LAPORAN KOMUNITAS

100
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta konstribusi positif pelbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional. Dengan perkataan lain untuk dapat terwujudnya INDONESIA SEHAT 2011, para penanggungjawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapat terlaksananya pembangunan nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti dimaksud diatas, maka seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya

description

laporan

Transcript of LAPORAN KOMUNITAS

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta konstribusi positif pelbagai sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional. Dengan perkataan lain untuk dapat terwujudnya INDONESIA SEHAT 2011, para penanggungjawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapat terlaksananya pembangunan nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti dimaksud diatas, maka seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.

Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan visi pembangunan kesehatan yaitu Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Strategi yang dikembangkan adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, berupa memfasilitasi percepatan dan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut dengan Desa Siaga.

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri. Pada intinya, desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Untuk dapat danmampu hidup sehat, masyarakat perlu mengetahui masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatannya, bak sebagai individu, keluarga, ataupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.

Beberapa determinan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat adalah keturunan (heredity), keadaan gizi, gaya hidup, akses pelayanan kesehatan dan lingkungan fisik dan nonfisik. Heredity memegang peran dalam penentuan sifat dan karakteristik fisiologis seorang individu, seperti postur tubuh, warna kulit dan golongan darah. Lingkungan fisik meliputi lingkungan yang ada di sekitar manusia, seperti udara yang kita hirup, darat dan laut sebagai sumber kehidupan, termasuk rumah dan fasilitasnya serta ketersediaan pelayanan umum (air bersih, listrik dan jalan raya). Sedangkan faktor budaya akan mempengaruhi sikap masyarakat terhadap hidup sehat dan kesehatan secara keseluruhan.

Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen seperti yang ada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan, pendidikan kesehatan dan manajemen serta koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik. Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2015 melaksanakan pengambilan data Keperawatan Komunitas di Wilayah RW 01 Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan keluarga dan pendekatan masyarakat. Gambaran umum Kelurahan Sumbersari meliputi batas administrasi, kondisi fisik dasar dan kondisi fisik binaan. Kelurahan Sumbersari mempunyai luas 92,4 hA dengan batasan administrasi wilayah. Kedudukan Kelurahan Sumbersari terletak di sebelah utara Kota Malang. Jarak pusat pemerintahan Kelurahan Sumbersari dengan Kecamatan Lowokwaru sejauh 4 km, sedangkan dengan pusat Kota Malang sejauh 6 km, dan jarak dengan Pusat Propinsi Jawa Timur sejauh 100 km. Kelurahan Sumbersari merupakan salah satu kelurahan yang terletak di kawasan Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Kelurahan Sumbersari terdapat di daerah dataran tinggi Kota Malang, terletak pada ketinggian 440 meter dari atas permukaan air laut. Dengan batas-batas kelurahan, Batas wilayah sebelah utara : Kelurahan Ketawanggede, batas wilayah sebelah barat : Kelurahan Karang Besuki (Kecamatan Sukun), batas wilayah sebelah timur : Kelurahan Penanggungan (Kecamatan Klojen), batas wilayah sebelah selatan : Kelurahan Pisang Candi (Kecamatan Sukun). Sistem saluran drainase di kawasan Kelurahan Sumbersari menggunakan dua tipe saluran yaitu, saluran terbuka dan saluran tertutup. Untuk air di dalam saluran drainasenya sendiri dibedakan menjadi campuran dan terpisah. Pengertian campuran dalam hal ini, antara air limbah rumah tangga dan limpasan air hujan dialirkan dalam satu saluran. Selain itu, pengertian terpisah dalam hal ini, antara air limbah rumah tangga dan limpasan air hujan dialirkan ke dalam saluran yang berbeda. Dalam rangka melakukan pembinan, mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan yang optimal secara mandiri, dimana dalam pelaksanaan praktek asuhan keperawatan komunitas menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas yang diawali dari pengkajian dengan cara mengumpulkan data, analisa, menentukan diagnosa atau permasalahan dan menyusun rencana sesuai peramasalahan yang ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas, mahasiswa akan dapat meningkatkan kemampuan komunitas dalam mengenali masalah kesehatan, mengorganisasikan potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya.1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas di wilayah RW 01 Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru, mahasiswa mampu :a. Membina hubungan baik dengan komunitas dan keluarga yang dibina dengan mengenal wilayah, tokoh-tokoh masyarakat serta masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

b. Bekerjasama dengan komunitas dan keluarga dalam melaksanakan pendataan kesehatan

c. Menganalisa data dengan menggunakan pendekatan biostatic, demografi dan epidemiologi guna mengidentifikasikan diagnose keperawatan komunitas serta faktor penyebab timbulnya masalah.d. Memfasilitasi komunitas dan keluarga dalam memusyawarahkan masalah-masalah yang ditemukan dan menyadarkan adanya masalah kesehatan yang sedang/akan dihadapinya.

e. Mengorganisasikan potensi yang ada di komunitas untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan pemecahan masalah.

f. Meningkatkan tenaga-tenaga potensial di komunitas (kader) dengan melatihnya dalam program kerja untuk mengatasi masalah.

g. Bekerjasama dengan tokoh-tokoh di komunitas, sektor yang terkait dalam memberikan dukungan bagi pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi.h. Mengevaluasi setiap kegiatan dan pencapaian tujuan asuhan keperawatan masyarakat.

i. Mendokumentasikan asuhan keperawatan masyarakat dengan benar dan tepat.

1.3 Manfaat

1.3.1 Masyarakat

Diharapkan dapat membantu masyarakat guna mengerti gambaran status kesehatannya dan menyadari permasalahan kesehatan yang ada serta mau menyelesaikan permasalahan tersebut.1.3.2 Mahasiswa

Menimba pengalaman belajar mahasiswa untuk peka dalam mengenali masalah kesehatan dalam masyarakat serta menentukan langkah penyelesaiannya dengan mengapikasikan ilmu yang didapatkan pada masyarakat khusus tentang kesehatan.1.3.3 Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan seumbangan/masukan berupa informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas guna membantu program kesehatan pada masyarakat.BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Keperawatan Komunitas

2.1.1 Pengertian

Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).

Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. (Ruth B. Freeman .1961)Asuhan keperawatan komunitas pada hakekatnya adalah proses keperawatan yang diterapkan pada klien komunitas, yang langkah-langkahnya meliputi pengkajian, analisa data komnuitas, diagnosa keperawatan komunitas, rencana asuhan keperawatan komunitas, implementasi asuhan keperawatan komunitas dan evaluasi asuhan keperawatan komunitas, dimana proses ini bervariasi dalam setiap situasi dan memliki elemen-elemen penting yaitu kesungguhan (deliberative), kesesuaian (adaptable), siklus (cyclic), berfokus pada klien (client focused), interaktif (interactive) dan berorientasi pada kebutuhan komunitas (need-oriented).2.1.2 Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut ANA (American Nurses Association)

a. Asumsi

1) Sistem pemeliharaan yang kompleks.

2) Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

3) Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar praktek penelitian.

4) Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.

5) Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.

b. Kepercayaan

1) Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.

2) Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.

3) Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.

4) Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.

5) Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.

6) Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama.

7) Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.

8) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.

2.1.3 Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.

c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.

d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara berkesinambungan.

f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.

g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus.

h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

Gambar 2.1 Paradigma / Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur sbg berikut :

Manusia.

Komunitas sebagai klien berarti B sekumpulan individu / klien yang berada pada lokasi atau B batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai Tujuan.

Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas, Komunitas sebagaiklien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.

Kesehatan.

Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.

Lingkungan.

Semua factor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.

Keperawatan.

Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Berdasarkan falsafah di atas maka dikembangkan : tujuan, sasaran dan strategi intervensi keperawatan komunitas.

2.2 Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas

2.2.1 Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.

2.2.2 Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam hal:

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.

b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.

c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/ keperawatan.

d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.

e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/ keperawatan.

f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan/keperawatan.

g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).

h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.

i. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan.

2.3 Sasaran

Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan.2.3.1 Individu

Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.2.3.2 Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya.2.3.3 Kelompok Khusus

Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhannya, seperti;

1) Ibu hamil

2) Bayi baru lahir

3) Balita

4) Anak usia sekolah

5) Usia lanjut

b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:

1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya.

2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.

c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:

1) Wanita tuna susila

2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba

3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.

d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:

1) Panti wredha

2) Panti asuhan

3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)

4) Penitipan balita

2.3.4 Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

2.4 Strategi

Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi :1. Proses kelompok.

2. Pendidikan kesehatan.

3. Kerja sama (partnership).

2.5 Ruang Lingkup Perawatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.2.5.1 Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

a. Penyuluhan kesehatan masyarakat

b. Peningkatan gizi

c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan

d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan

e. Olahraga secara teratur

f. Rekreasi

g. Pendidikan seks.

2.5.2 Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:

a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan rumah

c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.

d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.

2.5.3 Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:

a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit

c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas

d. Perawatan payudara

e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.

2.5.4 Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:

a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan

b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.

2.5.5 Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

2.6 Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas

Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah kerja perawat tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:2.6.1 Tahap Persiapan:

a. Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program praktek.

b. Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah dan kesehatan utama.

c. Penyusunan instrumen data.

d. Uji coba instrumen pengumpulan data.

e. Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.

f. Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader kesehatan setempat.

g. Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi, epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.

h. Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan, menyiapkan dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah dan menyebarkan undangan.

i. Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:

1) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat

2) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah, garis besar rencana kegiatan

3) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan.

4) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas kesehatan dari instansi terkait.

2.6.2 Tahap Pelaksanaan:

a. Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan kelompok kerja kesehatan.

b. Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja kesehatan:

1) Pelatihan kader kesehatan

2) Penyuluhan kesehatan

3) Simulasi/demonstrasi

4) Pembuatan model/percontohan

5) Kunjungan rumah (home health care)

6) Kerja bakti, daan lain-lain.

c. Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan.

2.6.3 Tahap Evaluasi:

a. Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal kesesuaian, kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari komunitas.

b. Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan, keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam pemecahan masalah.

2.7 Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas

2.7.1 Mengunakan pendekatan proses keperawatan, dengan langkah-langkah :

a. Pengkajian

b. Diagnosa Keperawatan

c. Perencanaan

d. Pelaksanaan

e. Evaluasi.

Gambar 2.2 Tahapan Dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

2.7.2 Mengunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat

a. Tujuan pengorganisasian Komunitas :

Diharapkan mampu berproses dalam mengidentifikasikan kebutuhannya, mengembangkan keyakinan untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan potensi dan sumber daya yang ada di dalam komunitas dan di luar komunitas. Pendekatan yang digunakan menggunakan prinsip, landasan dan langkah dasar seperti tertera pada gambar 2.3

b. Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :

1) Persiapan :

a) Pengenalan komunitas

Pendekatan Jalur Formal

Dilakukan terhadap instansi birokrasi yang bertanggung jawab pada wilayah komunitas dengan cara ;

1. Pengajuan proposal dan perijinan

2. Penjelasan tujuan dan program

( hasil : surat ijin/persetujuan Pendekatan Jalur Informal

Dilakukan setelah adanya ijin/persetujuan dari institusi dari birokrasi dengan melakukan pendekatan kepada :

1. Tokoh-tokoh masyarakat

2. Ketua RW, RT

3. Kader kesehatan

Dengan menjelaskan tujuan, program kegiatan, meminta dukungan dan partisipasi serta kontrak kerjasama.

Gambar 2.3 : Prinsip Pendekatan dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

b) Pengenalan Masalah

Tujuan : untuk mengetahui masalah kesehatan secara menyeluruh yang benar-benar menjadi kebutuhan komunitas saai ini.

Tahap pengenalan masalah :

Membuat instrumen pengkajian/pengumpulan data

1. Diawali dengan survey awal pada komunitas yang menjadi sasaran, meliputi :

Survey wilayah

Survey populasi

Survey masalah utama dan faktor penyebab

Survey kebijakan program dan frasilitas layanan kesehatan.

Survey potensi-potensi, sumber pendukung di komunitas.

2. Membuat instrument pengumpulan data.

Tabulasi Data:

1. Membuat table tabulasi data

2. Menghitung frekuensi distribusi

3. Membuat table, diagram, grafik frekuensi distribusi Analisa Data

1. Analisa Deskriptif

Membuat gambaran suatu keadaan dari obyek yang diteliti.

2. Analisa Korelasi

Menganalisa tingkat hubungan pngaruh dari dua atau lebih subvariabel yang diteliti dengan menggunkan perhitungan statistik.

Perumusan Masalah

1. Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas yang dikaji dengan berdasarkan hasil analisa data.

2. Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA

3. Formulasi :

Problem

Etiologi

Data yang menyokong.

c) Penyadaran komunitas

1) Tujuan :

1. Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh komunitas

2. Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan masalah

3. Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat aktif menjadi tenaga potensial dalam kegiatan pemecahan masalah.

2) Kegiatan :

Mengadakan musyawarah komunitas dengan metode lokakarya mini, dengan langkah :

1. Penyajian data hasil survey

2. Diskusi kelompok :

Perumusan masalah dan faktor penyebab

Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk masalah, waktu, tempat, penanggung jawab dan biaya)

Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) dari anggota komunitas yang merupakan calon kader kesehatan yang bertanggung jawabterhadap kegiatan yang direncanakan.

3. Penyajian hasil diskusi kelompok

4. Tangapan-tanggapan dari tokoh formal, informal, puskesmas.2) Pelaksanaan

Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanankan dengan melihat aktifitas kelompok kerja yang telah terbentuk melalui kerja sama dengan aparat desa/kelurahan, puskesmas/dinkes yang meliputi kegiatan :

a) Pelatihan Kader

b) Penyuluhan kesehatan

c) Pelayanan kesehatan langsung

d) Home care

e) Rujukan

Gambar 2.4Perawat Bekerja Bersama Masyarakat

(Kader Kesehatan)

3) Evaluasi

Hal-hal yang harus dievaluasi :

a) Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan

b) Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek)

c) Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan

d) Rencana tindak lanjut.

Gambar 2.5Siklus Pemberdayaan Masyarakat dalam Asuhan Keperawatan

Komunitas

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini:

Keterangan:

: Peran masyarakat

: Peran perawat

Gambar 2.6 Peranan Perawat dan Masyarakat dalam Mencapai Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas

Pada gambar di atas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat. Atau dapat digambarkan peralihan basarnya peran antara perawat dan masyarakat :

TahapanPeran perawat

Peran Masyarakat

Pengenalan masyarakat++++

Pengenalan masalah+++++

Penyadaran masyarakat+++++

Pelaksanaan+++++

Penilaian+++++

Perluasan+++++Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Winshield Survey

Lingkungan tempat tinggal penduduk RW I Kelurahan Sumbersari tergolong lingkungan padat penduduk terbukti dengan letak rumah warga yang saling berdekatan antara rumah satu dengan rumah yang lainnya. Tempat tinggal penduduk yang dijumpai kebanyakan bangunan lama dan masih terawat, namun ada beberapa rumah yang dalam perbaikan.

Penduduk di RW I Kelurahan Sumbersari mempunyai berbagai macam karakteristik sosial cultural. Variasi umur penduduk RW I Kelurahan Sumbersari terdiri dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Kegiatan yang ada di RW I Sumbersari adalah kegiatan keagamaan (tahlilan), PKK, PAUD, posyandu balita, dan posyandu lansia. Budaya yang di anut oleh penduduk sekitar adalah budaya Jawa dan sebagian besar beragama Islam. Penduduk RW I Kelurahan Sumbersari kebanyakan bermata pencaharian Swasta untuk laki-laki, tetapi ada juga yang bekerja sebagai PNS maupun Buruh, dan untuk wanita kebanyakan sebagai Ibu Rumah Tangga. Di RW I Kelurahan Sumbersari tidak terlihat adanya industri baik yang besar ataupun yang industri rumahan.

Lingkungan RW I Kelurahan Sumbersari di jumpai kebanyakan memiliki pekarangan rumah yang sempit, bahkan ada yang tidak memiliki halaman rumah karena lansung berdempetan dengan rumah tetangga. Ada sebagian warga yang meskipun memiliki halaman yang sempit mereka memanfaatkan halaman yeng sempit tersebut dengan meletakkan tanaman di pot-pot. Jalan-jalan di setiap gang tergolong bagus karena sudah menggunakan paving yang bisa juga digunakan untuk resapan air saat musim hujan tiba. Di RW I kelurahan Sumbersari yang terpapar polusi adalah RT 2 dan RT 4 karena di lewati oleh kendaraan bermotor.

Transportasi umum tidak melewati RW I Kelurahan Sumbersari. Kurang lebih bisa ditemukan 12 mushola dan 1 masjid yang bisa ditemui di RW I Kelurahan Sumbersari. Kelurahan Sumbersari berada dalam kelolaan Puskesmas Dinoyo yang di bantu oleh Puskesmas Pembantu Sumbersari. Untuk sistem pembuangan sampah warga RW I Kelurahan Sumbersari, disetiap rumah terdapat bak sampah ada yang tertutup dan setiap paginya sampah tersebut di angkut dan di buang di TPA, untuk biaya sampah di kelola di setiap RT dan dikumpulkan tiap bulannya melalui RW I Kelurahan Sumbersari.B. Pengkajian Kebutuhan Kesehatan Komunitas

1. DATA INTI (CORE)a. Data demografi

Wilayah RW I Kelurahan Sumbersari terdiri dari 12 RT yang terdapat kurang lebih 549 KK. Berdasarkan metode pengkajian Key informant didapatkan batas wilayah RW I Kelurahan Sumbersari sebagai berikut:

Utara: RW 01 Kelurahan Ketawang Gede

Selatan: RW 02 Kelurahan Sumbersari

Timur: RW 04 Kelurahan Ketawang Gede

Barat: RW 03 Kelurahan Sumbersari

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

Analisa

Proporsi usia di RW I Kelurahan Sumbersari, proporsi usia terendah pada usia > 70 tahun sebanyak 6 % dari total sampel sebesar 549 KK yang terdiri dari 1790 orang. Sedangkan yang tertinggi pada usia 45 - 59 tahun sebesar 20 %.

c. Komposisi Penduduk Menurut Jenis kelamin

Analisa

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa proporsi jenis kelamin hampir sama yaitu jenis kelamin perempuan sebesar 52% dan laki-laki 48%.

d. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

Analisa

Dari data di atas dapat diketahui bahwa proporsi pendidikan paling banyak di RW I Kelurahan Sumbersari berada pada pendidikan SD mencapai 28 %, sedangkan proporsi paling rendah terletak pada penduduk yang PAUD sebanyak 1 %.

e. Komposisi Penduduk Berdasarkan Status Pekerjaan

Analisa

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa penduduk RW I Kelurahan Sumbersari sebagian besar bermata pencaharian sebagai pekerja swasta yakni sebanyak 37 %. Sedangkan minoritas pekerjaan adalah sebagai petani sebesar 3%.

