Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

44
I. PENDAHULUAN A. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari keragaman dan distribusi agroekosistem pada wilayah yang berbeda dengan berbagai sistem budidaya pertanian di sekitar pantai Pangandaran. B. Landasan Teori Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Erner Haeckel, seorang ahli biologi bangsa Jerman, pada tahun 1869. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal dan logos yang berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang rumah (tempat tinggal) makhluk hidup. Secara lebih spesifik Haeckbel mendefinisikan ekologi sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan biotik dan abiotiknya (Leksono, 2007). 1

Transcript of Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

Page 1: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

I. PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari keragaman

dan distribusi agroekosistem pada wilayah yang berbeda dengan berbagai

sistem budidaya pertanian di sekitar pantai Pangandaran.

B. Landasan Teori

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Erner Haeckel, seorang

ahli biologi bangsa Jerman, pada tahun 1869. Ekologi berasal dari bahasa

Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal dan logos yang

berarti ilmu/telaah. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang rumah

(tempat tinggal) makhluk hidup. Secara lebih spesifik Haeckbel

mendefinisikan ekologi sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara

makhluk hidup dengan lingkungan biotik dan abiotiknya (Leksono, 2007).

Ekologi ialah kajian mengenai interaksi timbal balik jasad individu, di

antara dan di dalalam populasi yang sama, atau di antara komunitas populasi

yang berbeda-beda, dan berbagai faktor nir-hidup (abiotik) yang banyak

jumlahnya yang merupakan lingkungan yang efektif tempat hidup jasad,

populasi atau kominitas itu. Lingkungan efektif itu sendiri mencakup

kesemrawutan pada antaraksi antara jasad hidup itu sendiri (Ewusie, 1990).

1

Page 2: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

Ekologi mempunyai banyak penerapan bermanfaat yang ditujukan

kepada pemeliharaan biosfer yang lebih sehat dan lebih produktif bagi

kehidupan manusia dan jasad hidup lainnya. Di antara manfaat yang tidak

kecil artinya pada kaji ekologi adalah berbagai asas yang disediakan olehnya

untuk pemakaian sumberdaya alam secara bijaksana, yang sering disebut

sebagai pelestarian (Ewusie, 1990)

Suatu konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem (sistem ekologi

yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan

lingkungannya). Oleh karena itu, ekosistem adalah tatanan kesatuan secara

utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan yang saling

mempengaruhi. Berdasarkan pengertian tersebut, suatu sistem terdiri atas

komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai suatu kesatuan. Dua

komponen penyusun ekosistem adalah komponen hidup (biotik) dan

komponen tak hidup(abiotik) yang berinteraksi membentuk suatu kesatuan

yang teratur (Leksono, 2007).

Apabila kita hanya melihat fungsinya, suatu ekosistem terdiri atas dua

komponen (Riberu, 2002):

a) Komponen autotrofik: organisme yang mampu menyediakan atau

mensintesis makanannya sendiri berupa bahan organik dan bahan-bahan

anorganik dengan bantuan energi matahari atau klorofil. Oleh karena itu

semua organisme yang mengandung klorofil disebut organisme

autotrofik.

2

Page 3: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

b) Komponen heterotrofik: organisme yang mampu memanfaatkan bahan-

bahan organik sebagai bahan makanannya. Bahan makanan itu disintesis

dan disediakan oleh organisme lain.

Apabila dilihat dari segi penyusunannya, maka dapat dibedakan menjadi

empat komponen yaitu (Riberu, 2002):

a. Bahan tak hidup (abiotik, non hayati): komponen fisik dan kimia,

misalnya: tanah, air, matahari, dan lain-lain. Komponen ini merupakan

medium (substrat) untuk berlangsungnya kehidupan.

b. Produsen: organisme autotrofik (tumbuhan hijau)

c. Konsumen: organisme heterotrofik, misalnya: manusia, hewan yang

makan organisme lainnya.

d. Pengurai (perombak atau dekomposer): organisme heterotrofik yang

mengurai bahan organik yang berasal dari organisme mati.

Keanekaragaman jenis seringkali disebut heterogenitas, yaitu

karakteristik unik dari komunitas suatu organisasi biologi dan merupakan

gambaran struktur dari komunitas (Sitompul, 1996).

Komunitas secara dramatis berbeda-beda dalam kekayaan spesiesnya

(species richness), jumlah spesies yang mereka miliki. Mereka juga berbeda

dalam hubungannya dalam kelimpahan relatif (relative abundance) spesies.

