LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI PADA MASA …
Transcript of LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI PADA MASA …
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI
KE PROVINSI BALI
PADA MASA RESES PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2019 – 2020
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
2019
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Hukum
Pasal 67 dan 30 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MD3), sebagaimana diubah
terkahir kali dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2019 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang
MD3, diatur bahwa DPR RI memilki 3 (tiga) fungsi, yakni Fungsi Legislasi,
Fungsi Anggaran dan Fungsi Pengawasan. Untuk menjalankan ketiga fungsi
tersebut, dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan kunjungan kerja, baik di
dalam maupun ke luar negeri, sebagaimana diatur dalam Pasal 98 UU MD3.
Pelaksanaan Kunjungan Kerja Ke Provinsi Bali didasarkan pada aturan
pada undang-undang tersebut. Selain itu, pelaksanaan kunjungan ini juga
didasarkan pada Keputusan Pimpinan DPR RI tentang Penugasan Anggota
Komisi I s.d. XI DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja pada Masa Reses
Persidangan I Tahun Sidang 2019 – 2020, dan Keputusan Rapat Intern
Komisi VI DPR RI mengenai Sasaran dan Objek Kunjungan Kerja Komisi VI
DPR RI dalam Masa Reses Persidangan I Tahun Sidang 2019–2020.
B. Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI
NO. NO. ANGGOTA NAMA KETERANGAN
1 A-33 FAISOL RIZA, SS PIMP./ F.PKB
2 A-327 GDE SUMARJAYA LINGGIH, SE, MAP PIMP./ F.PG
3 A-103 MOHAMMAD HEKAL, MBA PIMP. /F.GERINDRA
4 A-196 ADISATRYA SURYO SULISTO F. PDIP
5 A-170 RIEKE DIAH PITALOKA F. PDIP
6 A-232 I NYOMAN PARTA F. PDIP
7 A-229 ST. ANANTA WAHANA, SH, MH. F. PDIP
8 A-181 Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc. F. PDIP
9 A-334 Drs. MUKHTARUDIN F, PG
10 A-311 DONI AKBAR, SE F. PG
11 A-94 MUHAMMAD HUSEIN FADHLULLOH F. GERINDRA
12 A-361 ZURISTYO PRIMADATA, SE, MM. F. NASDEM
13 A-374 H. SUBARDI, SH, MH. F. NASDEM
14 A-36 Ir. H.M. NASIM KHAN F. PKB
15 A-25 SITI MUKAROMAH, S.Ag, MAP. F. PKB
16 A-554 EDHIE BASKORO YUDHOYONO, M.Sc. F. PD
17 A-544 H. ANTON SUKARTONO SURATTO, M.SI F. PD
18 A-542 DR. IR. HE. HERMAN KHAERON, M.SI F. PD
19 A-409 RAFLI F. PKS
20 A-417 Drs. H. CHAIRUL ANWAR, Apt. F. PKS
21 A-481 NASRIL BAHAR, SE. F. PAN
22 A-498 PRIMUS YUSTISIO, SE. F. PAN
23 A-493 EKO HENDRO PURNOMO, S.Sos. F. PAN
24 A-500 DAENG MUHAMMAD, SE, M.Si. F. PAN
II. INFORMASI DAN TEMUAN KUNJUNGAN KERJA
a. Pelaksanaan Subsidi Energi
a.1 Subsidi BBM & LPG 3 Kg Oleh PT. Pertamina (Persero)
Dalam memberikan layanan badan bakar minyak (BBM) kepada sekitar 4 juta
kenderaan bermotor di Provinsi Bali, PT. Pertamina (Persero) MOR V menyalurkan
BBM melalui 198 unit SPBU Reguler, 5 unit SPBN/DN, 4 unit AMT NPSO, dan 3 unit
APMS. Sedangkan untuk layanan distribusi LPG kepada 1 juta Rumah Tangga di
Provinsi Bali, perusahaan menyalurkan melalui 15 unit SP(P)BE PSO, 3 unit
SP(P)BE Non PSO, 75 Agen PSO, 22 Agen Non PSO dan 4616 pangkalan. Untuk
pendistribusian BBM dan LPG, PT Pertamia (Persero) memiliki 2 terminal yakni
integrated terminal manggis dengan kapasitas 153.500 Kilo Liter (KL) dan terminal
BBM Sanggaran dengan kapasitas 25.523 KL.
Untuk subsidi BBM dan LPG 3 Kg di Provinsi Bali, PT. Pertamina (Persero)
MOR V diberikan penugasan distribusi solar sebanyak 182.202 Kilo Liter (KL) dan
204.936 Metrik Ton (MT) untuk tahun 2019. Selain itu, perusahaan juga
mendapatkan penugasan untuk menyalurkan premium sebanyak 204.936 KL.
Berdasarkan prognosa perusahaan, penyaluran premium diprediksi over kuota
sebesar 10 %, Solar over kuota sebesar 15 % dan LPG over kuota sebesar 2 % di
akhir tahun 2019 (gambar 1).
Gambar 1. Kuota dan Realisasi Premium Penugasan, Solar da LPG 3Kg
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pada masa natal dan tahun baru
2019, ada beberapa upaya yang dilakukan oleh perusahan. Upaya tersebut
antara lain adalah menjaga ketahanan stok BBM dan LPG di end TBBM dan
lembaga penyalur, penyiapan layanan khusus di titik yang belum ada fasilitas
pelayanan BBM dan LPG, koordinasi dan komunikasi intensif intern
pertamina (antar direktorat), meningkatkan setoran bagi penyalur, pemberian
kredit dengan TOP 3 hari, koordinasi dengan pihak bank persepsi agar
beroperasi selama libur natal, pengaturan prioritas pengiriman terutama pada
jalur-jalur mudik dan pariwisata, koordinasi dan komunikasi intensif dengan
eksternal seperti Kemenhub, Korlantas Polri, ESDM dan BPH Migas, Jasa
Marga dan BPJT, serta melakukan himbauan dan sosialisasi baik media
elektronik, sosmed dan aplikasi MyPertamina. PT. Pertamina (Persero) Mor
V memprediksi konsumsi Gasoline pada masa natal dan tahun baru 2019 di
Provinsi Bali akan mengalami kenaikan sebesar 5,9 persen dibandingkan
konsumsi normal. Sedangkan Gasoil mengalami penurunan 3,1 persen
dibanding konsumsi normal. Dibandingkan tahun sebelumnya, konsumsi
gasoline mengalami kenaikan 19,5 persen dan gasoil mengalami kenaikan
17,5 persen. Untuk penjualan LPG PSO pada natal dan tahun baru 2019,
perusahaan memperkirakan akan mengalami kenaikan sampai dengan 6%
dibandingkan dengan konsumsi normal. Sedangkan untuk Non PSO,
diperkirakan mengalami kenaikan sampai dengan 1% dibandingkan dengan
konsumsi normal.
Dalam memastikan pemenuhan kebutuhan BBM di Provinsi Bali (baik
PSO maupun Non-PSO), perusahaan membutuhkan dukungan dari pihak-
pihak terkait. Dukungan tersebut antara lain adalah:
a. Dukungan Pemerintah Provinsi untuk pendistribusian BBM subsidi dan
penugasan yang tepat sasaran/kuota dan sebagai bentuk dukungan
terhadap energi bersih yang dicanangkan oleh pemerintah Provinsi Bali
yaitu berupa himbauan dan peraturan penggunaan BBM yang ramah
lingkungan (Pertamax Series).
b. Dukungan Kepolisian RI dan Kementerian Perhubungan terkait Informasi
kemacetan dan pengawalan pada kondisi khusus, penjagaan obyek vital,
serta dispensasi pelarangan operasi selama libur hari raya.
c. Dukungan pihak bank dengan adanya cabang yang tetap beroperasi
selama masa libur untuk menerima setoran BBM dan LPG.
d. Dukungan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) dan
Badan Geologi terkait dengan informasi cuaca, tanah longsor, bencana
alam dan banjir, serta perbaikan jalan pada jalur berlubang.
e. Pembentukan satgas dan inspeksi bersama untuk peninjauan/survei lokasi
agar kendala operasional dapat segera ditindaklanjuti.
a.2 Subsidi Listrik Oleh PT. PLN (Persero)
Penyediaan listrik oleh PT. PLN (Persero) di wilayah Provinsi Bali
dilaksanakan oleh kantor Regional Bisnis Jawa Bagian Timur Bali dan Nusa
Tenggara (JBTBN). Berdasarkan informasi dari perusahan, Rasio
Elektrifikasi (RE) di Provinsi Bali telah mencapai 100 persen. Per November
2019, jumlah pelanggan yang terlayani adalah sebesar 1,4 Juta pelanggan
dengan Volt Ampere (VA) tersambung sebesar 3,711 Mega Volt Ampere
(MVA), kWh yang terjual sebesar 5,156 GWh, serta nilai jual sebesar Rp6,6
triliun dengan tarif rata-rata sebesar Rp1,280//kWh. Penyumbang terbesar
pendapatan sebesar Rp6,6 triliun adalah golongan bisnis dan rumah tangga
(Tabel 1).
