Contoh Laporan Limbah Industri

of 120 /120
1 Petunjuk Teknis Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER

Embed Size (px)

description

contoh limbah industri

Transcript of Contoh Laporan Limbah Industri

  • 1

    Petunjuk Teknis Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3,

    Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER

  • 2

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi BAB I Pendahuluan .................................................................... 4

    A. Latar Belakang .................................................................... 4 B. Tujuan .................................................................................. 5 C. Ruang Lingkup ................................................................... 5

    BAB II Dekonsentrasi PROPER 2012 ........................................ 6 BAB III Tahap Persiapan ............................................................. 9

    A. Penyusunan Tim Pelaksana PROPER ............................. 9 B. Penguatan Kapasitas ......................................................... 9 C. Sosialisasi ............................................................................ 10

    BAB IV Inspeksi Lapangan dan Supervisi ............................... 11 A. Pengumpulan Data Awal ................................................. 11 B. Pelaksanaan Inspeksi ........................................................ 11 C. Penyusunan Laporan Inspeksi ......................................... 13 D. Supervisi .............................................................................. 14

    BAB V Pemeringkatan ................................................................ 16 A. Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER

    (Rapor) Sementara ............................................................. 16

    B. Pemberitahuan Hasil Peringkat Sementara ................... 17 C. Sanggahan/Klarifikasi ...................................................... 18 D. Review hasil sanggahan oleh Dewan PROPER .............. 19

    BAB VI Peningkatan Kapasitas Kabupaten/Kota .................. 20 BAB VII Jadual Kegiatan Proper 2012 ....................................... 21 BAB VIII Evaluasi dan Pelaporan ............................................... 23

  • 3

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadiran ALLAH SWT, Petunjuk Teknis Kegiatan Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER, Tahun 2012 dapat kami susun tepat pada waktunya. Dalam rangka menjawab pengelolaan lingkungan yang lebih baik, Deputi Pengendalian Pencemaran Lingkungan mengupayakan perencanaan program dan kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER, dapat dilaksanakan secara terarah dan terukur oleh Pemerintah Provinsi sesuai sasaran kinerja Kementerian Lingkungan Hidup. Petunjuk teknis ini diharapkan dapat digunakan oleh Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan kegiatan dekonsentrasi di daerah dalam upaya meningkatkan ketaatan perusahaan terhadap lingkungan hidup dan menjaga agar pencemaran lingkungan hidup dapat dicegah sejak dini. Akhir kata kami berharap Petunjuk Teknis ini bermanfaat bagi para pihak dalam mengupayakan perbaikan kualitas lingkungan demi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan. Saran dan masukan terhadap Petunjuk Teknis ini akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kinerja PROPER.

    Jakarta, 5 Desember 2011 Deputi MENLH Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan

    M.R. Karliansyah

  • 4

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan sebagai bagian dari sistem penyelenggaraan Pemerintahan di Indonesia, pada hakekatnya dimaknai sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Pusat terhadap Daerah melalui pendelegasian kewenangan yang dimiliki dalam rangka mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah agar terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Tujuan utama penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas perbantuan adalah untuk mempercepat kesejahteraan masyarakat di daerah, sebagaimana dimaksud dalam konsideran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, serta penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi.

    Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, telah menetapkan urusan bidang lingkungan hidup yang menjadi Kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan kriteria eksternal, akuntabilitas dan efisiensi.

    Dalam pelaksanaan urusan pemerintah di bidang lingkungan hidup, Menteri memandang perlu untuk menyelenggarakan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah.

    Dekonsentrasi bidang lingkungan hidup tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menjunjung pencapaian sasaran prioritas nasional yang termuat dalam Program Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup yang diukur berdasarkan indikator kinerja utama meningkatnya pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi; menurunnya pencemaran lingkungan pada air, udara, sampah, dan limbah B3; memastikan penghentian kerusakan lingkungan di daerah aliran sungai (DAS); tersedianya kebijakan di bidang perlindungan atmosfir dan pengendalian dampak perubahan iklim; dan meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

    Pengawasan pengendalian pencemaran air dan udara serta limbah B3 melalui mekanisme PROPER merupakan satu dari Program Nasional yang dilaksanakan secara dekonsentrasi. Untuk menstandarkan pelaksanaan dekonsentrasi tersebut perlu disusun petunjuk teknis yang akan menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah

  • 5

    (SKPD) Provinsi dalam melaksanakan lingkup penyelenggaraan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup.

    B. Tujuan

    Tujuan petunjuk teknis ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi institusi pengelola lingkungan hidup tingkat Provinsi dalam melaksanakan tugas dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER.

    C. Ruang Lingkup

    Petunjuk teknis dekonsentrasi ini memuat langkah-langkah dan standar teknis pelaksanaan PROPER di Provinsi. Petunjuk teknis terdiri dari BAB I Pendahuluan yang menjelaskan mekanisme umum Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER. BAB II Mekanisme Pelaksanaan Proper Dekonsentrasi 2012, BAB III menjelaskan tentang langkah-langkah yang dilakukan untuk persiapan pelaksanaan PROPER. BAB IV menjelaskan tentang mekanisme dan prosedur pelaksanaan inspeksi lapangan dan supervisi. Langkah setelah inspeksi lapangan dan supervisi dijelaskan dalam BAB V tentang Pemeringkatan. Salah satu tugas dekonsentrasi adalah peningkatan kapasitas Kabupaten/Kota. Langkah-langkah peningkatan kapasitas di jelaskan pada Bab VI. Sedangkan Bab VII menjelaskan tentang Jadual Pelaksanaan dan selanjutnya pada Bab VIII dijelaskan tentang Evaluasi & Pelaporan. Untuk kepraktisan buku ini, maka Lampiran-lampiran dipisahkan dari Buku Petunjuk Teknis.

  • 6

    BAB II DEKONSENTRASI PROPER 2012

    Pelaksanaan PROPER periode 2011-2012 ditargetkan untuk melakukan pengawasan terhadap 1355 perusahaan dengan ketentuan:

    a. 860 pengawasan penaatan PROPER dilakukan oleh 21 Provinsi. b. 495 perusahaan pengawasan penaatan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan

    Hidup. c. Pengawasan dan usulan peringkat Biru, Merah dan Hitam dilakukan oleh 21

    Provinsi dan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup. d. Penilaian Hijau dan Emas dilakukan oleh Tim Teknis PROPER Kementerian

    Lingkungan Hidup. e. Penetapan peringkat dilakukan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.

    Proses penetapan provinsi yang berperan serta pada pelaksanaan Dekonsentrasi PROPER 2012 telah ditentukan melalui Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Pengendalian Pencemaran yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 26-27 Juli 2011. Pada Rakernis tersebut telah disetujui jumlah dan nama perusahaan yang akan dilakukan pengawasan penaatan oleh 21 Provinsi. Untuk memperbaharui data perusahaan yang mutakhir, Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan telah mengirimkan surat No. B-9991/Dep.II/LH/11/2001 Perihal Industri Dekon 2012 untuk meminta masing-masing Provinsi mengajukan daftar nama perusahaan yang akan di PROPER pada periode 2011-2012. Seluruh provinsi telah memberikan respon dengan rekapitulasi jumlah industri yang diusulkan sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi perusahaan peserta PROPER melalui mekanisme dekonsentrasi.

    No. PROVINSI RAKERNIS 2011 USULAN PROVINSI 2012 MPJ PEM AGRO TOTAL MPJ PEM AGRO TOTAL 1 Bali 19 6 0 25 19 6 0 25 2 Banten 70 6 19 95 73 8 14 95 3 Bengkulu 0 4 9 13 0 6 9 15 4 D.I. Yogyakarta 15 2 4 21 15 2 4 21 5 Jambi 5 10 18 33 6 15 18 39 6 Jawa Barat 61 23 12 96 60 23 32 115 7 Jawa Tengah 37 16 21 74 37 14 11 62 8 Jawa Timur 40 18 17 75 20 16 36 72 9 Kalimantan Barat 1 11 11 23 2 4 24 30

    10 Kalimantan Selatan 4 20 16 40 7 20 13 40 11 Kep. Bangka Belitung 0 10 8 18 0 10 9 19 12 Lampung 4 2 31 37 5 2 30 37 13 Maluku 1 4 4 9 1 4 4 9 14 NTB 15 9 1 25 17 8 1 26 15 Riau 2 13 46 61 5 19 35 59 16 Sulawesi Selatan 10 8 9 27 8 9 4 21 17 Sulawesi Tengah 1 2 3 6 1 2 3 6 18 Sulawesi Utara 6 8 17 31 11 8 12 31 19 Sumatera Barat 5 4 15 24 5 4 15 24

  • 7

    No. PROVINSI RAKERNIS 2011 USULAN PROVINSI 2012 MPJ PEM AGRO TOTAL MPJ PEM AGRO TOTAL

    20 Sumatera Selatan 7 27 17 51 7 27 17 51 21 Sumatera Utara 25 13 25 63 24 13 26 63

    Jumlah 328 216 303 847 323 220 317 860 Keterangan : MPJ = Sektor Manufaktur Prasarana Jasa; PEM = Sektor Pertambangan Energi Migas; AGRO = Sektor Agroindustri Adapun daftar lengkap perusahaan peserta PROPER yang didekonsentrasikan kepada Provinsi terdapat pada Lampiran 2. Dekonsentrasi PROPER dilaksanakan dengan melaksanakan 4 tahapan pelaksanaan PROPER sebagai berikut :

    1. Persiapan 2. Inspeksi Lapangan dan Supervisi 3. Pemeringkatan Penaatan 4. Peningkatan Kapasitas

    Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Dekonsentrasi PROPER 2012

    PENETAPAN TIM TEKNIS & TIM PELAKSANA

    PENGUATAN KAPASITAS SOSIALISASI

    PERSIAPAN

    PENGUMPULAN DATA

    PENYUSUNAN RAPORT

    SEMENTARA

    REVIEW PERINGKAT

    TAHAP I

    PENENTUAN PERINGKAT SEMENTARA

    PEMBERITAHUAN PERINGKAT SEMENTARA

    MASASANGGAHAN

    REVIEW SANGGAHAN

    REVIEW PERINGKAT

    TAHAP II

    PEMERINGKATAN PENAATAN

    INSPEKSI TAHAP I

    SUPERVISI TAHAP I

    INSPEKSI TAHAP II

    SUPERVISI TAHAP II

    INSPEKSI TAHAP III

    SUPERVISI TAHAP III

    INSPEKSI LAPANGAN & SUPERVISI

    USULAN PERINGKAT

    PENINGKATAN KAPASITAS

    KABUPATEN / KOTA

    PENINGKATAN KAPASITAS

  • 8

    Dalam melaksanakan dekonsentrasi PROPER terdapat beberapa prinsip dasar yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaannya. Salah satu prinsip dasar adalah pelaksanaan PROPER yang didekonsentrasikan kepada 21 Provinsi tersebut di atas, Kriteria Penilaian PROPER dan Mekanisme Pelaksanaan PROPER wajib mengikuti ketentuan PROPER Kementerian Lingkungan Hidup. Kriteria penilaian PROPER adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1. Untuk menjamin kredibilitas dan akuntabilitas pelaksanaan PROPER, semua aparat yang terlibat dalam pelaksanaan PROPER wajib melaksanakan etika Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup, yakni: 1. Menaati semua ketentuan disiplin dan sumpah pegawai negeri; 2. Menghindari setiap pertentangan kepentingan karena faktor finansial atau

    kepentingan lainnya yang berkaitan dengan hasil pengawasan; 3. Berkomunikasi secara sopan dan profesional dengan petugas dari penanggung

    jawab usaha dan/atau kegiatan; 4. Menguasai dan menerapkan konsep K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) selama

    melaksanakan pengawasan; 5. Melaporkan fakta-fakta hasil pengawasan secara lengkap, akurat, dan obyektif; 6. Selalu berupaya meningkatkan pengetahuan profesional dan keterampilan teknis; 7. Berpenampilan pantas termasuk mengenakan pakaian dan peralatan pelindung

    untuk keselamatan kerja; 8. Melengkapi diri dengan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan

    pengawasan yang mudah dibawa untuk menghindari hutang budi terhadap usaha dan atau kegiatan.

