Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

21
LAPORAN KULIAH LAPANGAN EKOLOGI TUMBUHAN Analisis Vegetasi Dengan Metode Kuadran Di Pantai Pasir Putih dan Nangora Di Cagar Alam, Pananjung, Pangandaran. Jawa Barat. Disusun oleh : Rifki Muhammad Iqbal 1211702067 Kelompok III JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Transcript of Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

Page 1: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

LAPORAN KULIAH LAPANGAN EKOLOGI TUMBUHAN

Analisis Vegetasi Dengan Metode Kuadran Di Pantai Pasir Putih dan

Nangora Di Cagar Alam, Pananjung, Pangandaran. Jawa Barat.

Disusun oleh :

Rifki Muhammad Iqbal

1211702067

Kelompok III

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2013

Page 2: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mempelajari vegetasi ,dibedakan antara studi floristik dengan analisis vegetasi,

dibedakan antara studi floristic denan analisis vegetasi. Pada studi floristic data yang

diperoleh berupa data kualitatif, yaitu data yang menunjukan bagaimana habtus dan

penyebaran suatu jenis tanaman. Sedangkan analisis vegetasi data yang diperoleh berupa data

kualitatif dan kuantiatif. Data kuantitatif menyatakan jumlah , ukuran , berat kering , berat

basah suatu jenis. Frekuensi temuan dan luas daerah yang ditumbhinya. Data kuantitatif di

dapat dari hasil penjabaran pengamatan petak contoh lapangan, sedangkan data kualitatif

didapat dari hasil pengamatan dilapangan berdasarkan pengamatan yang luas.

Vegetasi merupakan masyarakat tumbuhan yang hidup di dalam suatu tempat dalam

suatu ekosistem. Masyarakat tumbuhan ( komunitas ) adalah kumpulan populasi tumbuhan

yang menempati suatu habitat. Jadi pengertian komunitas identik dengan pengertian

vegetasi. Bentuk vegetasi dapat terbentuk dari satu jenis komunitas atau disebut dengan

konsosiasi seperti hutan vinus , padang alang-alang dan lain-lain. Sedangkan yang dibentuk

dari macam-macam jenis komunitas disebut asosiasi seperti hutan hujan tropis, padang

gembalaan dan lain-lain.

Dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan

menggunakan metode kuadran. Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak

menggunakan petak contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang

berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar

atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm

maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling

atau belta ( pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling

( anakan/semai ).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui Struktur vegetasi, mengetahui

frekuensi, kerapatan dan dominasi spesies tumbuhan yang menyusun vegetasi di daerah

pengamatan, serta mengidentifikasi faktor lingkungan yang mempengaruhi pola penyebaran

tumbuhan yang terdapat pada daerah pengamatan.

Page 3: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yagng jadi bahan

penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan untuk mengetahui komposisi,

dominasi pohon dan menksir volumenya (Santoso, 1994).

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis

yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut

terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri

maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh

serta dinamis (Surasana, 1990).

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk

(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat

terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik

komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan

tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki

adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit (Resosoedarmo, 1984).

Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk

penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan

tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan

metode kuadrat (Rasyid, 1993).

Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran

yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk

vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode

ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi

(Rasyid, 1993).

Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,

dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot

less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya

berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk

melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu

yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau

vegetasi kompleks lainnya. Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam

membent Para pakar ekologi memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari

Page 4: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

ekosistem, yang dapat menggambarkan pengaruh dari kondisi-kondisi faktor lingkungn dari

sejarah dan pada fackor-faktor itu mudah diukur dan nyata. Dengan demikian analisis

vegetasi secara hati-hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna

tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem (Michael, 1995).

Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang

masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun

yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau

sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal

ini adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri

(Michael, 1995).

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai

suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian

merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah

sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1995).

Sistem Analisis dengan metode kuadrat:Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah

individu suatu populasi jenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan

berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini,

khusus untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam

metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan yang ditulis oleh

Braun Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis

tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area

sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Rohman, 2001).

Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah

tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang

ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks

nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena

keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Horizon,

1969).

Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative

dari sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan

frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:

Indeks Nilai Penting (INP) = Kr + Dr + Fr

Page 5: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang

didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat,

dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai

penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki

harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi

tersebut (Surasana, 1990).

BAB III

METODE

3.1. Alat dan Bahan

Alat Fungsi

Alat tulis

Patok

Meteran

Tali rafia

Catatan

Kuadrat dengan luas minimal sesuai

dengan tipe vegetasinya.

3.2. Prosedur Kerja

Dibuat plot dengan ukuran 20x20 m untuk vegetasi tingkat pohon.