Dari hasil wawancara dengan ketua RW, ketua RT dan kader PKK mengatakan sebagian besar penduduk di RW I Kelurahan Sumbersari mempunyai usaha Kost kostan.

f. Komposisi Penduduk Menurut Agama

Analisa

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan, bahwa sebagian besar penduduk RW Ikelurahan Sumbersari beragama Islam sebesar 93% sedangkan yang yang beragama Kristen sebanyak 6% dan selain itu sebanyak 1 % yang merupakan penduduk pendatang.

g. Komposisi Penduduk Menurut Status perkawinan

Analisa

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar penduduk RW 01 Kelurahan Sumbersari berstatus menikah sebesar 57 %, belum menikah 25%, cerai hidup 2 % dan cerai mati 16 %.

h. Komposisi Penduduk Menurut Tipe keluarga

Analisa

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar penduduk RW Kelurahan Sumbersari merupakan tipe keluarga inti/nuclear sebesar 58% sedangkan 42% merupakan keluarga besar/extended.

i. Komposisi Penduduk Menurut Riwayat kesehatan

Analisa

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar penduduk RW I kelurahan Sumbersari mempunyai riwayat penyakit terbanyak Batuk Pilek sebesar 43 %, khusus di RT 8 dan 12 terdapat riwayat penyakit DBD 2 orang.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua RW dan Ketua RT diketahui bahwa ada beberapa warga RW 1 yang pernah mengalami wabah cikungunya. Dari hasil wawancara dengan beberapa warga mereka mengatakan hampir semua RT pernah dilakukan fogging. Dari hasil wawancara dengan kader PKK mengatakan bahwa ada yg pernah mengalami DBD di RT 8 dan 12.

j. Komposisi Penduduk Menurut Nilai dan keyakinan

Perilaku mencari bantuan kesehatan

Analisa

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar keluarga memilih untuk berobat ke Puskesmas ketika sakit yaitu sebesar 43 %, ke Rumah Sakit 24 %, ke Dokter 24 % dan membeli obat di warung sebesar 9 %.

k. Komposisi Penduduk Berdasarkan Perilaku merokok

Analisa

Hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar keluarga RW I kelurahan Sumbersari memiliki anggota keluarga yang merokok sebesar 70% sedangkan yang tidak merokok sebesar 30%.

Dari hasil observasi yang dilakukan masih ditemukan beberapa orang yang merokok ketika masih mempunyai di sekitar anggota keluarganya. Dari 10 orang yang diwawancarai terdapat 6 orang yang masih merokok ketika mempunyai balita dan semuanya tahu mengenai bahaya merokok tetapi mereka mengatakan susah untuk berhenti merokok.

l. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnik dan Budaya

Analisa

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar penduduk bersuku jawa sebesar 93%, suku Madura 5% dan lain-lain 2%.

Dari hasil wawancara dengan ketua RW dan Ketua RT hampir semua penduduk bersuku jawa dan untuk etnik yang lain adalah pendatang.

2. DATA SUBSISTEM

a. Lingkungan

1. Sumber air

Analisa :

Hasil pengkajian dan observasi yang dilakukan didapatkan bahwa keluarga memakai PDAM sebesar 30 %, dan mayoritas menggunakan sumur sebesar 57 %, dan terdapat 13 % menggunakan Sumur dan PDAM.

Dari hasil observasi dan wawancara kepada warga ada beberapa keluarga yang menggunakan sumur dan PDAM karena mereka mengatakan kalau menggunakan salah satunya saja sumber air tidak dapat mencukupi kebutuhan mereka.

2. Jarak Septic Tank

Analisa :

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa keluarga yang memiliki septic tank sebagian besar jarak septic tank dengan sumber air >10 m sebesar 52%. Dan yang < 10 m sebesar 48%.

Dari hasil observasi perumahan di RW I Sumbersari merupakan kawasan padat penduduk. Dari hasil wawancara denga 3 orang warga mengatakan bahwa susah untuk membangun septi tank karena lahan yang tidak tersedia.

3. Pembuangan limbah rumah tangga

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa rumah penduduk RW 01 kelurahan Sumbersari pembuangan limbah rumah tangga mayoritas diangkut truck Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang.

Dari hasil wawancara dengan Ketua PKK mengatakan bahwa sudah ada pemisahan untuk sampah yang bisa di daur ulang dan pengumpulan sampah ini dilakukan setiap hari sabtu dan minggu.

4. Pembuangan sampah Rumah Tangga

Pembuangan sampah rumah tangga di RW I kelurahan Sumbersari telah terorganisir terbukti dengan adanya petugas yang mengambil sampah setiap pagi, kemudian diangkut truck Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Selain itu juga setiap warga diwajibkan membayar iyuran sampah 7.000 20.000 setiap bulan.

5. Komunikasi

Bahasa yang di gunakan di RW I kelurahan Sumbersari mayoritas bahasa indonesia dan jawa. Alat komunikasi yang di gunakan antar warga adalah HP dan speaker masjid sebagai media pemberitahuan jika ada berita duka, tahlilan dan rapat (musyawarah warga).

Dari hasil wawancara dengan ketua RW dan Kader PKK mengatakan bahwa informasi untuk warga biasanya disampaikan ketika ada perkumpulan dengan warga seperti tahlilan dan PKK.

b. Rekreasi

Untuk hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar penduduk RW I Kelurahan Sumbersari pergi untuk rekreasi 1 kali dalam sebulan sebesar 37% , 2 - 3 kali sebulan sebesar 17 %, Jarang rekreasi 46 %, tidak pernah rekreasi sebesar 4%.

c. Transportasi

Analisa :

Untuk hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar penduduk RW I kelurahan Sumbersari menggunakan sepeda motor dalam bepergian sebesar 74 %, menggunakan mobil 9 %, angkutan umum 13%, dan terbanyak kedua jalan kaki sebesar 4 %.

d. Politik Dan Keamanan

1. Asuransi kesehatan

Analisa :

Untuk hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar penduduk RW Ikelurahan Sumbersari menggunakan pembayaran menggunakan BPJS sebesar 56 % dan yang lain tidak memiliki asuransi kesehatan sebesar 41 %.

2. Keamanan

Untuk keamanan di RW I Sumbersari sudah cukup aman terbukti dengan adanya pos ronda atau pos kamling di sebagian RT.

e. Ekonomi

1. Pendapatan

Analisa

Untuk hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa mayoritas pendapatan keluarga adalah > 2 juta sebesar 53 % dan sebagian kecil memiliki pendapatan keluarga > 1 juta sebesar 11 %.

Dari hasil wawancara dengan ketua RW mengatakan bahwa ada sebagian warga yang hanya mengandalkan usaha kost kostan sebagai sumber pendapatannya.

f. Lain-lain

1. Posyandu Lansia

Posyandu RW 01 terletak di daerah Sumbersari, Malang. RW 01 sendiri memiliki 12 RT, dan saat ini posyandu lansia berada dilingkungan RT 12. Menurut hasil wawancana dengan kader posyandu lansia RW 01,diketahui bahwa didapatkan hanya beberapa lansia yang mengikuti aktif di posyandu lansia. Dari 618 total lansia, hanya sekitar 60-70 orang yang mengikuti posyandu lansia yang dilaksanakan pada minggu terakhir di akhir bulan. Kurangnya kesadaran akan posyandu lansia membuat lansia kurang Untuk penyakit yang sering terjadi pada lansia di RW 01 yaitu hipertensi, ada beberapa data yang didapatkan dari Kader Posyandu Lansia setempat dalam beberapa bulan terakhir hipertensi juga menyerang pra lansia.

Menurut hasil wawancara dengan Ny.A posyandu lansia RW 01, penyakit yang paling sering terjadi dilingkungan komunitas lansia RW 01 adalah penyakit hipertensi dan linu-linu. Menurut hasil survey didapatkan data penyakit yang sering dikeluhkan, tentang riwayat penyakit dan hasil pengukuran kesehatan yang abnormal, dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini.

Analisa :

Hasil survei angket dari 46 sampel lansia didapatkan data :sebanyak 17 lansia memiliki riwayat penyakithipertensi, 12 lansia memiliki riwayat penyakit asam urat, 8lansia memiliki riwayat penyakit kolesterol, 5 lansia memiliki riwayat penyakit diabetes, 2 lansia memiliki riwayat jantung, dan 2 lansia memiliki riwayat stroke.Keluhan Yang Sering Dirasakan Lansia :

Analisa :Hasil survei angket dari 46 sampel lansia didapatkandata : keluhan terbanyak lansia di wilayah RW 01 Sumbersari adalah nyeri sendi yaitu sebanyak 17 lansia, urutan kedua keluhan terbanyak adalah pusing sebanyak 8 lansia.