  • 9

    BAB III

    TAHAP PERSIAPAN Tahap persiapan pada dasarnya adalah persiapan untuk melaksanakan kegiatan PROPER selanjutnya. Perangkat lunak seperti Kriteria Penilaian, perusahaan yang akan di PROPER, Sumberdaya manusia yang akan melaksanakan PROPER perlu disiapkan agar pelaksanaan PROPER sesuai dengan target dan jadual yang ditetapkan. Adapun langkah-langkah tahap persiapan antara lain adalah:

    A. Penyusunan Tim Pelaksana PROPER Tahap pertama dalam persiapan pelaksanaan dekonsentrasi PROPER 2012 adalah melakukan penyusunan Tim Pelaksana PORPER Provinsi. Langkah-langkah penyusunan tim adalah sebagai berikut : 1. Kepala Institusi Lingkungan Hidup Provinsi menetapkan susunan Tim Pelaksana

    PROPER Provinsi dalam suatu surat keputusan dengan susunan sebagai berikut:

    a. Ketua Tim Pelaksana PROPER, adalah Kepala Bidang yang menangani pengawasan.

    b. Sekretariat Tim Pelaksana PROPER Provinsi: 1) Staf administrasi yang bertugas menyelesaikan urusan administrasi dan

    keuangan. 2) Tim Pengolah Data yang bertugas mengelola data hasil pengawasan

    lapangan dan menyiapkan Rapor, Tim Pengolah Data harus menguasai komputer terutama aplikasi Ms Word dan Ms Excel.

    c. Tim Inspeksi PROPER Provinsi, adalah pejabat pengawas lingkungan hidup daerah atau staf teknis yang memperoleh pelatihan pengawasan PROPER.

    d. Khusus untuk penilaian aspek kerusakan lingkungan kegiatan pertambangan dapat dilakukan bekerjasama dengan inspektur tambang pada instansi pertambangan Provinsi.

    2. Kepala Intitusi Lingkungan Hidup Provinsi menyampaikan Surat Keputusan Tim

    Pelaksana PROPER Provinsi kepada Ketua Tim Teknis PROPER melalui Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.

    B. Penguatan Kapasitas Dalam rangka menjaga kualitas pelaksanaan PROPER, maka sumberdaya manusia pelaksana harus memenuhi persyaratan kompetensi yang standar. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan penguatan kapasitas dengan ketentuan:

  • 10

    1. Tim teknis PROPER melakukan penguatan kapasitas sumberdaya manusia kepada Tim Pelaksana PROPER Provinsi.

    2. Sekretariat PROPER mengkoordinasikan pelaksanaan penguatan kapasitas dan sertifikasi Petugas Inspeksi PROPER.

    3. Sertifikasi Petugas Inspeksi PROPER didasarkan atas uji kompetensi dan tingkat kehadiran peserta dalam kegiatan peningkatan kapasitas.

    4. Tim Pelaksana PROPER Provinsi yang telah memperoleh sertifikasi melakukan peningkatan kapasitas kepada Tim Pelaksana PROPER Kabupaten/Kota dengan menggunakan muatan materi yang ditetapkan oleh Tim Teknis PROPER.

    Output kegiatan: 1. Jumlah orang yang dilatih 2. Jumlah orang yang mendapat sertifikat 3. Laporan pelaksanaan kegiatan penguatan kapasitas C. Sosialisasi Dalam rangka menginformasikan keikutsertaan dan kriteria serta mekanisme PROPER kepada perusahaan maka Tim Pelaksana PROPER Provinsi mengadakan sosialisasi PROPER dengan ketentuan: 1. Tim Pelaksana PROPER Provinsi mengundang perusahaan peserta PROPER

    tahun 2012 di wilayahnya dan perusahaan lain yang diproyeksikan akan diikutsertakan dalam PROPER tahun berikutnya.

    2. Pelaksanaan Sosialisasi menggunakan narasumber dari Unit Teknis Kementerian Lingkungan Hidup yang menangani PROPER.

    3. Tidak diperkenankan memungut anggaran dari perusahaan atau peserta untuk pelaksanaan sosialisasi.

    4. Sekretariat PROPER Provinsi mendokumentasikan jumlah dan kehadiran perusahaan yang memperoleh sosialisasi, peserta sosialisasi dan menyelesaikan laporan pelaksanaan kegiatan sosialisasi.

    Tim Pelaksana PROPER Provinsi dapat melaksanakan sosialisasi kepada pemangku kepentingan lain dalam rangka mendukung pelaksanaan PROPER melalui berbagai metode seperti pencetakan dan penyebaran leaflet dan booklet, seminar dan workshop, dan kegiatan dengan media massa. Output: 1. Jumlah perusahaan yang memperoleh sosiaslisasi 2. Jumlah peserta sosialisasi 3. Laporan Pelaksanaan kegiatan sosialisasi

  • 11

    BAB IV

    INSPEKSI LAPANGAN DAN SUPERVISI A. Pengumpulan Data Awal

    Pengumpulan data awal bertujuan mengumpulkan informasi awal, yang digunakan untuk menyusun strategi inspeksi lapangan. Persiapan yang baik dengan informasi awal yang lengkap merupakan faktor penentu utama pelaksanaan inspeksi yang efektif dan efisien. Pengumpulan data awal dilaksanakan dengan ketentuan : 1. Tim Pelaksana PROPER Provinsi mengumpulkan data awal berupa :

    a. Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER bagi perusahaan yang telah diperingkat periode penilaian sebelumnya.

    b. Laporan Pelaksanaan RKL/RPL atau UKL/UPL. c. Laporan Pelaksanaan Izin. d. Profil Perusahaan yang memuat informasi dasar seperti nama dan alamat

    perusahaan, kapasitas produksi atau jasa, proses produksi atau jasa, upaya pengendalian penemaran yang dilakukan dan upaya penanganan limbah B3.

    2. Tim Pelaksana PROPER Provinsi dapat mengumpulkan data dengan kuisioner dan menyampaikan hasil kusioner kepada Sekretariat PROPER.

    Output: Data kuisioner yang telah diisi oleh usaha dan/atau kegiatan.

    B. Pelaksanaan inspeksi

    Dalam rangka rangka pengambilan data sekunder dan primer Tim Pelaksana PROPER melakukan inspeksi lapangan dengan ketentuan:

    1. Setiap Tim Inspeksi terdiri dari: a. Pengawas PROPER Provinsi : 2 (dua) orang untuk pengawasan Aspek Air,

    Udara dan Pengelolaan limbah B3 serta pengendalian kerusakan lingkungan (kegiatan pertambangan);

    b. Pengawas PROPER Kabupaten/Kota : 1 (satu) orang Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota atau staf teknis yang sudah mendapat pelatihan PROPER;

  • 12

    2. Ketua tim inspeksi Provinsi harus Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah atau Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Provinsi,

    3. Tim Inspeksi lapangan harus dilengkapi dengan surat tugas dengan ketentuan: a. Nama petugas tim inspeksi lapangan harus sesuai dengan yang tercantum

    dalam SK Tim Inspeksi PROPER Provinsi. b. Nama petugas yang menandatangani Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER

    harus sesuai dengan nama yang tercantum dalam surat tugas.

    4. Pelaksanaan inspeksi yang dilakukan harus mengacu pada panduan inspeksi PROPER.

    5. Pelaksanaan inspeksi dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut: a. Tahap I : 5 Maret s/d 6 April 2012; b. Tahap II : 16 April s/d 1 Juni 2012; c. Tahap III : 11 Juni s/d 3 Agustus 2012.

    6. Pada setiap akhir tahap inspeksi, Tim Pelaksana PROPER Provinsi sudah harus menyelesaikan inspeksi dengan target sebagai berikut :

    Tabel 2. Tahapan Inspeksi

    TAHAP INSPEKSI

    TARGET INSPEKSI

    KETERANGAN

    I 25 % II 70 % III 100 %

    7. Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib melaporkan kemajuan pelaksanaan inspeksi kepada Sektretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup setiap bulan.

    8. Setiap pengambilan sampel air limbah wajib dilakukan oleh petugas laboratorium yang terakreditasi.

    9. Lokasi pengambilan sampel air limbah wajib dilakukan pada titik penaatan.

    10. Seluruh biaya pelaksanaan inspeksi ditanggung oleh biaya APBN Kementerian Lingkungan Hidup melalui dana dekonsentrasi.

    11. Pada akhir pengawasan harus disusun Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER, yang didalamnya paling tidak memuat informasi : a. Informasi umum usaha dan atau kegiatan yang dinilai; b. Kinerja penaatan dalam pengendalian pencemaran air; c. Kinerja penaatan dalam pengendalian pencemaran udara; d. Kinerja penaatan pengelolaan limbah B3; e. Pelaksanaan AMDAL, UKL/UPL; f. Perizinan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan; g. Kinerja penaatan dalam pengendalian kerusakan lingkungan (khusus untuk

    kegiatan pertambangan);

  • 13

    h. Foto-foto hasil pengawasan lapangan; i. Lampiran data Swa Pantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang

    dinilai; j. Lampiran hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3; k. Lampiran hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan

    Lahan (khusus untuk kegiatan pertambangan).

    12. Format Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER mengacu pada Lampiran 3.

    13. Jika perusahaan menolak untuk dilakukan pengawasan, Tim Inspeksi Lapangan wajib membuat Berita Acara Penolakan Pengawasan PROPER.

    14. Sekretariat PROPER Provinsi wajib mendokumentasikan secara sistematis Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan Pengawasan PROPER. Sekretariat PROPER Provinsi sangat dianjurkan untuk mendokumentasikan Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan Pengawasan PROPER dalam bentuk data elektronik (discan) selain tetap mendokumentasikan berkas dalam bentuk manual (hard copy).

    15. Satu copy Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER wajib disampaikan kepada Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup. Jika tersedia data elektronik maka Tim Pelaksana PROPER Provinsi dapat menyerahkan data elektronik.

    16. Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup mempunyai hak penuh untuk mengakses dokumentasi Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan Pengawasan PROPER.

    Output kegiatan: 1. Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER atau Berita Acara Penolakan Pengawasan

    PROPER; 2. Foto-foto hasil pengawasan lapangan; 3. Data Swa Pantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang dinilai; 4. Data hasil pengambilan sampel oleh instansi lingkungan hidup daerah; 5. Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3; 6. Hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan Lahan; C. Penyusunan Laporan Inspeksi Laporan inspeksi adalah laporan Tim Inspeksi lapangan kepada atasan masing-masing untuk melaporkan hasil pengawasannya sehingga atasan dapat segera mengambil tindakan jika ditemukan hasil pengawasan yang berpotensi atau telah melanggar peraturan lingkungan hidup dan berpotensi atau telah menyebabkan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan. Laporan inspeksi disusun dengan ketentuan:

  • 14

    1. Pada setiap akhir kunjungan inspeksi lapangan, petugas inspeksi wajib

    menyelesaikan laporan inspeksi berupa ringkasan ketaatan perusahaan dalam aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, dan pengendalian kerusakan lingkungan (khusus kegiatan pertambangan) serta hal-hal yang perlu mendapat perhatian kepada atasan masing-masing dengan dilampiri oleh: a. Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER. b. Foto-foto hasil pengawasan lapangan. c. Data Swapantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang dinilai. d. Data hasil pengambilan sampel oleh Tim Pelaksana PROPER Provinsi1. e. Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3. f. Hasil Pengisian Daftas Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan Lahan.

    2. Format ringkasan ketaatan perusahaan sesuai Lampiran .

    3. Laporan inspeksi wajib didokumentasikan oleh Sekretariat Tim Pelaksana PROPER Provinsi secara sistematis sehingga mudah ditelusuri. Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup memiliki hak penuh untuk mengakses laporan inspeksi ini.

    Output Kegiatan: Dokumentasi laporan inspeksi lapangan

    D. Supervisi Kegiatan Supervisi dilakukan untuk merekapitulasi hasil inspeksi dan menyusun Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara. Supervisi dilaksanakan secara bertahap pada setiap akhir tahapan inspeksi lapangan dengan jadual pelaksanaan sebagai berikut:

    Tabel 3. Tahapan Supervisi

    SUPERVISI TANGGAL Tahap I 9-13 April 2012 Tahap II 4-8 Juni 2012 Tahap III 6-10 Agustus 2012

    Pelaksanaan Supervisi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

    1 Karena proses analisis laboratorium biasanya memerlukan waktu 1 bulan, maka hasil analisis ini dapat disusulkan.

  • 15

    1. Tim Pelaksana PROPER Provinsi menyiapkan bahan bahan supervisi sebagai berikut : a. Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan

    Pengawasan PROPER beserta lampirannya. b. Laporan hasil inspeksi. c. Data-data kualitas air limbah, emisi dan pengelolaan limbah B3 harus sudah

    dalam format seperti yang terdapat pada Lampiran 4. d. Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara. Format dan

    ketentuan tentang Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara mengacu kepada Sub Bab Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER (Rapor) Sementara pada bagian selanjutnya petunjuk teknis ini.

    2. Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup melakukan supervisi

    terhadap proses penyusunan Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara.

    3. Tim Pelaksana PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup menyusun Rekapitulasi Status Penaatan Awal Perusahaan dan Berita Acara Supervisi.

