Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit
-
Upload
nuii-ishaq -
Category
Documents
-
view
102 -
download
1
description
Transcript of Laporan Diagnosis Komunitas (Terbaru)Edit
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Gambaran Umum Desa
1.1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis
Desa Tanjung Pasir terletak di utara dari Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir pantai dan
mempunyai luas wilayah 564,25 hektar dan merupakan daerah dataran rendah
dengan ketinggian satu meter dari permukaan laut dengan suhu udara 300-370C.
Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 79 hektar, daratan seluas 108,185
hektar dan empang seluas 377,065 hektar. Pada daratan terdiri dari dua hektar
pemakaman umum.
Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar
1.1 adalah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan
Gambar 1.1 Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir
Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di
wilayah Kecamatan Teluk Naga. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Propinsi Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 ha (47,631km2). Terdiri dari
luas daratan 2.170.120 ha dan sawah 2.593.078 ha dengan ketinggian dari
permukaan laut 2-3 meter dengan curah hujan rata-rata 24 mm/tahun. Jarak dari
Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47 km.
Batas – batas wilayah Kecamata Teluknaga adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah laut Jawa
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang/Kecamatan Neglasari
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sepatan/Pakuhaji
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan
Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu desa
Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus, Tanjung Pasir, Muara dan Lemo.
Gambar 1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
Puskesmas Tegal Angus terdapat di:
a) Desa Tegal Angus
b) Jalan Raya Tanjung Pasir
c) Kode Pos 15510
d) Status kepemilikan Tanah : Tanah Pemkab
e) Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
2
f) Batas wilayah sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi
g) Batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kampung Melayu
h) Batas wilayah sebelah Barat dengan desa Pakuhaji
Prasarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga
dihubungkan oleh:
a. Jalan
Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga sepanjang 108
km,dengan klasifikasi sebagai berikut :
Berdasarkan status
Jalan Propinsi : 9,5 km
Jalan Kabupaten : 5 km
Jalan Desa : 93,5 km
Berdasarkan kondisi fisik
Jalan hotmik : 17,5 km
Jalan aspal : 67 km
Jalan tanah : 14,5 km
b. Jembatan
Jembatan besi : 1 km
Jembatan beton : 7 km
c. Sungai / kali
Sungai / kali yang mengalir di wilayah Kecamatan teluknaga adalah
sungai Cisadane dengan panjang saluran sejauh 12 km
d. Irigasi/Pengairan
Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 ha.
e. Bendungan air/Dam
Bendungan dapat digunakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
yang menjadi salah satu sumber air bersih yangdimanfaatkan masyarakat.
1.1.2 Gambaran Umum Desa Secara Demografi
1.1.2.1 Situasi Kependudukan
Desa Tanjung Pasir terdiri dari 6 kepala dusun, 14 Rukun Warga (RW),
dan 34 Rukun Tetangga (RT) yang dapat dilihat pada gambar 1.2. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah penduduk di wilayah Desa
3
Tanjung Pasir adalah 10.225 jiwa terdiri dari 4.115 jiwa laki-laki dan 6.110 jiwa
perempuan.
1.1.2.2 Jumlah Penduduk
Kepadatan penduduk rata-rata 1,625 jiwa/km2. Dengan jumlah rumah
tangga 14.853 dan rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga adalah 3.7 jiwa.
Berdasarkan data dari Kecamatan Teluk Naga pada tahun 2012 jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus adalah 53,831 jiwa yang
tersebar di 6 desa seperti yang tercantum di tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah
Tangga dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan
N
o.
Desa/
Kel
Luas
Wilay
ah
(km2)
Jumlah Rata-
Rata
Jiwa/
Rum
ah
Kepadat
an
Pendud
uk (km2)
Pendud
uk
(Jiwa)
Pendud
uk
Miskin
(Jiwa)
R
T
R
W
R
w
KKRum
ah
1. Lemo 3,61 6,682 734 32 151,40
81408 10.31 1850.97
2. Muara 5,14 3,566 490 22 6 793 793 7.19 693.77
3.Pangkal
an7,54 16,888 1,495 35 11
3,22
93229 4.08 2239.79
4.Tanjung
Burung5,24 7,699 740 16 8
1,48
41572 3.10 1463.55
5.Tanjung
Pasir5,64 9,513 1,348 31 18
1,93
62319 5.32 1686.70
6.Tegal
Angus2,83 9,513 1,081 23 7
1,89
51895 3.30 3361.48
Jumlah 30,02 53,831 5,88913
945
10,7
45
10,74
54.33 1794
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012
Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja
Puskemas Tegal Angus dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini:
4
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
No.KELOMPOK
UMUR (TAHUN)
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-
LAKI
PEREMPUA
N
LAKI-LAKI +
PEREMPUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
2,702
2,657
2,896
2,980
2,910
2,877
2,336
1,994
1,704
1,401
1,135
741
546
337
252
203
2,505
2,511
2,563
2,895
2,960
2,790
2,153
1,888
1,613
1,262
925
656
533
318
281
307
5,207
5,168
5,459
5,875
5,870
5,667
4,489
3,882
3,317
2,663
2,060
1,397
1,079
655
533
510
JUMLAH 27,671 26,160 53,831
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 2012
1.1.2.3 Lapangan Pekerjaan Penduduk
Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
cukup beragam, hal ini berhubungan dengan geografis kecamatan Teluk Naga
dimana terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota
Tangerang dan akses ke daerah Jakarta.
5
Tabel 1.3. Lapangan Pekerjaan Penduduk Desa Tegal Angus
No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah
1. Buruh 4592
2. Buruh industri 13757
3. Industri rakyat 13536
4. Nelayan 386
5. Pedagang 6373
6. Pengangguran 4004
7. Pensiunan PNS 45
8. Pensiunan TNI/POLRI 43
9. Perangkat Desa 141
10. Pertukangan 4109
11. Petani pemilik 13316
12. Petani penggarap 6063
13. PNS 222
14. TNI/POLRI 65
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 2012
1.1.2.4 Tingkat Pendidikan
Aspek pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat
mempengaruhi kualitas kehidupan penduduk di wilayah Kecamatan Teluk
Naga.Tingkat pendidikan diwilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih
rendah,dari jumlah 53.831 penduduk hanya sebagian kecil yang mengenyam
pendidikan seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
6
Tabel 1.4 Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan
di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
No. Jenjang Pendidikan Jumlah
1. Tidak/belum tamat SD 12598
2. SD/MI 15738
3. SLTP/MTS 4060
4. SLTA/MA 3601
5. AK/Diploma 159
6. Universitas 130
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2012
1.1.2.5 Sarana dan Prasarana
Gedung Puskesmas yang terdiri dari:
a. Ruang Kepala Puskesmas : 1 Ruang
b. Ruang TU : 1 Ruang
c. Ruang Dokter : 1 Ruang
d. Ruang Aula : 1 Ruang
e. Ruang Imunisasi : 1 Ruang
f. Ruang Loket : 1 Ruang
g. Ruang Apotik : 1 Ruang
h. Ruang BP umum : 1 Ruang
i. Ruang BP Anak : 1 Ruang
j. Ruang BP Gigi : 1 Ruang
k. Ruang KIA/KB : 1 Ruang
l. Ruang Gizi : 1 Ruang
m. Ruang Gudang Obat : 1 Ruang
n. Ruang TB : 1 Ruang
o. Ruang Lansia : 1 Ruang
p. Ruang Kesling : 1 Ruang
q. Ruang Perpustakaan : 1 Ruang
r. Ruang Mushola : 1 Ruang
s. Ruang Bidan : 1 Ruang
t. Dapur : 1 Ruang
7
u. Ruang Gudang Perkakas : 1 Ruang
v. WC : 6 Ruang
Bidan di Desa : 6 orang
Posyandu 45 buah, terdiri dari :
a. Tegal Angus : 7 Posyandu
b. Pangkalan : 10 Posyandu
c. Tanjung Burung : 7 Posyandu
d. Tanjung Pasir : 9 Posyandu
e. Lemo : 6 Posyandu
f. Muara : 6 Posyandu
Pembinaan UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat):
a. Jumlah Posyandu : 45 buah
b. Jumlah Kader Posyandu di bina : 225 orang
c. Jumlah kader dasa wisma dibina : 34 orang
d. Jumlah TOMA (Tokoh Masyarakat) dibina : 60 orang
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 2012
1.1.2.6 Kesehatan
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan Instansi terkait, dalam hal
ini Puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain:
1. Peningkatan Gizi keluarga
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap
posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
2. Pencegahan penyakit, Vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi polio bagi
Balita, pemberian vitamin A.
3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah dengue, Flu
Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.
4. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan
makanan yang bernutrisi
5. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan
dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.
8
6. Pemanfaatan dengan ditanami sayur mayor dan Tanaman Obat Keluarga
(TOGA), Tabulapot dan Tabulakar.
