LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESFIK KOMISI VII DPR RI … · 2019. 4. 5. · Gas sebesar 4,7 BBTUD...

25
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESFIK KOMISI VII DPR RI DALAM RANGKA FUNGSI PENGAWASAN UNTUK MELAKUKAN PENINJAUAN INFRASTRUKTUR GAS DAN BBM DI KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA 20 22 MARET 2019 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 15 MARET 2019

Transcript of LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESFIK KOMISI VII DPR RI … · 2019. 4. 5. · Gas sebesar 4,7 BBTUD...

  • LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESFIK KOMISI VII DPR RI

    DALAM RANGKA FUNGSI PENGAWASAN UNTUK MELAKUKAN PENINJAUAN

    INFRASTRUKTUR GAS DAN BBM DI KOTA MEDAN

    PROVINSI SUMATERA UTARA

    20 – 22 MARET 2019

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

    15 MARET 2019

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Peran gas sebagai sumber energi bersih semakin penting, salah satu

    permasalahan yang dihadapi adalah kontinuitas pasokan, distribusi, dan harga yang

    memenuhi aspek keekonomian baik bagi produsen maupun konsumen. Provinsi

    Sumatera Utara adalah salah satu Provinsi yang pernah menghadapi persoalan gas

    cukup rumit, disamping tingginya harga gas juga masalah distribusi.

    Pasokan gas di Provinsi Sumatera Utara mengalami defisit melonjaknya

    kebutuhan gas bumi untuk industri tidak sejalan dengan cadangan yang ada. PGN

    adalah salah satu pelaku usaha gas berperan penting dalam menjamin ketersediaan

    gas terutama untuk kebutuhan industry dan komersil. Total kebutuhan gas bumi di

    Sumatera Utara sudah mencapai hampir 300 Juta Standar Kaki Kubik per Hari

    (MMSCFD), sedangkan cadangan gas yang ada tidak mencapai 250 MMSCFD.

    Diproyeksikan pada tahun 2035 mendatang, kebutuhan gas bumi untuk

    kegiatan industri di Sumatera Utara mencapai hampir 400 MMSCFD dan PLN

    mencapai 350 MMSCFD. Kendati demikian, berdasarkan data yang ia paparkan,

    cadangan gas di Sumatera Utara pada tahun tersebut tidak mencapai 200 MMSCFD.

    Berakhirnya perjanjian PT PGN (Tbk) dengan PT Pertamina EP yang beakhir

    pada tanggal 31 Desember 2018 berakhir pula pasokan gas dari PT Pertamina EP ke

    PT PGN (Tbk) sebesar 3 MMSFD, tentu saja pasokan ini harus digantikan dengan

    pasokan lain. Ini menambah defisit gas.

    Selain kertersediaan cadangan dan pasokan gas, masalah lainnnya yang

    mempengaruhi aksesabilitas gas adalah ketersediaan infrastruktur yang masih

    terbatas, akibatnya harga gas di Sumatera Utara relatif tinggi. Harga gas yang tinggi

    menjadikan industry dan bisnis di Sumatera Utara kurang kompetitif, akhirnya

    Pemerintah turun tangan melalui menurukan haraga gas Keputusan Menteri

    (Kepmen) ESDM Nomor 434 K/12/MEM/2017 tentang Harga Gas Untuk Industri di

  • Wilayah Medan dan sekitarnya. Tiga kontrak jual beli gas yang diubah menggunakan

    wewenang pemerintah adalah:

    1. Gas sebesar 4,7 BBTUD milik PHE NSO yang dijual kepada PT

    Pertamina (Persero) dengan harga awal US$7,85 per MMBTU, menjadi

    US$6,95 per MMBTU plus 1 persen ICP.

    2. Gas sebanyak 4,8 BBTUD milik PT Pertamina EP yang dijual kepada PT

    PGN (Persero) Tbk dengan harga awal US$8,24 per MMBTU, menjadi

    US$6,82 per MMBTU plus 1 persen ICP.

    3. Volume gas sebesar 3 BBTUD yang dijual Triangle Pase Inc kepada PGN

    yang awalnya dibanderol US$7,85 per MMBTU diturunkan jadi US$7,85

    per MMBTU plus 1 persen ICP.

