Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

163
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Gambaran Umum Desa 1.1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis Desa Tanjung Pasir terletak di utara dari Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir pantai dan mempunyai luas wilayah 564,25 hektar dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian satu meter dari permukaan laut dengan suhu udara 30 0 -37 0 C. Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 79 hektar, daratan seluas 108,185 hektar dan empang seluas 377,065 hektar. Pada daratan terdiri dari dua hektar pemakaman umum. Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar 1.1 adalah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan

description

PH

Transcript of Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Page 1: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Desa

1.1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis

Desa Tanjung Pasir terletak di utara dari Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir pantai dan

mempunyai luas wilayah 564,25 hektar dan merupakan daerah dataran rendah

dengan ketinggian satu meter dari permukaan laut dengan suhu udara 300-370C.

Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 79 hektar, daratan seluas 108,185

hektar dan empang seluas 377,065 hektar. Pada daratan terdiri dari dua hektar

pemakaman umum.

Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar

1.1 adalah sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung

Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara

Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan

Gambar 1.1 Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir

Page 2: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di

wilayah Kecamatan Teluk Naga. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang

Propinsi Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 ha (47,631km2). Terdiri dari

luas daratan 2.170.120 ha dan sawah 2.593.078 ha dengan ketinggian dari

permukaan laut 2-3 meter dengan curah hujan rata-rata 24 mm/tahun. Jarak dari

Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47 km.

Batas – batas wilayah Kecamata Teluknaga adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah laut Jawa

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang/Kecamatan Neglasari

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sepatan/Pakuhaji

Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan

Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu desa

Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus, Tanjung Pasir, Muara dan Lemo.

Gambar 1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus

Puskesmas Tegal Angus terdapat di:

a) Desa Tegal Angus

b) Jalan Raya Tanjung Pasir

c) Kode Pos 15510

d) Status kepemilikan Tanah : Tanah Pemkab

e) Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa

2

Page 3: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

f) Batas wilayah sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi

g) Batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kampung Melayu

h) Batas wilayah sebelah Barat dengan desa Pakuhaji

Prasarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga

dihubungkan oleh:

a. Jalan

Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga sepanjang 108

km,dengan klasifikasi sebagai berikut :

Berdasarkan status

Jalan Propinsi : 9,5 km

Jalan Kabupaten : 5 km

Jalan Desa : 93,5 km

Berdasarkan kondisi fisik

Jalan hotmik : 17,5 km

Jalan aspal : 67 km

Jalan tanah : 14,5 km

b. Jembatan

Jembatan besi : 1 km

Jembatan beton : 7 km

c. Sungai / kali

Sungai / kali yang mengalir di wilayah Kecamatan teluknaga adalah

sungai Cisadane dengan panjang saluran sejauh 12 km

d. Irigasi/Pengairan

Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 ha.

e. Bendungan air/Dam

Bendungan dapat digunakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

yang menjadi salah satu sumber air bersih yangdimanfaatkan masyarakat.

1.1.2 Gambaran Umum Desa Secara Demografi

1.1.2.1 Situasi Kependudukan

Desa Tanjung Pasir terdiri dari 6 kepala dusun, 14 Rukun Warga (RW),

dan 34 Rukun Tetangga (RT) yang dapat dilihat pada gambar 1.2. Berdasarkan

data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah penduduk di wilayah Desa

3

Page 4: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tanjung Pasir adalah 10.225 jiwa terdiri dari 4.115 jiwa laki-laki dan 6.110 jiwa

perempuan.

1.1.2.2 Jumlah Penduduk

Kepadatan penduduk rata-rata 1,625 jiwa/km2. Dengan jumlah rumah

tangga 14.853 dan rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga adalah 3.7 jiwa.

Berdasarkan data dari Kecamatan Teluk Naga pada tahun 2012 jumlah

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus adalah 53,831 jiwa yang

tersebar di 6 desa seperti yang tercantum di tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah

Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan

N

o.

Desa/

Kel

Luas

Wilay

ah

(km2)

Jumlah Rata-

Rata

Jiwa/

Rum

ah

Kepadat

an

Pendud

uk (km2)

Pendud

uk

(Jiwa)

Pendud

uk

Miskin

(Jiwa)

R

T

R

W

R

w

KKRum

ah

1. Lemo 3,61 6,682 734 32 151,40

81408 10.31 1850.97

2. Muara 5,14 3,566 490 22 6 793 793 7.19 693.77

3.Pangkal

an7,54 16,888 1,495 35 11

3,22

93229 4.08 2239.79

4.Tanjung

Burung5,24 7,699 740 16 8

1,48

41572 3.10 1463.55

5.Tanjung

Pasir5,64 9,513 1,348 31 18

1,93

62319 5.32 1686.70

6.Tegal

Angus2,83 9,513 1,081 23 7

1,89

51895 3.30 3361.48

Jumlah 30,02 53,831 5,88913

945

10,7

45

10,74

54.33 1794

Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012

Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja

Puskemas Tegal Angus dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini:

4

Page 5: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

No.KELOMPOK

UMUR (TAHUN)

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-

LAKI

PEREMPUA

N

LAKI-LAKI +

PEREMPUAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

70-74

75+

2,702

2,657

2,896

2,980

2,910

2,877

2,336

1,994

1,704

1,401

1,135

741

546

337

252

203

2,505

2,511

2,563

2,895

2,960

2,790

2,153

1,888

1,613

1,262

925

656

533

318

281

307

5,207

5,168

5,459

5,875

5,870

5,667

4,489

3,882

3,317

2,663

2,060

1,397

1,079

655

533

510

JUMLAH 27,671 26,160 53,831

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 2012

1.1.2.3 Lapangan Pekerjaan Penduduk

Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus

cukup beragam, hal ini berhubungan dengan geografis kecamatan Teluk Naga

dimana terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota

Tangerang dan akses ke daerah Jakarta.

5

Page 6: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 1.3. Lapangan Pekerjaan Penduduk Desa Tegal Angus

No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah

1. Buruh 4592

2. Buruh industri 13757

3. Industri rakyat 13536

4. Nelayan 386

5. Pedagang 6373

6. Pengangguran 4004

7. Pensiunan PNS 45

8. Pensiunan TNI/POLRI 43

9. Perangkat Desa 141

10. Pertukangan 4109

11. Petani pemilik 13316

12. Petani penggarap 6063

13. PNS 222

14. TNI/POLRI 65

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 2012

1.1.2.4 Tingkat Pendidikan

Aspek pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat

mempengaruhi kualitas kehidupan penduduk di wilayah Kecamatan Teluk

Naga.Tingkat pendidikan diwilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih

rendah,dari jumlah 53.831 penduduk hanya sebagian kecil yang mengenyam

pendidikan seperti terlihat pada tabel dibawah ini :

6

Page 7: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 1.4 Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan

di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

No. Jenjang Pendidikan Jumlah

1. Tidak/belum tamat SD 12598

2. SD/MI 15738

3. SLTP/MTS 4060

4. SLTA/MA 3601

5. AK/Diploma 159

6. Universitas 130

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2012

1.1.2.5 Sarana dan Prasarana

Gedung Puskesmas yang terdiri dari:

a. Ruang Kepala Puskesmas : 1 Ruang

b. Ruang TU : 1 Ruang

c. Ruang Dokter : 1 Ruang

d. Ruang Aula : 1 Ruang

e. Ruang Imunisasi : 1 Ruang

f. Ruang Loket : 1 Ruang

g. Ruang Apotik : 1 Ruang

h. Ruang BP umum : 1 Ruang

i. Ruang BP Anak : 1 Ruang

j. Ruang BP Gigi : 1 Ruang

k. Ruang KIA/KB : 1 Ruang

l. Ruang Gizi : 1 Ruang

m. Ruang Gudang Obat : 1 Ruang

n. Ruang TB : 1 Ruang

o. Ruang Lansia : 1 Ruang

p. Ruang Kesling : 1 Ruang

q. Ruang Perpustakaan : 1 Ruang

r. Ruang Mushola : 1 Ruang

s. Ruang Bidan : 1 Ruang

t. Dapur : 1 Ruang

7

Page 8: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

u. Ruang Gudang Perkakas : 1 Ruang

v. WC : 6 Ruang

Bidan di Desa : 6 orang

Posyandu 45 buah, terdiri dari :

a. Tegal Angus : 7 Posyandu

b. Pangkalan : 10 Posyandu

c. Tanjung Burung : 7 Posyandu

d. Tanjung Pasir : 9 Posyandu

e. Lemo : 6 Posyandu

f. Muara : 6 Posyandu

Pembinaan UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat):

a. Jumlah Posyandu : 45 buah

b. Jumlah Kader Posyandu di bina : 225 orang

c. Jumlah kader dasa wisma dibina : 34 orang

d. Jumlah TOMA (Tokoh Masyarakat) dibina : 60 orang

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 2012

1.1.2.6 Kesehatan

Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan Instansi terkait, dalam hal

ini Puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain:

1. Peningkatan Gizi keluarga

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap

posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.

2. Pencegahan penyakit, Vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi polio bagi

Balita, pemberian vitamin A.

3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah dengue, Flu

Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.

4. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan

makanan yang bernutrisi

5. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan

dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.

8

Page 9: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

6. Pemanfaatan dengan ditanami sayur mayor dan Tanaman Obat Keluarga

(TOGA), Tabulapot dan Tabulakar.

Sarana pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.5 Sarana Pelayanan Kesehatan

No Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah

1 Poskesdes 1 Unit

2 Pos KB Keluarga -

3 Posyandu 6 Unit

4 Pos Mandiri -

5 Klinik Bersalin/ BKIA -

6 Praktek Dokter/ Bidan 4 Unit

7 Praktek Bidan 4 Unit

8 Paraji 4 Orang

9

Keluarga Berencana

a. Jumlah Pos/ Klinik KB

b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)

c. Jumlah Akseptor KB :

1) Pil : 127 orang

2) IUD : 14 orang

3) Kondom : - orang

4) Suntik : 190 orang

5) Implan : 13 orang

Unit

-

334 pasang

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 2012

1.1.2.7 Ketenagaan Puskesmas Tegal Angus

Staf Puskesmas Tegal Angus berjumlah 30 orang dengan status

ketenagaan seperti tercantum dalam tabel dibawah ini:

9

Page 10: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 1.6 Kategori Tenaga di Puskesmas Tegal Angus

No. Kategori Tenaga

Status

JumlahPNS

PTT/

TKKLain-Lain

1. Dokter Gigi 1 0 0 1

2. Dokter Umum 3 0 0 3

3. AKBID 4 6 1 11

4. AKPER 1 0 0 1

5. D3 Gizi 1 0 0 1

6. D3 Kesling 0 0 0 0

7. Bidan 4 0 0 4

8. Perawat 3 2 1 6

9. Pekarya 1 0 0 1

10. Honor 0 0 2 2

JUMLAH 18 8 4 30

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 2012

1.1.2.8 Ketersediaan Pekarangan

Desa Tanjung Pasir merupakan sebuah desa nelayan yang ada di wilayah

Banten, di desa ini tanaman yang dapat tumbuh amat terbatas hal ini dikarenakan

kondisi air yang berkadar garam tinggi dan tanah yang mengandung pasir amat

menyulitkan untuk bertanaman sayuran, tanaman obat maupun tanaman buah-

buahan. Mengingat kondisi ini maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Sayuran dan Tanaman Obat melakukan pengamatan dan menyimpulkan bahwa

warga di Desa Tanjung Pasir melirik pekarangan yang dapat dimanfaatkan dalam

berbudidaya sayuran. (Puskesmas, 2011)

Pada saat ini, desa Tanjung Pasir dijadikan sebagai percontohan dan

pembelajaran agar budidaya sayuran dapat dilakukan juga di tingkat rumah tangga

untuk mengurangi pengeluaran akan kebutuhan pangan namun dapat

meningkatkan pendapatan keluarga.

1.1.2.9 Transportasi

Sarana transportasi masyarakat Desa Tanjung Pasir dengan menggunakan

angkutan umum, ojek motor, becak serta sepeda.

10

Page 11: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

1.2 Keluarga Binaan

Ketujuh keluarga binaan yang kami observasi di kampung Garapan RT

003 RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kelurahan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk

Naga, Kabupaten Tangerang terdiri dari keluarga Tn Azis, Tn Agus, Tn. Mamat,

Tn. Aji, Tn. Sahroji, Tn. Sarip, Tn. Syarifudin. Adapun lokasi pemukiman

keluarga binaan kelompok kami adalah sebagai berikut:

Gambar 1.3

Denah lokasi rumah keluarga binaan di Kampung Garapan RT 003 RW 006, Desa

Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten

11

Page 12: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

1.2.1 Keluarga Tn. Azis

Keluarga binaan pertama terdiri dari lima anggota keluarga, yaitu Tn.

Azis, Ny. Salhah, Tn. Dedi, An. Rini, An. Ryan.

Tabel 1.7 Profil keluarga Tn.Azis Di Desa Tanjung Pasir RT 003 / RW 006

Bulan November 2013

No NamaStatus

Keluarga

Jenis

Kelamin

(L/P)

Usia

(tahun

)

Pendidika

nPekerjaan

1. Tn.AzisKepala

keluargaL 50 -

Buruh

tambak

2.Ny.

SalhahIstri P 40 - IRT

3. Tn. DediAnak

pertamaL 17 Smp

Buruh

tambak

4. An.Rini Anak kedua P 12 SD Pelajar

5. An. RyanAnak

ketigaL 4 - -

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. Azis

12

Page 13: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Rumah keluarga ini terletak di RT 003 / RW 006 Desa Tanjung Pasir,

Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh lima anggota

keluarga yaitu Tn.Azis sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang

bernama Ny.Salhah dan tiga orang anak. Anak pertama Tn Dedi, An. Rini,

An.Ryan.

Tn. Azis, berusia 50 tahun, bekerja sebagai seorang buruh tambak Udang

di daerah Tanjung Pasir dengan penghasilan tidak tentu tergantung musim namun

bila sedang musim pengjasilan berkisar antara Rp. 600.000,00 – Rp 700.000,00

per bulan. Pendapatan Tn.Azis digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari, seperti membeli air PAM, makanan, membayar listrik, pengobatan

dan lain-lain.

Tn. Azis mampu membaca dan menulis namun tidak tamat sekolah

menengah pertama. Istrinya, Ny. Salhah, yang berusia 40 tahun, bertugas sebagai

ibu rumah tangga. Ny.Salhah tamatan sekolah dasar. Pasangan ini menikah saat

berusia 25 dan 15 tahun. Saat hamil Ny. Salhah tidak pernah memeriksakan

kandungannya dan saat melahirkan dibantu oleh paraji.

Anak pertama pasangan Tn. Azis dan Ny. Salhah adalah seorang laki-laki,

bernama Tn. Dedi yang sekarang berusia 17 tahun, belum menikah. Bekerja

membantu ayahnya di tambak udang dan tinggal satu rumah dengan Tn. Azis. Tn

Dedi pernah sekolah menegah umum namun memutuskan berhenti sekolah saat

kelas 2 SMA dikarenakan bosan. Saat ini Tn Dedi mempunyai penghasilan sekitar

100.000 sampai 200.000 per bulan. Pendapatan Tn. Dedi digunakan untuk

membel rokok dan terkadang membantu memenuhi kebutuhan rumah seperti

membeli makan dan kebutuhan rumah yang lain.

Anak kedua pasangan Tn. Azis dan Ny. Salhah adalah seorang perempuan,

bernama An. Rini yang sekarang berusia 12 tahun. Tidak pernah diimunisasi

sedari lahir dikarenakan Ny. Salhah merasa takut anaknya akan sakit jika

diimunisasi, akan tetapi anak Ny. Salhah diberikan ASI eksklusif sampai dengan

usia 1,5 tahun dikarenakan sulitnya ekonomi keluarga untuk membeli susu

formula. Saat ini An.Rini bersekolah di SD Tanjung Pasir kelas 6 SD.

Anak ketiga Tn. Azis dan Ny. Salhah adalah seorang laki-laki bernama

An. Ryan yang sekarang berusia 4 tahun. An. Ryan dilahirkan oleh dukun di dekat

13

Page 14: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

rumah. An. Ryan pernah 2x diberikan imunisasi yaitu BCG (terdapat bekas di

lengan kanan) dan Polio saat ada posyandu di dekat rumahnya namun Ny. Salhah

tidak meneruskan imunisasinya. An. Ryan mengkonsumsi ASI sampai usia 2

tahun.

Keluarga Tn. Azis memiliki kebiasaan makan dua sampai tiga kali sehari.

Ny. Salhah memasak makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang

disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe, sayur, ikan dan makan ayam bila

uang mencukupi, Ny.Salhah dan keluarga jarang mengkonsumsi buah-buahan.

Anak-anak Tn Azis memiliki kebiasaan sering jajan di luar, seperti baso,

gorengan, dll. Uang jajan untuk An. Rini sebesar Rp. 20.000,- dan An. Ryan lebih

sering jajan diluar dibandingkan makan dirumah.

Menurut penuturan Ny. Salhah, semua makanan dimasak sampai matang.

