LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI … · 2019-12-23 · LAPORAN KUNJUNGAN KERJA...
Transcript of LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI … · 2019-12-23 · LAPORAN KUNJUNGAN KERJA...
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI
KE PROVINSI MALUKU
RESES MASA PERSIDANGAN I
TAHUN SIDANG 2019-2020
KOMISI VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Provinsi Maluku adalah salah satu provinsi yang di sebelah Timur
Indonesia dengan ibu kota adalah Ambon. Pada tahun 1999, sebagian wilayah
Provinsi Maluku dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara, dengan ibu kota
di Sofifi. Provinsi Maluku dan Maluku Utara terdiri atas gugusan kepulauan
yang dikenal dengan Kepulauan Maluku. Jumlah pulau yang ada di wilayah
Provinsi Maluku mencapai 1.340 pulau.
Wilayah Provinsi Maluku sebelah utara berbatasan dengan Laut Seram,
sebelah selatan berbatasan dengan Lautan Indonesia dan Laut Arafura,
sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Irian/ Provinsi Papua dan sebelah
barat berbatasan dengan Pulau Sulawesi/ Laut Sulawesi dan posisi Provinsi
Maluku terletak antara 20 30 ' - 90 Lintang Selatan dan 1240 - 1360 Bujur Timur.
Luas wilayah Provinsi Maluku secara keseluruhan adalah 712.480 km2, terdiri
dari luas lautan 658.295 km2 dan luas daratan 54.185 km2. Dengan kata lain,
lebih dari 90% wilayah Provinsi Maluku adalah lautan.
Provinsi Maluku terdiri dari sembilan kabupaten dan dua kota yaitu
Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten
Maluku Tengah, Kabupaten Buru, Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten
Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Kabupaten Maluku
Barat Daya, Kabupaten Buru Selatan, serta Kota Ambon dan Kota Tual. Data
jumlah penduduk Provinsi Maluku pada tahun 2017 adalah 1.744.654 jiwa
dengan tingkat kepadatan penduduk 32 jiwa/km2.
Potensi sumber daya alam yang ada di Maluku sangat berlimpah, yang
meliputi sumber daya hutan, perikanan dan sumber daya air, pariwisata, serta
potensi pertambangan mineral dan energi. Khusus untuk sektor energi,
Provinsi Maluku memiliki potensi sumber daya minyak dan gas bumi, panas
bumi, sumber energi dari air, matahari, energi laut, serta energi dari sumber
bahan nabati.
Kepulauan Maluku mengalami dampak benturan lempeng Pasifik,
lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia relatif lebih intensif yang
menyebabkan wilayah ini menjadi salah satu yang sangat dinamis dengan
berbagai jenis bahan tambang dan energi. Cadangan gas terbesar di
Kepulauan Maluku tercatat berada di blok Pulau Masela, Kabupaten Maluku
Barat Daya dengan estimasi produksi gas alam cair (liquefied natural gas /
LNG) 9,5 juta ton/tahun dan gas 150 (million standard cubic feet per day /
mmscfd) untuk gas pipa.
Sektor energi memiliki peran penting dan strategis bagi Provinsi
Maluku. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Maluku untuk memenuhi
kebutuhan energi Maluku adalah masih minimnya infrastruktur energi dan
pengelolaan energi, sehingga secara langsung menghambat potensi
perekonomian di daerah. Sebagai contoh, potensi kelautan dan perikanan
Provinsi Maluku tidak bisa dikembangkan maksimal, karena banyak daerah
potensial ikan dan hasil laut di Maluku yang ketersediaan energi listriknya
masih minim.
Provinsi Maluku telah menetapkan kebijakan pembangunan bidang
energi, yaitu peningkatan kerjasama investasi antara pemerintah, dunia usaha
dan masyarakat; meningkatkan ketersediaan infrastruktur energi baru dan
terbarukan pada semua gugus pulau, dan meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana. Selain itu, penelitian dan
riset mengenai sektor energi harus terus dikembangkan agar potensi lokal
sumber daya energi dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan adanya
pengoptimalan sumber daya energi lokal, diharapkan pasokan energi ke
Maluku di masa mendatang tidak lagi tergantung dari sumber energi dari luar.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Komisi VII DPR RI yang
melingkupi bidang energi dan sumber daya alam serta kegiatan riset dan
teknologi, memandang perlu untuk menjadikan Provinsi Maluku sebagai obyek
kunjungan pada reses Masa Persidangan I Tahun Sidang 2019 – 2020.
Kunjungan ini dalam rangka melakukan fungsi pengawasan dan kegiatan
untuk menyerap aspirasi masyarakat dan pemerintah daerah. Melalui
kunjungan kerja ini diharapkan dapat mendukung pemerintah daerah dalam
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi serta membawa informasi dan
data terkait bidang – bidang kerja Komisi VII DPR RI untuk ditindak lanjuti
dalam menjalankan fungsinya.
II. DASAR HUKUM
Dasar Hukum pelaksanaan kunjungan Komisi VII DPR RI adalah:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2014 tentang Tata Tertib beserta Perubahannya.
3. Keputusan Rapat Intern Komisi VII DPR RI tentang Agenda Kerja Masa
Persidangan I Tahun Sidang 2019 - 2020.
III. MAKSUD DAN TUJUAN KUNJUNGAN KERJA
Maksud diadakannya Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi
Maluku adalah dalam rangka melaksanakan fungsi pengawasan serta
menyerap aspirasi dan melihat secara langsung perkembangan di daerah,
khususnya pengelolaan energi dan sumber daya mineral serta riset dan
teknologi. Adapun tujuan kunjungan kerja ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan data, informasi dan melihat secara langsung perkembangan
sektor energi dan sumber daya mineral serta riset dan teknologi di Provinsi
Maluku.
2. Mengetahui berbagai persoalan dan masalah yang dihadapi di Provinsi
Maluku khususnya di sektor energi dan sumber daya mineral serta riset
dan teknologi.
3. Mengetahui tingkat efektivitas peran yang dilakukan oleh pemerintah
pusat dan pemerintah daerah dalam mengatasi berbagai persoalan yang
dihadapi oleh masyarakat di daerah.
4. Melihat secara langsung kinerja yang dilaksanakan mitra komisi VII DPR
RI dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya di Provinsi Maluku.