    PT PGN (Tbk) sebagai pemain utama bisnis gas di Indonesia peranannya

    semakin penting dalam menunjang perkembangan bisnis dan industry. Tahun lalu PT

    Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) berhasil mengalirkan gas (gas in) ke pabrik

    oleochemical milik PT Musim Mas Martubung Plant, dengan volume pemakaian gas

    600 - 780 ribu m3 atau setara dengan 0,77 - 1 BBTUD per bulan.

    Sebelumnya, PGN Area Medan berhasil memasok gas sebanyak 240 ribu m3

    per bulan untuk PT Alfo Citra Abadi, perusahaan aluminium extrusion yang selama ini

    menggunakan batu bara sebagai sumber energi produksinya. Perusahaan yang

    mengekspor jendela, lemari, tangga, dan pintu berbahan aluminium ke Australia dan

    Amerika Serikat ini merasakan efisiensi dengan menggunakan gas bumi dari PGN.

    Sepanjang kuartal I 2018, PGN Area Medan berhasil menjual gas sebanyak

    13,5 juta British Thermal Unit (MMBTU) kepada 20.400 pelanggan yang ada di kota

    tersebut. Realisasi tersebut 7 persenlebih tinggi dibandingkan target yang diberikan

    grup PGN kepada Area Medan.

    Selain kebutuhan gas untuk industry dan komersil, kebutuhan gas untuk

    rumahtangga juga semakin meningkat, ini ditandai dengan sering terjadi kelangkaan

    pasokan gas LPG 3 kg bersubsidii.

    Beberapa waktu yang lalu pemerintah telah memasang sebanyak 5.600

    sambungan di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Sambungan

    sebanyak itu sebenarnya masih belum memadai mengingat penduduk kabupaten Deli

    Serdang mencapai sekitar 2,4 juta jiwa. Untuk provinsi Sumatra Utara, selain Deli

    https://www.liputan6.com/bisnis/read/3609274/terbentuk-holding-migas-pgn-bisa-jadi-agregator-gas?source=searchhttps://www.liputan6.com/bisnis/read/3613142/pgn-pasok-gas-untuk-industri-baja-otomotif?source=search

  • Serdang, jaringan gas juga dibangun di Kota Medan sebanyak 5.656 SR. Dengan

    demikian, total jaringan gas yang dibangun di provinsi Sumatera Utara sebanyak

    11.216 SR. Salah satu hambatan bagi perluasan jaringan gas adalah biaya investasi,

    diperlukan biaya Rp8 juta hingga Rp11 juta untuk menyambung satu rumah.

    Gas untuk kebutuhan rumahtangga sebagian besar masih dipasok dari PT

    Pertamina (Persero), Pertamina menjual 2 jenis gas LPG, pertama, gas 3 kg

    bersubsidi yang ditetapkan harga eceran tertinggi (HET) Rp 16.000, dan yang kedua

    gas non subsidi dalam kemasan 5,5 kg yang dikenal dengan nama Bright gas, dan

    kemasan tanki biru 12 kg. Konsumsi gas non subsidi cenderung turun dari tahun ke

    tahun.

    Kuota gas bersubsidi untuk Provinsi Sumatera Utara berkisar 2,2 juta tabung

    per bulan atau sekitar 26,4 juta tabung LPG 3kg selama tahun 2018. Kelangkaan gas

    lpg bersubsidi 3 kg disebabkan oleh penyalahgunaan di kalangan pengecer ditengarai

    turut berkontribusi terhadap kelangkaaan pasokan dan tingginya harga gas yang

    kerap dikeluhkan masyarakat di beberapa wilayah di Sumatera Utara dalam beberapa

    waktu terakhir. Salah satunya adalah temuan tempat pengoplosan gas lpg bersubsidi

    oleh Ditreskrimsus Polda Sumatra Utara dan telah dilakukan penindakan terhadap

    pelaku di lokasi pengoplosan LPG 3kg, yaitu di Gudang Becer yang berada di Jalan

    Marelan 6 Pasar II Timur, Komplek Marelan Permai, Kelurahan Titipapan, Kecamatan

    Marelan, Medan pada pekan lalu. Pengoplosan LPG 3kg ke dalam kemasan LPG

    nonsubsidi secara ilegal selain sangat merugikan negara dan masyarakat, juga dapat

    mengancam keselamatan masyarakat pengguna LPG,.