(Campbell, 2004)

Komunitas yang mempunyai keanekaragaman tinggi lebih stabil

dibandingkan dengan komunitas yang memiliki keanekaaragaman jenis

3

Page 4: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

rendah. Analisa vegetasi adalah salah satu cara untuk mempelajari tentang

susunan (komposisi) jenis dan bentuk struktur vegetasi (masyarakat

tumbuhan). Analisi vegetasi dibagi atas tiga metode yaitu: (Soerianegara,

1988).

1. Minimal area,

2. Metode kuadrat dan,

3. Metode jalur atau transek.

Salah satu metode dalam analisa vegetasi tumbuhan yaitu dengan

menggunakan metode transek. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan

yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik dilakukan

dengan transek. Menurut Oosting (1956), transek merupakan garis sampling

yang ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan.

Transek juga dapat dipakai dalam studialtituide dan mengetahui perubahan

komunitas yang ada.

Salah satu cara suatu komunitas berinteraksi adalah dengan peristiwa

makan dan dimakan sehingga terjadi pemindahan energi, elemen kimia dan

komponen lain di sepanjang rantai makanan. Rantai makanan adalah

perpindahan energi dari sumbernya dalam tumbuhan ke organisme tingkat

trofik di atasnya melalui peristiwa makan dan dimakan (Khrohne, 2001).

Semua rantai makanan dimulai dari organisme autrotof. Istilah ini pertama

kali diperkenalkan oleh Elton (1927). Ide ini dimunculkan untuk menekankan

pentingnya makanan bagi organisme dan menganalisis konsekuensinya.

4

Page 5: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

Pada kenyataannya, di alam rantai-rantai makanan yang ada bergabung

membentuk jaring-jaring makanan. Beberapa spesies memakan mangsa pada

berbagai tingkatan trofik sehingga akan terbentuk jalur aliran energi yang

berganda. Rantai makanan berinteraksi membentuk jaring-jaring makanan.

Suatu ekosistem yang ssederhana seperti kolam memiliki hubungan trofik

yang kompleks. Sistem tersebut terkadang sulit untuk mengkaji interaksi

antara jenis pemangsa dan mangsa (Leksono, 2007).

Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut dan

daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang

surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural

sehingga dapat melekat erat di substrat keras (Leksono, 2007).

Daerah pesisir merupakan habitat yang menghidupi beberapa tanaman

yang bernilai ekonomi seperti kelapa. Pasirnya merupakan bahan yang sangat

berharga di beberapa negara untuk pembuatan batu bata semen untuk

keperluan bangunan. Pasir itu juga merupakan bahan penggosok yang

berguna untukberbagai macam bahan. Sifat vegetasi seperti yang diuraikan di

atas menunjukan bahwa vegetasi itu sangat membantu mencegah penyusupan

laut ke daratan (Ewusie, 1990).

5

Page 6: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

II. METODE PRAKTIKUM

A. Analisis vegetasi

1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum analisis vegetasi antara lain kertas

plano, spidol, spidol warna/krayon, pulpen, penggaris, pensil, kamera dan

buku catatan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ekosistem yang akan

dianalisis vegetasinya.

2. Prosedur Kerja

a. Praktikan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam praktikum.

b. Praktikan menuju wilayah yang sudah ditentukan sebelumnya berdasarkan

kelompok masing-masing.

c. Mulai mengamati keadaan vegetasi di lahan pertanian sekitar pantai

Pangandaran, tanaman apa yang paling dominan, berapa luas lahan untuk

masing-masing tanaman, bagaimana distribusi tanaman tersebut dan

bagaimana sistem pertanian yang diterapkan.

d. Mengambil gambar tanaman yang sekiranya diperlukan.

e. Praktikan mulai menggambar transek vegetasi yang sudah diamati.

B. Jaring Pangan

1. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu kertas karton, spidol, pensil dan

kamera.

6

Page 7: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

2. Prosedur Kerja

a. Praktikan menuju tempat yang sudah ditentukan untuk mulai melakukan

pengamatan.

b. Mengamati berbagai rantai makanan yang terdapat di daerah tersebut.

c. Kamera digunakan untuk mengambil gambar organisme yang terdapat di

lokasi.

d. Praktikan menggambar jaring pangan pada selembar kertas karton.

C. Wawancara dengan Petani

1. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum wawancara dengan

petani yaitu alat tulis dan buku catatan.

2. Prosedur Kerja

a. Praktikan menemui petani atau pemilik lahan pertanian yang sudah

ditentukan

b. Praktikan mencari tahu informasi seputar sistem pertanian, pola tanam,

kendala dalam bercocok tanam dan lainnya.

c. Hasil wawancara ditulis dalam buku catatan.

