Manajemen Proyek Phe Onwj Mra-mmj Case Study
description
Transcript of Manajemen Proyek Phe Onwj Mra-mmj Case Study
Bab 1 : Pendahuluan
1 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai sebuah negara yang dibentuk dari kurang lebih 17.506 pulau dan memiliki panjang garis
pantai sebesar 81.000 km, Indonesia memiliki kepentingan dalam memajukan sektor maritimnya
agar lebih maju. Berbagai cara dilakukan untuk mengelola potensi sumber daya alam yang
tersimpan pada kekayaan area lautan sepanjang 81.000 km ini. Diantaranya, tentu saja sumber
daya minyak dan gas bumi.
Pengelolaan sumber daya minyak dan gas bumi di Indonesia merupakan problema tersendiri.
Kurangnya sumber daya manusia yang kompeten di bidang kelautan membuat pengelolaan
minyak dan gas banyak didominasi oleh perusahaan milik negara asing. Hal ini menimbulkan
ketertinggalan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia di bidang kelautan
ini. Sungguh sebuah ironi – disaat penghuni suatu area dengan potensi alam yang besar, justru
menjadi pihak yang tidak tahu menahu soal kegunaan potensi alam dan pengelolaannya. Apabila
hal ini terus terjadi, maka kemaslahatan perkembangan ekonomi dan infrastruktur negara akan
mengalami stagnasi berkepanjangan; rakyat Indonesia akan terus berada pada garis kemiskinan.
Menanggapi kebutuhan akan pengembangan infrastruktur pengelolaan sumber daya alam,
khususnya sumber daya kelautan, Program Studi Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung
berfungsi sebagai instansi pengembang. Sebagai lembaga akademik yang memiliki fokus di ilmu
teknik infrastruktur pantai, lepas pantai dan pengembangan potensi laut, Teknik Kelautan
bertugas untuk membangun civitas akademik yang menguasai konsep dan teori mengenai ilmu
tersebut dan dapat mengaplikasikannya di lapangan.
Dalam proses pembelajaran pengaplikasian ilmu tersebut, mahasiswa dan mahasiswi Teknik
Kelautan diwajibkan untuk menyelesaikan studi pada mata kuliah Kerja Praktek pada semester
VII. Pada akhir penyelesaian mata kuliah tersebut, mahasiswa dan mahasiswi Teknik Kelautan
diharapkan sudah memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu teknik kelautan secara
profesional.
Bab 1 : Pendahuluan
2 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
PT. Pertamina Hulu Energi, sebagai perusahaan milik negara di bidang eksplorasi minyak dan
gas bumi, merupakan salah satu penyedia sarana yang tepat bagi mahasiswa/mahasiswi Teknik
Kelautan untuk mendapat pembelajaran pengaplikasian ilmu dari institusi, serta kemampuan
bekerja di dunia profesional.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan mata kuliah Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut:
a. Agar mahasiswa/mahasiswi mendapatkan pengetahuan dan wawasan dunia kerja
professional di bidang Teknik Kelautan
b. Agar mahasiswa/mahasiswi mendapat pengalaman mengenai pengaplikasian ilmu dan
teori yang telah didapatkan di masa perkuliahan
c. Agar mahasiswa/mahasiswi mendapatkan kemampuan bekerja sama, beradaptasi,
berinteraksi dalam mekanisme kerja di lembaga kerja profesional.
d. Agar mahasiswa/mahasiswi dapat menuntaskan mata kuliah wajib Program Studi Teknik
Kelautan
1.3 Lokasi Kerja Praktek
Pelaksanaan Kerja Praktek dilakukan di PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java
(PHE ONWJ). Lokasi perusahaan bertempat di Jalan TB Simatupang Kav 99, Jakarta Barat.
Bab 1 : Pendahuluan
3 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Gambar 1 dan 2: Lokasi Kerja Praktek
Pada perusahaan ini, mahasiswa ditempatkan di Project Division yang bertempat di Lantai 7.
Subdivisi dalam Project Division yang mahasiswa tempati adalah subdivisi Pipeline Repair
Replacement Team.
1.4 Waktu Kerja Praktek
Kerja Praktek dilakukan pada tanggal 4 Juni 2013 hingga 8 Juli 2013. Aktivitas kerja praktek
pada tanggal 4 Juni 2013 hingga 3 Juli 2013 dilakukan di kantor PT PHE ONWJ, tepatnya pada
Bab 1 : Pendahuluan
4 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
divisi PRRP Lantai 7. Pada tanggal 4 Juli 2013 hingga 8 Juli 2013, aktivitas kerja praktek diisi
dengan observasi pada proyek ETA Subsea Tie-In Installation yang juga termasuk pada proyek
dari tim PRRP.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari aktivitas kerja praktek dalam rangka penyusunan laporan kerja praktek
meliputi poin-poin berikut:
a. Wawancara pada anggota tim PRRP mengenai proses proyek dan tahap
pengerjaan proyek
b. Wawancara pada divisi-divisi terkait yang membantu keberjalanan proyek
c. Pengumpulan data-data terkait keberjalanan proyek
d. Observasi pada proses monitoring proyek (monthly meeting, daily meeting)
e. Observasi pada proses pengadaan proyek
1.6 Metodologi Penulisan
Metodologi penulisan laporan kerja praktek diawali dengan penjelasan profil perusahaan dan
profil proyek yang menjadi fokus laporan. Pada bab-bab selanjutnya, dijelaskan mengenai proses
pemulaian pengerjaan proyek yang mengikuti sequence Initiating – Planning – Monitoring.
Pada bab awal, yaitu tahap Inisiasi, akan dijelaskan mengenai proses permulaan pekerjaan. PHE
ONWJ memiliki sebuah tahap keseluruhan manajemen proyek yang akan dibahas dalam sub-bab
pertama. Pada sub-bab selanjutnya, akan dijelaskan mengenai proses pemilihan kontraktor
pelaksana proyek, dan prasyarat yang harus dimiliki oleh kontraktor dalam pelaksanaan
proyeknya.
Pada bab Perencanaan, akan dibahas mengenai proses perencanaan eksekusi proyek. Pihak
kontraktor terpilih yang telah melalui proses pertama, harus memenuhi scope pekerjaan yang
akan dijelaskan dalam bab ini. Selain itu, pada bagian ini akan dijelaskan mengenai cakupan
pekerjaan managerial pada proses perencanaan yang akan dilakukan oleh Project Management
Team.
Bab 1 : Pendahuluan
5 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Perencanaan yang merupakan bagian inti dari Project Management Team termasuk pada
pengerjaan garis besar dan analisa jadwal, analisa produktivitas, uraian Work Breakdown
Structure (WBS), dan pengukuran kemajuan proyek. Selain itu juga terdapat perencanaan
mengenai resiko yang akan diterima oleh suatu proyek.
Bab Monitoring akan menjelaskan mengenai metode monitoring proyek pada saat pengerjaannya
telah dilakukan oleh kontraktor EPCI. Pada bagian ini akan mendetailkan metode pengawasn
proyek yang terdiri dari pengawasan dana, pengeluaran dana terhadap waktu, pengadaan
material, dan pengontrolan material, pengawasan jadwal dan pengawasan kualitas pekerjaan
dalam proyek.
Keseluruhan penjabaran laporan ini akan mengacu pada proyek MRA-MMJ Pipeline Project
yang menjadi studi kasus proses Kerja Praktek.
Bab 2 : Profil
6 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
BAB 2
PROFIL
2.1Profil Perusahaan
2.1.1 Informasi Umum
Gambar 3: Logo Pertamina Hulu Energi ONWJ
PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) merupakan anak Company
dari PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Pertamina Hulu Energi ONWJ (PHE ONWJ) saat ini
merupakan operator dari PSC, setelah perubahan kepemilikan Company dari BP ke Pertamina
pada bulan Juli 2009.
Sesuai kontrak pembagian produksi Offshore North West Java (ONWJ) di Laut Jawa, luas
wilayah PHE ONWJ kurang lebih mencapai 8.300 km² yang membentang dari utara menuju
Cirebon. Fasilitas yang dimiliki perusahaan ini meliputi 670 sumur, 170 platform air dangkal,
1.600 kilometer pipa sub-laut, 40 tempat pengolahan dan fasilitas pelayanan.
Besar kekayaan dari field yang dimiliki oleh PHE ONWJ meliputi pembagian sebagai berikut:
PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ (Operator) 53.25%
CNOOC ONWJ Ltd 36.72%
Bab 2 : Profil
7 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Talisman Resources (N.W. JAVA) Ltd. 5.03%
Salamander Energy (Java) Ltd.) 5.00%
Tabel 1: Pemilik Saham PHE ONWJ
Memiliki standar operasional yang setara dengan standar internasional, PHE ONWJ beroperasi
dengan komitmen yang mendasari pengembangan kelangsungan produksi dan bisnis yang akan
memperkuat pilar perekonomian nasional. Didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten
dengan teknologi terbaru, PHE ONWJ ikut mengambil bagian dalam mendukung Pertamina
sebagai Company nasional kelas dunia.
Keberhasilan Pertamina sebagai operator membuat PHE ONWJ PSC sebagai Center of
Excellence untuk operasi lepas pantai merupakan bukti nyata bahwa Pertamina mampu dan siap
untuk mengelola bidang lain lepas pantai, baik di Indonesia maupun luar negeri.
2.1.2 Sejarah
1966
IIAPCO dan Pertamina menandatangani Kerjasama Produksi (PSC) untuk
konsesi area lepas pantai Utara Jawa Barat (ONWJ). Izin pemerintah
menyusul setahun kemudian.
1967 Sinclair Exploration Company mendapatkan hak beroperasi untuk ONWJ dari
IAPCO.
1968 Kapal pengebor R&BE Thornton, unit pengeboran lepas pantai pertama yang
memasuki perairan Indonesia mengebor sumur eksplorasi E1
1969 Penemuan lapangan APN di dekat sumur A1
1971
Company Eksplorasi Sinclair secara resmi berubah menjadi Atlantic Richfield
Indonesia Inc. Persiden Indonesia Soeharto meresmikan Lapangan Ardjuna
dari Echo Flow Station pada tanggal 1 September
1972 Lapangan Bravo mulai berproduksi dari anjungan BD
1973 Lapangan Kilo mulai produksi minyak mentah dari anjungan KA.
Bab 2 : Profil
8 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
1974 Anjungan LA mulai memproduksi minyak mentah Lima. Lima Flow Station
selesai mengakumulasi minyak mentah Lima.
1975 Lapangan Uniform memulai produksi minyak mentah Ardjuna.
1976
Perayaan 100 juta barel produksi minyak mentah Ardjuna. Produksi pertama
minyak mentah Arimbi, diproduksi dari lapangan XRay. Pembangkit NGL,
pembangkit lepas pantai pertama mulai beroperasi
1977 Pengisian LPG Ardjuna Sakti pertama sebagai terobosan penyimpanan LPG
1980 Perayaan 300 juta barel produksi minyak mentah Ardjuna dan pengangkatan
ke1000 minyak mentah Bima dari lapangan Zulu.
1985 Perayaan 500 juta barel minyak mentah Ardjuna ZUD4 dibor, sumur
horizontal pertama yang dibor di Indonesia
1986 Pengangkatan ke2000 minyak mentah Ardjuna dimuat ke penyulingan
Cilacap. Produksi pertama minyak mentah Bima dari lapangan Zulu.
1987 Menteri Pertambangan dan Energi Indonesia Prof. Dr. Soebroto menyaksikan
pemuatan minyak mentah Bima pertama ke Jepang.
1992 Perjanjian jual beli untuk pasokan gas ke Muara Karang.
1993 Pengiriman gas pertama ke fasilitas pembangkit listrik PLN Muara Karang
untuk distribusi area Jakarta.
1993 Pengiriman gas pertama ke PLN Tanjung Priok.
1994 Perayaan 25 tahun operasi ONWJ di Indonesia.
1995 ONWJ mencapai satu juta barel produksi minyak pada bulan Mei.
1996 ONWJ menerima penghargaan Lingkungan dari Pertamina.
1996 Pengiriman gas pertama ke Company Gas Negara PGN.
1997 Terminal ARCO Ardjuna merayakan satu milyar barel pengangkatan minyak
mentah Ardjuna.
2000 Gabungan antara BP, ARCO, Amoco, dan Bumah Bristol.
2001 Perayaan 30 tahun perayaan operasi ONWJ di Indonesia, dihadiri oleh
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bapak Purnomo Yusgiantoro.
2001 Dimulainya pengembangan proyek APN.
2002 November 7, menerima ISO14001 pertama untuk fasilitas lepas pantai
Bab 2 : Profil
9 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
pertama di Bravo dan kompleks pembangkit.
2002 Menerima ISO 14001 untuk gudang Marunda.
2004 1 Juni, menerima ISO14001 di area MikeMike
Tabel 2: Sejarah PHE ONWJ
2.1.3 Visi dan Misi
PHE ONWJ sebagai Center of Excellence operasi lepas pantai dalam upaya untuk mengubah
Pertamina menjadi Company minyak dan gas kelas dunia. Profesionalisme terintegrasi dari
kegiatan sehari-hari, sama pentingnya dengan menjaga hubungan baik dengan para pemangku
kepentingan. PHE ONWJ secara konsisten mendasari aktivitasnya dengan Nilai Inti 6C:
1. Clean
Profesional, menghindari konflik kepentingan, tidak toleransi terhadap suap,
menghargai kepercayaan dan integritas.
2. Competitive
Kemampuan untuk bersaing, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun
budaya sadar biaya dan penghormatan terhadap performansi.
3. Confident
Berkontribusi dalam bulding ekonomi nasional, merintis Milik Negara Company
reformasi, dan membangun kebanggaan bangsa.
4. Costumer Focused
Memprioritaskan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan hanya pelayanan
terbaik terhadap pelanggan.
5. Commercials
Menciptakan nilai tambah melalui orientasi komersial, mengambil keputusan
berdasar prinsip-prinsip usaha yang sehat.
6. Capable
Kemampuan sebagai seorang pemimpin, profesional dan berkomitmen dalam sumber
daya pengembangan manusia.
Bab 2 : Profil
10 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
2.1.4 Area Operasi
Gambar 4: Area Fasilitas Produksi dan Operasi PHE ONWJ
2.1.5 Struktur Perusahaan
Secara umum, struktur PHE ONWJ adalah sebagai berikut.
Direktur Umum
Senior Manager Proyek
Senior Manager Subsurface
Senior Manager HSSE
Senior Manager Logistik dan PSCM
Senior Manager Bisnis dan Komersial
Senior Manager E&I
Senior Manager D&C
Senior Manager SDM
Senior Manager Operasional
Bab 2 : Profil
11 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
2.2 Profil Proyek
2.2.1 Nama Proyek
Nama proyek yang menjadi studi kasus laporan kerja praktek ini adalah MRA-MMJ Pipeline
Project.
2.2.2 Latar Belakang Proyek
Sebagai bagian dari PRP 2013-2014, PT PHE ONWJ berencana memasang pipa baru berupa
Main Oil Line dan perbaikan fasilitas topside untuk memastikan kontinuitas proses produksi.
Terdapat pipa 8 inchi yang telah terpasang diantara MRA-MMJ yang akan beralih fungsi
menjadi penyalur gas dari Production Separator 6.6 MMSCFD dan pipa crude oil baru yang akan
mentransfer crude oil dari 5500 BFPD Production Separator dengan 10% water cut menuju
Atmospheric Separator pada MMF.
Saat ini, produksi fluid berada dalam angka 2700 BOPD dan 140 MMSCFD yang berasal dari
pipa 8 inchi MRA-MMJ dengan panjang 6.8 km.
Produksi di masa depan direncanakan akan mencapai angka 4500 BOPD (5000 BFPD dengan
pengurangan air sebesar 10%) dengan menambah sumur baru dan mengembangkan oil residu di
reservoir menuju gas lift field wide implementation.
Untuk menyesuaikan dengan strategi penaikan produksi, PHE ONWJ akan melakukan
pemasangan production separator pada platform MRA untuk memisahkan gas dan liquid untuk
disalurkan ke pipa masing-masing.
2.2.3 Lokasi Proyek
Lokasi MRA berada di bagian barat dari lokasi Lepas Pantai Utara Jawa Barat/Offshore North
West Java (ONWJ) Lapangan ini telah berproduksi dari 1984, memiliki 6 sumur dengan 5 sumur
yang berproduksi secara aktif.
Bab 2 : Profil
12 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Platform jenis MRA adalah instalasi tanpa awak (unmanned installation) dengan struktur tripod.
Infrastruktur ini terdiri dari kepala sumur dan manifold, sump tank, sump pump, pig launcher gas
lift system (in situ) dan fasilitas terkait seperti sistem pengeringan, sistem instrumen gas dan
sebagainya. Fluida berbagai fase dari produser secara kontinu bercampur di production header
dan dikirim ke platform MMJ untuk pemisahan berlanjut antara gas dengan liquid.
Gambar 5: Lokasi Lapangan Area Mike-Mike, Lepas Pantai Utara Jawa Barat
Tabel 3: Kedalaman dan Koordinat Area Platform
2.2.4 Scope Pekerjaan
Scope pekerjaan secara umum akan dikerjakan oleh kontraktor Engineering, Procurement,
Construction and Installation (EPCI) yang akan dipilih melalui proses open tender. Kontrak
ini telah dimenangkan oleh PT Hafar Daya Konstruksi.
Bab 2 : Profil
13 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Kontraktor ini dibutuhkan untuk instalasi subsea pipeline baru dengan urutan sebagai berikut:
Gambar 6 : Gambaran Scope of Work Proyek
1. Instalasi pipa Main Oil Line (MOL) 6 inchi dari platform MRA ke MMJ dengan
panjang kurang lebih 9 KM.