Sarana pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.5 Sarana Pelayanan Kesehatan
No Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah
1 Poskesdes 1 Unit
2 Pos KB Keluarga -
3 Posyandu 6 Unit
4 Pos Mandiri -
5 Klinik Bersalin/ BKIA -
6 Praktek Dokter/ Bidan 4 Unit
7 Praktek Bidan 4 Unit
8 Paraji 4 Orang
9
Keluarga Berencana
a. Jumlah Pos/ Klinik KB
b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS)
c. Jumlah Akseptor KB :
1) Pil : 127 orang
2) IUD : 14 orang
3) Kondom : - orang
4) Suntik : 190 orang
5) Implan : 13 orang
Unit
-
334 pasang
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 2012
1.1.2.7 Ketenagaan Puskesmas Tegal Angus
Staf Puskesmas Tegal Angus berjumlah 30 orang dengan status
ketenagaan seperti tercantum dalam tabel dibawah ini:
9
Tabel 1.6 Kategori Tenaga di Puskesmas Tegal Angus
No. Kategori Tenaga
Status
JumlahPNS
PTT/
TKKLain-Lain
1. Dokter Gigi 1 0 0 1
2. Dokter Umum 3 0 0 3
3. AKBID 4 6 1 11
4. AKPER 1 0 0 1
5. D3 Gizi 1 0 0 1
6. D3 Kesling 0 0 0 0
7. Bidan 4 0 0 4
8. Perawat 3 2 1 6
9. Pekarya 1 0 0 1
10. Honor 0 0 2 2
JUMLAH 18 8 4 30
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang 2012
1.1.2.8 Ketersediaan Pekarangan
Desa Tanjung Pasir merupakan sebuah desa nelayan yang ada di wilayah
Banten, di desa ini tanaman yang dapat tumbuh amat terbatas hal ini dikarenakan
kondisi air yang berkadar garam tinggi dan tanah yang mengandung pasir amat
menyulitkan untuk bertanaman sayuran, tanaman obat maupun tanaman buah-
buahan. Mengingat kondisi ini maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Sayuran dan Tanaman Obat melakukan pengamatan dan menyimpulkan bahwa
warga di Desa Tanjung Pasir melirik pekarangan yang dapat dimanfaatkan dalam
berbudidaya sayuran. (Puskesmas, 2011)
Pada saat ini, desa Tanjung Pasir dijadikan sebagai percontohan dan
pembelajaran agar budidaya sayuran dapat dilakukan juga di tingkat rumah tangga
untuk mengurangi pengeluaran akan kebutuhan pangan namun dapat
meningkatkan pendapatan keluarga.
1.1.2.9 Transportasi
Sarana transportasi masyarakat Desa Tanjung Pasir dengan menggunakan
angkutan umum, ojek motor, becak serta sepeda.
10
1.2 Keluarga Binaan
Ketujuh keluarga binaan yang kami observasi di kampung Garapan RT
003 RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kelurahan Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang terdiri dari keluarga Tn Azis, Tn Agus, Tn. Mamat,
Tn. Aji, Tn. Sahroji, Tn. Sarip, Tn. Syarifudin. Adapun lokasi pemukiman
keluarga binaan kelompok kami adalah sebagai berikut:
Gambar 1.3
Denah lokasi rumah keluarga binaan di Kampung Garapan RT 003 RW 006, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
11
1.2.1 Keluarga Tn. Azis
Keluarga binaan pertama terdiri dari lima anggota keluarga, yaitu Tn.
Azis, Ny. Salhah, Tn. Dedi, An. Rini, An. Ryan.
Tabel 1.7 Profil keluarga Tn.Azis Di Desa Tanjung Pasir RT 003 / RW 006
Bulan November 2013
No NamaStatus
Keluarga
Jenis
Kelamin
(L/P)
Usia
(tahun
)
Pendidika
nPekerjaan
1. Tn.AzisKepala
keluargaL 50 -
Buruh
tambak
2.Ny.
SalhahIstri P 40 - IRT
3. Tn. DediAnak
pertamaL 17 Smp
Buruh
tambak
4. An.Rini Anak kedua P 12 SD Pelajar
5. An. RyanAnak
ketigaL 4 - -
Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. Azis
12
Rumah keluarga ini terletak di RT 003 / RW 006 Desa Tanjung Pasir,
Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh lima anggota
keluarga yaitu Tn.Azis sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang
bernama Ny.Salhah dan tiga orang anak. Anak pertama Tn Dedi, An. Rini,
An.Ryan.
Tn. Azis, berusia 50 tahun, bekerja sebagai seorang buruh tambak Udang
di daerah Tanjung Pasir dengan penghasilan tidak tentu tergantung musim namun
bila sedang musim pengjasilan berkisar antara Rp. 600.000,00 – Rp 700.000,00
per bulan. Pendapatan Tn.Azis digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, seperti membeli air PAM, makanan, membayar listrik, pengobatan
dan lain-lain.
Tn. Azis mampu membaca dan menulis namun tidak tamat sekolah
menengah pertama. Istrinya, Ny. Salhah, yang berusia 40 tahun, bertugas sebagai
ibu rumah tangga. Ny.Salhah tamatan sekolah dasar. Pasangan ini menikah saat
berusia 25 dan 15 tahun. Saat hamil Ny. Salhah tidak pernah memeriksakan
kandungannya dan saat melahirkan dibantu oleh paraji.
Anak pertama pasangan Tn. Azis dan Ny. Salhah adalah seorang laki-laki,
bernama Tn. Dedi yang sekarang berusia 17 tahun, belum menikah. Bekerja
membantu ayahnya di tambak udang dan tinggal satu rumah dengan Tn. Azis. Tn
Dedi pernah sekolah menegah umum namun memutuskan berhenti sekolah saat
kelas 2 SMA dikarenakan bosan. Saat ini Tn Dedi mempunyai penghasilan sekitar
100.000 sampai 200.000 per bulan. Pendapatan Tn. Dedi digunakan untuk
membel rokok dan terkadang membantu memenuhi kebutuhan rumah seperti
membeli makan dan kebutuhan rumah yang lain.
Anak kedua pasangan Tn. Azis dan Ny. Salhah adalah seorang perempuan,
bernama An. Rini yang sekarang berusia 12 tahun. Tidak pernah diimunisasi
sedari lahir dikarenakan Ny. Salhah merasa takut anaknya akan sakit jika
diimunisasi, akan tetapi anak Ny. Salhah diberikan ASI eksklusif sampai dengan
usia 1,5 tahun dikarenakan sulitnya ekonomi keluarga untuk membeli susu
formula. Saat ini An.Rini bersekolah di SD Tanjung Pasir kelas 6 SD.
Anak ketiga Tn. Azis dan Ny. Salhah adalah seorang laki-laki bernama
An. Ryan yang sekarang berusia 4 tahun. An. Ryan dilahirkan oleh dukun di dekat
13
rumah. An. Ryan pernah 2x diberikan imunisasi yaitu BCG (terdapat bekas di
lengan kanan) dan Polio saat ada posyandu di dekat rumahnya namun Ny. Salhah
tidak meneruskan imunisasinya. An. Ryan mengkonsumsi ASI sampai usia 2
tahun.
Keluarga Tn. Azis memiliki kebiasaan makan dua sampai tiga kali sehari.
Ny. Salhah memasak makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang
disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe, sayur, ikan dan makan ayam bila
uang mencukupi, Ny.Salhah dan keluarga jarang mengkonsumsi buah-buahan.
Anak-anak Tn Azis memiliki kebiasaan sering jajan di luar, seperti baso,
gorengan, dll. Uang jajan untuk An. Rini sebesar Rp. 20.000,- dan An. Ryan lebih
sering jajan diluar dibandingkan makan dirumah.
Menurut penuturan Ny. Salhah, semua makanan dimasak sampai matang.
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya langsung berobat ke
Puskesmas Tegal Angus atau Klinik dokter terdekat. Namun terkadang bila hanya
menderita sakit pusing saja hanya menggunakan obat warung. Penyakit yang
sering diderita anggota keluarga Tn.Azis adalah batuk disertai pilek. Terutama
anaknya yang kedua dan ketiga sudah lebih dari tujuh kali dalam satu tahun
terakhir ini
Keluarga Tn. Azis tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah sekitar
100m2 dan luas bangunan berukuran 8 m x 10 m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat dan terdiri dari satu ruang tamu berukuran 3 m x 4 m, memiliki tiga
kamar tidur masing-masing berukuran 2 m x 3 m, ruang TV 2 m x 1 m memiliki
dapur berukuran 3 m x 2 m memiliki kamar mandi dan jamban didalam rumah
berukuran 2m x 1m, kelurga ini menggunakan kamar mandi dan jamban bersama,
namun ± 1 tahun ini sudah tidak menggunakan jambannya dikarenakan rusak dan
memiliki sumur yang dalamnya sekirat 2 m yang airnya berwarna bening namun
terasa asin.
Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat di dekat daerah tambak.
Sebagian besar ruangan di dalam rumah ini berlantaikan keramik dan beratapkan
asbes. Sebagian besar dinding rumah terbuat dari batu bata. Untuk ventilasi,
rumah ini memiliki dua jendela di pintu masuk yang berukuran 2 m x 1 m. Jendela
14
tersebut dapat dibuka dan berfungsi sebagai tempat masuknya sinar matahari ke
dalam rumah.
Keluarga ini memiliki sumber air berupa air sumur, tetapi sumur ini hanya
berisi air asin dan hanya di gunakan untuk beberapa keperluan, seperti membilas
alat makan dan mencuci baju. Keluarga Tn. Azis membeli air PAM seharga 1500
rupiah untuk mandi dan memasak air untuk minum. Dapur Tn. Azis menggunakan
gas elpiji sebagai bahan bakar memasak.
Di depan rumah keluarga ini banyak berkeliaran ayam dan kambing yang
sering membuang kotoran di depan rumah keluarga ini.
Tabel 1.8 Faktor Internal Keluarga Tn. Azis
No
.
Faktor Internal Permasalahan
1. Kebiasaan Merokok Tn. Azis dan An.Dedi merokok sekitar
setengah sampai satu bungkus dalam satu
hari, biasanya kebiasaan merokok ini
dilakukan di dalam dan di luar rumah.
2. Olah raga Keluarga Tn. Azis tidak ada yang memiliki
kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak
pernah melakukan olahraga.
3. Pola Makan Ny. Salhah memasak sendiri dengan
komposisi makanan mengkonsumsi nasi,
tahu, tempe, ikan, dan jarang memakan
sayur, buah-buahan, apalagi susu.
4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka pergi puskesmas atau
klinik dokter terdekat.