Tabel 1. Pendapatan Berdasarkan Golongan Pelanggan Per November 2019
Golongan Jumlah Pelanggan Daya Terpasang (VA) Energi Jual (Kwh) Pendapatan (Rp)
Sosial 38.344 144.041.100 149.087.894 126.743.457.673
Rumah Tangga 1.205.823 1.758.153.450 2.114.115.687 2.794.673.001.863
Bisnis 162.229 1.548.331.050 2.475.624.584 3.122.740.535.630
Industri 1.222 103.447.800 184.221.373 205.235.882.616
Pemerintah 10.067 109.574.848 176.143.575 247.665.584.557
Layanan Khusus 41.902 47.291.250 57.420.381 103.916.180.230
Total 1.459.587 3.710.839.498 5.156.613.494 6.600.974.642.569 Jika dilihat dari sisi wilayah, jumlah pelanggan, daya terpasang, energi
terjual (pemakaian) serta pendapatan terbesar di Provinsi Bali terdapat di
Bali Selatan dengan jumlah pelanggan sebesar 757.007 pelanggan atau 51,9
persen dari total pelanggan dan jumlah pendapatan sebesar Rp4,95 triliun
atau sekitar 75 persen dari total pendapatan.
Terkait dengan pelaksanaan subsidi listrik di Provinsi Bali, realisasinya
realtif mengalami tren yang berfluktuatif dalam 5 (lima) tahun terakhir. Pada
2015 sebesar Rp535,7 miliar, tahun 2016 sebesar Rp566,4 miliar, tahun
2017 sebesar Rp449,2 miliar, tahun 2018 sebesar Rp681,5 miliar dan pada
tahun 2019 sebesar Rp454,4 miliar (hingga November). Dari sisi pelanggan,
jumlah energi yang dijual kepada pelanggan bersubsidi sebesar 32,02
persen atau 467.363 pelanggan. Berdasarkan sebaran menurut
Kabupaten/Kota, jumlah pelanggan bersubsidi paling besar berada di
Kabupaten Buleleng. Kemudian disusul oleh Kabupaten Karang Asem,
Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Jembrana (tabel 2).
Tabel 2. Sebaran Pelanggan Bersubsidi Menurut Kabupaten/Kota Per November 2019
Sedangkan dari sisi jumlah energi yang terjual, rata-rata pembelian
pelanggan bersubsidi hanya sebesar 15,62 persen dari total energi yang
terjual. Dibanding 2018, tren pertumbuhan peggunaan energi listrik (Kwh)
bulanan di 2019 relatif berbanding terbalik, baik pelanggan bersubsidi
maupun non bersubsidi (gambar 2). Pada 2018 tren pertumbuhaan
penggunaan mengalami peningkatan setiap bulannya, sedangkan di 2019
cenderung megalami penurunan.
Gambar 2. Pertumbuhan Penjualan Listrik Bersubidi dan Non-Bersubsidi
Agar pelaksanaan subsidi listrik tepat sasaran, perusahaan
menerapkan posko pengaduan dalam rangka penanganan pengaduan
subsidi listrik dari masyarakat. Rumah tangga miskin dan tidak mampu yang
belum menerima subsidi tarif tenaga listrik dapat menyampaikan pengaduan
melalui posko pengaduan di Desa/Kelurahan. Dalam pelaksanaannya, posko
pegaduan ini melibatkan jajaran aparatur pemerintah daerah hingga tingkat
kelurahan dan desa. Pengaduan masyarakat yang diterima di
Desa/Kelurahan akan ditindaklanjuti dengan melakukan entri data
pengaduan melalui sistem yang sudah disediakan di Kecamatan untuk
diteruskan berjenjang ke posko pengaduan Kabupaten/Kota dan Pusat. Di
posko pengaduan pusat dibentuk tim ad-hoc lintas instansi untuk
menindaklanjuti pengaduan masyarakat tersebut, yang terdiri dari perwakilan
Kementerian ESDM, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial,
TNP2K dan PT. PLN (Persero). Untuk wilayah Provinsi Bali, jumlah
pengaduan pada periode 1 januari hingga 17 desember 2019 sebayak 146
pengaduan dan telah diverifikasi oleh TNP2K sebanyak 63 pengaduan dan
sudah terselesaikan oleh PT. PLN (Persero) sebanyak 83 pengaduan.
Dalam pelaksanaan penyaluran subsidi listrik terdapat 2 (dua) kendala
utama yang dihadapi oleh perusahaan yakni:
Persepsi masyarakat bahwa subsidi listrik ditentukan oleh PT. PLN
(Persero)
Aparat pelaksana di tingkat terendah dan masyarakat belum seluruhnya
memahami mekanisme pengaduan, akibatnya masyarakat masih
mendatangi perusahaan untuk memperoleh subsidi listrik.
Dalam menghadapi kendala tersebut, ada beberapa hal yang sudah
dilakukan oleh perusahaan, yakni:
Melakukan sosialisasi dan audiensi kepada Pemerintah Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa,
mendistribusikan buku petunjuk teknis, FAQ dan formulir pengaduan ke
Kecamatan/Kelurahan/Desa, serta
Melakukan refreshment operasional aplikasi pengaduan kepesertaan
subsidi listrik di Kecamatan.
Dalam rangka memastikan subsidi listrik tepat sasaran, kebijakan
perusahaan yang diterapkan adalah melakukan survei pelanggan
berdasarkan data TNP2K, pelaksanaan sisir tarif, pengawasan mutasi tarif
berjenjang serta mempersyaratkan surat izin usaha bagi pelanggan dengan
tarif bisnis dan industri.
b. Pelaksanaan Subsidi Pupuk Oleh PT. Pupuk Indonesia (Persero)
Pada periode 2017-2019, jumlah kuota pupuk bersubsidi di Provinsi
Bali mengalami penurunan. Pada 2017 sebesar 72.854 ton, 2018 sebesar
69.972 ton, dan 2019 sebesar 60.465 ton (tabel 3).
Tabel 3. Alokasi dan Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Provinsi Bali Tahun 2017 – 2019 (ton)
Realisasi Kuota % Realisasi Kuota % Realisasi Kuota %
Urea 37.656 38.138 99 36.544 37.030 99 30.422 31.425 97
SP-36 1.197 1.273 94 1.258 1.390 90 991 1.160 85
ZA 3.335 3.417 98 3.630 3.750 97 2.652 3.240 82
NPK 23.724 25.567 93 23.870 23.950 100 19.282 19.340 100
Organik 4.410 4.459 99 3.831 3.852 99 3.334 5.300 63
Total 70.322 72.854 97 69.133 69.972 99 56.681 60.465 94
2017Jenis Pupuk
2018 2019
Untuk tahun anggaran 2019, Provinsi Bali memperoleh kuota pupuk
bersubsidi sebesar 60.465 ton. Dari sisi distribusi kuota menurut wilayah,
penerima kuota terbesar adalah Kabupaten Tabanan sebesar 15.925 ton,
Kabupaten Buleleng sebesar 13.444 ton, dan Kabupaten Gianyar sebesar
7.471 ton (tabel 4).
Tabel 4. Alokasi dan Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Provinsi Bali Menurut Kabupaten/Kota Tahun2019 (ton)
Realisasi Kuota % Realisasi Kuota % Realisasi Kuota % Realisasi Kuota % Realisasi Kuota %
Kab. Badung 3.402 3.420 99 28 32 86 0 1 0 2.388 2.379 100 0 5 0
Kab. Bangli 1.164 1.155 101 40 45 88 97 177 55 576 578 100 262 502 52
Kab. Buleleng 5.283 5.390 98 83 125 66 1.786 2.035 88 3.458 3.469 100 1.742 2.425 72
Kab. Gianyar 4.544 4.610 99 34 43 78 34 53 64 2.663 2.665 100 25 100 25
Kab. Jembrana 2.606 2.730 95 155 160 97 478 611 78 2.441 2.457 99 457 678 67
Kab. Karangasem 3.371 3.430 98 37 39 95 27 35 77 1.002 1.003 100 71 124 57
Kab. Klungkung 1.811 1.805 100 25 43 59 104 110 95 913 931 98 1 6 19
Kab. Tabanan 7.579 8.075 94 572 650 88 110 190 58 5.582 5.590 100 751 1.420 53
Kota Denpasar 662 810 82 19 23 83 16 28 57 259 268 97 25 40 63
Total 30.422 31.425 97 991 1.160 85 2.652 3.240 82 19.282 19.340 100 3.334 5.300 63
NPK ORGANIKKABUPATEN/KOTA
UREA SP-36 ZA
Per 15 Desember 2019, realisasinya baru mencapai sebesar 94
persen atau lebih rendah dibanding 2017 (97 persen) dan 2018 (99 persen).
Berdasarkan jenis pupuk, realisasi jenis pupuk terendah per 15 desember
2019 adalah jenis pupuk organik, yakni baru mencapai 63 persen. Untuk
NPK sebesar 100 persen, Urea sebesar 97 persen, SP-36 sebesar 85
persen dan Za sebesar 82 persen.