    Untuk mengatasi dan mengantisipasi kejadian seperti itu diperlukan langkah-

    langkah yang berkesinbamgungan untuk pengawasan terhadap penimbungan dan

    distribusi gas lpg bersubsidi tiga kilogram dengan:

    1. Memetakan SPBE yang ada di Provinsi Sumatera Utara, baik lokasi,

    jumlah dan kuota yang dimiliki oleh SPBE (Stasiun Pengisian Bulk Elpiji).

    2. Data agen se kabupaten/kota di Sumatera Utara dan wilayah kerjanya.

    3. Alokasi dan Realisasi Distribusi LPG 3 Kg per kabupaten/Koa di Provinsi

    Sumatera Utara tahun 2018

    4. Alokasi LPG 3 kg per kabupaten.Kota di Sumatera Utara tahun 2019.

  • Permasalahan lain yang dihadapi Provinsi Sumatera Utara dalah masalah

    kelistrikan. Jumlah pelanggan listrik di Sumatera Utara terus mengalami peningkatan.

    Data per Desember 2017, ada 3.4 juta pelanggan listrik. Oleh karena itu PT PLN

    (Persero) Wilayah Sumatera Utara perlu untuk terus melakukan pembangunan

    infrastruktur guna menjamin keandalan kelistrikan di Provinsi Sumatera Utara.

    Berdasarkan informasi yang diperoleh Komisi VII DPR RI saat ini sejumlah proyek

    pembagkit tenaga listrik Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sorik Merapi,

    Pembangkit Listrik Pangkalan Susu dan Pembangkit Listrik di Nias sedang dibangun.

    Dari pembangunan proyek itu, pada 2018 daya mampu PLN Sumut telah mencapai

    2.661 MW. Sedangkan beban puncak diprediksi mencapai 2.232 MW. Sedangkan

    cadangan (surplus) rata-rata sebesar 300 MW. Dan, untuk target pelanggan

    diestimasi akan mencapai 3.6 juta pelanggan. Dari data realisasi daya listrik dari bulan

    Januari hingga September 2018, beban puncak Sumut rata-rata sebesar 1.832,57

    MW. Pembangunan infrastruktur energi listrik di Provinsi Sumatera Utara (Sumut)

    berkembang pesat. Krisis listrik yang dulu terjadi kini telah surplus. Ini berbeda jauh

    dengan kondisi tahun 2014, beban puncak menapai 1.655 MW, semenara daya

    ketersediaan listrik hanya sebesar 1.376 MW, akibat defisit 279 MW.

    1.2. DASAR HUKUM KUNJUNGAN

    Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI dilaksanakan berdasarkan Hasil

    Keputusan Rapat Intern Komisi VII DPR RI tanggal 4 Maret 2019 Masa

    Persidangan IV Tahun Sidang 2018-2019 dan merujuk pada Peraturan Dewan

    Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/DPR RI/I/2014 tentang Tata

    Tertib DPR RI.

    1.3 MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

    Maksud dan Tujuan diadakannya Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI

    ke kota Medan adalah:

    1. Untuk mengetahui perkembangan termutakhir pasokan dan konsumsi

    gas untuk industry dan komersil di Provinsi Sumatera Utara.

    2. Untuk mengetahui permasalahan gas bersubsidi LPG 3 kg di Provinsi

    Sumatera Utara

  • 1.4. WAKTU DAN LOKASI KEGIATAN

    Waktu pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke adalah

    tanggal 20 Sampai dengan 22 Maret 2019. Adapun agenda tim Kunjungan

    Kerja pesifik Komisi VII DPR RI adalah sebagai berikut :

    1. Pertemuan dengan Direksi PT Pertamina (Persero), Dirjen Migas

    dan BPH Migas dengan agenda:

    a. Mendapatkan informasi dan data tentang lokasi , jumlah dan

    kapasitas SPBE di Provinsi Sumatera Utara

    b. Mendapatkan data tentang Agen LPG 3 kg bersubsidi se

    kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

    c. Alokasi dan realisasi distriibusi gas LPG 3 kg bersubsidi per

    kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2018

    d. Alokasi gas LPG 3 kg bersubsidi per kabupaten/Kota di

    Provinsi Sumatera Utara.