    4. Tim Pelaksana PROPER Provinsi melaporkan hasil supervisi kepada Kepala

    Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, sedangkan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup melaporkan hasil supervisi kepada Ketua Tim Teknis PROPER melalui Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.

    5. Sekretariat PROPER Provinsi dan Kementerian Lingkungan Hidup wajib mendokumentasikan Laporan Hasil Supervisi.

    Output kegiatan: 1. Kumpulan Hasil Inspeksi. 2. Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara. 3. Rekapitulasi Status Penaatan Awal Perusahaan 4. Berita Acara Supervisi.

  • 16

    BAB V PEMERINGKATAN

    A. Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER (Rapor) Sementara

    Langkah pertama untuk pemeringkatan adalah penyusunan Rapor semetara. Pada tahapan ini sebenarnya adalah tahapan untuk memutakhirkan Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara yang telah disusun pada saat supervisi dengan memasukkan data-data pemantauan dan neraca limbah B3 yang terbaru. Adapun pelaksanaan penyusunan Rapor Sementara dilakukan dengan ketentuan : 1. Petugas inspeksi PROPER wajib menyelesaikan Rapor Sementara berdasarkan

    Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER, foto-foto hasil pengawasan lapangan, Data Swa Pantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang dinilai, Data hasil pengambilan sampel oleh instansi lingkungan hidup, Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3, Hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan Lahan dan progress perbaikan yang telah dilakukan usaha dan atau kegiatan yang dinilai.

    2. Rapor Sementara adalah penilaian sementara kinerja pengelolaan lingkungan aspek AMDAL/UKL-UPL, Pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran Udara, Pengelolaan limbah B3 sesuai dengan kriteria penilaian PROPER yang telah ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5.

    3. Format Rapor Sementara yang memuat kinerja perusahaan dalam pengendalian pencemaran air, udara dan limbah B3 serta pengendalian kerusakan lingkungan (khusus kegiatan pertambangan) mengacu pada : a. Format Rapor Sementara yang ditetapkan oleh Tim Teknis; b. Dihitung dengan menggunakan spreadsheet analisa kinerja yang telah

    ditetapkan. 4. Tim Pelaksana PROPER Provinsi kemudian menyusun status penaatan/peringkat

    awal usaha dan atau kegiatan yang dinilai, yang merupakan hasil rekapitulasi dari Rapor Sementara sesuai Lampiran 6.

    5. Tim Pelaksana PROPER Provinsi selanjutnya melaporkan secara tertulis hasil status penaatan / peringkat awal usaha dan atau kegiatan yang dinilai kepada Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi, untuk kemudian disampaikan kepada Sekretariat PROPER.

  • 17

    6. Tim Pelaksana PROPER Provinsi melakukan peer review dalam penyusunan Rapor Sementara.

    7. Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup melakukan supervisi kepada

    Tim Pelaksana PROPER Provinsi untuk memastikan kesesuaian Rapor Sementera dengan kriteria penilaian PROPER, validitas data dan menjamin kredibilitas pelaksanaan PROPER serta kesesuaian dengan jadual pelaksanaan PROPER yang ditelah ditetapkan.

    8. Tim Pelaksana PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup menyusun status penaatan/peringkat awal usaha dan atau kegiatan yang dinilai, yang merupakan hasil rekapitulasi dari rapot sementara dan Berita Acara Penyusunan Peringkat Sementara.

    Output kegiatan: 1. Rapor Sementara hasil evaluasi pengawasan kinerja penaatan PROPER; 2. Rekapitulasi status penaatan; 3. Berita Acara Penyusunan Peringkat Sementara; 4. Surat penyampaian status penaatan usaha dan atau kegiatan yang dinilai dan

    peringkat awal usaha dan atau kegiatan. B. Pemberitahuan hasil peringkat sementara

    Setelah Rapor Sementara diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menyampaikan Rapor tersebut kepada perusahaan untuk memperoleh tanggapan. Langkah langkah untuk memberitahukan hasil peringkat sementara adalah sebagai berikut : 1. Kepala institusi lingkungan hidup Provinsi menyampaikan secara tertulis hasil

    status sementara penaatan Perusahaan beserta Rapor Sementara kepada Ketua Tim Teknis melalui Sekretariat PROPER tanggal 31 Agustus 2012.

    2. Rapor Sementara disampaikan kepada Perusahaan pada tanggal 10 s/d 14 September 2012.

    3. Pemberitahuan peringkat sementara secara tertulis ke Perusahaan dilakukan melalui surat Kepala instansi lingkungan hidup dengan tembusan Ketua Tim Teknis PROPER.

    4. Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib memiliki sistem untuk memastikan Peringkat Kinerja Sementara dan Rapor Kinerja Sementara dapat diterima oleh Perusahaan yang dinilai.

    5. Pemberitahunan secara tertulis kepada perusahaan harus mencantumkan tanggal dan tempat untuk menyampaikan sanggahan atau klarifikasi terhadap Rapor sementara.

  • 18

    Output kegiatan: 1. Berita acara penerimaan Rapor Sementara 2. Tanda terima pengiriman dokumen C. Sanggahan/Klarifikasi

    Untuk menciptakan keadilan dalam pelaksanaan PROPER, Perusahaan yang dinilai diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahan terhadap hasil penilaian peringkat kinerja sementara. Langkah-langkah untuk menampung dan menanggapi sanggahan perusahaan adalah sebagai berikut :

    1. Tim Pelaksana PROPER Provinsi menerima sanggahan tertulis dari Perusahaan

    pada tanggal 2 s/d 5 Oktober 2012.

    2. Sanggahan ini harus dalam bentuk tertulis yang diantar langsung ataupun dikirim melalui fax dan pos untuk selanjutnya mendapat bukti tanda terima dokumen sanggah. Apabila tidak ada sanggahan dalam jangka waktu 2 s/d 5 Oktober 2012, maka Perusahaan dianggap menerima hasil Peringkat Kinerja Sementara dan Rapor Kinerja Sementara.

    3. Tim Pelaksana PROPER Provinsi melakukan evaluasi terhadap dokumen

    sanggahan pada tanggal 8 s/d 10 Oktober 2012. Hasil evaluasi dokumen sanggahan didiskusikan dengan Tim Teknis PROPER untuk menyepakati usulan peringkat akhir pada tanggal 11 s/d 12 Oktober 2012.

    4. Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi wajib menjawab sanggahan secara

    tertulis kepada Perusahaan yang melakukan sanggahan tentang: c. Perbaikan peringkat Perusahaan atau, d. Sanggahan akan didiskusikan lebih lanjut dengan Tim Teknis PROPER.

    5. Perbaikan peringkat perusahaan hanya dapat dilakukan jika :

    a. terdapat kesalahan data yang dimasukkan kedalam Rapor sementara oleh Tim Pelaksana PROPER Provinsi,

    b. melengkapi data yang masih belum dimasukkan oleh Tim Pelaksana PROPER Provinsi.

    6. Jika terdapat sanggahan yang tidak berkaitan dengan ketentuan angka 5, maka

    wajib didiskusikan dengan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup untuk menentukan perlu atau tidaknya perubahan peringkat perusahaan.

  • 19

    7. Jawaban sanggahan paling lambat 16 Oktober 2012 dengan tembusan kepada Ketua Tim Teknis PROPER.

    Output kegiatan: 1. Tanda terima dokumen sanggahan; 2. Jawaban atas sanggahan. D. Review hasil sanggahan oleh Dewan PROPER

    Berdasarkan hasil verifikasi sanggahan yang dilakukan oleh Tim Pelaksana PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER. Adapun langkah-langkah review hasil sanggahan adalah sebagai berikut :

    i. Dewan pertimbangan akan melakukan review terhadap usulan peringkat akhir

    Perusahaan.

    ii. Dalam melakukan review terhadap usulan peringkat akhir Perusahaan, Dewan Pertimbangan dapat melakukan verifikasi langsung ke Perusahaan yang bersangkutan.

    iii. Ketua Tim Teknis menetapkan daftar usulan peringkat akhir PROPER dan daftar kandidat Hijau dan Emas PROPER dari hasil review Dewan Pertimbangan PROPER.

  • 20

    BAB VI PENINGKATAN KAPASITAS KABUPATEN/KOTA

    Tim Pelaksana PROPER Provinsi melakukan peningkatan kapasitas kepada aparat pengawas lingkungan hidup Kabupaten/Kota dengan menggunakan muatan materi yang ditetapkan oleh Ketua Tim Teknis PROPER. Lingkup penguatan kapasitas mencakup : a. Kriteria dan mekanisme pelaksanaan PROPER; b. Tata cara pengawasan penaatan lingkungan hidup (pengendalian pencemaran air,

    pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, serta pengendalian kerusakan lingkungan, khusus kegiatan pertambangan);

    c. Cara penyusunan Berita Acara Hasil Pengawasan; d. Cara pengolahan data hasil pengawasan; e. Cara penyusunan Rapor Sementara dan, f. Cara penyusunan Rapor final. Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi memberikan sertifikat kepada para peserta penguatan kapasitas yang lulus. Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi menyampaikan laporan hasil pelaksanaan penguatan kapasitas kepada Ketua Tim Teknis PROPER. Output kegiatan: 1. Jumlah orang yang dilatih; 2. Jumlah orang yang mendapat sertifikat; 3. Laporan pelaksanaan kegiatan penguatan kapasitas.

  • 21

    BAB VII JADUAL KEGIATAN PROPER 2012

    Pelaksanaan kegiatan PROPER periode 2011 2012 dilaksanakan dengan jadual sebagai berikut :

    No Tahapan Waktu 1 Persiapan 1 Januari s/d 26 Februari 2012 2 Peningkatan Kapasitas 2Februari s/d 26 Februari 3 Inspeksi Tahap I 5 Maret s/d 6 April 4 Supervisi Tahap I 9 April s/d 13April 5 Inspeksi Tahap II 16 April s/d 1 Juni 6 Supervisi Tahap II 4 Juni s/d 8 Juni 7 Inspeksi Tahap III 11 Juni s/d 3 Agustus 8 Supervisi Tahap III 6 Agustus s/d 10 Agustus 9 Raport Sementara 13 Agustus s/d 31 Agustus 10 Pemeringkatan Sementara Agustus 2012 11 Pengiriman Raport 10 September s/d 14 September

    2012 12 Masa Sanggah 2 Okrober s/d 5 Oktober 2012 13 Evaluasi Dokumen Sanggahan 8 Oktober s/d 10 Oktober 2012 14 Jawaban Sanggahan 16 Oktober 15

    Evaluasi Dokumen Hijau & Emas Oktober 2012

    16 Menyepakati Usulan Peringkat Akhir Oktober 2012 17 Draft SK MENLH Siap Oktober 2012 18 Design Buku Proper Oktober 2012 19 Konsultasi Publik Oktober 2012 20 Persiapan MAL WAPRES Oktober November 2012 21 Kunjungan Lapangan Oktober November 12 22 Review ESELON I November 2012 23 Rapat ESELON I November 2012 24 DEWAN PROPER November 2012 25 Peringkat Hijau Final November 2012 26 Pengumuman PROPER 30 November 2012 27 Pengiriman Raport Desember 2012

  • 22

    BAB VIII EVALUASI DAN PELAPORAN

    Laporan manajerial dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintah di Bidang Lingkungan Hidup yang Dapat Didekonsentrasikan. Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib mendokumentasikan secara sistematis semua output tahapan kegiatan dan Tim PROPER Kementerian Lingkungan Hidup berhak secara penuh untuk mengakses dokumentasi pelaksanaan PROPER.

  • 23

    Sekretariat PROPER KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER, dapat menghubungi: Sekretariat PROPER Telp./Fax. : (021) 8520-886 Email: [email protected] Alamat: Jl. DI. Panjaitan Kav. 24, Gd. B Lt. 4 Kebon Nanas Jakarta 13410.

  • 1

    LAMPIRAN 1 KRITERIA PENILAIAN KETAATAN PROPER 2011-2012

    KRITERIA PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN (PROPER) BIRU, MERAH, DAN HITAM A. PELAKSANAAN AMDAL ATAU UKL/UPL

    No. ASPEK PERINGKAT BIRU MERAH HITAM 1. Pelaksanaan

    Amdal/UKL-UPL 1. Memiliki Amdal/UKL-

    UPL 2. Melaksanakan

    ketentuan dalam: a. SK Kelayakan

    Lingkugan b. ANDAL, RKL-RPL c. UKL UPL

    3. Melaporkan pelaksanaan RKL-RPL/ UKL -UPL

    1. Tidak Melaksanakan ketentuan dalam: a. SK Kelayakan

    Lingkungan b. ANDAL, RKL-RPL c. UKL-UPL

    2. Tidak Melaporkan pelaksanaan RKL-RPL/ UKL-UPL

    Tidak Memiliki Amdal/ UKL-UPL

    B. KRITERIA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

    No. ASPEK PERINGKAT BIRU MERAH HITAM 1. Ketaatan Terhadap Titik

    Penaatan Memantau seluruh titik penaatan dan/atau air buangan yang harus dikelola sesuai dengan peraturan.