2. Posyandu Balita

Dari hasil pengumpulan data, hampir seluruh balita datang ke posyandu dikelurahan Sumbersari RW I, dengan usia 0-23 bulan (50 balita) dan usia 24-59 bulan (127 balita). Sampel yang digunakan untuk praktek komunitas pada balita di RW I Sumbersari ini adalah 46 balita, yang disebar dari RT 01 RT 12.

Dari hasil wawancara dan angket dari 46 bayi dan balita secara acak di dapatkan balita yang mendapatkan asi eksklusif dengan prosentase 1% (1 balita) balita mendapatkan ASI eksklusif sedangkan sisanya 99% (45 balita) tidak mendapatkan ASI eksklusif kurang dari 6 bulan, karena kesibukan ibu bekerja sehingga balita sering di asuh oleh nenek atau bibi.

Dari hasil wawancara dan angket didapatkan ibu yang tidak tahu bagaimana cara memerah dan menyimpan ASI ada 32 ibu (69%) dan sisanya sejumlah 14 ibu (31%) menyatakan sudah tahu bagaimana cara memerah dan menyimpan ASI akan tetapi masih belum di terapkan, karena kesibukan ibu. 46 balita sudah mendapatkan imunisasi lengkap.

Dari 177 jumlah balita yang terdaftar di posyandu Dewi Sartika Balita, jumlah balita yang mengalami gizi kurang terdapat 10 balita (6%) dan sisanya 167 balita (94%) mempunyai gizi normal. Dari 177 jumlah balita yang terdaftar di Posyandu Dewi Sartika Balita, jumlah ibu yang datang ke Posyandu balita untuk membawa anaknya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan tidak sejumlah yang terdaftar.

3. Resiko tinggi

RIWAYAT

Dari data wawancara dan angket, didapatkan data sebagai berikut : Sampel jumlah penduduk yang digunakan dalam peneliti 46 KK RT 2, RT 4 dan RT 5 memiliki riwayat penyakit Chikungunya. Di lingkungan RW 01 juga mempunyai riwayat DBD, khususnya di RT 8 dan RT 12.

Terdapat 177 balita di RW 01, dari hasil kuesioner yang diberikan pada keluarga 46 balita, didapatkan hasil bahwa 10 balita yg mengalami gizi kurang. Dari hasil wawancara key informant dengan kepala posyandu didapatkan bahwa populasi ibu hamil di RW 01 sebanyak 10 orang. Sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 5 orang.DEMOGRAFI

RW 01 terdiri dari 12 RT . RT 01 terdiri dari 35 KK, RT 02 terdiri dari 56 KK, RT 3 terdiri dari 30 KK, RT 04 terdiri dari 33 KK, RT 05 terdiri dari 48 KK, RT 06 terdiri dari 44 KK, RT 07 terdiri dari 40 KK, RT 08 terdiri dari 52 KK, RT 09 terdiri dari 79 KK, RT 10 terdiri dari 47 KK, RT 11 terdiri dari 35 KK dan RT 12 terdiri dari 50 KK. Untuk kelompok RESIKO TINGGI terdapat di setiap RT dengan tingkat resiko yang berbeda-beda. Rentang umur ibu hamil 25-30 sebanyak 2 orang, dan > 35 tahun sebanyak 8 orang.

ANALISA DATA

NOANALISA DATAETIOLOGIMASALAH

1.Data Subyektif :

Dari 10 orang yang diwawancarai terdapat 6 orang yang masih merokok ketika mempunyai balita dan semuanya tahu mengenai bahaya merokok tetapi mereka mengatakan susah untuk berhenti merokok.

Data Obyektif :

Di lingkungan RW 01 adalah lingkungan padat penduduk.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa rumah penduduk RW 01 Sumbersari banyak warganya yang merokok.

Di Rw 01 banyak terdapat balita yang sedang mengalami sakit batuk pilek.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa masih banyak warga yang merokok ketika mempunyai balita.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar penduduk RW I kelurahan Sumbersari mempunyai riwayat penyakit terbanyak Batuk dan Pilek sebesar 43 %. Resiko terjadinya Infeksi Gangguan Saluran Pernapasan Atas

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya merokok terhadap lingkungan sekitar

Resiko Terserang Penyakit

2.Data Subyektif :

Hasil wawancara key informent dengan ketua RW I mengatakan bahwa di RT 5 memiliki riwayat Cikungunya.

Dari hasil wawancara dengan ketua RT 5 mengatakan pernah dilakukan fogging.

Dari hasil wawancara dengan kader PKK bahwa ada warga RT 8 dan 12 yang terkena DBD.

Dari hasil wawancara dengan warga RT 4, 2 dan 12 tidak bisa membuat perangkap jentik nyamuk.

Data Obyektif :

Dari laporan pemantauan jentik oleh kader jumanti UPT puskesmas dinoyo tahun 2014 didapatkan hasil bahwa indek jentik yaitu 93% (minimal 95%).

Dari hasil observasi ke beberapa rumah masih banyak penampungan air yang tidak tertutup sehingga berpotensi menjadi sarang jentik. Terdapatnya jentik nyamuk di RW 1 Sumbersari.

Kurang pemahaman warga mengenai penyakit demam berdarah dan pemutusan rantai perkembangbiakan telur nyamuk Resiko terjadinya penyakit Demam Berdarah dan Chikungunya berulang

3.Data Subyektif :

Dari hasil wawancara dengan kader posyandu mengatakan bahwa banyak balita dan lansia yang tidak aktif berpartisipasi saat posyandu.

Dari hasil wawancara dengan beberapa lansia mereka mengatakan tidak mengikuti posyandu karena tidak ada keluhan mempunyai keluhan dan sebagian mengatakan malas.

Dari hasil wawancara dengan beberapa ibu balita mereka mengatakan tidak mengikuti posyandu karena sibuk bekerja dan sebagian mengatakan bahwa anaknya sedang tidur.

Data Obyektif :

Masih kurangnya kesadaran warga RW 01 Kelurahan Sumbersari dengan adanya posyandu lansia dan balita.

Dari total jumlah lansia 618 tetapi jumlah kunjungan setiap posyandu lansia hanya berkisar antara 60 70 lansia.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar penduduk RW I Kelurahan Sumbersari mempunyai riwayat penyakit Batuk pilek sebesar 43 %Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pencegahan penyakit

Resiko tinggi terserang penyakit

Prioritas Diagnosa

1. Resiko terjadinya Gangguan Saluran Pernapasan berhubungan dengan Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya merokok terhadap lingkungan sekitar

2. Resiko terjadinya penyakit Demam Berdarah dan Chikungunya berulang nyamuk berhubungan dengan Kurang pemahaman warga mengenai penyakit demam berdarah dan pemutusan rantai perkembangbiakan telur dan Terdapatnya jentik nyamuk di RW 1 Sumbersari.3. Resiko tinggi terserang penyakit berhububngan dengan Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pencegahan penyakit.NoMasalahTujuanRencana KegiatanSasaranTempatWaktuDanaPJ

1.Resiko terjadinya Gangguan Saluran Pernapasan berhubungan dengan Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya merokok terhadap lingkungan sekitar

Setelah dilakukan tindakan keperawatan komunitas diharapkan klien mampu menunjukkan :

1. Warga mengerti dan paham tentang bahaya rokok bagi kesehatan

2. Warga dapat mengurangi konsumsi rokok 1 batang perhari.1. Memberikan informasi (penyuluhan) tentang tentang bahaya rokok terhadap kesehatan

2. Memberikaninformasitentangpembuangan/septitankkomunaldarinarasumber yang terpercaya

3. Menyediakan waktu bagi masyarakat untuk menanyakan beberapa pertanyaan dan mendiskusikan permasalahan.Wargadi kelurahan Sumbersari RW 01

Di Balai RW 01 Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Jumat, 20Februari 2015

Pukul: 19.00 WIB

Rp.250.000Tim Komunitas Program Profesi Ners UMM angkatan IX Tahun 3014```````````````````````````````2015

2.Resiko tinggi terserang penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan komunitas diharapkan klien mampu menunjukkan :

1. Warga mengerti dan paham bahwa betapa pentingnya menjaga kesehatan dengan cara keposyandu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin

2. Warga paham dan mengerti bahwa semua punya hak untuk datang keposyandu untuk memeriksa kesehatan atau perkembangananak1. Memberikan informasi (penyuluhan) tentang pentingnya datang atau mengikuti kegiatan dari Posyandu

2. Menyediakan waktu bagi masyarakat untuk menanyakan beberapa pertanyaan dan mendiskusikan permasalahan.Wargadi kelurahan Sumbersari RW 01

Di Balai RW 01 Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

Jumat, 20Februari 2015

Pukul: 19.00 WIB

Rp. 100.000Tim Komunitas Program Profesi Ners UMM angkatan VIII Tahun 2013-2014

3.Kurang pengetahuan warga mengenai penyakit demam berdarah dan pemutusan rantai perkembangbiakan telur nyamukSetelah dilakukan tindakan keperawatan komunitas diharapkan klien mampu menunjukkan :

1. Memahami konsep Penyakit demam berdarah (DB)

2. Memahami tentang konsep pemberantasan perkembang biakan telur nyamuk dengan metode ovitrap.1. Memberikan informasi (penyuluhan) tentang penyakit demam berdarah beserta tanda dan gejalanya.

