laporan limbah

34
Tanggal penyerahan : 02 Desember 2008 Laporan Praktikum PENGUJIAN BERBAGAI JENIS AIR LIMBAH Mikrobiologi Pangan 2 Kelompok 2 : M. Idham Rizki 240210060007 Ovi Astari Devi 240210060008 Sitta Putri A. 240210060010 Ilham Nazaruddin 240210060011 Igara Gettri 240210060012 Dwina Ranti 240210060080 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN

Transcript of laporan limbah

Page 1: laporan limbah

Tanggal penyerahan : 02 Desember 2008

Laporan Praktikum

PENGUJIAN BERBAGAI JENIS AIR LIMBAH

Mikrobiologi Pangan 2

Kelompok 2 :

M. Idham Rizki 240210060007

Ovi Astari Devi 240210060008

Sitta Putri A. 240210060010

Ilham Nazaruddin 240210060011

Igara Gettri 240210060012

Dwina Ranti 240210060080

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2008

Page 2: laporan limbah

TUJUAN

1. Pengujian Karakteristik Fisik Limbah

→ Mengenali sifat-sifat fisik limbah cair pertanian

2. Perhitungan Total Mikroorganisme Dari Limbah

→ Menghitung jumlah total mikroba dalam air limbah menggunkan metode

Standard Palte Count (SPC).

3. Pengujian BOD (Biochemical Oxigen Demand) dan DO (Dissolved Oxigen)

→ Mengukur nilai BOD beberapa jenis air limbah dengan menggunakan

metode sederhana.

→ Mengukur nilai DO beberapa jenis air limbah menggunakan metode

Winkler.

4. Pegujian COD (Chemical Oxigen Demand)

→ Mengukur nilai COD beberapa jenis air limbah menggunakan metode

tanpa reflux.

5. Pengujian Bakteri Salmonella-Shigella

→ Mendeteksi adanya bakteri Salmonella dan Shigella pada sampel limbah

secara kualitatif.

6. Pengujian Bakteri Koliform

→ Menghitung jumlah koliform dari beberapa jenis air limbah dengan metode

MPN.

7. Klorinasi Air Limbah

→ Melakukan klorinasi pada air limbah.

→ Mengamati fisik, biologi, dan kimia limbah yang telah diklorinasi.

Page 3: laporan limbah

NAMA : IGARA GETTRI

NPM : 240210060012

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Pengujian Karakteristik Fisik Limbah.

Karakteristik Limbah tahuLimbah rumah

tangga

Limbah

kimia

Air

ledengAquades

pH 3,67 7,47 8,41 7,47 7

Suhu (oC) 29 26 25 29 26

Warna

Putih

kekuningan

(+)

Keruh (+ +) Bening BeningPutih

bening

Bau AsamBusuk (+ + +

+)Amis Normal -

Endapan - + + - -

2. Perhitungan Total Mikroorganisme Dari Limbah

Sampel 10-4 10-5

Limbah tahu 5 koloni 3 koloni

Limbah rumah tangga

14 koloni kecil 1 koloni besar

Limbah kimia

22 koloni kecil

1 koloni besar

1 koloni besar

17 koloni kecil

Page 4: laporan limbah

Air ledeng 128 koloni 60 koloni

3. Pengujian BOD (Biochemical Oxigen Demand) dan DO (Dissolved

Oxigen)

Nilai Limbah tahuLimbah rumah

tangga

Limbah

kimiaAir ledeng Aquades

V Na2S2O3

(ml)45,2 20,5 22,6 18 14,5

DO0 1446,4 656 723,2 576 464

V Na2S2O3

(ml)36,5 15,8 15,1 22 13,8

DO5 1168 505,6 483,2 704 441,6

BOD 256 128 217,6 -150,4

4. Pegujian COD (Chemical Oxigen Demand)

Nilai Limbah tahuLimbah

rumah tanggaLimbah kimia Air ledeng

V Na2S2O3 (ml) 12,2 9,4 9,8 11,9

COD - 0,1 0,012 -0,004 -0,088

Blanko (ml) 9,7

5. Pengujian Bakteri Salmonella-Shigella

Sampel Bakteri

Limbah tahu -

Page 5: laporan limbah

Limbah rumah tangga

Salmonella = TBUD

Shigella TBUD

Limbah kimiaSalmonella = -

Shigella = 2 koloni

Air ledengSalmonella = 4 koloni (warna hitam)

Shigella = 4 koloni (warna hitam)

6. Pengujian Bakteri Koliform

Sampel DS +10 SS + 1 SS + 0,1 MPN

Limbah tahu 3 0 0 0,23

Limbah rumah tangga 2 2 3 0,44

Limbah kimia 3 2 3 11,0

Air ledeng 0 3 1 0,12

7. Klorinasi Air Limbah

Karakteristik Limbah tahuLimbah rumah

tanggaLimbah kimia Air ledeng

pH 5,33 11,03 11,0 11,10

Suhu (C) 29 31 28 29

Warna Kuning Bening keruh Bening Bening

Endapan - + + + + + + + +

10-4 (koloni) -48 kecil

1 besar- 11

10-5 (koloni) -1 besar

1 kecil1 kecil 8

Page 6: laporan limbah

B. Pembahasan

Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,

pada pasal1 butir 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kesehatan adalah

keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Adapun derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu :

Faktor Lingkungan

Faktor Perilaku

Faktor Pelayanan Kesehatan

Faktor Bawaan (Keturunan)

Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang

paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan ketiga faktor yang lain.

