan plastik mika. Harganya cukup bervariasi, tergantung berat dan jenisnya. Yang

Page 18: LAPORAN MAGANG

ii

jelas, untuk berat 100 gram, kisaran Rp 15ribu – Rp 22ribu. Sementara untuk bakso

ikan harganya Rp35 ribu - Rp40 ribu per kilogram. 

Andi Misda mengatakan,  pemasaran abon dan bakso ikan ini di Wilayah Wajo,

Enrekang, Soppeng, Bone, Sidrap, Parepare, Pangkep dan Makassar. Sementara di

Kabupaten Wajo, bekerjasama dengan pemilik toko untuk dijajakan.

"Kalau untuk dibawah jauh, biasanya orang memilih yang kemasan aluminium

karena  lebih tahan. Seperti jika ada yang mau pergi tanah suci banyak yang pesan,

begitupun juga yang ingin bepergian jauh," tandasnya, kemarin.

Perempuan berusia 42 tahun itu mengaku usaha yang  dirintisnya sejak tahun 2005

akan dikembangkannya menjadi perusahaan  besar dan bisa membuka lapangan kerja

baru bagi masyarakat setempat. Apalagi, produksi tersebut sudah mendapat sertifikasi

halal, izin dari  BPOM dan Dinas Kesehatan.

Menurutnya, yang terbesar omzetnya adalah UD Ratu. Jika normal omzetnya bisa

mencapai Rp500 juta perbulan. Namun jika jika produksi tidak normal karena

kesulitan bahan baku, maka hanya Rp100 juta  setiap bulan.

C. Permasalahan yang ada dalam IKM

Adapun permasalahan yang terdapat dalam IKM yang dapat penulis tarik adalah:

1. Bahan baku yang musiman menyebabkan produksi tidak

teratur dan terjadwal

2. Terbatasnya daerah pemasaran hasil produksi

3. Kurangnya pengetahuan tentang manajemen usaha

4. Kurangnya pengetahuan tentang pemasaran dan promosi

5. Terbatasnya akses pasar

D. Solusi

Adapun Solusi yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. Mengambil / memesan bahan baku dari berbagai tempat berbeda yang berbeda

musim.

2. Selain mengirim / mendistribusikan hasil produksi ke daerah-daerah tertentu,

pemasaran hasil produksi juga dapat dilakukan dengan melalui internet atau biasa

disebut system online, atau system door to door yang berarti membawa hasil

produksi langsung kepada konsumen.

3. Pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UKM baik dalam aspek

kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya

dalam pengembangan usahanya. Selain itu, juga perlu diberi kesempatan untuk

Page 19: LAPORAN MAGANG

ii

menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk mempraktekkan teori melalui

pengembangan kemitraan rintisan.

4. Pelatihan / seminar tentang system pemasaran dan cara-cara promosi yang baik.

5. Pemerintah perlu membuka akses bagi industri kecil dan menengah agar dapat

dengan mudah bekerja sama dengan industri – industri besar dan mengekspor

hasil produksinya keluar negeri.

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Sektor industry di kabupaten Wajo merupakan salah satu sector yang sangat

menunjang perekonomian masyarakat yang berdomisili di kabupaten Wajo. Hal ini

Page 20: LAPORAN MAGANG

ii

dikarenakan sebagian besar masyarakat kabupaten Wajo bekerja sebagai pengusaha /

pedagang. Ada kurang lebih 388 industri kecil dan menengah dengan berbagi macam

jenis usaha di kabupaten wajo yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Karena Industri

Kecil dan Menengah (IKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan

penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan.

Saran

Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari

pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku

ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi

tumbuh dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam

memberdayakan UKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling

menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan

kualitas Sumber Daya Manusianya.

Pemerintah pada intinya memiliki kewajiban untuk turut memecahkan tiga hal

masalah klasik yang kerap kali menerpa UKM, yakni akses pasar, modal, dan teknologi.

Secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

pengembangan terhadap unit usaha UKM, antara lain kondisi kerja, promosi usaha baru,

akses informasi, akses pembiayaan, akses pasar, peningkatan kualitas produk dan SDM,

ketersediaan layanan pengembangan usaha, pengembangan cluster, jaringan bisnis, dan

kompetisi.

Selain itu peran serta seluruh elemen masyarakat dan elemen pemerintahan sangat

diharapkan untuk pengembangan industri kecil dan menengah kedepannya.