laporan limbah medis

51
LAPORAN TUTORIAL BLOK DENTOMAKSILOFASIAL II LIMBAH MEDIS” Disusun Oleh : KELOMPOK TUTORIAL 8 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI 1

description

l

Transcript of laporan limbah medis

LAPORAN TUTORIAL

BLOK DENTOMAKSILOFASIAL II

“ LIMBAH MEDIS”

Disusun Oleh :

KELOMPOK TUTORIAL 8

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2014

1

SKENARIO 2 : BLOK KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN

TUTOR : drg. Roedy Budirahardjo, M.Kes., Sp. KGA

GANJIL 2014/2015

OLEH :

Ketua : Roni Handika (131610101068)

Scriber papan : Nawang Lintang C (131610101094)

Scriber meja : Dessy Fitri Wulandari (131610101086)

Anggota :

1. Adriano Joshua (131610101065)

2. Alvin Ananda S (131610101066)

3.Zoevana anandra p. (131610101078)

4.Yuliandari Amilia P (131610101081)

5.Dea Lovinda (131610101085)

6.Emastari Rosyada A (131610101088)

7.Sani Sonia (131610101090)

8.Kharisah Muslikhah (131610101093)

9.Usnida Mubarokah (131610101096)

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat, taufik serta

hidayahnya sehingga penyusunan laporan tutorial ”Limbah Medis ’’ dapat

terselesaikan dengan baik. Laporan tutorial ini merupakan tugas yang diberikan

pada Blok Kedokteeran Gigi Pencegahan sebagai syarat untuk memenuhi tugas

dari dosen yang bersangkutan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. drg. Roedy Budirahardjo, M.Kes.,Sp.KGA selaku tutor atas masukan dan

bimbingan yang telah diberikan pada penulis selama ini.

2. Para dosen pemateri Blok Kedokteran Gigi Pencegahan yang telah

memberikan ilmu.

3. Teman-teman kelompok tutorial 8 dan semua pihak yang telah membantu

dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tutorial ini masih

jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, Kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat diperlukan dalam penyusunan yang akan datang. Harapan penulis semoga

laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 27 Oktober 2014

Penulis

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG........................................................................................ 5

1.1 RUMUSAN MASALAH........................................................... 6

1.2 TUJUAN.................................................................................... 6

1.3 MAPPING................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 9

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................14

3.1 PENGERTIAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS.......... 14

3.2 JENIS – JENIS LIMBAH MEDIS...................................23

3.3 DAMPAK LIMBAH MEDIS

3.4 PENGELOLAAN DAN PENANGANAN LIMBAH MEDIS

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN.......................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 49

BAB I

4

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan

pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Kegiatan tersebut akan

menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah

meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya

antara lain adalah sampah dan limbah medis maupun non medis yang dapat

menimbulkan penyakit dan pencemaran yang perlu perhatian khusus. Oleh

karenanya perlu upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang bertujuan

untuk melindungi masyarakat dan karyawan akan bahaya pencemaran

lingkungan yang bersumber dari sampah maupun limbah rumah sakit. Sampah

atau limbah rumah sakit dapat mengandung bahaya karena dapat bersifat

racun, infeksius dan juga radioaktif. Karena kegiatan atau sifat pelayanan yang

diberikan, maka rumah sakit menjadi depot segala macam penyakit yang ada

di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi penyakit karena

selalu dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan dan

lemah terhadap penyakit. Di tempat ini dapat terjadi penularan baik secara

langsung (cross infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui

serangga (vector borne infection) sehingga dapat mengancam kesehatan

masyarakat umum.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apa perbedaan dari limbah medis dan non medis ?

1.2.2 Apa saja jenis dari limbah medis ?

1.2.3 Bagaimana dampak dari limbah medis ?

1.2.4 Bagaimana pengelolaan dan penanganan limbah medis ?

1.3 Tujuan

5

1.3.1 Untuk mengetahui definisi limbah medis dan non medis

1.3.2 Untuk mengetahui macam – macam limbah medis

1.3.3 Untuk mengetahui dampak dari limbah medis

1.3.4 Untuk mengetahui cara mengelola dan menangani limbah medis

1.4 Mapping

BAB II

6

LIMBAH

MEDIS PERBEDAAN NON-MEDIS

JENIS

DAMPAK

SUMBER

PENGELOLAAN DAN

PENANGANAN

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Limbah Rumah Sakit

Menurut bishop (2001), limbah adalah sesuatu yang dibuang dari

sumbernya. Menurut PP 18 jo 85 tahun 1999, limbah diartikan sebagai sisa

suatu usaha dan atau kegiatan manusia. Jadi dari beberapa definisi tersebut

pengertian limbah adalah sesuatu yang dibuang dari sumbernya karena tidak

digunakan, tidak diinginkan dan tidak berasal dari kegiatan manusia.