Dalam plot 20x20 m tersebut dibuat plot berukuran 10x10 m (tiang), 5x5 m (pancang),

dan 2x2 m (semai).

Identifikasi jenis tumbuhan yang ada pada setiap plot. Jenis yang tidak diketahui dibuat

herbaruimnya.

Catat jumlah individu setiap spesiesnya.

Untuk vegetasi tingkat pancang, tiang, dan pohon diukur diameter setinggi dada (DBH),

jika tumbuhan berakar banir, pengukuran dilakukan diatas akar banir.

Untuk vegetasi tingkat semai dominansi dihitung dengan cara membuat petak-petak

bantu dalam plot (grid) lalu dihitung berapa petak yang tertutupi oleh setiap spesies.

Ukur suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan ketinggian pada setiap plot pengamatan.

Page 6: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Data Analisa Vegetasi di Pasir Putih

Tabel 1. Data Spesies Pada Tiap Plot Plot

(Meter)Nama Spesies Jumlah

IndividuJumlah petak bantu/r (cm)

Basal area(πr2)

2x2 (semai)

Liana 7 5

Kokosan Monyet 2 2

Bayur 4 3

5X5 (pancang)

Ki pancar 2 1 3,14

Liana 1 0,5 0,785Ki hoe 1 1 3,14

Ki minyak 1 1,25 4,906

10x10 (tiang)Kokosan monyet 2 6,125 117,799

Ki pancar 1 6 113,04

20x20 (pohon)

Ficus 1 21,75 1485,4163

Bayur 1 12 452,16

Analisis Data Vegetasi Untuk Semai

a. Frekuensi Mutlak (Fm)

Fm = Σ Plot ditemukannya spesies x

Σ seluruh plot x 100%

Liana = 14

= 0,25

Kokosan Monyet = 14

= 0,25

Bayur = 14

= 0,25

Σ Fm = 0,75b. Frekuensi Relatif (Fr)

Fr = Fmspesie x

Σ Fm seluruh spesies x 100%

Page 7: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

Liana = 0,250,75

x 100% = 33,3 %

Kokosan Monyet = 0,250,75

x 100% = 33,3 %

Bayur = 0,250,75

x 100% = 33,3 %

c. Kerapatan Mutlak (Km)

Km = Σ Individu spesies x

Luas area(m2)

Liana = 74

= 1,75

Kokosan Monyet = 24

= 0,5

Bayur = 44

= 1

ΣKm = 3,25

d. Kerapatan Relatif (Kr) = Km spesies x

ΣKm seluruh spesiesx100 %

Liana = 1,753,25

x100 %= 53,84 %

Kokosan Monyet = 0,5

3,25 x100 %= 15,38 %

Bayur = 1

3,25 x100 %= 30,76 %

e. Dominansi Mutlak (Dm) = Jumlah petak bantu yang tertutupi spesies x

Σ Petak bantux100 %

Liana = 5

100 x100 %= 5 %

Kokosan Monyet = 2

100 x100 %= 2 %

Bayur = 3

100 x100 %= 3 %

Σ Kb M = 10 %

f. Dominansi Relatif (Dr) = Kb M Spesies x

Σ Kb M seluruh spesiesx100 %

Liana = 5

10 x100 %= 50 %

Kokosan Monyet = 2

10 x100 %= 20 %

Page 8: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

Bayur = 3

10 x100 %= 30 %

g. INP = Kr + Fr + Kb.r Liana = 53,84 + 33,3 + 50 = 137,14Kokosan Monyet = 15,38+33,3+20 = 68,68Bayur = 30,76+33,3+¿30 = 94,06

Analisis Data Vegetasi Untuk Pancang, Tiang dan Pohon

a. Frekuensi Mulak (Fm)

Fm = Σ Plot ditemukannya spesies x

Σ seluruh plot

Ki Pancar = 23

= 0.66

Ki Hoe = 13

= 0,33

Ki Minyak = 13

= 0,33

Kokosan Monyet = 13

= 0,33

Ficus = 13

= 0,33

Bayur = 13

= 0,33

Σ Fm = 0,66 + 0,33+0,33+0,33+0,33+0,33 = 2,16

b. Frekuensi Relatif (Fr)

Fr = Fmspesie x

Σ Fm seluruh spesies x 100%

Ki Pancar = 0,662,16

x 100%= 30,55%

Ki Hoe = 0,332,16

x 100 = 15,27%

Ki Minyak = 0,332,16

x 100 = 15,27%

Kokosan Monyet = 0,332,16

x 100 = 15,27%

Ficus = 0,332,16

x 100 = 15,27%

Bayur = 0,332,16

x 100 = 15,27%

Page 9: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

c. Kerapatan Mutlak (Km)