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya langsung berobat ke

Puskesmas Tegal Angus atau Klinik dokter terdekat. Namun terkadang bila hanya

menderita sakit pusing saja hanya menggunakan obat warung. Penyakit yang

sering diderita anggota keluarga Tn.Azis adalah batuk disertai pilek. Terutama

anaknya yang kedua dan ketiga sudah lebih dari tujuh kali dalam satu tahun

terakhir ini

Keluarga Tn. Azis tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah sekitar

100m2 dan luas bangunan berukuran 8 m x 10 m. Bangunan tempat tinggal tidak

bertingkat dan terdiri dari satu ruang tamu berukuran 3 m x 4 m, memiliki tiga

kamar tidur masing-masing berukuran 2 m x 3 m, ruang TV 2 m x 1 m memiliki

dapur berukuran 3 m x 2 m memiliki kamar mandi dan jamban didalam rumah

berukuran 2m x 1m, kelurga ini menggunakan kamar mandi dan jamban bersama,

namun ± 1 tahun ini sudah tidak menggunakan jambannya dikarenakan rusak dan

memiliki sumur yang dalamnya sekirat 2 m yang airnya berwarna bening namun

terasa asin.

Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat di dekat daerah tambak.

Sebagian besar ruangan di dalam rumah ini berlantaikan keramik dan beratapkan

asbes. Sebagian besar dinding rumah terbuat dari batu bata. Untuk ventilasi,

rumah ini memiliki dua jendela di pintu masuk yang berukuran 2 m x 1 m. Jendela

14

Page 15: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

tersebut dapat dibuka dan berfungsi sebagai tempat masuknya sinar matahari ke

dalam rumah.

Keluarga ini memiliki sumber air berupa air sumur, tetapi sumur ini hanya

berisi air asin dan hanya di gunakan untuk beberapa keperluan, seperti membilas

alat makan dan mencuci baju. Keluarga Tn. Azis membeli air PAM seharga 1500

rupiah untuk mandi dan memasak air untuk minum. Dapur Tn. Azis menggunakan

gas elpiji sebagai bahan bakar memasak.

Di depan rumah keluarga ini banyak berkeliaran ayam dan kambing yang

sering membuang kotoran di depan rumah keluarga ini.

Tabel 1.8 Faktor Internal Keluarga Tn. Azis

No

.

Faktor Internal Permasalahan

1. Kebiasaan Merokok Tn. Azis dan An.Dedi merokok sekitar

setengah sampai satu bungkus dalam satu

hari, biasanya kebiasaan merokok ini

dilakukan di dalam dan di luar rumah.

2. Olah raga Keluarga Tn. Azis tidak ada yang memiliki

kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak

pernah melakukan olahraga.

3. Pola Makan Ny. Salhah memasak sendiri dengan

komposisi makanan mengkonsumsi nasi,

tahu, tempe, ikan, dan jarang memakan

sayur, buah-buahan, apalagi susu.

4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka pergi puskesmas atau

klinik dokter terdekat.

5. Menabung Ny. Subur jarang menabung karena uangnya

habis untuk keperluan sehari-hari.

6. Aktivitas sehari-hari a. Tn.Azis bekerja sebagai buruh tambak

udang. Ia berangkat jam 7.00 WIB dan

pulang pada pukul 18.00 WIB

b. Ny. Salhah tidak bekerja dan hanya menjadi

15

Page 16: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

ibu rumah tangga.

c. Tn. Dedi belum menikah, ia berkerja

sebagai buruh tambak udang yang berangkat

jam 7.00 WIB dan pulang pukul 18.00 WIB.

d. An. Rini bersekolah di SD tanjung Pasir

yabg berangkat jam 07.00 WIB dan pulang

pukul 13.00

e. An. Ryan seorang balita yang berusia 4

tahun.

Tabel 1.9 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Azis

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 8 x 10 m2 dengan lantai keramik

dan dinding terbuat dari batu bata dan semen.

2. Ruangan dalam rumah Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan

terdiri dari satu ruang tamu berukuran 3 m x 5

m, memiliki dua kamar tidur masing-masing

berukuran 3 m x 3 m, ruang wafer berukuran

3m x 3m, ruang TV berukuran 2m x 1m,

memiliki dapur berukuran 3 m x 2 m,

memiliki kamar mandi dan jamban didalam

rumah berukuran 2m x 1m.

3.3

.

Ventilasi Rumah ini memiliki dua jendela di pintu

masuk yang berukuran 2 m x 1 m. Jendela

bisa dibuka.

4. Pencahayaan a. Terdapat dua buah jendela berukuran 2 m x 1

m pada bagian depan rumah.

b. Tidak terdapat jendela pada kamar.

c. Terdapat 4 buah lampu di dalam rumah, 3

berwarna kuning dan 1 berwarna putih.

Sehingga penerangan cukup baik dirumah.

4. MCK a. Memiliki jamban namun tidak dapat

16

Page 17: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

digunakan anggota keluarga.

b. Memiliki kamar mandi yang digunakan

bersama anggota keluarga.

5. Sumber Air Ada, namun tetap membeli air jerigen tiap

hari untuk keperluan minum dan mandi.

6.7

.

Saluran pembuangan

limbah

Limbah rumah tangga cair di buang ke dalam

septitank di samping rumah Tn. Azis

7.8

.

Tempat pembuangan

sampah

Sampah rumah tangga di buang ke depan

rumah. Sampah di tumpuk terlebih dahulu

hingga cukup banyak lalu dibakar.

8. Lingkungan sekitar

rumah

Di samping kiri rumah terdapat rumah

tetangga. Di lingkungan sekitar rumah

keluarga Tn. Murda masih banyak sampah

yang berserakan dikarenakan penduduk sekitar

kurang peduli dengan lingkungannya. Masih

banyak tetangganya yang membuang sampah

di pekarangan rumah.

17

Page 18: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

1.2.2 Keluarga Tn.Agus

Keluarga binaan kedua terdiri dari enam anggota keluarga, yaitu Tn. Agus,

Ny. Cahya, Ny. Asniah, Tn. Sapuro, An. Indra, By. Laura.

Tabel 1.10 Profil keluarga Tn. Agus Di Desa Tanjung Pasir RT 003 / RW 006

Bulan November 2013

No NamaStatus

Keluarga

Jenis

Kelamin

(L/P)

Usia

(tahun)Pendidikan Pekerjaan

1.Tn.

Agus

Kepala

keluargaL 48 - Nelayan

2.Ny.

CahyaIstri P 47 - IRT

3.Ny.

Asniah

Anak

pertamaP 22 SMA

Buruh

Pabrik

4.Tn.

SapuroMenantu L 22 SMA

Buruh

pabrik

5.An.

IndraAnak kedua L 8 SD Pelajar

6.By.

LauraAnak ketiga P 4 bulan - -

18

Page 19: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Gambar 1.5 Denah Rumah Keluarga Tn. Agus

Rumah keluarga ini terletak kampung Garapan di RT 003 / RW 006 Desa

Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh enam

anggota keluarga yaitu Tn. Agus sebagai kepala keluarga dengan seorang istri

yang bernama Ny. Cahya dan tiga orang anak; anak pertama Ny. Asniah, anak

kedua An. Indra, anak ketiga By. Laura, dan menantu Tn. Sapuro.

Tn. Agus, berusia 45 tahun, bekerja sebagai seorang Nelayan di daerah

Tanjung Pasir dengan penghasilan tidak tentu yang tergantung dengan musim.

Bila sedang musim berlayar, penghasilan berkisar antara Rp. 1000.000 per bulan,

apabila sedang tidak musim berlayar Tn. Agus tidak memiliki penghasilan.

Pendapatan Tn. Agus digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,

seperti membeli air PAM, belanja bahan makanan, membayar listrik, uang jajan

anak, pengobatan dan lain-lain.

Tn. Agus merupakan lulusan Sekolah Dasar dan dapat membaca dan

menulis. Istrinya, Ny. Cahya, yang berusia 37 tahun, bekerja sebagai ibu rumah

tangga. Ny. Cahya juga merupakan tamatan sekolah dasar. Pasangan ini menikah

saat berusia 21 dan 16 tahun. Saat hamil Ny. Cahya jarang memeriksakan

kandungannya, saat melahirkan anak pertama dibantu oleh dukun, anak kedua dan

ketiga lahir dibantu oleh bidan di rumah.

Anak pertama pasangan Tn. Agus dan Ny. Cahya adalah seorang

perempuan bernama Ny. Asniah yang sekarang berusia 22 tahun dan sudah

19

Page 20: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

menikah. Ny. Asniah bekerja sebagai buruh pabrik benang dengan penghasilan

Rp. 900.000 perbulan dan masih tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya.

Penghasilan Ny. Asniah digunakan untuk membantu keluarganya dan sebagian

lagi ditabung. Ny. Asniah merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas. Ny.

Asniah sudah 1 tahun menikah dengan Tn. Sapuro yang juga merupakan seorang

buruh pabrik cat dengan penghasilan Rp. 750.000 perbulan, penghasilan Tn

Sapuro digunakan untuk kebutuhan dirinya dan istri, seperti membeli pakaian,

makanan dan rokok.

Anak kedua pasangan Tn. Agus dan Ny. Cahya adalah seorang laki-laki,

bernama An. Indra yang sekarang berusia 8 tahun. Menurut Ny. Cahya, anaknya

mendapatkan imunisasi lengkap sejak baru lahir dan diberikan ASI eksklusif

sampai dengan usia 1. Saat ini An. Indra bersekolah di SD Tanjung Pasir kelas 2

SD.

Anak ketiga Tn. Agus dan Ny. Cahya adalah seorang perempuan bernama

Bayi Laura yang sekarang berusia 4 bulan. By.Laura dilahirkan dengan bantuan

bidan di rumah. By. Laura pernah 3x diberikan imunisasi yaitu BCG ( terdapat

bekas di lengan kanan), DPT 1 dan Polio 1 di Posyandu. By. Laura

mengkonsumsi ASI sejak lahir hingga saat ini.

Keluarga Tn. Agus memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Cahya

memasak makanan dengan menu seadanya yang dibelinya di pasar kaget, contoh

menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe, sayur bening, ikan hasil

pancingan dan makan ayam bila uang mencukupi. Menurut Ny.Cahya semua

makanan dimasak sampai matang. Keluarga Tn. Agus jarang mengkonsumsi

buah-buahan.

Menurut Ny. Cahya ia jarang mencuci tangan sebelum memasak, ia

mencuci tangan apabila ingin menyusui anaknya dan setelah mengganti popok

anaknya. Anggota keluarga yang lain juga jarang mencuci tangan. Sekalipun

mencuci tangan, dilakukan tanpa menggunakan sabun.

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli

obat warung, bila 3 hari tidak sembuh dengan obat warung, Tn. Agus langsung

membawa keluarganya berobat ke Puskesmas Tegal Angus. Menurut Ny. Cahya

keluarganya tidak memiliki kartu Jamkesmas sehingga apabila berobat mereka

20

Page 21: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

menghabiskan uang sekitar Rp. 10.000 – Rp.15.000 untuk pendaftaran. Ny. Cahya

mengatakan sakit yang paling sering dialami oleh keluarganya adalah batuk, pilek,

dan gatal-gatal. Keluarga ini menyangkal ada anggota keluarga yang mengalami

batuk berdahak lebih dari dua minggu disertai keringat malam. Keluhan demam

lebih dari tiga hari juga disangkal. Keluhan batuk dan pilek sering dirasakan saat

musim hujan dan banjir. Daerah tempat tinggal keluarga ini mengalami banjir

sebanyak 3x dalam setahun. Selain batuk dan pilek, keluhan gatal-gatal seperti

biduran adalah keluhan yang sering dirasakan. Keluarga Tn. Agus tidak

mengetahui cara penularan penyakit yang sering mereka alami dan juga

penyebabnya.

Keluarga Tn. Agus tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah sekitar

60m2 dan luas bangunan berukuran 4 x 10 m. Bangunan tempat tinggal tidak

bertingkat dan terdiri dari satu ruang tamu berukuran 2 m x 2 m, memiliki tiga

kamar tidur masing-masing berukuran 2 m x 2 m, memiliki dapur berukuran 3 m

x 2 m memiliki kamar mandi didalam rumah yang letaknya hamper menyatu

dengan dapur, berukuran 2 m x 1 m. Kelurga ini menggunakan kamar mandi

bersama, namun kamar mandi keluarga ini tidak disertai dengan jamban. Biasanya

keluarga Tn. Agus buang air besar di jamban umum. Di dalam kamar mandi

terdapat sumur yang dalamnya sekitar 2 m dengan air sumur yang berwarna

bening namun terasa asin. Air sumur digunakan untuk mandi dan mencuci

pakaian. Apabila musim hujan air sumur menjadi lebih jernih dan dingin. Untuk

minum dan memasak, keluarga Tn. Agus membeli air PAM dengan harga

Rp.2000 – Rp.3000 perhari.

Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat di dekat daerah tambak.

Sebagian besar ruangan di dalam rumah ini berlantaikan keramik dan beratapkan

genting tanpa langit-langit. Sebagian besar dinding rumah terbuat dari semen.

Untuk ventilasi, rumah ini memiliki 4 buah jendela, satu jendela di depan rumah

dan masing-masing 1 jendela di tiap kamar. Memiliki pintu masuk yang

berukuran 2 m x 1 m. Jendela tersebut dapat dibuka dan berfungsi sebagai tempat

masuknya sinar matahari ke dalam rumah.

21

Page 22: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Di depan rumah keluarga ini banyak berkeliaran ayam dan kambing yang

sering membuang kotoran di depan rumah. Keluarga Tn. Agus sendiri tidak

memiliki hewan peliharaan.

Tabel 1.11 Faktor Internal Keluarga Tn. Agus

No

.

Faktor Internal Permasalahan

1. Kebiasaan Merokok Tn. Agus dan Tn. Sapuro merokok sekitar

satu bungkus yang biasanya dihabiskan

dalam 2 hari, biasanya kebiasaan merokok

ini dilakukan di dalam dan di luar rumah.

2. Olah raga Keluarga Tn. Agus tidak ada yang memiliki

kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak

pernah melakukan olahraga.

3. Pola Makan Ny. Cahya memasak sendiri dengan lauk

nasi, tahu, tempe, ikan, dan sayur bening.

Buah-buahan dan susu sangat jarang

dikonsumsi.

4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat warung

dan bila tiga hari belum juga sembuh

berobat ke Puskesmas.

5. Menabung Tn. Agus jarang menabung karena uangnya

habis untuk keperluan sehari-hari. Ny.

Asniah sebagai anak pertama terkadang

dapat menabung apabila penghasilan sang

ayah dapat mencukupi kebutuhan sehari-

hari.

6. Aktivitas sehari-hari Tn. Agus bekerja sebagai nelayan. Ia

berangkat pukul 20.00 WIB dan pulang

pada pukul 06.00 WIB pada musim

berlayar.

Ny. Cahya tidak bekerja dan hanya menjadi

22

Page 23: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

ibu rumah tangga dan mengurus anaknya.

Ny. Asniah sudah menikah, ia berkerja

sebagai buruh pabrik benang yang

berangkat jam 08.00 WIB dan pulang pukul

16.00 WIB.

An. Indra bersekolah di SD tanjung Pasir

yang berangkat jam 07.00 WIB dan pulang

pukul 13.00 WIB.

Bayi Laura berumur 4 bulan dan masih

menerimaASI eksklusif.

Tabel 1.12 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Agus

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 6 x 10 m2 dengan lantai keramik

dan dinding terbuat dari semen.

2. Ruangan dalam rumah Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan

terdiri dari satu ruang tamu berukuran 2 m x 2

m, memiliki tiga kamar tidur masing-masing

berukuran 2 m x 2 m, memiliki dapur

berukuran 3 m x 2 m, memiliki kamar mandi

didalam rumah berukuran 2m x 1m yang

letaknya menyatu dengan dapur. Terdapat

sumur sedalam 2 m did lm kamar mandi.

3.3. Ventilasi Rumah ini memiliki 4 buah jendela, 1 jendela

di pintu masuk, dan 1 jendela di masing-masing

kamar. Jendela bisa dibuka dan cahaya dapat

masuk.

4. Pencahayaan Terdapat dua buah jendela berukuran 2 m x 1

m pada bagian depan rumah.

Terdapat jendela pada masing-masing kamar.

Dan cahaya dapat masuk apabila jendela dibuka

Terdapat 4 buah lampu di dalam rumah,

23

Page 24: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

keempat lampu berwarna kuning. Sehingga

penerangan cukup baik dirumah.

4. MCK Tidak memiliki jamban di dalam rumah.

Biasanya seluruh anggota keluarga BAB di

jamban umum yang berjarak 100m dari rumah.

5. Sumber Air Memiliki sumur sedalam 2 meter di dalam

rumah, air sumur jernih namun terasa asin

sehingga hanya dapat digunakan untuk mandi

dan mencuci pakaian.

6.7. Saluran pembuangan

limbah

Limbah rumah tangga cair di buang ke dalam

septic tank di samping rumah Tn. Agus.

7.8. Tempat pembuangan

sampah

Sampah rumah tangga di buang ke depan

rumah. Sampah di tumpuk terlebih dahulu

hingga cukup banyak lalu dibakar.

8. Lingkungan sekitar

rumah

Di samping kiri rumah terdapat rumah

tetangga. Di samping kanan terdapat rumah

kosong. Di lingkungan sekitar rumah keluarga

Tn. Agus masih banyak sampah yang

berserakan. Masih banyak tetangganya yang

membuang sampah di pekarangan rumah,

sehingga sampah menumpuk dan membentuk

gundukan.

24

Page 25: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

1.2.3 Keluarga Tn. Mamat

Keluarga binaan ketiga terdiri dari tujuh anggota keluarga, yaitu Tn.