Limbah rumah sakit merupakan semua limbah yang dihasilkan dari

kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas. Berdasarkan sifatnya

limbah rumah sakit dibedakan menjadi limbah medis dan limbah non medis

(Depkes,2006):

a. Limbah medis , merupakan semua bahan buangan yang dihasilkan dari

fasilitas pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, bank darah,

praktek dokter gigi, dan rumah sakit hewan. Serta fasilitas penelitian

medis dan laboratorium. (U.S Environmental Protection Agency, 2011).

Sedangkan menurut depkes (2002), limbah medis merupakan limbah yang

berasal dari perawatan gigi, veterinary, farmasi, serta limbah rumah sakit

saat dilakukan perawatan ataupun penelitian.

b. Limbah nonmedis, merupakan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan

di rumah sakit di luar medis yang berasal dari perkantoran, dapur, taman

dari halaman yang dimanfaattkan kembali apabila ada teknologinya.

2.2 Limbah Berbahaya dan Beracun (B3)

2.2.1 Definisi Limbah B3

Limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan

beracun dengan kode limbah D277 sesuai dengan PP jo 85 tahun 1999.

Menurut PP 18 jo tahun 1999, limbah bahan berbahaya dan beracun

(B3) adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung B3

yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan atau

7

merusak lingkungan hidup sehingga dapat membahayakan lingkungan

hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia. Sedangkan

menurut PP no. 74 tahun 2001, B3 merupakan nahan yang karena sifat

dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung

atupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan hidup, dan atau

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

manusia serta makhluk hidup lainnya.

Dari uraian di atas maka dapat didefinisikan limbah B3 merupakan

hasil atau sisa dari proses produksi yang mengandung bahan berbahaya

dan beracun, yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat

menimbulkan gangguan terhadap kesehatan dan lingkungan.

Berdasrkan definisi di atas, upaya pengololaan limbah B3 dimaksudkan

untuk menghilangkan atau mengurangi sifat sifat atau kerakteristik

berbahaya dan beracun yang dikandungnya agar tidak membahayakan

kesehatan manusia sekaligus mencegah terjadinya segala resiko

pencemaran yang dapat merusak kualitas lingkungan.

2.2.2 Karakteristik Limbah B3

Menurut PP no. 18 tahun 1999, karakteristik limbah berbahaya dan

beracun (B3) antara lain:

a. Mudah meledak (explosive) adalah limbah yang melalui reaksi

kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang

dengan cepat dapat merusak lingkungan.

b. Mudah terbakar (ignitable dab flamable) adalah limbah yang jika

berdekatan dengan api atau percikan api ataupun gesekan atau

sumber nyala lain akan mudah terbakar dan jika sudah menyala

maka akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.

c. Bersifat reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena

melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida

yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

8

d. Beracun (toxic) adalah limbah yang mengandung racun berbahaya

bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan

kematian atau sakit jika masuk ke dalam tubuh manusia baik

melewati pernapasan, kulit, atau mulut. Penentuan sifat racun untuk

identifikasi limbah ini dengan menggunakan bahan baku

konsentrasi TCLP ( tixicity charactereristic leaching prosedure).

Klasifikasi limbah yang bersifat toksik yaitu:

Carcinogenic (karsinogen) yaitu sifat bahan penyebab sel kanker

Teratogenic yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi

pembentukan dan pertumbuhan embrio

Mutagenic yaitu sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan

kromosom yang dapat merubah genetika.

e. Menyebabkan infeksi (infectious) adalah limbah laboratorium yang

terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit,

seperti bagian rtubuh manusi yang diamputasi dan cairan tubuh

manusia yang terken infeksi.

f. Bersifat korosif

Menyebabkan iritasi atau terbakar di kulit

Mempunyai pH < 2 untuk limbah asam dan > 12,5 untuk

limbah yang bersifat basa.

2.3 Klasifikasi Limbah Medis

Penggolongan kategori limbah medis dapat diklasifikasikan berdasrkan

potensi bahaya yang tergantung di dalamnya, serta volume dan sifat

persistensinya yang menimbulkan masalah (Depkes, 2006; CDC, 2003) ;

1. Limbah benda tajam, yaitu limbah denga materi padat yang dapat

menyebabkan luka iris atau tusuk. Limbah beda tajam meliputi jarum

suntik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, kaca sediaan (preparat

glass), ampul atau vial obat, pecahan kaca dan lain sebagainya. Semua

benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera

9

melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin

terkontamisasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi bahan

beracun atau radioaktif.