    Terdapat titik penaatan dan/atau air buangan yang tidak pernah dipantau selama periode penilaian

    2. Ketaatan Terhadap Parameter yang dipantau

    1. Memantau seluruh parameter yang dipersyaratkan sesuai dengan: a. IPLC (Izin

    Pembuangan Limbah Cair)

    b. Baku Mutu Nasional atau Provinsi

    c. Izin Pemanfaatan Air Limbah untuk aplikasi pada tanah

    2. Ketaatan diukur berdasarkan peraturan/persyaratan yang lebih ketat.

    3. Khusus Industri Sawit yang menerapkan Land Aplication parameter yang tidak ada baku mutunya tingkat ketaatan >=80%

    4.

    Tidak memantau seluruh parameter yang sesuai persyaratan baku mutu yang dipersyaratkan sesuai dengan: a. IPLC b. Baku Mutu

    Nasional atau Provinsi

    c. Khusus untuk Industri Sawit parameter yang tidak ada baku mutunya

  • 2

    No. ASPEK PERINGKAT BIRU MERAH HITAM Tambang yang sejenis.

    3. Ketaatan terhadap

    jumlah data yang dilaporkan

    Melaporkan data secara lengkap sesuai dengan yang dipersyaratkan >90% sebagai berikut:

    1. Pemantauan kualitas air limbah

    2. Produksi bulanan (riil) atau bahan baku

    3. Catatan debit harian air limbah yang dibuang

    Melaporkan data sesuai dengan yang dipersyaratkan < 90% sebagai berikut:

    1. Pemantauan kualitas air limbah

    2. Produksi bulanan (riil) atau bahan baku;

    3. Catatan debit harian air limbah yang dibuang

    Melaporkan data palsu.

    Catatan: 1. Data pemantauan harian parameter COD dan pH untuk Industri petrokimia

    2. Data pemantauan harian parameter pH dan TSS atau debit untuk Industri pertambangan 3. Data pemantauan harian parameter pH untuk Industri Agro sesuai yang dipersyaratkan 4. Bagi Industri yang pengelolaan air limbahnya diserahkan ke kawasan industri pengolah air limbah tingkat

    ketaatan 100%. 5. Bagi Industri Migas yang telah melakukan 100% injeksi maka tingkat ketaatan 100% 6. Bagi industri yang menggunakan kembali (reuse/recycle) 100% air limbahnya maka tingkat ketaatan

    100% 4. Ketaatan Terhadap

    Baku Mutu Data hasil pemantauan memenuhi 90 % baku mutu dalam satu periode penilaian tiap titik penaatan tiap parameter dan data 6 bulan terakhir dalam periode penilaian memenuhi baku mutu.

    Data hasil pemantauan memenuhi

  • 3

    No. ASPEK PERINGKAT BIRU MERAH HITAM ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi administrasi.

    limbah yang kedap air ;

    4. Memasang alat pengukur debit (flowmeter);

    5. Tidak melakukan pengenceran.

    B. Memenuhi seluruh ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi administrasi;

    C. KRITERIA PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

    No. ASPEK PERINGKAT BIRU MERAH HITAM 1. Ketaatan Terhadap

    Sumber Emisi A. Sumber emisi yang sudah mempunyai baku mutu emisi spesifik: Memantau semua sumber emisi, kecuali: 1. Internal Combustion

    Engine (Genset, Transfer Pump Engine) : a. kapasitas < 100

    HP (76,5 KVA) dan beroperasi < 1000 jam/tahun;

    b. yang digunakan untuk kepentingan darurat, kegiatan perbaikan, kegiatan pemeliharaan < 200 jam/tahun;

    c. yang digunakan untuk penggerak derek dan peralatan las

    2. Exhaust Laboratorium Fire Assay

    3. Khusus Rumah Sakit dan Hotel tidak diwajibkan memantau sumber emisi yg beroperasi < 1000 jam/tahun

    B. Sumber emisi yang belum mempunyai baku mutu emisi spesifik (non proses pembakaran). sumber emisi yang dipantau diwakili satu cerobong dari tiap unit produksi dan dilakukan secara bergantian sehingga semua sumber emisi dapat dipantau

    Sumber emisi yang sudah mempunyai baku mutu emisi spesifik: Tidak semua sumber emisi dipantau

    Tidak pernah melakukan pemantauan sumber emisi pada periode penilaian

    Catatan: Point B berlaku Khusus untuk Industri Manufaktur, Prasarana, Jasa dan Agroindustri

  • 4

    No. ASPEK PERINGKAT BIRU MERAH HITAM 2. Ketaatan Terhadap

    Parameter 1. Memantau seluruh

    parameter yang dipersyaratkan : a. Untuk sektor

    yang mempunyai Baku Mutu Spesifik mengacu kepada Baku Mutu Emisi Spesifik.

    b. Untuk sektor yang belum mempunyai Baku Mutu Spesifik mengacu kepada baku mutu Amdal/ UKL-UPL, jika dokumen Amdal/ UKL-UPL tidak mencantumkan baku mutu maka menggunakan baku mutu Lampiran V B Kepmen 13/1995, kecuali Genset mengacu kepada PerMenLH 21 Tahun 2008 Lampiran IVA

    2. Bagi emisi yang bersumber dari proses pembakaran dengan kapasitas < 25 MW atau satuan lain yang setara yang menggunakan bahan bakar gas, tidak wajib mengukur parameter sulfur dioksida jika kandungan sulfur dalam bahan bakar kurang dari atau sama dengan 0,5% berat dan tidak mengukur parameter total partikulat.

    Terdapat parameter yang tidak diukur sesuai persyaratan baku mutu Lampiran VB Kepmen 13/1995 atau Baku Mutu Spesifik

    Tidak pernah memantau parameter yang dipersyaratkan sesuai dengan baku mutu

    3. Ketaatan terhadap jumlah data yang dilaporkan

    1. Melaporkan data secara periodik: a. Pemantauan

    CEMS, setiap 3 bulan tersedia data minimal 75% dari seluruh data pemantauan rata-rata harian. (data dianggap valid apabila dalam sehari minimal tersedia 18 jam pengukuran)

    Pelaporan data tidak lengkap sesuai dengan peraturan baik data pemantauan manual maupun CEM

    1. Tidak ada data pemantauan manual atau CEMS.

    2. Melaporkan data pemantauan palsu

  • 5

    No. ASPEK PERINGKAT BIRU MERAH HITAM b. Pemantauan

    Manual, setiap 6 bulan minimal 1 data, kecuali proses pembakaran dengan: 1. Kapasitas

    desain < 570 KW pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun.

    2. kapasitas desain 570 KW < n < 3 MW pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

    3. kapasitas desain > 3 MW pemantauan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.

    c. Pelaporan unit Ketel uap yang beroperasi < 6 bulan pengujian minimal 1 kali dalam 1 tahun.

    4. Ketaatan Terhadap

    Baku Mutu 1. Memenuhi BMEU

    100% untuk pemantauan manual;

    2. Bagi pemantauan yang wajib CEMS, Data hasil pemantauan dapat dilampaui sampai batas 5% dari data rata-rata harian yang dilaporkan dalam kurun waktu 3 bulan waktu operasi;

    1. Pemantauan manual : Tidak memenuhi baku mutu

    2. Pemantauan CEMS :

    a. data hasil pemantauan melebihi 5% dari data rata-rata harian selama 3 bulan waktu operasi

    b. jumlah data rata-rata harian kurang dari 75% (data dianggap valid apabila dalam sehari minimal tersedia 18 jam pengukuran)

    1. Dalam satu periode penilaian semua data pemantauan manual Melebihi Baku Mutu > 500%

    2. Dalam satu periode penilaian 25% data CEMS > 500% Baku Mutu

  • 6

    No. ASPEK PERINGKAT BIRU MERAH HITAM 5. Ketaatan Terhadap

    Ketentuan Teknis 1. Memasang dan

    mengoperasikan CEM bagi industri : a. Unit Regenerator

    Katalis (unit Perengkahan katalitik alir)

    b. Unit Pentawaran Sulfur

    c. Proses pembakaran dengan kapasitas > 25 MW dan apabila kandungan sulfur > dari 2% untuk seluruh kapasitas

    d. Peleburan Baja e. Pulp & Kertas f. Pupuk g. Semen

    2. Peralatan CEM beroperasi normal;

    3. Menaati semua persyaratan teknis cerobong

    4. Semua sumber emisi non fugitive emisi harus dibuang melalui Cerobong

    5. Menggunakan jasa laboratorium eksternal yang ditunjuk oleh Gubernur;

    6. Memenuhi sanksi administrasi sampai batas waktu yang ditentukan

    1. Tidak menaati semua persyaratan teknis cerobong

    2. Tidak memasang CEMS

    1. Membuang emisi gas buang tidak melalui cerobong;

    2. Tidak memenuhi seluruh ketentuan yang dipersyaratkan dalam sanksi administrasi;

    D. KRITERIA PENGELOLAAN LIMBAH B3

    No. ASPEK PERINGKAT

    BIRU MERAH HITAM 1. Pendataan Jenis dan

    Volume Limbah yang dihasilkan : - Identifikasi jenis

    Limbah B3 - Pencatatan Jenis

    Limbah B3 yang dihasilkan

    - Melakukan Pengelolaan Lanjutan (pengelolaan setelah penyimpanan)

    Semua terpenuhi

    1. Tidak seluruh limbah teridentifikasi

    2. Tidak rutin melakukan Pencatatan jenis LB3 yang dihasilkan

    3. Tidak seluruh LB3 dilakukan Pengelolaan lanjutan

    1. Tidak melakukan identifikasi LB3

    2. Tidak melakukan pencatatan jenis LB3 yang dihasilkan

    3. Tidak melakukan pengelolaan lanjutan terhadap seluruh limbah B3 yang dihasilkan

    4. Tidak memiliki manifest yang sesuai dengan limbah B3 yang dikelola

    2. Perizinan : - Izin pengelolaan Limbah B3

    - Masa berlaku izin (kadaluarsa)

    1. Memiliki izin PLB3 yang dipersyaratkan dan izin tersebut masih berlaku

    2. Telah mengajukan izin PLB3 dan secara teknis telah memenuhi ketentuan (berdasarkan hasil

    1. Izin telah habis masa berlaku dan tidak mengajukan perpanjangan izin

    2. Telah mengajukan izin, namun belum menyelesaikan persyaratan teknis dan ditemukan

    Tidak memiliki salah satu izin pengelolaan limbah B3.

  • 7

    No. ASPEK PERINGKAT

    BIRU MERAH HITAM verifikasi tim Proper) penyimpangan

    dalam pelaksanaan kegiatannya.

    3. Pelaksanaan Ketentuan Izin: Pemenuhan terhadap ketentuan teknis dalam izin selain Baku Mutu(kecuali Baku Mutu Lingkungan seperti Emisi, Effluent dan standard mutu)

    Memenuhi > 90% dari ketentuan izin. (10% hanya diperuntukkan bagi kesalahan-kesalahan minor misalnya simbol/label, lampu penerangan, APAR (alat pemadam kebakaran) dalam penyimpanan Limbah B3.)

    Memenuhi 90% > x > 50% dari ketentuan izin PLB3

    Memenuhi < 50% dari ketentuan izin PLB3

    a. Emisi (Insinerator dan atau bahan bakar pembantu) 1. Pemenuhan

    terhadap BME 2. Jumlah

    parameter yang diukur dan dianalisa

    1. Seluruh parameter memenuhi BME, dan

    2. Mengukur seluruh parameter, dan

    3. Frekuensi pengukuran sesuai dengan ketentuan izin/peraturan yang berlaku

    1. Tidak semua parameter memenuhi BME, atau

    2. Tidak mengukur seluruh parameter yang dipersyaratkan, atau

    3. Frekuensi pengukuran tidak sesuai dengan izin

    1. Tidak pernah melakukan pengukuran emisi

    2. Dalam satu periode penilaian semua data pemantauan tidak memenuhi baku mutu

    3. Melebihi baku mutu untuk parameter yang sama selama 3 kali berturut-turut

    b. Effluent (Pengolahan air limbah B3, Pengolahan air lindi, sumur pantau) 1. Pemenuhan

    terhadal BMAL 2. Jumlah

    parameter yang diukur dan dianalisa

    1. Seluruh parameter memenuhi BMAL, dan

    2. Mengukur seluruh parameter, dan

    3. Frekuensi pengukuran sesuai dengan ketentuan izin/peraturan yang berlaku

    1. Tidak semua parameter memenuhi BMAL, atau

    2. Tidak mengukur seluruh parameter yang dipersyaratkan, atau

    3. Frekuensi pengukuran tidak sesuai dengan izin

    1. Tidak pernah melakukan pengukuran kualitas air limbah

    2. Dalam satu periode penilaian semua data pemantauan tidak memenuhi baku mutu

    3. Melebihi baku mutu untuk parameter yang sama selama 3 kali berturut-turut

    c. Standar Mutu produk atau material limbah B3 yang akan dimanfaatkan Frekuensi pengukuran 1. Parameter yang

    diukur (contoh kuat tekan, kualitas pelumas bekas yang akan dibakar, dll)

    1. Seluruh persyaratan standar mutu memenuhi ketentuan izin, dan

    2. Frekuensi pengukuran sesuai dengan ketentuan izin/peraturan yang berlaku

    Tidak memenuhi salah satu persyaratan standar mutu

    Tidak melakukan pengukuran standar mutu sesuai dengan ketentuan izin/peraturan yang berlaku.