Mamat, Ny. Nurmah, Ny. Maria, Tn. Nurman, Nn. Marisa, An. Rio, An.

Gustiawan.

Tabel 1.13 Profil keluarga Tn. Mamat Di Desa Tanjung Pasir RT 003 / RW

006 Bulan November 2013

No NamaStatus

Keluarga

Jenis

Kelamin

(L/P)

Usia

(tahun)

Pendi-

dikan

Pekerja-

an

1. Tn. Mamat Kepala keluarga L 52 SDKuli

Bangunan

2. Ny. Nurmah Istri P 45 - IRT

3. Ny. Maria Anak kedua P 22 SMA IRT

4. Tn. Nurman Menantu L 25 SMATidak

bekerja

5. Nn. Marisa Anak ketiga P 16 SMA Pelajar

6. An. Rio Anak keempat L 9 SD Pelajar

7. An. Gustiawan Anak kelima L 8 SD Pelajar

Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Mamat

25

Page 26: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Rumah keluarga ini terletak di Kampung Garapan RT 003 / RW 006 Desa

Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh

sembilan anggota keluarga yaitu yaitu Tn. Mamat, Ny. Nurmah, Ny. Maria, Tn.

Nurman, Nn. Marisa, An. Rio, An. Gustiawan.

Tn. Mamat, berusia 52 tahun, bekerja sebagai seorang kuli bangunan di

daerah Tanjung Pasir dengan penghasilan tidak tentu yang tergantung dengan

orderan proyek. Bila sedang ada proyek, penghasilan berkisar antara Rp. 500.000

per bulan, apabila sedang tidak ada order Tn. Mamat tidak memiliki penghasilan.

Pendapatan Tn. Mamat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,

seperti membeli air PAM, belanja bahan makanan, membayar listrik, uang jajan

anak, pengobatan dan lain-lain.

Tn. Mamat merupakan lulusan Sekolah Dasar dan dapat membaca dan

menulis. Istrinya, Ny. Nurmah, yang berusia 47 tahun, bekerja sebagai ibu rumah

tangga. Ny. Nurmah tidak tamat sekolah dasar, namun bisa membaca maupun

menulis. Pasangan ini menikah saat berusia 25 dan 20 tahun. Saat hamil Ny.

Nurmah tidak pernah memeriksakan kandungannya ke dokter maupun ke bidan,

saat melahirkan anak pertama hingga keemapt dibantu oleh dukun, sedangkan

anak kelima melahirkan secara operasi dengan tindakan operasi caesar di rumah

sakit Mitra Husada dengan alasan mengalami banyak pendarahan saat usia

kandungan menginjak 9 bulan. Tn. Mamat memiliki 5 orang anak, namun anak

pertama sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dari rumah Tn. Mamat.

Anak kedua pasangan Tn. Mamat dan Ny. Nurmah adalah seorang

perempuan, bernama Ny. Maria yang sekarang berusia 22 tahun dan sudah

menikah. Tn. Nurman bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saat ini Ny. Maria

sedang hamil 8 bulan, Ny. Maria mengaku selalu memeriksakan kandungannya di

bidan dan pernah melakukan imunisasi TT 2x. Ny Maria merupakan lulusan

Sekolah Menengah Pertama. Ny. Maria telah menikah dengan Tn. Nurman selama

1 tahun. Tn. Nurman merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas, saat ini Tn.

Nurman tidak bekerja karena di PHK 2 bulan yang lalu.

Anak ketiga Tn. Mamat dan Ny. Nurmah adalah seorang perempuan

bernama Nn. Marisa yang sekarang berusia 16 tahun. Tidak pernah diimunisasi

sedari lahir dikarenakan tidak mempunyai uang, akan tetapi diberikan ASI

26

Page 27: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

eksklusif sampai dengan usia 1,5 tahun dikarenakan sulitnya ekonomi keluarga

untuk membeli susu formula. Saat ini bersekolah di SMA di Tanjung Pasir duduk

di kelas 11.

Anak keempat Tn. Mamat dan Ny. Nurmah adalah seorang laki-laki

bernama An. Rio yang saat ini berusia 9 tahun. Pernah diimunisasi BCG, Polio,

DPT di puskesmas Tanjung Pasir. Saat ini bersekolah di sekolah dasar Tanjung

Pasir.

Anak kelima Tn. Mamat dan Ny. Nurmah adalah seorang laki-laki

bernama Gustiawan yang saat ini berusia 8 tahun. Pernah di imunisasi BCG, Polio

DPT di Puskesmas Tnajung Pasir. Saat ini bersekolah di SD Tanjung Pasir.

Keluarga Tn. Mamat memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny.

Nurmah memasak makanan dengan menu seadanya yang dibelinya di pasar kaget,

contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe, sayur bening, ikan

hasil pancingan dan makan ayam bila uang mencukupi. Menurut Tn. Mamat

semua makanan dimasak sampai matang. Keluarga Tn. Mamat jarang

mengkonsumsi buah-buahan.

Menurut Ny. Nurmah ia jarang mencuci tangan sebelum memasak, ia

mencuci tangan apabila sebelum makan dan BAB. Anggota keluarga yang lain

juga jarang mencuci tangan. Sekalipun mencuci tangan, dilakukan tanpa

menggunakan sabun.

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli

obat warung, bila 3 hari tidak sembuh dengan obat warung, Tn. Mamat langsung

membawa keluarganya berobat ke Mantri dekat rumah namun bila tidak sembuh

Tn. Mamat baru membawanya ke Puskesmas Tegal Angus. Menurut Ny.Nurmah

keluarganya memiliki kartu Jamkesmas sehingga gratis pengobatan Ny. Nurmah

mengatakan sakit yang paling sering dialami oleh keluarganya adalah batuk, pilek,

gatal-gatal dan diare. Keluarga ini mengaku pernah ada anggota keluarga yang

mengalami batuk berdahak lebih dari dua minggu namun lupa bila keluhan batuk

disertai atau tidak dengan keringat malam. Keluhan demam lebih dari tiga hari

juga disangkal. Keluhan batuk, pilek dan diare sering dirasakan saat musim hujan

dan banjir. Daerah tempat tinggal keluarga ini mengalami banjir sebanyak 3x

dalam setahun. Selain batuk dan pilek, keluhan gatal-gatal seperti biduran adalah

27

Page 28: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

keluhan yang sering dirasakan. Keluarga Tn. Mamat tidak mengetahui cara

penularan penyakit yang sering mereka alami dan juga penyebabnya.

Keluarga Tn. Mamat tinggal di rumah pribadi, dengan luas bangunan

berukuran ± 5 x 10 m2. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan terdiri dari

satu ruang tamu berukuran 2 m x 2 m, memiliki dua kamar tidur masing-masing

berukuran 2 m x 2 m, memiliki dapur berukuran 3 m x 2 m memiliki kamar

mandi didalam rumah yang letaknya hamper menyatu dengan dapur, berukuran 2

m x 1 m. Kelurga ini menggunakan kamar mandi bersama, namun kamar mandi

keluarga ini tidak disertai dengan jamban. Biasanya keluarga Tn. Mamat buang air

besar di jamban umum. Di dalam kamar mandi terdapat sumur yang dalamnya

sekitar 2 m dengan air sumur yang berwarna bening namun terasa asin. Air sumur

digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian. Apabila musim hujan air sumur

menjadi lebih jernih dan dingin. Untuk minum dan memasak, keluarga Tn.Mamat

membeli air PAM dengan harga Rp.2000 – Rp.3000 perhari.

Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat di dekat daerah tambak.

Sebagian besar ruangan di dalam rumah ini berlantaikan keramik dan beratapkan

genting tanpa langit-langit. Sebagian besar dinding rumah terbuat dari semen.

Untuk ventilasi, rumah ini memiliki 1 buah jendela, satu jendela di depan rumah.

Memiliki pintu masuk yang berukuran 1 m x 1 m. Jendela tersebut tidak dapat

dibuka dan berfungsi sebagai tempat masuknya sinar matahari ke dalam rumah.

Di depan rumah keluarga ini banyak berkeliaran ayam dan kambing yang

sering membuang kotoran di depan rumah. Keluarga Tn.Mamat sendiri tidak

memiliki hewan peliharaan.

28

Page 29: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 1.14 Faktor Internal Keluarga Tn. Mamat

No

.

Faktor Internal Permasalahan

1. Kebiasaan Merokok Tn. Mamat, dan Tn. Nurman merokok

sekitar 1-2 bungkus yang biasanya

dihabiskan dalam 1 hari, biasanya kebiasaan

merokok ini dilakukan di dalam dan di luar

rumah.

2. Olah raga Keluarga Tn. Mamat tidak ada yang

memiliki kebiasaan berolahraga. Bahkan

hampir tidak pernah melakukan olahraga.

3. Pola Makan Ny. Nurmah memasak dibantu anaknya

dengan lauk nasi, tahu, tempe, ikan, dan

sayur bening. Buah-buahan dan susu sangat

jarang dikonsumsi.

4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat warung

atau ke mantri bila belumsembuh berobat ke

Puskesmas.

5. Menabung Tn. Mamat tidak pernah menabung karena

uangnya habis untuk keperluan sehari-hari.

Tn. Nurhasan sebagai anak pertama

terkadang dapat menabung apabila

penghasilan sang ayah dapat mencukupi

kebutuhan sehari-hari.

6. Aktivitas sehari-hari Tn. Mamat bekerja sebagai Kuli bangunan.

Ia berangkat pukul 09.00 WIB dan pulang

esok hari atau 2 hari kemuadian.

Ny. Nurmah tidak bekerja dan hanya

menjadi ibu rumah tangga dan mengurus

anaknya.

Ny. Maria sudah menikah, tidak bekerja dan

hanya menjadi ibu rymah tangga dan

29

Page 30: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

terkadang membantu ibunya memasak.

Tn. Nurman, sudah 2 bulan ini tidak bekerja

sehari-hari hanya diam dirumah.

An. Marisa bersekolah di SMA tanjung

Pasir yang berangkat jam 07.00 WIB dan

pulang pukul 14.00 WIB.

An.Rio berumur 9 tahun dan bersekolah di

SD tanjung pasir berangkat pukul 07.00

pulang pukul 12.00 WIB.

An.Gustiawan berumur 8 tahun dan

bersekolah di SD Tanjung Pasir berangkat

pukul 07.00 pulang pukul 12.00 WIB

Tabel 1.15 Faktor Eksternal Keluarga Tn.Agus

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 5 x 10 m2 dengan lantai keramik

dan dinding terbuat dari semen.

2. Ruangan dalam rumah Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan

terdiri dari satu ruang tamu berukuran 2 m x 2

m, memiliki dua kamar tidur masing-masing

berukuran 2 m x 2 m, memiliki dapur

berukuran 3 m x 2 m, memiliki kamar mandi

didalam rumah berukuran 2m x 1m yang

letaknya menyatu dengan dapur. Terdapat

sumur sedalam 2 m did lm kamar mandi.

3.3

.

Ventilasi Rumah ini memiliki 1 buah jendela, 1 jendela

di pintu masuk, Jendela tidak bisa dibuka dan

cahaya tidak dapat masuk.

4. Pencahayaan Terdapat satu buah jendela berukuran 2 m x 1

30

Page 31: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

m pada bagian depan rumah.

Tidak terdapat jendela pada masing-masing

kamar. Dan cahaya tidak dapat masuk ke

dalam kamar.

Terdapat 4 buah lampu di dalam rumah, 2

lampu dapat menyala berwarna kuning

sedangkan 2 lainnya tidak dapat mati.

Sehingga penerangan tidak cukup baik

dirumah.

4. MCK Tidak memiliki jamban di dalam rumah.

Biasanya seluruh anggota keluarga BAB di

jamban umum yang berjarak 100m dari

rumah.

5. Sumber Air Memiliki sumur sedalam 2 meter di dalam

rumah, air sumur jernih namun terasa asin

sehingga hanya dapat digunakan untuk mandi

dan mencuci pakaian.

6.7

.

Saluran pembuangan

limbah

Limbah rumah tangga cair di buang ke dalam

lubang di bagian belakang rumah.

7.8

.

Tempat pembuangan

sampah

Sampah rumah tangga di buang ke depan

rumah. Sampah di tumpuk terlebih dahulu

hingga cukup banyak lalu dibakar.

8. Lingkungan sekitar

rumah

Di samping kiri rumah terdapat rumah

tetangga. Di samping kanan terdapat bale

peristirahatan. Di lingkungan sekitar rumah

keluarga Tn. Mamat masih banyak sampah

yang berserakan. Masih banyak tetangganya

yang membuang sampah di pekarangan

rumah, sehingga sampah menumpuk dan

anak-anak Tn. Mamat sering main tanpa

beralaskan kaki.

31

Page 32: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

1.2.4. Keluarga Tn. Aji

Keluarga binaan keempat terdiri dari tiga anggota keluarga, yaitu Tn. Aji

Jaka Maulana, Ny. Fatimah, An. M. Fathul Qorib.

Tabel 1.16 Profil keluarga Ny.Salhah Di Desa Tanjung Pasir RT 00 / RW 0

Bulan November 2013

No NamaStatus

Keluarga

Jenis

Kelamin

(L/P)

Usia

(tahun)

Pendi-

dikan

Pekerja-

an

1.Tn. Aji Jaka

MaulanaKepala keluarga L 28 SMP Nelayan

2. Ny. Fatimah Istri P 28 SD IRT

3.An. M. Fathul

QoribAnak pertama L 2 - -

Gambar 1.7 Denah Rumah Keluarga Tn. Aji

32

Page 33: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Rumah keluarga ini terletak di RT 003 / RW 006 Desa Tanjung Pasir,

Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh tiga anggota keluarga

yaitu Tn. Aji sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang bernama Ny.

Fatimah dan satu orang anak yang bernama An. M. Fathul.

Tn. Aji, berusia 28 tahun, bekerja sebagai nelayan dan pekerja serabutan di

daerah Tanjung Pasir dengan penghasilan tidak tentu tergantung banyaknya

pekerjaan yang diterima. Penghasilan yang diterima berkisar antara

Rp.1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00 per bulan. Pendapatan Tn. Aji digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli air PAM,

makanan, membayar listrik, pengobatan dan lain-lain. Tn. Aji mampu membaca

dan menulis namun tidak tamat sekolah menengah atas.

Diketahui Tn. Aji pernah sakit TBC satu tahun yang lalu, tetapi saat ini

sudah sembuh setelah menjalani pengobatan selama 6 bulan. Pada saat awal

pengobatan, dilakukan pemeriksaan juga pada istri dan anak Tn. Aji. Ny. Fatimah

didiagnosa TBC dan menjalani pengobatan TBC selama 3 bulan. Pada An. Fathul

tidak ditemukan tanda-tanda sakit TBC.

Istrinya, Ny. Fatimah, berusia 28 tahun, adalah ibu rumah tangga. Ny.

Fatimah tamatan sekolah dasar. Pasangan ini menikah saat keduanya berusia 25

tahun. Saat hamil Ny. Fatimah pernah memeriksakan kandungannya kurang lebih

empat kali dan saat melahirkan dibantu oleh paraji.

Anak pertama pasangan Tn. Aji dan Ny. Fatimah adalah seorang laki-laki,

bernama An. M. Fathul yang sekarang berusia 2 tahun, belum sekolah. Sehari-hari

An. Fathul hanya bermain di depan rumah bersama teman sebayanya. An. Fathul

terlihat jarang menggunakan celana dan alas kaki saat bermain. Selain itu An.

Fathul sering jajan di warung depan rumah. Riwayat imunisasi An. Fathul tidak

diketahui dengan pasti dikarenakan tidak adanya buku imunisasi.

Keluarga Tn. Aji memiliki kebiasaan makan satu sampai tiga kali sehari.

Ny. Fatimah memasak makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang

disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe, sayur, ikan, Ny. Fatimah dan

keluarga jarang mengkonsumsi buah-buahan.

Menurut penuturannya Ny. Fatimah semua makanan dimasak sampai

matang. Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya langsung

33

Page 34: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

berobat ke Puskesmas Tegal Angus. Namun terkadang bila hanya menderita sakit

pusing saja hanya menggunakan obat warung.

Keluarga Tn. Aji tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah sekitar 48 m2

dan luas bangunan berukuran 8 m x 6 m. Bangunan tempat tinggal tidak

bertingkat dan terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar tidur, ruang TV, dapur,

kamar mandi (mandi dan cuci) didalam rumah, dan untuk buang air besar

keluarga ini menggunakan jamban umum dengan jarak dari rumah sekitar 100

meter.

Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat di dekat daerah tambak.

Sebagian besar ruangan di dalam rumah ini berlantaikan keramik dan beratapkan

asbes. Sebagian besar dinding rumah terbuat dari batu bata dan anyaman bambu.

Untuk ventilasi, rumah ini tidak memiliki jendela dan terdapat pintu masuk yang

berukuran 2 m x 1 m. Pintu masuk tersebut berfungsi juga sebagai tempat

masuknya sinar matahari ke dalam rumah.

Keluarga ini memiliki sumber air berupa air sumur, tetapi sumur ini hanya

berisi air asin dan hanya di gunakan untuk beberapa keperluan, seperti membilas

alat makan dan mencuci baju. Keluarga Tn. Aji membeli air PAM seharga 1500

rupiah untuk mandi dan memasak air untuk minum. Dapur Tn. Aji menggunakan

gas elpiji sebagai bahan bakar memasak.