2. Limbah infeksius yaitu limbah yang diduga mengandung mikroorganisme

patogen dalam konsentrasi jumlah yang cukup untuk menyebabkan

penyakit pada orang yang rentan. Limbah infeksius meliputi:

a. Kultur dan stok agen infeksius dari berbagai aktifitas laboratorium

b. Limbah hasil operasti atau otopsi dari pasien yang menderita penyakit

menular

c. Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari unit isolasi

d. Alat atau materi lain yang kontak langsung dengan orang yang sakit.

Di rumah sakit, sumber utama limbah infeksius meliputi ruang operasi,

lanoratorium, ICU, laboratorium patologis, dialisis, dan poliklinik

(Cheng et al, 2008).

3. Limbah patologi (jaringan tubuh) adalah limbah yang berasal dari jaringan

atau organ tubuh (anggota badan atau placenta yang tidak melalui

penguburan), atau cairan tubuh.

4. Limbah genotoksik adalah limbah yang sangat berbahaya dan bersifat

mutadenetik, teratogenetik, atau karsinogenik. Limbah genotoksik

meliputi:

a. Obat-obatan sitotoksik yang memiliki kemampuan untuk membunuh

atau menghentikan pertumbuhan sel dan digunakan dalam kemoterapu

kanker.

b. Muntahan urine, atau tinja pasien yang diterapi dengan menggunakan

obat-obatan sitotoksik, zat kimia, maupun radioaktif.

c. Bahan-bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi

dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan

terapi sitotoksik.

5. Limbah farmasi, berasal dari obat-obatan, vaksin, dan serum yang sudah

kadaluarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi

spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang dikembalikan

10

oleh pasien dan limbah yang dihasilkan selama peracikan atau produksi

obat. Barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani

produk farmasi seperti sarung tangan, masker, botol obat berisi residu, dan

ampul obat.

6. Lombah kimia , yaitu limbah yang mengandung zat kimia yang berasal

dari kegiatan diagnostik, pemeliharaan kebersihan, dan pemberian

desinfektan. Limbah ini dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan

medis, veterinaty, laboratorium, zat kimia fotografis, formaldehid, proses

sterilisasi, dan riset.

7. Limbah radioaktif, merupakan bahan yang terkontaminasi dengan

radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida

yang terbebtukakibat pelaksanaan prosedur seperti analisis in-vitro pada

jaringan dan cairan tubuh, pencitraan organ, dan lokalisasi tumor secara

in-vivo serta terapi kanker.

8. Kontainer bertekanan yaitu limbah medis yang berasal dari kegiatan di

instalasi kesehatan yang memerlukan gas. Limbah kontainer bertekanan

meliputi (gas cylinders, cartilage, kaleng aerosol).

9. Limbah yang mengandung logam berat merupakan limbah berbahaya dan

biasanya sangat toksik seperti limbah yang berasal dari peralatan

kedokteran yang pecah (termometer dan stetoskop), bahan tumpatan,

limbah cadmium dari baterau bekas dan lain sebagainya.

10. Menurut Gil Jong Oh (2006), limbah medis berupa limbah plastik seperti

syringes, ringer’s solution set, kantong darah.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perbedaan Limbah Medis dan Non Medis

3.1.1 Definisi Limbah Medis Dan Non Medis

11

Limbah medis merupakan semua bahan buangan yang dihasilkan

dari tindakan medis seperti limbah yang berasal dari perawatan

gigi, veterinary, farmasi, serta limbah rumah sakit saat dilakukan

perawatan ataupun penelitian.

Limbah non medis merupakan semua bahan buangan yang

dihasilkan bukan dari tindakan medis seperti yang berasal dari

perkantoran, dapur rumah sakit, taman dari halaman yang

dimanfaattkan kembali apabila ada teknologinya.

3.1.2 Karakteristik Limbah Rumah Sakit

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan

limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan

penunjang lainnya.Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain,

maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit

dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah

sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis

dan non klinis baik padat maupun cair.

Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis,

perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan,

penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun,

infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan

pengamanan tertentu. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan

berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya.

3.1.3 Limbah B3

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah

B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya

dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

12

mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap materi yang

karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3

dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun

jenis sisa bahannya.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap

bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung

bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,

reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan

lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori,

yaitu berdasarkan sumber dan berdasarkan karakteristik antara lain :

a. Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:

limbah B3 dari sumber spesifik, limbah B3 dari sumber tidak

spesifik, dan limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan,

bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi

spesifikasi.

b. golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan

dengan sifat:

Mudah meledak (explosive) adalah limbah yang melalui reaksi

kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi

yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.

Mudah terbakar (ignitable dab flamable) adalah limbah yang

jika berdekatan dengan api atau percikan api ataupun gesekan

atau sumber nyala lain akan mudah terbakar dan jika sudah

menyala maka akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.