Pada umumnya, bila manusia dan lingkungannya berada dalam keadaan

seimbang, maka keduanya berada dalam keadaan sehat. Tetapi karena sesuatu

sebab sehingga keseimbangan ini tergangggu atau mungkin tidak dapat tercapai,

maka dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan.

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian terhadap air limbah yaitu air

limbah tahu, air limbah rumah tangga, air limbah kimia, dan air ledeng. Pengujian

dilakukan terhadap sifat fisik yang meliputi suhu, pH, warna, bau, dan endapan;

sifat biokimia yaitu perhitungan total mikroba, perhitungan mikroba indikator

pencemaran air (Salmonella, Shigella, dan Koliform), nilai DO, BOD, dan COD.

Pada akhir praktikum dilakukan penanganan limbah cair sampel dengan

pemberian klor, sehingga sifat-sifat fisik dan biokimia kembali diujikan untuk

sampel yang telah diklorinasi.

Limbah merupakan bahan yang dibuang atau berlebihan seperti abu,

sampah, produk sampingan, dan sebagainya. Limbah tidak hanya dihasilkan oleh

industri, namun skala rumah tangga juga, bahkan pada air kolam juga terdapat

sebagian limbah. Bahan-bahan yang dibuang dalam bentuk limbah mungkin dapat

membahayakan lingkungan menurut karakteristiknya. Oleh karena itu perlu

adanya penanganan limbah yang tepat setelah kita mengetahui karakteristik

limbah yang akan dibuang.

Page 7: laporan limbah

Pada limbah industri pangan umumnya memiliki ciri-ciri mengandung

bahan organik, adanya polutan tanah, dan adanya larutan alkali. Untuk

mengetahui adanya limbah atau derajat pengotoran air limbah maka dapat

dilakukan pengujian sifat fisik limbah yang diantaranya ialah warna, pH, suhu,

bau, dan endapan. Warna menunjukkan zat-zat terlarut yang terdapat pada limbah.

pH menunjukkan derajat keasaman limbah, karena jika hendak dibuang ke

ligkungan maka pH limbah harus mendekati 7 (pH air normal). Suhu limbah cair

perlu diketahui agar tempat pembuangan limbah tersebut tidak menggangu

ekosistem. Adanya endapan dalam limbah menunjukkan bahan asing atau padatan

tersuspensi pada limbah.

Air yang digunakan dalam industri pangan harus memenuhi persyaratan.

Mutu air yang digunakan untuk air minum. Air minum haruslah bebas dari

bakteri, dan senyawa-senyawa kimia berbahaya, tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak keruh. Untuk beberapa industri tertentu seperti industri pengalengan dan

minuman ringan (soft drink) dibutuhkan persyaratan khusus untuk beberapa sifat

tertentu seperti alkalinitas, kesadahan, dan padatan terlarut (Jenie, 1988). Salah

satu pengujian pada air dari beberapa pengujian yang ada adalah pengujian BOD

atau BioChemical Oxygen Demand.

Ketersediaan oksigen dalam air dapat habis akibat pertumbuhan mikroba

pengurai, sehingga dapat terjadi kondisi anaerobik yang menyebabkan kematian

biota air seperti ikan dan tanaman. Jumlah oksigen yang digunakan oleh mikroba

tergantung dari jumlah limbah yang terdekomposisi, sehingga untuk mencegah

peningkatan mikroba pembusuk harus dilakukan pemecahan limbah sesempurna

mungkin sebelum limbah tersebut dibuang ke pembuangan akhir.

Salah satu cara untuk mendeteksi kualitas air secara kimiawi adalah

dengan melakukan uji BOD. BOD atau BioChemical Oxygen Demand adalah

banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri selama penguraian senyawa

organik pada kondisi aerobik. Parameter BOD digunakan untuk menentukan

tingkat pencemar oleh senyawa organik yang dapat diuraikan oleh bakteri. Air

sungai mempunyai BOD kira-kira 1-10 ppm, sedangkan air tercemar mempunyai

nilai BOD > 10 ppm. Beberapa metode untuk pengukuran BOD adalah : metode

Page 8: laporan limbah

sederhana (inkubasi), metode AOAC (1984), metode standar dan metode

manometrik (Jennie dan Fardiaz, 1989).

Dissolved oxygen (DO) adalah sejumlah gas oksigen yang berada dalam

air yang ditampilkan dalam waktu dalam kehadirannya dalam volume air

(miligram O2 per litter) atau dalam air jenuh (persentase). Chemical Oxygen

Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

senyawa organik dalam contoh. Parameter COD menunjukkan jumlah senyawa

organik dalam air yang dapat dioksidasi secara kimia.