D.

7

Page 8: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dalam praktikum ekologi tanaman yang telah kami

laksanakan di desa Wonoharjo, Parigi, Pangandaran tanggal 3 Mei 2014 lalu ini

(hasil terlampir) dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu: transek vegetasi sekitar Pantai

Pangandaran, jejaring pangan dan hasil wawancara dengan petani setempat.

Pembahasan praktikum ini juga terbagi dalam 3 bahasan utama, yaitu: transek

vegetasi, jaring pangan dan hasil wawancara dengan petani setempat.

a. Analisis Vegetasi

Salah satu metode dalam analisa vegetasi tumbuhan yaitu dengan

menggunakan metode transek. Untuk mempelajari suatu kelompok hutan

yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik dilakukan

dengan transek.Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan

vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi.

Oosting (1956), menyatakan bahwa transek merupakan garis sampling

yang ditarik menyilang pada sebuah bentukkan atau beberapa bentukan.

Transek juga dapat dipakai dalam studialtituide dan mengetahui perubahan

komunitas yang ada.

Pengamatan dilakukan dengan berbagai macam parameter. Parameter

yang digunakan mencakup aspek topografi wilayah, pola budidaya, keadaan

cuaca serta keadaan tanah. Parameter tersebut dianggap mewakili keadaan

keseluruhan dari ekosistem dan komunitas wilayah tersebut.

8

Page 9: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

Analisis vegetasi yang dilakukan di desa ini dibagi ke dalam 6 titik

berbeda dengan faktor-faktor lingkungan yang berbeda pula.

Pada pagi hari itu, keadaan cuaca sekitar desa Wonoharjo sedang cerah.

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh praktikan kelompok 4, diperoleh

data ketinggian tempat 0-5 mdpl, intensitas cahaya matahari sebesar 571 lux,

suhu udara sekitar 31oC, kelembaban udara 70 % dan pH tanah 6,8.

Lahan yang kami amati, keseluruhan bagiannya digunakan sebagai ladang

pertanian, dengan tanaman utama berupa kelapa yang ditumpangsarikan

dengan berbagai jenis tanaman lain. Tanaman yang terdapat dalam lahan

pertanian ini berjumlah 12 jenis, yaitu: kelapa, bengkuang, rumput gajah,

ketela pohon, jagung, pisang, kacang tanah, talas, kedondong, mangga, nanas

dan mahoni. Dari keduabelas tanaman tersebut, tanaman jagung dan kacang

tanah yang paling besar jumlahnya.

Dalam bukunya yang berjudul Bertanam Kelapa, Djoehana Setyamidjaja

(1984), mengatakan bahwa pertumbuhan kelapa di daerah pantai umumya

baik meskipun curah hujannya lebih rendah daripada batas minimum. Hal ini

disebabkan karena pada daerah itu, di bawah permukaan tanah terdapat air

yang cukup, berasal dari daerah yang letaknya jauh dari pantai. Pada daerah

demikian, adanya dan banyaknya air tanah merupakan faktor yang lebih

menentukan daripada ukuran curah hujan.

Sehingga tidak heran jika di kawasan sekitar pantai Pangandaran ini

banyak terdapat tanaman kelapa yang dibudidayakan. Selain diambil buah

9

Page 10: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

dan daunnya, tanaman kelapa di daerah ini juga diambil air niranya untuk

diolah menjadi gula kelapa.

Tanaman yang banyak dibudidayakan di desa ini selain kelapa yaitu

jagung dan kacang tanah.

Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah

daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub tropis/tropis yang

basah. Di daerah tropis juga banyak ditanam jagung. Jagung dapat tumbuh di

darah yang terletak antara 0o – 50o Lintang Utara hingga 0o – 40o Lintang

selatan (Aak, 1993).

Temperatur yang dikehendaki tanaman jagung antara 21oC hingga 30oC.

Akan tetapi temperatur optimum adalah antara 23o sampai dengan 27oC. Hal

ini tidak menjadi problem yang berarti bagi areal pertanaman jagung di

Indonesia (Aak, 1993).

Menurut dinas pertanian dan kehutanan Kabupaten Bantul, tanaman

Kacang Tanah cocok ditanam didataran rendah yang berketinggian dibawah

500 m diatas permukaan laut. lklim yang dibutuhkan tanaman Kacang Tanah

adalah bersuhu tinggi antara 25°C - 32°C, sedikit lembab ( rH 65 % - 75 % ),

curah hujan 800 mm -1300 mm per tahun, tempat terbuka.