    2. Pertemuan dengan Direksi PT PLN (Perseo), Dirjen

    Ketenagalistrikan membahas masalah kelistrikan d Provinsi

    Sumatera Utra

    3. Pertemuan dengan Direksi PT PGN Tbk, Dirjen Migas, BPH

    Migas dengan agenda:Membahas realisasi jariangan gas

    rumahtangga Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang

    1.5 SASARAN DAN HASIL KEGIATAN

    Sasaran dari kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke Kota Medan

    adalah untuk mengetahui secara tepat tentang permasalahan gas dan kelistrikan

    di Provinsi Sumatera Utara. Hasil kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII

    DPR RI diharapkan bisa menjadi referensi untuk ditindaklanjuti dalam Rapat Kerja

    dan Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Pemerintah dan mitra

    terkait.

  • 1.6. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI

    Adapun anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI yang

    melakukan Kunjungan ke Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai

    berikut:

    No Nama No

    Angg

    Fraksi Jabatan

    1. H. Gus Irawan Pasaribu, SE,Ak,

    MM, CA

    A-327 P. Gerindra Ketua

    2 H. Firmandes A-234 P. Golkar Anggota

    3 Abdul Waham Dalimunthe, SH A-339 P. Demokrat Anggota

    4 Ir. H. Tifatul Sembiring A-85 PKS Anggota

    1.7 METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

    Metode pelaksanaan kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Panja Limbah dan

    Lingkungan Komisi VII DPR RI adalah sebagai berikut :

    a. Persiapan

    - Menghimpun data dan informasi awal.

    - Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yang akan menjadi

    lokasi kunjungan kerja.

    - Mempersiapkan administrasi keberangkatan

    b. Pelaksanaan Kunjungan KerjaSpesifik

    Pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI dilakukan

    dengan cara kunjungan lapangan dan diskusi di dalam ruangan.

    c. Pelaporan

    Pelaporan merupakan resume kegiatan yang dituangkan secara deskriptif.

  • BAB II

    KUNJUNGAN LAPANGAN

    2.1. Pertemuan dengan Direksi Pertamina, Dirjen Migas, dan BPH Migas

    membahas permasalahan distribusi gas LPG 3 Kg bersubsidi

    Kelangkaan gas LPG 3 Kg bersubsidi yang terjadi di bula Nopember tahun

    2018 di beberapa wilayah di Sumatera Utara antara lain di Toba Samosir,

    Tapanuli Utara, Padang Lawas, Asahan, kabupaten Deli Serdang dan Kota

    Medan telah memicu kenaikan harga gas tersebut melewati harga eceran

    tertinggi yaitu sebesar Rp 16.000. Di tingkat pengecer harga gas LPG Kg

    mencapai ksaran Rp Rp 18.000 hingga Rp 25.000.

    Harga Elpiji bersubsidi 3 kilo gram (kg) lebih tinggi dibandingkan dengan harga

    yang ditetapkan pemerintah, akibat pedagang pengecer. Dalam proses

    penyaluran Elpiji bersubsidi 3 kg PT Pertamina berkontrak dengan agen,

    kemudian Elpiji dari agen disalurkan ke pangkalan. Penetapan harga Elpiji

    bersubsidi 3 Kg sampai tingkat pangkalan berdasarkan Harga Eceran Tertinggi

    (HET) yang ditetapkan pemerintah daerah (pemda). Namun realisasinya, harga

    Elpiji bersibsidi sampai ke konsumen lebih tinggi karena membeli di tingkat

    pengecer. Kenaikan harga pada tingkat pengecer tidak bisa ditangani. Sebab

    pengaturan harga hanya sampai tingkat agen saja.

    Dalam diskusi delegasi Komisi VII dengan Direksi PT Pertamina (Persero),

    Dirjen Migas, BPH Migas dan para pemangku kepentingan, muncul suatu wacana

    tentang pentingnya keputusan bersama antara Menteri ESDM dan Menteri Dalam

    Negeri untuk pengendalian Distribusi LPG Kg. Subsidi gas LPG 3 kg diberikan

    dalam bentuk kuota per rumah tangga. Jika kuota tersebut terlampaui maka

    penerima subsidi memberli gas LPG 3 kg dengan harga non subsidi. Sedangkan

    PT Pertamina tidak dibebani untuk mengontrol harga gas LPG 3 kg bersubsidi.