2. Instalasi riser 6 inchi dan riser clamps pada MRA dan MMJ
3. Penjalanan aktivitas pre dan post lay survey dan pemasangan penahan pada
pipeline crossings sejumlah 10 titik, freespan, dan sebagainya.
4. Penjalanan flooding/pigging/hydrotesting dan pre-commissioning pada pipa baru.
Pembagian pekerjaan pada kontraktor EPCI terbagi menjadi beberapa bagian, sebagai
berikut:
1. Project Management
2. Detailed Engineering
3. Procurement
4. Construction
Bab 2 : Profil
14 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
5. Installation
Penjelasan umum mengenai pembagian pekerjaan dijabarkan sebagai berikut:
1. Engineering
Kontraktor bertugas untuk membuat desain engineering lengkap, desain instalasi
engineering beserta kalkulasi yang dibutuhkan untuk proses fabrikasi dan
konstruksi.
2. Procurement
Kontraktor bertugas untuk menyediakan non free issued material yang bukan
merupakan material yang disediakan perusahaan owner. Material yang disuplai
oleh kontraktor harus disesuaikan dengan spesifikasi yang diberikan perusahaan
owner. Kontraktor juga bertanggung jawab dengan proses transportasi dan
pengangkutan material yang disediakan perusahaan owner dari lokasi penempatan
menuju lokasi pengerjaan. Kontraktor harus memberikan kabar pada perusahaan
owner terkait inspeksi sebelum pengangkutan yang akan dilakukan perusahaan
owner untuk material dan alat milik kontraktor.
3. Fabrikasi
Kontraktor bertugas untuk memfabrikasi riser, riser clamps, penahan pipa (dog-
legs) dan perlengkapan instalasi pipa lainnya.
4. Konstruksi dan Instalasi
Kontraktor bertugas menempatkan, memasang dan menyambungkan pipa baru
menuju platform yang tersedia, lengkap dengan pemasangan riser, dogleg, bend
dan riser clamp pada tiap ujungnya.
5. Perbaikan Pipeline Crossing dan Free span
Kontraktor bertugas mendesain dan/atau memfabrikasi penahan pipa pada setiap
lokasi pipa bersilang (crossings) dan free span. Kalkulasi penahan pipa harus
sesuai persetujuan dari perusahaan owner.
Bab 2 : Profil
15 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
6. Testing dan Pre-commissioning
Kontraktor bertugas melakukan proses pigging (poly, penyikatan dan
pengukuran) dan tes hidro pada pipa-pipa baru. Tes kebocoran liquid harus
disertai dengan fluorescent dyes dan pencegah korosi yang telah disetujui
perusahaan owner untuk pemeliharaan saluran dan sebagai alat bantu pendeteksi
kemungkinan kebocoran pada pipa. Tes hidro harus berada dibawah pengawasan
dan persetujuan SKMIGAS, MIGAS dan pihak kontraktor ketiga.
2.2.5 Keterangan Proyek
Perusahaan Pemilik Proyek : PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java
Alamat Perusahaan
: PHE Tower, 10th Floor
Jl. TB Simatupang Kav. 99, Jakarta-12520
Perwakilan Perusahaan
Untuk Urusan Teknis : Edim Toto Sinulingga/Ato Suyanto
Project Lead/Project Manager
PHE Tower, Lantai 7
Nomor Telepon: (62-21) 7854-3817/3916
Faksimili: (62-21) 7854-3175
Untuk Urusan Kontrak : Rudhi Fuadi
Procurement Supply Chain Management
Bab 2 : Profil
16 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
PHE Tower, Lantai 5
Nomor Telepon : (62-21) 7854-3432
Faksimili: (62-21) 7854-3094
Kontraktor : PT HAFAR DAYA KONSTRUKSI
Alamat Kontraktor : Wisma Aldiron Suite 36-B
Jl. Gatot Subroto Kav. 72 Jakarta 12780
Nomor Telepon: (62-21) 7918-8102
Faksimili: (62-21) 7918-1289
Perwakilan Kontraktor : Bekti Yulianto
Area Operasi : Offshore North West Java
Pengecualian Subrogasi dan Isu
Tambahan
: PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West
Java, SKKMIGAS, EMP ONWJ Ltd., Talisman
Resources (North West Java) Ltd., Risco Energy ONWJ
B.V.
Jangka Waktu Kontrak : 10 bulan waktu efektif sesuai kesepakatan Scope of
Work
Bab 3 : Inisiasi
17 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
BAB 3
INISIASI
3.1 Skema Pengerjaan Proyek
Keseluruhan pengerjaan proyek di PHE ONWJ menggunakan sebuah proses manajemen dasar
yang dinamakan Capital Value Process (CVP). CVP mengatur proses perjalanan suatu proyek
dari pengerjaan identifikasi permasalahan, pemilihan opsi proyek hingga pemberjalanan proyek.
Pada proses ini, proyek akan dibagi menjadi tahap-tahap yang saling berhubungan satu sama lain
dan menuju pada keputusan-keputusan penting dalam keberjalanan sebuah proyek. Pada setiap
tingkatan proses, terdapat sebuah gerbang penilaian dari Gatekeeper. Gatekeeper merupakan
sebuah jabatan tertinggi dalam suatu proyek. Posisi ini akan menentukan kelayakan sebuah
proyek untuk dilanjutkan pada tingkatan proses selanjutnya.berdasarkan kepada konsultasi
dengan petinggi terkait, dan rekomendasi dari tim. Keputusan yang diambil dapat berupa
berlanjutnya proyek ke tingkat selanjutnya, penahanan proyek, pemberhentian proyek atau
pengulangan tahap proyek di tingkat yang sama.
Gambar 6 : 5 Tahap Capital Value Process
Aktivitas pada setiap tingkatan proyek memfokuskan diri pada pengembangan suatu proyek
dengan cara yang benar. Keseluruhan perkembangan proyek akan didokumentasikan dalam
Decision Support Package (DSP). Dengan penjelasan dalam dokumen tersebut, Gatekeeper akan
membuat keputusan yang eksplisit dan berbasis pada setiap akhir tingkatan CVP.
Yang akan menjadi topik pembahasan dalam laporan ini adalah proses manajemen proyek di
dalam tahap Define/Penjelasan dan Execute/Pengerjaan. Sementara itu, tahap-tahap lain dari
proyek akan dibahas secara umum dalam poin poin berikut.
Appraise Select Define Execute Operate
Bab 3 : Inisiasi
18 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
3.1.1 Tahap Penilaian dan Pemilihan
Tahap ini merupakan tahap awal dari pemulaian suatu proyek. Pada tahap ini, beberapa divisi
dalam PHE ONWJ akan saling berintegrasi untuk menilai dan memilih proyek yang tepat, dan
memberikan nilai bisnis bagi perusahaan. Adalah divisi Engineering & Integrity, yang memiliki
fungsi menyelesaikan tahap-tahap berikut:
a. Pemilihan Strategi Eksekusi Level Satu
b. Penilaian Resiko
c. Penyelesaian Kontrak Pekerjaan level: Pemilihan
d. Pembuatan Resource Plan
e. Pembuatan Perencanaan Jadwal dan Biaya Berbasis Resiko
Pada tiap tahap Appraise dan Select, disiapkan sebuah dokumen Decision Support Package
Appraise & Select untuk pemilihan akhir penerusan proyek ke tingkatan selanjutnya (Define,
Execute, dan Operate).
Setelah Gatekeeper untuk Engineering & Integrity telah menyetujui penerusan proyek ke tingkat
berikutnya, maka dimulailah pengambilalihan keberlangsungan proyek pada Project
Management Team yang termasuk pada tahap Define/Penjabaran. Pada tahap ini, akan dilakukan
penjabaran hal-hal penting yang dibutuhkan dalam manajemen proyek.
Pada proyek ini, seluruh anggaran perkiraaan yang diperhitungkan harus dipahami SKKMIGAS.
Sebagai PHE ONWJ Pemerintah, PHE ONWJ membutuhkan izin dari SKKMIGAS untuk
melakukan eksplorasi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pengembangan pengeboran. PHE
ONWJ tidak hanya memerlukan izin tetapi juga perlu persetujuan anggaran karena dana yang
digunakan untuk melakukan proyek yang berasal dari SKKMIGAS. Itu sebabnya untuk
memenuhi persetujuan SKKMIGAS. PHE ONWJ perlu mempersiapkan dokumen untuk
mendaftar ke SKKMIGAS, termasuk anggaran yang diajukan. Diatara dokumen yang hus
disiapkan untuk mendapat persetujuan SKKMIGAS adalah AFE (Approved for Expenditure).
Dokumen AFE ini kemudian diajukan ke SKKMIGAS untuk disetujui.
Setelah mendapat persetujuan dari SKKMIGAS, PHE ONWJ barulah dapat melanjutkan ke
tahap berikutnya yaitu pemilihan. Selama tahap pemilihan, beberapa faktor harus diperhatikan:
Bab 3 : Inisiasi
19 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
• Jumlah platform, tingkat integrasi dengan fasilitas pipa yang ada serta
efisiensi dan alternatif perbaikan kerja untuk teknologi yang digunakan.
• Jenis dan jalur pipa optimal untuk mendapatkan hasil produktivitas maksimal
• Presentase fabrikasi dan konstruksi perakitan alat yang dilakukan di dalam
negeri
Hasil dari faktor-faktor tersebut akan dirangkum dan dimasukkan ke dalam dokumen yang akan
ditenderkan. Persiapan yang dilakukan diantaranya adalah membuat PRE-FEED, Estimate
Schedule dan Estimate Budget yang akan menjadi acuan PHE ONWJ saat melakukan evaluasi
teknis dan penawaran terhadap kontraktor pelaksana proyek. Dokumen yang harus diperisapkan
untuk diberikan dalam tender adalah :
• Persyaratan
• Kriteria Evaluasi
• Cek List Dokumen Administrasi
• Form Kualifikasi
• Surat Dukungan Keuangan
• Surat Pernyataan
• Pre-Feed
• Spesifikasi Vessel
• Lampiran Perincian Harga Penawaran
• Formulir Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negri
3.1.2 Perencanaan Durasi
Berdasar pada breakdown pekerjaan proyek, estimasi durasi dapat diperhitungkan dengan
menggabungkan waktu antar setiap kegiatan. Pada MRA-MMJ Pipeline Project, estmasi durasi
menghasilkan tanggal penting pelaksanaan proyek. Tanggal penting digunakan sebagai acuan
waktu proyek yang dilaksanakan. Berikut tanggal-tanggal penting pada MRA-MMJ Pipeline
Project, yaitu :
1. Contract Award 28/03/13
Bab 3 : Inisiasi
20 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
2. Penyelesaian Persetujuan Engineering oleh PHE ONWJ 26/04/13
3. Mobilisasi Pekerjaan Lepas Pantai 10/05/13
4. Penyelesasian Instalasi Pipa 15/06/13
5. Commissioning and Handover 30/06/13
6. Final Acceptance (FA) – Scope Lump sum 30/08/13
Jadwal Umum yang dibuat berdasarkan pembagian kerja ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 4: Jadwal Awal MRA-MMJ
Bab 3 : Inisiasi
21 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
3.2 Tender
Untuk pemilihan kontraktor EPCI yang akan mengerjakan proyek MRA-MMJ Pipeline Project,
dilakukan proses tender. Publikasi pelelangan diterbitkan melalui media cetak serta pengiriman
surat penawaran PHE ONWJ kepada sejumlah kontraktor yang diprediksi memenuhi kualifikasi.
Kontraktor yang mengikuti pelelangan harus memenuhi 3 tahap, yaitu tahap administrasi, tahap
teknis dan tahap komersial sehingga terpilihlah Kontraktor yang melaksanakan proyek. Berikut
adalah rangkuman persyaratan untuk Kontraktor yang termuat dalam dokumen tender oleh PHE
ONWJ:
3.2.1 Persyaratan Kontraktor Tahap Administrasi
Calon Peserta Pengadaan harus menyertakan dokumen-dokumen sebagai berikut:
i. Dokumen asli Surat Dukungan Keuangan khusus untuk proyek ini dari Bank atau
Institusi keuangan yang terdaftar dan diakui oleh Pemerintah Indonesia atau dari anggota
konsorsium yang tergabung dalam peserta Pengadaan tersebut. Bila Peserta Pengadaan
berpartisipasi dalam suatu konsorsium dengan PHE ONWJ lain, maka konsorsium tersebut harus
mengajukan 1 (satu) Surat Dukungan Financial, yang harus dibuat atas nama pimpinan
konsorsium tersebut atau atas nama konsorsium tersebut.
ii. PHE ONWJ menetapkan minimum pencapaian Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) sebesar 35 % pada pengadaan ini.
iii. Peserta Pengadaan akan menyerahkan Surat Pernyataan Litigasi Peserta
Pengadaan yang telah ditandatangani di atas materai Rp 6.000,00 oleh pejabat berwenang Peserta
Pengadaan .
iv. Jenis dan status Proposal Perjanjian Partnership Peserta Pengadaan (jika
diperlukan). Proposal perjanjian partnership, joint venture, konsorsium, atau perjanjian kerja
sama selain subkontrak (“Perjanjian Kemitraan”) harus dijelaskan secara rinci dan detail.
PHE ONWJ mensyaratkan peserta yang mengikuti tender ini adalah peserta yang
memiliki dan mengoperasikan pipelay barge sendiri. Apabila bentuk konsorsium yang akan
berpartisipasi dalam tender ini, salah satu anggota konsorsium harus merupakan pemilik pipelay
Bab 3 : Inisiasi
22 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
barge. Bukti kepemilikan pipelay barge seperti trading certificate atau sejenis harus diajukan
sebagai bagian dari persyaratan administrasi.
3.2.2 Persyaratan Kontraktor Tahap Teknis
Setelah persyaratan bagian administrasi dilengkapi kontraktor yang mendaftar wajib
menyertakan dokumen yang menyanggupi tahapan teknis. Bagian-bagian penting yang harus
diperhatikan saat melengkapi dokumen teknis adalah sebagi berikut:
i. Bagian I
Peserta Pengadaan yang memenuhi persyaratan akan dievaluasi lebih lanjut pada
persyaratan teknis bagian ke 2, sedangkan perserta yang tidak, diberitahukan tidak memenuhi
kualifikasi. Pada bagian ini yang dilihat adalah dokumen-dokumen penawaran teknis.
ii. Bagian II
Berikut ini adalah persyaratan Lulus/Gagal yang harus dipenuhi peserta pengadaan:
• Lokasi kantor di Jakarta.
• Ketersediaan personil kunci serta kesesuaian kompetensinya terhadap
persyaratan yang PHE ONWJ ajukan, yaitu: Project Manager, Construction
Manager, Operation Manager, Lay Barge Master
• Pengalaman dalam melakukan pekerjaan instalasi pipa lepas pantai yang
sejenis
• Marine spread (barges & support vessels) dan spesifikasi produksi pipeline di
pipelay barge sesuai dengan spesifikasi PHE ONWJ.
• Peserta pengadaan harus mendapatkan nilai total minimal sebesar 75% dari
persentase maksimum, dengan bobot penilaian dari kriteria penilaian yang
dimuat dalam tabel berikut.
No Criteria Weight
1. Pengalaman pihak
pengaju 10
Bab 3 : Inisiasi
23 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
2.
Kapasitas dan kapabilitas
untuk mengerjakan
cakupan pekerjaan pihak
pengaju
10
3. Organisasi proyek 15
4. Pengembangan kelautan 20
5. Rencana eksekusi proyek 20
6. Rencana kesehatan dan
keamanan lingkungan 20
7.
Asuransi dan
pengontrolan kualitas
selama eksekusi proyek
5
TOTAL 100
Tabel 5: Bobot dari Kriteria Penilaian
iii. Bagian III (Proses ‘Assurance’)
Kapal yang diusulkan oleh peserta pengadaan harus lulus proses ’assurance’. Setelah lulus pada
bagian ini peserta pengadaan akan diproses untuk tahap selanjutnya yaitu evaluasi komersial.
3.2.3 Persyaratan Kontraktor Tahap Komersial
Setelah lolos tahapan administrasi dan tahapan teknis PHE ONWJ akan melanjutkan menuju
tahap komersial. Evaluasi dokumen penawaran komersial dilakukan dengan menggunakan
kriteria yang diatur berikut ini.
Bab 3 : Inisiasi
24 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
i. Ketersediaan Jaminan Penawaran yang memadai
Peserta Pengadaan harus menyerahkan Jaminan penawaran yang masih berlaku seperti pada
contoh yang diberikan pada Dokumen Pengadaan.
ii. Ketersediaan Surat Pernyataan Peserta Pengadaan yang memadai
Peserta Pengadaan harus menyerahkan Surat Pernyataan Peserta Pengadaan seperti Contoh yang
diberikan pada Dokumen Pengadaan.
iii. Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri
Peserta Pengadaan harus menyerahkan Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri seperti
Contoh yang diberikan pada Dokumen Pengadaan.
iv. Harga Kontrak
Harga Kontrak harus sesuai seperti yang tertera pada perincian harga yang telah dilengkapi.