Kacang tanah tidak terlalu memilih jenis tanah. Pada tanah berat (heavvy

clay/fine textured soil), kacang tanha masih dapat menghasilkan, jika

pengolahan tanahnya dilakukan dengan baik. Tetapi, tanaman kacang tanah

dapat tumbuh optimal pada tanah ringan (loamy sand, sandy loan, dan sandy

clay) yang cukup mengandung unsur hara. Tanah ringan tersebut umumnya

10

Page 11: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

gembur sehingga emungkinkan akar tumbuh dengan baik, dan lebih banyak

polong yang terbentuk (Fachruddin, 2000).

Kacang tanah masih mampu tumbuh dengan cukup baik pada tanah asam

(pH 5,0), tetapi peka terhadap tanah basa. Keasaman tanah yang ideal bagi

kacang tanah berkisar antara 6,0 – 7,0 (Fachruddin, 2000). Hal ini sesuai

dengan keadaan lahan di lokasi praktikum, pH tanah di lokasi tersebut yaitu

6,8.

Suhu amat berpengaruh terhadap perkecambahan biji dan pertumbuhan

awal. Pada suhu kurang dari 18oC, laju perkecambahan rendah. Pertumbuhan

kacang tanah meningkat sejalan dengan peningkatan suhu dari 20oC menjadi

30oC (Fachruddin, 2000).

Tanaman yang ditumpangsarikan dalam lahan ini hampir sebagian besar

tanaman semusim. Seperti, jagung, kacang tanah, bengkuang, talas, ketela

pohon dan nanas. Sedangkan tanaman tahunan selain kelapa, hanya dijadikan

sebagai tanaman penyeling dan tanaman pelindung. Namun, jarak tanam yang

diterapkan dalam pertanaman tidak teratur. Sudah begitu, setelah melihat

keadaan tanah di lokasi (terutama lahan jagung), akan dapat segera diketahui

jika pengolahan tanah dilakukan dengan seadanya dan cenderung buruk,

namun tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan jagung.

Setelah kami mendapatkan data analisis kelompok masing-masing,

dibuatlah suatu transek gabungan yang menggambarkan keadaan vegetasi

seluruh kelompok. Sehingga diperoleh data bahwa: intensitas penyinaran

matahari berkisar antara 466 – 694 lux, dengan ketinggian tempat 0 – 5 mdpl,

11

Page 12: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

suhu udara berkisar antara 31o – 34oC, dengan kelembaban antra 63,4% -

70%. Sementara pH tanah di desa Wonoharjo berkisar antara 5,4 – 6,8.

Dalam data hasil anilisis transek vegetasi gabungan, diketahui bahwa

tanaman ubi jalar dan jagung adalah tanaman semusim yang paling banyak

dibudidayakan. Sedangkan tanaman tahunan yang paling mendominasi adalah

tanaman kelapa dan kelapa gading.

Ubi jalar memiliki daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan hidup

sehingga dapat dibudidayakan pada berbagai jenis lahan, ketinggian tempat,

dan tingkat kesuburan tanah yang berlainan. Oleh karena itu, tanaman ubi

jalar mudah tersebar ke seluruh belahan bumi, terutama di daerah tropis. Di

daerah subtropis, misalnya Indonesia, ubi jalar dapat tumbuh baik dan dapat

memberkan hasil yang tinggi (Juanda, 2000).

Tanaman ubi jalar umumnya tidak menghendaki iklim yang basah (curah

hujan tinggi) karna sistem perakaran ubi jalar tidak tahan terhadap genangan

air. Curah hujan yang tinggi dan menyebabkan genanangan air tidak

menguntungkan bagi pertumbuhan ubi jalar (Juanda, 2000). Sehingga, ubi

jalar dapat tumbuh dengan baik di desa Wonoharjo, yang memiliki ketinggian

tempat antara 0 – 5 m dpl dan dengan kisaran suhu antara 31oC – 34oC.

Sedangkan tanaman tahunan yang dominan yaitu kelapa dan kelapa

gading. Kelapa gading merupakan salah satu variasi dari kelapa genjah (dwarf

variety). Menurut Warisno (2003), tanaman kelapa genjah menghendaki

keadaan suhu udara yang panas, dengan suhu rata-rata tahunan ±27oC. Pada

masa pertumbuhan vegetatif, tanaman kelapa genjah menghendaki suhu

12

Page 13: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

minimal 21oC. Di bawah suhu 21oC, pertumbuhan tanaman tidak baik. Pada

masa pertumbuhan buah, tanaman kelapa genjah memerlukan suhu rata-rata

25oC, dengan fluktuasi 5o – 7oC. Selain kisaran suhu tertentu, tanaman kelapa

genjah menghendaki suhu udara yang merata. Tanaman ini sangat peka

terhadap perubahan (fluktuasi) suhu yang sangat mencolok, yang dapat

mengakibatkan penurunan hasil dan pertumbuhan buah yang jelek. Di

Indonesia, tanaman kelapa paling banyak ditanam di daerah yang memiliki

ketinggian kurang dari 200 m dpl. Tanaman kelapa hampir selalu diusahakan

di daerah dataran rendah, misalnya di daerah pantai (pesisir).