Terkait dengan sinergitas atau kerjasama antara PT. Pupuk Indonesia
(Persero) dengan pemerintah daerah pada saat proses penetapan kuota,
monitoring dan evaluasi, perusahaan telah melakukan koordinasi dengan
Kementerian Pertanian di tingkat pusat. Sedangkan produsen anak
perusahaan melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian setempat terkait
penyediaan data, monitoring dan evaluasi penyaluran pupuk bersubsidi.
Selain itu, produsen anak perusahaan juga telah berkoordinasi dengan Dinas
Pertanian setempat maupun stakeholder lainnya selaku anggota KP3 (Komisi
Pengawas Pupuk dan Pestisida) untuk melakukan pengawasan pupuk
bersubsidi di lapangan.
Dalam menjalankan kebijakan pupuk bersubsidi yang ditugaskan oleh
Pemerintah, ada beberapa kendala dan hambatan yang dihadapi oleh
perusahaan, yakni:
Kuota/alokasi pupuk bersubsidi ditetapkan oleh Kementerian Pertanian
dan menjadi dasar produsen anak perusahaan untuk menyalurkan
pupuk bersubsidi dengan kuota/alokasi tersebut. Seringkali kebutuhan
petani tidak sesuai dengan kuota yang ditetapkan dan masa cocok
tanam yang sedang berlaku. Untuk mengantisipasi kebutuhan petani,
perusahaan tetap memperhatikan pasokan dan ketersediaan pupuk non
subsidi bagi petani.
Peraturan Menteri Pertanian tentang alokasi pupuk bersubsidi menurut
provinsi harus ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan (SK) Kepala
Dinas Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota. Seringkali
keterlambatan penerbitan SK Kepala Dinas dapat menyulitkan produsen
dalam melakukan penyaluran di lapangan.
Kuota atau alokasi yang ditetapkan belum tentu menggambarkan
kebutuhan yang sebenarnya, sehingga diperlukan realokasi, baik antar
provinsi maupun antar jenis pupuk. Akan tetapi, penetapan realokasi
merupakan kewenangan dari Kementerian Pertanian dan menjadi dasar
bagi produsen dalam penyaluran di wilayah yang ditetapkan.
Selain hal tersebut diatas, pemerintah provinsi juga menyampaikan
kendala lain yang dihadapi di lapangan, yakni adanya aturan pemotongan
kuota pada kuartal berikutnya. Berdasarkan aturan, daerah akan mengalami
pemotongan di kuartal berikutnya apabila realisasi pada kuartal sebelumnya
di bawah 50 persen. Sebagai contoh di Provinsi Bali, pada kuartal ketiga
diberlakukan pemotongan kuota akibat dari realisasi pada kuartal pertama di
bawah 50 persen. Padahal, pada kuartal ketiga (khususnya bulan juli) terjadi
peningkatan kebutuhan pupuk karena sudah memasuki masa tanam. Hal ini
menjadi kendala dan beban bagi pemerintah daerah dan petani. Selain hal
itu, pemerintah provinsi juga meminta agar kuota pupuk urea dan NPK tahun
mendatang tidak dikurangi dan kalau dimungkinkan untuk ditingkatkan. Hal
ini didasarkan pada masih terbatasnya kedua pupuk tersebut di wilayah
Provinsi Bali.
c. Pelaksanaan Public Service Obligation (PSO) Oleh Perum Bulog
Realisasi pengadaan beras di bawah Kantor Wilayah Provinsi Bali
pada 2018 dan 2019 selalu berada dibawah target. Untuk 2018, realisasi
hanya 961 ton setara beras dari target sebesar 2.500 ton setara beras.
Sedangkan untuk 2019 (per 16 Desember), realisasi hanya sebesar 3.715
ton setara beras dari target sebesar 9.845 ton setara beras.
Untuk penyaluran bansos beras sejahtera (Bansos Rastra) pada 2019,
penugasa Perum Bulog hanya sampai bulan Mei. Hal ini dikarenakan
program bansos ranstra telah bertransformasi menjadi Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT) sejak juni 2019. Pada periode Januari-Mei 2019, bansos
ranstra yang sudah di salurkan oleh Perum Bulog di Provinsi Bali sebanyak
2.578,53 ton atau 100 persen dari target penugasan, yang disalurkan di
Kabupaten Badung, Kabupaten Bangli dan Kabupaten Buleleng.
Sedangkan untuk bulan Juli hingga Desember 2019, Perum Bulog
mendapatkan penugasan untuk menyalukan beras untuk BPNT melalui RPK,
e-warong dan agen yang sudah ditunjuk oleh Pemerintah dengan pagu
sebesar 118.158 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan jumlah beras
sebesar 5.544,74 ton. Per 15 Desember 2019, jumlah beras yang sudah
terjual sebesar 2.869,05 ton dengan nilai sebesar Rp28,29 miliar atau 80,94
persen dari pagu yang ditetapkan.
Terkait cadangan beras pemerintah (CBP), realisasi Ketersediaan
Pasokan & Stabilisasi Harga (KPSH) beras medium CBP per 16 Desember
2019 di Provinsi Bali sebesar 9.283 ton, dengan realiasi penyaluran CBP
bencana alam di Provinsi Bali nihil. Sedangkan persediaan beras komersial
sebesar 1.385 ton cadangan beras. Dalam hal memenuhi kewajiban
penugasan penyediaan cadangan beras yang diberikan oleh Pemerintah,
keberadaan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2015 tentang Kebijakan
Pengadaan Gabah/Beras Dan Penyaluran Beras menyulitkan Perum Bulog
dalam menjalankan kewajibannya tersebut. Dalam beleid tersebut,
pengaturan harga cadangan beras sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan harga pasar. Akibatnya, perusahaan mengalami kesulitan
dalam melakukan pembelian cadangan beras dari pasar dengan harga yang
ditetapkan dalam aturan jauh lebih rendah dengan harga pasar. Oleh karena
itu, perusahaan meminta peraturan tersebut dievaluasi agar penetapan harga
dapat disesuaikan dengan perkembangan harga yang terjadi di pasar.
Selain permasalahan di atas, permasalahan lain yang dihadapi oleh
perusahaan saat ini adalah terganggunya kinerja operasional dan keuangan
perusahaan akibat berkurangnya penyaluran Bansos Ranstra (akibat
tarnsformasi ranstra menjadi BPNT). Di satu sisi, penugasan penyerapan
dan penyediaan cadangan beras tetap diberikan kepada Perum Bulog. Akan
tetapi, penyaluran Bansos Ranstra di sisi hilir ditiadakan atau dikurangi.
Kondisi yang bertolakbelakang ini berdampak pada kinerja keuangan dan
operasional perusahaan. Selain itu, piutang perusahaan sebesar Rp2,6 triliun
(sebagian besar merupakan piutang september tahun 2018) pada
Pemerintah juga menjadi masalah bagi perusahaan. Besarnya piutang
tersebut berimplikasi pada beban bunga yang harus ditanggung oleh
perusahaan sebagai akibat dari penarikan pinjaman untuk kebutuhan
operasional perusahaan.
Terkait dengan rencana pemusnahan 20.000 ton beras yang berada di
gudang Perum Bulog, perushaan menyampaikan bahwa jumlah tersebut
merupakan jumlah hingga saat ini. Proses pemusnahan tersebut
membutuhkan proses yang cukup panjang dan salah satu upaya yang
dilakukan agar tidak dimusnahkan begitu saja adalah dijual melalui
mekanisme lelang seharga Rp1.500 per kg untuk keperluan pembuatan
etanol. Adanya beras yang hendak dimusnahkan tersebut bukan karena
kesalahan teknis pengelolaan beras cadangan yang dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan menyampaikan bahwa pelaksanaan prosedur
sistem penyimpanan (SOP) cadangan beras yang dilakukan oleh
perusahaan masih rutin dilaksanakan dan sesuai dengan standar. Timbulnya
jumlah yang hendak dimusnahkan tersebut sebenarnya lebih disebabkan
oleh proses alami penurunan mutu yang sudah pasti terjadi setelah 6 (enam)
bulan di penyimpanan dan saat ini kondisi mutunya sudah tidak lagi sesuai
sebagai bahan konsumsi. Untuk meghindari kejadian serupa di masa
mendatang, perusahaan mengusulkan adanya ruang bagi perusahaan untuk
menjual beras cadangan (buffer stock) yang sudah mulai masuk masa
kadaluarsa. Hal ini diperlukan agar tidak menimbulkan kerugian bagi
perusahaan.
Terkait dengan impor beras yang dilakukan oleh perusahaan hingga
saat ini, perusahaan menyampaikan bahwa pelaksanaan impor dimaksud
bukanlah inisiatif perusahaan. Akan tetapi, pelaksanaan impor merupakan
penugasan buffer stock 1,5 juta ton per tahun yang diatur dan ditugaskan
melalui Peraturan Menteri Pertanian dan Peraturan Menteri Perdagangan.
d. Pelaksanaan Public Service Obligation (PSO) Oleh PT. Pelni (Persero)
Hingga bulan November 2019, armada yang dimiliki oleh perusahaan
adalah sebagai berikut: 26 kapal penumpang yang menyinggahi 83
pelabuhan, 3 kapal barang, 53 kapal perintis yang melayani 46 trayek dan
menyinggahi 275 pelabuhan, 13 kapal tol laut yang melayani 8 trayek dan
menyinggahi 31 pelabuhan, 1 kapal ternak dan 17 kapal rede1. Sebanyak 96
(sembilan puluh enam) persen kapal perusahaan digunakan untuk melayanai
penugasan yang diberikan oleh Pemerintah, baik penumpang maupun
barang.