2. Memberikan demo tentang pembuatan OVITRAP sebagai sarana perangkap telur nyamuk.Wargadi kelurahan Sumbersari RW 01

Di rumahwargakelurahan Sumbersari RW 01Minggu, 22 Februari 2015

Pukul 19.00 WIBRp. 100.000Tim Komunitas Program Profesi Ners UMM angkatan XI tahun 2014-2015

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NoHari/tgl/jamImplementasiEvaluasi

1

Kamis,

26

Februari 2015

18.00 WIBMengadakan penyuluhan kesehatan tentang bahaya merokokS =

Warga mengatakan sangat tertarik dengan penyuluhan

Warga mengatakan menyadari tentang perilaku PHBS di RW tersebut memang masih kurangO =

Peserta terlihat antusias mengikuti acara penyuluhan

Peserta melakukan feed back yang positif terhadap materi yang diberikan Peserta mengajukan beberapa pertanyaanA =

Masalah teratasi sebagian

P =

Mengevaluasi kembali semua kebiasaan merokok warga RW I

27, 8 & 22 februari 2015

16.00 WIB

Penyuluhan kesehatan tentang cikungunya, DBD dan demo pembuatan Ovitrap di RT 2,4 & 12

S =

Ibu PKK mengatakan senang dengan adanya penyuluhan dapat memberikan informasi baru.

Ibu PKK dapat menyebutkan perbedaan penyakit DBD dan Cikungunya

O =

Ibu PKK mampu mendemokanpembuatan Ovitrap

Ketika pemateri menyampaikan penyuluhan, ibu PKK memperhatikan dengan baik dan sangat antusias.

Ketika pemateri memberikan pertanyaan, warga dapat menjawab dengan benar

A =

Masalah teratasi.

P =

Lanjutkan intervensi dengan penyuluhan di tempat yang lain.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAHAYA ROKOK

I. IDENTIFIKASI MASALAHMerokok merupakan kebiasaan buruk yang banyak sekali akibat buruknya bagi tubuh perokok maupun orang yang berada disekitar perokok (perokok pasif) yang menjadi masalah kesehatan dimasyarakat sampai saat ini.dengan persepsi oleh perokok yang bermacam-macam padahal telah jelas akibat bagi organ-organ tubuh seperti jalan pernafasan, paru, jantung, ginjal dan mata.

Pengetahuan masyarakat yang kurang akan bahaya merokok berpengaruh terhadap tingkat kebiasaan merokok pada masyarakat yang cukup tinggi.

II. PENGANTARBidang Studi: Penyuluhan KomunitasTopik

: MerokokSubtopik

: Bahaya Merokok bagi kesehatan dan Lingkungan

Sasaran

: Warga Jam

:

Hari/Tanggal :

Waktu

: 20 menit

Tempat

:

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUMSetelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan . dapat mengerti tentang bahaya kebiasaan merokok.

IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Sdr.W akan dapat menjelaskan tentang:

1. Pengertian merokok2. Zat-zat yang terkandung dalam rokok3. Bahaya merokok4. Cara mengurangi efek jelek dari rokok5. Alasan menghindari merokok6. Cara mencegah merokok7. Kiat-kiat berhenti merokok8. Pengaruh rokok terhadap lingkungan

V. MATERITerlampir

VI. MEDIA 1. Materi SAP

2. Leaflet

VI. METODE1. Penyuluhan

2. Tanya jawab

VII. KEGIATAN PEMBELAJARANNoWaktuKegiatan PenyuluhanKegiatan Peserta

1.2 menitPembukaan :

1. Memberi salam

2. Menjelaskan tujuan penyuluhan

3. Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan disampaikanMenjawab salam

Mendengarkan dan memperhatikan

2.11 menit Pelaksanaan :

Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan teratur.

Materi :

1. Pengertian merokok

2. Zat-zat yang terkandung dalam rokok

3. Bahaya merokok

4. Cara mengurangi efek jelek dari rokok

5. Alasan menghindarii merokok

6. Cara mencegah merokok

7. Kiat-kiat berhenti merokok

8. pengaruh rokok terhadap lingkungan Menyimak dan memperhatikan

3.5 menitEvaluasi

-Menyimpulkan inti penyuluhan

-Menyampaikan secara singkat materi penyuluhan

-membiri kesempastan kepada responden untuk bertanya-memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab pertantanyaan yang dilontarkanMenyimak dan mendengarkan

4.2 menitPenutup

-menyimpulkan materi yang telah disampaikan-menyampaikan terima kasih atas perhatian dan waktu yanga telah dibarikan kepada peserta-Mengucapkan salamMenjawab salam

VIII. EvaluasiMetode Evaluasi: Diskusi dan Tanya jawabXI. LAMPIRAN MATERIA. Pengertian MerokokMerokok adalah menghisap zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan pada organ tubuh. B. Zat-zat yang terkandung dalam rokok1. Nikotin

Nikotin itu sendiri apabila diisap akan merangsang keluarnya hormone adrenalin dan horman non adrenalin, yaitu hormon yang mengakibatkan naiknya frekuensi denyut jantung dengan sendirinya akan menaikkan kebutuhan energi.

C. Bahaya yang ditimbulkan akibat merokok1. Rambut rontok

Rokok memperlemah system kekebalan sehingga tubuh lebih rentan terhadap penyakit yang menyebabkan rambut rontok, sariawan mulut ,dll.

2. Katarak

Merokok dipercaya dapat memperburuk kondisis mata yaitu memutihnya lensa mata yang menghalangi masuknya cahaya dan menyebabkan kebutaan, 40 % lebih terjadi pada perokok. Rokok dapat menyebabkan katarak dengan 2 cara, yaitu cara mengiritasi mata dan dengan terlepasnya zat-zat kimia dalam paru yang oleh aliran darah dibawa sampai ke mata. Merokok dapat juga dihubungkan dengan degrasi muscular yang berhubungan dengan usia tua yaitu penyakit mata yang tak tersembuhkan yang disebabkan oleh memburuknya bagian pusat retina yang disebut Mucula. Mucula ini berfungsi untuk memfokuskan pusat penglihatan di dalam mata dan mengontrol kemampuan membaca, mengendarai mobil, mengenal wajah dan warna dan melihat objek secara detail.

3. Kulit keriput

Merokok dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit karena rusaknya protein yang berguna untuk menjaga elastisitas kulit, terkikisnya vitamin A, terhambatnya aliran darah. Kulit perokok menjadi kering dan keriput terutama disekitar bibir dan mata.

4. Hilangnya pendengaran

Karena tembakau dapat menyebabkan timbulnya endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menghambat laju aliran darah ke dalam telinga bagian dalam . perokok dapat kehilangan pendengaran lebih awal dari pada orang yang tidak merokok atau lebih mudah kehilangan pendengaran karena infeksi telinga atau suara yang keras. Resiko untuk terkena infeksi telinga bagian tengah yang dapt megarah kepada kompliksi yang lebih jauh disebut Meningitis dan Paralysis wajah bagi perokok 3 kali lebih besar dari pada orang yang tidak merokok.

5. Kanker kulit

Merokok tidak menyebabkan melanoma ( sejenis kanker kulit yang kadang-kadang menyebabkan kematian ) tetapi merokok mengakibatkan meningkatnya kemungkinan kematian akibat penyakit tersebut. Ditengarai bahwa perokok berisiko menderita Custaneus Scuamus Cell Cancer sejenis kanker yang meninggalkan bercak merah pada kulit 2 kali lebih besar dibandingkan dengan non perokok6. Caries

Roko mempengaruhi keseimbangan kimiawi dalam mulut membentuk plak yang berlebihan, membuat gigi menjadi kuning dan terjadinya caries, perokok berisiko kehilangan gigi mereka 1,5 kali lipat.

7. Enfisema

Selain kanker paru, merokok dapat menyebabkan enfisema yaitu pelebaran dan rusaknya kantong udara pada paru-paru yang menurunkan kapasitas paru untuk menghisap oksigen dan melepaskan CO 2. Pada kasus yang parah dugunakan Tracheotomy untuk membantu pernafasan pasien. Ibarat suatu asyatn untuk lubang ventilasi pada tenggorokan sebagai jalan masuk udara ke dalam paru-paru. Pada kasus Bronkhitis kronis terjadi penumpukan muncus sehingga mengakibatkan batuk yang terasa nyeri dan kesulitan bernafas.

8. Kerusakan paru

Selain kanker paru dan jantung merokok dapat pula menyebabkan batuk. Dikarenakan rusaknya kantung udara pada paru yang menurunkan kapasitas paru dan oksigen untuk melepas O2. bila keadaan ini belanjut akan terjadi penumpukan lender sehingga mengakibatkan batuk yang tersa nyeri dan kesulitan bernafas.

9. Berisiko tinggi terkena kanker paru-paru dan jantung

Satu diantara tiga kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung. Pemakaian tembakau adalah salah satu factor resiko terbesar untuk penyakit ini. Telah ditetapkan bahwa asap rokok mengandung lebih dari 40 macam zat racun. Kemungkinan timbulnya kanker paru dan jantung pada perokok 22 kali lebih besar dariyang tidak merokok.10. Osteoporosis

Karbon monoksida (CO) yaitu zat kimia beracun yang banyak terdapat pada gas buangan mobil,dan asap rokok lebihmudah terikat pada darah dari pada oksigen sehingga kemampuan darah untuk mengangkat oksigen turun 15% pada perokok. Akibatnya tulang pada perokok kehilangan densitasnya menjadi lebih mudah patah atau retak dan penyembuhannya 805 lebih lama. Perokok jiga menjadi lebih rentan terhadap masalah tulang punggung. Perokok juga menjadi lebih retan terhadap masalah tulang punggung. Sebuah studi menunjukkan bahwa buruh pabrik yang merokok 5 kali lebih banyak mengalami nyeri punggung setelah terjadi trauma.