Sebenarnya, daerah yang ideal bagi penanaman kelapa, baik kelapa genjah

maupun kelapa dalam, adalah daerah dengan ketinggian antara 200 m - 600

m dpl. Namun ternyata, tanaman kelapa di dataran rendah (dengan ketinggian

kurang dari 200 m dpl) dapat berbuah lebih cepat dan berproduksi lebih tinggi

dengan kadar minyak yang tinggi (Warisno, 2003).

b. Jaring Pangan

Dalam ekosistem yang kami amati, terdapat beberapa rantai makanan,

yaitu peristiwa makan dan dimakan dengan urutan dan arah tertentu.

Kumpulan dari berbagai rantai makanan tersebut membentuk suatu jaring

pangan.

Di alam, makanan pastilah diperoleh dari suatu sumber. Dengan cara

menelusurinya ke tingkat trofik yang lebih tinggi dan lebih rendah, kita dapat

melihat di mana awalnya dan di mana akhirnya. Hasilnya adalah rantai

13

Page 14: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

makanan – peta jalur yang dilalui energi makanan saat berpindah dari satu

spesies ke spesies lainnya (Burnie, 2005).

Awal suatu rantai makanan selalu dimulai dari tumbuhan. Dalam hal ini,

tumbuhan berperan sebagai produsen. Artinya, penghasil makanan bagi

makhluk hidup lainnya. Adapun hewan pemakan tumbuhan dan hewan

lainnya dalam suatu rantai makanan dinamakan konsumen. Ada beberapa

tingkatan dalam rantai makanan. Konsumen tingkat satu memakan produsen.

Konsumen tingkat dua memakan konsumen tingkat satu. Konsumen tingkat

tiga memakan konsumen tingkat dua, dan begitu seterusnya.

Dalam ekosistem, suatu organisme tidak hanya makan satu jenis

makanan saja, dan juga dapat dimakan oleh beberapa jenis pemangsa. Oleh

karena itu terjadi beberapa rantai makanan yang saling berhubungan.

Sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan ini disebut dengan

jaring-jaring makanan.

Menurut Burnie (2005), walaupun rantai-rantai makanan tunggal itu

pendek, mereka biasanya berjumlah banyak. Rantai-rantai itu bersama-sama

membentuk sebuah jaring makanan – suatu jaringan garis-garis yang

bersilangan dan terkadang mirip peta kereta bawah tanah. Jika jaringnya

lengkap, jaring tersebut menunjukan semua rute yang mungkin dilewati

makanan pada keseluruhan suatu komunitas tumbuhan dan hewan.

Rantai makanan dan jaring-jaring makanan menunjukkan bahwa di alam

tidak ada yang benar-benar sendirian. Bahkan di habitat-habitat yang paling

sulit dijangkau sekalipun, makhluk-makhluk hidup saling mempengaruhi, dan

14

Page 15: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

juga berinteraksi dengan lingkungannya. Banyak di antara interaksi-interaksi

itu yang sedemikian rumitnya sampai-sampai tidak peduli seberapa

intensifnya diteliti, hasilnya tidak pernah dapat diprediksi.

Pada lahan yang diamati oleh kelompok 4, terdapat beberapa rantai

makanan seperti:

1. Rumput gajah → belalang → burung → ular

2. Jagung → belalang → burung → ular

3. Jagung → burung → ular

4. Jagung → tikus → ular

5. Kacang tanah → tikus → ular

Kemudian kelima rantai makanan tersebut digabungkan ke dalam suatu

jaring pangan (gambar jaring pangan kelompok 4 terlampir).

Hewan yang menjadi konsumen tingkat pertama di wilayah tersebut yaitu

belalang, burung dan tikus. Hewan-hewan tersebut, sebenarnya merupakan

hama dalam pertanian ini.