Penawaran yang mengandung harga yang sangat rendah dan atau tidak logis, menurut
pertimbangan PHE ONWJ, sehingga dapat mengurangi kemampuan Peserta Pengadaan untuk
melaksanakan Pekerjaan sesuai dengan persyaratan Kontrak akan mengakibatkan penawaran
ditolak dan Peserta Pengadaan didiskualifikasi.
v. Normalisasi Tingkat Komponen Dalam Negeri
Dalam perbandingan dokumen penawaran komersial, setiap dokumen penawaran Harga dari
Peserta Pengadaan harus sesuai dengan Pedoman Tata Kerja BPMIGAS untuk penggunaan
Tingkat Komponen Dalam Negeri dan Peserta Pengadaan akan diurutkan berdasarkan HEA
terendah.
3.3 Sistem Kontrak
Dalam proyek ini terdapat 2 bagian jenis kontrak yang berbeda dengan pembagian sebagai
berikut:
i. Cakupan utama - Lump Sum
Lump Sum untuk lingkup utama harus mencakup seluruh lingkup pekerjaan utama yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan . Rincian bagian Lump Sum disediakan dalam Lampiran
A, " Breakdown Harga Kontrak ".
Bab 3 : Inisiasi
25 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
b. Cakupan opsional – Penjumlahan sementara
Penjumlahan sementara untuk Lingkup Opsional harus mencakup seluruh lingkup pekerjaan
opsional yang diperlukan untuk melakukan Pekerjaan, "Lingkup Opsional". Rincian bagian
disediakan dalam Lampiran B, " Breakdown Harga Kontrak ".
Total penjumlahan ini diperkirakan PHE ONWJ tidak melebihi nilai Lump Sum, dan tidak
dimaksudkan sebagai kewajiban pembayaran oleh PHE ONWJ. Semua pekerjaan opsional akan
dilakukan oleh Kontraktor sesuai penerbitan Order / Instruksi Kerja resmi dari PHE ONWJ.
Lump Sum dan bagian penjumlahan sementara harga adalah total harga kontrak yang
diperhitungkan.
Proses pembayaran kontrak menggunakan sistem retensi. Sepuluh persen (10%) dari nilai setiap
faktur Kontraktor akan ditahan sebagai retensi. Semua jumlah saldo akan dibayarkan sebagai
bagian dari pembayaran final kecuali dirilis lebih awal atas kebijakan PHE ONWJ.
PHE ONWJ harus melakukan retensi berdasarkan hukum Republik Indonesia, termasuk, namun
tidak terbatas pada,yang diatur dalam Pasal 16 mengenai perpajakan. Penundaan pembayaran
dapat dilakukan oleh PHE ONWJ sebagai antisipasi salah satu dari kejadian berikut, yaitu:
• Kontraktor gagal untuk memperbaiki kesalahan dari bagian kerja sejauh
pemberitahuan atas kerusakan yang terjadi telah disampaikan kepada
Kontraktor oleh PHE ONWJ;
• KegagalanKontraktor untuk menyerahkan kiriman Kontrak, termasuk, namun
tidak terbatas pada, jadwal prosedur, laporan atau rencana pemulihan;
• Kegagalan Kontraktor untuk melakukan pembayaran tepat untuk peralatan
materi atau penyalur tenaga kerja atau vendor;
• Kerja dapat diselesaikan untuk saldo yang belum dibayar dari Harga Lump
Sum; atau
• Kegagalan oleh Kontraktor untuk melakukan kewajiban pemenuhan material
di bawah Kontrak.
Bab 3 : Inisiasi
26 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Jika penyebab tersebut di atas diselesaikan, penahanan pembayaran harus segera dibayarkan
kepada kontraktor. Jika penyebab tidak segera diselesaikan dan setelah pemberitahuan tertulis
kepada Kontraktor sesuai dengan Pasal 32, "Pemberitahuan", PHE ONWJ dapat memperbaiki
kondisi sesuai resiko Kontraktor, dengan biaya apapun yang tidak diwajibkan kepada PHE
ONWJ. Jika ada hutang yang valid setelah pembayaran terakhir dilakukan, Kontraktor wajib
mengganti PHE ONWJ untuk setiap jumlah yang dibayar dalam melaksanakan hutang dan
mencakup setiap biaya hukum yang dikeluarkan oleh PHE ONWJ.
3.4 Organisasi Proyek
Dalam organisasi proyek pada MRA-MMJ Pipeline Project, organisasi akan membentuk tim
yang bersifat independen. Tim ini bisa direkrut dari dalam dan luar organisasi yang akan bekerja
sebagai suatu unit yang terpisah dari organisasi utama. Seorang manajer proyek yang
dikhususkan untuk menangani proyek akan ditunjuk dan diberi tanggung jawab untuk memimpin
tenaga-tenaga ahli yang terdapat dalam tim.
Orang-orang yang bekerja dalam proyek ini adalah orang-orang yang bekerja dari beberapa
bidang di struktur PHE ONWJ. Oleh karena itu tiap orang dalam proyek ini dalam waktu
bersamaan akan mempunyai 2 atasan. Satu adalah atasan dari bidang dia ditempatkan di PHE
ONWJ dan yang satu lagi adalah Project Leader dari proyek ini.
Skema struktural proyek PHE ONWJ terlampir pada lampiran B-“Struktur Organisasi MRA-
MMJ Pipeline Project PHE ONWJ”.
Bab 4: Perencanaan
27 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
BAB 4
PERENCANAAN
4.1 Scope Pekerjaan Kontraktor
4.1.1 Umum
Kontraktor bertanggung jawab dalam pemasangan pipa subsea dengan urutan pekerjaan besar
sebagai berikut:
- Instalasi pipa Main Oil Line diantara platform MRA dan MMJ dengan diameter 6
inchi dan panjang 9 km
- Instalasi riser dan riser clamp berdiameter 6 inchi pada platform MRA dan MMH
- Melaksanakan pre dan post lay survey dan pemasangan support pada crossing pipa
yang teridentifikasi (kira-kira berjumlah 10), pada free-span, dan sebagainya.
- Flooding/pigging/hydro-testing dan pre-commissioning pada pipa baru
Scope pekerjaan yang akan ditulis lebih lanjut merupakan dokumentasi langsung dari dokumen kontrak
MRA-MMJ Pipeline Project.
4.1.2 Lokasi Pekerjaan
a. Pengerjaan Tahap Engineering
Pengerjaan tahap Fabrikasi dan Instalasi harus dilakukan pada daerah di dalam atau yang
terjangkau dengan area Jakarta, Indonesia.
b. Pengerjaan Tahap Offshore
Pengerjaan tahap Offshore dilakukan pada area Laut Jawa, pada bagian Barat dari area
antara Jawa Barat/Offshore North West Java (ONWJ).
4.1.3 Penjelasan Scope Pekerjaan
Pengerjaan proyek yang menjadi tanggung jawab Kontraktor EPCI adalah termasuk
manajemen proyek, engineering, pengadaan, konstruksi, instalasi dan pre-commissioning
dari proses instalasi pipa. Perusahaan akan mensuplai asistensi dan monitoring dari proses
commissioning dan fasilitas pemulaian proyek.
Bab 4: Perencanaan
28 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
a. Proses Engineering
Pada proses engineering, Kontraktor harus melakukan pekerjaan engineering pipa dengan
profesional, sesuai kebutuhan dan detail yang telah tertera pada keterangan scope
pekerjaan untuk dapat memfasilitasi keseluruhan eksekusi proyek dan waktu
penyelesaian proyek.
i. Penerjemahan Front End Engineering Design
PHE ONWJ telah menyediakan dokumen engineering yang tergabung dalam Front
End Engineering Design (FEED). Kontraktor memiliki kewajiban dalam
penanggulangan kesalahan apapun yang tertera pada dokumen. Perubahan apapun
yang dilakukan pada dokumen tersebut harus berada dalam ruang lingkup harga
Lump Sum. Setelah didapatkannya dokumen FEED, Kontraktor bertanggung jawab
dalam keseluruhan keberlanjutan dokumen, yaitu dalam proses desain detail,
fabrikasi dan instalasi, hingga eksekusi.
Kontraktor harus mereview dokumen FEED dari PHE ONWJ dan memberi report
kepada perusahaan atas masalah yang ada pada dokumen dalam kurun waktu 7 hari
dari waktu estimasi kontrak. Setelah itu, seluruh masalah yang ada pada dokumen
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
ii. Aktivitas Pipeline Engineering
Kontraktor harus menyiapkan hal-hal berikut:
Dokumen Engineering Detail
Kontraktor bertanggung jawab dalam pengembangan Master Document Register
(MDR) untuk menggabungkan seluruh list dari dokumen engineering terdetail
untuk konstruksi dan instalasi proyek, termasuk bagian subKontraktor dari proyek
tersebut.
Kontraktor diwajibkan untuk membuat verifikasi dari FEED yang telah disediaan
oleh PHE ONWJ dan membuat kalkulasi ulang, sehingga desain tersebut
mendapatkan status Approved for Construction (AFC). Survey Pre-Engineering
Bab 4: Perencanaan
29 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
hanya dilakukan apabila data yang diberikan tidak cukup untuk membuat
engineering mendetail.
Kontraktor harus membuat spesifikasi mendetail, khususnya pada poin-poin
berikut:
Analisa stabilitas pipa
Analisa perpanjangan pipa
Analisa free-span
Analisa tekanan riser
Desain riser clamp
Analisa crossing pipa
Penyelesaian desain detail untuk sistem katodik pipa
Keseluruhan pelaksanaan detail engineering harus dilakukan dengan metodologi
yang telah diverifikasi dan divalidasi PHE ONWJ
Kontraktor bertanggung jawab pada keseluruhan Material Take Off, termasuk
pada MTO yang disediakan Kontraktor maupun PHE ONWJ. Konfirmasi MTO
dari material yang disuplai PHE ONWJ harus dikonfirmasi sesuai Contract
Effective Date.
Saat penyimpanan pipa dan material pada lokasi, Kontraktor diharuskan membuat
perencanaan untuk mewaspadai kehilangan atau kerusakan material yang berada
dibawah persetujuan PHE ONWJ.
Engineering Prefabrikasi
Kontraktor harus melakukan keseluruhan aktivitas pre-fabrikasi dan drawing proses
fabrikasi, termasuk drawing untuk pembelian material, prosedur teknis mendetail,
kalkulasi, list data, rencana tes dan inspeksi yang dibutuhkan dalam keberjalanan
proyek. Keseluruhan aktivitas ini termasuk pada pipa tie-in, pekerjaan sementara
milik Kontraktor dan instalasi pembantu.
Bab 4: Perencanaan
30 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Engineering Instalasi
Kontraktor bertangggung jawab pada keseluruhan aktivitas engineering instalasi
pipa. Pekerjaan ini termasuk pada kalkulasi, spesifikasi mendetail, prosedur,
laporan, rencana pekerjaan, drawing pekerjaan, dan drawing untuk AFC yang
penting untuk eksekusi proyek yang akan dilakukan oleh Kontraktor dan
SubKontraktor.
Keseluruhan aktivitas engineering termasuk pada hal-hal berikut:
Pemulaian pipa, pipelay normal dan pipeline laydown.
Pengangkatan riser dan analisa stalk-on pipa untuk penginstallan riser
Kalkulasi untuk transportasi pipa sesuai Marine Warranty Surveyor milik
PHE ONWJ, kalkulasi sea fastening dan rencana dek
Penerimaan, transportasi, penyimpanan dari material pipa terlapis (termasuk
lekukan, dan material lain) termasuk pada penyimpanan sementara
Desain dari crossing pipa, termasuk instalasi dan pipelay pada crossing
sebelum instalasi
Analisa davit lifting untuk pipa pada pemasangan di atas air
Instalasi pipa subsea tie-in
Proteksi untuk fasilitas terpasang, drawing mendetail dan kalkulasi pada
teknis proteksi
Pemasangan Dead Man Anchor untuk inisiasi pipa
Analisa Tambat Mooring Catenary dan desain yang termasuk pada
demonstrasi kecocokan jangkar dan sistem mooring saat operasi pipelay
dilakukan di rute laying di dalam area milik PHE ONWJ
Pengambilan sampel kondisi laut untuk proses transfer pipa, pipelay, dan
penanganan anchor
Quality Assurance dan Quality Control
Analisa perbaikan pengelasan
Prosedur pengelasan
Prosedur Non Destructive Test termasuk pada
Prosedur Field Joint Coating
Bab 4: Perencanaan
31 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Prosedur perbaikan coating
Prosedur pendeteksian buckle dan prosedur perbaikannya
Prosedur pencegahan dan perbaikan untuk segala kasus yang berhubungan
dengan eksekusi proyek, termasuk pada penggunaan remote intervension
system untuk perbaikan buckle kering dan basah dan prosedur pengeringan
pada proses penyelamatan pipa
Mekanisme mobilisasi untuk kapal konstruksi dan peralatannya
Tes penerimaan dan prosedur terkait untuk alat-alat konstruksi
Mekanisme survey
Prosedur navigasi, pemosisian dan pengarahan anchor
Metodologi dan desain untuk proses reparasi free-span sebelum pipelay
Metodologi dan desain untuk proses reparasi free-span setelah pipelay
(termasuk pada kasus tahap operasional)
Kalkulasi dan dan desain peralatan untuk prosedur flooding, pembersihan,
pigging, gauging dan hydrotesting
Prosedur pembuangan air
Kalkulasi untuk tensioning dan prosedur flange bolting
Desain untuk instalasi sementara
Prosedur ROV dan penyelaman
Prosedur manufaktur, tes dan instalasi untuk struktur temporer, scaffolding,
platform, penyokong, pipa dan manifold,serta fasilitas temporer lainnya
Pelaporan dan komunikasi kegiatan
Reinstatement untuk area dasar laut ke keadaan awal
Prosedur inspeksi keseluruhan untuk pengerjaan konstruksi dan instalasi
Kapabilitas Alat Instalasi
Kontraktor memiliki kewajiban mendemonstrasikan kapal dan alat-alat yang
berhubungan dengan proyek untuk dapat melakukan proses penginstalan pipa
dengan kalkulasi engineering yang disediakan dalam kondisi terburuk, termasuk
pada prosedur normal lay, inisiasi dan laydown. Analisa untuk faktor keamanan
harus dimasukkan dalam kalkulasi keseluruhan.
Bab 4: Perencanaan
32 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Inisiasi Pipa
Metode inisiasi pipa yang dipilih PHE ONWJ adalah “Dead-Man Anchor”, yang
dapat diganti oleh pihak Kontraktor sesuai review dan persetujuan PHE ONWJ.
Penggunaan struktur platform tersedia untuk inisasi bergantung pada analisa stress
dan keadaan struktur dengan persetujuan perusahaan
Analisa Instalasi Lepas Pantai
Kontraktor harus mendemonstrasikan bahwa pipa dan sambungan pipa hasil desain
Kontraktor dapat memenuhi standar dan dapat melaksanakan proses instalasi
dibawah konfigurasi apapun.
Kalkulasi Stress Analysis
Kontraktor harus memberikan kalkulasi stress analysis yang menunjukan
kesesuaian tekanan pada pipa dengan spesifikasi kontrak. Sesuai pada kontrak,
prosedur yang harus dilakukan adalah:
Prosedur flushing pipa terbaru
Wet and dry single point dan multiple davit lift
Prosedur pigging dan hydro-test
Pemosisian Kapal dan Analisa Kapasitas Penempatan
Kontraktor harus mendemonstrasikan analisa untuk konstruksi kapal untuk
menunjukkan kesesuaiannya dengan spesifikasi PHE ONWJ
Sistem anchor harus sesuai dengan kondisi tanah di lokasi. Untuk itu analisa
harus termasuk pada proses pelokasian anchor dan mooring di sekitar area
platform dan fasilitas lain
Analisa dan Engineering untuk Seabed Intervention
Kontraktor harus bertanggung jawab pada penyediaan engineering dan
prosedur untuk memastikan ketidakmungkinan terjadinya free-span skala
Bab 4: Perencanaan
33 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
besar
Kontraktor harus melakukan survey pra-konstruksi dan konstruksi untuk
memperbaharui data perpanjangan dan stress berlebih pada proses seabed
intervention
Prosedur untuk perencanaan, pernyataan dan pengerjaan seabed intervention
harus sesuai dari persyaratan mendetail di spesifikasi kontrak
Engineering untuk Tes dan Pre-Commissioning
Kontraktor harus menyiapkan dokumen prosedur tes dan pre-commissioning untuk
pipa-pipa yang akan dipasang. Selain itu, Kontraktor secara khusus harus
melakukan hal-hal berikut:
Mengembangkan prosedur flooding, pembersihan, gauging, dan hydrostatic test
pada pipa
Menyatakan list peralatan, instrument, material dan kapal yang dibutuhkan untu
proyek
Mempersiapkan prosedur untuk menyimpan dan memperbaiki kerusakan
Mempersiapkan jadwal mendetail mengenai aktivitas tie-in dengan durasi yang
jelas pada proses shutdown sistem.
Mempersiapkan rencana tes tekan mendetail, diagram dan paket tes termasuk
rencana pengeringan, tes tekan dan durasi, pengolahan air dan rekomendasi
engineering untuk seluruh pipa.
b. Pengadaan
Kontraktor diharuskan menyediakan barang-barang yang dibutuhkan untuk pengerjaan
proyek, selain dari material-material yang telah disediakan oleh PHE ONWJ.
i. Material dari PHE ONWJ
Material yang telah disediakan PHE ONWJ adalah sebagai berikut:
No Scope of Supply Unit Quantity
Bab 4: Perencanaan
34 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
1
LINE PIPE, SMLS, 6.625" x 0.432" WT API 5L Gr.
X52 PSL 2 Offshore, BE, DRL, 12.2 M, BARE
PIPE, Refer to MIKE-W-EDS-0005 for details
MTR 122
2
LINE PIPE, SMLS, 6.625" x 0.432" WT API 5L Gr.