13

Bersifat reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran

karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik

peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

Beracun (toxic) adalah limbah yang mengandung racun

berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat

menimbulkan kematian atau sakit jika masuk ke dalam tubuh

manusia baik melewati pernapasan, kulit, atau mulut. Penentuan

sifat racun untuk identifikasi limbah ini dengan menggunakan

bahan baku konsentrasi TCLP ( tixicity charactereristic leaching

prosedure). Klasifikasi limbah yang bersifat toksik yaitu:

Carcinogenic (karsinogen) yaitu sifat bahan penyebab sel

kanker, Teratogenic yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi

pembentukan dan pertumbuhan embrio, dan Mutagenic yaitu

sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan kromosom yang

dapat merubah genetika.

Menyebabkan infeksi (infectious) adalah limbah laboratorium

yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman

penyakit, seperti bagian rtubuh manusi yang diamputasi dan

cairan tubuh manusia yang terken infeksi.

Bersifat korosif

- Menyebabkan iritasi atau terbakar di kulit

- Mempunyai pH < 2 untuk limbah asam dan > 12,5 untuk

limbah yang bersifat basa.

3.2. Jenis – Jenis Limbah Medis

3.2.1 Klasifikasi Limbah Rumah Sakit

Menurut Darmadi (2008) sumber mikroba itu didapatkan dari produk samping yang dihasilkan dari segala kegiatan pelayanan medis atau non-medis pada rumah sakit. Dimana produk sampingan yang dihasilkan oleh aktivitas rumah sakit berupa sampah dan limbah.

14

Sampah adalah semua barang atau benda sisa yang sudah tidak berguna dan terbuang dari kegiatan sehari-hari. Sedangakan Limbah adalah produk akhir yang berupa material buangan dari sebuah proses pencucian,dekontaminasi/proses metabolisme tubuh. Di dalam rumah sakit, keduanya ini masih digolongkan berdasarkan tingkat infeksius dan asal darinya.

1. Sampah Rumah Sakit

Untuk sampah rumah sakit dibagi menjadi dua, yakni sampah domestic

dan sampah medis. Sampah rumah sakit ini lebih umumnya berbentuk

padat.Berikut keduanya akan dijelaskan:

a. Sampah Domestik

Merupakan sampah yang dihasilkan dari segala kegiatan

kerumahtanggaan (house keeping) rumah sakit. Sampah jenis

domestic ini bisa dihasilkan dari ruangan rekam medis,kantor,TU,

dapur, gudang, taman dan sebagainya. Sampah jenis ini sama

sekali tidak infeksius.

Contoh : kertas,plastik,kaleng, sayur/buah,daun, ranting dan

sebagainya.

b. Sampah medis

Merupakan sampah yang dihasilkan dari produk samping setelah

digunakan dalam membantu upaya diagnose,pengobatan, tindakan

medis/perawatan penderita.untuk sampah medis ini merupakan

benda-benda yang infeksius, dengan demikian diperlukan

pengolahan terlebih dahulu untuk mengurangi penyebaran mikroba

pathogen.

Contoh: verban,handscoon,syringe,botol infuse,kantong darah dsb.

2. Limbah Rumah Sakit

Seperti halnya sampah rumah sakit, limbah rumah sakit ini dibagi lagi

menjadi tiga subbagian, yakni Limbah Domestik Medis,Limbah Klinis

Medis, Dan Limbah Patologis Medis. Limbah rumah sakit ini lebih

infeksius dibandingkan dengan sampah medis rumah sakit.Limbah

15

rumah sakit ini dapat berbentuk padat,cair atau setengah padat. Berikut

macam ketiganya akan dibahas lebih lanjut:

a. Limbah Domestik Medis

Yakni limbah rumah sakit yang dihasilkan dari kegiatan

kerumahtanggaan.

Contoh :

i. Sisa air kegiatan cuci piring alat makan penderita penyakit

menular

ii. Sisa air kegiatan laundry dari kamar operasi,kamar bersalin,

serta dari bangsal menular.

b. Limbah Klinis Medis

Yakni limbah yang diperoleh dari proses patofisiologis penderita

dan berbagai tindakan medis.

Contoh :

i. Sekreta,ekskreta,fese,urine, dan sebagainya

ii. Cairan/sisa makanan yang dimuntahkan penderita

iii. Cairan ,darah,sisa jaringan dari kamar operasi, bedah

mayat, laboratorium.

c. Limbah Patologis Medis

Yakni limbah rumah sakit yang berwujud jaringan tubuh manusia

yang didapatkan karena pemisahan ataupun pemotongan selama

tindakan medis, limbah jenis ini perlu penanganan khusus karena

sifatnya sangat infeksius. Contoh :Potongan dari tindakan

amputasi, Jaringan kanker dan jaringan nekrotik

3.2.2 Klasifikali Limbah Medis

1. Limbah benda tajam

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut

tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau

menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,

16

pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini

memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui

sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin

terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan

beracun atau radioaktif.