Km = Σ Individu spesies x

Luas area(m2)

Ki Pancar = 3

400 = 0,0075

Ki Hoe = 1

400 = 0,0025

Ki Minyak = 1

400 = 0,0025

Kokosan Monyet = 1

400 = 0,0025

Ficus = 1

400 = 0,0025

Bayur = 1

400 = 0,0025

ΣKm = 0,02

d. Kerapatan Relatif (Kr) = Km spesies x

ΣKm seluruh spesiesx100 %

Ki Pancar = 0,0075

0,02 x100 %= 37,5%

Ki Hoe = 0,0025

0,02 x100 %= 12,5%

Ki Minyak = 0,0025

0,02 x100 %= 12,5%

Kokosan Monyet = 0,0025

0,02 x100 %= 12,5%

Ficus = 0,0025

0,02 x100 %= 12,5%

Bayur = 0,0025

0,02 x100 %= 12,5%

e. Dominansi Mutlak (Dm) = Σ Basal area spesies x

Σ Luas area

Ki Pancar = 116,18

400 = 0,29

Ki Hoe = 3,14400

= 0,0078

Ki Minyak = 4,906400

= 0,0122

Kokosan Monyet = 117,799

400 = 0,295

Page 10: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

Ficus = 1485,4163

400 = 3,71

Bayur = 452,16

400 = 1,1304

Σ Dm = 5,445

f. Dominansi Relatif (Dr) = Dm Spesies x

Σ Dm seluruh spesiesx100 %

Ki Pancar = 0,29

5,445 x100 %= 5,326%

Ki Hoe = 0,00785,445

x100 %= 0,143%

Ki Minyak = 0,01225,445

x100 %= 0,224%

Kokosan Monyet = 0,2955,445

x100 %= 5,418%

Ficus = 3,71

5,445 x100 %= 68,135%

Bayur = 1,13045,445

x100 %= 20,76%

g. INP = Fr + Kr + Kb.r Ki Pancar = 30,55 + 37,5 + 5,326 = 73,4%Ki Hoe = 15,27+¿12,5 + 0,143 = 27,91%Ki Minyak = 15,27+12,5 + 0,224 = 27,99%Kokosan Monyet = 15,27 + 12,5 + 5,418 = 33,18%Ficus =15,27+12,5 + 68,135 = 95,91%Bayur = 15,27+12,5 + 20,76 = 48,53%

Tabel 2. Data Analisa Vegetasi di Nangora

Plot(Meter)

Nama Spesies Jumlah Individu

Jumlah petak bantu/r (cm)

Basal area(πr2)

2x2 (semai)

Kokosan Monyet 4 3

Ki Pancar 2 2

5X5 (pancang)

Soka 1 5 cm 78,5

Ki Pancar 4 2,5cm 19,625

10x10 (tiang)Kokosan monyet 3 6cm 113,4

Poh-pohan 1 8,5cm 226,865

Page 11: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

Kalipacung 1 8,5 cm 226,865

20x20 (pohon)

Laban 4 13,5cm 572,265

Bayur 1 22cm 1519,76 Analisis Data Vegetasi Untuk Semai

a. Frekuensi Mutlak (Fm)

Fm = Σ Plot ditemukannya spesies x

Σ seluruh plot x 100%

Kokosan Monyet = 24

= 0,5

Kipancar = 24

= 0,5

Σ Fm = 1

b. Frekuensi Relatif (Fr)

Fr = Fmspesie x

Σ Fm seluruh spesies x 100%

Kokosan Monyet = 0,51

x 100% = 50%

Kipancar = 0,51

x 100% = 50%

c. Kerapatan Mutlak (Km)

Km = Σ Individu spesies x

Luas area(m2)

Kokosan Monyet = 44

= 1

Kipancar = 24

= 0,5

ΣKm = 1,5

d. Kerapatan Relatif (Kr) = Km spesies x

ΣKm seluruh spesiesx100 %

Kokosan Monyet = 1

1,5x100 %= 66,67 %

Kipancar = 0,51,5

x 100%= 33,33%

e. Dominansi Mutlak (Dm) = Jumlah petak bantu yang tertutupi spesies x

Σ Petak bantux100 %

Kokosan Monyet = 3

100x100 %= 3 %

Page 12: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

Kipancar = 2

100x100 %= 2 %

Σ Kb M = 5 %

f. Dominansi Mutlak (Dm) = Kb M Spesies x

Σ Kb M seluruh spesiesx100 %

Kokosan Monyet = 35

x100%= 60 %

Kipancar = 25

x100%= 40 %

g. INP = Kr + Fr + Kb.r Kokosan Monyet = 66,67+50+60= 176,67Kipancar = 33,33+50+¿40 = 123,33