X52 PSL 2 Offshore, BE, DRL, 12.2 M, Asphalt
Enamel Coated, Refer to MIKE-W-EDS-0005 for
details
MTR 122
3
LINE PIPE, SMLS, 6.625" x 0.432" WT API 5L Gr.
X52 PSL 2 Offshore, BE, DRL, 12.2 M,
NEOPRENE Coated, Refer to MIKE-W-EDS-0005
for details
MTR 36.6
4
LINE PIPE, SMLS, 6.625" x 0.432" WT API 5L Gr.
X52 PSL 2 Offshore, BE, DRL, 12.2 M, Asphalt
Enamel Coated and Concrete Weight Coated, Refer
to MIKE-W-EDS-0005 for details
MTR 8662
5
LINE PIPE, SMLS, 6.625" x 0.432" WT API 5L Gr.
X52 PSL 2 Offshore, BE, DRL, 12.2 M, Asphalt
Enamel Coated and Concrete Weight Coated, and
Aluminium Bracelet Anode, Refer to MIKE-W-EDS-
0005 for details
MTR 976
No Scope of Supply Unit Quantity
1
CS Bend, 90O degree, R=5D, 6" dia. NPS, 0.5" pipe
WT, API 5L Gr. X52 PSL 2 Offshore, SMLS, BE,
Hot worked Bend, 2'-0" Tangent Length, Asphalt
Enamel coated, Refer to MIKE-W-EDS-0006 for
details
EA 5
Bab 4: Perencanaan
35 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
2
CS Bend, 90O degree, R=5D, 6" dia. NPS, 0.5" pipe
WT, API 5L Gr. X52 PSL 2 Offshore, SMLS, BE,
Hot worked Bend, 2'-0" Tangent Length, Corrosion
coated, Refer to MIKE-M-PDS-002 for details
EA 5
3
CS Bend, 51O degree, R=5D, 6" dia. NPS, 0.5" pipe
WT, API 5L Gr. X52 PSL 2 Offshore, SMLS, BE,
Hot worked Bend, 2'-0" Tangent Length, Asphalt
Enamel coated, Refer to MIKE-W-EDS-0006 for
details
EA 3
4
CS Bend, 15O degree, R=5D, 6" dia. NPS, 0.5" pipe
WT, API 5L Gr. X52 PSL 2 Offshore, SMLS, BE,
Hot worked Bend, 2'-0" Tangent Length, Asphalt
Enamel coated, Refer to MIKE-W-EDS-0006 for
details
EA 3
Tabel 7: Material dari PHE ONWJ
Merupakan tanggung jawab Kontraktor untuk melakukan Material Take Off pada
material yang diberikan PHE ONWJ. Kontraktor juga harus memiliki fasilitas yang
diperluukan untuk penerimaan material dari PHE ONWJ, dan juga untuk melakukan
unloading, cek visual, cek sertifikat material, pengurusan keberadaan material dan
load dispatch dan pentransferan pada gudang penyimpanan Kontraktor.
ii. Material Pengadaan Kontraktor
Material yang disediakan oleh Kontraktor harus mendapat persetujuan dari PHE
ONWJ. PHE ONWJ hendaknya diberikan kesempatan dalam segala rapat teknis
antara Kontraktor dengan vendor.
Nama Kapal Tipe Kapal Bendera
Bab 4: Perencanaan
36 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
PLB Hafar Neptune Pipelaying Barge Indonesia
AHT ASL Sentosa Anchor Handling Tug Indonesia
AHT ASL Celeste Anchor Handling Tug Indonesia
BG H.218
Linepipe Material
Barge Indonesia
TG A. STAR Tug Boat Indonesia
CB. TBA Crew Boat Indonesia
Tabel 8: Marine Spread yang Disediakan Kontraktor
Tabel 9: Material yang Disediakan Kontraktor
Kontraktor harus menyiapkan prosedur spesifik untuk pengadaaan proyek
berdasarkan standard korporat miliknya, yang termsuk dalam segala bentuk
pembelian, expeditur, perkembangan dan pelaporan, identifikasi dan pencarian
material. Strategi pengadaan, rencana dan prosedur harus selalu dilaporkan oleh
Kontraktor dalam rangka monitoring progres dan biaya pengadaan.
PHE ONWJ memiliki Preferred Manufacturers List (PML). Dengan keberadaan
dokumen tersebut, diharapkan material yang disediakan Kontraktor berasal dari
daftar tersebut. Apabila terdapat tambahan supplier yang tidak termasuk dalam
PML, harus dilaporkan dan disetujui oleh pihak PHE ONWJ. Untuk PML bagian
penyedia Field Joint Coating, merek yang disediakan harus berupa Covalence,
Bab 4: Perencanaan
37 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
atau Canusa, atau merek yang setara dengan merek tersebut. Field Joint Coating
juga harus termasuk pada infill (untuk pipa berlapis concrete) yang berguna bagi
pengaturan level kelurusan pipa.
iii. Jadwal Penyediaan Material
Kontraktor harus menyediakan jadwal penyediaan material yang harus termasuk
pada informasi vendor, dan harus diberikan kepada PHE ONWJ di dalam kurun
waktu 28 hari dalam waktu kontrak.
Kontraktor harus melakukan Material Take Off dan bertanggung jawab pada
suplai material yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Garis besar pekerjaan pada
setiap tahapannya; fabrikasi, konstruksi dan instalasi; yang tidak disediakan oleh
PHE ONWJ. Ini juga termasuk pada material tambahan bagi material yang
disediakan oleh PHE ONWJ setelah verifikasi barang pada Kontraktor. Material
yang disediakan harus berbasis pada spesifikasi dan PML.
iv. Pelaporan Status Pengadaan
Kontraktor harus mengembangkan dan mengimplementasikan sistem pelaporan
bagi perkembangan pengadaan. Setiap Purchase Order (PO) harus dapat
terdokumentasikan pada evaluasi penawaran, penempatan PO, expediting dan
pengiriman pada lokasi proyek.
v. Inspeksi dan Expediting
Kontraktor harus mengimplementasikan inspeksi dan program untuk monitoring
progress berbasis Keamanan dan Kesehatan Lingkungan/Health Safety
Environment (HSE), keamanan teknis, Quality Assurance dan Quality Control
(QA/QC).
vi. Persyatatan untuk Penyimpanan, Proteksi, Pengepakkan, Penandaan dan
Pengiriman
Kontraktor harus menyediakan dan mengatur pengeluaran yang tepat untuk
memfasilitasi kebutuhan penyimpanan di darat. Lokasi penyimpanan darat
sebaiknya berada di jangkauan area Pusat Logistik Marunda milik PHE ONWJ.
Kontraktor harus menginspeksi material dan sertifikat terkait secepatnya dengan
basis list material dan spesifikasi kontrak. Apabila terdapat kekurangan,
Bab 4: Perencanaan
38 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
kelebihan, kesalahan atau kerusakan, Kontraktor harus mendokumentasikannya
secara jelas kepada PHE ONWJ dalam kurun waktu 3 hari.
vii. Dokumentasi Vendor
Dokumentasi vendor merupakan bagian dari paket tawaran yang harus disertakan
untuk direview oleh PHE ONWJ.
viii. Custom Clearance
Kontraktor bertanggung jawab pada Custom Clearance dan bertanggung jawab
pada seluruh biaya pada penyediaan material termasuk pajak, custom duties,
komisi dan gaji bagi agen, biaya pelabuhan, pengaturan, mooring, penyimpanan,
transportasi ke lokasi proyek dan lain sebagainya.
ix. Spare Part untuk Proses Konstruksi, Hook-Up, Commissioning dan Pemulaian
Kontraktor harus mengidentifikasi dan menyuplai spare part untuk proses
konstruksi, hook-up, commissioning dan pemulaian. Keseluruhan material ini
harus termasuk pada harga Lump Sum.
x. Pencarian Material
Kontraktor harus mengembangkan sistem pencarian material yang dapat melokasi
bagian material apapun yang digunakan di dalam proyek . from the initial
requisitioning and purchase stages through the various handling, up to
incorporation into the permanent Work on the facilities, taking into account that
materials may be supplied from different source locations.
xi. Material Reconciliation dan Material Surplus
Kontraktor harus mengatur pengumpulan data lengkap bagi material tambahan
yang tidak termasuk dalam kebutuhan pengerjaan proyek. Pengembalian kembali
material tambahan tersebut harus diberikan ke Pusat Logistik Marunda, Jakarta
xii. Transportasi ke Lokasi PHE ONWJ
Kontraktor harus bertanggung jawab pada aktivitas yang berkaitan dengan
transportasi material dari area milik PHE ONWJ ke lokasi fabrikasi dan/atau
lokasi proyek dan juga untuk material dari Kontraktor.
xiii. Mobilisasi dan De-Mobilisasi
Kontraktor bertanggung jawab pada aktivitas mobilisasi dan demobilisasi seluruh
kapal yang berhubungan dengan proyek. Selain itu, Kontraktor juga bertanggung
Bab 4: Perencanaan
39 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
jawab pada mobilisasi seluruh kapal pada lokasi yang tepat dan menentukan
pelabuhan untuk prosedur mobilisasi.
Kontraktor harus memastikan bahwa seluruh alat yang dibutuhkan pada proses
mobilisasi berada pada kondisi baik, berdasarkan spesifikasi proyek, standar, dan
persyaratan, juga poin-poin berikut:
Prosedur Close Out untuk seluruh barang pada inspeksi dan audit kapal
Review untuk peralatan kapal dan prosedur maintenance
Pemastian bagi keabsahan sertifikat alat dan instrumen pada waktu
instalasi proyek
Tes fungsi bagi seluruh alat pengelasan, Non Destructive Test dan lokasi
field jointing yang berbasis pada spesifikasi
Tes field joint coating sesuai spesifikasi
Prosedur pengelasan dan kualifikasi pengelas
Kontrol pada profil stinger dan instrument pembantu
Pengaturan roller dan load cell support pada roller yang telah terkalibrasi
Sistem pergerakan barge
Sistem pembacaan draft pada kapal
Pengecekan kapabilitas maksimum tensioner
Pengecekan alarm pada tensioner
Pengecekan A&R
Pengadaan sistem Automated Ultrasonic Testing (AUT)
Percobaan pada NDT dan x-ray crawler
Pengecekan peralatan Survey Positioning yang telah terkalibrasi
xiv. Mobilisasi
Proses mobilisasi kapal dapat dikatakan terselesaikan apabila telah tercapai hal-
hal berikut:
Kontraktor mendemonstrasikan bahwa kapal konstruksi telah terpasang lengkap
di lokasi offshore, dapat dioperasikan dan dapat digunakan untuk memulai
pekerjaan sesuai kontrak
Bab 4: Perencanaan
40 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Keseluruhan kapal pendukung, alat dan personel telah siap untuk melakukan
operasi
Poin-poin dalam audit telah memenuhi standar PHE ONWJ
Prosedur konstruksi telah siap pada kapal konstruksi
Kontraktor telah menyediakan notifikasi yang diperlukan dan menyediakan
transportasi tepat pada waktunya bagi personel PHE ONWJ untuk dapat
memonitor kegiatan di kapal konstruksi
Seluruh personel Kontraktor berada dalam fasilitas marine spread
Tersedia rumah sakit yang diperlukan dalam keadaan emergency selama eksekusi
dilakukan
xv. Ketersesuaian Marine Spread
Kontraktor harus menyediakan jadwal mobilisasi bagi setiap kapal instalasi yang
akan digunakan dalam pengerjaan proyek. Seluruh kapal instalasi harus
memenuhi spesifikasi PHE ONWJ. Untuk itu, Kontraktor harus melakukan self
assessment mendetail berdasarkan spesifikasi tersebut untuk menyediakan seluruh
marine spread sesuai spesifikasi.
xvi. Survey Marine Warranty
Kontraktor harus menyediakan Marine Warranty Surveyor sesuai persetujuan
PHE ONWJ untuk melaksanakan IMCA-CMI pada seluruh kapal agar dapat
memenuhi standar IMCA dan persyaratan laut PHE ONWJ.
Dalam keseluruhan mobilisasi, Kontraktor harus menyediakan Punch List
mendetail terkait penemuan pada inspeksi dalam update harian/mingguan kepada
PHE ONWJ.
xvii. Demobilisasi
Proses demobilisasi pada construction spread harus dilakukan setelah
penyelesaian tahap offshore. Kapal-kapal pendukung instalasi offshore dapat
Bab 4: Perencanaan
41 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
melakukan demobilisasi sebelum waktu demobilisasi yang telah ditentukan
dengan seizing PHE ONWJ, atau apabila hal-hal dibawah ini terjadi:
Scope pekerjaan telah terselesaikan oleh kapal konstruksi dan telah
memenuhi standar PHE ONWJ
Pengembalian pipa telah diterima oleh PHE ONWJ
Seluruh barang yang digunakan dalam pekerjaan dan konstruksi temporer
telah dikembalikan ke kapal konstruksi
xviii. Aktivitas Anchoring/Mooring
Kontraktor harus menyiapkan pola anchor dan prosedurnya untuk pengaturan
posisi barge, dan harus berada dibawah persetujuan PHE ONWJ
Tipe anchor harus sesuai dengan tipe dasar laut pada lokasi proyek
Prosedur harus dapat menjelaskan tahap-tahap yang dapat memastikan bahwa
anchor tidak aan diposisikan dibawah 100 m dari fasilitas yang tersedia atau 200
m bila diposisikan di lokasi yang jauh dari fasilitas, alat, pipa, platform, sumur
dan struktur lain yang telah tersedia di lokasi proyek
Apabila anchor harus diletakkan di atas fasilitas yang ada, Kontraktor harus
menggunakan pelampung parasut untuk menahan berat kabel dan memberikan
tegangan untuk mengatur jarak antara kabel anchor dan fasilitas subsea
Kontraktor harus memberikan rencana kemungkinan perpindahan barge untuk
keadaan cuaca buruk
Kontraktor harus memastikan agar anchor dan kabelnya tidak memberikan
kerusakan pada fasilitas yang ada dan harus membuat langkah pencegahan
kerusakan tersebut
Kontraktor harus menyediakan seluruh alat yang dibutuhkan untuk pemosisian
anchor
Bab 4: Perencanaan
42 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Kontraktor harus menyediakan Anchor Handling Tug untuk mengarahkan
pemosisian barge di dekat platform. Kapal sekunder harus memiliki ukuran yang
sesuai untuk melakukan maneuver barge
Seluruh anchor yang berada di sekitar instalasi yang telah ada, harus digerakkan
dengan tug tracking pada kapal anchor handling, yang dimonitor setiap saat dari
barge
Anchor apapun yang diletakkan di atas struktur subsea harus diberi dek dan
teramnkan di belakang Hydraulic Anchor Handling Vessel Shark Jaws dan Work
Pins.
xix. Transportasi Material Pipa
Kontraktor harus memberikan pendetailan pada rencana Load-out dan
menyatakan urutan load-out bagi proses load-out pada pipa di lokasi yang
berbeda. Rencana Load-out harus termasuk pada gambar detail transportation
barge yang menunjukkan pemosisian secara umum dan detail pada sea-fastening.
Kontraktor memiliki kewajiban untuk mengatur pelabuhan, pelepasan, maneuver
dan mooring pada kapal transportasi material pipa dan penurunan muatan dari
kapal coating yard hingga aktivitas load-out dan sea fastening terselesaikan dan
Marine Warranty Surveyor memberikan persetujuan untuk berlayar.
Pipa terlapis harus disediakan oleh personel PHE ONWJ di atas kapal dengan
kapal transport milik Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan pipa sea-
fastening dengan spesifikasi bidang pekerjaan berikut:
Desain, suplai dan instalasi dari material sea-fastening
Ketetapan bagi pilot, harbor tugs, assist tugs, pelayanan stevedoring, untuk
melepaskan kapal transport bersama dengan load-out wharf
Penentuan bagi jalur mooring dan alat lain untuk melabuhan kapal transport
Penanggung jawaban bagi segala dokumentasi, pajak, kewajiban, retribusi,
bea cukai, biaya agen, inspeksi lokal pemerintah di segala kapal transport
milik Kontraktor saat memasuki, menjauhi pelabuhan dan sampai pada lokasi
Bab 4: Perencanaan
43 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
xx. Pekerjaan Konstruksi dan Instalasi
Seluruh pekerjaan konstruksi dan instalasi harus dilakukan berdasarkan spesifikasi dan
persetujuan PHE ONWJ. Kontraktor harus menyediakan seluruh managerial, servis,
Keamanan dan Kesehatan Lingkungan/HSE, pengadaan, QA/QC dan inspeksi,
fabrikas, personel konstruksi, bangunan, alat, material, peralatan eksekusi epas pantai
dan kapal-kapal yang dibutuhkan untuk menyelesaikan garis besar pekerjaan dengan
dana dan jadwal yang tersedia.Selain itu, PHE ONWJ akan melakukan audit bagi HSE
yang dinamakan PHSER (Project Health Safety and Environment Review).