Di depan rumah, Tn. Aji memiliki hewan peliharaan burung sebanyak 5

ekor. Selain itu banyak berkeliaran ayam dan kambing yang sering membuang

kotoran di depan rumah keluarga ini.

34

Page 35: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 1.17 Faktor Internal Keluarga Tn. Aji

No. Faktor Internal Permasalahan

1. Kebiasaan Merokok Tn. Aji merokok sekitar setengah sampai satu

bungkus dalam satu hari, biasanya kebiasaan

merokok ini dilakukan di dalam dan di luar

rumah.

2. Olah raga Keluarga Tn. Aji tidak ada yang memiliki

kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak

pernah melakukan olahraga.

3. Pola Makan Ny. Fatimah memasak sendiri dengan

komposisi makanan: nasi, tahu, tempe, ikan,

dan selalu mengkonsumsi sayur. Buah dan

susu jarang dikonsumsi.

4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat warung

atau pergi berobat ke Puskesmas.

5. Menabung Tn. Aji jarang menabung karena uangnya

habis untuk keperluan sehari-hari.

6. Aktivitas sehari-hari f. Tn.Aji bekerja sebagai nelayan dan buruh

serabutan. Ia berangkat jam 23.00 WIB dan

pulang pada pukul 11.00 WIB keesokan

harinya.

g. Ny. Fatimah tidak bekerja dan hanya menjadi

ibu rumah tangga.

h. An. Fathul seorang balita yang berusia 2

tahun.

35

Page 36: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 1.18 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Aji

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 48m2 dengan lantai keramik dan

dinding terbuat dari batu bata dan rajutan

bambu.

2. Ruangan dalam rumah Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan

terdiri dari satu ruang tamu berukuran 3 m x 5

m, memiliki dua kamar tidur masing-masing

berukuran 3 m x 3 m, ruang TV berukuran 2m

x 1m, memiliki dapur berukuran 3x2, memiliki

kamar mandi dan jamban didalam rumah

berukuran 2m x 1m.

3.3. Ventilasi Rumah ini tidak memiliki jendela maupun

lubang ventilasi.

44. Pencahayaan Cahaya matahari masuk ke dalam rumah hanya

melalui pintu rumah.

4. MCK c. Memiliki kamar mandi yang berfungsi untuk

mandi, mencuci dan buang air kecil.

d. Buang air besar dilakukan di jamban umum.

5. Sumber Air Ada, namun tetap membeli air jerigen tiap hari

untuk keperluan minum dan mandi.

6.7. Saluran pembuangan

limbah

Pembuangan air mandi dialirkan langsung ke

tanah.

7.8. Tempat pembuangan

sampah

Sampah rumah tangga di buang ke depan

rumah. Sampah di tumpuk terlebih dahulu

hingga cukup banyak lalu dibakar.

8. Lingkungan sekitar

rumah

Di samping kiri rumah terdapat rumah

tetangga. Di lingkungan sekitar rumah keluarga

Tn. Murda masih banyak sampah yang

berserakan. Masih banyak tetangganya yang

membuang sampah di pekarangan rumah.

36

Page 37: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

1.2.5 Keluarga Tn. Sahroji

Keluarga binaan keenam terdiri dari enam anggota keluarga, yaitu Tn.

Sahroji, Ny. Soleha, Ny. Saropah, Tn. Sofyan, Tn. Miftahudin, Ny. Nurfadilah.

Tabel 1.19 Profil keluarga Tn. Sahroji Di Desa Tanjung Pasir RT 003 / RW

006 Bulan November 2013

No NamaStatus

Keluarga

Jenis

Kelamin

(L/P)

Usia

(tahun)

Pendi-

dikan

Pekerja-

an

1. Tn. Sahroji Kepala keluarga L 45 SDNelayan

Tambak

2. Ny. Soleha Istri P 40 SD IRT

3. Tn. Sofyan Anak kedua L 22 -Tidak

bekerja

4. Tn. Miftahudin Anak ketiga L 20 SMABuruh

Tambak

5. Ny. Nur Fadilah Anak keempat P 19 SMA IRT

6. Tn. Tatang Menantu L 20 SMATidak

bekerja

7. Ny. Hj. Aminah Mertua P 70 SDTidak

bekerja

Gambar 1.8 Denah Rumah Keluarga Tn. Sahroji

37

Page 38: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Rumah keluarga ini terletak di Kampung Garapan RT 003 / RW 006 Desa

Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh 7

anggota keluarga yaitu Tn. Sahroji sebagai kepala keluarga dengan seorang istri

yang bernama Ny. Soleha, tiga orang anak Tn. Sofyan , Tn. Miftahudin, Ny. Nur

Fadilah, suami Ny. Nur Fadilah yaitu Tn. Tatang, ibu dari Ny. Soleha yang

bernama Ny. Hj. Aminah.

Tn. Sahroji, berusia 45 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan tambak

ikan di daerah Tanjung Pasir dengan penghasilan antara Rp. 2.000.000 – Rp

3.000.000 per bulan. Pendapatan Tn. Sahroji digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, Pendidikan terakhir Tn. Sahroji sekolah

dasar. Istrinya, Ny. Soleha, yang berusia 40 tahun, bertugas sebagai ibu rumah

tangga dan mempunyai warung kecil di pekarangan rumahnya dengan

penghasilan Rp.100.000 per hari. Pendidikan terakhir Ny. Soleha sekolah dasar.

Pasangan ini menikah saat Tn. Sahroji berusia 18 tahun dan Ny. Soleha berusia 13

tahun. Kemudian mereka di karuniai 4 orang anak. Ny. Soleha hamil pertama saat

usia 13 tahun. Keempat anak mereka dilahirkan secara normal oleh paraji di

rumah. Anak pertama dan anak kedua mereka selalu di ikut sertakan imunisasi

ketika petugas posyandu datang ke desa. Tetapi anak ketiga dan keempat tidak

diberikan imunisasi sejak kecil.

Anak pertama pasangan Tn. Sahroji dan Ny. Soleha adalah seorang

perempuan, bernama Ny. Saropah yang berusia 23 tahun, sudah menikah dengan

Tn.Ali yang berusia 25 tahun dan memiliki 1 orang anak perempuan bernama An.

Shafa berusia 3 tahun 6 bulan. Ny. Saropah adalah ibu rumah tangga yang

kegiatan sehari-hari hanya mengurus kebutuhan rumah tangga dan anaknya. Dan

Tn. Sahrul bekerja sebagai buruh pabrik sepatu. Ny. Saropah dan keluarganya

tinggal di depan rumah Tn. Sahroji. Pendidikan terakhir Ny. Saropah dan Tn. Ali

Sekolah Dasar.

Anak kedua pasangan Tn. Sahroji dan Ny. Soleha adalah seorang laki-laki,

bernama Tn. Sofyan yang sekarang berusia 22 tahun. Tn. Sofyan belum menikah

dan tidak memiliki pekerjaan karena mengidap penyakit polio yang diberitahu

oleh dokter Puskesmas sejak kecil sehingga beliau hanya bisa berbaring di kasur

dan sulit untuk diajak berkomunikasi.

38

Page 39: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Anak ketiga Tn. Sahroji dan Ny. Soleha adalah seorang laki-laki bernama

Tn. Miftahudin yang sekarang berusia 20 tahun. Tn. Miftahudin belum menikah

dan bekerja sebagai buruh tambak membantu ayahnya bekerja di tambak.

Pendidikan terakhir Tn. Miftahudin adalah Sekolah Menengah Atas. Penghasilan

Tn. Sholeh juga disisihkan untuk membantu kebutuhan rumah tangga keluarga.

Anak keempat Tn. Sahroji dan Ny. Soleha adalah seorang perempuan

bernama Ny. Nur Fadilah yang berusia 19 tahun. Ny. Nur Fadilah sudah menikah

dengan Tn. Tatang sejak usia 18 tahun dan sekarang sedang hamil anak pertama.

Usia kehamilan Ny. Nur Fadilah saat ini 9 bulan. Ny. Nur Fadilah rajin kontrol

kehamilannya di Puskesmas. Dan sampai saat ini tidak ada masalah pada

kehamilannya. Suami Ny. Nur Fadilah, Tn. Tatang, tidak memiliki pekerjaan dan

hanya membantu di rumah Ny.Soleha.

Kebutuhan sehari-hari keluarga Tn.Sahroji, seperti untuk kebutuhan

pangan tercukupi. Keluarga ini memiliki kebiasaan makan dua sampai tiga kali

sehari. Menu makanan mereka sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe, sayur, ikan,

ayam yang dipelihara sendiri dan sesekali daging sapi. Keluarga Tn. Sahroji tidak

mengkonsumsi buah-buahan dan susu. Gizi anggota keluarga Tn. Sahroji terlihat

cukup. Kebiasaan cuci tangan sebelum makan tidak pernah dilakukan oleh

anggota keluarga Tn. Sahroji.

Anggota keluarga Tn. Sahroji jarang yang sakit, terutama dalam 1 sampai

2 bulan terakhir ini keluarga ini tidak ada yang sakit berat kecuali anak kedua Tn.

Sahroji yang memang mengidap penyakit polio sejak kecil dan tidak rutin

melakukan terapi. Sesekali Ny. Soleha hanya sakit kepala. Dan disaat sakit kepala

Ny. Soleha hanya mengkonsumsi obat warung. Anggota keluarga Tn. Sahroji

jarang ada yang mengidap penyakit berat seperti peyakit infeksi pernapasan TBC

yang banyak terjadi pada tetangga di sekitar rumah Tn. Sahroji. Dan pada saat

ditanyakan tentang penyakit TBC, anggota keluarga Tn. Sahroji hanya

mengetahui gejala penyakit TBC yaitu batuk berdarah. Mereka tidak mengetahui

tentang penyebab, gejala, cara penularan, dan pengobatan TBC.

Keluarga Tn. Sahroji tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah sekitar

250 m2 dan luas bangunan berukuran 10 m x 10 m. Bangunan tempat tinggal tidak

bertingkat dan terdiri dari dua ruang tamu berukuran sekitar 4 m x 4 m, memiliki

39

Page 40: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

tiga kamar tidur masing-masing berukuran sekitar 2 m x 3 m , ruang TV

berukuran sekitar 3 m x 4 m, memiliki dapur bersih untuk menyimpan makanan

dan mencuci piring berukuran sekitar 3 m x 4 m dan juga dapur kotor untuk

memasak berukuran sekitar 1 m x 3 m, memiliki 2 kamar mandi yang masing-

masing berukuran dan jamban didalam rumah berukuran 2 m x 3 m, keluarga ini

menggunakan kamar mandi dan jamban bersama, dan memiliki sumur yang

dalamnya sekitar 2 m yang airnya berwarna kekuningan. Air tersebut digunakan

untuk mandi dan mencuci. Sedangkan untuk memasak menggunakan air PAM.

Rumah ini terletak di bagian depan dari perkampungan. Di depannya

terdapat lapangan kosong. Sebagian besar ruangan di dalam rumah ini

berlantaikan keramik dan beratapkan plafon. Seluruh dinding rumah terbuat dari

batu bata. Untuk ventilasi, rumah ini memiliki tujuh jendela, satu jendela di kamar

utama, dua jendela di dua kamar mandi, empat jendela di dua ruang tamu. Jendela

tersebut selalu dibuka setiap pagi hingga sore hari untuk pertukaran udara. Dan

pada malam hari jendela tersebut ditutup.

Di depan rumah keluarga ini terdapat kandang ayam peliharaan. Ayam-

ayam tersebut berkeliaran sering membuang kotoran di pekarangan rumah

keluarga ini.

40

Page 41: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 1.20 Faktor Internal Keluarga Tn.Sahroji

No. Faktor Internal Permasalahan

1. Kebiasaan Merokok Tn.Sahroji dan Tn.Tatang mempunyai

kebiasaan merokok. Tn.Sahroji merokok

sekitar tiga bungkus dalam satu hari dan

Tn.Tatang 1 bungkus sehari. Kebiasaan

merokok ini dilakukan di dalam dan di luar

rumah.

2. Olah raga Keluarga Tn.Sahroji tidak ada yang memiliki

kebiasaan berolahraga.

3. Pola Makan Keluarga Tn.Sahroji makan tiga kali sehari

dengan menu tahu,tempe,sayur,daging ayam,

ikan, dan sesekali daging sapi. Tidak

mengkonsumsi buah dan susu.

4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka lebih sering membeli

obat warung terlebih dahulu. Jarang langsung

berobat ke Puskesmas.

5. Menabung Ny.Soleha dapat mengatur keuangannya

sehingga dapat ditabung untuk kebutuhan

sehari-hari

6. Aktivitas sehari-hari a. Tn. Sahroji bekerja sebagai nelayan

tambak ikan. Ia berangkat pukul 08.00

WIB dan pulang pada pukul 19.00 WIB

b. Ny. Soleha tidak bekerja dan hanya

menjadi ibu rumah tangga.

c. Ny.Saropah sudah menikah, dan hanya

menjadi ibu rumah tangga

d. Tn.Sofyan hanya tinggal di rumah karena

mengidap penyakit polio.

e. Tn.Miftahudin bekerja sebagai buruh

tambak membantu ayahnya. Ia berangkat

pukul 08.00 WIB dan pulang pada pukul

41

Page 42: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

19.00 WIB.

f. Ny.Nur Fadilah tidak bekerja dan hanya

menjadi ibu rumah tangga.

Tabel 1.21 Faktor Eksternal Keluarga Tn.Sahroji

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas tanah sekitar 250 m2. Luas rumah 10 x 10

m2 dengan lantai keramik dan dinding terbuat

dari batu bata dan semen.

2. Ruangan dalam rumah Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan

terdiri dari dua ruang tamu, memiliki tiga

kamar tidur, ruang TV, memiliki dua dapur,

memiliki dua kamar mandi dan jamban didalam

rumah.

3.3. Ventilasi Rumah ini memiliki tujuh jendela yang tersebar

di ruang tamu, kamar utama, dan kamar mandi.

4. Pencahayaan Terdapat empat buah jendela pada dua ruang

tamu. Masing-masing dua jendela.Satu jendela

pada kamar utama.Dua jendela pada dua kamar

mandi. Terdapat sebelas buah lampu di dalam

rumah, penerangan rumah tersebut cukup.

4. MCK Memiliki jamban di dalam rumah. Memiliki

kamar mandi yang digunakan bersama anggota

keluarga.

5. Sumber Air Dari sumur di belakang rumah untuk mencuci

serta mandi, dan menggunakan air PAM untuk

dikonsumsi.

6.7. Saluran pembuangan

limbah

Limbah rumah tangga cair di buang ke dalam

septitank di belakang rumah

7.8. Tempat pembuangan

sampah

Sampah rumah tangga di buang ke depan

rumah.

8. Lingkungan sekitar Di samping kanan rumah terdapat rumah

42

Page 43: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

rumah tetangga. Samping kiri rumah terdapat masjid.

Di lingkungan sekitar rumah keluarga

Ny.Soleha cukup bersih. Dan di depan rumah

terdapat lapangan kosong. Ayam binatang

peliharaan Ny.Soleha berkeliaran di

pekarangan rumah.

43

Page 44: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

1.2.6 Keluarga Tn. Sarip

Keluarga binaan keenam terdiri dari lima anggota keluarga, yaitu Tn.

Sarip, Ny. Lenah, An. Lendra, An. Niko, An. Syahrini

Tabel 1.22 Profil keluarga Tn. Sarip Di Kampung Garapan Desa Tanjung

Pasir RT 003 / RW 006 Bulan November 2013

No NamaStatus

Keluarga

Jenis

Kelamin

(L/P)

Usia

(tahun)

Pendi-

dikan

Pekerja-

an

1. Tn. Sarip Kepala keluarga L 35 - Nelayan

2. Ny. Lenah Istri P 35 - IRT

3. An. Lendra Anak pertama L 14 SMP Pelajar

4. An. Niko Anak kedua L 7 SD Pelajar

5. An. Syahrini Anak ketiga P 2,5 - -

Gambar 1.9 Denah Rumah Keluarga Tn.Sarip

Rumah keluarga ini terletak di RT 003 / RW 006 Kampung Garapan Desa

Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh lima

anggota keluarga yaitu Tn. Sarip sebagai kepala keluarga dengan seorang istri

yang bernama Ny. Lenah dan tiga orang anak: An.Lendra, An. Niko, An.

Syahrini.

44

Page 45: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tn. Sarip, berusia 35 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan di daerah

Tanjung Pasir dengan penghasilan tidak tentu tergantung musim namun bila

sedang musim penghasilan berkisar antara Rp. 50.000 per hari. Pendapatan Tn.

Sarip tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti

membeli bahan makanan, air PAM, dan kebutuhan sehari-hari, dan sisanya

ditabung untuk biaya lain-lain seperti iuran sekolah.

Tn. Sarip mampu membaca dan menulis namun tidak tamat Sekolah

Menengah Atas. Istrinya, Ny. Lenah berumur 35 tahun, bekerja sebagai ibu rumah

tangga. Ny. Lenah merupakan tamatan Sekolah Menengah Pertama. Pasangan ini

menikah saat keduanya berusia 20 tahun.

Anak pertama pasangan Tn. Sarip dan Ny. Lenah adalah seorang laki-laki

bernama An.Lendra berumur 14 tahun, seorang pelajar Sekolah Menengah

Pertama, dan belum menikah. Kelahiran anak pertama ini dibantu oleh dukun.