5. Menabung Ny. Subur jarang menabung karena uangnya
habis untuk keperluan sehari-hari.
6. Aktivitas sehari-hari a. Tn.Azis bekerja sebagai buruh tambak
udang. Ia berangkat jam 7.00 WIB dan
pulang pada pukul 18.00 WIB
b. Ny. Salhah tidak bekerja dan hanya menjadi
15
ibu rumah tangga.
c. Tn. Dedi belum menikah, ia berkerja
sebagai buruh tambak udang yang berangkat
jam 7.00 WIB dan pulang pukul 18.00 WIB.
d. An. Rini bersekolah di SD tanjung Pasir
yabg berangkat jam 07.00 WIB dan pulang
pukul 13.00
e. An. Ryan seorang balita yang berusia 4
tahun.
Tabel 1.9 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Azis
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 8 x 10 m2 dengan lantai keramik
dan dinding terbuat dari batu bata dan semen.
2. Ruangan dalam rumah Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan
terdiri dari satu ruang tamu berukuran 3 m x 5
m, memiliki dua kamar tidur masing-masing
berukuran 3 m x 3 m, ruang wafer berukuran
3m x 3m, ruang TV berukuran 2m x 1m,
memiliki dapur berukuran 3 m x 2 m,
memiliki kamar mandi dan jamban didalam
rumah berukuran 2m x 1m.
3.3
.
Ventilasi Rumah ini memiliki dua jendela di pintu
masuk yang berukuran 2 m x 1 m. Jendela
bisa dibuka.
4. Pencahayaan a. Terdapat dua buah jendela berukuran 2 m x 1
m pada bagian depan rumah.
b. Tidak terdapat jendela pada kamar.
c. Terdapat 4 buah lampu di dalam rumah, 3
berwarna kuning dan 1 berwarna putih.
Sehingga penerangan cukup baik dirumah.
4. MCK a. Memiliki jamban namun tidak dapat
16
digunakan anggota keluarga.
b. Memiliki kamar mandi yang digunakan
bersama anggota keluarga.
5. Sumber Air Ada, namun tetap membeli air jerigen tiap
hari untuk keperluan minum dan mandi.
6.7
.
Saluran pembuangan
limbah
Limbah rumah tangga cair di buang ke dalam
septitank di samping rumah Tn. Azis
7.8
.
Tempat pembuangan
sampah
Sampah rumah tangga di buang ke depan
rumah. Sampah di tumpuk terlebih dahulu
hingga cukup banyak lalu dibakar.
8. Lingkungan sekitar
rumah
Di samping kiri rumah terdapat rumah
tetangga. Di lingkungan sekitar rumah
keluarga Tn. Murda masih banyak sampah
yang berserakan dikarenakan penduduk sekitar
kurang peduli dengan lingkungannya. Masih
banyak tetangganya yang membuang sampah
di pekarangan rumah.
17
1.2.2 Keluarga Tn.Agus
Keluarga binaan kedua terdiri dari enam anggota keluarga, yaitu Tn. Agus,
Ny. Cahya, Ny. Asniah, Tn. Sapuro, An. Indra, By. Laura.
Tabel 1.10 Profil keluarga Tn. Agus Di Desa Tanjung Pasir RT 003 / RW 006
Bulan November 2013
No NamaStatus
Keluarga
Jenis
Kelamin
(L/P)
Usia
(tahun)Pendidikan Pekerjaan
1.Tn.
Agus
Kepala
keluargaL 48 - Nelayan
2.Ny.
CahyaIstri P 47 - IRT
3.Ny.
Asniah
Anak
pertamaP 22 SMA
Buruh
Pabrik
4.Tn.
SapuroMenantu L 22 SMA
Buruh
pabrik
5.An.
IndraAnak kedua L 8 SD Pelajar
6.By.
LauraAnak ketiga P 4 bulan - -
18
Gambar 1.5 Denah Rumah Keluarga Tn. Agus
Rumah keluarga ini terletak kampung Garapan di RT 003 / RW 006 Desa
Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh enam
anggota keluarga yaitu Tn. Agus sebagai kepala keluarga dengan seorang istri
yang bernama Ny. Cahya dan tiga orang anak; anak pertama Ny. Asniah, anak
kedua An. Indra, anak ketiga By. Laura, dan menantu Tn. Sapuro.
Tn. Agus, berusia 45 tahun, bekerja sebagai seorang Nelayan di daerah
Tanjung Pasir dengan penghasilan tidak tentu yang tergantung dengan musim.
Bila sedang musim berlayar, penghasilan berkisar antara Rp. 1000.000 per bulan,
apabila sedang tidak musim berlayar Tn. Agus tidak memiliki penghasilan.
Pendapatan Tn. Agus digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
seperti membeli air PAM, belanja bahan makanan, membayar listrik, uang jajan
anak, pengobatan dan lain-lain.
Tn. Agus merupakan lulusan Sekolah Dasar dan dapat membaca dan
menulis. Istrinya, Ny. Cahya, yang berusia 37 tahun, bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Ny. Cahya juga merupakan tamatan sekolah dasar. Pasangan ini menikah
saat berusia 21 dan 16 tahun. Saat hamil Ny. Cahya jarang memeriksakan
kandungannya, saat melahirkan anak pertama dibantu oleh dukun, anak kedua dan
ketiga lahir dibantu oleh bidan di rumah.
Anak pertama pasangan Tn. Agus dan Ny. Cahya adalah seorang
perempuan bernama Ny. Asniah yang sekarang berusia 22 tahun dan sudah
19
menikah. Ny. Asniah bekerja sebagai buruh pabrik benang dengan penghasilan
Rp. 900.000 perbulan dan masih tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya.
Penghasilan Ny. Asniah digunakan untuk membantu keluarganya dan sebagian
lagi ditabung. Ny. Asniah merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas. Ny.
Asniah sudah 1 tahun menikah dengan Tn. Sapuro yang juga merupakan seorang
buruh pabrik cat dengan penghasilan Rp. 750.000 perbulan, penghasilan Tn
Sapuro digunakan untuk kebutuhan dirinya dan istri, seperti membeli pakaian,
makanan dan rokok.
Anak kedua pasangan Tn. Agus dan Ny. Cahya adalah seorang laki-laki,
bernama An. Indra yang sekarang berusia 8 tahun. Menurut Ny. Cahya, anaknya
mendapatkan imunisasi lengkap sejak baru lahir dan diberikan ASI eksklusif
sampai dengan usia 1. Saat ini An. Indra bersekolah di SD Tanjung Pasir kelas 2
SD.
Anak ketiga Tn. Agus dan Ny. Cahya adalah seorang perempuan bernama
Bayi Laura yang sekarang berusia 4 bulan. By.Laura dilahirkan dengan bantuan
bidan di rumah. By. Laura pernah 3x diberikan imunisasi yaitu BCG ( terdapat
bekas di lengan kanan), DPT 1 dan Polio 1 di Posyandu. By. Laura
mengkonsumsi ASI sejak lahir hingga saat ini.
Keluarga Tn. Agus memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny. Cahya
memasak makanan dengan menu seadanya yang dibelinya di pasar kaget, contoh
menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe, sayur bening, ikan hasil
pancingan dan makan ayam bila uang mencukupi. Menurut Ny.Cahya semua
makanan dimasak sampai matang. Keluarga Tn. Agus jarang mengkonsumsi
buah-buahan.
Menurut Ny. Cahya ia jarang mencuci tangan sebelum memasak, ia
mencuci tangan apabila ingin menyusui anaknya dan setelah mengganti popok
anaknya. Anggota keluarga yang lain juga jarang mencuci tangan. Sekalipun
mencuci tangan, dilakukan tanpa menggunakan sabun.
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli
obat warung, bila 3 hari tidak sembuh dengan obat warung, Tn. Agus langsung
membawa keluarganya berobat ke Puskesmas Tegal Angus. Menurut Ny. Cahya
keluarganya tidak memiliki kartu Jamkesmas sehingga apabila berobat mereka
20
menghabiskan uang sekitar Rp. 10.000 – Rp.15.000 untuk pendaftaran. Ny. Cahya
mengatakan sakit yang paling sering dialami oleh keluarganya adalah batuk, pilek,
dan gatal-gatal. Keluarga ini menyangkal ada anggota keluarga yang mengalami
batuk berdahak lebih dari dua minggu disertai keringat malam. Keluhan demam
lebih dari tiga hari juga disangkal. Keluhan batuk dan pilek sering dirasakan saat
musim hujan dan banjir. Daerah tempat tinggal keluarga ini mengalami banjir
sebanyak 3x dalam setahun. Selain batuk dan pilek, keluhan gatal-gatal seperti
biduran adalah keluhan yang sering dirasakan. Keluarga Tn. Agus tidak
mengetahui cara penularan penyakit yang sering mereka alami dan juga
penyebabnya.
Keluarga Tn. Agus tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah sekitar
60m2 dan luas bangunan berukuran 4 x 10 m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat dan terdiri dari satu ruang tamu berukuran 2 m x 2 m, memiliki tiga
kamar tidur masing-masing berukuran 2 m x 2 m, memiliki dapur berukuran 3 m
x 2 m memiliki kamar mandi didalam rumah yang letaknya hamper menyatu
dengan dapur, berukuran 2 m x 1 m. Kelurga ini menggunakan kamar mandi
bersama, namun kamar mandi keluarga ini tidak disertai dengan jamban. Biasanya
keluarga Tn. Agus buang air besar di jamban umum. Di dalam kamar mandi
terdapat sumur yang dalamnya sekitar 2 m dengan air sumur yang berwarna
bening namun terasa asin. Air sumur digunakan untuk mandi dan mencuci
pakaian. Apabila musim hujan air sumur menjadi lebih jernih dan dingin. Untuk
minum dan memasak, keluarga Tn. Agus membeli air PAM dengan harga
Rp.2000 – Rp.3000 perhari.
Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat di dekat daerah tambak.
Sebagian besar ruangan di dalam rumah ini berlantaikan keramik dan beratapkan
genting tanpa langit-langit. Sebagian besar dinding rumah terbuat dari semen.
Untuk ventilasi, rumah ini memiliki 4 buah jendela, satu jendela di depan rumah
dan masing-masing 1 jendela di tiap kamar. Memiliki pintu masuk yang
berukuran 2 m x 1 m. Jendela tersebut dapat dibuka dan berfungsi sebagai tempat
masuknya sinar matahari ke dalam rumah.
21
Di depan rumah keluarga ini banyak berkeliaran ayam dan kambing yang
sering membuang kotoran di depan rumah. Keluarga Tn. Agus sendiri tidak
memiliki hewan peliharaan.
Tabel 1.11 Faktor Internal Keluarga Tn. Agus
No
.
Faktor Internal Permasalahan
1. Kebiasaan Merokok Tn. Agus dan Tn. Sapuro merokok sekitar
satu bungkus yang biasanya dihabiskan
dalam 2 hari, biasanya kebiasaan merokok
ini dilakukan di dalam dan di luar rumah.
2. Olah raga Keluarga Tn. Agus tidak ada yang memiliki
kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak
pernah melakukan olahraga.
3. Pola Makan Ny. Cahya memasak sendiri dengan lauk
nasi, tahu, tempe, ikan, dan sayur bening.
Buah-buahan dan susu sangat jarang
dikonsumsi.
4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat warung
dan bila tiga hari belum juga sembuh
berobat ke Puskesmas.
5. Menabung Tn. Agus jarang menabung karena uangnya
habis untuk keperluan sehari-hari. Ny.
Asniah sebagai anak pertama terkadang
dapat menabung apabila penghasilan sang
ayah dapat mencukupi kebutuhan sehari-
hari.
6. Aktivitas sehari-hari Tn. Agus bekerja sebagai nelayan. Ia
berangkat pukul 20.00 WIB dan pulang
pada pukul 06.00 WIB pada musim
berlayar.
Ny. Cahya tidak bekerja dan hanya menjadi
22
ibu rumah tangga dan mengurus anaknya.
Ny. Asniah sudah menikah, ia berkerja
sebagai buruh pabrik benang yang
berangkat jam 08.00 WIB dan pulang pukul
16.00 WIB.
An. Indra bersekolah di SD tanjung Pasir
yang berangkat jam 07.00 WIB dan pulang
pukul 13.00 WIB.
Bayi Laura berumur 4 bulan dan masih
menerimaASI eksklusif.
Tabel 1.12 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Agus
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 6 x 10 m2 dengan lantai keramik
dan dinding terbuat dari semen.
2. Ruangan dalam rumah Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan
terdiri dari satu ruang tamu berukuran 2 m x 2
m, memiliki tiga kamar tidur masing-masing
berukuran 2 m x 2 m, memiliki dapur
berukuran 3 m x 2 m, memiliki kamar mandi
didalam rumah berukuran 2m x 1m yang
letaknya menyatu dengan dapur. Terdapat
sumur sedalam 2 m did lm kamar mandi.
3.3. Ventilasi Rumah ini memiliki 4 buah jendela, 1 jendela
di pintu masuk, dan 1 jendela di masing-masing
kamar. Jendela bisa dibuka dan cahaya dapat
masuk.
4. Pencahayaan Terdapat dua buah jendela berukuran 2 m x 1
m pada bagian depan rumah.
Terdapat jendela pada masing-masing kamar.
Dan cahaya dapat masuk apabila jendela dibuka
Terdapat 4 buah lampu di dalam rumah,
23
keempat lampu berwarna kuning. Sehingga
penerangan cukup baik dirumah.
4. MCK Tidak memiliki jamban di dalam rumah.
Biasanya seluruh anggota keluarga BAB di
jamban umum yang berjarak 100m dari rumah.
5. Sumber Air Memiliki sumur sedalam 2 meter di dalam
rumah, air sumur jernih namun terasa asin
sehingga hanya dapat digunakan untuk mandi
dan mencuci pakaian.
6.7. Saluran pembuangan
limbah
Limbah rumah tangga cair di buang ke dalam
septic tank di samping rumah Tn. Agus.
7.8. Tempat pembuangan
sampah
Sampah rumah tangga di buang ke depan
rumah. Sampah di tumpuk terlebih dahulu
hingga cukup banyak lalu dibakar.
8. Lingkungan sekitar
rumah
Di samping kiri rumah terdapat rumah
tetangga. Di samping kanan terdapat rumah
kosong. Di lingkungan sekitar rumah keluarga
Tn. Agus masih banyak sampah yang
berserakan. Masih banyak tetangganya yang
membuang sampah di pekarangan rumah,
sehingga sampah menumpuk dan membentuk
gundukan.
24
1.2.3 Keluarga Tn. Mamat
Keluarga binaan ketiga terdiri dari tujuh anggota keluarga, yaitu Tn.
Mamat, Ny. Nurmah, Ny. Maria, Tn. Nurman, Nn. Marisa, An. Rio, An.
Gustiawan.
Tabel 1.13 Profil keluarga Tn. Mamat Di Desa Tanjung Pasir RT 003 / RW
006 Bulan November 2013
No NamaStatus
Keluarga
Jenis
Kelamin
(L/P)
Usia
(tahun)
Pendi-
dikan
Pekerja-
an
1. Tn. Mamat Kepala keluarga L 52 SDKuli
Bangunan
2. Ny. Nurmah Istri P 45 - IRT
3. Ny. Maria Anak kedua P 22 SMA IRT
4. Tn. Nurman Menantu L 25 SMATidak
bekerja
5. Nn. Marisa Anak ketiga P 16 SMA Pelajar
6. An. Rio Anak keempat L 9 SD Pelajar
7. An. Gustiawan Anak kelima L 8 SD Pelajar
Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Mamat
25
Rumah keluarga ini terletak di Kampung Garapan RT 003 / RW 006 Desa
Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh
sembilan anggota keluarga yaitu yaitu Tn. Mamat, Ny. Nurmah, Ny. Maria, Tn.
Nurman, Nn. Marisa, An. Rio, An. Gustiawan.
Tn. Mamat, berusia 52 tahun, bekerja sebagai seorang kuli bangunan di
daerah Tanjung Pasir dengan penghasilan tidak tentu yang tergantung dengan
orderan proyek. Bila sedang ada proyek, penghasilan berkisar antara Rp. 500.000
per bulan, apabila sedang tidak ada order Tn. Mamat tidak memiliki penghasilan.
Pendapatan Tn. Mamat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
seperti membeli air PAM, belanja bahan makanan, membayar listrik, uang jajan
anak, pengobatan dan lain-lain.
Tn. Mamat merupakan lulusan Sekolah Dasar dan dapat membaca dan
menulis. Istrinya, Ny. Nurmah, yang berusia 47 tahun, bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Ny. Nurmah tidak tamat sekolah dasar, namun bisa membaca maupun
menulis. Pasangan ini menikah saat berusia 25 dan 20 tahun. Saat hamil Ny.
Nurmah tidak pernah memeriksakan kandungannya ke dokter maupun ke bidan,
saat melahirkan anak pertama hingga keemapt dibantu oleh dukun, sedangkan
anak kelima melahirkan secara operasi dengan tindakan operasi caesar di rumah
sakit Mitra Husada dengan alasan mengalami banyak pendarahan saat usia
kandungan menginjak 9 bulan. Tn. Mamat memiliki 5 orang anak, namun anak
pertama sudah berkeluarga dan tinggal terpisah dari rumah Tn. Mamat.
Anak kedua pasangan Tn. Mamat dan Ny. Nurmah adalah seorang
perempuan, bernama Ny. Maria yang sekarang berusia 22 tahun dan sudah
menikah. Tn. Nurman bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saat ini Ny. Maria
sedang hamil 8 bulan, Ny. Maria mengaku selalu memeriksakan kandungannya di
bidan dan pernah melakukan imunisasi TT 2x. Ny Maria merupakan lulusan
Sekolah Menengah Pertama. Ny. Maria telah menikah dengan Tn. Nurman selama
1 tahun. Tn. Nurman merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas, saat ini Tn.
Nurman tidak bekerja karena di PHK 2 bulan yang lalu.
Anak ketiga Tn. Mamat dan Ny. Nurmah adalah seorang perempuan
bernama Nn. Marisa yang sekarang berusia 16 tahun. Tidak pernah diimunisasi
sedari lahir dikarenakan tidak mempunyai uang, akan tetapi diberikan ASI
26
eksklusif sampai dengan usia 1,5 tahun dikarenakan sulitnya ekonomi keluarga
untuk membeli susu formula. Saat ini bersekolah di SMA di Tanjung Pasir duduk
di kelas 11.
Anak keempat Tn. Mamat dan Ny. Nurmah adalah seorang laki-laki
bernama An. Rio yang saat ini berusia 9 tahun. Pernah diimunisasi BCG, Polio,
DPT di puskesmas Tanjung Pasir. Saat ini bersekolah di sekolah dasar Tanjung
Pasir.
Anak kelima Tn. Mamat dan Ny. Nurmah adalah seorang laki-laki
bernama Gustiawan yang saat ini berusia 8 tahun. Pernah di imunisasi BCG, Polio
DPT di Puskesmas Tnajung Pasir. Saat ini bersekolah di SD Tanjung Pasir.
Keluarga Tn. Mamat memiliki kebiasaan makan dua kali sehari. Ny.
Nurmah memasak makanan dengan menu seadanya yang dibelinya di pasar kaget,
contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe, sayur bening, ikan
hasil pancingan dan makan ayam bila uang mencukupi. Menurut Tn. Mamat
semua makanan dimasak sampai matang. Keluarga Tn. Mamat jarang
mengkonsumsi buah-buahan.