    4. Open dumping dan Pengelolaan tumpahan dan tanah terkontaminasi limbah B3 1. Rencana

    Pengelolaan 2. Pengelolaan

    ceceran 3. Jumlah ceceran

    1. Memiliki rencana pengelolaan penanganan tanah terkontaminasi dan tumpahan (spill).

    2. Pengelolaan tanah terkontaminasi akibat operasi dilakukan sesuai dengan rencana pengelolaan.

    3. Clean up tumpahan (spill) diselesaikan dalam waktu satu bulan.

    1. Memiliki rencana pengelolaan penanganan tanah terkontaminasi dan tumpahan (spill).

    2. Pengelolaan tanah terkontaminasi hasil clean tidak sesuai dengan rencana pengelolaan.

    3. Clean up tumpahan (spill)

    Tidak melakukan clean up

  • 8

    No. ASPEK PERINGKAT

    BIRU MERAH HITAM 4. Jumlah/volume

    tumpahan (spill) tercatat dengan baik.

    diselesaikan lebih dari satu bulan.

    4. Jumlah/volume tanah terkontaminasi tidak tercatat dengan baik.

    5. Jumlah Limbah B3

    yang dikelola sesuai dengan peraturan (%)

    1. Jumlah/volume limbah B3 yang dikelola 100 % dengan pengelolaan lanjutan sesuai dengan ketentuan

    2. Seluruh jenis limbah B3 dilakukan pengelolaan

    1. Jumlah/volume limbah B3 yang dikelola 100% > x > 50%, atau

    2. Tidak seluruh jenis limbah B3 dilakukan pengelolaan

    1. Jumlah/volume limbah B3 yang dikelola < 50%, atau

    2. seluruh limbah B3 tidak dilakukan pengelolaan

    6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 dan pengangkutan limbah B3

    1. Pihak ke-3 (pengumpul) yang ditunjuk : a. mempunyai izin

    yang masih berlaku

    b. Jenis limbah yang dikumpul sesuai dengan izin yang berlaku

    c. memiliki kontrak kerjasama yang sah antara pengumpul dengan pihak pemanfaat atau pengolah

    d. tidak dalam masalah pencemaran lingkungan

    2. Pihak ke-3 Jasa Pengangkutan limbah B3 memiliki izin dari Kementerian Perhubungan dan sesuai dengan jenis limbah B3 yang diizinkan. (Izin yang dimaksud juga terkait dengan pemindahan/pengangkutan limbah B3 internal perusahaan yang melintasi wilayah/sarana publik)

    3. Dokumen limbah B3 (manifest) yang dimiliki oleh penghasil sesuai dengan ketentuan Kepdal 02/1995

    1. Pihak ke-3 (pengumpul) yang ditunjuk : a. Izin habis

    masa berlaku b. Tidak memiliki

    kontrak kerjasama yang sah dengan pihak pemanfaat atau pengolah

    c. sedang dalam masalah pencemaran lingkungan

    2. Tidak memiliki izin untuk Pengangkutan internal limbah B3 untuk pemindahan limbah B3 yang melintasi sarana publik

    3. Dokumen limbah B3 (manifest) yang dimiliki oleh penghasil tidak sesuai dengan ketentuan Kepdal 02/1995

    1. Pihak ke-3 Pengumpul Limbah B3 tidak memiliki izin.

    2. Jasa Pengangkutan limbah B3 tidak memiliki izin dari Kementerian Perhubungan

    7. Dumping, open burning dan pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu: 1. Izin dumping 2. Jumlah/volume

    LB3 yang di dumping

    1. Memiliki izin dengan cara tertentu dari instansi yang berwenang

    2. Tidak melakukan kegiatan open burning

    3. Telah menghentikan kegiatan open burning dan mengolah limbah tersebut sesuai dengan rencana detil

    1. Telah mengajukan izin, namun belum menyelesaikan persyaratan teknis dan ditemukan penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatannya

    2. Telah menghentikan

    1. Melakukan Dumping tanpa izin

    2. Dengan sengaja melakukan kegiatan open burning

  • 9

    No. ASPEK PERINGKAT

    BIRU MERAH HITAM penyelesaian dalam kurun waktu tertentu serta melakukan sesuai dengan rencana tersebut

    kegiatan open burning dan mengolah limbah tersebut namun tidak sesuai dengan rencana detil penyelesaian dalam kurun waktu tertentu

  • 10

    E. KRITERIA PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN Kriteria Proper Aspek Pengendalian kerusakan lingkungan didasarkan pada hasil penilaian semua tahapan/lokasi tambang dengan menggunakan kriteria potensi kerusakan lahan pada kegiatan pertambangan. Nilai Total yang didapat untuk masing-masing tahapan memberikan kesimpulan dan status pengelolaan lingkungan untuk aspek pengendalian kerusakan lahan.

    No. ASPEK PERINGKAT

    BIRU MERAH HITAM 1. Pengendalian

    Kerusakan Lingkungan

    Semua tahapan/lokasi tambang atau 100% dengan Nilai Total dari Penilaian Aspek Potensi kerusakan lingkungan adalah lebih besar atau sama dengan 80.

    Tidak semua tahapan/ lokasi tambang dengan Nilai Total dari Penilaian Aspek Potensi kerusakan lingkungan untuk lebih besar atau sama dengan 80. Lebih dari 50% dari semua tahapan/lokasi tambang mendapatkan Nilai Total lebih kecil 55

    Kurang dari 50% dari semua tahapan/lokasi tambang mendapatkan Nilai Total lebih kecil 55

    Status aktivitas: Pembersihan Lahan/Pengupasan Tanah Pucuk/Penggalian Tanah Penutup/Penambangan/Penimbunan/Reklamasi

    Kriteria Parameter Standar

    Evaluasi Nilai Ket

    A S

    P E

    K M

    A N

    A J

    E M

    E N

    K1 1. Peta Rencana

    >= Skala 1 : 2.000

    10 a. Peta untuk lokasi yang dinilai (masing-masing lokasi atau peta keseluruhan)

    b. Ada peta minimal skala 1: 2000, Peta ini biasanya merupakan peta kerja 1: 5000 di lapangan. Jika diperlukan 1: 2000 bisa dalam bentuk digital.

    c. Peta menggambarkan: Interval kontur, Pola drainase, dapat digunakan untuk melihat kemajuan tambang)

    d. Tanggal pengesahan peta sebelum penilaian dilakukan

    < Skala 1 : 2.000 5 a. Peta untuk lokasi yang dinilai (masing-masing lokasi atau peta keseluruhan)

    b. Ada peta dengan skala diatas 1: 2000. c. Peta menggambarkan: Interval kontur, Pola

    drainase, dapat digunakan untuk melihat kemajuan tambang)

    d. Tanggal pengesahan peta sebelum penilaian dilakukan

    tidak tersedia peta

    0 Tidak ada peta perencanaan

    2. Persetujuan

    Ada 6 a. Ada persetujuan oleh instansi teknis atau paling tidak Kepala Teknik Tambang (KTT)

    b. Untuk peta kerja /sequent (1 : 2000), dapat disetujui oleh manager/kepala lapangan yang bertanggungjawab dibidang perencanaan, engineering dan/atau produksi

    Tidak Ada 0 a. Tidak ada persetujuan oleh instansi teknis atau paling tidak Kepala Teknik Tambang (KTT)

    b. Untuk peta kerja /sequent (1 : 2000), tidak ada persetujuan oleh manager/kepala lapangan yang bertanggungjawab dibidang perencanaan, engineering dan/atau produksi

    3. Kemajuan luasan

    sesuai rencana 2 a. realisasi sama atau lebih kecil dari luasan rencana, dilihat dari realisasi Triwulanan.

    b. Pada kondisi tertentu terjadi perubahan, maka diperlukan persetujuan instansi teknis

    c. Membandingkan laporan realisasi kemajuan tahapan pertambangan (laporan lapangan, laporan triwulanan) dan prakiraan lapangan dengan

  • 11

    Kriteria Parameter Standar Evaluasi

    Nilai Ket

    rencana dalam dokumen RKTTL >luas rencana 0

    4. Jadwal

    sesuai rencana 2 a. Realisasi sesuai jadwal rencana b. Ada kondisi tertentu terjadi perubahan, maka

    diperlukan persetujuan instansi teknis c. Jadwal pelaksanaan realisasi tahapan

    pertambangan dibandingkan dengan jadwal rencana pertambangan dalam dokumen RKTTL

    tidak sesuai a. Realisasi tidak sesuai jadwal rencana b. Tidak ada persetujuan perubahan rencana dari

    instansi teknis

    Aktifitas

    ada aktifitas/kontinu

    10 a. Ada aktifitas dilapangan b. Aktifitas termasuk pemompaan di Pit atau

    perawatan kolam tidak ada

    aktifitas 3 bulan s/d 1 tahun

    5 a. Terlihat tidak ada aktifitas dilapangan b. Lamanya ditinggal 3 bulan s/d 1 tahun, dilihat dari

    data rencana kerja dan realisasi Triwulanan c. Lahan ditinggal > 1 Tahun, tetapi ada persetujuan

    dari instansi terkait tidak ada

    aktifitas > 1 tahun

    0 a. Tidak ada aktifitas lebih dari 1 tahun b. tidak ada persetujuan instansi terkait terhadap

    lahan tersebut ditinggalkan sementaras

    K3 Potensi Longsor

    Besar 0 a. Lebih besar dari sudut kemiringan lereng jenjang atau overall > 50 dari rekomendasi kajian geoteknik yang disetujui Pemerintah (tercantum dalam FS atau dalam kajian tersendiri)

    b. Kemiringan atau tinggi Lereng dibuat berdasarkan rekomendasi kajian geoteknik namun tidak dimintakan persetujuan Pemerintah

    c. Ada longsoran atau guguran batuan diarea tambang, meskipun kemiringan lereng sesuai rekomendasi kajian geoteknik

    d. Ada retakan pada lereng maupun pada puncak lereng dengan area lebih dari sepertiga bagian lereng; atau

    e. Ada gejala pergerakan tanah yang terlihat di lapangan dengan luas zona lebih dari seperempat bagian lereng

    Sedang 5 a. Lebih besar dari sudut kemiringan lereng jenjang/overall sampai dengan 50 dari rekomendasi kajian geoteknik yang disetujui Pemerintah (tercantum dalam FS atau dalam kajian tersendiri)

    b. Ada retakan pada lereng maupun pada puncak lereng dengan area kurang dari sepertiga bagian lereng

    c. Ada gejala pergerakan tanah yang terlihat dilapangan dengan luas zona kurang dari seperempat bagian lereng

    Kecil 10 a. Sudut kemiringan lereng jenjang atau overall sama atau lebih kecil dari rekomendasi kajian geoteknik yang disetujui Pemerintah (tercantum dalam FS atau dalam kajian tersendiri)

    b. Tidak ada retakan pada lereng maupun pada puncak lereng

    c. Tidak ada gejala pergerakan tanah yang terlihat di lapangan

    K4

    Upaya penanganan batuan yang berpotensi pencemar

    Ada 10 a. Dilakukan analisis geokimia (pengkarakteristikan batuan limbah) untuk memastikan ada tidaknya batuan yang berpotensi menimbulkan pencemaran (potensi asam atau PAF atau yang lainnya). Lampiran : dokumen studi pengkajian batuan potensi dan tidak potensi asam

    b. Ada perlakuan terhadap batuan potensi asam (SOP pemberlakuan batuan potensi asam dan tidak potensi asam)

    c. Ada sistem pengumpul leachate/seepage/rembesan

  • 12

    Kriteria Parameter Standar Evaluasi

    Nilai Ket

    dari timbunan (AAT) dan melakukan pengolahan AAT di IPAL

    d. Ada perencanaan dan pengelolaan terhadap batuan yang berpotensi menimbulkan pencemaran (AAT atau lainnya); dan

    e. Adanya upaya pengelolaan terhadap AAT dan upaya pengolahan AAT.