Dari sisi pengguna, mayoritas pengguna kapal laut yang disediakan
oleh perusahaan berada di timur Indonesia, baik penumpang maupun
barang. Untuk kapal barang menuju dan ke pelabuhan benoa hingga saat ini
belum ada penugasan dari pemerintah dan belum ada penetapan lalu lintas
barang ke Pelabuhan Benoa yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Hubungan Laut Kementerian Perhubungan.
Untuk pelayaran dari dan menuju Provinsi Bali (Pelabuhan Benoa),
kapal penumpang perusahaan yang melayani ada 4 (empat) kapal, yakni:
KM Binaiya, KM Awu, KM Lauser dan KM Tilongkabila. Dalam periode 2016-
2019, jumlah penumpang baik dari maupun menuju Bali mengalami
peningkatan setiap tahunnya (gambar 3). Untuk embarkasi bali, tingkat
pertumbuhan rata-ratanya mencapai 5,45 persen. Sedangkan untuk
debarkasi mencapai 6,54 persen.
Gambar 3. Tren Jumlah Penumpang Dari dan Menuju Bali
1 Kapal perintis, kapal tol laut, kapal ternak dan kapal rede merupakan kapal penugasan yang ditugaskan kepada perusahaan
oleh pemerintah.
PT. Pelni (Persero) sebagai penyelenggara angkutan laut diwajibkan
untuk melaksanakan angkutan laut penumpang kelas ekonomi ke seluruh
pelosok tanah air dengan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah sejak tahun
2003, khususnya untuk kelas ekonomi. Untuk pelaksanaan kewajiban
tersebut PT. Pelni (Persero) memperoleh kompensasi berupa dana public
service obligation (PSO) dari Pemerintah2. Dalam kurun waktu 2015-2020,
nilai alokasi anggaran PSO yang diterima oleh perusahaan berfluktuasi,
dimana 2015-2017 mengalami tren meningkat, 2017-2019 mengalami
penurunan, serta meningkat kembali pada 2020. Dari sisi realisasi, mayoritas
realisasi anggaran PSO melampaui alokasi anggarannya, kecuali tahun 2017
(gambar 4)3.
Gambar 4. Anggaran dan Realisasi PSO PT. Pelni (Persero)
Untuk jumlah penumpang yang dilayani dengan alokasi PSO, dalam
periode yang sama juga mengalami perkembangan yang berfluktuasi
(gambar 4). Per November 2019, jumlah penumpang yang dilayani
meningkat cukup tajam yakni menjadi sebesar 4.308.305 penumpang
dengan nilai realisasi PSO sebesar Rp1,86 triliun atau 102,4 persen dari
alokasi. Kenaikan yang cukup tajam pada 2019 disebabkan oleh imbas
kenaikan harga tiket pesawat.
2 Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation) adalah Kewajiban Pelayanan Publik Bidang Angkutan Laut untuk
penumpang kelas ekonomi sebagaimana diatur oleh Peraturan Menteri Perhubungan yang pelaksanaannya ditugaskan kepada PT. PELNI (Persero). Kompensasi adalah Kewajiban Pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan penugasan PSO yang besarnya adalah selisih antara biaya produksi dan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah. Biaya Produksi adalah Biaya Pokok Penjualan PSO angkutan penumpang kelas ekonomi yang merupakan semua biaya yang bisa dibebankan untuk penyelanggaran Pelayanan publik ditambah keuntungan dan pajaknya. Tarif adalah harga jasa angkutan yang harus dibayar oleh pengguna jasa pada satu trayek angkutan laut dalam negeri yang ditetapkan oleh pemerintah 3 Kelebihan dari target PSO ditagihkan kepada Direktorat Jenderal Hubungan Laut Kementerian Perhubungan dan biasanya
dibayarkan di tahun depan (carry over).
Gambar 5. Jumlah Penumpang Yang Dilayani
Pada 2020, alokasi anggaran PSO yang diberikan kepada perusahaan
sebesar Rp2,046 triliun.
e. Pengembangan Pelabuhan Benoa Oleh PT. Pelindo III (Persero)
Masterplan pengembangan pelabuhan benoa untuk menjadikan Benoa
Integrated Maritime Tourism Hub, perusahaan akan melakukan
pengembangan yang mencakup pembangunan mangrove ecotourism, hutan
kota, local retail & food baverage, Bali fish market, yacht club, UMKM & art
market, terminal cruise, zona perikanan dan cold storage, monumen ikonik,
plaza and promenade, amphitheater plaza, zona perkantoran, hop on – hop
off shuttle bus, pengembangan melasti, Bali aga village, terminal curah cair
dan gas, terminal petikemas, fasilitas publik, marina, serta zona terminal
penumpang dan penunjangnya.
Selain itu, perusahaan juga akan mengembangkan bicyle sharing
system dimana sistem ini memungkin orang untuk meminjam sepeda dari
shelter dan mengembalikan ke shelter lain milik sistem yang sama dengan
dukungan teknologi. Untuk Bali Fish Market, beberapa rencana
pembangunan yang akan dilakukan oleh perusahaan antara lain:
atapnya akan mengunakan mebrane berombak dan mengaplikasikan
cross ventilation agar bangunan selalu sejuk,
skylight diletakkan menyebar di seluruh atap sehingga memungkinkan
sinar matahari masuk menerangi bangunan yang akhirnya akan mampu
menghemat energi,
lantai dasar digunakan untuk jual beli ikan, dan
lantai kedua digunakan untuk restaurant seafood.
Untuk Yacht Club, fasilitas yang akan disiapkan oleh perusahaan
adalah wet berth, club house, dining area, outdoor patio, multipurpose hall,
commercial facility dan parking area. Penataan yacht club akan
memperhatikan kenyamanan thermal terutama mengurangi perolehan panas,
memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan,
sehingga penataan layout memperkecil luas permukaan yang menghadap ke
timur dan barat. Untuk Bali Aga Village, perusahaan akan menyiapkan
berbagai fasilitas antara lain area parkir, outboond playground, wahana
permainan, plaza, UMKM retail, plaza retail dan foodtruck bazar.
Untuk terminal cruise, proses pengembangan akan mencakup
perluasan area sandar sehingga kapal-kapal cruise yang selama ini tidak
dapat bersandar di Pelabuhan Benoa dapat bersandar. Sebagai catatan,
hingga saat ini jumlah kapal cruise yang singgah ke pelabuhan benoa baru
mencapai 90 kapal per tahun. Dikarenakan kapal cruise yang singgah masih
relatif rendah, maka konsep UMKM dan Art Market yang didesain oleh
perusahaan bersifat temporary. Selain itu perluasan area sandar,
perusahaan juga akan melakukan pendalaman alur dan kolam juga akan
dilakukan dari minus 10 menjadi minus 12 agar Pelabuhan Benoa dapat
dilabuhi oleh kapal-kapal berukuran besar. Untuk hutan kota yang berada di
area dumping 1, pengelolaan kedepannya akan diserahkan kepada
Pemerintah Kiota setelah proses pembangunannya rampung dilaksanakan.
f. Dukungan Digitalisasi Ekonomi Oleh PT. Telekomunikasi Indonesia,
Tbk.
Dalam mendukung pengembangan ekonomi digital Indonesia,
termasuk di Provinsi Bali, pengembangan bisnis digital yang dilakukan oleh
perusahaan terbagi ke dalam 3 (tiga) pilar, yakni digital connectivity, digital
platform, dan digital sevices. Digital connectivity adalah menyediakan
broadband di seluruh wilayah Indonesia melalui jalur darat (FFTH, 4G), udara
(satelit), dan laut (submarine cable). Upaya yang dilakukan perusahaan
untuk memperkuat pilar ini adalah melakukan perluasan coverage,
peningkatan bandwith, low latecy dan virtualisasi network.
Pilar digital platform adalah membangun berbagai digital platform (DC,
Cloud, Big Data, IOT, API, Payment, Cyber Security) yang dapat mendukung
pengembangan digital ecosystem. Upaya yang dilakukan perusahaan untuk
memperkuat pilar ini adalah membangun hyperscale data center & cloud
platform, melakukan patnership dengan Himpunan Bank Negara (Himbara)
untuk inisiatif LinkAja, pengembangan platform IOT, serta peningkatan
capacity platform big data & cyber security.
Pilar digital services adalah membangun aplikasi digital yang dapat
meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam melengkapi digital
ecosystem. Upaya yang dilakukan perusahaan untuk memperkuat pilar ini
adalah melakukan internal development, inkubasi, venture capital, akuisisi
dan pengembangan digital talent.