Semakin tinggi nilai DO maka semakin banyak kandungan bahan organik

pada limbah. Hal ini menunjukkan indikasi limbah berat. Semakin tinggi nilai

BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang dapat diuraikan oleh bakteri.

Hal ini menunjukkan tingkat pencemaran dari limbah. Makin tinggi nilai dari

COD suatu cairan atau limbah maka makin besar jumlah senyawa organik dalam

air limbah tersebut yang dapat dioksidasi secara kimia.

Analisis penentuan nilai DO dan BOD dilakukan secara

berkesinambungan. Artinya, saat pengujian DO selesai maka akan didapat pula

nilai BOD. Metode yang digunakan untuk mengukur nilai DO dan BOD ialah

Metode Winkler. Sampel mula-mula diberikan larutan MnSO4 yang akan

mengikat O2 dalam sampel sehingga membentuk MnO2. Setelah itu ditambahkan

Alkali Iodida Azida untuk membebaskan iodium dan menghilangkan senyawa

reduktor atau oksidator (nitrit). Selanjutnya dilakukan penghomogenan dengan

cara mendiamkan sampel dalam keadaan gelap (dibungkus plastik hitam). Hal ini

dilakukan karena Iodium yang telah dibebaskan akan mudah teroksidasi oleh

cahaya menjadi ion I-. Untuk menghilangkan endapan yang terbentuk, maka

ditambahkan asam pekat sebanyak 5 ml. Setelah semua endapan hilang maka

diambil sampel tersebut sebanyak 25 ml untuk dititrasi dengan Na2S2O3 yang akan

mengubah I2 menjadi I- kembali. Jumlah I- yang terbentuk setara dengan O2 yang

terdapat pada sampel. Saat sampel mulai berubah warna (1/2 reaksi), maka

ditambahkan indikator amilum 10 tetes. Penambahan indikator dilakukan saat

setengah reaksi karena jika ditambahkan saat awal reaksi maka indikator tersebut

akan membungkus I2 sehingga akan sulit bereaksi dengan Na2S2O3.

Page 9: laporan limbah

Secara singkat, pada pengujian DO dan BOD ini terjadi reaksi kimia

sebagai berikut :

Mn2+ + 2 OH- + ½ O2 MnO2 + H2O

MnO2 + 2I- + 4 H+ Mn2+ + I2 + H2O

I2 + S2O3- S4O6

- + 2I-

Volume Na2S2O3 yang digunakan untuk titrasi setara dengan O2 yang

terdapat pada sampel. Nilai ini dimasukkan dalam formula DO sehingga didapat

nilai DO. Untuk nilai DO5 didapat dari pengujian DO pada sampel yang telah

dilakukan inkubasi selama 5 hari. Untuk mengetahui nilai BOD, maka didapat

dari rumus :

BOD5 = {(D1 – D2)-(B1- B2)F}P

Uji BOD distandarisasi pada periode 5 hari (disebut BOD5). Penentuan

waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat mengurangi kemungkinan hasil oksidasi

ammonia (NH3) yang cukup tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa ammonia

sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat, sehingga

dapat mempengaruhi hasil penentuan BOD.

Salmonella adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bukan

pembentuk spora yang terdiri dari sekitar 2.500 serotipe yang semuanya diketahui

bersifat patogen, baik pada manusia maupun hewan. Salmonella adalah bakteri

indikator keamanan pangan. Artinya, karena semua serotipe Salmonella yang

diketahui di dunia ini bersifat patogen, maka adanya bakteri ini dalam air atau

makanan dianggap membahayakan kesehatan manusia.

Shigella ialah bakteri patogen yang akan menyenankan shigellosis. Bakteri

ini bersifat gram negatif, batang, non-motil, dan hidup pada suhu optimum 37oC.

Shigella dapat berada pada makanan salad, (kentang, tuna, udang macaroni, dan

ayam), sayuran mentah, susu dan produk harian, dan produk peternakan. Air yang

terkontaminasi dengan limbah buangan manusia dan penanganan tidak higienis

oleh orang yang memproduksi pangan adalah kontaminasi yang paling umum

terjadi.

Perbedaan antara kedua jenis bakteri ini ialah salmonella menunjukkan

keruh atau bening, tidak berwarna (bagian tengah mungkin berwarna hitam yang

Page 10: laporan limbah

menunjukkan kandungan H2S) dan berflagel sedangkan pada shigella

menunjukkan tidak berwarna dan tidak memiliki flagel.

Bakteri koliform merupakan bakteri yang sering digunakan untuk

indikator adanya polusi kotoran. Bakteri koliform dibedakan menjadi dua, yaitu :

koliform fekal (Escherichia coli) dan koliform nonfekal (Enterobacter

aerogenes). Bakteri koliform fekal ditemukan didalam saluran usus hewan dan

manusia, sehingga sering terdapat dalam feses. Bakteri ini sering digunakan

sebagai indikator kontaminasi kotoran. Koliform nonfekal bukan merupakan flora

normal di dalam saluran pencernaan, melainkan ditemukan pada tanaman atau

hewan yang telah mati, dan sering menimbulkan lendir pada makanan.