Menurut Ny. Nurmah ia jarang mencuci tangan sebelum memasak, ia
mencuci tangan apabila sebelum makan dan BAB. Anggota keluarga yang lain
juga jarang mencuci tangan. Sekalipun mencuci tangan, dilakukan tanpa
menggunakan sabun.
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya membeli
obat warung, bila 3 hari tidak sembuh dengan obat warung, Tn. Mamat langsung
membawa keluarganya berobat ke Mantri dekat rumah namun bila tidak sembuh
Tn. Mamat baru membawanya ke Puskesmas Tegal Angus. Menurut Ny.Nurmah
keluarganya memiliki kartu Jamkesmas sehingga gratis pengobatan Ny. Nurmah
mengatakan sakit yang paling sering dialami oleh keluarganya adalah batuk, pilek,
gatal-gatal dan diare. Keluarga ini mengaku pernah ada anggota keluarga yang
mengalami batuk berdahak lebih dari dua minggu namun lupa bila keluhan batuk
disertai atau tidak dengan keringat malam. Keluhan demam lebih dari tiga hari
juga disangkal. Keluhan batuk, pilek dan diare sering dirasakan saat musim hujan
dan banjir. Daerah tempat tinggal keluarga ini mengalami banjir sebanyak 3x
dalam setahun. Selain batuk dan pilek, keluhan gatal-gatal seperti biduran adalah
27
keluhan yang sering dirasakan. Keluarga Tn. Mamat tidak mengetahui cara
penularan penyakit yang sering mereka alami dan juga penyebabnya.
Keluarga Tn. Mamat tinggal di rumah pribadi, dengan luas bangunan
berukuran ± 5 x 10 m2. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan terdiri dari
satu ruang tamu berukuran 2 m x 2 m, memiliki dua kamar tidur masing-masing
berukuran 2 m x 2 m, memiliki dapur berukuran 3 m x 2 m memiliki kamar
mandi didalam rumah yang letaknya hamper menyatu dengan dapur, berukuran 2
m x 1 m. Kelurga ini menggunakan kamar mandi bersama, namun kamar mandi
keluarga ini tidak disertai dengan jamban. Biasanya keluarga Tn. Mamat buang air
besar di jamban umum. Di dalam kamar mandi terdapat sumur yang dalamnya
sekitar 2 m dengan air sumur yang berwarna bening namun terasa asin. Air sumur
digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian. Apabila musim hujan air sumur
menjadi lebih jernih dan dingin. Untuk minum dan memasak, keluarga Tn.Mamat
membeli air PAM dengan harga Rp.2000 – Rp.3000 perhari.
Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat di dekat daerah tambak.
Sebagian besar ruangan di dalam rumah ini berlantaikan keramik dan beratapkan
genting tanpa langit-langit. Sebagian besar dinding rumah terbuat dari semen.
Untuk ventilasi, rumah ini memiliki 1 buah jendela, satu jendela di depan rumah.
Memiliki pintu masuk yang berukuran 1 m x 1 m. Jendela tersebut tidak dapat
dibuka dan berfungsi sebagai tempat masuknya sinar matahari ke dalam rumah.
Di depan rumah keluarga ini banyak berkeliaran ayam dan kambing yang
sering membuang kotoran di depan rumah. Keluarga Tn.Mamat sendiri tidak
memiliki hewan peliharaan.
28
Tabel 1.14 Faktor Internal Keluarga Tn. Mamat
No
.
Faktor Internal Permasalahan
1. Kebiasaan Merokok Tn. Mamat, dan Tn. Nurman merokok
sekitar 1-2 bungkus yang biasanya
dihabiskan dalam 1 hari, biasanya kebiasaan
merokok ini dilakukan di dalam dan di luar
rumah.
2. Olah raga Keluarga Tn. Mamat tidak ada yang
memiliki kebiasaan berolahraga. Bahkan
hampir tidak pernah melakukan olahraga.
3. Pola Makan Ny. Nurmah memasak dibantu anaknya
dengan lauk nasi, tahu, tempe, ikan, dan
sayur bening. Buah-buahan dan susu sangat
jarang dikonsumsi.
4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat warung
atau ke mantri bila belumsembuh berobat ke
Puskesmas.
5. Menabung Tn. Mamat tidak pernah menabung karena
uangnya habis untuk keperluan sehari-hari.
Tn. Nurhasan sebagai anak pertama
terkadang dapat menabung apabila
penghasilan sang ayah dapat mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
6. Aktivitas sehari-hari Tn. Mamat bekerja sebagai Kuli bangunan.
Ia berangkat pukul 09.00 WIB dan pulang
esok hari atau 2 hari kemuadian.
Ny. Nurmah tidak bekerja dan hanya
menjadi ibu rumah tangga dan mengurus
anaknya.
Ny. Maria sudah menikah, tidak bekerja dan
hanya menjadi ibu rymah tangga dan
29
terkadang membantu ibunya memasak.
Tn. Nurman, sudah 2 bulan ini tidak bekerja
sehari-hari hanya diam dirumah.
An. Marisa bersekolah di SMA tanjung
Pasir yang berangkat jam 07.00 WIB dan
pulang pukul 14.00 WIB.
An.Rio berumur 9 tahun dan bersekolah di
SD tanjung pasir berangkat pukul 07.00
pulang pukul 12.00 WIB.
An.Gustiawan berumur 8 tahun dan
bersekolah di SD Tanjung Pasir berangkat
pukul 07.00 pulang pukul 12.00 WIB
Tabel 1.15 Faktor Eksternal Keluarga Tn.Agus
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 5 x 10 m2 dengan lantai keramik
dan dinding terbuat dari semen.
2. Ruangan dalam rumah Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan
terdiri dari satu ruang tamu berukuran 2 m x 2
m, memiliki dua kamar tidur masing-masing
berukuran 2 m x 2 m, memiliki dapur
berukuran 3 m x 2 m, memiliki kamar mandi
didalam rumah berukuran 2m x 1m yang
letaknya menyatu dengan dapur. Terdapat
sumur sedalam 2 m did lm kamar mandi.
3.3
.
Ventilasi Rumah ini memiliki 1 buah jendela, 1 jendela
di pintu masuk, Jendela tidak bisa dibuka dan
cahaya tidak dapat masuk.
4. Pencahayaan Terdapat satu buah jendela berukuran 2 m x 1
30
m pada bagian depan rumah.
Tidak terdapat jendela pada masing-masing
kamar. Dan cahaya tidak dapat masuk ke
dalam kamar.
Terdapat 4 buah lampu di dalam rumah, 2
lampu dapat menyala berwarna kuning
sedangkan 2 lainnya tidak dapat mati.
Sehingga penerangan tidak cukup baik
dirumah.
4. MCK Tidak memiliki jamban di dalam rumah.
Biasanya seluruh anggota keluarga BAB di
jamban umum yang berjarak 100m dari
rumah.
5. Sumber Air Memiliki sumur sedalam 2 meter di dalam
rumah, air sumur jernih namun terasa asin
sehingga hanya dapat digunakan untuk mandi
dan mencuci pakaian.
6.7
.
Saluran pembuangan
limbah
Limbah rumah tangga cair di buang ke dalam
lubang di bagian belakang rumah.
7.8
.
Tempat pembuangan
sampah
Sampah rumah tangga di buang ke depan
rumah. Sampah di tumpuk terlebih dahulu
hingga cukup banyak lalu dibakar.
8. Lingkungan sekitar
rumah
Di samping kiri rumah terdapat rumah
tetangga. Di samping kanan terdapat bale
peristirahatan. Di lingkungan sekitar rumah
keluarga Tn. Mamat masih banyak sampah
yang berserakan. Masih banyak tetangganya
yang membuang sampah di pekarangan
rumah, sehingga sampah menumpuk dan
anak-anak Tn. Mamat sering main tanpa
beralaskan kaki.
31
1.2.4. Keluarga Tn. Aji
Keluarga binaan keempat terdiri dari tiga anggota keluarga, yaitu Tn. Aji
Jaka Maulana, Ny. Fatimah, An. M. Fathul Qorib.
Tabel 1.16 Profil keluarga Ny.Salhah Di Desa Tanjung Pasir RT 00 / RW 0
Bulan November 2013
No NamaStatus
Keluarga
Jenis
Kelamin
(L/P)
Usia
(tahun)
Pendi-
dikan
Pekerja-
an
1.Tn. Aji Jaka
MaulanaKepala keluarga L 28 SMP Nelayan
2. Ny. Fatimah Istri P 28 SD IRT
3.An. M. Fathul
QoribAnak pertama L 2 - -
Gambar 1.7 Denah Rumah Keluarga Tn. Aji
32
Rumah keluarga ini terletak di RT 003 / RW 006 Desa Tanjung Pasir,
Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh tiga anggota keluarga
yaitu Tn. Aji sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang bernama Ny.
Fatimah dan satu orang anak yang bernama An. M. Fathul.
Tn. Aji, berusia 28 tahun, bekerja sebagai nelayan dan pekerja serabutan di
daerah Tanjung Pasir dengan penghasilan tidak tentu tergantung banyaknya
pekerjaan yang diterima. Penghasilan yang diterima berkisar antara
Rp.1.000.000,00 – Rp 1.500.000,00 per bulan. Pendapatan Tn. Aji digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli air PAM,
makanan, membayar listrik, pengobatan dan lain-lain. Tn. Aji mampu membaca
dan menulis namun tidak tamat sekolah menengah atas.
Diketahui Tn. Aji pernah sakit TBC satu tahun yang lalu, tetapi saat ini
sudah sembuh setelah menjalani pengobatan selama 6 bulan. Pada saat awal
pengobatan, dilakukan pemeriksaan juga pada istri dan anak Tn. Aji. Ny. Fatimah
didiagnosa TBC dan menjalani pengobatan TBC selama 3 bulan. Pada An. Fathul
tidak ditemukan tanda-tanda sakit TBC.