Kontraktor akan secara aktif berpartisipasi dan membuat dokumentasi yang
diperlukan untuk audit ini.
xxi. Rencana Eksekusi
Kontraktor diharuskan membuat Rencana Eksekusi Lepas Pantai selama 1 bulan
untuk membuat rencana pekerjaan konstruksi lepas pantai. Dokumen ini harus terdiri
dari:
Garis besar pekerjaan mendetail
Flow Chart organisasi
Prosedur komunikasi
Rencana eksekusi mendetail
Rencana Respon Emergency
Permasalahan Kunci HSE
Prosedur Task Risk Assesment
Strategi kapal dan logistic
Manajemen material
Prosedur pengelasan dan NDT
Prosedur QA/QC
Pemnitoran cuaca dan kriteria operasional
Kontrol pengangkatan barang dan prosedur
Kontrol manajemen sampah
Bab 4: Perencanaan
44 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Rencana eksekusi pekerjaan harus terdiri dari jadwal detail dan deskripsi pekerjaan yang
berhubungan dengan aktivitas pipelay, instalasi riser dan riser clamp, tiein, perbaikan
free-span, crossing pipa, flooding, pigging dan hydro-test.
xxii. Otorisasi dan Akses ke Lokasi Proyek
Kontraktor memiliki tanggung jawab dalam perolehan surat izin, persetujuan,
dan koordinasi dengan pihak ketiga untuk mendapatkan akses ke lokasi offshore.
xxiii. Persyaratan Eksekusi Konstruksi
Health Safe Secure Environment (HSSE)
Seluruh pekerjaan dalam PHE ONWJ harus berada dalam Standards Control of
Work (COW). Standar COW ini diimplementasikan melalui prosedur Safe
System of Work (SSOW) dan Permit to Work (PTW). Merupakkan sebuah
kewajiban untuk membasiskan seluruh kegiatan pada standar dan prosedur
tersebut.
PHE ONWJ akan melakukan audit PHSER untuk pekerjaan konstruksi dan
instalasi. Maka Kontraktor harus menyediakan dokumen PTW dalam 24 jam
untuk disetujui PHE ONWJ.
Aktivitas Hot Work
Kontraktor haru melakukan segala jenis usaha untuk menghindari aktivitas hot
work. Apabila terdapat kasus penggunaan prosedur hot work, Kontraktor harus
memberikan dokumen SSOW kepada PHE ONWJ untuk disetujui dalam kurun
waktu 24 jam.
Untuk mengantisipasi kejadian tersebut, Kontraktor harus memberikan
pengawasan api secara kontinu pada lokasi pekerjaan panas.
Work Pack Konstruksi
Kontraktor dibutuhkan untuk mengontrol pekerjaan offshore dengan penggunaan
workpack konstruksi. Masing-masing work pack memiliki poin-poin berikut:
- Rangkuman level atas mengenai garis besar pekerjaan
- Deskripsi mendetail mengenai aktivitas proyek
- Disiplin dan manpower yang dibutuhkan
Bab 4: Perencanaan
45 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
- Jadwal pipa
- WPS
- Rencana QA/QC
- Rencana HSE yang dibutuhkan pada pengerjaan proyek
- Tugas Assesment Resiko
- Rencana Lifting
- Persyaratan Vendor
- SSOW
- Persyaratan Khusus : Hot work, shutdown, isolation
- List material
- List alat dan barang
- List data untuk material berbahaya
- Kartu pekerjaan
- Rekaman Tes Inspeksi
- SIMOPS
Logistik
Kontraktor harus bertanggung jawab pada perencanaan, koordinasi,
manajemen dan implementasi logistik lepas pantai yang diperlukan dalam
pengerjaan proyek. Garis besar pekerjaan Kontraktor termasuk pada hal-hal
berikut:
- Transportasi untuk seluruh personel PHE ONWJ dan Kontraktor, alat dan
material menuju dan dari lokasi proyek lepas pantai
- Kapal untuk aktivitas lepas pantai sehari hari
- Pernyataan personel logistic untuk mengefektifkan koordinasi mengenai
barang-barang logistic
- Penanganan sampah dan barang-barang tak terpakai
- Implementasi untuk Rencana Respons Darurat
Kontraktor juga harus mengembangkan Rencana Logistik untuk memastikan
suplai tak terinterupsi untuk material yang dibutuhkan dalam proyek. Rencana
logistic dibutuhkan pada poin-poin berikut:
- Pemindahan pipa terlapis dari lokasi penyimpanan ke barge material
Bab 4: Perencanaan
46 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
- Kapasitas penyimpanan di barge material
- Kapasitas penyimpanan pada barge/kapal pipa
- Level pengiriman pipa terlapis dari kapal ke kapal atau penyimpanan
sementara
- Dampak cuaca dan keadaan lingkungan pada operasi transportasi dan
pengiriman
Kompetensi Personel dan Ketersesuaian Peralatan Kontruksi
Kontraktor harus menyediakan personel berkualifikasi, peralatan, dam
kebutuhan dalam keadaan baik dan kapasitas yang cukup untuk melaksanakan
instalasi proyek.
Manajemen Sampah
Kontraktor bertanggung jawab pada pengelolaan sampah, penyimpanan dan
transportasi ke lokasi darat (Tempat Pembuangan Akhir). Seluruh sampah
harus diklasifikasikan dan ditransportasikan pada kelas-kelas tertentu.
Rencana Pengerjaan Proyek
Kontraktor harus menyiapakan Rencana Proyek mendetail berserta jadwal
untuk semua fase instalasi kepada PHE ONWJ dalam kurun waktu 4 minggu
dari awal pengerjaan proyek. Rencana proyek harus termasuk pada jadwal
menndetail dan deskripsi proyek yang berhubungan dengan pipa, instalasi
riser dan clamp, tie-in, koreksi free-span, crossing pipa, flooding, pigging dan
hydrotesting.
Survey Pre-Lay dan Post-Lay
Kontraktor harus melakukan survey pra konstruksi dan pra pipelay dengan
spesifikasi PHE ONWJ. Survey pre-lay harus dilakukan untuk seluruh
aktivitas lepas pantai yang berubungan dengan proyek. Waktu pengerjaan
aktivitas harus melalui persetujuan PHE ONWJ. Demi mencapai kondisi
„layak guna‟, persyaratan kapal instalasi dan survey dan inspeksi pada koridor
Bab 4: Perencanaan
47 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
anchoring perlu dilakukan. Survey harus termasuk pada riser clamp dan
kondisi bracing jacket yang telah ada.
Hasil dari Pre-lay Survey digunakan oleh Kontraktor untuk menilai dan
mengoptimasi support fre-span sebelum penginstalan dibawah persetujuan
PHE ONWJ.
Kontraktor harus member penilaian dari rute yang telah disurvey dan
mengidentifikasi area yang memiliki kemungkinan untuk terjadinya free-span
dan perbaikan yang tepat untuk free-span tersebut. Selain itu, Kontraktor juga
bertanggung jawab pada pekerjaan untuk pemastian ketidakberlangsungan
free-span pada proses pipelay.
Survey Post-Lay / Intervensi
Kontraktor harus melakukan seluruh survey yang dibutuhkan untuk proses
penyelesaian seabed intervention. Post-lay Seabed Intervention termasuk pada
hal-hal berikut:
- Survey post-lay untuk menyatakan peletakan pipa sesuai dengan rute
desain dan untuk mengidentifikasi area perbaikan span/crossing
- Survey potensi proteksi katodik
- Pelaporan kondisi spesifik anoda, field joints.
- Pengukuran/pelaporan span, scour dan kecacatan
- Prosedur pengarahan pipa ke platform sesuai desain
- Survey Mean Sea Level pada riser
- Pemisahan pipa dari fasilitas baru dan lama
- Survey area pipa untuk crossing kabel
Data Crossing Pipa
PHE ONWJ akan menyuplai pipa awal dan gambar dan design untuk crossing
kabel untuk direview Kontraktor. Kontraktor harus bertanggung jawab dalam
desain crossing untuk mengoptimasi instalasi. Proses desain, suplai dan
instalasi crossing pipa menjadi tanggung jawab Kontraktor yang harus
disetujui PHE ONWJ.
Bab 4: Perencanaan
48 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Data Mooring
Kontraktor dapat memilih untuk melakukan instalasi bagi 1 atau lebih
mooring bagi kapal konstruksi pada lokasi dan dibawah persetujuan PHE
ONWJ. Aktivitas pemindahan mooring oleh Kontraktor di sekitar dasar laut
akan disurvei oleh ROV. Puing-puing akan dibersihkan oleh Kontraktor dan
dibuang mengikuti peraturan lingkungan. Kontraktor harus membuat desain,
menyuplai dan melakukan instalasi cyclone mooring untuk seluruh kapal
konstruksi
Pelaporan Data As Built
Kontraktor bertanggung jawab pada pelaksanaan aktivitas yang berkaitan
dengan penggabungan, persiapan dan penyerahan seluruh informasi yang
berkaitan dengan kondisi as-built dari pekerjaan yang selesai dilakukan.
Garis besar pekerjaan dari Kontraktor pada dokumentasi as-built termasu
pada penggabungan seluruh data, dokumentasi, video dan gambar dari awal
hingga akhir pengerjaan.
c. Aktivitas Konstruksi dan Instalasi
i. Aktivitas Umum
Kontraktor bertanggung jawab pada pelaksanaan aktivitas pipelay yang terdiri
dari kegiatan berikut:
Pembersihan area dari puing kotoran yang dianggap sebagai ancaman bagi
operasi pipe laying. Pembuangan puing kotoran tersebut harus
berlandaskan pada persyaratan pemerintah atau daerah setempat
Pembuatan pernyataan pembersihan rute dari material sampah
Pelaksanaan pipelay di dalam koridor pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan spesifik yang mendukung integritas pipa yang telah
diletakkan
Pelaksanaan pekerjaan perbaikan dan pekerjaan pewaspadaan yang
berbasis pada prosedur yang telah disetujui, termasuk suplai alat, service
Bab 4: Perencanaan
49 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
dan pekerjaan yang berhubungan dengan proses lekuk basah atau kering
pada pipa, perbaikan di dalam atau di atas air dan jenis perbaikan lain
Penyediaan control navigasi pada kapal peletakkan pipa selama
pengerjaan peletakkan pipa
Pengontrolan parameter pipe lay untuk memastikan integritas pipa yang
terjaga
Pengecekan stinger selama 3 jam sekali
Pengecekan profil pipa dan touchdown point setiap 6 jam pada kedua sisi
pipa
Start-up dan lay down pipa
Penopang span/crossing temporer dan crossing pipa
Penyediaan list lokasi anchor
ii. Pengelasan dan Operasi NDT
Seluruh operasi pengelasan, NDT, kualifikasi, criteria penerimaan, material, alat
dan personel harus sesuai dengan spesifikasi PHE ONWJ, termasuk pada
kuaifikasi perbaikan pengelasan. PHE ONWJ dapat meminta Kontraktor untuk
menghentikan pengelasan untuk perlakuan prosedur tes produksi destruktif/tes
pengelasan lengkap. Proses ini dapat dilakukan di awal pengelasan, saat
pemulaian produksi dengan masa tenggang lama dan saat terjadi problem penting.
iii. Deteksi Tekuk
Kontraktor harus menyediakan sistem pendeteksian pada tekuk dan memastikan
operabilitasnya pada saat proses pipe layong berlangsung. Kontraktor harus
memfabrikasi dan melakukan instalasi sistem pendeteksian tekuk sesuai standar
yang berlaku, sehingga tidak akan merusak pipa ataupun tersangkut di dalam atau
di luar permukaan pipa. Apabila terdapat tekuk, Kontraktor harus membuat
laporan dalam kurun waktu 24 jam mengenai penemuan tekuk, penyebab dan
langkah pencegahan tekuk, dan laporan lengkap yang disertai dengan laporan
inspeksi, metode perbaikan dan list untuk sambungan pipa yang rusak dalam
kurun waktu 10 hari.
iv. Perbaikan Tekuk
Bab 4: Perencanaan
50 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Scope pekerjaan perbaikan tekuk terdiri dari perbaikan seluruh tekuk dan
pembukaan (leak) serta pernyataan kebutuhan alat dan personil.Pelaksanaan
operasi perbaikan harus sesuai persyaratan yang diberikan PHE ONWJ
v. Operasi ROV dan Penyelaman
Penggunaan ROV dan operasi penyelaman harus diminimalisir oleh Kontraktor
sesuai kebutuhan. Prosedur ROV dan penyelaman harus disesuaikan dengan
keadaan area laut saat itu yang mencakup angin, arus, dan cuaca, juga harus
sesuai dengan pengarahan International Marine Contractors Association (IMCA).
vi. Survey Subsea Tie-in
Kontraktor harus menyediakan dan mengoperasikan seluruh alat pemosisian dan
kapal yang penting bagi survey, navigasi dan pemosisian pipa tie-in sesuai
spesifikasi. Proses tie-in pada riser milik platform harus termasuk pada pekerjaan
berikut:
Survey Pre Tie-in/ As found
Instalasi dan kalibrasi dari transponder akustik pada dasar laut
Survey as built
Navigasi dan pengaturan posisi untuk segala jenis kapal anchor,
Metrologi pipa dengan pengukuran akustik atau
Survey as built dengan ROV dan peralatan lain untuk menyediakan
dokumentasi as built setelah instalasi
vii. Rencana Kontingensi
Rencana kontingensi dibutuhkan pada saat terjadi kegagalan, kerusakan, kondisi
buruk, insiden dan kecelakaan, kesalahan dalam penjadwalan, kesalahan teknis
dan hal-hal lain yang mengganggu keberjalanan proyek.
d. Penyelesian Mekanis, Pre-Commissioning dan Commissioning
i. Penyelesaian Mekanis
Sistem pengerjaan penyelesaian mekanis adalah pernyatan penyelesaian aktivitas
fabrikasi dan instalasi yang berbasis pada gambar dan spesifikasi kontrak, juga tes
dan inspeksi yang telah disupervisi oleh PHE ONWJ. Untuk memenuhi hal tersebut,
Bab 4: Perencanaan
51 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Kontraktor harus menyelesaikan pengecekan dan tes untuk melihat keselesaian
instalasi dan pekerjaan mekanis, dan memberikan dokumentasinya kepada PHE
ONWJ.
iii. Prosedur Pre-Commissioning
Kontraktor harus menyiapkan prosedur Pre-Commissioning yang termasuk pada hal-
hal berikut:
- Flooding, pembersihan, gauging dan hydrotest pada pipa
- Penjabaran list alat, instrument, material dan kapal yang dibutuhkan untuk
proyek
- Prosedur pelokasian dan perbaikan kemungkinan kerusakan
- Rencana tes tekan, diagram dan paket tes terkait
iv. Aktivitas Pre Commisioning
Pre-Commmisioning adalah pemberian verifikasi pada instalasi pipa yang telah sesuai
dengan kriteria desain, gambar proyek, spesifikasi dan prosedur instalasi. Prosedur
pre-commissioning dapat dikatakan selesai apabila sistem telah siap untuk dijalankan
dengan pengenalan substansi hidrokarbon atau pengenalan peralatan spesifik yang
termasuk pada hal-hal berikut:
Proses Pigging dan Flooding
Tes Hidrostatik
Operasi flushing, pembersihan dan pengeringan
Operasi purging
v. Sistem Pemberian Sertifikasi
Selama proses detailed engineering dilakukan, Kontraktor harus mengembangan
dan mengimplementasikan sistem pemberian sertifikasi yang terdiri dari System
Handover Certificate (SH1), Mechanical Completion Certificate (MC1),
persetujuan inspeksi dan tes keseluruhan, rangkuman garis besar pekerjaan dan
instruksi pekerjaan berdasarkan prosedur, laporan inspeksi dan tes.
vi. Maintenance
Kontraktor harus memenuhi syarat perencanaan maintenance yang sesuai dengan
kebutuhan PHE ONWJ.
Bab 4: Perencanaan
52 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
e. Quality Assurance dan Quality Control
Dalam pelaksanaan QA/QC, Kontraktor bertanggung jawab penuh pada keseluruhan
prasyarat yang ada, yang termasuk ke dalam ISO 9001-2008. Untuk itu, beberapa poin
harus dipenuhi:
i. Kontraktor harus mempekerjakan inspektor pihak ketiga yang akan membantu proses
eksekusi QA, QC, sertifikasi dan dokumentasi, juga memonitor perkembangan
proyek dan bekerja sebagai representatif dari PHE ONWJ.
ii. Kontraktor harus memberikan keleluasaan bagi inspektor pihak ketiga untuk
mengerjakan tugas pengaksesan subKontraktor, vendor, dan inspeksi menyeluruh
pada proyek.
iii. Kontraktor harus memiliki sistem manajemen kualitas pada proyek. Bukti
keberadaan sistem ini harus disertakan pada dokumen Project Quality Plan.
iv. PHE ONWJ memiliki hak untu mengaudit kapabilitas Kontraktor dalam sisi
keabsahan sistem. Prosedur pembenaran merupakan tanggung jawab Kontraktor
setelah dilakukannya pre atau post-award audit untuk menilai rencana dan prosedur
penjagaan kualitas.
Bab 4: Perencanaan
53 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
4.2 Perencanaan Waktu Pelaksanaan
Pada perencanaan waktu proyek, terdapat banyak poin yang menjadi bahan pertimbangan.
Perencanaan waktu proyek yang dimaksud di sini adalah bukan hanya milestone project, tapi
juga jadwal secara terperinci, hingga alternatif jadwal. Karena begitu pentingnya jadwal maka
harus direncakan secara detail dan akurat. Beberapa hal yang penting dan harus diperhatikan
dalam pembuatan jadwal adalah sebagai berikut:
Uraian Pekerjaan
Work Breakdown Structure
Peran dan Tanggung Jawab
Durasi
Garis Besar Jadwal
Schedule Basis Memorandum
Sistem Pengukuran Kemajuan
Perencanaan Distribusi Pekerjaan
Perencanaan Sumber baik Orang maupun Material
Analisis Produktivitas
4.2.1 Uraian Pekerjaan
Dalam perhitungan skala waktu pelaksanaan proyek hal yang paling mendasar untuk dimiliki
adalah urain pekerjaan. Uraian pekerjaan adalah pembagian pekerjaan berdasarkan aktivitas
pekerjaan tersebut dan detail pekerjaannya. Untuk dapat membuat uraian pekerjaan hal yang
harus dimiliki adalah ilmu managerial proyek sebagai tonggak pengatur dan spesifikasi
pekerjaan dari hasil studi sebelum proyek resmi akan dilaksanakan.