11. Penyakit jantung

Satu diantara tiga kematian di dunia diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler. Pemakaian tembakau adalah salah satu factor resiko terbesar untuk penyakit ini. Di Negara yang sedang berkembang penyakit membunuh lebih dari satu juta orang setiap tahun. Penyakit kardiovaskuler yang menyangkut pemakaian tembakau di Negara-negara maju membunuh lebih dari 600.000 orang setiap tahun. Rokok menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat, menaikkkan tekanan darah dan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi dan penyumbatan arteri yang akhirnya menyebabkan serangan jantung dan stroke.

12. Tukak lambung

Konsumsi tembakau menurunkan resistensi terhadap bakteri yang menyebabkan tukak lambung juga meminimalisasi kemampuan lambung untu menetralkan asam lambung setelah makan sehingga sisa asam akan mengerogoti dinding lambung. Tukak lambung yang diderita para perokok lebih sulit dirawat dan disembuhkan.

13. Diskolori jari-jari

Tar yang terdapat pada asap rokok terakumulasi pada jari-jari dan kuku yang meninggalkan warna coklat kekuningan.

14. Kanker uterus

Selain meningkatkan resiko kanker serviks dan uterus rokok meneyebabkan timbulnya masalah kezsuburan pada wanita dan berbagai komplikasi selama masa kehamilan dan kelahiran bayi. Merokok selama masa kehamilan meningkatkan resiko kelahiran bayi dengan BBLR dan masalah kesehatan sesudahnya. Kegagalan hamil atau abortus terjadi 2-3 kali lebih besar pada wanita perokok. Angka yang sama berlaku juga untuk kelahiran atau kematian karena kekurangan oksigen pada janin dan plasenta yang menjadi abnormal karena tercemar oleh Karbon Monoksida dan Nikotin dalam asap rokok. Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death) juga dihubungkan dengan pemakaian tembakau. Tambahan pula, rokok dapat menurunkan kadar estrogen yang menyebabkan terjadinya menopause dini.

15. Kerusakan sperma

Rokok dapat menyebabkan deformasi pada sperma dan kerusakan pada DNAnya sehiungga mengakibatkan aborsi. Beberapa studi menemukan bahwa pria yang merokok meningkatkan resiko menjadi ayah dari anak yang berbakat kanker. Rokok juga memperkecil jumlah sperma dan infertilitas banyak terjadi pada perokok.

16. Penyakit Buerger

Terjadinya inflamasi pada arteri, vena, dan saraf terutama di kaki, yang mengakibatkan terhambatnya aliran darah. Dan jika dibiarkan tanpa perawatan akan mengarah ke gangrene (matinya jaringan tubuh) sehingga pasien perlu diamputasi.

D. Cara mengurangi efek jelek dari rokok1. Kurangi jumlah rokok yang diisap perharinya2. Jangan menghisap asap dalam-dalam3. Tinggalkan puntung rokok sejauh mungkin (jangan menghisap sampai habis)4. Melepaskan rokok dari bibir diantara tiap sedotan5. Memakai rokok yang berfilter, pipa atau cerutu.E. Alasan harus menghindari rokok1. Melemahkan pikiran, ketagihan, cemas dan gelisah2. Kita akan mempunyai kebugaran dan penampilan yang segar3. Akan menghemat uang4. Asap rokok akan merusak kesehatan keluarga dan lingkungan5. Tidak menambah polusi alam dan turut memelihara kesehatan lingkungan dengan udara bersih.

F. Cara mencegah merokok1. Agar dibuat peta merokok selama 20 jam2. Setiap merokok agar ditulis waktu dan apa yang dilakukan pada saat itu. Hal ini agar dilakukan setiap merokok dalam satu hari.3. Peta dan situasi ketika merokok agar dicatat dan dipelajari4. Untuk menghitung jumlah rokok setiap hari agar dicatat pada setiap dimana kita menikmati5. Merubah situasi merokok. Apakah merokok ketika jenuh, konsentrasi penuh, istirahat, minum dengan teman, dan sesudah makan?6. Sekarang perlu dipertimbangkan untuk melakukan kegiatan lain pada situasi tersebut diatas untuk merubah kebiasaan merokok pada saat itu7. Apabila jenuh, tanganipekerjaan yang sudah lama tertunda8. Apabila konsentrasi, kunyah sebatang wortel atau apel9. Luangkan lebih bannyak waktu dengan orang yang tidak merokok dan mendiskusikan masalah menarik yang sedang terjadi10. Setelah makan, jalan-jalan atau membaca buku. G. Kiat-kiat berhenti merokok1. Tidak membeli rokok2. Melakukan hobi yang menyenangkan setiap kali teringat atau merokok3. Meminta keluarga atau teman yang tidak merokok untuk mengingatkan agar tidak merokok setiap kali kita akan mulai merokok.

4. Setiap ada perasaan ingin merokok agar ditunggu 10 menit, tarik nafas dalam-dalam atau genggam kepalan tangan erat-erat dan coba untuk santai, dorongan merokok akan hilang. H. Pengaruh rokok terhadap lingkungan Sekarang ini kebanyakan perokok tahu bahwa merokok dapat menyebabkan beberapa penyakit yang berbahaya. Namun mereka biasanya masa bodoh terhadap hal itu dan menganggap merokok adalah urusan pribadi mereka, tetapi sebenarnya erokok bukan merupakan urusan pribadi.Asap tembakau bukan hanya berpengaruh pada perokok, tetapi juga mengotori udara sekitar. Orang-orang yang tidak merokok yang kebetulan di sekitar orang yang merokok terpaksa harus bersedia bernafas dan menghisap udara yang penuh dikotori oleh asap rokoknya para perokok.Disamping perokok dikenal juga orany yang bukan perokok, tetapi yang menghirup udara yang tercemar asap rokok. Keadaan ini biasanya terjadi di ruang-ruang umum tertutup seperti di bus, ruang kantor dan lain-lain. Seorang yang bukan perokok, tetapi yang ikut k\mengkonsumsi rokok beserta zat-zat yang terkandung di dalamnya disebut perokok pasif.Perlu diketahui bahwa asap yang dihasilkan rokok ditambah dengan udara luar, mengandung zat kimia yang lebih tinggi daripada asap yang dihirup oleh perokok sendiri.Yang lebih peka dan beresiko terhadap asap rokok yakniperokok pasif terutama bayi dan anak-anak. Mereka dapat menderita asma dan penyakit paru-paru. Orang dengan kadar Hb rendah dan orang yang sedang menderita penyakit kardiovaskuler.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan

: Penyakit Akibat Lingkungan (DBD)

Hari / Tanggal/Jam

: Sabtu 7 Februari 2015, 15.30 WIB

Tempat

: Rumah bu Mutom RW 01 Sumbersari RT 04

Sasaran

: Ibu PKK RT 04 Sumbersari

Waktu

: 30 menit

1. Tujuan Umum

Masyarakat dapat mengetahui tentang Penyakit Akibat Lingkungan (DBD).

2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penjelasan tentang penyakit akibat lingkungan, masyarakat mampu mengerti tentang:

DBD

3. MetodeCeramah dan tanya jawab

Alat BantuLeafleat

LCD

Pembagian bubuk Abate

4. Rancangan Pelaksanaan Stuktur Organisasi dan Pembagian Tugas

Penyaji

: Anindya Umami & Mohammad Rizqoni.

Fasilitator : Sri Ayuni L.

Dokumentasi: Andri Suhartono

Alokasi Waktu : 30 menit

Denah

Keterangan:

= Peserta

= Penyaji

= Fasilitator

= Observer

Proses Penyuluhan

NoFaseKegiatan Petugas PenyuluhanKegiatan PesertaWaktu

1Orientasi1. Memperkenalkan diri

2. Menentukan kontrak waktu

3. Pemateri memberikan salam pembuka Menjawab salam

Mendengarkan

Memperhatikan

Memperhatikan2 menit

2Kerja4. Pemateri menjelaskan materi tentang:

DBD

5. Pemateri memberikan kesempatan kepada ibu-ibu untuk mengajukan pertanyaan Memperhatikan

Bertanya hal yang kurang dipahami20 menit

3Evaluasi6. Pemateri memberikan pertanyaan tentang materi yang diberikan.