Istrinya, Ny. Fatimah, berusia 28 tahun, adalah ibu rumah tangga. Ny.
Fatimah tamatan sekolah dasar. Pasangan ini menikah saat keduanya berusia 25
tahun. Saat hamil Ny. Fatimah pernah memeriksakan kandungannya kurang lebih
empat kali dan saat melahirkan dibantu oleh paraji.
Anak pertama pasangan Tn. Aji dan Ny. Fatimah adalah seorang laki-laki,
bernama An. M. Fathul yang sekarang berusia 2 tahun, belum sekolah. Sehari-hari
An. Fathul hanya bermain di depan rumah bersama teman sebayanya. An. Fathul
terlihat jarang menggunakan celana dan alas kaki saat bermain. Selain itu An.
Fathul sering jajan di warung depan rumah. Riwayat imunisasi An. Fathul tidak
diketahui dengan pasti dikarenakan tidak adanya buku imunisasi.
Keluarga Tn. Aji memiliki kebiasaan makan satu sampai tiga kali sehari.
Ny. Fatimah memasak makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang
disajikan sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe, sayur, ikan, Ny. Fatimah dan
keluarga jarang mengkonsumsi buah-buahan.
Menurut penuturannya Ny. Fatimah semua makanan dimasak sampai
matang. Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga ini biasanya langsung
33
berobat ke Puskesmas Tegal Angus. Namun terkadang bila hanya menderita sakit
pusing saja hanya menggunakan obat warung.
Keluarga Tn. Aji tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah sekitar 48 m2
dan luas bangunan berukuran 8 m x 6 m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat dan terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar tidur, ruang TV, dapur,
kamar mandi (mandi dan cuci) didalam rumah, dan untuk buang air besar
keluarga ini menggunakan jamban umum dengan jarak dari rumah sekitar 100
meter.
Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat di dekat daerah tambak.
Sebagian besar ruangan di dalam rumah ini berlantaikan keramik dan beratapkan
asbes. Sebagian besar dinding rumah terbuat dari batu bata dan anyaman bambu.
Untuk ventilasi, rumah ini tidak memiliki jendela dan terdapat pintu masuk yang
berukuran 2 m x 1 m. Pintu masuk tersebut berfungsi juga sebagai tempat
masuknya sinar matahari ke dalam rumah.
Keluarga ini memiliki sumber air berupa air sumur, tetapi sumur ini hanya
berisi air asin dan hanya di gunakan untuk beberapa keperluan, seperti membilas
alat makan dan mencuci baju. Keluarga Tn. Aji membeli air PAM seharga 1500
rupiah untuk mandi dan memasak air untuk minum. Dapur Tn. Aji menggunakan
gas elpiji sebagai bahan bakar memasak.
Di depan rumah, Tn. Aji memiliki hewan peliharaan burung sebanyak 5
ekor. Selain itu banyak berkeliaran ayam dan kambing yang sering membuang
kotoran di depan rumah keluarga ini.
34
Tabel 1.17 Faktor Internal Keluarga Tn. Aji
No. Faktor Internal Permasalahan
1. Kebiasaan Merokok Tn. Aji merokok sekitar setengah sampai satu
bungkus dalam satu hari, biasanya kebiasaan
merokok ini dilakukan di dalam dan di luar
rumah.
2. Olah raga Keluarga Tn. Aji tidak ada yang memiliki
kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak
pernah melakukan olahraga.
3. Pola Makan Ny. Fatimah memasak sendiri dengan
komposisi makanan: nasi, tahu, tempe, ikan,
dan selalu mengkonsumsi sayur. Buah dan
susu jarang dikonsumsi.
4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat warung
atau pergi berobat ke Puskesmas.
5. Menabung Tn. Aji jarang menabung karena uangnya
habis untuk keperluan sehari-hari.
6. Aktivitas sehari-hari f. Tn.Aji bekerja sebagai nelayan dan buruh
serabutan. Ia berangkat jam 23.00 WIB dan
pulang pada pukul 11.00 WIB keesokan
harinya.
g. Ny. Fatimah tidak bekerja dan hanya menjadi
ibu rumah tangga.
h. An. Fathul seorang balita yang berusia 2
tahun.
35
Tabel 1.18 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Aji
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 48m2 dengan lantai keramik dan
dinding terbuat dari batu bata dan rajutan
bambu.
2. Ruangan dalam rumah Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan
terdiri dari satu ruang tamu berukuran 3 m x 5
m, memiliki dua kamar tidur masing-masing
berukuran 3 m x 3 m, ruang TV berukuran 2m
x 1m, memiliki dapur berukuran 3x2, memiliki
kamar mandi dan jamban didalam rumah
berukuran 2m x 1m.
3.3. Ventilasi Rumah ini tidak memiliki jendela maupun
lubang ventilasi.
44. Pencahayaan Cahaya matahari masuk ke dalam rumah hanya
melalui pintu rumah.
4. MCK c. Memiliki kamar mandi yang berfungsi untuk
mandi, mencuci dan buang air kecil.
d. Buang air besar dilakukan di jamban umum.
5. Sumber Air Ada, namun tetap membeli air jerigen tiap hari
untuk keperluan minum dan mandi.
6.7. Saluran pembuangan
limbah
Pembuangan air mandi dialirkan langsung ke
tanah.
7.8. Tempat pembuangan
sampah
Sampah rumah tangga di buang ke depan
rumah. Sampah di tumpuk terlebih dahulu
hingga cukup banyak lalu dibakar.
8. Lingkungan sekitar
rumah
Di samping kiri rumah terdapat rumah
tetangga. Di lingkungan sekitar rumah keluarga
Tn. Murda masih banyak sampah yang
berserakan. Masih banyak tetangganya yang
membuang sampah di pekarangan rumah.
36
1.2.5 Keluarga Tn. Sahroji
Keluarga binaan keenam terdiri dari enam anggota keluarga, yaitu Tn.
Sahroji, Ny. Soleha, Ny. Saropah, Tn. Sofyan, Tn. Miftahudin, Ny. Nurfadilah.
Tabel 1.19 Profil keluarga Tn. Sahroji Di Desa Tanjung Pasir RT 003 / RW
006 Bulan November 2013
No NamaStatus
Keluarga
Jenis
Kelamin
(L/P)
Usia
(tahun)
Pendi-
dikan
Pekerja-
an
1. Tn. Sahroji Kepala keluarga L 45 SDNelayan
Tambak
2. Ny. Soleha Istri P 40 SD IRT
3. Tn. Sofyan Anak kedua L 22 -Tidak
bekerja
4. Tn. Miftahudin Anak ketiga L 20 SMABuruh
Tambak
5. Ny. Nur Fadilah Anak keempat P 19 SMA IRT
6. Tn. Tatang Menantu L 20 SMATidak
bekerja
7. Ny. Hj. Aminah Mertua P 70 SDTidak
bekerja
Gambar 1.8 Denah Rumah Keluarga Tn. Sahroji
37
Rumah keluarga ini terletak di Kampung Garapan RT 003 / RW 006 Desa
Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh 7
anggota keluarga yaitu Tn. Sahroji sebagai kepala keluarga dengan seorang istri
yang bernama Ny. Soleha, tiga orang anak Tn. Sofyan , Tn. Miftahudin, Ny. Nur
Fadilah, suami Ny. Nur Fadilah yaitu Tn. Tatang, ibu dari Ny. Soleha yang
bernama Ny. Hj. Aminah.
Tn. Sahroji, berusia 45 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan tambak
ikan di daerah Tanjung Pasir dengan penghasilan antara Rp. 2.000.000 – Rp
3.000.000 per bulan. Pendapatan Tn. Sahroji digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, Pendidikan terakhir Tn. Sahroji sekolah
dasar. Istrinya, Ny. Soleha, yang berusia 40 tahun, bertugas sebagai ibu rumah
tangga dan mempunyai warung kecil di pekarangan rumahnya dengan
penghasilan Rp.100.000 per hari. Pendidikan terakhir Ny. Soleha sekolah dasar.
Pasangan ini menikah saat Tn. Sahroji berusia 18 tahun dan Ny. Soleha berusia 13
tahun. Kemudian mereka di karuniai 4 orang anak. Ny. Soleha hamil pertama saat
usia 13 tahun. Keempat anak mereka dilahirkan secara normal oleh paraji di
rumah. Anak pertama dan anak kedua mereka selalu di ikut sertakan imunisasi
ketika petugas posyandu datang ke desa. Tetapi anak ketiga dan keempat tidak
diberikan imunisasi sejak kecil.
Anak pertama pasangan Tn. Sahroji dan Ny. Soleha adalah seorang
perempuan, bernama Ny. Saropah yang berusia 23 tahun, sudah menikah dengan
Tn.Ali yang berusia 25 tahun dan memiliki 1 orang anak perempuan bernama An.
Shafa berusia 3 tahun 6 bulan. Ny. Saropah adalah ibu rumah tangga yang
kegiatan sehari-hari hanya mengurus kebutuhan rumah tangga dan anaknya. Dan
Tn. Sahrul bekerja sebagai buruh pabrik sepatu. Ny. Saropah dan keluarganya
tinggal di depan rumah Tn. Sahroji. Pendidikan terakhir Ny. Saropah dan Tn. Ali
Sekolah Dasar.
Anak kedua pasangan Tn. Sahroji dan Ny. Soleha adalah seorang laki-laki,
bernama Tn. Sofyan yang sekarang berusia 22 tahun. Tn. Sofyan belum menikah
dan tidak memiliki pekerjaan karena mengidap penyakit polio yang diberitahu
oleh dokter Puskesmas sejak kecil sehingga beliau hanya bisa berbaring di kasur
dan sulit untuk diajak berkomunikasi.