2. Limbah infeksius

Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

a.  Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi

penyakit menular (perawatan intensif)

b.  Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan

mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit

menular.

3. Limbah jaringan tubuh

Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan

cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

4. Limbah sitotoksik

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin

terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan,

pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat

limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan

suhu diatas 1000oc

5. Limbah farmasi

Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-

obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi

atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh

pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi

diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang

dihasilkan selama produksi obat-obatan.

6. Limbah kimia

17

Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan

kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses

sterilisasi, dan riset.

7. Limbah radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio

isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.

Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir,

radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau

gas. Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai

karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.

Tabel klasifikasi limbah medis

No Kategori Limbah DefinisiContoh limbah yang

dihasilkan

1 Infeksius Limbah yang terkontaminasi organisme patogen (bakteri, virus, parasit, atau jamur) yang tidak secara rutin ada lingkungan dan organism tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.

Kultur laboratorium,

limbah dari bangsal

isolasi, kapas, materi,

atau peralatan yang

teresentuh pasien yang

terinfeksi, ekskreta.

2 PatologisLimbah berasal dari pembiakan dan stock bahan yang sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi,

terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.

Bagian tubuh manusia

dan hewan (limbah

anatomis), darah dan

cairan tubuh yang lain,

janin.

18

3 SitotoksisLimbah dari bahan yang

terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau mengahambat pertumbuhan sel hidup.

Dari materi yang

terkontaminasi pada saat persiapan dan pemberian obat, misalnya spuit, ampul, kemasan, obat kedaluarsa, larutan sisa, urine, tinja, muntahan pasien yang

mengandung obat

sitotoksik.

4 Benda Tajammerupakan materi yang dapat

menyebabkan luka iris atau luka

tusuk. Semua benda tajam ini

memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda- benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

jarum, jarum suntik,

skalpel, pisau bedah,

peralatan infus, gergaji

bedah, dan pecahan kaca

5 Kimiamengandung zat kimia yang

berbentuk padat, cair, maupun gas yang berasal dari aktivitas

diagnostic dan eksperimen serta dari pemeliharaan kebersihan rumah sakit dengan menggunakan desinfektan.

Reagent di laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang kadaluarsa atau sudah tidak diperlukan lagi, solven

19

6 FarmasiLimbah farmasi mencakup produksi farmasi. Kategori ini juga mencakup barang yang akan di buang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, slang penghubung darah

atau cairan, dan ampul obat.

obat-obatan, vaksin, dan serum yang sudah

kedaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi, yang tidak diperlukan lagi.

7 Radioaktif Bahan yang terkontaminasi dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas

Cairan yang tidak

terpakai dari radioaktif atau riset dilaboratorium, peralatan kaca, kertas absorben yang terkontaminasi, urine dan ekskreta dari pasien yang diobati atau diuji dengan radionuklida yang terbuka.

8Logam yang bertekanan

tinggi/ berat

Limbah yang mengandung logam berat dalam konsetrasi tinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik. Contohnya adalah limbah merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang

rusak

Thermometer, alat

pengukur tekanan darah, residu dari ruang

pemeriksaan gigi, dan sebagainya.

9Kontainer

Bertekanan

Limbah yang berasal dari berbagai jenis gas yang digunakan di rumah

sakit.

tabung gas, kaleng

aerosol yang

mengandung residu, gas cartridge.

20

3.3 Dampak Limbah Medis

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan

dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :

a.    Gangguan kenyamanan dan estetika

Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol,

eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.

b.   Kerusakan harta benda

Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air

yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas

bangunan di sekitar rumah sakit.

c.    Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida,

logam nutrien tertentu dan fosfor.

d.   Gangguan terhadap kesehatan manusia                                

Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa

kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari

bagian kedokteran gigi.

e. Gangguan genetik dan reproduksi

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,

namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan

genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan

radioaktif.

Menurut pruss, giroult, dan rushbrook (2005), pajanan limbah rumah sakit

yang berbahaya dapat mengakibatkan tertular penyakit atau cedera.

1. Resiko tertular penyakit

21

Resiko tertular penyakit melalui kontak langsung dengan limbah

medis dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat rumah sakit yang

rentan yaitu dokter, perawat, pasien rawat inap atau berobat jalan,

pengunjung atau pengantarorang sakit, karyawan rumah sakit, serta

masyarakat di sekitar rumah sakit. Selain itu pemulung yang

mengumpulkan limbah untuk didaur ulang dari tempat pembuangan akhir

limbah berisiko kontak langsung dengan bahan infeksius.