7. Memotivasi dan memberikan reinforcement positif atas usaha yang telah dilakukan Menjawab

secara mandiri5 menit

4Terminasi8. Pembagian bubuk abate

9. Pemateri menyimpulkan kembali penjelasan yang telah diberikan.

10. Mengucapkan terima kasih dan memberikan salam penutup Mendengarkan

Menjawab salam3 menit

5. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

Kesiapan media meliputi:

Leafleat, LCD dan materi

Kontrak waktu Penentuan tempat

Setiap anggota sudah menjalankan dengan baik, namun dilaksanakan kurang maksimal karena kurangnya mahasiswa. Sebagian mahasiswa memberikan implementasi di tempat yang berbeda dalam waktu yang bersamaan.2. Evaluasi Proses

Ibu-ibu hadir tepat waktu

Kegiatan penyuluhan berjalan tertib

Ibu-ibu memperhatikan penjelasan perawat Ibu mengajukan pertanyaan

Proses penyuluhan yang telah kami lakukan mengalami beberapa kendala yaitu kurangnya mahasiswa. Respon peserta sangat baik dan antusias dibuktikan dengan ibu-ibu balita mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan yang diberikan. Dan memberi umpan balik yang positif.

3. Evalusi Hasil

Ibu balita mengerti terhadap penjelasan yang diberikan

Ibu balita mampu menjawab pertanyaan dengan benar

4. Daftar Pertanyaan:

1. Bagaimana cara mengatasi atau mengurangi rasa nyilu-nilu pada lengan dan kaki?2. Apakah nyamuk dapat hidup dan berkembang biak di tanaman?3. Mengapa penyakit yang muncul berbeda yaitu demam berdarah dan chikungunya sedangkan nyamuk yang menggigit itu sama?4. Bagaimana cara penggunaan bubuk abate yang benar?Lampiran Materi Demam Berdarah

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

1. DEFINISI

Istilah Dengue Haemoragic Fever (DHF) disebut juga Demam Berdarah Dengue (DBD). Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus dengue ( arbovirus ) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Suriadi, 2006). Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi.

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang berpotensial mengakibatkan syok yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). 2. ETIOLOGI

Factor penyebab penyakit DHF yaitu :1. Virus dengueBerdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel mamalia, maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).2. Vektor : nyamuk aedes aegyptiYaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne siensis, infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 420).Ciri-ciri nyamuk ini yaitu :Nyamuk berwarna hitam dengan belang putih pada seluruh tubuh.Mampu terbang sejauh 100 meter.

Aktif menggigit pada pagi dan sore hari. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda- benda yang tergantung seperti pakaian, kelambu atau tumbuhan-tumbuhan didekat tempat berkembangbiaknya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab.Jentik-jentik selalu bergerak aktif dalam air dari bawah ke atas permukaan air secara berulang-ulanga. Aedes albopictus

b. Aedes aegypti

Perbedaannya terletak jelas warna putih yang terdapat pada skutum, dimana pada nyamuk Aedes aegypti terdapat warna putih keperakan berupa garis melengkung pada kedua sisi skutumnya sedangkan pada Aedes albopictus warna keperakan terdapat di bagian tengah skutum (Yap & Chong 1995). Nyamuk jantan Aedes mempunyai antena yang memilki banyak bulu sehingga disebut antena plumose, sedangkan antena nyamuk betina memilk sedikit bulu yang disebut antena pilose (Christophers 1960). Kepala Aedes agak membulat, hampir seluruhnya diliputi oleh sepasang mata majemuk.

Siklus hidup nyamuk aedes ini yaitu:

Nyamuk Aedes aegypti memilki siklus hidup yang sama dengan seragga lainnya. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri dari telur larva, pupa dan nyamuk dewasa.

1. Telur

Telur Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran 0,8 mm. Nyamuk Aedes biasanya meletakan telurnya ditempat yang berair karena di tempat yang keberadaannya kering maka telur akan rusak dan mati. Stadium telur ini memakan waktu kurang dari 1 sampai 2 hari (Christophers, 2000). Nyamuk Aedes aegypti akan menghasilkan telur 100 sampai 102 butir setiap kali bertelur.

2. Larva

Larva memerlukan empat tahap perkembangan. Jangka waktu perkembangan larva tergantung pada suhu, keberadaan makanan, dan kepadatan larva dalam wadah. Dalam kondisi optimal waktu yang dibutuhkan sejak telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh hari termasuk dua hari masa pupa. Pada suhu rendah, diperlukan waktu beberapa minggu (Cahyati dan Suharyo 2006). Pada perkembangan stadium larva nyamuk Aedes aegypti tumbuh menjadi besar dengan panjang 0,5 sampai 1 cm. Larva nyamuk selalu bergerak aktif ke atas air.

3. Pupa

Pupa merupaka stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air. Pupa nyamuk juga akuatik dan tidak seperti kebanyakan pupa serangga, sangat aktif dan sering kali disebut akrobat (tumbler). Mereka bernafas pada permukaan air melalui sepasang struktur seperti terompet yang kecil pada toraks (Borror et al. 1992). Pupa berbentuk koma, gerakan lambat, sering ada di permukaan air. Jika pupa diganggu oleh gerakan atau tersentuh, maka pupa akan bergerak cepat untuk menyelam dalam air selama beberapa detik kemudian muncul kembali dengan cara menggantungkan badannya menggunakan tabung pernafasan pada permukaan air di wadah atau tempat perindukan (Cahyati dan Suharyo 2006). Stadium pupa memerlukan waktu kurang lebih 1 sampai 2 hari. Nyamuk jantan

4. Nyamuk Dewasa

Kebanyakan nyamuk dewasa tidak pergi jauh dari air tempat mereka hidup pada tahapan larva mereka. Nyamuk Aedes aegypti umumnya mempunyai daya terbang sejauh 50-100 km (Sigit et al. 2006). Waktu mengigit nyamuk Aedes aegypti lebih banyak pada siang hari daripada malam hari, yaitu antara jam 08.00- 12.00 dan jam 15.00-17.00 (Cahyati & Suharyo 2006). Hanya nyamuk-nyamuk betina yang menghisap darah sedangkan nyamuk jantan (dan kadang-kadang juga nyamuk betina) makan bakal madu dan cairan-cairan tumbuhan lainnya.

Tempat berkembang biaknya yaitu :

1. Tempat-tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tangki reservoir, bak mandi/WC, ember, gentong air / tempayan dan lain-lain.

2. Tempat-tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti : tempat minum burung, vas bunga, kaleng, botol, plastik dan lain-lain.

3. Tempat-tempat penampungan air alamiah seperti lobang pohon, lobang batu, pelepah daun dan lain-lain.

4. Host : pembawaJika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.A. KLASIFIKASI DHF

Klasifikasi DHF menurut derajatnya ada 4 yaitu :

1. Derajat I : Demam dengan uji torniquet positif.

2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.

3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan pasien menjadi gelisah.

4. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

B. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang sering muncul pada awal menderita DHF adalah :

1. Panas tinggi mendadak 2 sampai 7 hari.

Demam pada DHF biasanya disebut demam pelana kuda yaitu :

Hari 1 3 Fase Demam Tinggi : Demam mendadak tinggi, dan disertai sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, badan ngilu dan nyeri, serta mual/muntah, kadang disertai bercak merah di kulit.

Hari 4 5 Fase KRITIS : Fase demam turun drastic dan sering mengecoh seolah terjadi kesembuhan.Namun inilah fase kritis kemungkinan terjadinya Dengue Shock Syndrome.

Hari 6 7 Fase Masa Penyembuhan : Fase demam kembali tinggi sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.2. Perdarahan

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 jdari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349).3. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39).4. Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).C. CARA PENULARAN KE MANUSIA

Cara penularan penyakit Demam Berdarah adalah melalui gigitan nyamuk Aedes yang mengigit penderita Demam Berdarah kemudian ditularkan kepada orang sehat.Masa menggigitnya yang aktif ialah pada awal pagi yaitu dari pukul 8 hingga 10 dan sore hari dari pukul 3 hingga 5.

Nyamuk aedes aegypti lebih suka berkelana mencari mangsanya di siang hari dibanding nyamuk lain yang cenderung menyerang manusia pada malam hari. Setelah menggigit tubuh manusia sengan cepat perutnya menjadi buncit dipenuhi kira-kira dua hingga empat miligram darah atau sekitar 1.5 kali berat badannya. Berbeda dengan spesies sejenis lainnya, lazimnya sudah cukup puas menggigit satu mangsa pada periode setelah bertelur hingga akhir hidupnya, aedes mempunyai kebiasaan menggigit beberapa orang secara berganti-ganti dalam jangka waktu yang singkat. Nyamuk betina menghisap darah manusia untuk mendapatkan protein bagi keperluan pembiakannya. Tiga hari selepas menghisap darah, ia akan menghasilkan hingga 100 butir telur yang halus seperti pasir. Nyamuk dewasa akan terus menghisap darah dan bertelur lagi. Apabila nyamuk betina menggigit atau menghisap darah orang yang menagalami infeksi dengue, virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk. Diperlukan waktu sembilan hari oleh virus dengue untuk hidup dan membiak di dalam air liur nyamuk.

D. CARA PENCEGAHAN

Cara pencegahannya adalah jangan biarkan air bersih/hujan menggenang lama di bak mandi, ban, kaleng-kaleng, atau got. Beri got/saluran air sekitar rumah anda abate untuk mematikan jentik-jentik/larva demam berdarah. Melalui pemberantasan nyamuk penularnya. Cara memberantas nyamuk Demam Berdarah yang tepat guna ialah dengan melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu kegiatan memberantas jentik ditempat perkembangbiakan dengan cara 3M Plus :1 Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi / WC, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1).

2 Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air / tempayan, dan lain-lain (M2).