Gambar 6. Pilar Bisnisi Digital Telkom
Untuk Provinsi Bali, layanan dan dukungan sumber daya manusia
telekomunikasi yang disediakan oleh perusahaan mencakup 290 orang
karyawan, 27 sentral telepon digital, 11 plasa telkom, 14 grapari telkomsel,
5.216 outlet grapari, 5.045 km fiber optic backbone, 35.000 ODP, 6.231 Node
BTS Telkomsel (2G, 3G dan 4G)4, serta 604 access point wifi corner.
Infrastruktur dan sumber daya yang disediakan tersebut untuk melayani 172
ribu pelanggan telepon, 292 ribu pelanggan indihome, 31,1 juta pelangkkan
telkomsel, 1,5 juta pelanggan M Broadband, serta 4,2 juta populasi dengan
market share sebesar 73,8 persen. Selain layanan tersebut di atas,
perusahaan juga menetapkan dan menjalankan Denpasar Modern
Broadband City dengan memberikan layanan astinet 210 Mbps dan 49 SSL
Indihome di Organisasi Perangkat Daerah (OPD), link metro antar SKPD
Pemerintah Kota, E-Puslesmas, wifi.id di 70 titik, 854 BTS (Node B), serta
3.152 km fiber optic.
Untuk mendukukung UMKM di Provinsi Bali dalam menghadapi
digitalisasi ekonomi, perusahaan memberikan dukungan dalam bentuk
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)5, Rumah Kreatif BUMN
4 Melayani 716 desa dengan rasio BTS/Desa sebesar 9 dan rasio BTS BB/Desa sebesar 6.
5 Untuk PKBL, dalam periode 2001-2019 pengelolaannya telah mengalami proses digitalisasi yang terus dikembangkan setiap
tahunnya, dimana pada 2001 pembukuan kemitraan masih manual dan di 2020 sudah menggunakan UKM Acess yang
(RKB) dan program Digital Inovation Lounge (Dilo)6. RKB merupakan
program penugasan yang dijalankan oleh BUMN yang bertujuan untuk
menaikkan kelas ekonomi pelaku UMKM melalui pembinaan dan
pembelajaran bersama. Untuk Provinsi Bali, wilayah penugasan RKB yang
diberikan kepada setiap BUMN yang ditugaskan di setiap wilayah provinsi
tidak saling tumpang tindih. Di Provinsi Bali ada 2 RKB yakni RKB Bangli dan
RKB Tabanan dari total 46 RKB keseluruhan di Indonesia.
Untuk Dilo, dilaksanakan di gedung Balai Creative Industry Centre
Denpasar dengan jumlah member sebanyak 876 member. Manfaat yang
diperoleh oleh member atau startup dalam program ini adalah program
pengembangan digital talent untuk membangun sebuah startup baru dengan
pra inkubasi dan bantuan mentor berpengalaman, fasilitas co-working space
gratis, event, program inkubasi produk game digital (game academy), serta
pengembangan digital talent yang berkeinginan menjadi ahli-ahli
pengembang produk digital.
Untuk PKBL, penyaluran dana kemitraan periode 2001-2019 di
Provinsi Bali sebesar Rp136 miliar yang disalurkan kepada 2.400 Usaha
Kecil Menengah (UKM). Dari sisi sebaran menurut sektor ekonomi, UKM
penerima Program Kemitraan dari sektor perdagangan adalah yang terbesar,
yakni 45,53 persen. Kemudian disusul oleh sektor jasa 21,34 persen, sektor
industri 17,74 persen, sektor peternakan sebesar 7,40 persen, sektor
perkebunan 1,76 persen, dan sisanya di salurkan ke sektor lainnya,
perikanan, dan pertanian.
Dari berbagai program yang dilaksanakan oleh perusahaan untuk
mendukung UMKM di Provinsi Bali dalam menghadapi digitalisasi ekonomi,
ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh perusahaan. Tantangan
tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
Access to competence. UMKM masih memerlukan bimbingan dalam hal
standar pengembangan produk, kualitas, pemanfaatan teknologi dan
manajemen.
merupakan layanan indormasi via mobile apps dan single platform pengelolaan program kemitraan yang mencakup pendaftaran, survey, monev serta report management. 6 Dilo adalah program pembinaan talenta digital melalui program inkubasi, mentoring, penyediaan co-working space,
pendanaan dan akses pasar.
Access to commerce. UMKM masih memerlukan bimbingan dalam hal
akses ke pasar yang lebih luas melalui penjualan online.
Acess to capital. UMKM yang membutuhkan dana besar belum dapat
seluruhnya terlayani dan terpenuhi melalui program kemitraan
perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya regulasi (Peraturan Menteri
BUMN) yang mengatur bahwa jumlah bantuan pinjaman untuk setiap
mitra binaan dari program kemitraan paling banyak Rp200 juta.
g. Penyertaan Modal Negara Pada PT. Permodalan Nasional Madani
(Persero)
PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM merupakan
BUMN non perbankan yang didirikan untuk memberdayakan pelaku Usaha
Mikro dan Kecil (UMK) dan perempuan pra-sejahtera melalui pembiayaan
langsung yang disertai dengan kegiatan pendampingan usaha. PNM
bertugas untuk menjangkau pelaku UMK dan perempuan pra-sejahtera yang
belum terlayani oleh lembaga perbankan, serta melakukan distribusi modal
dari pusat ke daerah.
Saat ini, terdapat 2.859 kantor layanan perusahaan yang tersebar di 34
Provinsi, 410 Kabupaten/Kota, dan 5.008 Kecamatan untuk menyalurkan
pinjaman atau pembiyaan kepada UMK melalui PNM Mekaar7 dan Ulaam8
dengan jumlah karyawan sebanyak 38.794 orang. Keseluruhan kantor
layanan tersebut telah melayani 7.347.541 nasabah akumulasi dengan
akumulasi penyaluran sebesar Rp57,4 triliun, dan saat ini melayani
5.959.786 nasabah aktif dengan total outstanding sebesar Rp17,5 triliun9.
Untuk wilayah Provinsi Bali, terdapat 25 kantor layanan yang melayani
12.510 nasabah dengan total outstanding sebesar Rp162,7 miliar yang
disalurkan melalui PNM Mekaar dan UlaMM. Untuk PNM Mekaar nilai
outstanding-nya sebesar Rp18,61 milliar yang disalurkan hanya di
Kabupaten Buleleng (Rp13,95 miliar kepada 8.997 nasabah) dan Kabupaten
7 PNM Mekaar adalah layanan pemberdayaan berbasis kelompok bagi perempuan pra-sejahtera dengan pembentukan mental
usaha, peningkatan kerukunan kekeluargaan dan gotong royong, serta pembiasaan budaya menabung. Kriteria penerima layanan ini adalh kelompok dengan anggota 10-30 perempuan pra-sejahtera, metode tanggung renteng, ada pertemuan kelompok mingguan, pembiyaan untuk usaha produktif serta membiasakan budaya menabung, tanpa jaminan, serta pembiayaan Rp2-5 juta dan dilanjutkan dengan program mekaan naik kelas. 8 UlaMM adalah layanan pembiayaan modal kerja/investasi kepada pelaku usaha mikro kecil (UMK) yang memiliki usaha
produktif, dengan nilai pembiayaan Rp50-200 juta melalui metode konvensional dan syariah. Selain memberikan pembiayaan, dalam program ini perusahaan juga memberikan pengembangan kapasitas usaha yang merupakan aktivitas berupa pelatihan, pendampingan, dan konsultasi bagi UMK Nasabah ULaMM dan Mekaar. 9 Total outstandingper November 2019 sebesar Rp17,5 triliun terdiri dari Rp6,8 triliun PNM UlaMM dengan jumalh nasabah
73.601 dan Rp10,7 triliun PNM mekaar dengan jumlah nasabah 5.852.837.
Karangasem (Rp4,66 miliar kepada 2.768 nasabah). Penyaluran yang masih
di dua dari sepuluh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali disebabkan karena
program PNM Mekaar baru disalurkan di Provinsi Bali sejak 2019.
Sedangkan untuk UlaMM nilai outstanding-nya sebesar Rp144,09
miliar dengan jumlah nasabah sebanyak 745 nasabah yang tersebar di tujuh
dari sepuluh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Berdasarkan sebaran wilayah,
Kabupaten Gianyar, tiga Kabupaten terbesar nilai outstanding penyaluran
UlaMM adalah Kabupaten Badung dan Kabupaten Buleleng10. Belum
terjangkaunya seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali diakibatkan oleh
ketersediaan cabang perusahaan di Provinsi Bali masih 25 cabang atau
masih kurang memadai.
Dalam rangka memastikan tujuan dari pembiayaan yang diberikan oleh
perusahaan sesuai dengan tujuan akhirnya, perusahaan juga melakukan
pendampingan Mekaar dengan jumlah 30.710 pendamping secara nasional
dan 80 pendamping berada di Provinsi Bali. Secara umum, hampir
keseluruhan (100 persen) pendamping yang tersebar di seluruh Indonesia
merupakan pendamping dengan jenis kelamin perempuan. Pendampingan
yang diberikan kepada nasabah dilakukan secara berkala dan bertujuan
untuk mendampingi nasabah Ultra Mikro mengelola usahanya secara lebih
baik, mendorong nasabah untuk dari pengusaha pemula menjadi pengusaha
mikro, berkembang menjadi layak berbank. Dalam prakteknya,
pendampingan dilaksanakan setelah terlebih dahulu melakukan klasterisasi
kelompok yang didasarkan pada sektor usaha nasabah PNM Mekaar.