Tikus menjadi hama persemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa

panen, hingga di penyimpanan. Tikus mempunyai sifat-sifat yang khusus

sehingga merupakan hama yang cukup penting pada pertanaman padi. Sifat

khusus tersebut di antaranya yaitu mempunyai preferensi makanan yang

cukup banyak (padi segar, gabah, beras, ubi jalar, ketela pohon, jagung,

kelapa, kacang tanah, kedelai dan kadang-kadang makan anak ayam). Tikus

betina melahirkan anaknya menjelang masa panen. Sekali melahirkan 4 – 12

15

Page 16: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

anak, jumlah anaknya tergantung dari kualitas makanan.dua hari setelah

melahirkan, tikus betina sudah dapat berkopulasi lagi (Tjahjadi, 1989).

Tanda-tanda adanya serangan tikus : ada tikus, ada liang tikus, ada

kotoran tikus, ada bekas jejak tikus dan adanya potongan-potongan tanaman

yang bekas dirusak tikus. Tanda-tanda yang kami lihat di lokasi pada waktu

praktikum yaitu lubang-lubang tikus dan bekas tanaman yang dirusak tikus.

Burung tidak pernah merugikan secara berarti dalam bidang pertanian,

tetapi sebagian adapula yang merusak tanaman padi, jagung, kacang-

kacangan, dan buah-buahan.

Burung gereja (Passer montanus, malaccensis) yang banyak terdapat di

pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Membuat sarang di atap-atap rumah, dan

sering makan padi yang akan dipanen (Tjahjadi, 1989).

Burung gelatik (Passa oryzivora) juga merusak tanaman padi, burung

emprit (Munia leucogastroides) terkenal sebagai burung padi karena jika

musim panen padi berpindah-pindah dari areal yang satu ke areal yang lain

(Tjahjadi, 1989).

Hama belalang berpotensi menyerang pertanaman terutama padi dan

jagung yang masih ada di sekitar kelompok belalang dan daerah lain yang

masih dalam jangkauan migrasinya (Tjahjadi, 1989).

Beberapa jaring pangan yang diamati oleh masing-massing kelompok,

digabungkan ke dalam suatu jaring pangan gabungan yang mencakup

kesuluruhan wilayah desa Wonoharjo yang diamati.

16

Page 17: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

Dalam jaring pangan gabungan, hewan yang menjadi konsumen tingkat

pertama adalah lebah, ulat, tikus, burung, belalang, kupu-kupu, ayam, kepik,

siput dan kambing. Dari kesemua hewan tersebut, yang merupakan binatang

hama yaitu: ulat, belalang, kepik, tikus, burung dan siput. Sedangkan

binatang lebah, kambing, ayam dan kupu-kupu tidak termasuk dalam

binatang hama.

Kemudian hewan yang menjadi konsumen tingkat kedua antara lain:

katak, burung, ayam dan laba-laba. Ayam dan burung, selain sebagai

konsumen tingkat pertama juga sebagai konsumen tingkat kedua, karena

ayam dan burung bukan hanya memakan tumbuhan saja namun juga

memakan serangga-serangga kecil.

Hama serangga dan ulat sering menyebabkan kerusakan bagian tanaman

terutama daun. Usaha pengendalian hama serangga dan ulat ini dengan

penyemprotan pestisida kiranya sudah tepat. Namun, bila jenis pestisida yang

kita gunakan tidak sesuai dengan peruntukannya, maka tidak akan

memberikan dampak yang berarti bagi hama tersebut.demikian juga, jika

kualitas pestisida yang digunakan sangat rendah, maka tidak akan efektif bila

digunakan untuk mengendalikan suatu hama (Surachman dan Suryanto,

2007).

Siput atau bekicot merupakan hama yang berasal dari Afrika Timur atau

Afrika Selatan. Binatang ini menyebar ke Indonesia melewati Malaysia antara

tahun 1921-1930. Bekicot mencari makan pada malam hari (Pracaya, 1991).

17

Page 18: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

Pada tanaman cabai, siput merupakan hama yang menyerang tanaman

muda dan bagian tanaman yang masih muda. Biasanya menyerang dengan

memakan daun atau ranting yang masih muda, dan terkadang juga memakan

bunga cabai. Gejala serangan ditandai dengan patahnya ranting-ranting muda,

dan dedaunan juga mengalami kerusakan (Warisno dan Dahana, 2010).

Konsumen tingkat puncak dalam jaring pangan gabungan ini adalah ular.

Ular dalam ekosistem dapat membantu untuk mengendallikan hama sebagai

musuh alaminya. Petani setempat biasanya memanfaatkan ular untuk

mengendalikan hama pada tanaman padi.

c. Wawancara dengan Petani

Untuk mendapatkan informasi tambahan seperti tekhnik budidaya, sistem

dan pola tanam, kendala yang dihadapi dan berbagai hama yang menyerang

tanaman, kami melakukan wawancara dengan petani atau pemilik lahan

setempat.