E. coli memproduksi lebih banyak asam didalam medium glukosa, yang

dapat dilihat dari indikator merah metil, memproduksi indol, tetapi tidak

memproduksi asetoin (asetil metil karbinol). Bakteri ini memproduksi CO2 dan H2

dengan perbandingan 1:1, dan tidak dapat menggunakan sitrat sebagai sumber

karbon.

Untuk mengetahui jumlah koliform pada sampel dapat dengan

menggunakan metode MPN, metode hitung cawan (SPC), metode milipore

membran filter (MF), dll. Metode MPN lebih baik dilakukan karena lebih sensitif

dan dapat mendeteksi koliform dalam jumlah yang sangat rendah dalam sampel.

Proses desinfeksi yakni proses pembunuhan kuman-kuman dan bakteri

yang berbahaya khususnya Escherichia Coli menggunakan bahan kimia yang

mengandung khlor sebagai zat aktif pembunuh kuman yakni gas khlorin, kaporit

dan hypokholrit. Air yang dibubuhi khlor biasanya menimbulkan bau khlor bila

kadar khlor bebas dalam air mencapai 0,50 mg/L.

Klorinasi ialah usaha pemberian klorin pada bahan dengan tujuan

pembersihan. Klorin memiliki efek mematikan yang tinggi untuk mikroba,

bersifat korosif, tidak terpengaruh kesadahan air. Persenyawaan klorin yang biasa

digunakan dalam desinfeksi ialah gas klorin, hipochlorin, dan kloramin. Waktu

kontak dengan klorin : 20-30 menit sebelum dikonsumsi. Fungsi klorin dalam

penanganan air tidak hanya untuk desinfeksi, tetapi juga untuk tujuan lain seperti :

kontrol terhadap ganggang yang hidup dalam reservoir dan kontrol terhadap

pertumbuhan bakteri pembentuk lendir, pengikat besi.

Page 11: laporan limbah

Mekanisme klorin dalam membersihkan limbah dapat dilihat dari reaksi

klorin bertemu dengan air, sebagai berikut :

Pada pH rendah : Cl2 + H2O HOCl- + HCl

Pada pH tinggi : HOCl- H+ + OCl-

Agar klorinasi berjalan baik maka terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi efisiensi klorin, yaitu :

Jumlah dan tipe klorin yang ada

Hubungan antara bentuk klorin dalam air setelah klorinasi

Jumlah klorin yang dibutuhkan

Lamanya waktu kontak antara klorin dengan air, suhu, dan keasaman atau

alkalinitas air.

Pada suhu rendah, reduksi bakteri lambat. Pada suhu 350F – 400F separuh

efektifitas pada suhu 700F dan 750F. Nilai pH paling efektif adalah pada pH 7 atau

≤ 7. Pada pH tinggi konsentrasi yang diperlukan juga lebih tinggi. Senyawa

hipoklorit seperti : Ca(OCl)2 dan NaOCl dalam air juga membentuk ion hipoklorit

dan asam hipoklorit.

Ca(OCl)2 + 2H2O 2HOCl + Ca(OH)2

NaOCl + H2O HOCl + NaOH

NH3 + HOCl NH2Cl + H2O

NH2Cl + HOCl NHCl2 + H2O

NHCl2 + HOCl NCl3 + H2O

Klorin juga bereaksi dengan senyawa pereduksi termasuk Fe2+, Mn2+,

NO2, H2S dan dengan senyawa-senyawa organic yang ada dalam air. Pereaksi

yang terjadi terutama untuk mengkonsumsi klorin tanpa memberikan efek

desinfeksi.

Untuk mengetahui dosis klorin yang tepat yang akan diberikan pada

sampel maka harus dihitung terlebih dahulu larutan stok yang dibutuhkan untuk

mengklorinasi sampel. Larutan stok ini dibuat dengan mencampurkan Na-

hipoklorit dalam aquades. Diasumsikan bahwa kebutuhan klorin yang digunakan

untuk mengubah zat-zat organik ialah 3 ppm, sehingga dengan pemberian larutan

stok dengan dosis 5 ppm dan 7 ppm akan dibebaskan klorin sebanyak 2 dan 4

Page 12: laporan limbah

ppm untuk membunuh mikroba. Dosis klorin bebas inilah yang akan digunakan

sebagai perbandingan dalam sampel limbah yang diklorinasi.

A. Limbah Tahu

Limbah tahu tempe adalah limbah yang dihasilkan dalam proses

pembuatan tahu tempe maupun pada saat pencucian kedele. Limbah yang

dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat belum dirasakan

dampaknya terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan

ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang

langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai tersebut.

Setiap kuintal kedele akan menghasilkan limbah 1,5 - 2 m3 air limbah.