5. Secara khusus, fokus perhatian kunjungan kerja ke Provinsi Maluku pada
kesempatan ini pada sektor penyediaan energi fosil, distribusi dan BBM
dan gas, serta masalah ketenagalistrikan.
IV. WAKTU, LOKASI KUNJUNGAN DAN AGENDA KEGIATAN
Kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI dilaksanakan pada
tanggal 18 - 22 Desember 2019 dengan tujuan kunjungan ke Provinsi
Maluku. Sedangkan agenda kegiatan kunjungan kerja adalah melakukan
pertemuan dengan pihak yang terkait di daerah dan meninjau langsung ke
lokasi, dengan agenda sebagai berikut:
1. Pertemuan dengan Gubernur dan DPRD Provinsi Maluku, Kepala
Daerah Tingkat II yang ada di Provinsi Maluku, Kapolda Maluku, Kepala
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Maluku,
Dirjen Migas Kementerian ESDM, Dirjen Ketenagalistrikan
Kementerian ESDM RI, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM RI, Kepala
LAPAN, Kepala LIPI, Kepala BPPT, Kepala BIG, Kepala BATAN,
Kepala BAPETEN, PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation
Region (MOR) VIII, PT PLN (Persero), SKK Migas, Inpex Masela Ltd.,
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ada di wilayah Provinsi
Maluku, BPH Migas, serta instansi terkait lainnya.
2. Kunjungan dan pertemuan dengan Direksi PT PLN (Persero) dan
Direksi PT PLN (Persero) Wilayah Maluku, Dirjen Ketenagalistrikan
Kementerian ESDM RI, dan Kepala Dinas ESDM Provinsi Maluku
terkait dengan permasalahan ketenagalistrikan dan upaya peningkatan
rasio elektrifikasi dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
(RUPTL) dan upaya penggunaan energi baru dan terbarukan di
Provinsi Maluku.
3. Pertemuan dengan BPH Migas, Direksi PT Pertamina (Persero)
Marketing Operation Region (MOR) VIII, Dirjen Migas, SKK Migas,
Inpex Masela Ltd., KKKS di Provinsi Maluku, dan Dinas ESDM Provinsi
Maluku terkait permasalahan ketersediaan dan distribusi BBM maupun
LPG, infrastruktur migas di Provinsi Maluku, serta perkembangan
proyek lapangan hulu minyak dan gas abadi Blok Masela.
V. SASARAN DAN HASIL KEGIATAN
Sasaran dari kegiatan kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi
Maluku adalah melihat langsung untuk memperoleh informasi terkait
dengan bidang Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM), Riset dan
Teknologi (RISTEK), serta ketenagalistrikan.
Hasil kegiatan kunjungan Komisi VII DPR RI diharapkan bisa menjadi
rekomendasi untuk ditindaklanjuti dalam rapat-rapat Komisi VII DPR RI
dengan mitra terkait, khususnya dalam melaksanakan fungsi legislasi,
pengawasan dan anggaran.
VI. METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan kunjungan lapangan Komisi VII DPR RI
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan (menghimpun data dan informasi awal sebagai informasi
sekunder, koordinasi dengan pihak terkait, dan persiapan administrasi
kegiatan)
2. Pelaksanaan kegiatan, dilakukan pertemuan dengan berbagai instansi
dan melihat langsung objek kunjungan.
3. Pelaporan, berisi seluruh rangkaian kegiatan dan hasil kegiatan beserta
rekomendasinya.
4. Pembahasan dan tindaklanjut hasil-hasil kunjungan lapangan pada rapat-
rapat Komisi VII DPR RI.
VII. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN LAPANGAN
Kunjungan kerja ini diikuti oleh Anggota Komisi VII DPR RI, yang
merupakan representasi dari tiap-tiap fraksi, Tenaga Ahli Komisi VII DPR RI,
Sekretariat Komisi VII DPR RI. Selain itu juga didampingi oleh mitra Komisi
VII DPR RI.
DAFTAR NAMA ANGGOTA TIM
KUNJUNGAN KERJA KOMISI VII DPR RI
KE PROVINSI MALUKU
MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2019-2020
TANGGAL 18-22 DESEMBER 2019
NO. NAMA NO.
ANGG. FRAKSI JABATAN
1 SUGENG SUPARWOTO A-373 FP-NASDEM KETUA TIM
2 Dra. ADRIANA C. DONDOKAMBEY, M.Si. A-252 F-PDI
PERJUANGAN ANGGOTA
3 MERCY CHRIESTY BARENDS, S.T. A-261
F-PDI
PERJUANGAN ANGGOTA
4. Dr. Ir. WILLY MIDEL YOSEPH, M.M. A-244
F-PDI
PERJUANGAN ANGGOTA
5. PARAMITA WIDYA KUSUMA, SE A-198
F-PDI
PERJUANGAN ANGGOTA
6. H. HASNURYADI SULAIMAN, SE,MAB A-336 FP-GOLKAR
ANGGOTA
7. DYAH RORO ESTI W.P., B.A., M.Sc. A-322 FP-GOLKAR
ANGGOTA
8. MORENO SOEPRAPTO A-110 FP-GERINDRA ANGGOTA
9. H. SUBARNA, S.E., M.Si. A-95 FP-GERINDRA ANGGOTA
10. ARKANATA AKRAM, S.T., B.E. (Hons), M.Eng.Sc.
A-392 FP-NASDEM ANGGOTA
11. Hj. RATNA JUWITA SARI, S.E., M.M. A-46 F-PKB ANGGOTA
12. Dr. H. MUHAMMAD ZAIRULLAH AZHAR A-55 F-PKB ANGGOTA
13. RUSDA MAHMUD A-573 FP-DEMOKRAT ANGGOTA
14. Dr. H. MULYANTO, M.Eng. A-450 F-PKS ANGGOTA
15. SAADIAH ULUPUTTY, S.T. A-458 F-PKS ANGGOTA
BAB II
PROFIL PROVINSI MALUKU
A. Kondisi Geografis
Maluku adalah sebuah provinsi yang meliputi bagian selatan Kepulauan
Maluku, Indonesia. Ibu kota Maluku adalah Ambon yang memiliki julukan
sebagai Ambon Manise dan City of Music. Provinsi Maluku dan Maluku Utara
membentuk suatu gugus-gugus kepulauan yang terbesar di Indonesia dikenal
dengan Kepulauan Maluku dengan lebih dari 4.000 pulau, baik pulau besar
maupun kecil.