    Tanggungjawab terhadap distribusi LPG dan pengendalian harga diserahkan

    kepada Pemerintah Daerah melalui Peraturan Daerah.

    Pertumbuhan konsumsi gas LPG 3 Kg bersubsidi di Sumatera Utara dalam 3

    tahun terakhir rata-rata tumbuh 5%. Pertumbuhan tertinggi pada tahub 2016

    tumbuh 6%, pada tahu 2016 tumbuh 5% dan pada tahun 2018 hanya tumbuh 3%.

  • Realisasi PSO untuk gas LPG 3 kg berbasis year on year untuk bulan Februari

    tahun 2018 sebesar 56.511 metrik ton dan pada bulan Februari 2019 sebesar

    58.402 metrik ton, atau naik sekitar 3%.

    Peta Sebaran Agen dan Pangkalan Gas LPG 3 Kg Bersubsidi (PSO)

    Di Provinsi Sumatera Utara

    Di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data triwulanan untuk tahun 2018,

    jumlah terbesar adalah LPG 3 Kg bersubsidi (PSO). Konsumsi LPG 3 Kg

    Bersubsidi (PSO) mencapai 91%, sementara di Provinsi lain seperti Sumatera

    Barat 88%, Kepulauan Riau 75%, Riau 16%, dan Nanggroe Aceh Darussalam

    78%, Bisa dilihat pada tabel berikut ini:

    Realisasi Distribusi gas LPG di Provinsi Sumatera Utara

    (Dalam Metrik Ton)

    Triwulan LPG PSO LPG Non PSO Total

    I 86.096 9.226 95.322

    II 88.125 9.192 97.317

    III 87.679 8.888 96.567

    IV 91.789 10.636 102.425

  • Sumber: PT Pertamina MOR I

    Realisasi distribusi gas LPG 3 Kg bersubsidi di Sumatera Utara pada tahun

    2018 melampaui kuota yang telah ditetapkan. Kuota gas LPG 3 Kg sebanyak

    352.538 metrik ton sedangkan realisasi distribusi mencapai 353.689 metrik ton

    terlampaui sebesar 0,3%. Selain itu yang perlu mendapat perhatian dari para

    pemangku kepentingan adalah kecenderungan semakin turunnya konsumsi gas

    LPG Non PSO dan semakin meningkatnya konsumsi gas LPG 3 Kg bersubsidi.

    Ini menunjukkan subsidi gas LPG 3 Kg di Sumatera Utara itu tidak tepat sasaran

    dan perlu diperbaiki melalui instrument regulasi dan pengawasan yang melibatkan

    Pemerintah Daerah setempat. Selain itu perlu dibuat kebijaka dan aksi untuk

    mendorong masyarakat mampu bermigrasi dalam menggunakan LPG 3 kg

    bersubsidi ke LPG Non PSO.

    Berdasarkan data konsumsi gas LPG 3kg bersubsidi di Sumatera Utara paling

    tinggi adalah di Kota Medan mencapai 74.153 metrik ton pada tahun 2018 disusul

    kabupaten Deli Serdang sebesar 66.608 metrik ton

    Konsumsi gas LPG 3 Kg Bersubsdi di Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara

  • Untuk menjaga kelancaran pasokan gas LPG 3 Kg lancar dan tidak mengalami

    defisit maka diusulkan kuota gas LPG 3 Kg untuk Provinsi Sumatera Utara per

    Kabupaten/Kota sebagai berikut:

    Distribusi gas LPG PSO dan Non PSO di Sumatera Utara

  • Dalam upaya menjamin ketersediaan pasokan gas LPG, PT Pertamina

    (Persero) MOR I telah menyiapkan sejumlah depot LPG antara lain di Tanjung

    Uban Kepulauan Riau, depot LPG Pangkalan Susu di Sumatera Utara, depot

    Tandem Sumatera Utara yang sekaligus merupakan SPPBE (Stasiun Pengisian

    dan Pengangkutan Bulk Elpiji), depot LPG Dumai di Riau dan depot LPG Teluk

    Kabung, Sumatera Barat.