    f. Pengukuran pH air pada genangan-genangan yang dijumpai dilapangan, nilai pH 6

    Tidak 0 a. Tidak ada pengkarakteristikan batuan limbah (Potensi dan tidak potensi membentuk asam). Tidak ada studi pengkajian batuan potensi dan tidak potensi asam

    b. Tidak ada perlakuan terhadap batuan potensi asam (SOP pemberlakuan batuan potensi asam dan tidak potensi asam)

    c. Tidak ada sistem pengumpul leachate/seepage/rembesan dari timbunan (AAT) dan melakukan pengolahan AAT di IPAL

    d. Tidak ada sistem drainase untuk mengalirkan genangan-genangan AAT

    e. Tidak dilakukan analisis geokimia untuk memastikan ada tidaknya batuan yang berpotensi menimbulkan pencemaran (potensi asam atau PAF atau yang lainnya)

    f. Pengukuran pH air pada genangan-genangan yang dijumpai di lapangan. Nilai pH 6

    g. Tidak ada perencanaan dan pengelolaan terhadap batuan yang berpotensi menimbulkan pencemaran (AAT atau yang lainnya); atau

    h. Tidak ada upaya pengelolaan terhadap AAT dan upaya pengolahan AAT

    K5 1. Upaya pengendalian erosi

    Ada 10 a. Ada sarana pengendali erosi berupa drainase, terasiring, guludan, rip rap, drop structure, mulsa, jut net, cover croping, gabion, kolam sedimen (settling pond, sedimen trap), atau yang lainnya;

    b. Ada sarana pengendali erosi berupa drainase, terasiring, guludan, rip rap, drop structure, mulsa, jut net, cover croping, gabion, kolam sedimen (settling pond, sedimen trap), atau yang lainnya;

    c. Kolam sedimen berfungsi sebagaimana mestinya (kekeruhan air semakin berkurang pada tiap kompartemen)

    Tidak 0 a. Tidak ada sarana pengendali erosi berupa drainase, terasiring, guludan, rip rap, drop structure, mulsa, jut net, cover croping, gabion, kolam sedimen (settling pond, sedimen trap), atau yang lainnya;

    b. Tidak ada sarana pengendali erosi berupa drainase, terasiring, guludan, rip rap, drop structure, mulsa, jut net, cover croping, gabion, kolam sedimen (settling pond, sedimen trap), atau yang lainnya;

    c. Kolam sedimen tidak berfungsi sebagaimana mestinya (kekeruhan air semakin berkurang pada tiap kompartemen)

    2. Kondisi sarana pengendali erosi

    Memadai 8 a. sarana pengendali erosi dalam bentuk drainase memenuhi kriteria teknis untuk dapat menampung semua air limpasan dan terarah ke dalam IPAL/settling pond (Mintakan Peta sistem pengelolaan air limbah)

    b. Cover Cropping: menutupi lebih besar dari 50% c. Sedimen trap/sediemen pond efektif menangkap

    sedimen dilihat dari desain fisik lapangan (minta data perawatan sedimen trap/sedimen pond; jumlah sedimen yang dipindahkan)

    d. Ada perhitungan volume air larian permukaan berdasarkan daerah tangkapan hujan (catchment

  • 13

    Kriteria Parameter Standar Evaluasi

    Nilai Ket

    area) e. Ada peta pengelolaan air larian permukaan (peta

    water management); f. Drainase dibuat berdasarkan perencanaan dan

    perhitungan kapasitas air larian permukaan; g. Kolam sedimen dibuat berdasarkan perencanaan

    dan desain disetujui oleh KTT atau pejabat berwenang di perusahaan; dan

    h. Kapasitas kolam sedimen sesuai dengan volume air larian permukaan (ada dasar perhitungan) dan air dalam kolam terlihat tergenang/tidak mengalir (aliran hanya terlihat di saluran antar kompartemen)

    Tidak Memadai 0 3. Indikasi

    terjadi erosi

    Ada 0 a. Kekeruhan yang tinggi pada aliran drainase dari kegiatan pertambangan (lereng-lereng aktifitas tambang), dibuktikan dengan pengukuran Parameter TSS atau turbidity yang sangat tinggi. Ukuran Parameter TSS atau turbidity identik dengan banyaknya sedimen yang tererosi.

    b. Ditemukan banyak sedimen yang ada di sedimen trap/ kolam pengendap pertama. Dilihat dari data jumlah sedimen hasil pengerukan/perawatan kolam pengendap oleh perusahaan.

    c. Adanya galur (bekas aliran air dilereng. d. Terdapat sedimentasi dalam jumlah yang

    signifikan. e. Ada erosi pada lereng mempunyai dimensi lebar >

    20 cm dan dalam > 5 cm f. Sarana pengendali erosi tidak berfungsi

    sebagaimana mestinya, dibuktikan dengan bertambahnya kekeruhan air larian permukaan semakin ke arah hilir

    Tidak 7 a. aliran drainase dari kegiatan pertambangan (lereng-

    lereng aktifitas tambang) cukup jernih, dibuktikan dengan pengukuran Parameter TSS atau turbidity yang rendah.

    b. Tidak ditemukan jumlah sedimen yang banyak di sedimen trap/ kolam pengendap pertama. Dilihat dari data jumlah sedimen hasil pengerukan/perawatan kolam pengendap oleh perusahaan.

    c. Terdapat sedimentasi, namun jumlahnya tidak berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

    d. Tidak terdapat alur-alur erosi pada lereng timbunan

    e. Ada erosi pada lereng, namun mempunyai dimensi kecil (lebar < 20 cm dan dalam < 5 cm)

    f. Sarana pengendali erosi berfungsi sebagaimana mestinya, dibuktikan dengan berkurangnya kekeruhan air larian permukaan semakin ke arah hilir

    4. Sistem

    drainase Menuju ke sistem pengendali kualitas air

    10 a. Terdapat sistem drainase di seluruh areal pertambangan

    b. Drainase dapat memenuhi mengalirkan semua air limpasan ke kolam-kolam pengendap/settling pond.

    c. Tidak ditemukan aliran liar keluar ke lingkungan tanpa melalui kolam pengendap/settling pond

    d. Ada peta manajemen pengelolaan air tambang e. Pada seluruh area kegiatan diluar pit ada sarana

    drainase f. Drainase terhubung dan mengarah ke kolam

  • 14

    Kriteria Parameter Standar Evaluasi

    Nilai Ket

    sedimen (sedimen pond, sedimen trap, atau settling pond);

    g. Drainase dibuat sesuai dengan kapasitas air larian permukaan (dimensi semakin besar ke arah hilir, tidak ada indikasi luapan air)

    h. Tidak mencampur aliran air permukaan dari tambang dengan aliran alami

    Langsung

    menuju badan perairan

    0 a. Ditemukan tidak ada sistem drainase pada lokasi pertambangan

    b. Terdapat aliran air run-off keluar ke lingkungan/badan air tanpa melalui kolam pengendap/settling pond

    c. Ada area kegiatan di luar Pit tanpa sarana drainase d. Ada drainase yang tidak mengarah ke kolam

    sedimen (sedimen pond, sedimen trap, atau settling pond);

    e. Drainase dibuat tidak sesuai dengan kapasitas air larian permukaan (dimensi semakin besar ke arah hilir, tidak ada indikasi luapan air)

    f. Mencampur aliran air permukaan dari tambang dengan aliran alami

    K6 5. Ada potensi kebencanaan?

    Ya 0 a. Lokasi kegiatan pertambangan yang berbatasan dengan masyarakat tidak dilengkapi dengan fasilitas tanggap darurat

    b. Apabila jarak batas terluar dengan masyarakat lebih dekat dari jarak yang direkomendasikan di dalam kajian FS dan Dokumen AMDAL

    Tidak 15 a. Lokasi kegiatan pertambangan yang berbatasan

    dengan masyarakat dilengkapi dengan fasilitas tanggap darurat

    b. Apabila jarak batas terluar dengan masyarakat memenuhi ketentua jarak yang direkomendasikan di dalam kajian FS dan Dokumen AMDAL

    NILAI TOTAL 100

    KETERANGAN : Nilai Total yang didapat untuk masing-masing tahapan memberikan kesimpulan dan status pengelolaan

    lingkungan untuk aspek pengendalian kerusakan lahan pertambangan.

    Kriteria dibedakan menjadi : - Tidak Potensi Rusak ( X 8O ) - Potensi Rusak Ringan ( 55 X < 8O ) - Potensi Rusak Berat ( X < 55)

  • 15

    LAMPIRAN 2 DAFTAR INDUSTRI PESERTA PROPER DEKONSENTRASI PERIODE 2011-2012

    1. Daftar Industri Peserta PROPER Dekonsentrasi Provinsi Bali

    No NAMA PERUSAHAAN SEKTOR SUB SEKTOR PROVINSI KAB./KOTA

    1 Alila Ubud MPJ Hotel Bali

    2 Amandari MPJ Hotel Bali

    3 Ayana MPJ Hotel Bali

    4 AYODYA RESORT BALI MPJ Hotel Bali Badung

    5 BALI INTERCONTINENTAL MPJ Hotel Bali Badung

    6 DISCOVERY KARTIKA PLAZA HOTEL MPJ Hotel Bali Badung

    7 FOUR SEASON RESORT AT JIMBARAN BAY MPJ Hotel Bali Badung

    8 FOUR SEASONS SAYAN MPJ Hotel Bali Gianyar

    9 GRAND HYATT BALI MPJ Hotel Bali Badung

    10 INNA GRAND BALI BEACH HOTEL MPJ Hotel Bali Denpasar

    11 MELIA BALI VILLAS & SPA RESORT MPJ Hotel Bali Kab. Badung

    12 Mercure Kuta MPJ Hotel Bali

    13 Nikko Bali MPJ Hotel Bali

    14 Royal Beach Seminyak Bali MPJ Hotel Bali

    15 SANUR BEACH HOTEL MPJ Hotel Bali Kota Denpasar

    16 Sanur Paradise MPJ Hotel Bali

    17 SHERATON LAGUNA MPJ Hotel Bali Kab. Badung

    18 THE OBEROI BALI MPJ Hotel Bali Kab. Badung

    19 THE WESTIN RESORT NUSA DUA MPJ Hotel Bali Kab. Badung

    20 PT. Indonesia Power UBP Bali Unit Bisnis Pesanggaran PEM Energi PLTG & PLTD Bali Kota Denpasar

    21 PT. Indonesia Power UBP Bali Unit PLTG Gilimanuk PEM Energi PLTG Bali Gilimanuk

    22 PT. Indonesia Power UBP Bali Unit PLTGU Pemaron PEM Migas Distribusi Bali Karangasem

    23 PT. Pertamina (Persero) S & D Region III Terminal BBM Manggis PEM Migas Distribusi Bali Karangasem

    24 PT. Pertamina (Persero) S & D Region III Terminal BBM Sanggaran PEM Migas Distribusi Bali Kota Denpasar

    25 PT. Pertamina DPPU Ngurah Rai PEM Migas Distribusi Bali Kab. Badung

  • 16

    2. Daftar Industri Peserta PROPER Dekonsentrasi Provinsi Banten

    No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Kab./Kota

    1 PT. Fega Aqua Farmindo Agroindustri Udang windu beku Banten Tangerang

    2 PT. Kulit Murni Asia Tenggara Agroindustri Kullit Banten Tangerang

    3 PT. Makmur Sejahtera Lestari Agroindustri PENYAMAKAN KULIT Banten Tangerang

    4 PT. Agarindo Bogatama Agroindustri Agar-Agar Banten Tangerang

    5 PT. Charoen Pokhpand Indonesia Agroindustri Ayam Beku Banten Serang

    6 PT. Japfa Santori Indonesia Agroindustri Olahan Daging Banten Tangerang

    7 PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Kebun Kertajaya Agroindustri Sawit Banten Lebak

    8 PT. Satya Raya Indah Woodbased Industries Agroindustri Plywood Banten Kota Cilegon

    9 PT. Sinar Sosro Agroindustri Minuman Ringan Banten Pandeglang

    10 PT. Sumber Graha Agroindustri Kayu lapis Banten Tangerang

    11 PT. Torabika Eka Semesta Agroindustri Kopi Banten Tangerang

    12 PT. Indofood Fritolay Makmur Agroindustri Pengolahan Kentang Banten Tangerang

    13 PT.Nestle - Cikupa Agroindustri Permen Gula Banten Tangerang

    14 PT. Angsa Daya MPJ Tegel Keramik Banten Tangerang

    15 PT. KMK Global Sport MPJ Sepatu Banten Tanggerang

    16 PT. Amoco Mitsui PTA Indonesia MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    17 PT. Angels Products MPJ Gula Rafinasi Banten Serang