Saat ini masih tinggal dengan Tn. Sarip dan Ny. Lenah.

Anak kedua pasangan Tn. Sarip dan Ny. Lenah adalah seorang laki-laki

bernama An.Niko saat ini berusia 7 tahun, dan duduk di Sekolah Dasar. Kelahiran

anak kedua ini dibantu oleh dukun. Ny, Lenah tidak ingat imunisasi apa saja yang

sudah dilakukan untuk anaknya. Tapi setiap ada posyandu keliling Ny.Lenah

selalu membawa anaknya untuk imunisasi. Ny. Lenah memberikan ASI eksklusif

sampai usia 1 tahun 8 bulan dan dilanjutkan dengan susu formula. Ny. Lenah

memberikan anaknya pisang sejak usia 2 bulan. Saat bermain diluar rumah

An.Niko sering tidakn menggunakan alas kaki.

Anak ketiga pasangan Tn. Sarip dan Ny. Lenah adalah seorang perempuan

bernama An. Syahrini berusia 2 tahun 6 bulan. Kelahiran anak ketiga ini dibantu

oleh dukun. Ny, Lenah tidak ingat imunisasi apa saja yang sudah dilakukan untuk

anaknya. Tapi setiap ada posyandu keliling Ny.Lenah selalu membawa anaknya

untuk imunisasi. An. Syahrini mengkonsumsi ASI sampai usia 1 tahun 2

bulan.saat bermain diluar rumah An. Syahrini lebih senang tidak menggunakan

alas kaki.

Keluarga Tn. Sarip memiliki kebiasaan makan dua sampai tiga kali sehari.

Ny. Lenah biasa memasak nasi putih, tahu, tampe, sambel, dan ikan hasil

45

Page 46: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

tangkapan suami. Ny. Lenah dan keluarganya sangat jarang mengkonsumsi buah-

buahan.

Menurut Ny. Lenah, semua makanan dimasak sampai matang. Ketika ada

keluarga yang sakit biasanya menunggu beberapa hari dulu dan diberikan obat

warung terlebih dahulu sebelum dibawa ke Puskesmas Tegal Angus. Penyakit

yang paling sering diderita anggota keluarga Ny. Lenah adalah batuk dan pilek,

dan pusing. Ketika ditanyakan tentang apa itu Tuberkulosis, Ny. Lenah

mengatakan Tuberkulosis adalah batuk-batuk. Ny. Lenah dan keluarga tidak

mengetahui cara penularan, gejala ataupun ada tidaknya warga disekitar rumah

yang mengidap penyakit tersebut.

Keluarga Tn. Sarip tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah sekitar 75

m2 dan luas bangunan berukuran 8 m x 7 m. Bangunan tempat tinggal tidak

bertingkat dan terdiri dari ruang tamu, kamar tidur dan dapur. Keluarga Tn. Sarip

tidak memiliki kamar mandi dan jamban didalam rumah. Keluarga Tn. Sarip

menggunakan jamban umum yang berada 50 m dari rumah. Atap rumah Tn. Sarip

pada bagian depan merupakan bilik bambu, dan pada bagian belakang merupakan

seng.

Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat di dekat daerah tambak.

Sebagian besar ruangan didalam rumah ini berlantaikan semen yang berlapiskan

karpet plastik dan dinding rumah terbuat dari batu bata. Untuk ventilasi, rumah ini

memiliki dua jendela di pintu masuk berukuran 2 m x 1 m. Jendela rumah jarang

dibuka, namun pintu rumah selalu dibuka. Dan pintu yang selalu dibuka tersebut

dijadikan tempat masuknya sinar matahari dan ventilasi rumah.

Keluarga ini memiliki sumber air dari PAM yang digunakan untuk mandi,

kebutuhan minum, dan mencuci sehari-hari. Ny. Lenah membeli air PAM seharga

Rp. 500 per 10 dirijen. Dan untuk kebutuhan memasak Ny. Lenah menggunakan

gas elpiji sebagai bahan bakar.

Dibagian depan rumah Tn. Sarip banyak berkeliaran ayam, bebek dan

kambing yang sering membuang kotoran di depan rumah.

46

Page 47: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 1.23 Faktor Internal Keluarga Tn. Sarip

No. Faktor Internal Permasalahan

1. Kebiasaan Merokok Tn. Sarip merupakan perokok aktif. Dalam

sehari dapat menghabiskan 1 bungkus rokok.

Namun Tn. Sarip jarang merokok dirumah

karena lebih sering berada di laut atau

ditempat pelelangan ikan.

2. Olah raga Keluarga Ny. Lenah tidak pernah berolah

raga. Karena menurut Ny. Lenah

pekerjaannya membersihkan rumah dan

mencuci sudah merupakan olah raga

3. Pola Makan Ny. Lenah memasak sendiri dengan

komposisi makanan mengkonsumsi nasi,

tahu, tempe, ikan, dan jarang memakan

sayur, buah-buahan, apalagi susu.

4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat

diwarung terlebih dahulu. Dan setelah

beberapa hari baru pergi puskesmas atau

klinik dokter terdekat.

5. Menabung Walaupun penghasilan keluarga Ny. Lenah

sering tidak mencukupi namun Ny. Lenah

tetap menyisihkan sedikit uangnya untuk

menabung.

6. Aktivitas sehari-hari g. Tn. Sarip bekerja sebagai nelayan. Ia

berangkat jam 23.00 WIB dan pulang

keesokan harinya pada pukul 11.00 WIB

h. Ny.Lenah tidak bekerja dan hanya menjadi

ibu rumah tangga.

i. An. Aji bersekolah di SMP. Berangkat pukul

13.00 WIB dan pulang jam 16.30 WIB

j. An. Riski bersekolah di SD. Berangkat jam

07.00 WIB dan pulang jam 11.00 WIB

47

Page 48: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

k. An. Syahrini seorang balita yang berusia 2

tahun 6 bulan.

Tabel 1.24 Faktor Eksternal Keluarga Tn.Sarip

No Faktor Eksternal Keterangan

1 Luas bangunan Luas tanah rumah Tn.Sarip sekitar 75 m2

dengan luas bangunan berukuran 7 m x 8 m.

Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat

2 Ruangan dalam rumah Bangunan tempat tinggal terdiri dari ruang

tamu, 1 kamar tidur yang dihuni 5 orang,

dan dapur. Seluruh lantai ruangan tidak

dilapisi keramik, hanya teras yang dipasang

keramik. Dinding rumah terbuat dari batu

bata dan semen tanpa dilapisi cat. Atap

rumah ditutupi seng di bagian belakang dan

bambu di bagian depan rumah.

3 Ventilasi Rumah Tn.Sarip tidak memiliki ventilasi

yang baik. Tidak terdapat jendela. Hanya

terdapat 1 pintu masuk.

Pencahayaan Di dalam rumah Tn.Sarip hanya

menggunakan 2 lampu. Sehingga

pencahayaan kurang.

4 MCK Rumah Tn.Sarip tidak memiliki kamar

mandi dan jamban di dalam rumah.

Sehingga harus ke jamban umum.

5 Sumber Air Untuk mendapatkan air bersih setiap hari

Ny.Lenah membeli air bersih untuk

mencuci, mandi dan untuk dikonsumsi.

6 Saluran pembuangan

limbah

Rumah Tn.Sarip tidak mempunyai saluran

pembuangan limbah.

7 Tempat pembuangan

sampah

Anggota keluarga Tn.Sarip membuang

sampah di halaman belakang lalu dibakar.

48

Page 49: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

8 Lingkungan sekitar rumah Lingkungan sekitar Tn.Sarip terdapat

kandang ayam milik tetangganya. Tidak

terdapat pekarangan di sekitar rumah.

Karena rumah terletak di pemukiman padat

penduduk.

49

Page 50: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

1.2.7 Keluarga Tn. Syarifudin

Keluarga binaan ketujuh terdiri dari tiga anggota keluarga, yaitu Tn.

Syarifudin Ny. Maryanah, An. Saskia.

Tabel 1.25 Profil keluarga Tn. Syarifudin Di Kampung Garapan Desa

Tanjung Pasir RT 003 / RW 006 Bulan November 2013

No Nama Status Keluarga

Jenis

Kelamin

(L/P)

Usia

(tahun)

Pendi-

dikan

Pekerja

an

1. Tn. Syarifudin Kepala keluarga L 25 - Nelayan

2. Ny. Maryanah Istri P 23 - IRT

3. An. Saskia Anak pertama P 7 SD Pelajar

Gambar 1.10 Denah Rumah Keluarga Tn.Syarifudin

Rumah keluarga ini terletak di RT 03 / RW 006 Kampung Garapan Desa

Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh tiga

anggota keluarga yaitu Tn. Syarifudin sebagai kepala keluarga dengan seorang

istri yang bernama Ny. Maryanah dan satu orang anak; An. Saskia.

Tn. Syarifudin, berusia 25 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan di

daerah Tanjung Pasir dengan penghasilan tidak tentu tergantung musim namun

bila sedang musim penghasilan berkisar antara Rp. 50.000 per hari dari hasil

menagkap ikan. Tn. Syarifudin memiliki pendapatan tambahan sebagai penjahit,

namun pendapatan tidak tentu. Pendapatan Tn. Syarifudin tersebut digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli bahan makanan,

50

Page 51: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

air PAM, dan kebutuhan sehari-hari, dan sisanya ditabung untuk biaya lain-lain

seperti iuran sekolah dan pengobatan Ny. Maryamah.

Tn. Syarifudin mampu membaca dan menulis, merupakan tamat Sekolah

Menengah Pertama. Istrinya, Ny. Maryamah berumur 23 tahun, bekerja sebagai

ibu rumah tangga. Ny. Maryamah merupakan tamatan Sekolah Menengah

Pertama. Pasangan ini menikah saat Tn. Syarifudin berusia18 tahun dan

Ny.Maryamah berusia 16 tahun.

Anak pertama pasangan Tn. Syarifudin dan Ny. Maryamah adalah

seorang perempuan bernama An. Saskia berumur 7 tahun, merupakan seorang

pelajar Sekolah Dasar. Dilahirkan dibantu olah bidan. Menurut Ny. Maryamah

anaknya sudah diberikan imunisasi lengkap.

Keluarga Tn. Syarifudin memiliki kebiasaan makan dua sampai tiga kali

sehari. Ny. Maryamah biasa memasak nasi, tempe, dan ikan hasil tangkapan

suami. Ny. Maryamah dan keluarga sangat jarang mengkonsumsi buah-buahan.

Menurut Tn. Syarifudin, semua makanan dimasak sampai matang. Ketika

ada keluarga yang sakit biasanya biasanya hanya membeli obat warung dan jika

masih berkelanjutan baru baru berobat ke Puskesmas Tegal Angus. Penyakit yang

paling sering di derita anggota keluarga Tn. Syarifudin adalah batuk, sesak nafas,

pilek dan pusing. Menurut pengakuan Ny. Maryamah saat ini dirinya sedang

dalam pengobatan flek. Penyakit ini diderita Ny. Maryamah sejak sebelum

menikah dan sudah berobat tetapi tidak tuntas dan saat ini Ny. Maryamah kembali

menjalani pengobatan parunya karena sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu karena

merasakan dadanya sering terasa sesak dan berat. Menurut pengakuan Ny.

Maryamah dulu suaminya pernah menderita penyakit paru juga dan disertai

dengan batuk berdarah lalu menjalani pengobatan dan dinyatakan sembuh.

Ketika ditanyakan tentang apa itu Tuberkulosis, Ny. Maryamah mengaku

tidak tahu dan hanya mengatakan bahwa itu adalah penyakit batuk yang tidak

berehenti. Ny. Maryamah dan keluarga tidak mengetahui cara penularan, gejala

ataupun ada tidaknya warga disekitar rumah yang mengidap penyakit tersebut.

Keluarga Tn. Syarifudin tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah

sekitar 70 m2 dan luas bangunan berukuran 7 m x 7 m. Rumah Tn. Syarifudin

meyatu dengan rumah Tn. Sarip dan hanya dibatasi oleh tembok Bangunan tempat

51

Page 52: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

tinggal tidak bertingkat dan terdiri dari ruang tamu, kamar tidur dan dapur.

Keluarga Tn. Syarifudin tidak memiliki kamar mandi dan jamban didalam rumah.

Keluarga Tn. Syarifudin menggunakan jamban umum yang berada 50 m dari

rumah. Atap rumah Tn. Syarifudin pada bagian depan dan pada bagian belakang

merupakan seng.

Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat di dekat daerah tambak.

Sebagian besar ruangan didalam rumah ini berlantaikan semen yang berlapiskan

karpet plastik dan dinding rumah terbuat dari batu bata. Untuk ventilasi, rumah ini

memiliki satu jendela di pintu masuk berukuran 2 m x 1 m. Jendela rumah tidak

pernah dibuka, namun pintu rumah selalu dibuka. Dan pintu yang selalu dibuka

tersebut dijadikan tempat masuknya sinar matahari dan ventilasi rumah.

Keluarga ini memiliki sumber air dari PAM yang digunakan untuk

kebutuhan memasak dan minum, dan untuk keperluan mencuci dan mandi sehari-

hari menggunakan air tanah. Tn. Syarifudin membeli air PAM seharga Rp. 500

per dirijen. Dan untuk kebutuhan memasak Tn. Syarifudin menggunakan gas

elpiji sebagai bahan bakar.

Dibagian depan rumah Tn. Syarifudin banyak berkeliaran ayam, bebek

dan kambing yang sering membuang kotoran di depan rumah.

52

Page 53: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 1.26 Faktor Internal Keluarga Tn. Syarifudin

No. Faktor Internal Permasalahan

1. Kebiasaan Merokok Tn. Syarifudin tidak memiliki kebiasaan

merokok

2. Olah raga Keluarga Ny. Maryamah tidak pernah

berolah raga.

3. Pola Makan Ny. Maryamah memasak sendiri dengan

komposisi makanan mengkonsumsi nasi,

tahu, tempe, ikan, dan terkadang memakan

sayur, jarang memakan buah-buahan, apalagi

susu.

4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat

diwarung terlebih dahulu. Dan setelah

beberapa hari baru pergi puskesmas atau

klinik dokter terdekat. Untuk pengobatan

paru Ny. Maryamah sering control ke RS

5. Menabung Walaupun penghasilan keluarga Ny. Lenah

sering tidak mencukupi namun Ny. Lenah

tetap menyisihkan sedikit uangnya ditabung

untuk membiayai iuran sekolah anaknya.

6. Aktivitas sehari-hari l. Tn. Syarifudin bekerja sebagai nelayan. Ia

berangkat jam 23.00 WIB dan pulang

keesokan harinya pada pukul 11.00 WIB

m.Ny. Maryamah tidak bekerja dan hanya

menjadi ibu rumah tangga.

n. An. Saskia bersekolah di SD. Berangkat jam

07.00 WIB dan pulang jam 11.00 WIB

53

Page 54: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 1.27 Faktor Eksternal Keluarga Tn.Syarifudin

No Faktor Eksternal Keterangan

1 Bangunan tempat tinggal Luas tanah tempat tinggal Tn.Syarifudin

sekitar 70 m2 dengan luas bangunan

berukuran 7 m x 7 m. Rumah Tn.Syarifudin

tidak bertingkat dan menyatu dengan rumah

Tn.Sarip hanya dibatasi tembok.

2. Ruangan dalam rumah Tempat tinggal Tn.Syarifudin terdiri dari

ruang tamu, 1 kamar tidur, dan dapur. Tidak

terdapat kamar mandi di dalamnya. Seluruh

lantai ruangan tidak dilapisi keramik, hanya

teras yang dipasang keramik. Dinding

rumah terbuat dari batu bata dan semen

tanpa dilapisi cat. Atap rumah pada bagian

depan dan belakang menggunakan seng.

3. Ventilasi Rumah Tn.Syarifudin tidak memiliki

ventilasi yang baik. Tidak terdapat jendela.

Hanya terdapat 1 pintu masuk.

Pencahayaan Di dalam rumah Tn.Syarifudin hanya

menggunakan 2 lampu. Pencahayaan pada

rumah kurang.

4. MCK Rumah Tn.Syarifudin tidak memiliki kamar

mandi dan jamban di dalam rumah.

Sehingga harus ke jamban umum.

5. Sumber Air Untuk mendapatkan air bersih setiap hari

Ny.Maryamah membeli air bersih untuk

mencuci, mandi dan untuk dikonsumsi.

6. Saluran pembuangan

limbah

Rumah Tn.Syarifudin tidak mempunyai

saluran pembuangan limbah.

7. Tempat pembuangan

sampah

Anggota keluarga Tn.Syarifudin membuang

sampah di halaman belakang.

8. Lingkungan sekitar rumah Lingkungan sekitar Tn.Syarifudin terdapat

54

Page 55: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

kandang ayam milik tetangganya. Tidak

terdapat pekarangan di sekitar rumah.

Karena rumah terletak di pemukiman padat

penduduk.