Gambar 1. Peta Administrasi Provinsi Maluku (Sumber: BPS Provinsi Maluku)
Menurut letak astronomis, maka wilayah Provinsi Maluku terletak antara
20 30 ' - 90 Lintang Selatan dan 1240 - 1360 Bujur Timur. Batas Wilayah Provinsi
Maluku adalah sebelah Utara adalah Laut Seram, sebelah Selatan berbatasan
dengan Lautan Indonesia dan Laut Arafuru, sebelah Timur berbatasan dengan
Pulau Irian, sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Sulawesi.
Menurut data yang bersumber dari Biro Pemerintahan, Provinsi Maluku
terdiri dari 9 (sembilan) Kabupaten dan 2 (dua) Kota dengan jumlah 118
Kecamatan dan jumlah Desa/Kelurahan sebanyak 1.231 yang terdiri atas
1.198 Desa dan 33 Kelurahan.
11 (sebelas) Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku yang memiliki luas
daratan mulai dari terbesar sampai terkecil yaitu Kabupaten Maluku Barat
Daya luasnya 72.426,91 km², Kabupaten Maluku Tenggara Barat 52.995,19
km², Kota Ambon 35.944,62 km², Kabupaten Maluku Tengah 11.595,57 km²,
Kabupaten Buru 7.595,58 km², Kabupaten Seram Bagian Barat 6.948,40 km²,
Kabupaten Kepulauan Aru 6.426,77 km², Kabupaten Seram Bagian Timur
5.779,12 km², Kabupaten Buru Selatan 5.060,00 km², Kabupaten Maluku
Tenggara 4.178,66 km² dan Kota Tual 254,39 km².
B. Kondisi Iklim
Daerah Maluku mengenal 2 musim yakni : musim barat atau utara dan
tenggara atau timur yang di selingi oleh dua macam pancaroba yang
merupakan transisi kedua musim tersebut. Musim barat di Maluku
berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan bulan April
adalah masa transisi ke musim tenggara. Musim tenggara berlaku rata-rata 6
bulan berawal dari bulan Mei dan berakhir pada bulan Oktober. Masa transisi
ke musim barat adalah pada bulan November.
Keadaan musim tidak homogen dalam arti setiap musim berlaku di
daerah ini memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada daratan maupun
lautannya. Temperatur rata-rata 26,2 oC (di Maluku Tenggara terutama pada
musim hujan).
Berdasarkan klasifikasi Koppen, iklim di Maluku tergolong type Alpa, dan
hanya sebagian kecil yang tergolong type Ae, seperti daerah-daerah Obi, Tual
dan Dobo. Sedangkan berdasarkan klasifikasi Schmid Fergusen, iklim di
Maluku tergolong type A dan B dan hanya sebagian kecil saja tergolong type
C seperti Daerah Tual (Maluku Tenggara).
Curah Hujan di Maluku 1.000 mm/tahun terjadi di pulau Wetar dan
sekitarnya. Curah hujan antara 1.000 - 2.000 mm/tahun terjadi di pulau babar,
Tanibar, Aru dan sebagian pulau Buru, kepulauan Sula, Bacan dan sekitar
Tobelo. Curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm/tahun terjadi di pulau Seram,
Gorom, Obi, Morotai dan Kei Kecil. Curah hujan lebih dari 3.000 mm/tahun
terdapat di pulau Lease, pulau Kei kecil, pulau Ambon dan Kao. Curah hujan
tertinggi terdapat di gunung Darlisa (di pulau Seram bagian barat ) sebesar
3.384 mm/tahun. Curah hujan terendah terdapat di Tiwakr (pulau Wetar)
sebesar 991 mm/tahun.
C. Potensi Sumber Daya
1. Sumber daya hutan
Luas sumber daya darat di Maluku adalah sebesar 54.185 km2, dengan
potensi sumber daya hutan: Hutan Konversi: 475.433 Ha, Hutan Lindung:
774.618 Ha, Hutan Produksi Terbatas: 865.947 Ha, Hutan Produksi Tetap:
908.702 Ha, Hutan yang dapat dikonversi: 1.633.646 Ha.
2. Pertambangan
Daerah-daerah penghasil tambang dan mineral di Provinsi Maluku adalah:
a) Emas: Pulau Buru, Wetar, Ambon, Haruku, dan Pulau Romang
b) Mercuri: Pulau Damar
c) Perak: Pulau Romang
d) Logam Dasar: Pulau Haruku dan Nusalaut
e) Kuarsa: Pulau Buru
f) Minyak Bumi: Bula (Pulau Seram), Laut Banda, Kepulauan Aru dan
cadangan minyak di Maluku Barat Daya.
g) Mangan: Laut Banda
3. Perikanan
Provinsi Maluku ditetapkan oleh Menteri KKP sebagai Lumbung Ikan
Nasional 2030 sejak digelarnya Sail Banda 2010. Maluku yang merupakan
kepulauan bahari terbesar di wilayah Nusantara memang layak dijadikan
lumbung ikan nasional karena potensi perikanan yang luar biasa banyaknya
disertai laut yang kaya dan masih terjaga dari campur tangan manusia. Daerah
dengan potensi ikan di wilayah Maluku yaitu: Kepulauan Banda, Kepulauan
Kei, Kepulauan Aru, Maluku Tenggara Barat, dan Maluku Barat Daya.
Sumber daya perairan 658.294,69 km2, dengan potensi sebagai
berikut: - Laut Banda: 277.890 ton/tahun - Laut Arafura: 771.500 ton/tahun -
Laut Seram: 590.640 ton/tahun. Berbagai jenis ikan yang dapat ditangkap dan
terdapat di Maluku antara lain: ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan
demersal, ikan karang, udang, lobster, cumi.
Sementara untuk potensi budidaya laut yang penyebarannya terdapat
pada Laut Seram, Manipa, Buru, Kep. Kei, Kep. Aru, Yamdena, pulau-pulau
terselatan dan wetar adalah kakap putih, kerapu, rumput laut, tiram mutiara,
teripang, lobster, dan kerang-kerangan. Untuk potensi budidaya ikan air payau
adalah bandeng dan udang windu.