Jenis limbah tahu tempe adalah limbah cair :

Sisa air tahu yang tidak menggumpal

Potongan tahu yang hancur pada saat proses karena kurang sempurnanya

proses penggumpalan

Limbah tahu tempe keruh dan berwarna kuning muda keabu-abuan dan bila

dibiarkan akan berwarna hitam dan berbau busuk

Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun

terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan

menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman

dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya yang

merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan dalam air

limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau

busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila air limbah ini merembes

ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak dapat

dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari

sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare,

dan penyakit lainnya.

Dari hasil pengamatan sifat fisik limbah, limbah tahu ini merupakan

limbah yang paling asam yaitu pHnya 3,67 ini disebabkan karena didalam

pembuatannya ada penambahan asam. Suhunya 29ºC, warnanya putih

kekuningan, baunya asam, sedangkan endapannya tidak ada. Kalau dilihat dari

Page 13: laporan limbah

hasil pengamatan total mikroorganisme limbah tahu hanya memiliki sedikit

mikroorganisme yaitu pada 10-4 5 koloni, dan tentu saja pada pengenceran yang

lebih tinggi yaitu 10-5 jumlah mikroorganisme lebih sedikit yaitu 3 koloni.

Limbah tahu memliki nilai DO yang lebih besar daripada aquades yaitu

berjumlah 1446,4 ppm dan 1168 ppm untuk inkubasi 5 hari. Itu kemungkinan

disebabkan karena limbah air tahu tidak terpolusi bahan bahan organik. Biasanya

limbah air tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi berbagai produk makanan

karena tidak terpolusi bahan organik. Sedangkan nilai BOD dari limbah tahu lebih

dari 10 ppm yaitu berjumlah 256 ppm, maka limbah tersebut merupakan air

tercemar dan tidak cukup layak digunakan. Nilai COD limbah tahu yaitu -0,1

ppm, ini berarti limbah tahu tidak memiliki jumlah kandungan oksigen yang

dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik.

Untuk pengujian bakteri Salmonella dan Shigella pada limbah tahu tidak

ada. Hal ini mungkin disebabkan memang limbah tahu itu aman atau bisa juga

kesalahan praktikan pada pencelupan ose yang masih panas sehingga bakteri yang

ada mati. Untuk pengujian koliform dengan metode MPN nilainya yaitu 0,23 dan

tidak mempunyai bakteri E.coli. ini berarti limbah tahu masih bisa dimanfaatkan

dan tidak berbahaya.

Pada percobaan klorinasi air limbah. Limbah tahu setelah ditambahkan 5

ppm larutan stok, maka pHnya berubah sedikit menjadi basa yaitu 5,33 sedangkan

suhu dan warna tetap, endapan juga tidak ada. Kalau total mikroorganismenya

tidak ada, baik pada pengenceran 10-4 maupun 10-5. Ini berarti dengan klorinasi 5

ppm larutan stok efektif untuk limbah tahu tersebut.

B. Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar

mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah

merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan

padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan

berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman

penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah

Page 14: laporan limbah

tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan

lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.

Setiap rumah tangga menghasilkan limbah domestik. Limbah cair yang

masuk dalam saluran air berupa grey water. Air ini berupa air bekas beraktivitas,

seperti mencuci, mandi, membersihkan rumah, atau membersihkan mobil. Air ini

begitu saja dibuang dan masuk saluran air tanpa melalui pengolahan. Air ini akan

tersalurkan menuju sungai dan bermuara di laut.

Dari hasil pengamatan sifat fisik limbah, limbah rumah tangga mempunyai

pH 7,47 ini berarti limbah rumah tangga merupakan limbah yang pHnya netral.

Sedangkan suhu 26ºC, warna keruh hal ini disebabkan karena limbah rumah

tangga merupakan limbah buangan yang kotor sehingga endapannyapun ada dan

berbau busuk. Kalau dilihat dari hasil perhitungan total mikroorganisme pada

pengenceran 10-4 terdapat 14 koloni kecil, sedangkan pada pengenceran 10-5

terdapat 1 koloni besar.

Limbah rumah tangga memiliki nilai DO yang sedikit dibandingkan

aquades dan limbah tahu yaitu berjumlah 656 ppm dan 505,6 ppm untuk sampel 5

hari, maka limbah rumah tangga tidak layak dikonsumsi manusia. Limbah –

limbah tersebut sudah terpolusi bahan organik yang akan meningkatkan aktivitas

aerobik, sehingga terjadi konsumsi oksigen dalam jumlah besar. Akibatnya air

akan kekurangan oksigen terlarut. Sedangkan nilai BOD dari limbah rumah

tangga lebih dari 10 ppm yaitu berjumlah 128 ppm, maka limbah tersebut

merupakan air tercemar dan tidak cukup layak digunakan. Nilai COD limbah

rumah tangga yaitu 0,012 ppm, ini berarti limbah rumah tangga memiliki sedikit

jumlah kandungan oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa

organik.

Untuk pengujian bakteri Salmonella dan Shigella pada limbah rumah

tangga didini didapatkan hasil TBUD (terlalu banyak untuk dihitung), hal ini

berrati bahwa limbah rumah tangga sangat tudak layak untuk dikonsumsi. Untuk

pengujian koliform dengan metode MPN nilainya yaitu 0,44 dan tidak

mempunyai bakteri E.coli. ini berarti limbah rumah tangga masih bisa

dimanfaatkan dan tidak berbahaya.