38
Anak ketiga Tn. Sahroji dan Ny. Soleha adalah seorang laki-laki bernama
Tn. Miftahudin yang sekarang berusia 20 tahun. Tn. Miftahudin belum menikah
dan bekerja sebagai buruh tambak membantu ayahnya bekerja di tambak.
Pendidikan terakhir Tn. Miftahudin adalah Sekolah Menengah Atas. Penghasilan
Tn. Sholeh juga disisihkan untuk membantu kebutuhan rumah tangga keluarga.
Anak keempat Tn. Sahroji dan Ny. Soleha adalah seorang perempuan
bernama Ny. Nur Fadilah yang berusia 19 tahun. Ny. Nur Fadilah sudah menikah
dengan Tn. Tatang sejak usia 18 tahun dan sekarang sedang hamil anak pertama.
Usia kehamilan Ny. Nur Fadilah saat ini 9 bulan. Ny. Nur Fadilah rajin kontrol
kehamilannya di Puskesmas. Dan sampai saat ini tidak ada masalah pada
kehamilannya. Suami Ny. Nur Fadilah, Tn. Tatang, tidak memiliki pekerjaan dan
hanya membantu di rumah Ny.Soleha.
Kebutuhan sehari-hari keluarga Tn.Sahroji, seperti untuk kebutuhan
pangan tercukupi. Keluarga ini memiliki kebiasaan makan dua sampai tiga kali
sehari. Menu makanan mereka sehari-hari ialah nasi, tahu, tempe, sayur, ikan,
ayam yang dipelihara sendiri dan sesekali daging sapi. Keluarga Tn. Sahroji tidak
mengkonsumsi buah-buahan dan susu. Gizi anggota keluarga Tn. Sahroji terlihat
cukup. Kebiasaan cuci tangan sebelum makan tidak pernah dilakukan oleh
anggota keluarga Tn. Sahroji.
Anggota keluarga Tn. Sahroji jarang yang sakit, terutama dalam 1 sampai
2 bulan terakhir ini keluarga ini tidak ada yang sakit berat kecuali anak kedua Tn.
Sahroji yang memang mengidap penyakit polio sejak kecil dan tidak rutin
melakukan terapi. Sesekali Ny. Soleha hanya sakit kepala. Dan disaat sakit kepala
Ny. Soleha hanya mengkonsumsi obat warung. Anggota keluarga Tn. Sahroji
jarang ada yang mengidap penyakit berat seperti peyakit infeksi pernapasan TBC
yang banyak terjadi pada tetangga di sekitar rumah Tn. Sahroji. Dan pada saat
ditanyakan tentang penyakit TBC, anggota keluarga Tn. Sahroji hanya
mengetahui gejala penyakit TBC yaitu batuk berdarah. Mereka tidak mengetahui
tentang penyebab, gejala, cara penularan, dan pengobatan TBC.
Keluarga Tn. Sahroji tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah sekitar
250 m2 dan luas bangunan berukuran 10 m x 10 m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat dan terdiri dari dua ruang tamu berukuran sekitar 4 m x 4 m, memiliki
39
tiga kamar tidur masing-masing berukuran sekitar 2 m x 3 m , ruang TV
berukuran sekitar 3 m x 4 m, memiliki dapur bersih untuk menyimpan makanan
dan mencuci piring berukuran sekitar 3 m x 4 m dan juga dapur kotor untuk
memasak berukuran sekitar 1 m x 3 m, memiliki 2 kamar mandi yang masing-
masing berukuran dan jamban didalam rumah berukuran 2 m x 3 m, keluarga ini
menggunakan kamar mandi dan jamban bersama, dan memiliki sumur yang
dalamnya sekitar 2 m yang airnya berwarna kekuningan. Air tersebut digunakan
untuk mandi dan mencuci. Sedangkan untuk memasak menggunakan air PAM.
Rumah ini terletak di bagian depan dari perkampungan. Di depannya
terdapat lapangan kosong. Sebagian besar ruangan di dalam rumah ini
berlantaikan keramik dan beratapkan plafon. Seluruh dinding rumah terbuat dari
batu bata. Untuk ventilasi, rumah ini memiliki tujuh jendela, satu jendela di kamar
utama, dua jendela di dua kamar mandi, empat jendela di dua ruang tamu. Jendela
tersebut selalu dibuka setiap pagi hingga sore hari untuk pertukaran udara. Dan
pada malam hari jendela tersebut ditutup.
Di depan rumah keluarga ini terdapat kandang ayam peliharaan. Ayam-
ayam tersebut berkeliaran sering membuang kotoran di pekarangan rumah
keluarga ini.
40
Tabel 1.20 Faktor Internal Keluarga Tn.Sahroji
No. Faktor Internal Permasalahan
1. Kebiasaan Merokok Tn.Sahroji dan Tn.Tatang mempunyai
kebiasaan merokok. Tn.Sahroji merokok
sekitar tiga bungkus dalam satu hari dan
Tn.Tatang 1 bungkus sehari. Kebiasaan
merokok ini dilakukan di dalam dan di luar
rumah.
2. Olah raga Keluarga Tn.Sahroji tidak ada yang memiliki
kebiasaan berolahraga.
3. Pola Makan Keluarga Tn.Sahroji makan tiga kali sehari
dengan menu tahu,tempe,sayur,daging ayam,
ikan, dan sesekali daging sapi. Tidak
mengkonsumsi buah dan susu.
4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka lebih sering membeli
obat warung terlebih dahulu. Jarang langsung
berobat ke Puskesmas.
5. Menabung Ny.Soleha dapat mengatur keuangannya
sehingga dapat ditabung untuk kebutuhan
sehari-hari
6. Aktivitas sehari-hari a. Tn. Sahroji bekerja sebagai nelayan
tambak ikan. Ia berangkat pukul 08.00
WIB dan pulang pada pukul 19.00 WIB
b. Ny. Soleha tidak bekerja dan hanya
menjadi ibu rumah tangga.
c. Ny.Saropah sudah menikah, dan hanya
menjadi ibu rumah tangga
d. Tn.Sofyan hanya tinggal di rumah karena
mengidap penyakit polio.
e. Tn.Miftahudin bekerja sebagai buruh
tambak membantu ayahnya. Ia berangkat
pukul 08.00 WIB dan pulang pada pukul
41
19.00 WIB.
f. Ny.Nur Fadilah tidak bekerja dan hanya
menjadi ibu rumah tangga.
Tabel 1.21 Faktor Eksternal Keluarga Tn.Sahroji
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas tanah sekitar 250 m2. Luas rumah 10 x 10
m2 dengan lantai keramik dan dinding terbuat
dari batu bata dan semen.
2. Ruangan dalam rumah Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat dan
terdiri dari dua ruang tamu, memiliki tiga
kamar tidur, ruang TV, memiliki dua dapur,
memiliki dua kamar mandi dan jamban didalam
rumah.
3.3. Ventilasi Rumah ini memiliki tujuh jendela yang tersebar
di ruang tamu, kamar utama, dan kamar mandi.
4. Pencahayaan Terdapat empat buah jendela pada dua ruang
tamu. Masing-masing dua jendela.Satu jendela
pada kamar utama.Dua jendela pada dua kamar
mandi. Terdapat sebelas buah lampu di dalam
rumah, penerangan rumah tersebut cukup.
4. MCK Memiliki jamban di dalam rumah. Memiliki
kamar mandi yang digunakan bersama anggota
keluarga.
5. Sumber Air Dari sumur di belakang rumah untuk mencuci
serta mandi, dan menggunakan air PAM untuk
dikonsumsi.
6.7. Saluran pembuangan
limbah
Limbah rumah tangga cair di buang ke dalam
septitank di belakang rumah
7.8. Tempat pembuangan
sampah
Sampah rumah tangga di buang ke depan
rumah.
8. Lingkungan sekitar Di samping kanan rumah terdapat rumah
42
rumah tetangga. Samping kiri rumah terdapat masjid.
Di lingkungan sekitar rumah keluarga
Ny.Soleha cukup bersih. Dan di depan rumah
terdapat lapangan kosong. Ayam binatang
peliharaan Ny.Soleha berkeliaran di
pekarangan rumah.
43
1.2.6 Keluarga Tn. Sarip
Keluarga binaan keenam terdiri dari lima anggota keluarga, yaitu Tn.
Sarip, Ny. Lenah, An. Lendra, An. Niko, An. Syahrini
Tabel 1.22 Profil keluarga Tn. Sarip Di Kampung Garapan Desa Tanjung
Pasir RT 003 / RW 006 Bulan November 2013
No NamaStatus
Keluarga
Jenis
Kelamin
(L/P)
Usia
(tahun)
Pendi-
dikan
Pekerja-
an
1. Tn. Sarip Kepala keluarga L 35 - Nelayan
2. Ny. Lenah Istri P 35 - IRT
3. An. Lendra Anak pertama L 14 SMP Pelajar
4. An. Niko Anak kedua L 7 SD Pelajar
5. An. Syahrini Anak ketiga P 2,5 - -
Gambar 1.9 Denah Rumah Keluarga Tn.Sarip
Rumah keluarga ini terletak di RT 003 / RW 006 Kampung Garapan Desa
Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh lima
anggota keluarga yaitu Tn. Sarip sebagai kepala keluarga dengan seorang istri
yang bernama Ny. Lenah dan tiga orang anak: An.Lendra, An. Niko, An.
Syahrini.
44
Tn. Sarip, berusia 35 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan di daerah
Tanjung Pasir dengan penghasilan tidak tentu tergantung musim namun bila
sedang musim penghasilan berkisar antara Rp. 50.000 per hari. Pendapatan Tn.