Petani yang kami wawancarai ialah ibu Sireng, sedang nama si penyewa

lahan adalah bapak Alimusa.

Menurut ibu Sireng, tanaman yang paling dominan ditanam di lahan

tersebut adalah jagung dan kacang. Terkadang mereka juga menanam ubi

jalar dan padi, namun saat kami berkunjung ke lahan, padi dan ubi sedang

tidak ditanam.

Banyak kendala yang dihadapi di daerah tersebut seperti serangan hama

uret yang menyerang tanaman dan kelapa, selain itu hama burung juga

18

Page 19: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

menimbulkan banyak kerugian. Kendala lain adalah menurunnya kesuburan

tanah, menurut ibu Sireng kesuburan tanah sekitar lokasi menjadi kurang

subur karena penanaman berulangkali dengan jenis tanaman yang sama.

Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman, mereka menggunakan pupuk

TSP dan ZA. Sedang kebutuhan air hanya mengandalkan persediaan air

tanah, air hujan dan saluran (selokan dan got) sekitar lokasi.

Hasil panen masyarakat desa Wonoharjo sebagian besar digunakan untuk

konsumsi sendiri, dijual ke tetangga atau daerah sekitar. Sedang benih yang

digunakan berasal dari toko pertanian dan bantuan dari pemerintah.

Berdasarkan hasil wawancara kelompok 5 dengan petani bernama Bpk.

Cipto, tanaman yang dibudidayakan di lahannya antaralain: kelapa, padi, ubi

jalar dan singkong. Sedangkan jenis kelapa yang ditanam adalah kelapa

hibrid.

Lahan yang digarap oleh bapak Cipto adalah tanah milik swasta, beliau

hanya sebagai buruh tani. Berdasar keterangan bapak Cipto, lahan tersebut

sebelumnya merupakan lahan budidaya kakao, namun sekarang digunakan

sebagai lahan budidaya kelapa. Pupuk yang banyak digunakan adalah pupuk

kimia.

Hasil dari ubi jalar dan singkong di daerah tersebut digunakan sebagai

pakan ternak, karena rasanya yang pahit dan tidak enak untuk dikonsumsi.

Sedanngkan tanaman kelapa diambil niranya untuk dijadikan gula merah.

19

Page 20: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

Hambatan utama dalam budidaya kelapa di daerah itu adalah serangan

hama kumbang. Sedangkan untuk tanaman ubi jalar dan ketela pohon hama

yang menyerang umbi yaitu tikus dan belalang.

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dari kelompok 2 rombongan 4

yang mewawancarai petani sadap bernama Bpk. Iman, diperoleh beberapa

keterangan, diantaranya adalah bahwa lahan yang mereka (petani) garap

bukanlah lahan pribadi, melainkan lahan pemerintah daerah yang disewa

untuk diolah. Penyewaan lahan dilakukan kepada salah satu perusahaan yang

ditunjuk oleh pemerintah, perusahaan tersebut ditunjuk dari hasil tender yang

dilakukan, sehingga perusahaan yang dijadikan tempat penyewaan sering kali

berubah sesuai dengan tender yang dilakukan dan mengakibatkan petani

kesulitan dalam proses penyewaan.

Pak Iman, menyewa sepuluh batang pohon kelapa untuk disadap

(tidak menyewa lahan). Sepuluh pohon yang disewa oleh petani mempunyai

tarif sewaan sebanyak 13 kg gula kelapa setiap 2 (dua) minggu sekali. Bisa

juga dengan uang seharga 13 kg gula kelapa yang sedang berlaku dipasar.

Berbeda dengan itu, petani yang menyewa lahan untuk ditanami berbagai

jenis tanaman pertanian, tarif yang dipatok oleh perusahaan pemenang tender

berdasar luas lahan per bata (1 bata = 14 m2).

Tanaman atau vegetasi yang mendominasi yang ada dilahan

observasi adalah kelapa, hal ini ditunjang dari jenis tanah yang relatif berpasir

karena dekat dengan pantai.

20

Page 21: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

Mayoritas petani tidak menggunakan varietas bersertifikat, bahkan

untuk jagung yang ditanaman oleh salah satu petani, benih yang digunakan

adalah benih pilihan yang didapat dari hasil panen dan telah dilakukan dalam

beberapa generasi pertanaman tersebut, sehingga terlihat pertumbuhan dan

jumlah biji pertongkol dari tanaman jagung tersebut sangat minim dan

memprihatinkan.