Analisis Data Vegetasi Untuk Pancang, Tiang dan Pohon

a. Frekuensi Mulak (Fm)

Fm = Σ Plot ditemukannya spesies x

Σ seluruh plot

Soka = 13

= 0,33

Kipancar = 43

= 1,33

Kokosan monyet = 33

= 1

Poh pohan = 13

= 0,33

Kalipancung = 13

= 0,33

Laban = 43

= 1,3

Bayur = 13

= 0,33

Σ Fm = 0,33 + 1,33 + 1 + 0,33 + 0,33 + 1,3 + 0,33 = 4,98

b. Frekuensi Relatif (Fr)

Fr = Fmspesie x

Σ Fm seluruh spesies x 100%

Page 13: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

Soka = 0,334,98

x 100%= 6,62 %

Kipancar = 1.334,98

x 100%= 26,70%

Kokosan monyet = 1

4,98x 100%= 20,08 %

Poh pohan = 0,334,98

x 100%= 6,62 %

Kalipancung = 0,334,98

x 100%= 6,62 %

Laban = 1.334,98

x 100%= 26,70%

Bayur = 0,334,98

x 100%= 6,62 %

c. Kerapatan Mutlak (Km)

Km = Σ Individu spesies x

Luas area(m2)

Soka = 1

400 = 0,0025

Kipancar = 6

400 = 0,015

Kokosan monyet = 7

400 = 0,0175

Poh pohan = 1

400 = 0,0025

Kalipancung = 1

400 = 0,0025

Laban = 4

400 = 0,01

Bayur = 1

400 = 0,0025

ΣKm = 0,0025 + 0,015 + 0,0175 + 0,0025 + 0,0025 + 0.01 + 0,0025 = 0,0525

d. Kerapatan Relatif (Kr) = Km spesies x

ΣKm seluruh spesiesx100 %

Soka = 0,00250,0525

x 100%= 4,76%

Kipancar = 0,015

0,0525x 100%= 28,57%

Kokosan monyet = 0,01750,0525

x 100 %= 33,33%

Page 14: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

Poh pohan = 0,00250,0525

x 100 %= 4,76%

Kalipancung = 0,00250,0525

x 100 %= 4,76%

Laban = 0,01

0,0525x 100 %= 19,04%

Bayur = 0,00250,0525

x 100 %= 4,76%

e. Dominansi Mutlak (Dm) = Σ Basal area spesies x

Σ Luas area

Soka = 78,5400

= 0,196

Kipancar = 19,625

400= 0,049

Kokosan monyet = 113,4400

= 0,283

Poh pohan = 226,865

400= 0,567

Kalipancung = 226,865

400= 0,567

Laban = 572,265

400= 1,430

Bayur = 1519,76

400= 3,799

Σ Dm = 0,196 + 0,049 + 0,283 + 0,567 + 0,567 + 1,430 + 3,799 = 6,891

f. Dominansi Relatif (Dr) = DmSpesies x

Σ Dm seluruh spesiesx100 %

Soka = 0,1966,891

x 100 %= 2,8 %

Kipancar = 0,0496,891

x 100 %= 1,3%

Kokosan monyet = 0,2836,891

x 100 %= 4,1%

Poh pohan = 0,5676,891

x 100 %= 8,2%

Kalipancung = 0,5676,891

x 100 %= 8,2%

Laban = 0,4306,891

x 100 %= 6,9%

Bayur = 3,7996,891

x100 %= 55,1%

Page 15: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

g. INP = Fr + Kr + Kb.r

Soka = 6,62 + 4,76 + 2,8 = 14,18

Kipancar = 26,70 + 28,67+ 2,8 = 58,17

Kokosan monyet = 20,08 + 33.33 + 4,1 = 58,23

Poh pohan = 6,62 + 4,76 + 8,2 = 19,56

Kalipancung = 6,62 + 4,76 + 8,2 = 19,56

Laban = 26,70 +19,04 + 6,9 = 52,64

Bayur = 6,62 + 4,76 + 55,1 = 66,48

4.2. Pembahasan

Page 16: Laporan Kuliah Lapangan Ekologi Tumbuhan-pangandaran

DAFTAR PUSTAKA

Horizon, 1969. Absorbtion of organicmumen soil science 50 hal 436-483

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.

Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Rasyid. 1993. Ekologi Tanaman. Malang: UMM Press.

Resosoedarmo, soedjiran. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: PT Remaka Rosdakarya

Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Biologu ITB

Santoso. 1994. Ekologi Umum. Malang: UMM Press.