3 Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan (M3).

4 Plusnya adalah tindakan memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk dengan cara :

Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit dikuras atau sulit air dengan menamburkan bubuk Temephos (abate) atau Altosid. Temephos atau Altosid ditaburkan 2 -3 bulan sekali dengan takaran 10 gram Abate ( 1 sendok makan peres) untuk 100 liter air atau dengan takaran 2,5 gram Altosid ( 1/4 sendok makan peres) untuk 100 liter air. Abate dan Altosid dapat diperoleh di puskesmas atau di apotik.

Fogging dapat dilakukan jika : di lokasi ditemukan 3 kasus positif DBD dengan radius 100 meter (20 rumah) dan bila di daerah tersebut ditemukan banyak jentik nyamuk DBD.E. PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH

Langkah awal mencegah demam berdarah yaitu

1. Beri minum sebanyak mungkin.

2. Kompres agar panasnya turun.

3. Berikan obat penurun panas, misalnya Paracetamol.

4. Segera bawa ke Poliklinik, Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKADepartemen Kesehatan RI kerjasama dengan WHO dan UNICEF. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Indonesia. Jakarta,.

Effendi, Christiantie. 2005. Perawatan pasien DHF. ECG : Jakarta.

Markum, A.H. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Balai Penerbit FKUI : Jakarta,

Sacharin, Rosa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC: Jakarta.

Effendy, Christanti. 2005. Perawatan Pasien DHF. EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius; FKUI. Jakarta

RS Sint. Carolus. Asuhan Keperawatan pada klien dengan DHF.

WHO. 2009. Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. Geneva

Halstead, Scott B. 2008. Dengue. London: Imperial College Press.

diakses pada 4 Januari 2012). 5. Ica. 2010. Jatim Potensi KLB DBD, (www.harianbhirawa.co.id, diakses 23 September 2013).

Dinkes Kota Malang. 2010. Data Penderita Demam Berdarah Kota Malang Tahun 2008- 2010. Malang: Dinkes.

Maa, Stefan; Eong Ooi, Eng; Tai Goh, Kee. 2008. Socioeconomic determinants of dengue incidence in Singapore. Singapore: Dengue Bulletin. Volume 32.

Burke, D. S., Nisalak, A. & Nimmannitya, S. (1985). Disappearance of Chikungunya virus from Bangkok. Trans R Soc Trop Med Hyg 79, 419420.

Halstead, S. B., Nimmannitya, S. & Margiotta, M. R. (1969a). Dengue and chikungunya virus infection in

Josseran, L., Paquet, C., Zehgnoun, A., Caillere, N., Le Tertre, A., Solet, J. L. & Ledrans, M. (2006). Chikungunya disease outbreak, Reunion Island. Emerg Infect Dis 12, 19941995.

Jupp, P. G. & McIntosh, B. M. (1988). Chikungunya virus disease. In The Arbovirus: Epidemiology and .

Laras, K., Sukri, N. C., Larasati, R. P., Bangs, M. J., Kosim, R., Djauzi, Wandra, T., Master, J., Kosasih, H. & other authors (2005). Tracking the re-emergence of epidemic chikungunya virus in Indonesia. Trans R Soc Trop Med Hyg 99, 128141.

Marchette, N. J., Rudnick, A., Garcia, R. & MacVean, D. W. (1978). Alphaviruses in Peninsular Malaysia. I. Virus isolations and animal serology. Southeast Asian J Trop Med Public Health 9, 317329..

Porter, K. R., Tan, R., Istary, Y., Suharyono, W., Sutaryo, Widjaja, S., Ma'Roef, C., Listiyaningsih, E., Kosasih, H. & other authors (2004). A serological study of Chikungunya virus transmission in Yogyakarta, Indonesia: evidence for the first outbreak since 1982. Southeast Asian J Trop Med Public Health 35, 408415.

Ravi, V. (2006). Re-emergence of chikungunya virus in India. Indian J Med Microbiol 24, 8384

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dari analisa data yang dilakukan terdapat beberapa masalah yang akan berpotensi terhadap kesehatan masyarakat RW, yaitu pemasalahan PHBS sehingga muncul masalah dari penyakit-penyakit yang muncul di RW misalnya DBD, Cikungunya, Flu dan batuk pada warga RW I Kelurahan Sumbersari serta kurang aktifnya ibu-ibu balita dan lansia untuk mengikuti posyandu, kurangnya kesadaran penggunaan APD pada pekerja konveksi, kurang sadarnya tentang personal hygiene pada anak-anak SD, kurang sadarnya tentang jajanan sehat pada anak-anak SD, kurang optimalnya UKS di SD. Dari permasalahan tersebut kami telah melakukan intervensi keperawatan komunitas sesuai permasalahan yang ada di RW. Yakni dengan memberikan beberapa penyuluhan kesehatan. Dari penyuluhan kesehatan tersebut di harapkan dapat memberikan pengetahuan baru dan dapat dijadikan sebagai suatu arahan untuk meningkatkan status kesehatan warga masyrarakat RW 01, UKK Fasila Konveksi dan UKS SDN Sumbersari I Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Malang.

Komunitas Dengan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan Dasar.

MANUSIA

KEPERAWATAN

3 Tingkatan Pencegahan.

KESEHATAN

(SEHAT-SAKIT)

LINGKUNGAN

(Physic, Biologic, Psychologist, Social, Cultural, Dan Spiritual.

Penyaji Materi

_1486804738.xlsChart1

22

2

1

4

10

10

2

Riwayat Penyakit

Sheet1

Riwayat Penyakit

Batuk & Pilek22

Demam2

Types1

Diabetes4

Asam Urat10

Hipertensi10

DBD2

_1486804749.xlsChart1

347

98

306

25

167

Pekerjaan

Sheet1

Pekerjaan

Swasta347

PNS98

IRT306

Petani25

Buruh167

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804755.xlsChart1

857

933

Sales

JENIS KELAMIN

Sheet1

Sales

Laki - Laki857

Perempuan933

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804758.xlsChart1

184

330

301

367

376

150

98

Sales

USIA

Sheet1

Sales

0 - 5 Th184

6 - 18 Th330

19 -25 Th301

26 - 44 Th367

45 - 59 Th376

60 - 69 Th150

> 70 Th98

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804752.xlsChart1

149

8

27

168

83

71

76

15

Column1

PENDIDIKAN

Sheet1

Column1

Belum Sekolah149

PAUD8

TK27

SD168

SMP83

SMA71

PT76

Tidak Sekolah15

_1486804744.xlsChart1

782

334

26

224

Status Perkawinan

Sheet1

Status Perkawinan

Menikah782

Belum Menikah334

Cerai Hidup26

Cerai Mati224

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804746.xlsChart1

1635

112

16

Agama

Agama

Sheet1

Agama

Islam1635

Kristen112

Dll16

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804741.xlsChart1

321

228

Tipe Keluarga

Sheet1

Tipe Keluarga

Nuclear321

Extended228

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804727.xlsChart1

26

14

6

Sumber Air

Sheet1

Sumber Air

Sumur26

PDAM14

Sumur & PDAM6

4th Qtr1.2

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804732.xlsChart1

32

14

Perilaku Merokok

Sheet1

Perilaku Merokok

Merokok32

Tidak Merokok14

3rd Qtr1.4

4th Qtr1.2

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804735.xlsChart1

20

11

11

4

Nilai & Kepercayaan

Sheet1

Nilai & Kepercayaan

Puskesmas20

Rumah Sakit11

Dokter11

Tidak Berobat4

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804729.xlsChart1

1656

98

36

Etnik dan Budaya

Sheet1

Etnik dan Budaya

Jawa1656

Madura98

Dll36

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804721.xlsChart1

15

8

21

2

Rekreasi

Sheet1

Rekreasi

1 x Sebulan15

2 - 3 x Sebulan8

Jarang21

Tidak Pernah2

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804724.xlsChart1

22

24

Jarak Septi Tank

Sheet1

Jarak Septi Tank

< 10 Meter22

> 10 Meter24

3rd Qtr1.4

4th Qtr1.2

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804715.xlsChart1

27

19

Asuransi

Sheet1

Asuransi

BPJS27

Tidak Punya19

3rd Qtr1.4

4th Qtr1.2

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804718.xlsChart1

34

4

6

2

Transportasi

Sheet1

Transportasi

Sepeda Motor34

Mobil4

Angkot6

Jalan Kaki2

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804710.xlsChart1

17

12

5

2

8

2

Riwayat Penyakit

Sheet1

Riwayat PenyakitSeries 2Series 3

Hipertensi172.42

Asam Urat124.42

Diabetes51.83

Jantung22.85

Kolesterol8

Stroke2

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804713.xlsChart1

5

12

29

Pendapatan

Sheet1

Pendapatan

< 1.000.005

> 1.000.00012

> 2.000.00029

To resize chart data range, drag lower right corner of range.

_1486804707.xlsChart1

3

3

8

1

3

3

3

2

17

3

Keluhan Yang Sering Dirasakan

Sheet1

Keluhan Yang Sering DirasakanSeries 2Series 3

Sesak32.42

Jantung berdebar34.42

Pusing81.83

Gatal12.85

Penglihatan kabur3

Nyeri perut3

Sering haus3

Panas2

Nyeri sendi17

Nyeri punggung3