    Selain itu juga PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan SPBE/SPPBE di

    berbagai wilayah untuk menjamin ketersediaan dan kelancaran pasokan gas. Di

    Sumatera Utara ada sebanyak 29 SPBE/SPPBE PSO dan 7 Non PSO

    Selain SPBE/SPPBE, ketersediaan pangkalan penjualan gas LPG 3 kg

    bersubsidi adalah penting sebagai instrument pengendali distribusi agar gas LPG

    3 kg bersubsidi itu tepat sasaran. Pertumbuhan pangkalan penjualan gas LPG 3

    kg bersubsidi di kawasan Sumatera Utara dari tahu 2017 ke 2018 rata-rata

    tumbuh di atas 10% kecuali untuk Kabupaten Dairi dan Kabjpaten Pakpak Barat,

    pertumbuhannya 0%, Kabupaten Batubara 2%, bahkan kabupten Samosir dan

    Kabupaten Toba Samosor pertmbuhannya -4%. Ini perlu diselidki lebih lanjut

    untuk daerah yang pertumbuhan pangkalannya rendah dan bahkan negative.

  • 2.2. Pertemuan dengan Direksi PT PGN Tbk, Dirjen Migas, BPH Migas dan

    kunjunganlapangan meninjau jaringan gas rumahtangga di Kota Medan

    Pembangunan jargas (jarigan gas) bumi untuk rumah tangga merupakan

    program pemerintah yang diharapkan terus berlanjut karena banyak memberi

    manfaat. Selain untuk penghematan penggunaan gas elpiji yang akhirnya

    mengurangi impor, pembangunan jargas tersebut juga untuk kebersihan

    lingkungan serta membantu masyarakat dalam pengeluaran membeli gas.

  • Penggunaan gas bumi mampu menghemat pengeluaran masyarakat

    dibandingkan dengan menggunakan gas LPG. Salah satu masalah dalam

    pengembangan jaringan gas bumi untuk rumah tangga adalah biaya infrastrktur

    terutama pembangunan jaringan atau sambungan yang memerlukan dana

    sekitar Rp8 juta hingga Rp11 juta per rumah tangga.

    Proyek infrastruktur dengan total panjang pipa gas bumi mencapai 120.738

    meter g sudah terselesaika membuat PT Perusahaan Gas Negara Tbk sudah

    mampu melayani kebutuhan gas bumi untuk 5.560 rumah tangga di wilayah

    Kabupaten Deliserdang. Gas bumi itu itu disalurkan melalui sumber gas dari

    Pertamina EP dengan volume gas hingga 0,2 MMSCFD.

    Untuk jaringan gas di kota Medan yang menghabiskan investasi Rp 52 miliar,

    telah terbangun sejumlah fasilitas yaitu: Pipa CSØ 0,4 sepanjang 369 M, Pipa

    PE Ø 180 sepanjang 3.492 M, pipa PE Ø 63 sepanjang 68.525 M, total panjang

    pipa 72.385 M. Sambungan Gas Rumah Tangga terpasang 5.656 unit dan yang

    beroperasi baru 603 unit (11%).

    Ruma Tangga Kota Medan Yang Mendapat Aliran Jaringan Gas Bumi

  • Ketua Komisi VII DPR RI Meninjau Jaringan Gas Rumah Tangga

    Di Kota Medan

  • Meteran Gas Yang Sudah Dipasang Di Perumahan/Perkampungan

    Dalam wawancara dengan warga yang mendapat fasilitas jaringan gas

    rumahtangga sangat senang, karena gas bumi harganya lebih murah dan

    pemakaiannya lebih hemat. Saat ini harga gas bumi hanya Rp 2.900 per

    meter3. Konsumsi gas bumi dalam 1 bulan hanya sekitar 20 meter3. Sementara

    jika menggunakan gas LPG 3 kg bersubsidi bisa menghabiskan 4 tabung setiap

    bulan, dengan harga di tingkat pengecer Rp 20.000.

  • Delegasi Komisi VII Pada Kunjungan Spesifik ke Medan

    Menghadiri Pertemuan Dengan Warga dan Melihat Secara Langsung

    Instalasi Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga

    2.3. Pertemuan dengan Direksi PT PLN (Persero) dan Dirjen Ketenagalistrikan

    membahas ketenagalistrikan di Sumatera Utara.