4. Energi
Kepulauan Indonesia bagian timur umumnya serta Maluku secara
khususnya mengalami dampak benturan lempeng Pasifik, lempeng India-
Australia dan lempeng Eurasia relatif lebih intensif yang menyebabkan wilayah
ini menjadi salah satu yang sangat dinamis dengan berbagai jenis bahan
tambang dan energi. Cadangan gas terbesar di Maluku tercatat berada di
blok Pulau Masela di MTB (Maluku Tenggara Barat). Pengembangan
Lapangan Abadi di Blok Masela seperti diketahui masuk 37 Prioritas dalam
Proyek Strategis Nasional (PSN), sebagaimana yang diatur dalam Perpres
Nomor 58 Tahun 2017 sebelum diperbarui dengan Perpres 56 tahun 2018.
5. Pariwisata
Terdiri dari ratusan kepulauan membuat Maluku memiliki keunikan
panorama disetiap pulaunya dan mengundang banyak turis asing datang
untuk mengunjungi bahkan menetap di kepulauan ini. Selain objek wisata
alam, beberapa peninggalan zaman kolonial juga merupakan daya tarik
tersendiri karena masih dapat terpelihara dengan baik hingga sekarang.
Bahkan dibeberapa daerah,pariwisatanya sudah terkenal sampai ke
mancanegara.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASIL KUNJUNGAN
A. Pertemuan dengan Gubernur Provinsi Maluku
Dalam pertemuan ini, tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI dipimpin
oleh Bapak Sugeng Suparwoto dan dihadiri oleh Gubernur Provinsi Maluku,
Bupati dan Walikota di Wilayah Provinsi Maluku, PT Pertamina (Persero), PT
PLN (Persero), BPH Migas, SKK Migas, Inpex Masela Ltd., KKKS di Provinsi
Maluku, serta perwakilan dari masing-masing Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK). Pertemuan dilakukan di Meeting Room Lantai 6 Hotel
Santika Premiere Ambon pada tanggal 19 Desember 2019. Dalam pertemuan
ini diperoleh informasi tentang Persiapan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku
menyambut pengoperasian proyek pengembangan lapangan gas abadi Blok
Masela, kondisi kelistrikan serta kebutuhan BBM di Provinsi Maluku.
Gambar 2. Diskusi Tim Kunjungan Kerja Komisi VII dengan Gubernur dan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Maluku
Persiapan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku menyambut
pengoperasian proyek pengembangan lapangan gas abadi Blok Masela, Bula
dan Non Bula serta kebutuhan BBM di Provinsi Maluku antara lain:
1. Aspek Kesiapan Lahan
a. Telah dikeluarkannya rekomendasi pinjam pakai kawasan hutan seluas
1.407 Ha untuk lokasi pembangunan infrastruktur LNG (onshore) dari
Gubernur Maluku.
b. Telah terbentuk tim pengadaan lahan infrastruktur LNG (onshore) di
Kabupaten Kepulauan Tanimbar untuk pembangunan infrastruktur utama
dan pendukung.
c. Telah dilakukan sosialisasi terkait kebutuhan lahan untuk pembangunan
infrastruktur LNG (onshore).
d. Telah dilakukan penyesuaian Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau
Pulau Kecil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur LNG (onshore)
sesuai dengan kewenangan pemerintah daerah (Perda 01 Tahun 2018).
2. Aspek Kesiapan Pengembangan Sumber Daya Manusia
a. Pada tanggal 23 November 2019 telah dilakukan Penandatanganan Nota
Kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Daerah Provinsi Maluku dengan
BP Jamsostek dalam rangka Pelaksanaan Pelatihan Pra-Kerja bagi 400
Pencari Kerja lulusan SMA sederajat di Provinsi Maluku.
b. BP Jamsostek telah mendepositokan dana senilai Rp. 1.100.000.000.000,-
(Satu Trilyun Seratus Milyar Rupiah) di Bank Maluku dan Maluku Utara,
untuk jaminan sosial ketenagakerjaan.
c. Penjajakan kerjasama Pengembangan Sumber Daya Manusia antara
Pemerintah Daerah Provinsi Maluku dengan Lembaga Pelatihan Kerja PT.
PETROTEKNO dan PT. Nusa Tanimbar Daya Abadi, dalam rangka
mempersiapkan skill kompetensi tenaga kerja lokal.
d. Pemerintah Provinsi Maluku telah menyurati Kepala SKK Migas untuk
menginformasikan kebutuhan tenaga kerja di Blok Masela sesuai
kualifikasi yang dibutuhkan.
3. Aspek Penawaran PI 10%
a. Pemerintah Provinsi Maluku telah menyurati Kepala SKK Migas tertanggal
6 November 2019 perihal Penawaran PI 10% di Wilayah Kerja Masela,
Bula dan Non Bula Kepada Pemerintah Provinsi Maluku.
b. Pada tanggal 5 Desember 2019 Kepala SKK Migas telah menyurati
Pemerintah Provinsi Maluku Perihal penawaran PI 10% Wilayah Kerja
Seram Bula dan Wilayah Kerja Seram Non Bula.
c. Saat ini Pemerintah Daerah Provinsi Maluku sesuai dengan
kewenangannya sedang dalam tahap menyiapkan BUMD, sesuai syarat
dan ketentuan yang diatur dalam Permen ESDM No. 37/2016, untuk
menerima dan mengelola PI 10% di Wilayah Kerja Masela, Bula dan Non
Bula serta jasa penunjang lainnya.
4. Kebutuhan Kuota Jenis BBM Tertentu dan BBM Khusus Penugasan
a. Usulan Provinsi Maluku terkait kuota Jenis BBM Tertentu dan BBM Khusus
Penugasan yang terdiri dari Minyak Tanah, Solar dan Premium diharapkan
kuota saat ini dapat ditambah seiring kebutuhan yang semakin meningkat.
b. Memperhatikan kondisi geografis Provinsi Maluku yang berciri kepulauan
dibutuhkan Pembangunan Penyalur BBM satu harga yang merata pada 11
Kabupaten/Kota.