Resiko tertular penyakit yang berasal dari limbah medis karena

mengandung agen penyakit berupa limbah yang bersifat infeksius, bahan

kimia toksik, dan radioaktif. Agen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh

manusia melalui empat jalur yaitu, kulit, selaput lendir, saluran pernapasan,

dan saluran pencernaan. Pemaparan dapat terjadi melalui percikan cairan

yang mengandung kuman masuk ke dalam selaput lendir (selaput lendir

mata, hidung, dan mulut).

2. Resiko kecelakaan atau cedera

Petugas yang mengelola limbah medis akan beresiko mengalami

kecelakaan kerja seperti tertusuk benda tajam saan mengangkut atau

memindahkan limbah. Resiko tersebut terus ada setiap proses penanganan

limbah yaitu selama limbah dibuang, dikumpulkan, dipindahkan untuk

dimusnahkan.

3. Resiko terhadap lingkungan

Limbah medis selain menimbulkan dampak buruk terhadap pencemaran

lingkungan meliputi pencemaran air (water borne diseases), pencemaran

tanah (soil borne siseases) seperti pembuangan limbah secara terbuka yang

menimbulkan bahaya lingkungan terhadap masyarakat, dan pencemaran

udara (air borne diseases) seperti pemusnahan limbah medis dengan cara

dibakar dengan menggunakan insinerator engan suhu rendah dapat

menghasilkan emisi gas yang beracun.

22

3.4 Pengelolaan Limbah Medis

Menurut kepmenkes 1204 tahun 2004 yaitu rangkaian kegiatan yang

mencakup segregasi, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan,

pengolahan, dan penimbunan limbah medis. Mnurut WHO (2005), pruss,

giroult, dan rushbrokk (2005), beberapa elemen penting dalam pengelolaan

limbah rumah sakit yaitu meminimasi limbah, pelabelan, dan pengemasan,

transportasi, penyimpanan, pengolahan, dan pembuangan limbah. Pada

dasarnya pengolahan limbah bertujuan untuk mengendalikan pencemaran

yang disebabkan oleh kegiatan industri. Sistem pengelolaan limbah yang

digunakan harus dirancang untuk meminimalkan kontak dengan limbah

berbahaya. Mislkan mengurangi penanganan ganda, penyediaan fasilitas,

penyimpanan yang baik, transportasi yang efektif.

3.4.1 Tahap Pengelolaan Limbah Medis

Dalam pengelolaan limbah medis terdapat beberapa tahap yang

harus dilakukan antara lain:

1. Meminimasi limbah

Meminimasi limbah merupakan upaya untuk mengurangi volume,

konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari

proses produksi, dengan cara reduksi pada sumbernya dan atau

pemanfaatan limbah berupa reuse, recycle, dan recovery. Menurut

kepmenkes RI No. 1204 tahun 2001 menyebutkan bahwa minimasi

limbah merupakan salah satu upaya untuk mengurangi jumlah

limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehata. Jadi

minimasi limbah medis yaitu upaya untuk mengurangi volume,

konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari

kegiatan rumah sakit. Berikut upaya untuk meminimalisasi limbah

dengan cara reduksi pada sumber yaitu:

a. Melakukan housekeeping, yaitu dengan menjaga kebersihan

lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau

kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan

23

sebaik mungkin seperti mangutamakan metodw pembersihan

secara fisik daripada secara kimiawi, menggunakan sedikit

mungkin bahan kimia.

b. Pemilihan atau segregasi limbah, yakni memisahkan berbagai

jenis limbah menurut jenis komponen, konsentrasi atau

keadaannya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi

volume atau mengurangi biaya pengolahan limbah.

c. Pemeliharaan pencegahan, yaitu pemeliharaan atau penggantian

alat atau bagian alat menurut waktu yang telah diwajibkan.

Ujuan dari metode ini untuk melindungi asset dan meningkatkan

keandalan sistem, mengurangi biaya penggantian, mengurangi

cedera. Tempat pewadahan limbah infeksius segera dibersihkan

dengan larutan desinfektan apabila akan dipergunakan kembali.

d. Pemilihan teknologi dan proses, yakni pemilihan teknologi dan

proses yang tepat untuk mengeluarkan limbah B3 denga efisien

yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan sejak awal

pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagai

untinya.

e. Pengelolaan bahan, yaitu agar persediaan bahan selalu cukup

untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, namun tidak

berlebihan sehingga tidak menimbulkan gangguan lingkungan,

sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.

Pengelolaan bahan sangat tepat untuk dilakukan di unit farmasi

dan laboratorium rumah sakit seperti manajemen persediaan

yang cermat dan menyeluruh sehingga dapat menurunkan

kuantitas limbah yang dihasilkan.

f. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik, pengoperasian

alat sesuai kondisi yang optimum sehingga dapat meningkatkan

efisiensi dalam mengurangi terjadinya limbah.