Page 15: laporan limbah

Pada percobaan klorinasi air limbah. Limbah rumah tangga setelah

ditambahkan 5 ppm larutan stok, maka pHnya berubah menjadi basa yaitu 11,03,

suhunya juga naik menjadi 31ºC dan warnanya tetap, endapan tetap ada. Kalau

total mikroorganismenya malah lebih banyak bila dibandingkan dengan sebelum

diklorinasi, baik pada pengenceran 10-4 maupun 10-5. Ini berarti dengan klorinasi 5

ppm larutan stok tidak efektif untuk limbah rumah tangga ini, atau bisa juga

terdapat kesalahan pada praktikan karena menurut teori suatu limbah setelah

diklorinasi makan akan mengurangi bahayanya terhadap lingkungan dan klorinasi

ini merupakan metode untuk penanganan limbah.

C. Limbah Kimia

Setiap kegiatan industri kimia, laboratorium, hotel, rumah sakit dan

sejenisnya selalu menghasilkan limbah yang merupakan sisa pakai dan perlu

dibuang, karena menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan

bila tidak ditangani secara benar sebelum dibuang ke tempat pembuangan umum.

Ini berarti harus memperhatikan cara-cara pengolahan dan

pembuangannya, berdasarkan pada sifat atau bahaya yang dapat ditimbulkan dan

memperhatikan pula kemungkinan kerusakan pada sarana pembuangan maupun

keselamatan kerja, karena tidak ada satu sistem pengolah limbah yang dapat

mengatasi semua jenis limbah dan tergantung pada karakter limbah sehingga

diperlukan analisa kimia maupun fisika untuk evaluasi dan karakterisasi.

Sifat khas limbah industri yang membedakan dari limbah normal yaitu

adanya cairan yang mudah terbakar, pencemar toksik seperti sianida, sulfida,

fenol, formaldehida, logam beracun, deterjen sintetik, minyak pelumas dalam

kadar tinggi.

Pengaruh limbah kimia karena polutan utama terdiri dari senyawa organik

dan anorganik, antara lain dapat mengganggu kesehatan manusia maupun

keseimbangan sistem lingkungan seperti logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Se, Ti, In,

Sb, Bi, Te) dan senyawa non-logam tertentu (fosfat, amonia, sianida, fluorida,

sulfida), dapat mengganggu kadar oksigen dalam badan- badan air seperti zat

organik seperti pestisida dan fenol dapat berakibat lebih fatal karena sifat

toksiknya. Sedangkan polutan organik seperti pestisida menimbulkan keracunan

Page 16: laporan limbah

akut, zat warna atau deterjen menimbulkan COD tinggi, warna dan bau, lignin dan

selusosa berpengaruh pada warna dan bau.

Pengaruh limbah tersebut pada kesehatan berbeda satu sama lainnya,

termasuk perbedaan organ tubuh sebagai sasaran selain itu derajat pengaruhnya

terhadap manusia bergantung pula pada jenis logam berat maupun senyawanya.

Dari hasil pengamatan sifat fisik limbah, limbah kimia mempunyai pH

8,41 ini berarti limbah rumah tangga merupakan limbah yang pHnya basa.

Sedangkan suhu 25ºC, warna bening, endapannya ada, dan berbau amis. Kalau

dilihat dari hasil perhitungan total mikroorganisme pada pengenceran 10-4 terdapat

22 koloni kecil dan 1 kloni besar, sedangkan pada pengenceran 10-5 terdapat 1

koloni besar dan 17 koloni kecil. Ini berarti limbah kimia tidak layak untuk

dikonsumsi.

Limbah kimia memiliki nilai DO yang cukup banyak yaitu berjumlah

723,2 ppm dan 483,2 ppm untuk sampel 5 hari, maka limbah kimia tidak layak

dikonsumsi manusia. Limbah – limbah tersebut sudah terpolusi bahan organik

yang akan meningkatkan aktivitas aerobik, sehingga terjadi konsumsi oksigen

dalam jumlah besar. Akibatnya air akan kekurangan oksigen terlarut. Sedangkan

nilai BOD dari limbah kimia lebih dari 10 ppm yaitu berjumlah 217,6 ppm, maka

limbah tersebut merupakan air tercemar dan tidak cukup layak digunakan. Nilai

COD limbah kimia yaitu -4x10-3 ppm, ini berarti limbah rumah tangga tidak

memiliki jumlah kandungan oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

senyawa organik.

Untuk pengujian bakteri Salmonella dan Shigella pada limbah kimia

didapatkan hasil untuk Salmonella tidak ada tetapi untuk Shigella ada 2 koloni,

hal ini berati bahwa limbah kimia tidak layak untuk digunakan. Untuk pengujian

koliform dengan metode MPN nilainya yaitu 11,0 dan tidak mempunyai bakteri

E.coli. ini berarti limbah kimia tidak berbahaya.