Selain itu, para Bupati Bupati dan Walikota yang ada di Provinsi Maluku
juga menyampaikan kondisi daerah mereka masing-masing terkait dengan
bidang kerja Komisi VII DPR RI. Secara khusus, beberapa hal yang perlu
mendapatkan perhatian dari pemerintah antara lain:
1. Pemda Maluku mengharapkan adanya percepatan infrastruktur kelistrikan
di pulau-pulau terluar yang ada di Provinsi Maluku.
2. Khusus untuk Kabupaten Maluku Tengah yang mempunyai potensi energi
baru terbarukan, dapat Pemda mengharapkan adanya upaya
pengembangan PLTS, PLTMH, dan PLTP untuk memenuhi kebutuhan
listrik masyarakat.
3. Pemerintah diharapkan mengoptimalkan eksplorasi Blok Migas Seram
sehingga dapat bermanfaat khususnya bagi warga lokal di Kabupaten
Maluku Tengah.
4. Pemerintah diharapkan menambah titik-titik BBM satu harga di Provinsi
Maluku, khususnya Kabupaten Maluku Barat Daya dan Kepulauan
Tanimbar.
5. Mengingat Provinsi Maluku terdiri dari 1.340 pulau, maka diperlukan
kebijakan khusus untuk penggunaan solar di Provinsi Maluku sebagai
bahan bakar pembangkit listrik.
6. Pemerintah diharapkan untuk mempercepat perijinan pembangunan
PLTA Buru Selatan.
7. Pemda Kepulauan Tanimbar meminta Komisi VII DPR dan pemerintah
untuk mengawal potensi konflik lahan yang rencananya akan dibangun
menjadi kawasan LNG Blok Masela karena terkait dengan anggapan
lahan tersebut merupakan tanah adat masyarakat setempat.
8. Bupati Kepulauan Tanimbar meminta penetapan Provinsi Maluku sebagai
daerah penghasil migas terkait Blok Masela sehingga Pemprov dapat
meminta dana bagi hasil.
9. Pemprov Maluku meminta SKK Migas untuk memprioritaskan partisipasi
SDM lokal sebagai pekerja di lapangan gas abadi Blok Masela.
10. Pemda Kepulauan Tanimbar meminta pemerintah membangun Balai
Latihan Kerja (BLK) di Saumlaki untuk menyiapkan tenaga-tenaga teknis
yang akan bekerja di Blok Masela.
Setelah mendengarkan penjelasan dari Gubernur dan SKPD di Provinsi
Maluku, maka agenda pertemuan dilanjutkan dengan penyerahan produk-
produk LPNK ke Pemprov dan Pemda yang ada di Provinsi Maluku. Produk-
produk LPNK yang diserahkan antara lain bibit padi varietas Sidenuk hasil riset
BATAN, dokumen perijinan pemanfaatan tenaga nuklir ke rumah sakit-rumah
sakit yang ada di Provinsi Maluku oleh BAPETEN, peta-peta satelit daerah
Maluku yang kaya akan produksi ikan oleh BIG, serta penyerahan prototipe
pesawat N219 oleh LAPAN.
Gambar 3. Penyerahan Produk-Produk LPNK secara Simbolis kepada
Gubernur Provinsi Maluku
Terkait dengan penjelasan Gubernur dan SKPD di Provinsi Maluku,
maka Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR memberikan tanggapan antara
lain sebagai berikut:
1. Diperlukan beberapa kebijakan afirmasi khusus di Provinsi Maluku terkait
dengan penggunaan diesel sebagai pembangkit listrik ataupun prioritas
SDM lokal untuk bekerja di lapangan hulu migas abadi Blok Masela.
2. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI sepakat dengan Gubernur
Maluku untuk mempercepat proses AMDAL dan pembebasan lahan
terkait proyek lapangan hulu gas abadi Blok Masela selesai pada tahun
2020, sehingga dapat segera dilakukan pembangunan infrastruktur.
3. Untuk mempercepat pembangunan di Provinsi Maluku dapat dibentuk Tim
Taspos.
4. Pemprov Maluku diminta untuk menyampaikan Rencana Umum Energi
Daerah (RUED) ke pemerintah sehingga dapat dibuat roadmap kebutuhan
dan penggunaan energi, serta solusi atas permasalahan kelistrikan di
Provinsi Maluku.
5. Komisi VII DPR RI meminta pengelolaan PI 10% untuk Blok Masela dapat
dilakukan secara terbuka.
6. Diperlukan pendalaman terhadap potensi sumber-sumber energi baru
terbarukan yang ada di Provinsi Maluku untuk mencapai program rasio
elektrifikasi sebesar 100% pada tahun 2020.
7. Penyerahan produk-produk LPNK ke daerah-daerah perlu ditingkatkan
sebagai hasil kerja nyata LPNK yang berguna bagi masyarakat-
masyarakat yang ada di daerah.
B. Pertemuan dengan Direktur Bisnis PLN Regional Maluku dan Papua
Pertemuan Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI dengan Direktur
Bisnis PLN Regional Maluku dan Papua serta PT Karpowership Indonesia
dilakukan di Marine Vessel Power Plant (MVPP) atau kapal pembangkit KPS
Yasin Bey di Desa Waai pada tanggal 18 Desember 2019. Dalam pertemuan
ini diperoleh beberapa informasi, antara lain:
1. Gambaran umum sistem kelistrikan di Provinsi Maluku adalah sebagai
berikut:
Daya mampu = 182,55 MW
Beban puncak = 114,25 MW
Transmisi = 50 KMS
Gardu Induk = 80 MVA
Jaringan tegangan menengah = 4.135, 01 KMS
Jaringan tegangan rendah = 2.296 KMS
Gardu distribusi = 252,720 MVA
Sistem kelistrikan besar (>2 MW) = 17 sistem
Sistem kelistrikan kecil (<2 MW) = 38 sistem
Kondisi operasi pembangkit 24 jam sebanyak 27 sistem, 18 jam sebanyak
3 sistem, 16 jam sebanyak 1 sistem, 14 jam sebanyak 1 sistem, 12 jam
sebanyak 22 sistem, dan kondisi operasi 6 jam sebanyak 1 sistem.
2. Rasio elektrifikasi rumah tangga yang menggunakan listrik dari PLN di
Provinsi Maluku per November 2019 mencapai 88,91%, sedangkan untuk
total rasio elektrifikasi mencapai 95,18%.