    18 PT. Argo Pantes, Tbk. MPJ Tekstil Banten Kota Tangerang

    19 PT. Arwana Keramik - Serang Plant MPJ Keramik Banten Serang

    20 PT. Asahimas Chemical MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    21 PT. Austrindo Jaya Abadi MPJ Galvanis Banten Banten

    22 PT. Bayer MaterialScience Indonesia MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    23 PT. BlueScope Steel Indonesia MPJ Pelapisan logam Banten Kota Cilegon

    24 PT. Cabot Indonesia MPJ Industri Kimia Banten Kota Cilegon

    25 PT. Chandra Asri MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    26 PT. Cilegon Fabricators MPJ Mesin Banten Cilegon

    27 PT. Clariant MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    28 PT. Colorindo Aneka Chemicals MPJ Pewarna Tekstil Banten Serang

    29 PT. Dongjin Indonesia MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    30 PT. Dover Chemical MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    31 PT. Dystar Colours Indonesia - Cilegon Plant MPJ Pewarna Tekstil Banten Kota Cilegon

    32 PT. Dystar Colours Indonesia - Gabus Plant MPJ Pewarna Tekstil Banten Kota Cilegon

    33 PT. Gajah Tunggal Divisi SBR MPJ Industri Kimia Banten Serang

    34 PT. Galvindo Inti Selaras MPJ Pelapisan logam Banten Tangerang

    35 PT. Indah Kiat Pulp & Paper - Tangerang Mills MPJ Kertas Banten Tangerang Selatan

    36 PT. Indonesia Synthetics Textile Mills (ISTEM) MPJ Tekstil Banten Kota Tangerang

  • 17

    No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Kab./Kota

    37 PT. Indonesia Toray Synthetics (ITS) MPJ Tekstil Banten Kota Tangerang

    38 PT. Iron Wire Works MPJ Peleburan Logam Banten Tangerang

    39 PT. Jawa Manis Rafinasi MPJ Gula Rafinasi Banten Kota Cilegon

    40 PT. Lautan Otsuka Chemical (LOC) MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    41 PT. LG Electronics Indonesia MPJ Elektronik Banten Tangerang

    42 PT. Mitsuba Indonesia MPJ Industri Logam Banten Tangerang

    43 PT. Mitsubishi Chemical Indonesia MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    44 PT. Nippon Shokubai Indonesia MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    45 PT. NX Indonesia MPJ Lain-lain (Magnet) Banten Kota Cilegon

    46 PT. Osram Indonesia MPJ Lampu Pijar Banten Tangerang

    47 PT. Pacinesia Chemical Industry MPJ Petrokimia Banten Tangerang

    48 PT. Pelat Timah Nusantara (LATINUSA) MPJ Pelapisan logam Banten Kota Cilegon

    49 PT. Pelita Cengkareng Paper MPJ Kertas Banten Tangerang

    50 PT. Permata Dunia Sukses Utama MPJ Gula Rafinasi Banten Kota Cilegon

    51 PT. Polypet Karyapersada MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    52 PT. Pratama Abadi Industri MPJ Sepatu Banten Tangerang

    53 PT. Putra Bangun Citra Mandiri MPJ Pelapisan logam Banten Tangerang

    54 PT. Rohm and Haas Indonesia MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    55 PT. Sentra Usahatama Jaya MPJ Gula Rafinasi Banten Kota Cilegon

    56 PT. Showa Esterindo Indonesia MPJ Petrokimia Banten Serang

    57 PT. SK Keris MPJ Tekstil Banten Tangerang

    58 PT. Standar Toyo Polymer (Statomer) MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    59 PT. Styrindo Mono Indonesia MPJ Industri Kimia Banten Serang

    60 PT. Styron Indonesia (ex. PT. Dow Chemical Indonesia) MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    61 PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. - Divisi Fitting Serpong MPJ Keramik Banten Tangerang

    62 PT. Tifico Fiber Indonesia, Tbk. MPJ Tekstil Banten Tangerang

    63 PT. TITAN Petrokimia Nusantara MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    64 PT. Tri Polyta Indonesia, Tbk. MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    65 PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk. (UIC) MPJ Petrokimia Banten Kota Cilegon

    66 PT. YKK AP Indonesia MPJ Lain-lain (Al profile) Banten Tangerang

    67 PT. Yuasa Battery Indonesia MPJ Battery Sel Basah Banten Kota Tangerang

    68 RSUD Adji Darmo Lebak MPJ Rumah Sakit Banten

    69 RSUD Berkah Pandeglang MPJ Rumah Sakit Banten

    70 RSUD Cilegon MPJ Rumah Sakit Banten Cilegon

    71 RSUD Kabupaten Serang MPJ Rumah Sakit Banten Serang

    72 RSUD Tangerang MPJ Rumah Sakit Banten Tangerang

    73 Rumah Qodr Islamic Village MPJ Rumah Sakit Banten

    74 Rumah Sakit Eka Hospital MPJ Rumah Sakit Banten

  • 18

    No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Kab./Kota

    75 Rumah Sakit Internasional Omni MPJ Rumah Sakit Banten

    76 Rumah Sakit Krakatau Medika MPJ Rumah Sakit Banten

    77 Rumah Sakit Mayapada Tangerang MPJ Rumah Sakit Banten Tangerang

    78 Rumah Sakit Sari Asih Tangerang MPJ Rumah Sakit Banten Tangerang

    79 Rumah Sakit Siloam Karawaci MPJ Rumah Sakit Banten Tangerang

    80 Krakatau Daya Listrik (KDL) PEM Energi PLTU Banten Kota Cilegon

    81 PT. Indonesia Power UBP Suralaya PEM Energi PLTU Banten Kota Cilegon

    82 PT. Pertamina - DPPU Pondok Cabe Tangerang PEM Migas Distribusi Banten Tangerang

    83 PT. Pertamina (Persero) Unit Aviasi Soekarno-Hatta Fuel Terminal & Hydrant Installation (SHAFTHI)

    PEM Migas Distribusi Banten Tangerang

    84 PT. Pertamina - STS Teluk Semangka PEM Migas Distribusi Banten

    85 PT. Pertamina S&D Reg II - TT Tg Gerem PEM Migas Distribusi Banten Kota Cilegon

    86 PT. PLN (Persero) Pembangkitan Lontar Sektor Labuan - PLTU 2 Banten Labuan PEM Energi PLTU Banten Pandeglang

    87 PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan PLTGU Cilegon PEM Energi PLTGU Banten Kota Cilegon

    88 PT. SPIJ MPJ Pipa Banten Kota Cilegon

    89 PT. Rinnai Indonsesia MPJ Kompor Banten Tangerang

    90 PT. Adis Dimension Footwear MPJ Sepatu Banten Tangerang

    91 PT. Duta Sugar Agroindustri Gula Rafinasi Banten Serang

    92 PT. Nikomas Gemilang MPJ Sepatu Banten Serang

    93 PT. Powchen Indonesia MPJ Sepatu Banten Serang

    94 PT. Yasunaga Indonesia MPJ Logam Banten Serang

    95 PT. Sulfido Adi Usaha MPJ Kimia Banten Cilegon

  • 19

    3. Daftar Industri Peserta PROPER Dekonsentrasi Provinsi Bengkulu

    No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Kab./Kota

    1 PT Agricinal Agroindustri Sawit Bengkulu Bengkulu

    2 PT. Agri Andalas Agroindustri Sawit Bengkulu Seluma

    3 PT. Agro Muko - Mukomuko POM Unit Sari Bulan Estate Agroindustri Sawit Bengkulu Muko-Muko

    4 PT. Alno Agro Utama Agroindustri Sawit Bengkulu Bengkulu

    5 PT. Batanghari Bengkulu Pratama Agroindustri Karet Bengkulu Bengkulu Tengah

    6 PT. Bio Nusantara Teknology Agroindustri Minyak Goreng Bengkulu Bengkulu Utara

    7 PT. Bukit Angkasa Makmur Agroindustri Karet Bengkulu Bengkulu Tengah

    8 PT. DARIA DHARMA PRATAMA Agroindustri Sawit Bengkulu Bengkulu Utara

    9 PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Padang Plawi Agroindustri Karet Bengkulu Seluma

    10 PT. Bukit Sunur PEM Tambang Batubara Bengkulu Bengkulu Tengah

    11 PT. Danau Mas Hitam PEM Tambang Batubara Bengkulu Bengkulu Tengah

    12 PT. Inti Bara Perdana PEM Tambang Batubara Bengkulu Bengkulu Tengah

    13 PT. Kusuma Raya Utama PEM Tambang Batubara Bengkulu Bengkulu Tengah

    14 PT. Pertamina - Depot Pulau Baai PEM Migas Distribusi Bengkulu Kota Bengkulu

    15 PT. Ratu Samban Mining PEM Tambang Batubara Bengkulu Bengkulu Tengah

  • 20

    4. Daftar Industri Peserta PROPER Dekonsentrasi Provinsi D.I Yogyakarta

    No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Kab./Kota

    1 PT. Budi Makmur Jaya Murni Agroindustri Penyamakan Kulit D.I. Yogyakarta Bantul

    2 PT. Madu Baru PG Madukismo Agroindustri Gula D.I. Yogyakarta Bantul

    3 PT. Mirota Agroindustri Susu D.I. Yogyakarta Sleman

    4 PT. Sari Husada - Unit 1 Yogyakarta Agroindustri Susu D.I. Yogyakarta Kota Yogyakarta

    5 CV. KARYA HIDUP SENTOSA, CV MPJ Alat Berat D.I. Yogyakarta

    6 Hotel Hyatt Sleman MPJ Hotel D.I. Yogyakarta Yogyakarta

    7 Hotel Sahid Raya MPJ Hotel D.I. Yogyakarta Sleman

    8 Novotel MPJ Hotel D.I. Yogyakarta Yogyakarta

    9 Pabrik Cambrik Gabungan Koperasi Batik Indonesia MPJ Tekstil D.I. Yogyakarta Sleman

    10 PT. BERLICO MULIA FARMA, PT MPJ Farmasi D.I. Yogyakarta

    11 PT. GE Lighting Indonesia MPJ Lampu D.I. Yogyakarta Kota Yogyakarta

    12 PT. KUSUMA SANDANG MEKARJAYA MPJ Tekstil D.I. Yogyakarta

    13 PT. Samitex Sewon MPJ Tekstil D.I. Yogyakarta Bantul

    14 PT. Yogyakarta Tekstil MPJ Tekstil D.I. Yogyakarta Kota Yogyakarta

    15 Rumah Sakit Hidayahtulah Yogyakarta MPJ Rumah Sakit D.I. Yogyakarta Yogyakarta

    16 Rumah Sakit JIH MPJ Rumah Sakit D.I. Yogyakarta Yogyakarta

    17 Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman MPJ Rumah Sakit D.I. Yogyakarta Sleman

    18 Santika Hotel MPJ Hotel D.I. Yogyakarta Sleman

    19 The Cangkringan Jogja Villas & Spa Yogyakarta MPJ Hotel D.I. Yogyakarta

    20 PT. Pertamina (Persero) DPPU Adisucipto PEM Migas Distribusi D.I. Yogyakarta Yogyakarta

    21 PT. Pertamina (Persero) TBBM Rewulu PEM Migas Distribusi D.I. Yogyakarta Bantul

  • 21

    5. Daftar Industri Peserta PROPER Dekonsentrasi Provinsi Jambi

    No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Kab./Kota

    1 PT. Agro Mitra Madani Agroindustri Sawit Jambi Tanjung Jabung Barat 2 PT. Asiatic Persada PKS Sei Kandang Agroindustri Sawit Jambi Batanghari