    Pada tahun 2015 PLN Wilayah Sumatera Utara mengalami defisit listrik,

    akibatnya pemadaman bergilir tidak dapat dihindari. Beban puncak tertinggi di

    tahun 2015 adalah sebesar 1841 MW dan daya mampu pasok sebesar 1651 MW

    sehingga terdapat defisit .

    Beban puncak tertinggi Sumatera terjadi pada tanggal 11 Des 2018 tetapi

    Reserve Margin masih rendah, PLN terus berupaya untuk melakukan percepatan

    konstruksi pembangkit sesuai dengan RUPTL 2018-2027.

  • Cadangan listrik di Sumatera Utara per 11 Desember 2018 sebesar 67 MW

    atau setara 3%. Selain masalah beban puncak, kelistrikan di Sumatera Utara

    masih dihadapkan pada persoalan efesiensi.

    BPP Sumatera pada bulan Februari 2019 adalah sebesar Rp. 1.439, masih

    lebih tinggi dari harga jual yang baru mencapai Rp. 1.137. Hal ini disebabkan

    masih tingginya tingkat penggunaan BBM serta banyaknya pembangkit-

    pembangkit murah yang mengalami gangguan dan pemeliharaan.

    Salah satu upaya memperbaiki BPP adalah dengan beroperasinya SUTET 275

    kW Sarulla-Simangkok yang direncanakan pada tahun ini karena energi dari

    pembangkit mulut tambang di Selatan dapat disalurkan ke pusat beban di Utara,

    dan akan berujung pada kualitas pelayanan yang semakin baik.

    Saat ini jumlah pelanggan listrik di Sumatera Utara mencapai 3.663.706

    pelanggan dengan konsumsi mencapai 1.745 GWH sampai dengan Februari

    2019. Pertumbuhan konsumsi listrik mencapai 5,6% Year on Year (Feb 2018 sd

    Feb 2019). Rasio elektrifikasi mencapai 100%.

  • Overview Sistem Kelistrikan Sumatera Utara

    Neraca daya kelistrikan di Sumatera Utara tahun 2019 sudah menunjukkan

    surplus. Per 31 Maret 2019 total tambahan mampu pasok sudah mencapai 330

    MW dan mulai 1 April bertambah menjadi 495 MW. Namun cadangan daya listrik

    belum begitu besar dan masih menyimpan kerawanan terjadinya pemadaman. Di

    bawah ini disajikan neraca kelistrikan Sumatera Utara.

    Untuk mewujudkan keandalan kelistrikan di Sumatera Utara dilakukan

    beberapa langah dan tindakan diantaranya:

  • 1. Melakukan penjadwalan ulang pemeliharaan pembangkit

    2. Mempercepat penyelesaian SUTET 275 kV Sarulla – Simangkok (Akhir April

    2019)

    3. Memastikan penyelesaian PLTU Nagan Raya #1 sesuai rencana (31 Maret

    2019)

    4. Mendorong PLTP IPP Sarulla menyelesaikan permasalahan gangguannya

    sejak tanggal 5 Maret 2019 dan masuk sistem kembali pada tanggal 22 Maret

    2019.

    5. Mendorong penyelesaian gasifikasi 6 (enam) unit mesin LMVPP Belawan

    pada Minggu II – April 2019

    6. Memastikan PLTU Pangkalan Susu #3 dapat masuk sistem pada bulan April

    2019

    7. Melakukan monitoring harian kesiapan kecukupan energi primer

    8. Meningkatkan keandalan transmisi jalur barat Subsistem Aceh (SUTT 150 kV

    Pangkalan Brandan – Banda Aceh)

    Beberapa bulan ke depan ada dua peristiwa penting yaitu Pemilihan Umum

    dan Lebaran. Untuk itu diperlukan langkah antisipasi untuk menjaga keandalan

    suplai listrik agar tidak terjadi pemadaman, terutama pada saat pemiliha umum

    dan penghitungan suara.