Secara umum, hasil klasterisasi perusahaan menunjukkan 62 persen
nasabah termasuk dalam kelompok makanan dan sembako, 15 persen
kelompok minuman dan sembako, 12 persen kelompok hasil pertanian dan
pertanian sayur, 6 persen kelompok hasil pertanian dan pertanian buah,
serta 4 persen kelompok home industry produksi makanan dan peternakan
unggas. Untuk wilayah Provinsi Bali, sudah dilaksanakan 55 kali pelatihan
dengan total peserta 2.541 nasabah pada periode 2017-2019.
Dalam perjalanannya, program Mekaar dan UlaMM yang dijalankan
oleh perusahaan menghadapi berbagai tantangan dan hambatan, antara lain
10
Kabupaten Gianyar Rp33,32 miliar (160 nasabah), Kabupaten Badung Rp29,56 miliar (126 nasabah), dan Kaupaten Buleleng Rp29,39 miliar (189 nasabah).
adalah merubah pola pikir wanita pra sejahtera untuk berusaha; kearifan
lokal yang berbeda di setiap wilayah pemasaran; tidak sekedar modal
pembiayaan tetapi juga modal sosial dan modal intelektual; memaksimalkan
penetrasi terhadap potensi keluarga pra sejahtera; kulitas, kuantitas dan
kontinuitas usaha nasabah yang masih rendah; serta hambatan yang muncul
dari nasabah seperti tingkat SDM nasabah yang masih rendah, akses
informasi yang kurang, tata kelola yang rendah, serta marketing dan promo
yang masih minim.
Untuk menghadapi tantangan dan hambatan tersebut, strategi yang
dilakukan perusahan antara lain adalah:
Pertemuan kelompok mingguan sebagai bentuk pendampingan agar
usaha yang baru berjalan atau sudah berjalan menjadi lebih stabil dan
meningkat;
Mencari putra putri daerah seabagai tenaga pendamping untuk
menjembatani kondisi kearifan lokal dengan bisnis model yang
digunakan; dan
Pelatihan pengembangan kapasitas usaha yang tepat guna dan tepat
sasaran, serta Pembukaan kantor layanan baru sebanyak 8 kantor
cabang menjadi total 13 kantor cabang.
Dengan adanya tambahan alokasi PNM pada 2020, perusahaan
berencana meningkatkan kinerja pembiayaan yang disalurkan baik dari sisi
jumlah kantor layanan, jumlah nasabah, akumulasi penyaluran dan
outstanding pada 2020. Pada 2020 perusahaan berencana memiliki 3.563
kantor layanan yang akan memberikan pelayanan kepada 9.694.739
nasabah akumulasi dengan akumulasi penyaluran sebesar Rp84,1 triliun dan
melayani 7.775.439 nasabah aktif dengan nilai outstanding sebesar Rp23,6
triliun. Dari sisi plafon per nasabah mekar, perusahaan menargetkan tahun
depan akan meningkatkan nilai plafon rata-rata menjadi Rp2,3 juta per
nasabah dari Rp1,9 juta per nasabah pada 201911.
h. Revitalisasi/Pengembangan Kawasan Grand Inna Bali Beach
Revitalisasi atau pengembangan Kawasan Grand Inna Bali Beach
mencakup Hotel Bintang 3 (South Block), Hotel Bintang 3 (North Block),
11
Tahun 2023, perusahaan menargetkan akan melayani 10 juta perempuan keluarga pra sejahtera. Target ini sesuai dengan penetapan target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
Grand Inna Bali Beach Tower dan Garden Wing, Convention Center12, Grand
Inna Beach Resort, Area Komersial (Life Style Center & Art Market), serta
Eco Park. Pengembangan ini akan menggunakan luas area sebesar 35,8
hektar dengan estimasi total biaya sebesar Rp2.888 miliar (tabel 5).
Tabel 5. Struktur Biaya
NO TAHAP PENGEMBANGAN TARGET WAKTU BIAYA LUAS AEA (Ha) IRR
1 Hotel Bintang 3 (South Block) 2019 - 2020 148.000.000.000 12 - 15%
2 Hotel Bintang 3 (North Block) 2020 - 2021 152.000.000.000
3 Hotel Bintang 4 (Tower) + Convention 2021 - 2023
4 Hotel Bintang 5 (Garden) 2021 - 2023
5 Premium Villa 2021 - 2023 172.000.000.000 4,8 16,90%
6 Lifestyle Art Market 2021 - 2023 18.000.000.000 1,8 13-15%
7 Eco Park 2021 - 2023 1.680.000.000.000 16,8 Negative IRR
8 Management offuice & School 2021 - 2023 TBA 1,4 N/A
2.888.000.000.000 35,8KESELURUHAN
718.000.000.000
2,4
8,6 12,80%
Saat ini, perusahaan masih dalam proses konstruksi Hotel Bintang 3
(South Block) dimana proses ini sudah mencakup 9 persen dari 11 persen
yang direncanakan selesai di akhir 2019. Perusahan berencana
pengoperasian south blcok sudah dapat dilaksanakan pada akhir 2020.
Untuk pengembangan yang lain akan dilaksanakan berjenjang pada tahun-
tahun berikutnya, dimulai pada tahun 2021 (tabel 6).
Tabel 6. Timeline Pengembangan Kawasan Grand Inna Bali Beach
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1 Tahap 1 A: a. Design & Perizinan
Hotel Bintang 3 (South Block) b. Konstruksi
c. Operasi (30 Tahun sejak SLF terbit)
2 Tahap 1 A: a. Design & Perizinan
Hotel Bintang 3 (North Block) b. Konstruksi
c. Operasi (30 Tahun sejak SLF terbit)
3 Tahap 2 : a. Design & Perizinan
Grand Inna Bali Beach Tower b. Konstruksi
dan Garden Wing c. Operasi (30 Tahun sejak SLF terbit)
4 Tahap 3: a. Design & Perizinan
Convention Center b. Konstruksi
c. Operasi (30 Tahun sejak SLF terbit)
5 Tahap 4 : a. Design & Perizinan
Grand Inna Beach Resort b. Konstruksi
c. Operasi (30 Tahun sejak SLF terbit)
6 Tahap 5 : a. Design & Perizinan
Area Komersial : b. Konstruksi
Life Style Center & Art Market c. Operasi (30 Tahun sejak SLF terbit)
7 Tahap 6 : a. Design & Perizinan
Eco Park b. Konstruksi
c. Operasi (30 Tahun sejak SLF terbit)
2031 2032
Waktu Pengembangan
No Tahap Pengembangan Kegiatan 2025 2026 2027 2028 2029 20302019 2020 2021 2022 2023 2024
Saat ini, kendala yang dihadapi perusahaan dalam proses
pengembangan adalah masalah pendanaan, dimana perusahaan terkendala
untuk memperoleh pembiayaan dari pihak perbankan. Hal ini dikarenakan
tidak adanya collateral untuk kerjasama Build Operate Transfer (BOT).
Terkait hal tersebut, perusahaan berpandangan bahwa sharehlder loan atau
tambahan penempatan modal dari pemegang saham perlu dilakukan sebagai
12
Target daya tampung convention sebesar 7.000 – 10.000 orang.
tidak lanjut jika pembiayaan dari perbankan gagal diperoleh. Rencana tindak
lanjut tersebut dilaksanakan pada Desember 2019 hingga Maret 2020.
Perusahaan menyatakan bahwa pengembangan Grand Inna Bali
Beach akan memberikan dampak terhadap kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat, perekonomian nasional dan daerah serta lingkungan, yakni
antara lain:
Menurunkan tingkat pengangguran dan menyerap tenaga kerja, dimana
penyerapan tenaga kerja akan bersumber dari 40 persen tenaga kerja
lokal dan bekerjasama melalui kelurahan dan Badan Usaha Desa
(BUMDes).
Lokasi pengembangan akan mejadi pusat kegiatan budaya dan kesenian,
serta sebagai tempat untuk kegiatan ekonomi UMKM.
Pengembangan dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi
masyarakat Bali melalui penyerapan UMKM dan tenaga kerja, serta
peningkatan pendapatan daerah.
Keberadaan eco park nantinya akan melestarikan lingkungan sekitar dan
menjadi desitinasi pariwisata.
Pengembangan akan mampu menciptakan destinasi Meeting, Incentive,
Convention, and Exhibition (MICE) dunia dan menjadi kebanggaan
Indonesia.
Lokasi pengembangan akan dapat menjadi daerah tujuan wisata dan
meningkatkan pertumbuhan pariwisata Bali dengan berbagai fasilitas
yang dibangun dan dikembangkan.
i. Pelaksanaan Subsidi Bunga KUR Oleh PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk.