Jika ibu Sireng dan Pak Cipto menggunakan pupuk kimia, di lahan ini

petani sebagian besar menggunakan pupuk kandang. Hanya pada tanaman

kacang tanah saja petani menggunakan pupuk kimia.

21

Page 22: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

22

Page 23: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

KESIMPULAN

A. Analisis vegetasi

Berdasarkan hasil pengamatan, jenis tanaman dominan yang

dibudidayakan di desa Wonoharjo, Parigi, Pangandaran adalah ubi jalar

dan jagung.

Sementara kondisi wilayah sekitar desa tersebut tercatat sebagai

berikut: intensitas penyinaran matahari berkisar antara 466 – 694 lux,

dengan ketinggian tempat 0 – 5 mdpl, suhu udara berkisar antara 31o –

34oC, dengan kelembaban antra 63,4% - 70%. Sementara pH tanah di desa

Wonoharjo berkisar antara 5,4 – 6,8.

B. Jaring pangan

Pada lahan yang diamati oleh kelompok 4, terdapat beberapa rantai

makanan seperti:

1. Rumput gajah → belalang → burung → ular

2. Jagung → belalang → burung → ular

3. Jagung → burung → ular

4. Jagung → tikus → ular

5. Kacang tanah → tikus → ular

Hewan yang menjadi konsumen tingkat pertama di wilayah tersebut

yaitu belalang, burung dan tikus. Hewan-hewan tersebut, sebenarnya

merupakan hama dalam pertanian ini.

23

Page 24: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

Dalam jaring pangan gabungan, hewan yang menjadi konsumen

tingkat pertama adalah lebah, ulat, tikus, burung, belalang, kupu-kupu,

ayam, kepik, siput dan kambing. Dari kesemua hewan tersebut, yang

merupakan binatang hama yaitu: ulat, belalang, kepik, tikus, burung dan

siput. Sedangkan binatang lebah, kambing, ayam dan kupu-kupu tidak

termasuk dalam binatang hama.

C. Wawancara dengan petani

Berdasar hasil wawancara, diperoleh info bahwa lahan yang mereka

(petani) garap bukanlah lahan pribadi, melainkan lahan pemerintah daerah

yang disewa untuk diolah. Penyewaan lahan dilakukan kepada salah satu

perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah, perusahaan tersebut ditunjuk

dari hasil tender yang dilakukan, sehingga perusahaan yang dijadikan

tempat penyewaan sering kali berubah sesuai dengan tender yang

dilakukan dan mengakibatkan petani kesulitan dalam proses penyewaan.

24

Page 25: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1993. Jagung. Penerbit Kanisius : Yogyakarta

Burnie, David. 2005. Bengkel Ilmu: Ekologi. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Ewusie, J. Yanney. 1990. Pengantar: Ekologi Tropika. Terjemahan oleh Usman

Tanuwidjaja. ITB: Bandung.

Fachruddin, Lisdiana. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit Kanisius:

Yogyakarta.

Juanda, Dede Js. dan Bambang Cahyono. 2000. Ubi Jalar : Budidaya dan Analisis

Usaha Tani. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.

Leksono, Amin Setyo . 2007 . Ekologi: Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif.

Bayumedia Publishing: Malang.

Pracaya, Ir. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya: Depok.

Riberu, Paskalis. 2002. Pembelajaran Ekologi. Jurnal Pendidikan Penabur No.

01/tahunI/Maret 2002. Halaman 125-132.

Setyamidjaja, Djoehana. 1984. Bertanam Kelapa. Penerbit Kanisius : Yogyakarta

Surachman, Enceng dan Widada Agus Suryanto. Hama Tanaman Pangan,

Hortikultura dan Perkebunan : Masalah dan Solusinya. Penerbit Kanisius:

Yogyakarta.

25

Page 26: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Penerbit Kanisius:

Yogyakarta.

Warisno dan Kres Dahana. 2010. Usaha dan Budidaya Cabai. Gramedia: Jakarta

Warisno. 2003. Budidaya Kelapa Genjah. Penerbit Kanisius: Yogyakarta

26

Page 27: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

LAMPIRAN

27

Page 28: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

1. Analisis Vegetasi Kelompok 4

2. Analisis Vegetasi Gabungan Rombongan 4

28

Page 29: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

3. Jaring Pangan Kelompok 4

29

Page 30: Laporan Praktikum Ekologi Tanaman Sekitar Pantai Pangandaran

4. Jaring Pangan Gabungan Rombongan 4

30