Pada percobaan klorinasi air limbah. Limbah kimia setelah ditambahkan 5

ppm larutan stok, maka pHnya berubah menjadi basa yaitu 11, suhunya juga naik

menjadi 28ºC dan warnanya tetap, endapan tetap ada. Kalau total

mikroorganismenya pada pengenceran 10-4 tidak ada tetapi pada pengenceran 10-5

ada 1 koloni kecil. Ini berarti dengan klorinasi 5 ppm larutan stok efektif untuk

Page 17: laporan limbah

limbah kimia ini Hasil ini baik karena jumlah total mikroorganisme lebih sedikit

bila dibandingkan sebelum diklorinasi, tapi tetap saja ada keanehan karena

seharusnya menurut teori jumlah mikroorganisme pada pengenceran 10-4 lebih

banyak daripada 10-5 sedangkan pada hasil pengamatan didapatkan hasil yang

berkebalikan dengan teori. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan praktikan

yang kurang hati-hati dan ceroboh.

D. Air Ledeng

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makhluk

hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup,

baik tumbuhan maupun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, seperti di dalam

sel tumbuhan terkandung lebih dari 75% atau di dalam sel hewan terkandung

lebih dari 67%. Dari sejumlah 40 juta mil-kubik air yang berada di permukaan dan

di dalam tanah, ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta mil-kubik) yang secara

langsung dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Karena 97% dari sumber

air tersebut terdiri dari air laut, 2,5% berbentuk salju abadi yang baru dalam

kedaan mencair dapat digunakan.

Faktor-faktor biotik yang terdapat dalam air terdiri dari : bakteria, fungi,

mikroalgae, protozoa, virus serta sekumpulan hewan ataupun tumbuhan air

lainnya yang tidak termasuk kelompok mikroba. Kehadiran mikroba di dalam air

mungkin akan mendatangkan keuntungan tetapi juga akan mendatangkan

kerugian.

1. Menguntungkan

Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan makanan

utama ikan, sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan perairan

tersebut. Jenis-jenis mikroalgae misalnya : Chlorella, Hydrodyction,

Pinnularia, Scenedesmus, Tabellaria.

Banyak jenis bakteri atau fungi didalam badan air berlaku sebagai jasad

”dekomposer”, artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai

atau merombak senyawa yang berada dalam badan air. Sehingga kehadirannya

dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di dalam air secara biologis

Page 18: laporan limbah

Pada umumnya mikroalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan

fotosintesis dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis

akan menambah jumlah oksigen, sehingga nilai kelarutan oksigen akan

naik/ber-tambah, ini yang diperlukan oleh kehidupan di dalam air.

Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh jasad

pemakai/konsumen. Tanpa adanya jasad pemakai kemungkinan besar

akumulasi hasil uraian tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhadap jasad

lain, khususnnya ikan.

2. Merugikan

Yang paling dikuatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba penyebab

penyakit, seperti : Salmonella penyebab penyakit tifus/paratifus, Shigella

penyebab penyakit disentribasiler, Vibrio penyebab penyakit kolera,

Entamoeba penyebab disentriamuba.

Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium

yang hidup anaerobik, yang hidup aerobik misalnya : Pseudomonas,

Salmonella, Staphyloccus, serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena

dan Microcystis.

Sering didapatkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut

berasal dari air pompa, misal di daerah permukiman baru yang tadinya

persawahan. Ini disebabkan oleh adanya bakteri besi misal Crenothrix yang

mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri.

Di permukiman baru yang asalnya persawahan, kalau air pompa disimpan

menjadi berbau (bau busuk). Ini disebabkan oleh adanya bakteri belerang

misal Thiobacillus yang mempunyai kemampuan mereduksi senyawa sulfat

menjadi H2S.

Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau

warna-warna lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae.

Bahkan suatu proses yang sering terjadi pada danau atau kolam yang besar

yang seluruh permukaan airnya ditumbuhi oleh algae yang sangat banyak

dinamakan blooming. Biasanya jenis mikroalgae yang berperan didalamnya

adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis aerugynosa.

Page 19: laporan limbah

Kualitas air tersebut menyangkut :

Kualitas fisik yang meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa.

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan

anorganik yang terkandung di dalam air seperti lumpur dan bahan-bahan yang

berasal dari buangan. Dari segi estetika, kekeruhan di dalam air dihubungkan

dengan kemungkinan pencemaran oleh air buangan.

Kualitas kimia yang berhubungan dengan ion-ion senyawa ataupun logam

yang membahayakan, di samping residu dari senyawa lainnya yang bersifat

racun, seperti antara lain residu pestisida. Dengan adanya senyawa-senyawa

ini kemungkinan besar bau, rasa dan warna air akan berubah, seperti yang

umum disebabkan oleh adanya perubahan pH air. Pada saat ini kelompok

logam berat seperti Hg, Ag, Pb, Cu, Zn, tidak diharapkan kehadirannya di

dalam air.

Kualitas biologis, berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen (penyebab

penyakit, terutama penyakit perut), pencemar (terutama bakteri coli) dan

penghasil toksin.