Dalam memberikan layanan perbankan di seluruh Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali, perusahaan memiliki 262 jaringan kantor konvensional BRI
(terdiri dari 13 kantor cabang, 16 kantor cabang pembantu, 12 kantor kas,
131 Bri Unit dan 66 Teras BRI) dan 14.121 jaringan kerja elektronik (terdiri
dari 472 ATM, 12 CRM, 7.395 EDC BRIlink, 1.012 EDC UKO, 1.859 EDC
Mechant, dan 3.271 BRILINK Mobile).
Secara umum kinerja Bank BRI dalam 5 (lima) tahun terakhir di
Provinsi Bali untuk pinjaman mengalami tren meningkat setiap tahunnya
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 14,73% per tahun dan simpanan
mengalami tren meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 11,9% per
tahun (gambar 7).
Gambar 7. Kinerja Finansial BRI Di Provinsi Bali
Per November 2019, nilai pinjaman/kredit yang disalurkan oleh
perusahaan di Provinsi Bali sebesar Rp20,61 triliun. Nilai outstanding
pinjaman terbesar disalurkan ke sektor Perdagangan Besar dan Eceran
(47,27%), penerima kredit bukan lapangan usaha (23,41%), sektor
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan (7,29%), sektor Industri Pengolahan
(5,86%), serta Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan
Perorangan Lainnya (5,67%). Dari sisi kualitas pinjaman, dalam lima tahun
terakhir terjadi sedikit kenaikan Non Performing Loan (NPL) sebagaiman
terlihat pada gambar 7. Meskipun masih berada di bawah 1%, perusahaan
tetap berupaya untuk terus melakukan proses perbaikan kulitas kredit.
Dari sisi penguasaan pasar, pertumbuhan market share pinjaman dan
simpanan perusahaan di Provinsi Bali pada 2016-2019 terus meningkat dan
perusahan mengharapkan tren peningkatan tersebut selalu terjaga dengan
baik. Untuk pinjaman, market share pada 2016-2019 secara berurutan
adalah sebesar 14,92 persen, 15,88 persen, 17,61 persen dan 18,38 persen.
Sedangkan market share simpanan adalah 14,36 persen, 15,32 persen,
16,02 persen dan 16,29 persen13.
Terkait dengan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi Bali,
perusahaan telah menyalurkan KUR sebesar Rp 11,6 triliun kepada 454.141
debitur dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (tabel 7).
Tabel 7. Kinerja Penyaluran KUR di Provinsi Bali, Berdasarkan Lokasi
13
Tahun 2019 menggunakan data hingga bulan November 2019.
Tahun 2015 – 2019
Untuk 2019, mayoritas penyaluran KUR secara total disalurkan kepada
sektor Produksi dan Jasa (64,66%). Untuk KUR Mikro, mayoritas disalurkan
kepada sektor Produksi Dan Jasa (68.65 persen). Sedangkan untuk KUR
Ritel, mayoritas disalurkan kepada sektor Perdagangan (56,13 persen).
Gambar 8. Komposisi Penyaluran KUR di Provinsi Bali, Berdasarkan Sektor Ekonomi Tahun 2019
Dalam melaksanakan penyaluran KUR di wilayah Provinsi Bali,
perusahaan menghadapi beberapa tantangan dan hambatan. Pertama,
banyaknya wilayah remote area yang menyebabkan terhambatnya KUR ke
beberapa wilayah tersebut. Hal ini disebabkan oleh faktor akses transportasi
dan komunikasi yang cukup sulit ke wilayah-wilayah tersebut. Kedua,
kurangnya sosialisasi tentang KUR kepada masyarakat. Kurangnya
sosialisasi tersebut menyebabkan terdapatnya persepsi di masyarakat
bahwa KUR merupakan program kredit bantuan dari pemerintah dan tidak
menjadi kewajiban masyarakat untuk membayar sampai pinjaman tersebut
lunas.
III. CATATAN DAN REKOMENDASI
Dari pertemuan yang dilakukan kepada seluruh mitra pada saat
pelaksanaan kunjungan kerja reses ini, ada beberapa catatan yang perlu
menjadi perhatian mitra atau BUMN yang diundang dalam pertemuan. Catatan
tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Bahan bakar minyak (subsidi dan non subsidi), subsidi listrik dan ketersediaan
energi listrik:
Terkait distribusi bahan bakar di Provinsi Bali, PT.Pertamina (Persero)
harus mampu mengantisipasi perubahan cuaca yang akan terjadi. Hal ini
diperlukan agar tidak terjadi permasalahan kelangkaan karena kendala
teknis, sehingga kondisi kelangkaan tidak memberikan dampak negatif
terhadap citra bali di mata internasional. Selain itu, perlu dipetimbangkan
untuk mendirikan depo di Bali Utara dalam rangka mengantisipasi kondisi
alam di wilayah atau ke arah depo pertamina di manggis. Hal ini
diperlukan karena jika terjadi masalah distribusi di depo manggis, maka
akan berdampak pada wilayah Bali Utara.
Dalam rangka menciptakan distribusi subsidi LPG 3 Kg yang tepat
sasaran, PT. Pertamina (Persero) bersama Pemerintah diminta untuk
mempercepat pelaksanaan mekanisme distribusi tertutup LPG 3 Kg
dengan matang. Selain itu, perusahaan juga diminta untuk memperkuat
kerjasama pendistribusian antara perusahaan dengan pemerintah daerah
dan pihak terkait, termasuk BBM.
Terkait dengan kualitas tabung LPG 3 Kg, PT. Pertamian (Persero)
diminta untuk melakukan monitoring dan evaluasi agar tabung yang
didistribusikan kepada masyarakat layak secara kualitas dan aman.
Terkait dengan kemacetan yang ditimbulkan oleh mobil tanki pertamina
dari dan menuju Depo Manggis yang berdampak pada kinerja dan citra
pariwisata Bali, PT. Pertamina (Persero) diminta untuk melakukan inisiasi
instalasi pembanguan distribusi di bawah laut (pipeline) untuk mengurai
kemacetan yang terjadi saat ini.
Terkait dengan bantuan solar panel yang diberikan oleh PT. PLN
(Persero) ke beberapa desa di Provinsi Bali, perusahaan diminta untuk
melakukan monitoring dan evaluasi. Hal ini diperlukan karena adanya
solar panel di beberapa desa yang sudah lama tidak aktif dan diperlukan
bantuan solar panel bagi rumah tangga yang berada di desa-desa yang
sulit dijangkau oleh jaringan listrik perusahaan.
Terkait pembangkit listrik yang dimiliki oleh PT.PLN (Persero) di wilayah
Provinsi Bali, perusahaan diminta untuk mengutamakan penggunaan
bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dalam rangka mendukung
perwujudan Bali Energi Bersih.
Terkait dengan perwujudan Green Energy di Bali yang dicanangkan oleh
pemerintah daerah, PT. Pertamina (Persero) dan PT. PLN (Persero)
harus memiliki komitmen yang sama dengan pemerintah daerah melalui
penerapan pendekatan energi baru terbarukan.
Dalam rangka menjaga ketersediaan dan distribusi energi nasional
(national security), kesiapan perusahaan dalam menghadapi potensi
cyber attack perlu menjadi perhatian PT. PLN (Persero) dan PT.
Pertamina (Persero).
Terkait dengan aduan pelaksanaan subsidi energi, PT. PLN (Persero) dan
PT. Pertamina (Persero) diminta untuk menyediakan saluran pengaduan
yang berbasis digital atau pemanfaatan teknologi informasi.
b. Pelaksanaan penyaluran pupuk bersubsidi dan non-bersubsidi:
Terkait pendistribusian pupuk bersubsidi, PT. Pupuk Indonesia (Persero)
diminta untuk terus meningkatkan ketepatan penyaluran pupuk bersubsidi
melalui pelaksanaan distribusi yang tepat jumlah, tepat waktu dan tepat
harga. Ketepatan distribusi pupuk bersubsidi dengan musim tanam masih
menjadi masalah di lapangan. Oleh karena itu, perlu menjadi perhatian
perusahaan dan pemerintah. Selain itu, penyaluran dengan pemanfaatan
teknologi dan mekanisme distribusi tertutup (penerima subsidi diberikan
indentitas) harus juga dilakukan untuk mengurangi fraud di lapangan.
Dalam rangka efektivitas penyaluran pupuk bersubsidi, perusahaan
diminta untuk terus memperkuat koordinasi dan monitoring dengan
instansi teknis terkait, baik di pusat maupun daerah.
Terkait dengan wacana pencabutan subsidi pupuk, hal ini harus
dipertimbangkan dengan matang. Hal ini disebabkan pencabutan subsidi
pupuk akan berimplikasi pada kinerja keuangan PT. Pupuk Indonesia
(Persero). Di satu sisi harga input pupuk yang tinggi dan di sisi yang lain
pemerintah menetapkan harga eceren tertinggi (HET) yang rendah untuk
menjaga kemampuan petani. Jika pencabutan subsidi dilakukan pada
kondisi yang bertolak belakang tersebut, maka pencabutan tersebut akan
berimplikasi pada tekanan beban yang besar bagi perusahaan.