Sebuah lingkup kerja yang jelas selanjutnya akan menentukan kontrak dan hal teknis lainnya
dengan Kontraktor. Oleh karena pentingnya uraian pekerjaan maka harus memuat hal-hal
penting berikut:
• Kejelasan
• Presisi
• Kelengkapan
Bab 4: Perencanaan
54 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Dalam melakukan uraian pekerjaan kita harus melakukan perencanaan dasar yang matang. Oleh
karena itu seorang Manajer Proyek biasanya perlu melakukan studi literatur terhadap proyek-
proyek yang sebelumnya pernah dilaksanakan dan juga meninjau hal-hal yang telah dilakukan
oleh tim pelaksana proyek terdahulu.
Setelah melakukan perencanaan dasar, harus ditetukan garis besar pekerjaan seperti apa.
Lengkap atau tidaknya garis besar pekerjaan tergantung pada kompleksitas suatu proyek.
Selama pengembangan lingkup pekerjaan berjalan, manajer proyek harus memastikan kecukupan
isi dengan mengkoordinasikan upaya anggota tim penulisan. Semua elemen yang bersangkutan
dari PHE ONWJ, termasuk spesialis staf fungsional, harus meninjau untuk memastikan bahwa
semua persyaratan yang diperoleh memenuhi tujuan sistem. Setelah semua komentar yang
dikumpulkan, tim penulisan akan meninjau dokumen. Manajer proyek harus memastikan bahwa
perubahan tertentu dikoordinasikan sebelum rancangan akhir dipersiapkan untuk ditinjau oleh
direktur program untuk konsistensi dengan persyaratan program.
Untuk lingkup pekerjaan yang kurang kompleks, seorang individu penulis mungkin menguraikan
persyaratan program dan mencari bantuan dari Departemen Pengadaan dan Persetujuan Bisnis
dalam memastikan bahwa lingkup pekerjaan yang cukup untuk mencapai pengadaan dan untuk
memberikan dasar yang kuat untuk kerja kontrak dan administrasi.
4.2.2 Work Breakdown Structure
WBS dapat direpresentasikan dalam diagram atau tabel. Struktur WBS mewakili hubungan
hirarkis. Peranan WBS sangat penting terutama dalam check-list pekerjaan yang sudah dan
belum dilakukan serta memudahkan pengorganisasian lingkup kerja.
Berikut dilampirkan struktur pekerjaan dari MRA-MMJ Pipeline Project sebagai berikut. WBS
dengan weight factor akan dilampiran pada Lampiran C: Work Breakdown Structure.
Bab 4: Perencanaan
55 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
4.2.3 Peran dan Tanggung Jawab
Peran dan tanggung jawab yang dimaksudkan dalam perencanaan waktu ini adalah pembagian
orang dengan tanggung jawabnya masing-masing. Hal ini biasanya dipegang penuh oleh
Manager Proyek baik dari sisi PHE ONWJ maupun Kontraktor. Mereka yang akan menentukan
siapa bertanggung jawab akan lingkup pekerjaan apa.
Kemudian orang-orang yang diserahi tanggung jawab itu akan memulai mengira berapa banyak
karyawan yang dibutuhkan demi menunjang pengerjaan proyek tersebut selesai dan juga peran
dari tiap-tiap orang agar dapat berjalan sinergis.
4.2.4 Durasi
Memperkirakan durasi kegiatan secara akurat merupakan hal penting untuk keberhasilan setiap
proyek. Walaupun aktivitas estimasi durasi melihat waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
seluruh proyek, kegiatan estimasi durasi tergantung pada waktu lain dan perkiraan sumber daya.
MRA MMJ Pipeline Project 2012-2013
Project Management &
Engineering
Pipeline Detail Design&Installation
Docmentation &As Built
Procurement
Pipeline MRA-MMJ
Riser Clamps
Consumables
Pipeline Crossing Material
FieldJoint Coating
Construction
Eng Support
Fabrication
Offshore Installation
Pre Lay Survey & Sea Bed
Intervention
Pipeline MRA-MMJ
Mobilization/Demobilization
MIGAS certification
Bab 4: Perencanaan
56 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Perkiraan pada dasarnya tidak pernah tepat, tapi bisa meningkatkan akurasi dengan membagi
tugas estimasi menjadi tiga langkah yang berbeda: menentukan Struktur Kerja Breakdown
(WBS), memperkirakan jumlah pekerjaan dan durasi paket pekerjaan, serta menghitung jadwal
proyek.
4.2.5 Garis Besar Jadwal
Bila WBS selesai dan perkiraan durasi untuk semua paket pekerjaan selesai, maka dapat
menentukan durasi proyek secara keseluruhan. Dua metode yang paling umum untuk
memperkirakan ini dan juga dipakai dalam proyek ini adalah Critical Path Method (CPM) dan
Evaluasi Kerja Teknik Ulasan (PERT). Perbedaan antara CPM dan PERT adalah:
CPM menghitung durasi total proyek berdasarkan jangka waktu tugas individu dan saling
ketergantungan mereka. Urutan tugas menentukan waktu minimum yang dibutuhkan untuk
proyek ini adalah jalur kritis.
PERT adalah deskripsi bergambar tugas proyek sebagai jaringan dependensi. Meskipun
juga memfokuskan diri pada jalur kritis, bentuk PERT terlihat pada perkiraan waktu yang
paling mungkin untuk tugas-tugas dan waktu batas (jendela waktu) untuk tugas-tugas.
Selanjutnya, perlu perhitungan awal dan tanggal selesai, akhir mulai dan selesai tanggal.
Peritungan awal dan tanggal selesai dengan menggunakan jaringan yang baru saja dibuat.
Ketika telah mengidentifikasi awal dan tanggal selesai, akhir mulai dan tanggal selesai, dan
waktu ambang, maka dapat mengidentifikasi jalur kritis. Jalur kritis adalah jalur terpendek pada
proyek. Jika tugas pada jalur kritis yang tertunda, seluruh proyek tertunda.
Dengan semua informasi ini dirakit, maka didapat gambaran analisa ketergantungan proyek ini.
4.2.6 Schedule Basis Memorandum
Dasar Jadwal memorandum (MBS) adalah dokumen yang digunakan sebagai dasar untuk
pengembangan jadwal proyek dan membantu tim proyek dalam mengidentifikasi setiap elemen
kunci, masalah dan pertimbangan khusus (asumsi, pengecualian, dll). Nota dasar jadwal dan
tingkat kelengkapan jadwal proyek mendukung manajemen perubahan, rekonsiliasi, dan analisis.
Dokumen ini juga berfungsi sebagai alat untuk membantu setiap personil yang transisi ke
proyek, khususnya scheduler baru atau manajer proyek.
Bab 4: Perencanaan
57 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Nota Jadwal dasar dapat digunakan di semua industri. PHE ONWJmenggunakan dokumen ini
sebagai kerangka kerja untuk mengembangkan proses yang sama dan set peralatan yang
berhubungan langsung dengan kebutuhan mereka.
Ruang lingkup bagian ini untuk memperkenalkan nota dasar jadwal. Dokumen ini
mendefinisikan:
deskripsi Proyek, Proses Jadwal
ruang lingkup kerja (WBS)
strategi eksekusi
tanggal proyek utama
perencanaan
jalan konstruksi
jadwal kritis
isu-isu dan kekhawatiran
resiko dan peluang
asumsi
pengecualian
dasar perubahan / rekonsiliasi
jadwal cadangan
Sistem Mengukur Kemajuan
Pengukuran kemajuan adalah komponen penting dari pengendalian proyek yang efektif.
Mengenai detil sistem pengukuran akan dijelaskan pada bab 5.
Bab 4: Perencanaan
58 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
4.3 Analisis Produktivitas
Salah satu tanggung jawab utama seorang manajer adalah untuk mencapai penggunaan produktif
sumber daya organisasi. Produktivitas adalah indeks yang mengukur output (barang dan jasa)
relatif terhadap input (tenaga kerja, bahan, energi, dan sumber daya lain) yang digunakan untuk
memproduksinya. Hal ini biasanya dinyatakan sebagai rasio berikut:
Produktivitas = Output / Input
Meskipun produktivitas penting bagi semua organisasi bisnis, maka sangat penting untuk
organisasi yang menggunakan strategi biaya rendah, karena semakin tinggi produktivitas,
semakin rendah biaya yang dikeluarkan.
Sebuah rasio produktivitas dapat dihitung untuk satu operasi, departemen, organisasi, atau
seluruh negara. Dalam organisasi bisnis, rasio produktivitas yang digunakan untuk perencanaan
kebutuhan tenaga kerja, peralatan penjadwalan, analisis keuangan, dan tugas-tugas penting
lainnya.
Produktivitas memiliki implikasi penting bagi organisasi bisnis dan untuk seluruh bangsa. Untuk
suatu organisasi, produktivitas yang lebih tinggi berarti biaya yang lebih rendah, produktivitas
merupakan faktor penting dalam menentukan seberapa kompetitif PHE ONWJ. Untuk sebuah
bangsa, laju pertumbuhan produktivitas sangat penting. Pertumbuhan produktivitas adalah
peningkatan produktivitas dari satu periode ke periode produktivitas sebelumnya. Dengan
demikian pertumbuhan produktivitas dapat dihitung :
Pertumbuhan produktivitas = (𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 −𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 )
(𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 ) x100%
Variabel-variabel yang digunakan dalam pengukuran produktivitas tergantung pada jenis
pekerjaan yang dilakukan.
Bab 4: Perencanaan
59 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
4.4 Identifikasi Resiko
Resiko, menurut Project Management Body of Knowledge (PMBOK) adalah ketidakpastian
suatu kejadian atau kondisi yang jika terjadi memiliki efek positif atau negatif pada tujuan
proyek. Mengidentifikasi dan menganalisis resiko terjadi sepanjang kehidupan proyek. Resiko
adalah bagian dari perencanaan proyek, dan juga merupakan bagian yang selalu berlangsung saat
pelaksanaan proyek maupun pengawasan.
Resiko didefinisikan sebagai peristiwa yang dapat dinilai probabilitas dan dampaknya. Ini dapat
menjadi ancaman (peristiwa negatif) ataupun kesempatan (event positif). Baik waktu dan
frekuensi resiko harus dipertimbangkan.
Ketika merencanakan sebuah proyek tentu tidak berencana untuk skenario terburuk tetapi
juga tidak mengabaikan beberapa hal-hal buruk yang mungkin terjadi (seperti izin tertunda,
keterlambatan pengadaan, cuaca buruk, hilangnya anggota tim inti, kegagalan peralatan, dan
sebagainya).
4.4.1 Probabilitas dan Imbas Resiko
Berdasarkan penilaian dari probabilitas dan dampak dari setiap resiko yang diidentifikasi, tim
harus memprioritaskan resiko yang mungkin terjadi di lapangan. Prioritas merupakan langkah
penting karena jika tidak dipersiapkan kita tidak akan memiliki sumber daya jikalau hal tersebut
terjadi dan karena beberapa peristiwa yang berpotensi terlalu rendah dalam prioritas untuk
menjadi layak untuk perencanaan.
Probabilitas resikodapat dihitung secara matematis dengan menentukan bahwa ada kemungkinan
persentase tertentu dari suatu peristiwa tertentu yang terjadi. Jika tidak ada dasar rasional untuk
memperkirakan persentase, dapat mengambil pendekatan konseptual yang lebih luas dan
memberikan label resiko yang memiliki derajat probabilitas tinggi, sedang, atau rendah.
Kisaran yang sama dari pendekatan dapat digunakan dalam menentukan efek resiko. Bila
memungkinkan, dengan perkiraan biaya tertentu harus diaplikasikan untuk setiap resiko. Ketika
pendekatan yang tidak mungkin, resiko dapat diberi label efek yaitu tinggi, sedang, atau
rendahnya.
Bab 4: Perencanaan
60 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Prioritas resiko akan menentukan mana yang layak untuk perencanaan dan yang tidak, dan harus
menjadi produk dari probabilitas dan perkiraan dampak. Jika Anda telah mampu menghitung
probabilitas dan dampak resiko dalam hal persentase dan biaya, maka Anda harus lebih tertarik
pada resiko dengan probabilitas 50 persen bahwa Anda akan berada dalam resiko dengan 10
persen kemungkinan karena mantan bernilai $ 25.000 dan yang kedua bernilai $ 10.000. Jika
Anda tidak dapat mengkuantifikasi probabilitas dan efek dalam istilah matematika, Anda harus
memberikan prioritas kurang resiko dengan kombinasi probabilitas tinggi dan rendah dan efek.
Oleh karena itu, Anda tidak perlu membuang-buang waktu perencanaan Anda untuk resiko yang
memiliki probabilitas rendah dan dampak yang rendah.
4.4.2 Perencanaan Manajemen Resiko
Rencana manajemen resiko merupakan bagian dari manajemen proyek yang berhubungan
dengan proses identifikasi dan kuantifikasi dalam menanggapi, dan mengendalikan resiko yang
melekat dalam suatu proyek. Dengan kata lain, ada perbedaan mendasar antara manajemen
resiko dan manajemen proyek. Proses manajemen proyek adalah untuk mendapat suatu tujuan,
manajemen resiko merupakan salah satu alat untuk memperlengkapi proses itu. Manajemen
resiko mempertimbangkan isu-isu yang mungkin dapat mempengaruhi proses sementara
manajemen proyek melihat proses itu sendiri. Manajemen resiko melihat bagaimana kita dapat
menghindari masalah, manajemen proyek melihat bagaimana kita bisa melampaui masalah. Ini
adalah perbedaan keduanya yang sangat sederhana dan mendasar. Dalam manajemen resiko, kita
melihat realitas sehari-hari kehidupan dan bagaimana bisa berdampak pada hal-hal yang
mungkin menghentikan kita dalam permberlaksanaan proyek.
Manajemen resiko mendefinisikan enam proses berikut:
a. Rencana manajemen resiko - proses mendefinisikan bagaimana melakukan aktivitas
manajemen resiko untuk proyek
b. Mengidentifikasi resiko - proses menentukan resiko dapat mempengaruhi proyek dan
mendokumentasikan karakteristik mereka
Bab 4: Perencanaan
61 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
c. Analisis resiko kualitatif - proses resiko memprioritaskan untuk analisa lebih lanjut
atau tindakan dengan menilai dan menggabungkan probabilitas mereka kejadian dan
dampak
d. Analisis kuantitatif proses numerik untuk menganalisis pengaruh resiko yang
teridentifikasi pada tujuan proyek secara keseluruhan
e. Rencana resiko tanggapan - proses pengembangan pilihan dan tindakan untuk
meningkatkan peluang dan mengurangi ancaman terhadap tujuan proyek
f. Monitor dan pengendalian resiko - proses pelaksanaan rencana resiko respon,
pelacakan resiko diidentifikasi, pemantauan resiko residu, mengidentifikasi resiko baru
dan mengevaluasi resiko proses seluruh proyek
4.4.3 Strategi Menghadapi Resiko
Setelah mengidentifikasi resiko yang layak untuk perencanaan, hal yang selanjutnya harus
dilakukan adalah memutuskan apa yang akan dilakukan tentang masing-masing istilah. Kedua
ancaman dan peluang membutuhkan strategi respon. Berikut ini berlaku untuk resiko negatif atau
ancaman:
• Terima - setelah melalui analisis cara lain untuk menanggapi resiko dengan mencapai
kesimpulan bahwa tidak mengubah rencana proyek adalah pendekatan yang paling masuk
akal dari semua karena setiap respon lainnya memiliki biaya yang melebihi manfaatnya
atau karena biaya resiko tidak dapat dihindari. Penerimaan resiko harus mencakup
pertimbangan rencana back-up atau contingency plan, termasuk penggunaan manajemen
cadangan baik dalam anggaran dan / atau jadwal untuk mengakomodasi acara resiko jika
itu benar-benar terjadi.
• Mengurangi - mitigasi resiko berarti mengurangi probabilitas atau konsekuensi dari
ancaman yang diterima. Misalnya, untuk menghindari resiko dalam menghasilkan produk
yang unaccpetable, mungkin harus diputuskan untuk membangun dalam pengujian lebih
dari satu kali.
Bab 4: Perencanaan
62 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
• Transfer - transferensi berarti pergeseran ancaman kepada pihak ketiga. Ada banyak
contoh pendekatan semacam ini yang diterapkan melalui ketentuan kontrak dengan pihak
ketiga yang terlibat dalam proyek. Persyaratan asuransi bagus untuk pergeseran ancaman
bahaya fisik atau pribadi. Melikuidasi kerusakan untuk ancaman pengalihan penyelesaian
tertunda keterlambatan proyek. Bahkan istilah kompensasi melibatkan transfer ancaman
karena kontrak harga tetap membuat Kontraktor menderita akibat overrungs biaya dan
memungkinkan Kontraktor bertambah manfaat penghematan biaya, sedangkan kontrak
biaya-plus-persen-fee mengalokasikan ancaman-ancaman potensial dan manfaat kepada
pembeli.