1.3 Area Permasalahan

1.3.1 Rumusan Area Masalah Keluarga Binaan

1.3.1.1 Keluarga Tn. Azis

1. Kebiasaan keluarga merokok di dalam dan luar rumah keluarga

2. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya sirkulasi udara yang baik

didalam rumah

3. Lingkungan rumah yang kotor

4. Kurangnya pengetahuan menggunakan jamban sehat didalam rumah

5. Kurangnya pengetahuan tentang jajanan sehat

6. Imunisasi pada balita tidak lengkap

7. Ketidaktersediaannya tempat sampah dan pengelolaan sampah yang baik

8. Kurangnya pengetahuan tentang TB

1.3.1.2. Keluarga Tn. Agus

1. Perilaku jarang mencuci tangan sebelum makan

2. Kebiasaan merokok di dalam rumah

3. Jarak jamban yang jauh dari rumah

4. Kebiasaan meminum obat warung saat sakit

5. Kurangnya sumber air bersih untuk minum

6. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit TB

7. Kurangnya kesadaran warga untuk membuang sampah pada tempat sampah

55

Page 56: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

1.3.1.3. Keluarga Tn. Mamat

1. Tidak tersedianya ventilasi yang cukup pada rumah

2. Tidak tersedianya jamban di dalam rumah

3. Perilaku merokok dalam keluarga

4. Masih kurangnya pengetahuan keluarga mengenai TB

5. Pencahayaan rumah yang kurang

6. Perilaku berobat ke mantri

7. Kebiasaan jarang menggunakan alas kaki keluar rumah

8. Perilaku membuang sampah sembarangan

1.3.1.4. Keluarga Tn. Aji

1. Kurangnya ventilasi udara dalam rumah

2. Kurangnya cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah

3. Tidak tersedianya jamban di rumah

4. Kebiasaan membuang dahak sembarangan

5. Riwayat sakit TBC pada keluarga

6. Kurangnya pengetahuan keluarga binaan tentang penyakit TB

7. Kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan rumah

1.3.1.5. Keluarga Tn. Syahroji

1. Kebiasaan menggunakan air yang tidak bersih untuk mandi dan mencuci

2. Lingkungan rumah yang kotor

3. Kurangnya kepekaan terhadap kesehatan

4. Kebiasaan merokok di dalam rumah

5. Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan

6. Kurangnya pengetahuan tentang TB

1.3.1.6. Keluarga Tn. Sarip

1. Kurangnya ventilasi udara yang berada dirumah keluarga binaan

2. Perilaku berobat yang kurang

3. Lokasi jamban yang jauh dari rumah

4. Perilaku tidak menggunakan alas kaki diluar rumah

5. Kurangnya pengetahuan tentang Tuberkulosis

6. Keadaan rumah keluarga binaan yang kecil dan kotor

56

Page 57: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

1.3.1.7 Keluarga Tn. Syarifudin

1. Kebiasaan membuang dahak sembarangan

2. Kurangnya ketersediaan air bersih pada keluarga binaan

3. Pencahayaan rumah yang kurang

4. Masih kurangnya pengetahuan keluarga mengenai gejala TB

5. Kurangnya ventilasi udara dalam rumah keluarga binaan

6. Perilaku berobat yang tidak tuntas

7. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya

8. Riwayat penyakit paru dalam keluarga

9. Penyakit batuk, sesak, dan pilek berulang dalam keluarga binaan

1.3.2 Usulan Area Masalah

Dari observasi yang telah dilakukan ke beberapa rumah keluarga binaan di

Desa Tanjung Pasir, didapatkan area permasalahan yang sama pada keluarga

binaan tersebut, diantaranya adalah:

1. Pengetahuan keluarga binaan akan penyakit TB

2. Kebiasaan membuang dahak sembarangan

3. Kurangnya kesadaran tentang kondisi rumah sehat

1.4. Area Masalah Sebagai Diagnosis Komunitas

Dari observasi yang telah dilakukan ke rumah keluarga binaan di Desa

Tanjung Pasir, didapatkan area permasalahan yang sama pada seluruh keluarga

binaan kita, untuk itu kita memutuskan untuk mengangkat permasalahan

“Pengetahuan keluarga binaan tentang penyakit Tuberkulosis paru di

Kampung Garapan RT 003/RW 006 Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk

Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten”. Pemilihan area masalah ini

didasarkan atas berbagai pertimbangan dan dengan menggunakan metode Delphi.

57

Page 58: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

1.4.1. Alasan pemilihan diagnosis

Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai

pertimbangan, yaitu:

1. Dari survei yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan cara

wawancara terpimpin didapatkan bahwa pada ketujuh keluarga binaan terdapat

masalah mengenai Pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis Paru

berdasarkan adanya data empiris yang di dapat dari puskesmas dimana masih

tingginya angka kejadian Tuberkulosis Paru di Desa Tanjung Pasir yang diduga

karena kurangnya pengetahuan masyarakat Desa Tanjung Pasir akan

pencegahan dan bahaya penyakit ini.

2. Menurut data puskesmas Desa Tanjung Pasir, saat ini Desa Tanjung Pasir

berpenduduk 53.831 jiwa. Berdasarkan data dari Program P2PL Puskesmas

Tegal Angus Tahun 2012 didapatkan jumlah penderita suspek TB Paru

sebanyak 10 kasus dan jumlah penderita TB Paru sebanyak 29 kasus.

Kurangnya kepedulian terhadap penyakit TB Paru dikarenakan kurangnya

pengetahuan masyarakat Desa Tanjung Pasir tentang gejala, cara penularan,

faktor resikonya, pengobatan, dan mereka tidak menyadari jika salah satu

anggota keluarga mereka yang tinggal bersama memiliki gejala penyakit TB

Paru (Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus, 2012).

3. Dari hasil wawancara dan observasi pada ketujuh keluarga binaan didapatkan

bahwa, masyarakat di desa Tanjung Pasir masih mempunyai perilaku yang

buruk dalam kebiasaan membuang dahak. Masyarakat cenderung membuang

dahak di sembarang tempat, karena sebagian besar masyarakat tidak

mengetahui bahwa salah satu faktor penyebab penyebaran penyakit

Tuberkulosis paru disebabkan karena membuang dahak sembarangan. Hal ini

berdasarkan data yang didapatkan dari Program Promosi Kesehatan Puskesmas

Tegal Angus Tahun 2012 persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih

dan sehat jumlah rumah tangga 1.787, jumlah yang dipantau 210, persentase

rumah tangga yang dipantau 11,8%, jumlah rumah tangga berperilaku hidup

bersih dan sehat sebanyak 40 keluarga atau sekitar 19.0% (Program Kesehatan

Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus, 2012).

58

Page 59: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

4. Dari hasil wawancara terhadap ketujuh keluarga binaan, kita menemukan

bahwa pada lima keluarga binaan tinggal di area permukiman padat penduduk

dimana hal ini jauh dari syarat rumah sehat, contohnya beberapa rumah tidak

memiliki ventilasi. Selain itu kami melihat bahwa jarak antara satu rumah

dengan yang lain sangat dekat. Berdasarkan data Program Kesehatan

Lingkungan P2PL Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012 dari 1787 rumah,

jumlah rumah yang diperiksa yaitu sebanyak 222 rumah atau sekitar 12,4%,

didapatkan jumlah rumah sehat sebanyak 37 rumah atau 16,7%. Sebagian besar

rumah tinggal masyarakat Desa Tanjung Pasir tidak tersedia air bersih, kamar

mandi dan jamban bersama yang terletak jauh dari rumah, kurangnya ventilasi

dan pencahayaan di dalam rumah, tidak tersedia saluran pembuangan limbah,

tidak tersedia septitank, beberapa rumah padat penghuni dengan luas rumah

yang sempit (Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus,

2012).

5. Dari hasil wawancara kepada keluarga binaan dan setelah melakukan cross

check dengan puskesmas didapatkan bahwa belum pernah diadakannya

penyuluhan mengenai pengetahuan keluarga binaan tentang penyakit

Tuberkulosis paru.

59

Page 60: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas

Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya

suatu masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat (lapangan). Dengan

demikian diagnosis komunitas merupakan kegiatan survai. Dengan melakukan

diagnosis komunitas ini maka masalah kesehatan di komunitas akan dapat

diidentifikasi dan dibuat intervensi pemecahannya. Dengan adanya diagnosis

komunitas diharapkan dapat menerapkan prinsip kedokteran pencegahan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan latar belakang, profil

keluarga binaan, penentuan area masalah dan hasil jawaban kuesioner maka

mengangkat diagnosis komunitas mengenai perilaku pencarian pengobatan pada

keluarga binaan di desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten

Tangerang Provinsi Banten.

2.2. Teori Pengetahuan

2.2.1 Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2002).

Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2002). Pengetahuan seseorang akan TB Paru akan berakibat pada

sikap orang tersebut untuk bagaimana manjaga dirinya tidak terkena TB Paru.

Dari sikap tersebut akan mempengaruhi perilaku seseorang untuk dapat terhindar

dari TB Paru.

60

Page 61: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall). Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang cukup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: (Notoatmodjo, 2007).

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “Tahu” ini adalah merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain :menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

menganai obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan, merencanakan, dan

sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,

dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. Dalam menggunakan prinsip-

prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan

masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata-kata kerja. Dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

61

Page 62: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi terbagi

atas dua, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor Internal

A. Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang berpikir

menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau tidaknya dan terpecahkan

tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor

yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam komunikasi adalah taraf

intelegensi seseorang. Secara common sence dapat dikatakan bahwa orang-

orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian

tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi

tinggi akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.

b. Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang

yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya,

makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap

masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).

62

Page 63: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Faktor Eksternal

a. Pendidikan

Tokoh pendidikan abad 20 Masehi, J. Largevelt, yang dikutip oleh

Notoatmodjo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha,

pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju

kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan lain, bahwa

pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan

di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

b. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunder, keluarga dengan

status ekonomi baik lebih mudah tercukupibanding dengan keluarga dengan status

ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk

kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

c. Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai

pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan

landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan

sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah sikap tertentu.

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat

terhadap suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan

melalui media massa.

d. Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya

untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh

dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle

Brook, 1974), yang dikutip oleh Azwar (2009). Mengatakan bahwa tidak adanya

suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap

negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap

63

Page 64: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi

yang melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama

membekas.

2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu cara tradisional (non-ilmiah) dan cara modern (ilmiah).

a. Cara tradisional (non-ilmiah)

Cara ini dipakai untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya

metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penentuan

pengetahuan secara tradisional antara lain:

Coba-coba dan salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.

Cara kekuasaan (otoritas)

Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang

ditemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau

membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau

berdasarkan penalaran sendiri.

Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada

pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali seseorang untuk

menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman

dengan benar, diperlukan berpikir kritis dan logis.

Melalui jalan pikir

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan

jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.

64

Page 65: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

b. Cara modern (ilmiah)

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan

jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua

fakta sebelumnya dengan obyek penelitian (Notoatmodjo, 2005).

2.2.5 Sumber Pengetahuan

Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari

berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,

petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Sumber

pengetahuan dapat berupa pemimpin- pemimpin masyarakat baik formal maupun

informal ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. (Notoatmodjo,

2005)

2.2.6 Praktik atau Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over

behavior). Untuk mewujudkannya perlu fasilitas tingkatan praktik yaitu :

a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil.

b. Respon terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu yang sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh.

c. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang secara otomatis bisa melakukan sesuatu dengan benar.

d. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik.

2.2.7 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto, 2006, pengetahuan seseorang dapat diketahui dengan

dipersentasikan tetapi berupa prosentasi lalu ditafsirkan dengan kalimat yang

bersifat kualitatif, yaitu :

65

Page 66: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

1. baik     : hasil persentasi 76-100%

2. cukup  : hasil persentasi 56-75%

3. kurang : hasil persentasi < 0

2.3 Teori Dasar Tuberkulosis Paru

2.3.1 Pengertian

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang

parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,

terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Smeltzer, 2000).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberkulosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman

mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ

tubuh dengan lokasi terbanyak di paru – paru yang biasanya merupakan lokasi

infeksi primer (Mansjoer, 2000). Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang

menyerang pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu

mycobacterium Tuberkulosis (Smeltzer, 2002).

2.3.2 Etiologi

Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis, sejenis

kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 μm dan tebal 0,3-0,6

μm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA) (Adiatama, 2000).

Karakteristik kuman Mycobacterium Tuberkulosis: kuman ini disebut juga basil

dari Koch. Mycobacterium Tuberkulosis biasanya terdapat pada manusia yang

sakit Tuberkulosis. Penularan terjadi melalui pernafasan. Kuman Tuberkulosis ini

mengalami pertumbuhan secara aerob obligat, energi kuman ini didapat dari

oksidasi senyawa karbon yang sederhana, pertumbuhannya lambat,waktu

pembelahan sekitar 20 jam, pada pembenihan pertumbuhan tampak setelah 2-3

minggu. Daya tahan kuman Tuberkulosis lebih besar apabila dibandingkan

dengan kuman lainnya karena sifat hidrofobik permukaan sel. Pada sputum kering

yang melekat pada debu dapat tahan hidup 8-10 hari. Mycobacterium

mengandung banyak lemak seperti lemak kompleks,asam lemak dan lilin.

Dalam sel, lemak tergabung pada protein dan polisakarida. Komponen

lemak ini dianggap yang bertanggung jawab terhadap reaksi sel jaringan terhadap

66

Page 67: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

kuman Tuberkulosis.Lemak ini berperan pada sifat tahan asam. Sedangkan

protein itu sendiri Mycobacterium mengandung beberapa protein yang

menimbulkan reaksi tuberculin, protein yang terikat pada fraksi lilin dapat

membangkitkan sensitivitas tuberculin, juga dapat merangsang pembentukan

bermacam-macam antibody (Mansjoer, 2000).

2.3.3 Cara Penularan

Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA)

positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar

3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana

percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi

jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.

Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan

lembab (Darmanto, 2007). Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh

banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat

kepositipan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang

memungkinkan seseorang terpapar kuman tuberkulosis ditentukan oleh

konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes

RI, 2007).

Menurut Darmanto (2007), penularan TB Paru dapat terjadi jika seseorang

penderita TB Paru berbicara, meludah, batuk, atau bersin, maka kuman-kuman TB

Paru berbentuk batang (panjang 1-4 mikron, diameter 0,3-0,6 mikron) yang

berada di dalam paru-parunya akan menyebar ke udara sebagai partikulat

melayang (suspended particulate matter) dan menimbulkan droplet infection.

Basil TB Paru tersebut dapat terhirup oleh orang lain yang berada di sekitar

penderita. Basil TB Paru dapat menular pada orang-orang yang secara tak sengaja

menghirupnya. Dalam waktu satu tahun, 1 orang penderita TB Paru dapat

menularkan penyakitnya pada 10 sampai 15 orang disekitarnya.

2.3.4 Tanda dan gejala

Gambaran klinis Tuberkulosis mungkin belum muncul pada infeksi awal

dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif. Bila timbul

infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala :batuk purulen produktif

67

Page 68: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari), malaise, keringat malam, gejala

flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan

(Corwin, 2009).

Menurut Mansjoer, (2000). Gejala klinik Tuberkulosis dapat dibagi

menjadi 2 golongan, yaitu

a. Gejala respiratorik

1) Batuk ≥ 3 minggu

2) Batuk darah

3) Sesak napas

4) Nyeri dada

b. Gejala sistemik

1) Demam

2) Rasa kurang enak badan (malaise),

3) keringat malam, nafsu makan menurun (anoreksia),

4) Berat badan menurun.

2.3.5 Dampak TB Paru

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda ketika dihadapkan dengan

suatu penyakit, reaksi perilaku dan emosi tersebut tergantung pada penyakit, sikap

orang tersebut dalam menghadapi suatu penyakit, reaksi orang lain terhadap

penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit dengan jangka waktu yang

singkat dan tidak mengancam kehidupan hanya sedikit menimbulkan sedikit

perubahan perilaku dalam fungsi orang tersebut dan keluarga, sedangkan penyakit

berat, apalagi yang mengancam kehidupan dapat menimbulkan perubahan emosi

dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan

menarik diri (Darwanto, 2007). TB paru merupakan contoh klasik penyakit yang

tidak hanya menimbulkan dampak terhadap perubahan fisik, tetapi mental dan

juga sosial (Darwanto, 2007). Bagi penderita TB paru dampak secara fisik yang

ditimbulkan diantarnya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus,

sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat

pada malam hari dan kadang-kadang panas yang tinggi. Bagi keluarga pasien

adanya risiko terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena

kurangnya pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru, pengetahuan

68

Page 69: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

tentang penatalaksanaan pengobatan dan upaya pencegahan penyakit.

Produktivitas juga menurun terutama bila mengenai kepala keluarga yang

berperan sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya

hidup sehari-hari terutama untuk biaya pengobatan (Isselbacher, 2009).

Tidak sedikit pasien yang ketika di diagnosis TB Paru timbul ketakutan

dalam dirinya, ketakutan itu dapat berupa ketakutan akan pengobatan, kematian,

efek samping obat, menularkan penyakit ke orang lain, kehilangan pekerjaan,

ditolak dan didiskriminasikan, dan lain-lain (International Union Against

Tuberkulosis and Lung Disease, 2007). Penderita TB Paru sering merasa rendah

diri karena stigma buruk yang berkembang bahkan dikucilkan oleh masyarakat.

Banyak orang yang menghindari interaksi dengan penderita TB Paru karena takut

tertular. Penularan TB butuh kontak yang lama dan sering. Selain itu penderita

mudah tersinggung, marah, putus asa dikarenakan batuk yang terus menerus

sehingga keadaan sehari-hari menjadi kurang menyenangkan dan karena adanya

perasaan rendah diri, penderita selalu mengisolasi diri karena malu dengan

keadaan penyakitnya (Mansjoer, 2000).