  • Mitigasi Plan PT PLN (Persero) wilayah Sumatera Bagian Utara

    Untuk Menghadapi Pemilu,Pilpres dan Lebaran 2019

  • BAB III

    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    3.1. Kesimpulan

    1. Harga Elpiji bersubsidi 3 kilo gram (kg) lebih tinggi dibandingkan

    dengan harga yang ditetapkan pemerintah, akibat pedagang

    pengecer. Dalam proses penyaluran Elpiji bersubsidi 3 kg PT

    Pertamina berkontrak dengan agen, kemudian Elpiji dari agen

    disalurkan ke pangkalan. Kenaikan harga pada tingkat pengecer

    tidak bisa ditangani. Sebab pengaturan harga hanya sampai tingkat

    agen saja.

    2. Dalam diskusi delegasi Komisi VII dengan Direksi PT Pertamina

    (Persero), Dirjen Migas, BPH Migas dan para pemangku

    kepentingan, muncul suatu wacana tentang pentingnya keputusan

    bersama antara Menteri ESDM dan Menteri Dalam Negeri untuk

    pengendalian Distribusi LPG Kg. Subsidi gas LPG 3 kg diberikan

    dalam bentuk kuota per rumah tangga. Jika kuota tersebut

    terlampaui maka penerima subsidi memberli gas LPG 3 kg dengan

    harga non subsidi. Sedangkan PT Pertamina tidak dibebani untuk

    mengontrol harga gas LPG 3 kg bersubsidi. Tanggungjawab

    terhadap distribusi LPG dan pengendalian harga diserahkan kepada

    Pemerintah Daerah melalui Peraturan Daerah.

    3. Para pemangku kepentingan perlu dan mengambil tindakan dalam

    menyikapi kecenderungan semakin turunnya konsumsi gas LPG

    Non PSO dan semakin meningkatnya konsumsi gas LPG 3 Kg

    bersubsidi. Ini menunjukkan subsidi gas LPG 3 Kg di Sumatera Utara

    itu tidak tepat sasaran.

    4. Ketersediaan pangkalan penjualan gas LPG 3 kg bersubsidi adalah

    penting sebagai instrument pengendali distribusi agar gas LPG 3 kg

    bersubsidi itu tepat sasaran.

    5. Penggunaan gas bumi mampu menghemat pengeluaran masyarakat

    dibandingkan dengan menggunakan gas LPG. Salah satu masalah

  • dalam pengembangan jaringan gas bumi untuk rumah tangga adalah

    biaya infrastrktur terutama pembangunan jaringan atau sambungan

    yang memerlukan dana sekitar Rp8 juta hingga Rp11 juta per rumah

    tangga.

    6. Neraca daya kelistrikan di Sumatera Utara tahun 2019 sudah

    menunjukkan surplus. Namun cadangan daya listrik belum begitu

    besar dan masih menyimpan kerawanan terjadinya pemadaman

    3.2. Rekomendasi

    1. Perlu perbaikan sistem distribusi gas LPG 3 Kg bersubsidi melalui

    instrument regulasi dan pengawasan yang melibatkan Pemerintah

    Daerah setempat. Selain itu perlu dibuat kebijakan dan aksi untuk

    mendorong masyarakat mampu bermigrasi dalam menggunakan

    LPG 3 kg bersubsidi ke LPG Non PSO.

    2. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota perlu bersikap

    proaktif dalam upaya perluasan jaringan gas rumahtangga dan

    melakukan sinergi dengan Pemerintah Pusat dan PT PGN (Tbk)

    agar mahalnya investasi jaringan gas bisa dipikul bersama.

    3. PT PLN Wilayah Sumatera Bagian Utara perlu melakukan

    percepatan agar pembangkit yang ada di wilayah Sumatera Utara

    terkoneksi dengan sistem kelistrikan Sumatera untuk menjaga

    keandalan kelistrikan.

  • BAB IV

    PENUTUP

    Demikian Laporan Kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII DPR RI ke Kota

    Medan Provinsi Sumatera Utara dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan

    dengan meninjau sistem distribusi gas LPG 3 Kg bersubsidi, sistem jaringan gas

    bumi untuk rumahtangga di Kota Medan, dan sistem kelistrikan Sumatera bagian

    Utara dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi mitra Komisi VII DPR RI

    agar berkinerja lebih baik.

    Jakarta, 23 Maret 2019

    Pimpinan Komisi VII DPR RI

    H. Gus Irawan Pasaribu, SE, Ak, MM, CA