    3 PT. Batang Hari Tembesi Agroindustri Karet Jambi Kota Jambi

    4 PT. Djambi Waras I Agroindustri Karet Jambi Kota Jambi

    5 PT. Djambi Waras II Jujuhan Agroindustri Karet Jambi Bungo

    6 PT. Hok Tong - Jambi Agroindustri Karet Jambi Kota Jambi

    7 PT. Inti Indosawit Subur I - Muara Bulian Agroindustri Sawit Jambi Batanghari

    8 PT. Inti Indosawit Subur II - Tungkul Ulu Agroindustri Sawit Jambi Tanjung Jabung Barat

    9 PT. Jamika Raya PKS Agroindustri Sawit Jambi Bungo

    10 PT. Kresna Duta Agrindo PKS Jelatang Agroindustri Sawit Jambi Merangin

    11 PT. Kresna Duta Agrindo PKS Langling Agroindustri Sawit Jambi Merangin

    12 PT. Kresna Duta Agro Indo PKS Pelakar Agroindustri Sawit Jambi Sarolangun

    13 PT. Megasawindo Perkasa CRF Agroindustri Sawit Jambi Bungo

    14 PT. Megasawindo POM Agroindustri Karet Jambi Bungo

    15 PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) PKS Pinang Tinggi Agroindustri Sawit Jambi Muara Jambi

    16 PT. REMCO JAMBI Agroindustri Karet Jambi Kota Jambi

    17 PT. Sari Aditya Loka I Agroindustri Sawit Jambi Merangin

    18 PT. Sari Aditya Loka II Agroindustri Sawit Jambi Bungo

    19 PT Lontar Papirus Pulp and Paper MPJ MPJ Jambi Tanjung Jabung Barat

    20 RS Raden Mattaher MPJ MPJ Jambi Jambi

    21 RSD Kol. Abundjani Bangko MPJ MPJ Jambi Merangin

    22 RSUD A. Thalib Sei Penuh MPJ Rumah Sakit Jambi Sungai Penuh

    23 RSUD Kuala Tungkal MPJ Rumah Sakit Jambi Kuala Tungkal

    24 RSUD Muara Bungo MPJ MPJ Jambi Bungo

    25 Conocophillips (South Jambi), Ltd. - PSC Gas Operation PEM Migas EP Jambi Batang Hari

    26 Mont'D Or Oil Tungkal, Ltd. PEM Migas EP Jambi Tebo

    27 Petrochina International Jabung Ltd PEM Migas EP Jambi Tanjung Jabung Barat

    28 PT. Asia Multi Investama PEM Pertambangan Jambi Tebo

    29 PT. Bangun Energy Indonesia PEM Pertambangan Jambi Batanghari

    30 PT. Jambi Prima Coal PEM Pertambangan Jambi Sarolangun

    31 PT. Kuansing Inti Makmur PEM Pertambangan Jambi Bungo

    32 PT. Minimex Indonesia PEM Pertambangan Jambi Sarolangun

    33 PT. Nusantara Thermal Coal PEM Pertambangan Jambi Bungo

    34 PT. Pertamina - DPPU Sultan Thaha PEM Migas Distribusi Jambi Kota Jambi

    35 PT. Pertamina (Persero) Terminal BBM Jambi PEM Migas Distribusi Jambi Kota Jambi

    36 PT. Pertamina EP Unit Bisnis EP Jambi - Area Selatan (ex UBEP Jambi) PEM Migas EP Jambi Muaro Jambi dan Kota Jambi

    37 PT. Petrochina International Jabung Ltd. (Minyak) PEM Migas EP Jambi Tanjung Jabung Timur

    38 TAC Pertamina - Binawahana Petrindo Meruap Pte.Ltd PEM Migas EP Jambi Sarolangun

  • 22

    No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Kab./Kota

    39 TAC Pertamina - Insani Mitrasani Gelam (EMP Gelam) PEM Migas EP Jambi Muaro Jambi

  • 23

    6. Daftar Industri Peserta PROPER Dekonsentrasi Provinsi Jawa Barat

    No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Kab./Kota

    1 PT. Anugerah Setia Lestari Agroindustri Kecap Jawa Barat Subang

    2 PT. Aqua Golden Mississipi Agroindustri Air Mineral Jawa Barat Sukabumi

    3 PT. Bellfoods Indonesia Agroindustri Olahan Daging Jawa Barat Bogor

    4 PT. Coca Cola (Fresh Tea) Agroindustri Teh Jawa Barat Sumedang

    5 PT. Condong Garut Komoditi Karet Agroindustri Karet Jawa Barat Garut

    6 PT. Condong Garut Komoditi Sawit Agroindustri Sawit Jawa Barat Garut

    7 PT. Heinz ABC Indonesia - Karawang Agroindustri Kecap/Saus Jawa Barat Karawang

    8 PT. Indofood Sukses Makmur Agroindustri Mie Instan Jawa Barat Bekasi

    9 PT. Indofood Sukses Makmur Agroindustri Bumbu Masak Jawa Barat Karawang

    10 PT. Indolacto Factory Agroindustri Susu Jawa Barat Sukabumi

    11 PT. Indosentra Pelangi Agroindustri Kecap Jawa Barat Bekasi

    12 PT. Karyana Gita Utama Agroindustri Peternakan Jawa Barat Sukabumi

    13 PT. LASSALLEFOOD INDONESIA Agroindustri Makanan dan Minuman Jawa Barat Depok

    14 PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Jalupang Agroindustri Karet Jawa Barat Subang

    15 PT. PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh Agroindustri Gula Jawa Barat Majalengka

    16 PT. PG Rajawali II Unit PG Karang Suwung Agroindustri Gula Jawa Barat Cirebon

    17 PT. PG Rajawali II Unit PG Sindang Laut Agroindustri Gula Jawa Barat Cirebon

    18 PT. PG Rajawali II Unit PG Subang Pasir Bungur Agroindustri Gula Jawa Barat Subang

    19 PT. PG Rajawali II Unit PG Tersana Baru Agroindustri Gula Jawa Barat Cirebon

    20 PT. Rose Brand (Budi Makmur Sentosa) Agroindustri Tepung Beras Jawa Barat Subang

    21 PT. San Miguel Agroindustri Olahan Daging Jawa Barat Depok

    22 PT. Sanwoo Indonesia Agroindustri Penyamakan Kulit Jawa Barat Karawang

    23 PT. SERAYU MAKMUR KAYUINDO Agroindustri Kayu Lapis Jawa Barat Cirebon

    24 PT. Sincona Indonesia Lestari Agroindustri Kina Jawa Barat Subang

    25 PT. Tang Mas (2 Tang) Agroindustri Air Mineral Jawa Barat Bekasi

    26 PT. Varia Indo Tirta (Vit) Agroindustri Air Mineral Jawa Barat Sukabumi

    27 PTPN VII Cikumpay Agroindustri Karet Jawa Barat Purwakarta

    28 PTPN VIII Kebun Gunung Mas Agroindustri Teh Jawa Barat Bogor

    29 PTPN VIII Kebun Panglejar Agroindustri Teh Jawa Barat Bandung Barat

    30 PTPN VIII Kebun Walini Agroindustri Teh Jawa Barat Subang

    31 PTPN VIII Rancabali Agroindustri Teh Jawa Barat Bandung Barat

    32 Ultrajaya Milk Industry Agroindustri Susu Jawa Barat Bandung Barat

    33 PT. EJIP MPJ Kawasan Industri Jawa Barat Bekasi

    34 PT. JABABEKA MPJ Kawasan Industri Jawa Barat Bekasi

    35 PT. LIPPO Cikarang MPJ Kawasan Industri Jawa Barat Bekasi

    36 PT. MM-2100 MPJ Kawasan Industri Jawa Barat Bekasi

    37 PT. PPLI MPJ Pengolah Limbah Jawa Barat Bogor

    38 PT. Surya Cipta Swadaya MPJ Kawasan Industri Jawa Barat Karawang

  • 24

    No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Kab./Kota

    39 CV. Purnama Tirtatex MPJ Tekstil Jawa Barat Bandung

    40 CV. Sungai Indah Tekstile MPJ Tekstil Jawa Barat Bandung

    41 PT. Abbot Indonesia MPJ Farmasi Jawa Barat Depok

    42 PT. Armindo Catur Pratama MPJ Pelapisan Logam Jawa Barat Bogor

    43 PT. Arnott Indonesia MPJ Makanan/Biskuit Jawa Barat Bekasi

    44 PT. Ateja Multi Industri MPJ Tekstil Jawa Barat Bandung Barat

    45 PT. Ateja Tritunggal MPJ Tekstil Jawa Barat Bandung Barat

    46 PT. Bhineka Karya Manunggal MPJ Tekstil Jawa Barat Karawang

    47 PT. Bintang Agung MPJ Tekstil Jawa Barat Bandung

    48 PT. Bio Farma (Persero) MPJ Farmasi Jawa Barat Bandung

    49 PT. Bridgestone Tire Indonesia - Karawang Plant MPJ Ban Jawa Barat Karawang

    50 PT. Brigestone Tire Indonesia - Bekasi Plant MPJ Ban Jawa Barat Bekasi

    51 PT. Bukit Terang Paksi Galvanis MPJ Pelapisan Logam Jawa Barat Bekasi

    52 PT. Central Georgette Nusantara Printing Mill (CGNP) MPJ Tekstil Jawa Barat Bandung Barat

    53 PT. Central Texindo MPJ Tekstil Jawa Barat Bandung Barat

    54 PT. Dactex Indonesia MPJ Tekstil Jawa Barat Bandung

    55 PT. Deliatex Kusuma MPJ Tekstil Jawa Barat Bandung

    56 PT. Essar Indonesia MPJ Pengolahaan Logam Jawa Barat Bekasi

    57 PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk MPJ Kertas Jawa Barat Bekasi

    58 PT. Galvindo Ampuh MPJ Pelapisan Logam Jawa Barat Bogor

    59 PT. Grand Textile Industry (Grantex) MPJ Tekstil Jawa Barat Bandung

    60 PT. Hino Motor Manufacturing Indonesia MPJ Tekstil Jawa Barat Purwakarta

    61 PT. Holcim Indonesia, Tbk - Narogong Plant MPJ Semen Jawa Barat Bogor

    62 PT. Indo-Bharat Rayon MPJ Rayon Jawa Barat Purwakarta

    63 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk - Pabrik Citeureup MPJ Semen Jawa Barat Bogor

    64 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk - Pabrik Palimanan MPJ Semen Jawa Barat Cirebon

    65 PT. Indorama Synthetics, Tbk - Bandung MPJ Tekstil Jawa Barat Bandung

    66 PT. Indorama Synthetics, Tbk. - Purwakarta MPJ Tekstil Jawa Barat Purwakarta

    67 PT. Insan Sandang Internusa MPJ Tekstil Jawa Barat Sumedang

    68 PT. Kahatex I MPJ Tekstil Jawa Barat Cimahi

    69 PT. Kahatex II MPJ Tekstil Jawa Barat Sumedang

    70 PT. Kalbe Farma, Tbk MPJ Farmasi Jawa Barat Bekasi

    71 PT. Kao Indonesia MPJ Consumer Goods Jawa Barat Bekasi

    72 PT. Kewalram Indonesia MPJ Tekstil Jawa Barat Sumedang

    73 PT. Kimia Farma (Persero), Tbk- Plant Bandung MPJ Farmasi Jawa Barat Bandung

    74 PT. Muliakeramik Indahraya MPJ Keramik Jawa Barat Bekasi

    75 PT. Pabrik Kertas Noree Indonesia MPJ Kertas Jawa Barat Bekasi

    76 PT. Papertech Indonesia MPJ Kertas Jawa Barat Subang

    77 PT. Parisindo Pratama MPJ Kertas Jawa Barat Bogor

  • 25

    No Nama Perusahaan Sektor Sub Sektor Provinsi Kab./Kota

    78 PT. Pindad (Persero) MPJ Peleburan Logam Jawa Barat Bandung

    79 PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills-1 MPJ Kertas Jawa Barat Karawang

    80 PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills-2 MPJ Kertas Jawa Barat Karawang

    81 PT. Pupuk Kujang MPJ Pupuk Jawa Barat Karawang

    82 PT. Sanyo Electronics Indonesia MPJ Elektronik Jawa Barat Bekasi

    83 PT. Sanyo Jaya Component Indonesia MPJ Elektronik Jawa Barat Bekasi

    84 PT. Showa Indonesia Manufacturing MPJ Komponen Otomotif Jawa Barat Bekasi

    85 PT. South Pacific Viscose MPJ Rayon Jawa Barat Purwakarta

    86 PT. Sumi Rubber MPJ Ban Jawa Barat Karawang

    87 PT. Sumiden Serasi Wire Products MPJ Pelapisan Logam Jawa Barat Bogor

    88 PT. Tanabe Indonesia MPJ Farmasi Jawa Barat Bandung

    89 PT. Toyota Manufacturing Indonesia - Karawang Plant MPJ Otomotif Jawa Barat Karawang

    90 PT. Unilever Indonesia, Tbk - Pabrik Cikarang MPJ Consumer Goods Jawa Barat Bekasi

    91 PT. Walsin Lippo Industries MPJ Pelapisan Logam Jawa Barat Bekasi

    92 PT. YKK Zipper Indonesia MPJ Ritslulti