• Hindari - strategi ini membutuhkan perubahan rencana proyek untuk menghilangkan
ancaman atau kondisi atau tujuan proyek. Hal ini mungkin memerlukan penghilangan
aspek yang tidak penting dari ruang lingkup proyek yang menempatkan seluruh proyek
dalam bahaya. Sebagai contoh, jika beberapa vendor menawarkan komponen proyek
utama dan vendor pilihan tidak sehat secara finansial, Anda dapat memilih untuk
menggunakan bentuk produk yang kurang menarik sumber yang lebih handal untuk
menghindari ancaman kebangkrutan vendor dan kerja yang tidak.
Seperti resiko negatif atau ancaman, resiko positif atau peluang harus direncanakan. Berikut ini
adalah proses yang harus diperhatikan dalam menanggapi resiko positif:
• Terima - adalah sama dengan resiko negatif. Penerimaan harus mencakup penggunaan
cadangan manajemen baik dalam anggaran dan / atau jadwal untuk merebut kesempatan
jika terjadi.
• Meningkatkan - seperti mengurangi pada periode sebelumnya, meningkatkan
memodifikasi ukuran kesempatan. Artinya, dapat meningkatkan probabilitas dan / atau
dampak dengan mengidentifikasi dan memaksimalkan pendorong utama. Misalnya, untuk
meningkatkan opprotunity menghasilkan produk unggulan, mungkin memutuskan untuk
membangun dalam pengujian lebih dari oiece baru dari perangkat lunak. Dengan cara ini,
meningkatkan kemungkinan meningkatnya bisnis dan mengurangi rework.
Bab 4: Perencanaan
63 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
• Exploit - seperti menghindari, exploting membantu untuk memastikan bahwa
kesempatan direalisasikan bu mencoba untuk menghilangkan ketidakpastian yang
berhubungan dengan opprtunity itu. Sebagai contoh, jika beberapa vendor menawarkan
komponen proyek kunci dan vendor disukai adalah salah satu ingin membangun
hubungan dengan suara atau membuat bisnis dengan, dapat memilih untuk menggunakan
produk tersebut. Hal ini akan membantu untuk memastikan bisnis masa depan.
• Berbagi - seperti transfer pada, mengalokasikan sebelumnya berbagi beberapa bagian
dari kepemilikan kepada pihak ketiga yang paling mampu menangkap opprtunity
tersebut, Berbagi kepemilikan kekayaan intelektual antara organisasi ahli dan organisasi
Anda dapat membantu untuk menangkap kesempatan bisnis dan membangun hubungan
yang berkelanjutan.
Bab 4: Perencanaan
64 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
4.5 Strategi Komunikasi Proyek
4.5.1 Referensi dan Bahasa
Seluruh dokumen harus ditulis dalam bahasa Inggris dengan mengacu kepada Referensi Kontrak
STC-0780.
4.5.2 Korespondensi
Korespondensi berarti termasuk pada aktivitas pengiriman surat, faksimili, korespondensi
lapangan, pengiriman nota, dan bentuk komunikasi formal lain diantara PHE ONWJ dengan
Kontraktor. Sebisa mungkin, korespondensi yang terjadi hanya terdiri dari satu subjek.
Semua korespondensi akan disalurkan melalui perwakilan dan perwakilan Kontraktor. Dalam
proyek ini Kontraktor adalah perusahaan yang merupakan Konsorsium atau Joint Operation dan
semua korespondensi akan dipimpin melalui satu saluran yaitu pemimpin Konsorsium atau Joint
Operation. Semua korespondensi, termasuk surat-surat, kabel, faksimili dan transmittals harus
disusun berurutan dan menanggung kode identifikasi seperti yang dijelaskan di bawah ini.
Semua jenis transmittals di PHE ONWJ akan diteruskan dalam bentuk pengiriman. Setiap
pengiriman harus berurusan dengan satu subjek saja. Surat elektronik tidak boleh digunakan
sebagai alat komunikasi formal pada setiap hal kontraktual yaitu mengenai biaya atau jadwal
4.5.3 Telepon Panggilan
Semua hal yang telah dibahas dan disepakati melalui telepon harus dikonfirmasi oleh
korespondensi resmi dalam waktu tiga (3) hari kalender oleh pemberi panggilan.
4.5.4 Komunikasi di Tempat Kerja
Originalisasi instruksi ditujukan kepada Perwakilan Kontraktor. Semua instruksi harus diberikan
secara tertulis. Dalam situasi apapun, setiap "Instruksi Verbal" atau kesepakatan non-tertulis
dianggap sebagai instruksi Kerja resmi atau Work Order. Jika dalam pemberian instruksi
Kontraktor menganggap instruksi mengakibatkan terjadinya perubahan, maka Kontraktor wajib
menyerahkan Pemberitahuan Perubahan Kontrak sesuai dengan kontrak yang disepakati.
Kontraktor wajib segera menginformasikan PHE ONWJ mengenai penyelesaian Kerja.
Bab 4: Perencanaan
65 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Selain itu, Perwakilan PHE ONWJ mungkin, setiap saat, mengeluarkan nota lapangan dengan
salah satu dari tujuan berikut:
• Sebagai pengingat kewajiban Kontraktual
• Sebagai klarifikasi
• Sebagai permintaan klarifikasi oleh Kontraktor
• Sebagai permintaan untuk perkiraan biaya dan efek pada jadwal kerja tambahan
• Sebagai otorisasi Kontraktor untuk menahan / menghentikan / melanjutkan, setelah
permintaan ini.
• Perwakilan Kontraktor setiap saat mengeluarkan nota lapangan untuk permintaan
klarifikasi teknis.
4.5.5 Rapat
i. Rapat Mingguan
Pertemuan mingguan akan diadakan di kantor PHE ONWJ atau pada setiap tempat kerja,
tergantung pada kebijaksanaan PHE ONWJ.
• Agenda:
- Ulasan rapat sebelumnya
- General HSE
- Review lengkap seluruh Unit Kerja, kemajuan dan hal-hal terkait
- Ulasan jadwal dalam kemajuan kerja yang telah dilakukan
- Ulasan sumber daya
- Sorot masalah dan resolusi
- Teknis query
- Identifikasi perubahan
- Bahan tinjauan
- Peramalan kegiatan (2-Minggu Lihat ke Depan)
- Isu lain
- Waktu dan lokasi pertemuan berikutnya
• Personil yang hadir meliputi:
Bab 4: Perencanaan
66 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
- Kontraktor dan Perwakilan PHE ONWJ
- Personel lain yang dianggap perlu oleh Perwakilan Kontraktor atau PHE ONWJ
ii. Rapat Lain
Rapat lain mungkin akan terjadi terutama dalam kegiatan di lapangan seperti:
• Pertemuan manajemen mungkin terjadi antara Manajemen PHE ONWJ dan Manajemen
Kontraktor seperti yang disepakati antar pihak.
• Pertemuan-pertemuan lain dapat diadakan atas permintaan Kontraktor atau PHE ONWJ
tentang hal-hal tertentu seperti rapat harian yang singkat membahas kegiatan yang terkait.
• Agenda pertemuan lainnya ditetapkan berdasarkan persyaratan tertentu.
• Pertemuan harian singkat akan diadakan selama konstruksi lepas pantai dan operasi
instalasi, dan selama Pra-Commissioning dengan agenda yang khas sebagai berikut:
- Pekerjaan yang berlangsung selama 24 jam terakhir
- Dijadwalkan kemajuan yang akan dicapai selama 24 jam berikutnya
- HSE
- Ulasan sumber daya
- Keselamatan Pekerjaan - izin
- Teknis pertanyaan - masalah
- Konsesi Permintaan - penyimpangan dan perubahan
Bab 5: Monitoring
67 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
BAB 5
MONITORING
5.1 Pengawasan Biaya
5.1.1 Penjelasan
Terdapat banyak metode yang digunakan untuk cost monitoring suatu proyek. Berdasar kepada
Project Management Body of Knowledge (PMBOK), metode yang biasa digunakan dalam proses
pengawasan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Sistem kontrol perubahan biaya: Mendefinisikan prosedur dimana baseline biaya dapat
berubah.
b. Pengukuran Kinerja: Digunakan untuk mengakses besarnya setiap variasi yang terjadi.
c. Manajemen perolehan nilai/Earn Value Management (EVM): Selalu mengukur kinerja
proyek dengan menghubungkan dan membandingkan tiga variabel independen:
- Nilai perencanaan/Plan Value (PV): pekerjaan fisik yang dijadwalkan akan
dilakukan termasuk diperkirakannya nilai pekerjaan ini
- Nilai perolehan/Earn Value (EV): pekerjaan fisik sebenarnya dilakukan
termasuk diperkirakannya nilai pekerjaan ini (sebelumnya, BCWP),
- Biaya Sesungguhnya/Actual Cost (AC): biaya yang dikeluarkan untuk
mencapai nilai yang diterima.
d. Perencanaan Tambahan: perubahan yang memerlukan perkiraan biaya baru atau revisi
atau analisis pendekatan alternatif.
e. Perangkat lunak manajemen proyek dan spreadsheet. Beberapa jenis perangkat lunak
sering digunakan untuk melacak biaya yang direncanakan versus biaya aktual dan untuk
meramalkan pengaruh perubahan biaya.
f. Output dari pengendalian biaya: perkiraan biaya direvisi, update anggaran, tindakan
korektif, perkiraan selesai, penutupan proyek, dan pelajaran.
5.1.2 Laporan Biaya
Kontraktor wajib memperbaharui dan menyampaikan laporan biaya kepada perusahaan pada
tanggal 25 setiap bulannya, kecuali diperintahkan lain oleh PHE ONWJ. Item yang tercantum
Bab 5: Monitoring
68 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
pada laporan biaya tersebut harus sesuai dengan Kontrak dan terdiri dari, minimal, sebagai
berikut:
Nomor Perintah Kerja
kode referensi Work Breakdown Structure
Paket Kerja, Fasilitas, Unit Kerja, dan Sub Unit Kerja sesuai kebutuhann
Deskripsi Item
Nomor urutan pergantian
Jumlah kontrak asli
Jumlah perubahan yang disetujui
Jumlah perubahan pesanan yang disetujui
Jumlah perubahan pesanan tunda yang disetujui
Tren jumlah
Jumlah revisi kontrak
Penyelesaian perkiraan jumlah akhir kontrak
Presentase estimasi penyelesaian pekerjaan bulanan
Presentase estimasi kumulatif penyelesaian pekerjaan bulanan
kumulatif jumlah faktur yang diajukan
Selain laporan biaya diatas, kontraktor juga harus mengembangkan, memperbaharui, dan
menyerahkan perubahan register kontrak dan menampilkan semua detail terkait untuk
pemberitahuan perubahan kontrak (CCNs).
5.1.3 Kurva-S Biaya
Kontraktor wajib menyampaikan kurva-s Level-0 dari biaya proyek yang menunjukkan angka
tambahan dan kumulatif (direncanakan vs aktual). Kurva-s biaya harus diperbarui dan
disampaikan kepada PHE ONWJ secara bulanan.
Bab 5: Monitoring
69 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Gambar 7. Kurva S MRA-MMJ Pipeline Project pada 12 Juli 2013
Selain itu, jika terjadi perubahan biaya sampai ke item tingkat-4 selama proyek tersebut kurva-s
harus dimasukkan juga sebagai backup. Jumlah pekerjaan yang selesai akan digunakan sebagai
dasar dalam mengembangkan kurva-s biaya proyek dan akan mengikat kembali ke laporan biaya
di atas.
5.2 Pengawasan Jadwal
Selama waktu kontrak, Kontraktor wajib memperbarui Level-3 dan Level-4 jadwal untuk
mencerminkan tanggal aktual dan perkiraan. Setiap jadwal diperbarui harus menunjukkan
tanggal yang direncanakan semula, tanggal aktual dan tanggal saat ini diperkirakan setiap
kegiatan. Setiap perubahan durasi direncanakan untuk item penting harus disetujui oleh PHE
ONWJ. Perubahan jadwal ini harus diperbarui dan disampaikan kepada PHE ONWJ dalam
jangka waktu bulanan atau dua mingguan tergantung pada permintaan PHE ONWJ.
Selama waktu kontrak, kontraktor wajib memperbarui keseluruhan kurva-s proyek dan kurva-s
proses untuk mencerminkan kemajuan pekerjaan. Setiap perbaruan kurva-s harus merujuk pada
baseline kurva-s yang telah disetujui. Kurva-s yang diperbarui dan disampaikan kepada PHE
ONWJ baik bulanan atau dua mingguan tergantung pada permintaan PHE ONWJ.
Bab 5: Monitoring
70 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Ketika slip dengan besar 5% atau lebih dari rencana awal dialami, atau satu minggu pada jalur
kritis dari jadwal selama 90% pertama dari durasi proyek, setiap slip kegiatan pada jalur kritis
selama 10% terakhir dari durasi proyek, kontraktor harus mengajukan rencana semua upaya
pemulihan secara merinci dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mempertahankan tanggal
Penyelesaian sesuai dengan waktu yang direncanakan. Rencana pemulihan harus disetujui oleh
PHE ONWJ dan harus mencakup Jadwal CPM Gantt Chart, kurva-s, Charts kapasitas tenaga
kerja, dan rencana aksi narasi. Sebuah rencana dengan tanggal Penyelesaian diperpanjang tidak
dianggap sebagai rencana pemulihan valid.
Bab 5: Monitoring
71 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
5.3 Pengawasan Ruang Lingkup Kerja
5.3.1 Pengawasan Dokumen
Salah satu sistem yang digunakan demi menunjang bahwa semua pekerjaan telah terlaksana
adalah dengan adanya dokumen. Hampir semua kegiatan didokumentasikan dalam bentuk
apapun. Oleh karena pentingnya dokumen maka diperlukan pengawasan secara khuss terhadap
dokumen. Dibawah akan dipaparkan pengawasan dokumen dalam proyek menurut kontrak.
i. Pelacakan Dokumen
Semua dokumen yang akan dikeluarkan untuk diperiksa atau dikomentari PHE
ONWJ, diperoleh dari kontraktor termasuk dari sub-kontraktor dan vendor harus
dicatat dalam Master Document Register (MDR). MDR kontraktor itu harus minimal
mengandung :
Nomor dokumen
Judul dokumen
Kode revisi
Otoritas persetujuan teknis kontraktor
Tanggal perencanaan (IFR, dan AFC)
Tanggal aktual (IFR, dan AFC)
Prakiraan Tanggal (IFR, dan AFC)
WBS / Perencanaan Kode Referensi
Kegiatan ID yang sesuai dengan Level-4 Kegiatan di Master Document Register
(MDR).
Weight factor dokumen
Presentasi kelengkapan yang didasarkan pada "Kriteria Pengukuran Kemajuan".
Kemajuan progres
Status persetujuan
Bab 5: Monitoring
72 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
ii. Dokumen Pengajuan
Sebelum diserahkan kepada PHE ONWJ, dokumen harus cukup lengkap. PHE ONWJ
berhak untuk menolak dokumen yang memiliki keslahan besar, atau secara
substansial tidak lengkap.
Lembar Dokumen pengiriman harus menunjukkan nomor dokumen, kode revisi,
status masalah, judul dokumen, dan jumlah salinan disampaikan. Setiap informasi
lain yang relevan dengan review harus dijelaskan pada pengiriman Dokumen
Semua dokumen harus dikeluarkan dengan status jelas dan ditunjukkan dalam kolom
deskripsi blok judul sebagai berikut:
Ditempatkan untuk diperiksa atau dikomentari PHE ONWJ
Ditempatkan Persetujuan PHE ONWJ
Disetujui untuk Konstruksi
iii. Dokumen Akhir
Semua dokumen yang akan disediakan oleh kontraktor dalam dokumentasi akhir
harus tesedia dalam bentuk original. Kontraktor wajib menyampaikan indeks untuk
persetujuan untuk setiap pengguna dokumentasi akhir atau berkas sebelum kompilasi.
iv. Data Elektronik
Kontraktor harus menyediakan semua dokumentasi dan dokumentasi akhir dalam
format elektronik. Format dan isi untuk diserahkan pada PHE ONWJ dalam format
CD-ROM dengan indeks elektronik yang lengkap atau terdaftar. Dokumen yang
diterbitkan untuk informasi harus dinilai berdasarkan kasus per kasus.
5.3.2 Pengukuran Kemajuan
i. Kemajuan Aktual
Dalam rangka untuk menyajikan kemajuan aktual penyelesainan kerja, kontraktor wajib
mengembangkan dan menyelesaikan lembar perhitungan aktual. Lembar perhitungan
harus mencerminkan detail terendah item / kiriman yang akan diukur (Level-5) dan
konsisten akan mengikat kembali ke aktivitas individu didefinisikan dalam Jadwal tingkat
4. Item tersebut termasuk, namun tidak terbatas pada, sebagai berikut:
Bab 5: Monitoring
73 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
ii. Kriteria Pengukuran Kemajuan
Sebuah daftar kriteria pengukuran kemajuan yang telah ditetapkan, harus digunakan oleh
kontraktor untuk mencerminkan prestasi tertentu yang dibuat pada penyampaian yang
relevan. Kriteria pengukuran seperti kemajuan / metode dan skala akan diajukan untuk
ditinjau. Persetujuan digunakan sebagai dasar untuk menentukan kemajuan aktual Kerja.
Kriteria kemajuan disepakati pengukuran tidak akan diubah selama eksekusi tanpa
kontrak persetujuan.