24

g. Memodifikasi bahan, mengganti bahan-bahan yang dapat

mengurangi terjadinya limbah berbahaya dan baha-bahan yang

tidak menghasilkan banyak limbah

h. Penggunaan teknologi bersih, menggunakan teknologi yang

tidak atau kurang memiliki potensi untuk menghasilkan limbah

B3 dengan efisiensi yang cukp tinggi.

2. Pemanfaatan limbah

Pemanfaatan limbah medis yaitu upaya mengurangi volume,

konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya yang menyebar di

lingkunga, dengan cara reuse, recycle, dan recovery. Pemanfaatan

limbah dilakukan setelah melakukan uapaya reduksi pada sumber.

a. Reuse (penggunaan kembali), merupakan upaya penggunaan

barang atau limbah untuk digunakan kembali untuk kepentingan

yang sama tanpa mengalami proses pengolahan atau perubahan

bentuk. Reus dapat mengurangi biaya pwmbwlian dan

mengurangi limbah dari kegiatan perawatan pasien. Berikut ini

fasilitas kesehatan yang dapat direuse diantaranya linen yang

dapat digunakan kembali, perawatan seperti pispot, cekungan

muntah, dan peralatan makan. Sebaiknya jarum suntik tidak

digunakan kembali karena dapat membahayakan kesehatan,

walaupun dapat digunakan kembali, rumah sakit harus

mengeluarkan biaya untuk membersihkan dan mensterilkan

peralatan tersebut.

b. Recycle (daur ulang) merupakan upaya pemanfaatan limbah

dengan cara proses daur ulang melalui perubahan fisik atau

kimia, baik untuk menghasilkan produk yang sama maupun

produk yang berlainan dengan maksud kegunaan yang lebih.

Limbah padat yang dapat didaur ulang yaitu kertas, kardus,

kaca, plastik, kayu, logam, sisa makanan, daun, dan limbah

pekarangan, dan berbagai bahan campuran.

25

c. (recovery (perolehan kembali), merupakan upaya pemanfaatan

limbah dengan cara memproses untuk memperoleh kembali

materi atau energi yang terkandung di dalamnya atau

merupakan suatu proses pemulihan. Misalnya pengambilan

perak dari fixing-bath yang digunakan dalam pengolahan foto

rontgen.

3. Pemisahan Limbah Medis

Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan

dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan

dengan pengelolaan, limbah klinis dikategorikan menjadi 5

golongan sebabagi berikut :

a. Golongan A :

- Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi

dari kamar bedah.

- Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.

- Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),

bangkai/jaringan  hewan dari laboratorium dan hal-hal lain

yang berkaitan dengan swab dan dreesing.

b. Golongan B :

Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-

benda tajam lainnya.

c. Golongan C :

Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang

termasuk dalam golongan A.

d. Golongan D :

Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.

e. Golongan E :

Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan

stomach.

cara yang paling teoat dalam pengelolaan limbah medis adalah

dengan melakukan pemilihan limbah berdasrkan warna kantong atau

26

kontainer plastik yang digunakan. Hal ini dapat meminimalkan

volume limbah medis yang infeksius dan mengurangi biaya untuk

pembuangan limbah tersebut. Berikut contoh warna kantong

menurut DepKes RI :

Kantong hitam untuk limbah umum

Kantong kuning untuk limbah yang harus diinsinerasi

Kantong kuning untuk limbah yang sebaiknya diinsinerasi, tetapi

dapat dibuang ke landfill.

Kantong biru muda untuk limbah yang harus disterilisasi

4. Pengumpulan Limbah Medis

Pada tahap pengumpulan limbah, maksimal 2/3 bak

sampah yang sudah tersisi harus diambil, atau kontainer harus

diangkat jika sudah tiga perempat penuh. Kantong plastik yang

belum terisi penug dapat disegel dengan cara membuat disimpul

ikatan di bagian lehernya. Untung kantong yang terisi penuh

mungkin perlu diikat denga menggunakan labeel plastik pengikat

27

dan tidak boleh ditutup dengan cara distaples. Rumah sakit harus

mempunyai program rutin untuk pengumpulan limbah karena

limbah tidak boleh menumpuk di satu titik pengumpulan. Limbah

harus dikumpulkan setiap hari dan diangku ke tempat penampungan

yang telah ditentukan. Persediaan akntong plastik dan kontainer

harus tersedia di semua tempat yang menghasilkan limbah.