Dampak masalah menurut (Mansjoer, 2000).

a. Terhadap individu.

1) Biologis.

Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus, sesak

napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat

pada malam hari dan kadang-kadang panas yang tinggi.

2) Psikologis.

Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena batuk

yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yang kurang

menyenangkan.

3) Sosial.

Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan penyakitnya

sehingga klien selalu mengisolasi dirinya.

4) Spiritual.

Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan tuhan karena penyakitnya yang

tidak sembuh-sembuh juga menganggap penyakitnya yang menakutkan.

69

Page 70: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

5) Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.

2.3.6. Faktor-faktor penyebab TB Paru

Menurut Tambayong (2000) faktor penyebab TB Paru ini meliputi :

Faktor intrinsik

1) Umur

Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu

umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil

penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-

orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi

tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden

tertinggi Tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di

Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif

yaitu 15-50 tahun. (Elizabeth, 2009).

2) Jenis Kelamin.

Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang lakilaki. Pada

tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat

dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-

laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 1985- 1987 penderita TB paru laki-

laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada

wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki

dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai

kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru (Corwin,

2009).

3) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan

seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan

pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup

maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan

sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap

jenis pekerjaannya.

70

Page 71: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

4) Pekerjaan

Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap

individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel

debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran

pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan

morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan

umumnya TB Paru. (Corwin, 2009). Jenis pekerjaan seseorang juga

mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak

terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan, pemeliharaan

kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah

(kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah

Upah Minimum Rata-rata (UMR) akan mengkonsumsi makanan dengan kadar

gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga

mempunyai status nutrisi dan gizi yang kurang yang akan memudahkan untuk

terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah

dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang

dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah

terjadinya penularan penyakit TB Paru. (Adiatama, 2000).

5) Kebiasaan Merokok

Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko

untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis

kronik dan kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko

untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. (Achmadi, 2005). Prevalensi

merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada

lakilaki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya

kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru

(Darmanto, 2007).

6) Status Gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang

mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan

dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada

seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon

71

Page 72: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

immunologik terhadap penyakit. Status gizi, ini merupakan faktor yang penting

dalam timbulnya penyakit Tuberkulosis ( Isselbacher,2009).

Faktor Extrinsik

1) Ventilasi

Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk

menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti

keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap

terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam

rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban

udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari

kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk

pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya

kuman TB Paru (Somantri, 2007).

Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan

dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi

aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu

mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar tidur

selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum (Corwin, 2009).

Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi

sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari

luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai.

Udara segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara

dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 22°-30°C dari kelembaban udara

optimum kurang lebih 60% (Tambayong, 2000).

2) Pencahayaan

Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela

kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang

leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena

dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB,

karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup

(Somantri, 2007).

72

Page 73: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

3) Keadaan Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan

sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan

pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam

memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi.

Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang

menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB Paru. Faktor ekonomi,

keadaan social ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan

berbagai masalah kesehatan karena ketidakmampuan dalam mengatasi masalah

kesehatan. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi, pemukiman dan lingkungan

sehat, jelas semua ini akan mudah menumbuhkan penyakit tuberkulosis

(Darmanto, 2007).

4) Kondisi rumah

Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit

TB Paru. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan

kuman. Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan

penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi

berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium Tuberkulosis (Tambayong, 2000).

5) Kelembaban udara

Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan,

dimana kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperature kamar

22° – 30°C. Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari

langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang

gelap dan lembab (Tambayong, 2000).

6) Kepadatan hunian

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di

dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan

dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak

sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila

salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular

kepada anggota keluarga yang lain. Persyaratan kepadatan hunian untuk

73

Page 74: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang

sangat relative tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia.

Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10 m2/orang (Corwin, 2009).

2.4 Kerangka Teori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori

(Notoatmodjo, 2005) yang menyatakan bahwa bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi terbagi atas dua, yaitu faktor internal dan eksternal, yaitu :

A. Faktor internal

- Intelegensi

- Umur

B. Faktor eksternal

- Pendidikan

- Informasi

- Sosial budaya

- Ekonomi

- Pengalaman

Berdasarkan tinjauan pustaka, mengenai pengetahuan keluarga binaan

tentang penyakit TB Paru, maka mengambil kerangka, yaitu sebagai berikut:

74

Page 75: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Teori Notoatmodjo

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori sebelumnya, maka dapat dibuat suatu kerangka konsep

yang berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di

Kampung Garapan RT 003 RW 006 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel

independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area permasalahan.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep

2.6 Definisi Operasional

75

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Intelegensi

Umur

Pendidikan

Ekonomi

Sosial Budaya

Informasi

Pengalaman

Pengetahuan

Ekonomi

Pendidikan

Kebudayaan

Informasi

Intelegensi

Pengetahuan keluarga binaan

tentang penyakit TB Paru

Pengalaman

Page 76: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 2.1 Definisi Operasional

NOVARIABE

LDEFINISI

ALAT

UKUR

CARA

UKURHASIL SKALA

1. Pengetahua

n

Informasi

yang

diketahui

responden

mengenai

penyakit TB

Paru

Kuesio

-ner

Wawan

-cara

> 4 : baik

2-3 :

sedang

0-1 :

kurang

Nominal

2. Pendidikan Tingkat

pendidikan

terakhir

yang pernah

dijalani oleh

responden

Kuesio

-ner

Wawan

-cara

> 4 : baik

2-3 :

sedang

0-1 :

kurang

Nominal

3. Ekonomi Tingkat

pendapatan

semua

anggota

keluarga

dalam

sebulan

Kuesio

-ner

Wawan

-cara

>8 : baik

6-7 : sedang

< 5 : kurang

Nominal

4. Informasi Adanya

sumber

informasi

mengenai

penyakit TB

Paru

Kuesio

-ner

Wawan

-cara

>3 : baik

2 : sedang

< 1 :

kurang

Nominal

5. Sosial

budaya

Pengaruh

lingkungan

dan

Kuesio

-ner

Wawan

-cara

> 10: Baik

<10:Kuran

g

Nominal

76

Page 77: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

kebiasaan

terhadap

pengetahuan

penyakit TB

paru

6. Pengalaman Segala

sesuatu yang

dialami oleh

responden

yang

berkaitan

dengan

pengetahuan

penyakit TB

Paru

Kuesio

-ner

Wawan

-cara

>1 :

memiliki

riwayat

0 : tidak

ada riwayat

Nominal

77

Page 78: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

BAB III

METODE

Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah,

langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah

ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus

dilakukan secara objektif dan rasional.

3.1 Populasi Pengumpulan Data

Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu

dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah

keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini yang

menjadi populasi adalah keluarga di Kampung Garapan RT 003/ RW 006, Desa

Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.2 Sampel Pengumpulan Data

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).

Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah ketujuh keluarga binaan di Kampung

Garapan RT 003/ RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.3 Responden Pengumpulan Data

Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota keluarga

binaan yang kooperatif, bisa membaca dan menulis.

3.4 Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis data

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam

bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik

pengumpulan data misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah

dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Dengan menggunakan teknik

78

Page 79: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

pengumpulan data yang kami lakukan yaitu wawancara didapatkan data

tentang kurangnya pengetahuan ketujuh keluarga binaan di Kampung Garapan

RT 003/ RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten terhadap pengetahuan tentang tuberkulosis baik

gejala, cara penularan, penyebab, pencegahan dan pengobatannya dinilai dari

berbagai aspek.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.Sesuai

dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan

teknik perhitungan matematika atau statistika.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu

empat keluarga binaan di Kampung Garapan RT 003/ RW 006, Desa Tanjung

Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

a. Data primer

Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner kepada keluarga

binaan melalui wawancara terpimpin dan observasi. Data yang diperoleh

adalah data kualitatif yang didapatkan dari wawancara terhadap keluarga

binaan di Kampung Garapan RT 003/ RW 006, Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

b. Data sekunder

Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus.

Berupa data jumlah kunjungan masyarakat miskin yang dicakup jaminan

kesehatan maupun tidak, pada tahun 2012 yang melakukan kunjungan ke

Puskesmas Tegal Angus, data perilaku hidup bersih dan sehat, data persentasi

rumah sehat, data cakupan imunisasi BCG dan Polio pada bayi menurut jenis

kelamin, data jumlah kasus dan kesembuhan TB Paru, jumlah kasus dan angka

penemuan kasus TB Paru, data jumlah kasus TB Paru, dll.

c. Data tersier

Data yang didapat dari buku, jurnal ilmiah dan internet. Data-data

tersebut digunakan sebagai tambahan informasi pada kerangka teori dan

sebagai salah satu referensi dalam pengolahan data.

79

Page 80: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

3.4.3 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan mudah.

Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan

sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti check-list,

kuesioner, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala, kamera

foto dan sebagainya. Instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data pada

penelitian ini adalah kuesioner.

3.4.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-

langkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka

digunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data.

Metode yang dipakai dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah

wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat untuk

mengumpulkan data.

Tabel 3.1 Daftar Kegiatan Pengumpulan Data

NO TANGGAL KEGIATAN

112 November

2013

Perkenalan dan sambung rasa dengan sebagian anggota

keluarga binaan (keluarga Tn. Azis, Tn. Agus, Tn. Mamat, Tn.

Aji, Tn. Sahroji, Tn. Sarip, Tn. Syarifudin).

214 November

2013

Perkenalan dan sambung rasa dengan seluruh anggota keluarga

binaan sekaligus pengumpulan data dari masing-masing

keluarga binaan serta observasi lingkungan sekitar dan

dokumentasi rumah keluarga binaan.

316 November

2013

Penentuan Area masalah dengan dr. Taufit Wirawan dan

pengumpulan data dari masing-masing keluarga binaan serta

dokumentasi rumah keluarga binaan dan lingkungan sekitar.

80

Page 81: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

416 November

2013Penentuan dan pembuatan instrument pengumpulan data.

518 November

2013

Wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner kepada

masing-masing responden dari keluarga binaan.

619 November

2013

Pengolahan hasil kuesioner dari masing-masing keluarga

binaan, menganalisis data yang telah didapat dan menyusun

intervensi pemecahan masalah.

3.5 Pengolahan Data dan Analisa Data

Untuk pengolahan data tentang “Pengetahuan Keluarga Binaan Tentang

Penyakit TB Paru di Kampung Garapan, RT/RW 003/006 Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Bulan November

Tahun 2013” digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data

menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data

yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.

Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap

variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas

kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi

informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel,

grafik.

Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel independen yang

diukur adalah :

1. Pengetahuan

2. Pendidikan

3. Ekonomi

4. Sosial Budaya

5. Informasi

6. Pengalaman

81

Page 82: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

BAB IV

HASIL

4.1. Karakteristik Responden

Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data

7 keluarga yaitu, Tn. Azis, Tn. Agus, Tn. Mamat, Tn. Aji, dan Tn. Syahroji, Tn.

Sarip, Tn. Syarifudin yang jumlah anggota dari seluruhnya sebanyak 36 orang di

Kampung Garapan RT 003/RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Berdasarkan karakteristik responden

yang berjumlah 25 orang yang diambil dari tiap-tiap masing keluarga, berupa

perwakilan dari setiap anggota keluarga binaan yang kooperatif, bisa membaca

dan menulis.

Diagram 4.1 Berdasarkan usia responden pada keluarga binaan di Kampung

Garapan RT 003 RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,

Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Berdasarkan diagram 4.1 Berdasarkan diagram 4.1 jumlah responden terbanyak

pada yang berusia 21 – 30 tahun (9 orang)

82

Page 83: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Diagram 4.2 berdasarkan jenis kelamin responden pada keluarga binaan di

kampung Garapan RT 003/RW006 Desa Tanjung Pasir Kec.Teluk Naga

Kab.Tangerang Propinsi Banten

Berdasarkan diagram 4.2, jumlah responden terbanyak adalah jenis kelamin

Perempuan

Diagram 4.3 Berdasarkan Pekerjaan responden pada keluarga binaan di

Kampung Garapan RT 003 RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk

Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Berdasarkan diagram 4.3, jumlah pekerjaan responden terbanyak adalah IRT

83

Page 84: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

4.2 Analisis Univariat

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-

variabel dalam kuesioner yang dijawab dua puluh lima responden pada bulan

November 2013.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Responden Dalam Aspek Pengetahuan Mengenai

Pengetahuan Keluarga Binaan Tentang Penyakit TB Paru di Kampung

Garapan RT 003/ RW 006, Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang

Provinsi Banten, November 2013

Pengetahuan jumlah responden %

Baik 5 20%

Sedang 5 20%

Kurang 15 60%

Dari tabel 4.1 didapatkan sebanyak 15 orang responden (60%) memiliki

pengetahuan penyakit TB paru yang kurang

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Dalam Aspek Pendidikan Mengenai

Pengetahuan Keluarga Binaan Tentang Penyakit TB Paru kampung

Garapan RT 003/ RW 006, Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang

Provinsi Banten, November 2013

Pendidikan jumlah responden %

Tinggi 10 40%

Sedang 13 52%

Rendah 2 8%

Dari tabel 4.2 didapatkan sebanyak 13 orang responden (52%) memiliki

pendidikan yang sedang.

84

Page 85: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Dalam Aspek Ekonomi Mengenai

Pengetahuan Keluarga Binaan tentang Penyakit TB Paru Kampung

Garapan RT 003/ RW 006, Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang

Provinsi Banten, November 2013

Fasilitas jumlah responden %

Baik 0 0%

Sedang 0 0%

Kurang 25 100%

Dari tabel 4.3 didapatkan sebanyak 25 orang responden (100%) memiliki

pendapatan yang kurang.

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Dalam Aspek Informasi Mengenai

Pengetahuan Keluarga Binaan Tentang Penyakit TB Paru kampung

Garapan RT 003/ RW 006. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang

Provinsi Banten, November 2013

Pengetahuan jumlah responden %

Baik 6 24%

Sedang 4 16%

Kurang 15 50%

Dari tabel 4.4 didapatkan sebanyak 15 orang responden (50%) memiliki

informasi yang kurang.

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Responden Dalam Aspek Sosial Budaya Mengenai

Pengetahuan Keluarga Binaan tentang Penyakit TB Paru kampong Garapan

RT 003/ RW 006. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi

Banten, November 2013

Pengalaman jumlah responden %

Baik 0 0

Buruk 25 100%

85

Page 86: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Total 25 100%

Dari tabel 4.5 didapatkan sebanyak 25 responden (100%) memiliki hubungan

sosial budaya yang buruk

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Responden Dalam Aspek Pengalaman Mengenai

Pengetahuan Keluarga Binaan tentang Penyakit TB Paru kampong Garapan

RT 003/ RW 006. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi

Banten, November 2013

Pengalaman jumlah responden %

Memiliki riwayat 100 100%

Tidak ada riwayat 0 0%

Total 100 100%

Dari tabel 4.6 didapatkan sebanyak 25 orang responden (100%) memiliki

pengalaman dalam memiliki riwayat TB

Tabel 4.7 Ringkasan Analisis Univariat

No. Variabel Hasil Ukur Jumlah Persentase

1. Pengetahuan Baik

Sedang

Buruk

5

5

15

20%

20%%

60%

2. Pendidikan Tinggi

Sedang

Rendah

10

13

2

40%

52%

8%

3. Ekonomi Baik

Sedang

Kurang

0

0

25

0%

0%

100%

4. Informasi Baik

Sedang

Kurang

6

4

15

24%

16%

50%

5. Sosial Budaya Baik 0 0%

86

Page 87: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Buruk

Total

25

25

100%

100%

6. Pengalaman Memiliki riwayat

Tidak memiliki

riwayat

Total

25

0

25

100%

0%

100%

87

Page 88: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

88

Page 89: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil analisis fishbone, dilakukan rencana intervensi pada

masing-masing akar penyebab permasalahan. Hal ini bertujuan untuk

mendapatkan intervensi yang memang paling sesuai dan dapat dilakukan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi oleh keluarga binaan di Kampung Garapan,

RT 003 / RW 006, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.

Intervensi dapat diartikan sebagai cara atau strategi memberi bantuan

kepada individu, masyarakat dan komunitas. Dalam hal ini menunjukkan

kondisisaat seseorang dapat berperan sebagai mana seharusnya. Tujuan intervensi

adalah membawa perubahan kearah yang lebih baik sehingga tindakan sesuai

dengan peran yang dimilikinya.

Merujuk dari beberapa akar penyebab masalah yang telah diuraikan

didapatkan pada perencanaan intervensi pemecahan masalah, dipilih beberapa

akar penyebab masalah yang diprioritaskan untuk dilakukan pemecahan masalah

terhadap pengetahuan keluarga binaan tentang penyakit tuberculosis paru. Dalam

hal ini ada tujuh keluarga binaan. Pertimbangannya adalah intervensi yang berupa

tindakan nyata yang mampu dilakukan untuk memecahkan akar penyebab

permasalahan. Akar penyebab masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut:

1) Dari aspek ekonomi adalah rendahnya pendapatan mengakibatkan

kurangnya kemampuan keluarga binaan untuk mendapatkan fasilitas

kesehatan. Adapun rencana intervensi untuk pemecahan akar penyebab

permasalahan ini adalah:

- Meningkatkan taraf ekonomi keluarga binaan

a. Memberi saran kepada keluarga binaan untuk membiasakan diri

menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung.

b. Memberikan saran untuk mencari pekerjaan tambahan bila pekerjaan

utama sedang libur.

c. Melakukan pendekatan pada keluarga binaan dengan memperkenalkan

kartu Jamkesmas sebagai alternatif untuk mengurangi dana mahalnya

biaya kesehatan.