Dari hasil pengamatan sifat fisik limbah, air ledeng mempunyai pH 7,47

ini berarti air ledeng merupakan air yang pHnya netral. Sedangkan suhu 29ºC,

warna bening, endapannya tidak ada, dan berbau normal. Dari hasil sifat fisik

diatas air ledeng merupakan air yang sangat layak untuk dikonsumsi dan

digunakan. Kalau dilihat dari hasil perhitungan total mikroorganisme pada

pengenceran 10-4 terdapat 128 koloni, sedangkan pada pengenceran 10-5 terdapat

60 koloni.

Air ledeng memiliki nilai DO yaitu berjumlah 576 ppm dan 704 ppm

untuk sampel 5 hari, maka air ledeng layak dikonsumsi manusia. Sedangkan nilai

BOD dari air ledeng kurang dari 10 ppm yaitu berjumlah -150,4 ppm, maka air

ledeng tersebut merupakan air yang tidak tercemar dan cukup layak digunakan.

Tetapi seharusnya air ledeng ini memiliki nilai BOD yang positif dan tetap kurang

dari 10 ppm. Nilai COD air ledeng yaitu -0,088 ppm, ini berarti air ledeng tidak

memiliki jumlah kandungan oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi

Page 20: laporan limbah

senyawa organik. Tetapi seharusnya air ledeng ini memiliki nilai COD yang besar

karena air ledeng ini sangat layak dikonsumsi dan digunakan.

Untuk pengujian bakteri Salmonella dan Shigella pada air ledeng

didapatkan hasil untuk Salmonella 4 koloni dan untuk Shigella ada 4 koloni, hal

ini berarti bahwa air ledeng tidak layak untuk digunakan, karena mengandung

bakteri Salmonella-Shigella. Untuk pengujian koliform dengan metode MPN

nilainya yaitu 0,12 dan tidak mempunyai bakteri E.coli. ini berarti air ledeng tidak

berbahaya.

Pada percobaan klorinasi air limbah. Air ledeng setelah ditambahkan 5

ppm larutan stok, maka pHnya berubah menjadi basa yaitu 11,10, suhunya juga

naik menjadi 29ºC dan warnanya tetap, endapan tetap ada. Kalau total

mikroorganismenya pada pengenceran 10-4 ada 11 koloni dan pada pengenceran

10-5 ada 8 koloni kecil. Ini berarti dengan klorinasi 5 ppm larutan stok efektif

untuk air ledeng ini, karena hasil perhitungan total mikroorganisme setelah

diklorinasi lebih sedikit bila dibandingkan dengan sebelum diklorinasi tetapi

mungkin harus ditambahkan dosis larutan stok yang akan ditambahkan.

Page 21: laporan limbah

KESIMPULAN

Limbah merupakan bahan yang dibuang atau berlebihan seperti abu, sampah,

produk sampingan, dan sebagainya.

Untuk mengetahui adanya limbah atau derajat pengotoran air limbah maka

dapat dilakukan pengujian sifat fisik limbah yang diantaranya ialah warna, pH,

suhu, bau, dan endapan.

Nilai DO tertinggi dimiliki oleh limbah tahu dan jumlah ini menurun seiring

lamanya waktu inkubasi sedangkan nilai DO paling rendah dimiliki oleh

sampel air ledeng.

Dari perhitungan, kadar BOD masing-masing sampel lebih dari 100 ppm,

kecuali pada sampel air ledeng.

Limbah rumah tangga mengandung bakteri Salmonella dan Shigella dalam

jumlah yang banyak sekali (TBUD) sedangkan pada limbah tahu tidak

mengandung bakteri Salmonella dan Shigella.

Klorinasi cukup efektif untuk membersihkan air (limbah), namun mengenai

dosis klorin yang diberikan harus disesuaikan dengan jenis dan karakteristik

limbah.

Page 22: laporan limbah

DAFTAR PUSTAKA

--. 2007. Salmonella. Available online at http://id.wikipedia.org/wiki/Salmonella.

Diakses tanggal 28 November 2008.

--. 2002. Salmonellosis. Available online at http://mhcs.health.nsw.gov.au.

Diakses tanggal 28 November 2008.

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.

Penerjemah Hadi P. dan Adiono. Penerbit UI-Press. Jakarta.

Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi. 2007. Pengelolaan Limbah Industri Rumah

Tangga. Available on Line At

http://www.pusri.co.id/v2007/budidaya/sanitasi/kelola_air_limbah_industr

i_rt.pdf. Diakses tanggal 28 November 2008..

Fardiaz, srikandi, DR., Ir. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Hariyadi, Ratih Dewanti. 2003. Bakteri Indikator Keamanan Air Minum.

Available On Line At www.kompas-media.com. Diakses tanggal 28

November 2008.

S.L Betty dan Winiati P.R. 1990. Penanganan Limbah Industri Pangan.

Kanisius. Bogor.

Jenie, Betty Sri Laksmi. 1988. Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU IPB dan

LSI IPB. Bogor