Tabel 1. Rasio Elektrifikasi Provinsi Maluku Per Kabupaten s/d November
2019
No Kabupaten
Realisasi s/d November 2019
Jml RT BPS
Jml RT PLN
Berdasarkan IDPEL
Jml RT Non PLN
Jml RT LTSHE
RE (%) PLN
RE (%) Non PLN
RE (%) LTSHE
RE (%)
Total
1. Kota Ambon 95.841 85.984 - - 89,72 0,00 0,00 89,72
2. Maluku Tengah
84.807 80.401 701 181 94,80 0,83 0,21 95,84
3. Seram Bag. Barat
36.507 36.517 - 171 100,0 0,00 0,47 100,0
4. Seram Bag. Timur
22.534 17.432 3.510 128 77,36 15,58 0,57 93,50
5. Buru 30.013 29.720 290 980 99,02 0,97 3,27 100,0
6. Buru Selatan 12.232 8.430 2.478 331 68,92 20,26 2,71 91,88
7. Maluku Tenggara
20.523 19.654 867 - 95,77 4,22 0,00 99,99
8. Kep. Aru 18.680 8.750 3.210 3.150 46,84 17,18 16,86 80,89
9. Maluku Tenggara Barat
21.978 20.792 1.183 485 94,60 5,38 2,21 100,0
10. Maluku Barat Daya
15.411 11.053 3.409 794 71,72 22,12 5,15 98,99
11. Kota Tual 13.463 11.998 1.200 275 89,12 8,91 2,04 100,0
Jml Maluku 371.989 330.731 16.848 6.495 88,91 4,53 1,75 95,18
3. Rasio kecamatan berlistrik yang disupply dari PLN per November 2019
sebesar 77,1% dan rasio desa berlistrik PLN sebesar 69,94%.
4. Beberapa tantangan pemenuhan kebutuhan listrik di Provinsi Maluku
antara lain:
a. Lokasi-lokasi desa yang jauh, sulit, dan terpencar sehingga mengalami
kesulitan dalam hal pendataan jumlah rumah tangga yang membutuhkan
pasokan listrik dari PLN.
b. Belum ada infrastruktur di desa-desa terluar di Provinsi Maluku: akses
jalan, jaringan komunikasi data, transportasi, dan pelabuhan
c. Jaringan dan PLTD yang sudah beroperasi belum optimal jumlah
pelanggan tersambung dari potensi jumlah pelanggan
d. Kemampuan ekonomi masyarakat sangat rendah untuk membayar BP,
instalasi dan keberlangsungan pembelian pulsa listrik setiap bulan
e. Belum ada perwakilan Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI) dan
atau Komite Nasional Keselamatan Untuk Instalasi Listrik (KONSUIL) di
lokasi desa/dusun sehingga biaya instalasi menjadi mahal.
Tabel 2. Rasio Desa Berlistrik PLN Per Kabupaten di Provinsi Maluku
Gambar 4. Roadmap Melistriki Desa di Provinsi Maluku
5. Guna memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Ambon, sejak bulan April tahun
2017, PT PLN (Persero) menyewa Marine Vessel Power Plant (MVPP)
atau kapal pembangkit KPS Yasin Bey yang dioperasikan oleh PT
Karpowership Indonesia dengan kapasitas kontrak 60 MW dan kapasitas
terpasang 120 MW. Kapal tersebut tersambung dengan sistem transmisi
70 kV dan membantu mengurangi kekurangan daya yang ada di sistem
Ambon. Berdasarkan kontrak dengan PLN, KPS Yasin Bey akan
beroperasi sampai dengan April 2022. Hingga saat ini, KPS Yasin Bey
mensuplai lebih dari 80% kebutuhan listrik di Pulau Ambon.
6. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI mengapresiasi langkah PT PLN
(Persero) untuk menambah pasokan listrik di Pulau Ambon dengan
menyewa kapal pembangkit KPS Yesin Bey yang dioperasikan oleh PT
Karpoweship Indonesia dengan kapasitas kontrak 60 MW (kapasitas
terpasang 120 MW).
Gambar 5. Kapal Pembangkit KPS Yasin Bey di Desa Waai
7. PT PLN (Persero) diminta untuk mengantisipasi pemenuhan pasokan
listrik di Pulau Ambon setelah KPS Yasin Bey habis kontrak pada bulan
April tahun 2022 dengan cara mengoptimalkan pembangkit-pembangkit
listrik yang sudah ada, misalnya PLTMG Ambon Peaker 30 MW yang
sudah beroperasi.
Gambar 6. Peninjauan Lokasi Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke
KPS Yasin Bey
8. Teknologi kapal pembangkit seperti KPS Yasin Bey dengan menggunakan
bahan bakar gas diharapkan mampu dikembangkan di daerah-daerah
kepulauan terluar yang ada di wilayah Provinsi Maluku.
Tabel 3. Kondisi Sistem Kelistrikan Ambon Sebelum dan Setelah
Beroperasinya MVPP
Keterangan Sebelum MVPP Setelah MVPP
(MW) (MW)
Daya mampu kit 65,3 82,6
PLTD PLN 22,6 22,6
PLTD Sewa 42,7 -
MVPP - 60
Beban puncak 58,00 58,00
Surplus/Defisit 7,30 24,60
Surplus/Defisit (N-1) 1,30 21,60
Reserved Margin 12,6% 42,4%
9. PT Karpoweship Indonesia selaku operator KPS Yasin Bey diharapkan
bisa bekerjasama dengan BUMD Provinsi Maluku sehingga bisa
menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
10. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR memandang diperlukannya
kebijakan pembangunan infrastruktur kelistrikan di Provinsi Maluku yang
berbasis gugus pulau (12 gugus pulau), sehingga daerah-daerah terluar
di Provinsi Maluku dapat terjangkau oleh listrik PLN.
11. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR mengapresiasi langkah yang
dilakukan oleh PT PLN (Persero) Regional Maluku dan Papua untuk
meningkatkan rasio elektrifikasi rumah tangga melalui program one man
one hope, yaitu para karyawan PT PLN (Persero) Regional Maluku dan
Papua dengan ikhlas menyisihkan dana mereka untuk membantu rumah
tangga-rumah tangga yang mengalami kesiulitan biaya dalam
pemasangan listrik.
12. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI memandang diperlukannya peran
serta pemerintah untuk mendukung program one man one hope sehingga
mempermudah pemasangan listrik bagi rumah tangga-rumah tangga yang
tidak mampu.
13. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI merekomendasikan adanya
kebijakan afirmasi berupa pengadaan listrik menggunakan bahan bakar
diesel untuk wilayah-wilayah di Indonesia bagian Timur.
14. Diperlukan workshop validasi data untuk membahas kondisi kelistrikan
rumah tangga-rumah tangga yang berhubungan langsung dengan Blok
Masela dengan menghadirkan Pemprov Maluku, Pemda, BPS, serta
Kementerian ESDM.
C. Pertemuan dengan PT Pertamina (Persero) MOR VIII
Pertemuan ini dilakukan di Ballroom Hotel Santika Premiere Ambon
Lantai 5 pada tanggal 18 Desember 2019. Dalam pertemuan ini, tim
Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI dipimpin oleh Bapak Sugeng Suparwoto
dan dihadiri oleh SKK Migas, Inpex Masela Ltd., KKKS yang ada di Provinsi
Maluku, serta BPH Migas
Gambar 7. Pertemuan Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI dengan PT
Pertamina (Persero) MOR VIII
Beberapa informasi yang diperoleh dalam pertemuan ini antara lain:
1. Dalam mendistribusikan energi ke wilayah Provinsi Maluku, PT Pertamina
(Persero) MOR VIII mengoperasikan 7 terminal bahan bakar, 2 Depot
Pengisian Pesawat Udara (DPPU).
2. Jumlah lembaga penyalur BBM di Provinsi Maluku saat ini berjumlah 110
buah, yang terdiri dari 21 SPBU regular, 54 SPBU kompak/mini/modular,
4 SPBU nelayan, dan 31 awak mobil tangki (AMT) .
3. Timeline pengembangan infrastruktur PT Pertamina (Persero) MOR VIII di
Provinsi Maluku adalah sebagai berikut.
a. Tahun 2020: terminal bahan bakar Wayame 1x10.000 kL dan 1x20.000 kL
serta terminal bahan bakar Tual 1x5.000 kL serta pengadaan jaringan
lembaga penyalur BBM retail sebanyak 17 buah yang terdiri dari SPBU
regular 1 buah, SPBU kompak/mini/modular 8 buah, SPBU nelayan 7
buah, dan AMT 1 buah.
b. Tahun 2021: pembangunan depot LPG Wayame berkapasitas 2x1.000
MT serta pembangunan dermaga depot LPG Wayame 6.500 DWT.
7. Beberapa penyimpangan yang terjadi dalam pemanfaatan BBM
bersubsidi di Provinsi Maluku antara lain.
a. Menjual BBM JBT atau BBM JBKP kepada pembeli yang menggunakan
drum, jerigen dan wadah sejenisnya tanpa surat rekomendasi dari SKPD
setempat atau instansi terkait.
b. Tidak melaporkan data volume totalisator (stok awal, penerimaan,
penjualan, stok akhir) BBM secara rutin, tepat waktu, dan akurat kepada
Pertamina.
c. Penyalahgunaan penjualan/penyaluran BBM JBT dan JBKP yang bukan
kepada yang berhak demi keuntungan pribadi.
8. Kendala penyaluran BBM di Provinsi Maluku antara lain.
a. Sarana dan fasilitas: pengiriman dari fuel terminal Masohi Kab. Seram
Bagian Barat yang terhambat karena adanya jembatan putus sehingga
harus memutar jauh melalui jalur utara dengan waktu tempuh yang lebih
lama untuk melayani 1 SPBU regular, 6 SPBU Kompak, 1 SPBU BBM 1
harga.
b. Geografis: pengiriman ke Kab. Maluku Barat Daya dan Pulau Banda yang
sering terhambat karena faktor cuaca.
9. Kendala penyaluran LPG di Provinsi Maluku antara lain.
a. Sarana dan fasilitas: belum ada depot LPG dan SPPBE di wilayah kerja
MOR VIII, sehingga pengangkutan LPG dilakukan menggunakan
container dan diangkut menggunakan kapal peti kemas.
b. Geografis: keadaan geografis Maluku yang memiliki 1.340 pulau sehingga
menyulitkan pendistribusian LPG.
c. Transportasi: terbatasnya kapal peti kemas tujuan Surabaya-Ambon
sehingga lembaga penyalur (agen LPG) harus menyesuaikan jadwal kapal
agar tidak terjadi kelangkaan LPG di lapangan.
d. Program pemerintah: subsidi minyak tanah masih berjalan di wilayah
Maluku sehingga sebagian besar masyarakat belum beralih dan berani
menggunakan LPG untuk memasak.
10. Beberapa upaya PT Pertamina (Persero) MOR VIII dalam meningkatkan
distribusi LPG antara lain:
a. Program OVOO (One Village One Outlet): program penyebaran lokasi
pangkalan dan outlet LPG NPSO kemasan tabung sehingga setiap satu
desa memiliki minimal satu pangkalan LPG NPSO kemasan tabung.
b. Sinergi BUMN: PT Pertamina (Persero) MOR VIII berkerjasama dengan
PT Pos Indonesia dalam hal pengangkutan tabung LPG + isi dari Supply
Point ke wilayah kerja retail sales VIII.
c. Pengecekan dan penertiban jalur distribusi: Pertamina melakukan
pengecekan di lapangan dan segera menindaklanjuti apabila ditemukan
pelanggaran.
d. Pertamina menyediakan Call Center 135 untuk menampung dan
menindaklanjuti keluhan masyarakat.
11. PT Pertamina (Persero) MOR VIII telah membentuk Satgas Natal 2019
dan Tahun Baru 2020 untuk menjamin keamanan pasokan BBM dan LPG
di Provinsi Maluku selama Natal 2019 dan Tahun Baru 2020.
12. Terkait dengan program BBM satu harga wilayah MOR VIII di Provinsi
Maluku, PT Pertamina (Persero) mengoperasikan 1 titik BBM satu harga
pada tahun 2017, 4 titik BBM satu harga pada tahun 2018, dan 1 titik BBM
satu harga pada tahun 2019.
13. Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang ada di Provinsi Maluku
meliputi CITIC Seram Energy Ltd. dengan wilayah kerja Seram Non Bula,
Kalrez Petroleum (Seram) Ltd. dengan wilayah kerja Seram Bula, serta
Inpex Masela Ltd. dengan wilayah kerja lapangan abadi Masela.
Gambar 8. Wilayah Kerja Seram Non Bula
Gambar 9. Wilayah Kerja Seram Non Bula
Gambar 10. Wilayah Kerja Blok Masela
14. Produksi minyak di Provinsi Maluku pada tahun mencapai 1.969 BOPD
yang terdiri dari 1.718 BOPD oleh CITIC Seram Energy Ltd. dan 251
BOPD oleh Kalrez Petroleum (Seram) Ltd.
15. Produksi gas bumi di Provinsi Maluku pada tahun 2019 mencapai 1,47
MMSCFD oleh CITIC Seram Energy Ltd.
16. Status kegiatan proyek lapangan abadi Blok Masela sampai dengan saat
ini adalah:
a. Revisi POD-1 telah disetujui Pemerintah cq. Menteri ESDM tanggal 16 Juli
2019.
b. Proses Amandemen PSC dan perpanjangan kontrak PSC telah disetujui
Pemerintah cq. Menteri ESDM tanggal 10 Oktober 2019.
c. Kegiatan survey untuk Front End Engineering Design (FEED) antara lain
Metocean Survey, Offshore and Nearshore Geotechnical and Geophysical
(G&G) survey saat ini sedang dalam proses tender.
d. Kegiatan AMDAL saat ini telah dikeluarkan surat rekomendasi Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) dari Gubernur Maluku tanggal 8 November
2019, selanjutnya dalam proses penyusunan AMDAL dengan tim teknis
dan Kementerian LHK.
e. Untuk kegiatan FEED sedang proses prakualifikasi untuk Onshore
Liquified Natural Gas (OLNG) dan Floating Production Storage Offloading
(FSO). Untuk Gas Export Pipeline (GEP) sedang dalam proses
persetujuan AFE dan untuk Subsea Umbilical Riser Flowline (SURF)
sedang finalisasi internal di INPEX.
f. Proses komersial, persetujuan Menko Perekonomian tanggal 27
November 2019, perihal Escrow Account di luar negeri untuk skema
pembiayaan Trustee Borrowing Scheme Proyek LNG Abadi wilayah kerja
Masela.
17. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI meminta pemerintah untuk
memfasilitasi kemudahan perijinan transportir BBM dan LPG berskala
kecil, sehingga perijinan dapat dilakukan sampai tingkat Pemda saja tidak
perlu melalui Dirjen Migas.
18. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI memandang perlunya kebijakan
pasokan dan distribusi migas di Provinsi Maluku yang berbasis gugus
pulau (12 gugus pulau), sehingga daerah-daerah terluar di Provinsi
Maluku dapat menikmati fasilitas BBM dan LPG dengan harga yang sama
secara nasional.
19. Diperlukan kelengkapan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi
Maluku sebagai dasar pertimbangan pembangunan infrastruktur migas di
Provinsi Maluku.
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dari pelaksanaan kegiatan Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke
Provinsi Maluku, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Rasio elektrifikasi rumah tangga yang menggunakan listrik dari PLN di
Provinsi Maluku per November 2019 mencapai 88,91% dan persentase
desa berlistrik PLN baru mencapai 69,94%. Oleh karena itu, Tim
Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI mendorong PT PLN (Persero) untuk
mengoptimalkan potensi sumber-sumber energi baru terbarukan yang ada
di Provinsi Maluku dalam upaya untuk meningkatkan keandalan sistem
ketenagalistrikan di Provinsi Maluku.
2. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI meminta PT PLN (Persero) untuk
mengantisipasi pemenuhan pasokan listrik di sistem Ambon setelah KPS
Yasin Bey habis kontrak pada bulan April 2022 dengan cara
mengoptimalkan pembangkit-pembangkit listrik yang sudah ada.
3. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI mendorong adanya kebijakan
afirmasi khusus di Provinsi Maluku terkait dengan penggunaan diesel
sebagai pembangkit listrik, mengingat untuk saat ini penggunaan
pembangkit listrik berbahan bakar solar masih diperlukan oleh desa-desa
di wilayah terluar Provinsi Maluku yang sulit dijangkau listrik PLN.
4. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR memandang diperlukannya
kebijakan pembangunan infrastruktur kelistrikan dan pasokan migas di
Provinsi Maluku yang berbasis gugus pulau, sehingga daerah-daerah
terluar di Provinsi Maluku dapat terjangkau oleh listrik PLN serta
menikmati fasilitas BBM dan LPG dengan harga yang sama secara
nasional.
5. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI sepakat dengan Gubernur
Maluku untuk mempercepat proses penyusunan AMDAL dan
pembebasan lahan proyek lapangan hulu gas abadi Blok Masela selesai
pada tahun 2020, sehingga dapat segera dilakukan pembangunan
infrastruktur.
6. Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI mendorong Lembaga Pemerintah
Non Kementerian (LPNK) untuk meningkatkan kontribusi LPNK secara
nyata terhadap daerah-daerah di Provinsi Maluku melalui penyerahan
produk-produk riset unggulan yang berguna bagi masyarakat-masyarakat
yang ada di daerah.
Beberapa rekomendasi dari hasil Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI
ke Provinsi Maluku antara lain:
1. Diperlukan workshop validasi data untuk membahas kondisi kelistrikan
rumah tangga-rumah tangga yang berhubungan langsung dengan Blok
Masela dengan menghadirkan Pemprov Maluku, Pemda, BPS, serta
Kementerian ESDM.
2. Diperlukan forum focus group discussion (FGD) antara Komisi VII DPR RI,
SKK Migas, dan Inpex Masela Ltd. dalam upaya mempercepat
pembangunan proyek lapangan abadi Blok Masela dan memberikan
solusi-solusi terkait permasalahan yang dihadapi.
BAB V
PENUTUP
Demikian hasil pelaksanaan Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke
Provinsi Maluku yang telah dilaksanakan pada tanggal 18-22 Desember 2019.
Semoga hasil dari kegiatan kunjungan kerja ini dapat memperkaya pemikiran,
masukan, dan pertimbangan bagi Komisi VII DPR RI dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi konstitusionalnya.
Jakarta, 23 Desember 2019
Komisi VII DPR RI