2) Dari aspek pendidikan adalah Kurangnya tingkat pendidikan

mempengaruhi respon dan daya tangkap terhadap informasi tentang

89

Page 90: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

penyakit tuberculosis paru. Adapun rencana intervensi untuk pemecahan

akar penyebab permasalahan ini adalah:

- Meningkatkan SDM pada keluarga binaan

a. Memberikan sosialisasi tentang pentingnya melanjutkan pendidikan

sesuai dengan program pendidikan dari pemerintah yaitu wajib belajar

9 tahun.

b. Menyarankan membentuk kelompok belajar bersama-sama di

mayarakat.

c. Menyarankan pemerintah daerah untuk menyediakan tenaga pengajar

pembantu dan membentuk sekolah terbuka untuk masyarakat.

3) Kurang tersedianya media (pamflet, brosur, atau poster) mengenai

pengetahuan tentang penyakit tuberculosis paru. Adapun rencana

intervensi untuk pemecahan akar penyebab permasalahan ini adalah:

- Meningkatkan kesadaran pada keluarga binaan akan pentingnya

kesehatan

a. Membantu petugas kesehatan setempat untuk memberikan penyuluhan

mengenai pengetahuan penyakit TB paru.

b. Adanya pelatihan warga sekitar untuk menjadi kader sehingga dapat

membantu dinas kesehatan setempat untuk menjalankan program

kesehatan dari pemerintah yaitu program STOP TB.

c. Penambahan personil tenaga kesehatan lapangan atau pengaturan ulang

jadwal kerja untuk memberi waktu diadakannya penyuluhan mengenai

TB paru

4) Adanya kebiasaan buruk pada saat batuk dan membuang daak karena

pengetahuan akan bahaya penyakit tuberculosis paru kurang. Adapun

rencana intervensi untuk pemecahan akar penyebab permasalahan ini

adalah:

- Meningkatkan rasa keingintahuan pada keluarga binaan

a. Memberikan penyuluhan mengenai pengetahuan penyakit TB paru

dengan menggunakan media poster dan leaflet dan di tempel di tempat

umum atau di jalan yang sering dilalui oleh warga.

90

Page 91: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

b. Membagikan leaflet ke tiap rumah keluarga binaan untuk menambah

pengetahuan pengetahuan penyakit TB paru.

c. Melakukan Penyuluhan langsung secara berkala yang berkerja sama

dengan kepala desa, tokoh masyarakat dan dinas kesehatan setempat

mengenai penyakit TB paru menjelaskan bagaimana cara pencegehan

dan pengobatannya serta memberitahu komplikasi yang akan didapat

bila pengobatan tidak tuntas.

5) Adanya riwayat batuk lama yang tidak diobati dikarenakan minimnya

pengetahuan akan gejala penyakit tuberculosis paru.

a. Adanya pelatihan warga sekitar untuk menjadi kader sehingga dapat

membantu dinas kesehatan setempat untuk menjalankan program

kesehatan STOP TB.

b. Meningkatkan kerjasama dengan kepala desa dan seluruh warga, agar

masyarakat dapat melaporkan warganya bila terdapat dugaan pasien

dengan TB paru.

c. Penyuluhan secara berkala yang berkerja sama dengan kepala desa,

tokoh masyarakat dan dinas kesehatan setempat mengenai penyakit

TB paru tentang bagaimana cara pencegehan dan pengobatannya serta

memberitahukan komplikasi yang akan didapat bila pengobatan tidak

tuntas.

d. Melakukan follow up sebulan sekali untuk melihat adakah penurunan

atau penambahan dari jumlah insidensi penderita TB paru di desa

Tanjung Pasir.

91

Page 92: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

4.4 Intervensi Pemecahan Masalah Yang Dilakukan

Dari berbagai rencana intervensi yang telah kami buat maka kelompok

kami memilih intervensi pemecahan masalah sebagai berikut :

a) Memberikan penyuluhan mengenai pengetahuan penyakit TB paru dengan

menggunakan media poster dan leaflet dan di tempel di tempat umum atau

di jalan yang sering dilalui oleh warga.

b) Membagikan leaflet ke tiap rumah keluarga binaan untuk menambah

pengetahuan pengetahuan penyakit TB paru.

c) Membantu petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan langsung

kepada warga mengenai bahaya penyakit TB paru.

Terpilihnya intervensi tersebut diatas dikarenakan penyuluhan tidak

memakan waktu banyak, selain itu diharapkan dengan adanya poster dan leaflet

dapat menarik minat para responden dalam menyimak penyuluhan sehingga

mudah untuk dimengerti.

Penyuluhan dilakukan hari Jumat, tanggal 22 November 2013 pukul 09.00

WIB di rumah salah satu keluarga binaan di Kampung Garapan RT 003 RW 006,

Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi

Banten. Penyuluhan dilakukan dengan interaksi langsung dengan para peserta

penyuluhan yang terdiri dari 7 keluarga binaan, dengan menggunakan media

elektronik, poster dan leaflet. Penyuluhan dilakukan selama ± 30 menit. Setelah

penyuluhan dilakukan sesi tanya jawab denga para peserta penyuluhan dan di

tutup dengan pemberian kenang-kenangan kepada masing-masing keluarga

binaan.

92

Page 93: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Area Masalah

Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data dari Puskesmas Tegal

Angus dan dari kunjungan ke keluarga binaan yang bertempat tinggal di

Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, maka dilakukanlah diskusi kelompok dan

merumuskan serta menetapkan area masalah, yaitu “Pengetahuan tentang penyakit

tuberculosis paru”.

5.1.2 Akar Penyebab Masalah

1) Kurangnya tingkat pendidikan mempengaruhi respon dan daya tangkap

terhadap informasi tentang penyakit tuberculosis paru

2) Rendahnya pendapatan mengakibatkan kurangnya kemampuan keluarga

binaan untuk mendapatkan fasilitas kesehatan

3) Kurang tersedianya media informasi (pamflet, brosur, atau poster)

mengenai pengetahuan tentang penyakit tuberculosis paru.

4) Adanya kebiasaan buruk pada saat batuk dan membuang dahak karena

pengetahuan akan bahaya penyakit tuberculosis paru kurang

5) Adanya riwayat batuk lama yang tidak diobati dikarenakan minimnya

pengetahuan akan gejala penyakit tuberculosis paru.

5.1.3 Intervensi yang dilakukan

a) Memberikan penyuluhan mengenai pengetahuan penyakit TB paru dengan

menggunakan media poster dan leaflet dan di tempel di tempat umum atau

di jalan yang sering dilalui oleh warga.

b) Membagikan leaflet ke tiap rumah keluarga binaan untuk menambah

pengetahuan pengetahuan penyakit TB paru.

c) Membantu petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan langsung

kepada warga mengenai bahaya penyakit TB paru.

93

Page 94: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

5.2 Saran

5.2.2 Rekomendasi

a) Mengusulkan terbentuknya kerja sama antara kepala desa setempat dan

tokoh masyarakat dan warga untuk membuat program wajib belajar 9

tahun dan mensukseskan program kesehatan STOP TB.

b) Mengusulkan pengadaan kerja sama antara kepala desa dan seluruh warga

untuk melakukan perlombaan rumah sehat agar semua masyarakat bisa

termotivasi untuk membuat rumah sehat.

c) Penyuluhan secara berkala yang berkerja sama dengan kepala desa, tokoh

masyarakat dan dinas kesehatan setempat.

d) Mengusulkan pengadaan kader kebersihan lingkungan dan kesehhatan

agar program kebersihan dan kesehatan pada lingkungan sekitar kampung

Garapan Desa Tanjung Pasir terus terlaksana.

94

Page 95: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1988. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Binarupa Aksara.

Tambayong Jan. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Kartikawatie T, Yusnita, & Yanto D. 2012. Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah

Kabupaten Tangerang: Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2012.

Tangerang: Puskesmas Tegal Angus.

Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi II. Jakarta : Media

Aesculapius FKUI.

Modul Kepaniteraan Kedokteran Komunitas Dan Kepaniteraan Kedokteran

Keluarga. Jakarta, 2011.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka

Cipta: ‒43.

Notoatmodjo, S. 2008. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta: 131‒162.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Peneitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta: ‒

24

95

Page 96: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

Lampiran I

Kuesioner

KUESIONER

PENGETAHUAN MENGENAI TUBERKULOSIS

DAFTAR KUESIONER

I. UMUM

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur :

3. Status keluarga :

4. Alamat :

5. Pendidikan :

6. Pekerjaan :

7. Suku :

8. Penghasilan :

II. KHUSUS

Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang dianggap benar

A. Aspek Pengetahuan

1. Apakah anda dan anggota keluarga mengetahui apa itu Tuberkulosis ?

a. Tidak tahu

b. Ragu-ragu

c. Tahu

2. Menurut Anda apakah yang dimaksud penyakit tuberkulosis ?

a. Tidak tahu

b. Penyakit batuk-batuk akibat merokok

c. Penyakit batuk berdahak bercampur darah

96

Page 97: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

3. Menurut Anda apakah penyebab penyakit tuberkulosis ?

a. Tidak tahu

b. Debu, asap, atau udara kotor

c. Kuman atau bakteri

B. Aspek Pendidikan

4. Apakah Pendidikan terakhir Anda ?

a. Tidak Sekolah

b. SD

c. SMP

d. SMA

5. Apakah tingkat pendidikan terakhir tertinggi dikeluarga anda?

a. SD

b. SMP

c. SMA

d. Sarjana

C. Aspek Ekonomi

6. Apakah dalam keluarga Anda ada yang mempunyai pekerjaan yang tetap ?

a. Tidak

b. Ya

7. Berapakah pendapatan keluarga Anda per bulan ?

a. < Rp. 500.000

b. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000

c. > Rp. 1.000.000

8. Apakah Anda mempunyai penghasilan lain diluar pekerjaan Anda ?

a. Tidak

b. Ya

97

Page 98: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

9. Berapa jumlah bangunan rumah yang berada dalam satu lingkungan anda?

a. > 15 rumah

b. 10-15 rumah

c. < 10 rumah

10. Berapa jumlah anggota keluarga yang berada di rumah anda ?

a. > 6 orang

b. 4-6 orang

c. < 4 orang

11. Berapakah jarak antara satu rumah warga dengan rumah warga lainnya?

a. < 1 meter

b. 1-2 meter

c. > 2 meter

D. Aspek Informasi

12. Darimana Anda mengetahui tentang penyakit tuberkulosis ?

a. Tidak tahu

b. Dari lain-lain (tetangga, pengajian,dll)

c. Media (TV, Radio, Majalah, Iklan)

d. Puskesmas, Sekolah, Kantor

13. Apakah anda merasa perlu diadakan penyuluhan mengenai informasi

tentang TB Paru?

a. Perlu

b. Tidak Perlu

E. Sosial Budaya

Perilaku merokok

14. Apakah anda atau anggota keluarga anda ada yang merokok?

a. Ada

b. Tidak ada

98

Page 99: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

15. Jika anda atau keluarga anda merokok, dimana biasanya tempat merokok ?

a. Di dalam rumah

b. Tidak menentu

c. Di luar rumah

d. Tidak merokok

16. Berapa banyak rokok yang dikonsumsi dalam satu hari?

a. >2 bungkus rokok

b. 1-2 bungkus rokok

c. <1 bungkus rokok

d. Tidak merokok

Status gizi

17. Apakah anda atau anggota keluarga anda mengalami penurunan berat badan

beberapa bulan terakhir ?

a. Iya

b. Tidak tahu

c. Tidak

18. Apakah bila anda batuk anda menutup mulut anda?

a. Tidak

b. Kadang-kadang

c. Iya

19. Apakah bila anda batuk, batuk anda disertai dengan dahak?

a. Iya

b. Tidak

20. Dimana anda membuang dahak bila anda batuk berdahak ?

a. Di mana saja

b. Di tanah

c. Di tong sampah

99

Page 100: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

F. Aspek Pengalaman

21. Apakah anda atau keluarga anda ada yang pernah menderita batuk lama

(>2 minggu)?

a. Ada

b. Tidak ada

22. Apakah keluarga anda pernah berobat selama setidaknya 6 bulan pengobatan?

a. Iya, namun putus pengobatan

b. Iya, sedang dalam pengobatan

c. Iya, sudah selesai pengobatan

d. Tidak dalam pengobatan

Penilaian a = 0, b = 1, c = 2, d = 3

100

Page 101: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

LAMPIRAN II

LEMBAR SKORING

I. ASPEK PENGETAHUAN

1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

II. ASPEK PENDIDIKAN

1. Untuk pertanyaan no.4 apabila menjawab :

a. SMA berarti bernilai tingkat pendidikan baik = 3

b. SMP berarti bernilai tingkat pendidikan sedang = 2

c. SD berarti bernilai tingkat pendidikan rendah = 1

d. Tidak sekolah berarti tingkat pendidikan sangat rendah = 0

2. Untuk pertanyaan no.5 apabila menjawab :

a. Sarjana berarti bernilai baik = 3

b. SMA berarti bernilai sedang = 2

c. SMP berarti bernilai rendah = 1

d. SD berarti sangat rendah = 0

III. ASPEK EKONOMI

1. Untuk pertanyaan no. 6 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

101

Page 102: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

b. Mendapatkan poin 1

2. Untuk pertanyaan no.7 apabila menjawab :

a. < Rp.500.000 berarti poin 0

b. Rp.500.000 – Rp.1.000.000 berarti poin 1

c. > Rp.1.000.000 berarti poin 2

3. Untuk pertanyaan no.8 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

4. Untuk pertanyaan no.9 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

5. Untuk pertanyaan no.10 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

6. Untuk pertanyaan no.11 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

IV. ASPEK INFORMASI

1. Untuk pertanyaan no. 12 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

d. Mendapatkan poin 3

2. Untuk pertanyaan no.13 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

102

Page 103: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

V. ASPEK SOSIAL BUDAYA

Perilaku merokok

1. Untukpertanyaan no.14 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

2. Untuk pertanyaan no.15 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

d. Mendapatkan poin 3

3. Untuk pertanyaan no.16 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

d. Mendapatkan poin 3

Status gizi

4. Untuk pertanyaan no.17 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

5. Untuk pertanyaan no.18 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

6. Untuk pertanyaan no.19 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

7. Untukpertanyaan no.20 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

103

Page 104: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

VI. ASPEK PENGALAMAN

1. Untuk pertanyaan no.21 apabila menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

2. Untuk pertanyaan no.22 diawab apabila pada pertanyaan no.21

jawaban ‘Ya’, maka skor menjawab :

a. Mendapatkan poin 0

b. Mendapatkan poin 1

c. Mendapatkan poin 2

d. Mendapatkan poin 3

104

Page 105: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

LAMPIRAN III

Variabel – variabel Skoring Aspek Pengetahuan Tentang Tuberkulosis Paru

I. Variabel Aspek Pengatahuan

a. Jika Skor ≥ 4 : Maka pada keluarga binaan mempunyai pengetahuan

yang cukup baik tentang TB paru.

b. Jika Skor 2-3 : Maka pada keluarga binaan kurang mempunyai

pengetahuan tentang TB Paru dan masih membutuhkan binaan.

c. Jika Skor ≤ 1 : Maka pada keluarga binaan tidak mempunyai

pengetahuan tentang TB Paru dan sangat membutuhkan binaan sebagai

tambahan pengetahuan.

II. Variabel Aspek Tingkat Pendidikan

a. Jika Skor ≥ 4 : Maka pada keluarga binaan dikatakan memiliki tingkat

pendidikan tinggi.

b. Jika Skor 2-3 : Maka pada keluarga binaan dikatakan memiliki tingkat

pendidikan sedang

c. Jika Skor ≤ 1 : Maka pada keluarga binaan dikatakan memiliki tingkat

pendidikan rendah.

III. Variabel Aspek Ekonomi

a. Jika Skor > 8 : Maka pada keluarga binaan memiliki pendapatan yang

cukup baik.

b. Jika Skor 6-7 : Maka pada keluarga binaan memiliki pendapatan yang

sedang.

c. Jika Skor ≤ 5 : Maka pada keluarga binaan memiliki pendapatan yang

kurang.

IV. Variabel Aspek Informasi

a. Jika Skor > 3 : Maka pada keluarga binaan memiliki informasi yang

cukup baik tentang tuberkulosis paru.

b. Jika Skor 2 : Maka pada keluarga binaan memiliki informasi yang

kurang tentang tuberkulosis paru

105

Page 106: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

c. Jika Skor ≤ 1.: Maka pada keluarga binaan memiliki informasi yang

sangat kurang tentang tuberkulosis paru.

V. Variabel Aspek Sosial Budaya

a. Jika Skor ≥ 10 : Maka pada keluarga binaan mempunyai perilaku sosial

budaya yang baik.

b. Jika Skor < 10 : Maka pada keluarga binaan mempunyai perilaku sosial

budaya yang kurang.

VI. Variabel Aspek Pengalaman

a. Jika Skor ≥ 1 : Maka pada keluarga binaan memiliki riwayat tentang

penyakit tuberkulosis paru.

b. Jika Skor 0 : Maka pada keluarga binaan tidak memiliki riwayat tentang

penyakit tuberkulosis paru.

106

Page 107: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

107

Page 108: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

108

Page 109: Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit

109