5. Pengangkutan Limbah Medis

Setelah proses pengumpulan, tahap selanjutnya adalah

pengangkutan limbah. Pengangkutan limbah dilakukan oleh petugas

kebersihan dari sumber penghasil limbah. Pengangkutan limbah

medis harus menggunakan alat angkut berupa kereta, gerobak, atau

troli. Alat angkut tersebut harus didesain sedemikian rupa sehingga

permukaan harus licin, rata dan tidak tembus; tidak akan menjadi

sarang serangga dan mudah dibersihan dan dikeringkan.

Dalam proses pengangkutan limbah medis, disarankan

menggunakan alat angkut yang terpisahkan antara limbah domestik

dan tidak boleh digunakan untuk mengangkut materi lainnya.

Limbah benda tajam dan limbah medis lainnya yang tekah terisi

penuh kemudiaan diangkut secara rutin menggunakan troli khusus

dengan wadah tertutup yang kokoh dan kuat dibawa ke tempat

pembuangan. Pengangkutan limbah dari ruangan atau unit yang ada

dalam rumah sakit ke tempat penampungan limbah sementara

melalui rute yang paling cepat yang harus direncanakan sebelum

perjalanan atau yang sudah ditetapkan.

Jika pengangkutan menggunakan lift, disarankan jangan

menggunakan lift yang sama untuk lift pasien atau pengunjung atau

makanan dalam pengangkutan limbah medis. Kendaraan

pengangkut limbah medis harus dibersihkan dan didesinfeksi setiap

hari dengan menggunakan desinfektan yang tepat yaitu dengan

0,5% klorin kemudian dibilas dengan air bersih.

6. Penyimpanan Limbah Medis

28

Setelah pengumpulan dari sumber penghasil limbah

kemudian ditempatkan pada tempat penampungan sementara.

Tempat penampungan limbah harus memiliki lantai yang kokoh

dengan dilengkapi drainase yang baik dan mudah dibersihkan serya

didesinfeksi. Selain itu, tidak boleh berada dekat dengan lokasi

penyimpanan bahan makanan atau dapur. Harus ada pencahayaan

yang baik serta kemudahan akses untuk kendaraan pengumpul

limbah. Lokasi untuk tempat penyimpanan limbah yang berbahaya

dan beracun minimum berjarak 50 meter dari lokasi fasilitas umum

dan daerah bebas banjir sehingga aman dari kemungkinan terkena

banjir.

Tempat penyimpanan limbah juga harus dilengkapi dengan

penutup, menjaga agar areya penyimpanan limbah medis tidak

bercampur dengan limbah non medis, membatasi akses sehingga

hanya orang tertentu yang dapat memasuki area penampungan.

7. Pemusnahan Limbah Medis

Setelah limbah medis ditampund pada tempat penampungan

sementara, proses selanjutnya yaitu pengolahan limbah medis yaitu

pemusnahan dan pembuangan akhir. Menurut PP ni. 18 jo 85 tahun

1999, pengolahan limbah medis yang termasuk kategori limbah B3

adalah proses mengubah jenis, jumlah, dan karakteristik limbah B3

menjafi tidak berbahaya dan tidak beracun sebelum ditimbun.

1) Limbah infeksius dan benda tajam

a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbahinfeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.

29

b.Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.

c. Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuaang ke tempat penampungan B3 atau di buang ke landfill jika residunya sudah aman.

2) Limbah Farmasi

Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik (pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kli, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.

3) Limbah Sitotoksik

a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfiil) atau saluran limbah umum.

b. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.

c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.

d. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi atau inersisasi dapat di pertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.

4) Limbah bahan kimiawi

Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam, dan gula tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang

30

terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).

5) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi

Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau diinsinesrasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh dibuang landfill karena dapat mencemari air tanah.

6) Kontainer Bertekanan

Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah dengan daur ulang atau pengunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus di perlakukan sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.

7) Limbah radioaktif

Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kibijakan dan strategi nasional yang menyangkut perturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih. (Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).

BAB IV

KESIMPULAN

Toksikologi limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang

dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara

31

umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu

sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang

terkandung di dalamnya diantaranya limbah benda tajam, limbah infeksius tubuh,

limbah sitotoksik, limbah kimia, limbah radioaktif , limbah plastik.

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan antara

lain gangguan kenyamanan dan estetika, kerusakan harta benda, kesehatan

manusia, reproduksi, dan ganguan terhadap tanaman maupun binatang. Oleh

karena itu limbah harus dikelola dengan baik dengan cara memisahkan limbah

padat dan cair, dan membuangnya di tempat yang sudah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M., 2008, ‘Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan’,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

32

Hindarko ,5 15. Ir. 2003. Mengolah limbah supayah tidak mencemari

orang lain.

Jakarta.

Keraf, sonny. Dr . 2000. Analisis dampak lingkungan hidup, rencana

pengelolah lingkungan.

Jakarta.

33