Berikut kriteria pengukuran dalam proyek:
A. DOCUMENTS Incremental % Complete
1. Commence Work 10%
2. Draft Complete Ready for CONTRACTOR‟s Internal Review 15%
3. Issued for PHE ONWJ Review (IFR) 20%
4. Issued for PHE ONWJ Approval (IFA) 30%
5. PHE ONWJ Approval Sign Off (AFC) 25%
Total 100%
B. PROCUREMENT Incremental % Complete
1. Material Requisition Issuance 5 %
2. Purchase Order accepted by selected Vendor/Subcontractor 15%
3. Materials Ex-Works reaches Free on Brand (FOB) 30%
or Free on Truck (FOT) status
4. Materials accepted by PHE ONWJ at the worksite 50%
meets all contractual and Purchase Order requirements
Total 100%
Bab 5: Monitoring
74 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
C. MOBILISATION AND DEMOBILISATION Incremental % Complete
1. Complete Mobilisation 50%
2. Complete Demobilisation 50%
Total 100%
Berdasar kontrak perjanjian „Exhibit E‟ antara kontraktor dengan PHE ONWJ, kriteria
pengukuran kemajuan mengenai manajemen, fabrikasi, load-out, sea-fastening,
transportasi, mobilisasi, instalasi, pra-komisioning, dan lain-lain diajukan oleh kontraktor
lalu disetujui PHE ONWJ sebelum eksekusi atau pelaksanaan.
iii. Bobot Pekerjaan
Demi mencapai target kemajuan, kontraktor harus mengembangkan faktor bobot
pekerjaan yang diterapkan untuk semua elemen / item yang membangun total pekerjaan.
Faktor bobot pekerjaan tersebut diajukan oleh kontraktor untuk diperiksa dan disetujui
bersama dengan lembar perhitungan kemajuan. Dalam rangka untuk mempertahankan
konsistensi pada laporan kemajuan, faktor bobot pekerjaan yang ditugaskan tidak akan
diubah selama eksekusi tanpa Persetujuan Kontrak.
iv. Konten Indonesia
Sesuai dengan peraturan Pemerintah Indonesia, kontraktor wajib melakukan Kerja
dengan memaksimalkan konten Indonesia. Presentas konten Indonesia yang telah ada
harus dipenuhi atau dilampaui kontraktor.
Kemajuan pada laporan bulanan harus dilaporkan secara rinci yang cukup seperti yang
dipersyaratkan oleh PHE ONWJ dan termasuk rincian dari rencana semula, aktual, dan
penjelasan naratif pada bagian dimana tujuan rencana belum terpenuhi.
Setelah pekerjaan selesainya, Jika tujuan tidak terpenuhi karena kesalahan pada bagian
dari kontraktor, maka sanksi non-keuangan atau keuangan akan dikenakan pada
kontraktor sesuai dengan semua peraturan pemerintah dan peraturan yang berlaku.
Bab 5: Monitoring
75 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
5.4 Pengawasan Kualitas
5.4.1 Penjaminan Kualitas
Jaminan Kualitas adalah proses audit persyaratan kualitas dan hasil dari pengukuran
pengendalian mutu untuk menjamin standar kualitas yang tepat sesuai definisi operasional yang
digunakan. Jaminan kualitas adalah proses eksekusi yang menggunakan data yang dibuat selama
pengawasan kualitas.
Sebuah jaminan kualitas departemen atau organisasi sering dilakukannya pengawasan. Kualitas
dukungan jaminan, terlepas dari judul unit, dapat diberikan kepada tim proyek, pihak manajemen
organisai terkait, pelanggan atau sponsor, serta pemangku kepentingan lainnya tidak terlibat
secara aktif dalam pekerjaan proyek.
Proses penjaminan kualitas juga menyediakan proses perbaikan terus menerus, yang
merupakan iteratif sarana untuk meningkatkan kualitas semua proses. Perbaikan proses terus
menerus bertujuan untuk mengurangi limbah dan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai.
Hal ini memungkinkan proses untuk beroperasi pada tingkat peningkatan efisiensi dan
efektivitas.
5.4.2 Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu adalah proses monitoring dan merekam hasil pelaksanaan kegiatan untuk
menilai kualitas kinerja dan perubahan yang diperlukan sesuai rekomendasi. Kontrol kualitas
dilakukan sepanjang proyek. Baku mutu meliputi proses proyek dan produk golas. Hasil proyek
termasuk kiriman dan hasil manajemen proyek, seperti biaya dan kinerja jadwal. Kualitas
kegiatan pengendalian mengidentifikasi penyebab proses dan kualitas produk. Kualitas produk
dan proses yang buruk dapat dihentikan sesuai permintaan PHE ONWJ.
Tim manajemen proyek harus memiliki pengetahuan kerja pengendalian kualitas statistik,
terutama anakan dan probabilitas, untuk membantu mengevaluasi kualitas kontrol output. Di
antara bagian lain, tim pengendalian mutu berguna untuk menentukan:
Pencegahan (menjaga kesalahan dari proses) dan pemeriksaan (menjaga kesalahan dari
tangan pelanggan)
Bab 5: Monitoring
76 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Sample atribut (hasilnya baik sesuai atau tidak sesuai) dan sample variabel (hasilnya
berperingkat pada skala kontinu yang mengukur tingkat kesesuaian).
Toleransi (kisaran tertentu hasil yang dapat diterima) dan batas kontrol (tresholds, yang
dapat mengindikasikan apakah proses tersebut berada di luar kendali).
5.4.3 Inspeksi dan Rencana Uji
5.4.3.1 Tujuan dan Definisi Point Pengawasan
Prosedur ini melayani panduan tentang kegiatan pengendalian mutu untuk memastikan integritas
sesuai spesifikasi kerja proyek yang relevan dan prosedur proyek.
Definisi poin pengawasan:
o Performansi(P)
Meliputi pekerjaan yang harus disiapkan dan dilakukan oleh Kontraktor / Sub
Kontraktor sebelum / selama / setelah produksi
o Monitor (M)
Suatu kegiatan yang ditunjuk yang tidak memerlukan pemberitahuan terlebih
dahulu PHE ONWJ secara formal dan atau badan sertifikasi yang ditunjuk.
Pekerjaan dapat melanjutkan tanpa memperhatikan kehadiran PHE ONWJ
sebagai pengawas atau ditunjuk pada jadwal.
o Saksi (W)
o Saksi biasanya diterapkan untuk cek wajib produksi di mana verifikasi pihak
ketiga mungkin diperlukan. Sebuah pemberitahuan dalam periode 24 jam atau
periode yang cukup panjang akan ditentukan dan diberikan jika tidak ada
kehadiran oleh PHE ONWJ maka otoritas pekerjaan sertifikasi dalam jangka
waktu tersebut akan terus berlanjut.
o Poin tunda (H)
Suatu kegiatan yang ditunjuk yang membutuhkan pemberitahuan 48 jam terlebih
dahulu pada PHE ONWJ atau badan otoritas sertifikasi yang ditunjuk. Pekerjaan
tidak akan dilanjutkan melampaui saat tersebut tanpa konfirmasi tertulis dari
saksi. Biasanya poin tunda diterapkan pada kegiatan seperti tes akhir, tes
penerimaan atau kewajiban pengecekan keamanan.
Bab 5: Monitoring
77 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
o Ulasan (R)
Kegiatan untuk meninjau dokumen sebelum eksekusi.
o Verifikasi (V)
Sebuah kegiatan yang ditunjuk di bidang manufaktur / fabrikasi dimana PHE
ONWJ atau badan otoritas sertifikasi yang ditunjuk, melalui verifikasi, harus
mengkonfirmasi dengan bukti pemeriksaan dan penyediaan, bahwa langkah-
langkah pemeriksaan yang ditentukan, pengujian atau dokumen telah dipenuhi.
o Persetujuan (A)
Suatu kegiatan untuk menyetujui dokumen sebelum eksekusi.
5.4.4 Pengukuran Pengawasan Kualitas
Dalam MRA-MMJ Pipeline Project ini terdapat beberapa tes atau uji yang dilakukan demi
melakukan proses pengawasan kontrol. Uji pada pipa yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Non Destructive Test (NDT)
b) Dimensional Check
c) Visual Check
d) Chemical Analysis
e) Hydrostatic Test
f) Holiday Test
5.4.5 Pengawasan Pengadaan Barang
Kontraktor harus menyiapkan prosedur kontrol pengadaan sesuai dengan persyaratan rinci dalam
cakupan perkerjaan. PHE ONWJ berhak untuk meminta kontraktor untuk mengatur dan
menghadiri pertemuan teknis dengan sub-contractors /vendors ketika PHE ONWJ menganggap
perlu pada setiap tahap pembuatan, desain atau instalasi, dan kontraktor harus melakukannya.
Kontraktor harus mengembangkan dan memperbaharui masalah yang ada kepada PHE ONWJ
secara bulanan mengenai registrasi status pembelian, kecuali diperintahkan lain oleh PHE
ONWJ, yang sekurang-kurangnya memuat data sebagai berikut:
• Nomor perintah kerja
Bab 5: Monitoring
78 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
• Work Breakdown Struktur yang disertai kode referensi
• Paket Pekerjaan / Fasilitas / Satuan Kerja / Satuan Kerja Sub
• Permintaan jumlah dan revisi
• Deskripsi item
• Nilai dari barang yang dibeli
• Daftar penawar
• Pengecekan daftar industri yang diutamakan
• Tanggal permintaan pembelian (direncanakan / perkiraan / aktual)
• Tanggal penerimaan penawaran (direncanakan / perkiraan / aktual)
• Tanggal pembukaan (direncanakan / perkiraan / aktual)
• Penawar terpilih
• Tanggal penerbitan pesanan pembelian (direncanakan / perkiraan / aktual)
• Pesanan pembelian dalam jumlah dan revisi terkait
• Data tanggal pengiriman bagi pemasok / vendor, bahan, peralatan, suku cadang utama
(terjadwal / perkiraan / aktual)
• Tanggal permintaan pengiriman menuju lokasi meliputi bahan, peralatan, suku cadang
utama (direncanakan / perkiraan / aktual)
• Rekaman kontak terbaru untuk vendor / supplier untuk mempercepat / inspeksi tujuan
• Pengecekan pemeriksaan kebutuhan (persyaratan inspeksi harus sesuai dengan bagian
5.4.6.1 di bawah)
i. Program Inspeksi Jangka Pendek
Kontraktor wajib memasukkan perkiraan inspeksi jangka pendek dalam Laporan mingguan
kepada PHE ONWJ serta perkiraan inspeksi program untuk tiga (3) minggu berikutnya.
ii. Pemeriksaan Laporan
Laporan Kunjungan pemasok / Vendor Inspeksi harus menyatakan secara khusus:
• Referensi purchased order (pembelian pesanan)
• Peralatan / bahan diperiksa
• Inspeksi dan tes yang dilakukan
• Kuantitas penerimaan material
Bab 5: Monitoring
79 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
• Jumlah material yang ditolak dan disertai dengan alasan
• Semua informasi tentang perkembangan, kualitas, dan kuantitas
• Lokasi terpusat, serta informasi lain yang terkait
Bab 5: Monitoring
80 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
5.5 Laporan
Kontraktor wajib menyampaikan laporan harian, mingguan, dan bulanan berkala yang diperlukan
untuk PHE ONWJ termasuk semua lampiran yang diperlukan dalam hard copy dan format
elektronik.
5.5.1 Laporan Harian
Kontraktor wajib menyusun dan menyampaikan Laporan Kemajuan Harian (DPR) untuk semua
kegiatan lepas pantai.
5.5.2 Laporan Mingguan
Kontraktor wajib menyusun dan menyampaikan laporan mingguan yang mencakup semua
kegiatan yang relevan dengan pekerjaan minggu sebelumnya. Laporan harus diperbarui setiap
minggu dan disampaikan kepada PHE ONWJ dalam satu (1) hari sebelum Rapat Mingguan yang
akan diselenggarakan pada hard copy dan format elektronik. Sebelum hari penutupan bisnis
mingguan (Jumat). Isi Laporan Mingguan, minimal, meliputi item berikut:
Lembaran sampul yang mencakup "Periode Akhir Pekan"
HSE termasuk highlight dan statistik
Ringkasan perkembangan
Ringkasan berupa narasi
Presentasi aktual vs baseline Lengkap dengan tanggal diantisipasi dan aktual untuk
pekerjaan yang relevan
Ringkasan perkembangan kemajuan mingguan menyoroti dan diatur oleh paket
pekerjaan, fasilitas, unit kerja sesuai dengan perintah kerja yang relevan.
Perencanaan pekerjaan 3 minggu kedepan
Pemulihan perencanaan yang berlaku
Kekhawatiran / isu
Lampiran:
Lampiran kurva-s keseluruhan
Kurva-s lain yang bergantung pada persyaratan tahap proyek
Ringkasan jadwal proyek
Bab 5: Monitoring
81 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
Selain itu, PHE ONWJ dan kontraktor mungkin memerlukan informasi tambahan lainnya yang
dianggap perlu terkait dengan laporan mingguan.
5.5.3 Laporan Bulanan
Kontraktor wajib menyusun dan menyampaikan laporan bulanan yang mencakup semua kegiatan
yang relevan dengan Kerja bulan sebelumnya dan laporan tersebut harus diperbarui secara
bulanan. Kontraktor wajib menyerahkan draft laporan bulanan untuk ditinjau Perusaaan dalam
waktu tujuh (7) hari kalender dari bulanan sebelum penerbitan laporan bulanan akhir. Tanggal
laporan penutupan bulanan harus berada di dekat Jumat terakhir dari setiap bulan.
Isi dari laporan bulanan, minimal, meliputi item berikut:
- Lembaran sampul yang mencakup "Periode Bulanan"
- HSE termasuk highlight dan statistik
- Manajemen Ringkasan:
• Ringkasan Eksekutif
• Rencana kegiatan untuk periode berikutnya
• Kekhawatiran / isu
- Statistik proyek secara keseluruhan:
• Perkembangan secara keseluruhan
• Jadwal kinerja termasuk daftar tanggal penting yang didefinisikan dalam
pameran D, dengan baseline, diantisipasi, dan tanggal aktual
• Biaya kinerja
- Pemulihan rencana kerja (jika berlaku)
- Narasi tatap muka antar manajemen
- Kemajuan ringkasan bulanan berdasar paket pekerjaan, fasilitas sesuai dengan perintah
kerja yang relevan
- Lampiran:
o Kurva-s keseluruhan
o Jadwal ringkasan proyek
o Jadwal master proyek
Bab 5: Monitoring
82 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
o Histogram tenaga kerja
o Status register pembelian
o Perkembangan konten Indonesia
o Perhitungan lembar perkembangan
o Biaya laporan termasuk perubahan kontrak yang terdaftaar
o Pekerjaan
o Ringkasan lembaran penagihan
o Dokumentasi: Kontraktor harus menyediakan dalam bagian ini satu set
foto yang menunjukkan kemajuan Konstruksi. Foto-foto harus diambil
setiap bulan selama masa konstruksi, satu di setiap lokasi seperti yang
didefinisikan oleh PHE ONWJ. PHE ONWJ harus diberikan file
elektronik dari setiap foto, bersama-sama dengan laporan bulanan.
Kontraktor juga wajib melampirkan lembar pernyataan dalam laporan bulanan dan menunjukkan
tanda tangan vendor / pemasok / sub-kontraktor yang menyatakan bahwa faktur mereka dalam
beberapa bulan sebelumnya telah dibayarkan kontraktor. Lembar pernyataan tersebut adalah
wajib dan harus menjadi dasar untuk pemotongan pembayaran. PHE ONWJ akan memutuskan
mana vendor / pemasok / sub-kontraktor harus tercantum dalam lembar pernyataan.
Selain itu, PHE ONWJ dan kontraktor mungkin memerlukan informasi tambahan lainnya yang
dianggap perlu terkait dengan laporan mingguan, contohnya seperti dalam lampiran C “Konten
tabel laporan bulanan”.
5.5.4 Laporan penutupan
Kontraktor wajib menyusun dan menyampaikan laporan untuk ditinjau dan disetujui PHE ONWJ
sebagai bagian dari Dokumentasi Akhir. Laporan penutupan harus merupakan ringkasan yang
komprehensif dari kemajuan pencapaian pekerjaan penyelesaian kontrak beserta tanggalnya.
Kontraktor harus mengembangkan laporan untuk menutupi, minimal, semua bagian rinci dalam
penutupan tabel laporan dari konten yang disediakan dalam Lampiran E.
Kontraktor harus menyerahkan minimal satu laporan asli dan salinan lengkap serta soft copy
dalam CD-Rom.
Bab 6 : Penutup
83 Manajemen Proyek PT PHE ONWJ Studi Kasus : MRA MMJ Pipeline Project
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengerjaan laporan kerja praktek mengenai Manajemen
Proyek PHE ONWJ dengan subjek MRA-MMJ Pipeline Project adalah poin-poin sebagai
berikut:
1. Keseluruhan pengerjaan proyek pada PHE ONWJ menggunakan pedoman basis Capital
Value Process milik BP. Metode ini merupakan cara pengambilan keputusan bisnis
terbaik dengan tahap-tahap yang mencakup awal hingga akhir.
2. Pengerjaan proyek pada PHE ONWJ dilakukan oleh kontraktor EPCI dengan ruang
lingkup pekerjaan sebagai berikut:
a. Engineering
b. Procurement/Pengadaan
c. Construction/Konstruksi
d. Installation/Instalasi
3. Pada pengukuran progress proyek, PHE ONWJ menggunakan sistem Earn Value
Management.
6.2 Saran
Pemfokusan manajemen proyek pada kinerja kontraktor EPCI, khususnya pada Time Control
dan Procurement Control akan memberikan keefektifan kinerja proyek secara keseluruhan.
Dibutuhkan komunikasi yang baik antara PHE ONWJ dengan kontraktor EPCI terpilih,
sehingga tercapai kesesuaian antara persyaratan servis dan material yang diberikan perusahaan
dengan yang telah disediakan kontraktor EPCI.