Selain ketersedian pupuk bagi pertanian, PT. Pupuk Indonesia (Persero)
juga diminta untuk memperhatikan ketersediaan pupuk atau pakan bagi
perikanan.
Sebagai bagian dari hasi evaluasi subsidi input (pupuk, pestisida, dan lain
sebagainya), pemerintah perlu mempertimbangkan untuk melakukan
transformasi menjadi subsidi hasil. Hal ini perlu dilakukan dengan
pertimbangan bahwa hasil produksi petani merupakan komoditas
strategis dan subsidi hasil lebih mampu melindungi kesejahteraan petani
dibanding subsidi input.
Pemerintah dan perusahaan perlu untuk melakukan transformasi jenis
pupuk yang disubsidi saat ini menjadi pupuk organik. Hal ini perlu
dilakukan karena pupuk yang disubsidi saat ini (basis zat kimia) akan
memberikan dampak pada beban atau biaya yang harus dikeluarkan oleh
petani sebagai akibat penggunaan pupuk berbasis zat kimia.
Perlu dilakukan kajian atau evaluasi terhadap dampak subsidi pupuk
terhadap produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani.
c. Pengembangan Pelabuhan Benoa dan Grand Inna Bali Beach
PT. Pelindo III (Persero) dan PT. Hotel Indonesia Natour (Persero) harus
memperhatikan dan mengutamakan ketersediaan public area yang dapat
digunakan oleh masyarakat untuk beraktivitas dalam proses
pengembangan Pelabuhan Benoa dan Grand Inna Bali Beach.
Pembangunan hotel bintang 3 yang hendak dilakukan oleh PT. Hotel
Indonesia Natour (Persero) harus memperhatikan perkembangan pasar.
Sebagai contoh : hotel bintang 3 dan 2 di wilayah Provinsi Bali sudah
banyak digarap oleh masyarakat serta swasta seperti airbnb dan
sejenisnya. Oleh karena itu pengembangan hotel sebaiknya diarahkan ke
bintang 4 dan 5 sehingga keberadaan pengembangan yang dilakukan
oleh perusahaan tidak bersaing dan bahkan menimbulkan potensi
kerugian bagi masyarakat dan swasta.
Pengembangan Pelabuhan Benoa yang dilakukan oleh PT. Pelindo harus
lebih memperhatikan kelestarian lingkungan (khususnya mangrove) serta
dipersiapkan secara matang dan serius agar mampu memberikan
dampak yang besar bagi sosial ekonomi masyarakat lokal.
d. Terkait dengan transformasi bantuan sosial beras sejahtera (ranstra) menjadi
BPNT yang dikelola oleh Kemeneterian Sosial akan berimplikasi kepada
kerugian yang dihadapi oleh Perum Bulog. Hal ini diakibatkan bisnis Perum
Bulog di hilir melalui penyediaan ranstra menjadi hilang akibat transformasi ke
BPNT. Oleh karena itu, solusi yang dapat diambil oleh pemerintah agar tidak
memberikan kerugian yang besar bagi Perum Bulog adalah menetapkan
pengelolaan BPNT menjadi kewenangan Perum Bulog.
e. Terkait dengan pencabutan public service obligation seperti yang dialami oleh
Perum Bulog yang akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan,
perlu ada sinergitas antar BUMN dari hulu ke hilir sehingga sinergi tersebut
mampu mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan daya saing
perusahaan.
f. Terkait dengan pembiayaan kepada perempuan pra-sejahtera yang dilakukan
oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero), perusahaan perlu
menetapkan batasan waktu yang ditargetkan dalam pencapaian perbaikan
kesejahteraan atau naik level bagi kelompok atau nasabah yang sudah
diberikan pembiayaan. Hal ini diperlukan agar dapat menjadi tolak ukur
kinerja perusahaan dalam menjalankan penugasan yang diberikan oleh
Pemerintah.
g. Terkait dengan layanan wifi gratis yang disediakan oleh PT. Telkom
(Persero), perusahaan perlu memberikan pendampingan kepada masyarakat
pengguna (khususnya usia anak dan remaja) agar mampu mengurangi
potensi dampak negatif atas penyalahgunaan layanan wifi gratis dimaksud.
h. Terkait dengan pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan BUMN yang
berada di wilayah Provinsi Bali, perusahaan sebaiknya memberikan pelatihan
kepada UMKM dengan materi yang lebih spesifik dan khusus (pendalaman)
agar peserta pelatihan mendapatkan manfaat yang lebih besar.
i. Terkait peran agen of development BUMN terhadap pemberdayaan UMKM
yang dilakukan hampir seluruh BUMN yang ada, Pemerintah (cq.
Kementerian BUMN) perlu melakukan pengaturan lintas BUMN agar setiap
program pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan BUMN tidak saling
tumpang tindih dan dampak pengembangan yang dilaksanakan lebih optimal.
Selain itu, perusahaan BUMN dan Kementerian BUMN juga perlu melakukan
sinergitas yang kuat dengan Kementerian/Lembaga lain yang juga melakukan
pemberdayaan UMKM.
j. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk perlu mereplikasi penerapan konsep
smart city Denpasar ke daerah lain dalam rangka meningkatkan kontribusi
perusahaan terhadap digitalisasi ekonomi dan pelayanan publik.
Dari berbagai data dan informasi, serta catatan yang diperoleh pada saat
pelaksanaan kunjungan, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian Komisi
VI DPR RI, antara lain:
1. Komisi VI DPR RI perlu menyampaikan berbagai catatan yang telah diperoleh
selama kunjungan untuk disampaikan kepada Kementerian BUMN dan
Perusahaan BUMN terkait agar dilaksanakan sesuai dengan tugas, fungsi
dan kewenangannya menurut aturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Komisi VI DPR RI perlu menyampaikan rekomendasi kepada Pemerintah
terkait perlunya perubahan Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2015 tentang
Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras Dan Penyaluran Beras yang
menyangkut penyesuaian pengaturan harga pengadaan cadangan beras
dengan perkembangan harga di pasar. Hal ini diperlukan karena penetapan
harga dalam aturan tersebut sudah tidak sesuai dengan perkembangan
pasar dan menyulitkan Perum Bulog dalam melaksanakan kewajiban
penugasan yang diberikan oleh Pemerintah.
3. Komisi VI DPR RI perlu meyampaikan rekomendasi kepada Pemerintah dan
Alat Kelengkapan Dewan terkait agar pengelolaan Bantuan Pangan Non
Tunai/BPNT (sekurang-kurangnya pengadaan beras untuk BPNT) diberikan
kewenangan kepada Perum Bulog. Hal ini diperlukan agar dapat menopang
kinerja keuangan Perum Bulog dan pelaksanaan penugasan cadangan beras
yang diberikan kepada Perum Bulog.
4. Komisi VI DPR RI perlu meminta Kementerian BUMN untuk mendorong
percepatan penyelasaian piutang Pemerintah kepada Perum Bulog dan
mendorong adanya regulasi yang memberikan kewenangan kepada Perum
Bulog untuk memasarkan beras cadangan (buffer stock) yang akan
memasuki masa kadaluarsa di gudang perusahaan.
5. Komisi VI DPR RI perlu melakukan rapat gabungan dengan Kementerian
BUMN, Kementerian Koperasi dan UMKM, dan Kementerian terkait berkaitan
dengan sinergitas pemberdayaan UMKM yang dilakukan perusahaan BUMN
dengan pemberdayaan UMKM yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga
lainnya. Hal ini diperlukan agar pemberdayaan UMKM yang dilakukan oleh
setiap entitas negara tidak saling tumpang tindih dan mampu memberikan
dampak yang optimal terhadap perkembangan UMKM di Indonesia.
6. Komisi VI DPR RI perlu menyampaikan dan meminta kepada Kementerian
BUMN dan Pemerintah agar BUMN yang mendapat penugasan PSO (subsidi
dan KUR) dan Kementerian/Lembaga terkait untuk:
a. melakukan penguatan sosialisasi dalam rangka mengurangi persepsi
yang salah di masyarakat terkait berbagai aturan atau regulasi terkait
pelaksanaan subisidi dan KUR.
b. melakukan perbaikan kebijakan subsidi energi, pupuk, dan kredit usaha
rakyat baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan, monitoring maupun
evaluasi (termasuk jenis subsidi dan sistem distribusi) agar mampu
memberikan dampak yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat
dengan tetap memperhatikan kesehatan dan kinerja operasional BUMN
yang ditugaskan oleh Pemerintah.
IV. PENUTUP
Demikian laporan kunjungan kerja Komisi VI DPR RI ke Provinsi Bali pada
masa Reses Persidangan I Tahun Sidang 2019-2020. Kami mengharapkan
berbagai data dan informasi yang diperoleh dalam laporan ini dapat menjadi
bahan pertimbangan serta ditindaklanjuti dalam rapat-rapat Komisi VI DPR RI.
Jakarta, Desember 2019
Ketua Tim Kunker Komisi VI DPR RI
Ke Provinsi Bali
TTD.
Faisol Riza, S.S A – 33