Sarip tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti
membeli bahan makanan, air PAM, dan kebutuhan sehari-hari, dan sisanya
ditabung untuk biaya lain-lain seperti iuran sekolah.
Tn. Sarip mampu membaca dan menulis namun tidak tamat Sekolah
Menengah Atas. Istrinya, Ny. Lenah berumur 35 tahun, bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Ny. Lenah merupakan tamatan Sekolah Menengah Pertama. Pasangan ini
menikah saat keduanya berusia 20 tahun.
Anak pertama pasangan Tn. Sarip dan Ny. Lenah adalah seorang laki-laki
bernama An.Lendra berumur 14 tahun, seorang pelajar Sekolah Menengah
Pertama, dan belum menikah. Kelahiran anak pertama ini dibantu oleh dukun.
Saat ini masih tinggal dengan Tn. Sarip dan Ny. Lenah.
Anak kedua pasangan Tn. Sarip dan Ny. Lenah adalah seorang laki-laki
bernama An.Niko saat ini berusia 7 tahun, dan duduk di Sekolah Dasar. Kelahiran
anak kedua ini dibantu oleh dukun. Ny, Lenah tidak ingat imunisasi apa saja yang
sudah dilakukan untuk anaknya. Tapi setiap ada posyandu keliling Ny.Lenah
selalu membawa anaknya untuk imunisasi. Ny. Lenah memberikan ASI eksklusif
sampai usia 1 tahun 8 bulan dan dilanjutkan dengan susu formula. Ny. Lenah
memberikan anaknya pisang sejak usia 2 bulan. Saat bermain diluar rumah
An.Niko sering tidakn menggunakan alas kaki.
Anak ketiga pasangan Tn. Sarip dan Ny. Lenah adalah seorang perempuan
bernama An. Syahrini berusia 2 tahun 6 bulan. Kelahiran anak ketiga ini dibantu
oleh dukun. Ny, Lenah tidak ingat imunisasi apa saja yang sudah dilakukan untuk
anaknya. Tapi setiap ada posyandu keliling Ny.Lenah selalu membawa anaknya
untuk imunisasi. An. Syahrini mengkonsumsi ASI sampai usia 1 tahun 2
bulan.saat bermain diluar rumah An. Syahrini lebih senang tidak menggunakan
alas kaki.
Keluarga Tn. Sarip memiliki kebiasaan makan dua sampai tiga kali sehari.
Ny. Lenah biasa memasak nasi putih, tahu, tampe, sambel, dan ikan hasil
45
tangkapan suami. Ny. Lenah dan keluarganya sangat jarang mengkonsumsi buah-
buahan.
Menurut Ny. Lenah, semua makanan dimasak sampai matang. Ketika ada
keluarga yang sakit biasanya menunggu beberapa hari dulu dan diberikan obat
warung terlebih dahulu sebelum dibawa ke Puskesmas Tegal Angus. Penyakit
yang paling sering diderita anggota keluarga Ny. Lenah adalah batuk dan pilek,
dan pusing. Ketika ditanyakan tentang apa itu Tuberkulosis, Ny. Lenah
mengatakan Tuberkulosis adalah batuk-batuk. Ny. Lenah dan keluarga tidak
mengetahui cara penularan, gejala ataupun ada tidaknya warga disekitar rumah
yang mengidap penyakit tersebut.
Keluarga Tn. Sarip tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah sekitar 75
m2 dan luas bangunan berukuran 8 m x 7 m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat dan terdiri dari ruang tamu, kamar tidur dan dapur. Keluarga Tn. Sarip
tidak memiliki kamar mandi dan jamban didalam rumah. Keluarga Tn. Sarip
menggunakan jamban umum yang berada 50 m dari rumah. Atap rumah Tn. Sarip
pada bagian depan merupakan bilik bambu, dan pada bagian belakang merupakan
seng.
Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat di dekat daerah tambak.
Sebagian besar ruangan didalam rumah ini berlantaikan semen yang berlapiskan
karpet plastik dan dinding rumah terbuat dari batu bata. Untuk ventilasi, rumah ini
memiliki dua jendela di pintu masuk berukuran 2 m x 1 m. Jendela rumah jarang
dibuka, namun pintu rumah selalu dibuka. Dan pintu yang selalu dibuka tersebut
dijadikan tempat masuknya sinar matahari dan ventilasi rumah.
Keluarga ini memiliki sumber air dari PAM yang digunakan untuk mandi,
kebutuhan minum, dan mencuci sehari-hari. Ny. Lenah membeli air PAM seharga
Rp. 500 per 10 dirijen. Dan untuk kebutuhan memasak Ny. Lenah menggunakan
gas elpiji sebagai bahan bakar.
Dibagian depan rumah Tn. Sarip banyak berkeliaran ayam, bebek dan
kambing yang sering membuang kotoran di depan rumah.
46
Tabel 1.23 Faktor Internal Keluarga Tn. Sarip
No. Faktor Internal Permasalahan
1. Kebiasaan Merokok Tn. Sarip merupakan perokok aktif. Dalam
sehari dapat menghabiskan 1 bungkus rokok.
Namun Tn. Sarip jarang merokok dirumah
karena lebih sering berada di laut atau
ditempat pelelangan ikan.
2. Olah raga Keluarga Ny. Lenah tidak pernah berolah
raga. Karena menurut Ny. Lenah
pekerjaannya membersihkan rumah dan
mencuci sudah merupakan olah raga
3. Pola Makan Ny. Lenah memasak sendiri dengan
komposisi makanan mengkonsumsi nasi,
tahu, tempe, ikan, dan jarang memakan
sayur, buah-buahan, apalagi susu.
4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat
diwarung terlebih dahulu. Dan setelah
beberapa hari baru pergi puskesmas atau
klinik dokter terdekat.
5. Menabung Walaupun penghasilan keluarga Ny. Lenah
sering tidak mencukupi namun Ny. Lenah
tetap menyisihkan sedikit uangnya untuk
menabung.
6. Aktivitas sehari-hari g. Tn. Sarip bekerja sebagai nelayan. Ia
berangkat jam 23.00 WIB dan pulang
keesokan harinya pada pukul 11.00 WIB
h. Ny.Lenah tidak bekerja dan hanya menjadi
ibu rumah tangga.
i. An. Aji bersekolah di SMP. Berangkat pukul
13.00 WIB dan pulang jam 16.30 WIB
j. An. Riski bersekolah di SD. Berangkat jam
07.00 WIB dan pulang jam 11.00 WIB
47
k. An. Syahrini seorang balita yang berusia 2
tahun 6 bulan.
Tabel 1.24 Faktor Eksternal Keluarga Tn.Sarip
No Faktor Eksternal Keterangan
1 Luas bangunan Luas tanah rumah Tn.Sarip sekitar 75 m2
dengan luas bangunan berukuran 7 m x 8 m.
Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat
2 Ruangan dalam rumah Bangunan tempat tinggal terdiri dari ruang
tamu, 1 kamar tidur yang dihuni 5 orang,
dan dapur. Seluruh lantai ruangan tidak
dilapisi keramik, hanya teras yang dipasang
keramik. Dinding rumah terbuat dari batu
bata dan semen tanpa dilapisi cat. Atap
rumah ditutupi seng di bagian belakang dan
bambu di bagian depan rumah.
3 Ventilasi Rumah Tn.Sarip tidak memiliki ventilasi
yang baik. Tidak terdapat jendela. Hanya
terdapat 1 pintu masuk.
Pencahayaan Di dalam rumah Tn.Sarip hanya
menggunakan 2 lampu. Sehingga
pencahayaan kurang.
4 MCK Rumah Tn.Sarip tidak memiliki kamar
mandi dan jamban di dalam rumah.
Sehingga harus ke jamban umum.
5 Sumber Air Untuk mendapatkan air bersih setiap hari
Ny.Lenah membeli air bersih untuk
mencuci, mandi dan untuk dikonsumsi.
6 Saluran pembuangan
limbah
Rumah Tn.Sarip tidak mempunyai saluran
pembuangan limbah.
7 Tempat pembuangan
sampah
Anggota keluarga Tn.Sarip membuang
sampah di halaman belakang lalu dibakar.
48
8 Lingkungan sekitar rumah Lingkungan sekitar Tn.Sarip terdapat
kandang ayam milik tetangganya. Tidak
terdapat pekarangan di sekitar rumah.
Karena rumah terletak di pemukiman padat
penduduk.
49
1.2.7 Keluarga Tn. Syarifudin
Keluarga binaan ketujuh terdiri dari tiga anggota keluarga, yaitu Tn.
Syarifudin Ny. Maryanah, An. Saskia.
Tabel 1.25 Profil keluarga Tn. Syarifudin Di Kampung Garapan Desa
Tanjung Pasir RT 003 / RW 006 Bulan November 2013
No Nama Status Keluarga
Jenis
Kelamin
(L/P)
Usia
(tahun)
Pendi-
dikan
Pekerja
an
1. Tn. Syarifudin Kepala keluarga L 25 - Nelayan
2. Ny. Maryanah Istri P 23 - IRT
3. An. Saskia Anak pertama P 7 SD Pelajar
Gambar 1.10 Denah Rumah Keluarga Tn.Syarifudin
Rumah keluarga ini terletak di RT 03 / RW 006 Kampung Garapan Desa
Tanjung Pasir, Kabupaten Tangerang. Rumah keluarga tersebut dihuni oleh tiga
anggota keluarga yaitu Tn. Syarifudin sebagai kepala keluarga dengan seorang
istri yang bernama Ny. Maryanah dan satu orang anak; An. Saskia.
Tn. Syarifudin, berusia 25 tahun, bekerja sebagai seorang nelayan di
daerah Tanjung Pasir dengan penghasilan tidak tentu tergantung musim namun
bila sedang musim penghasilan berkisar antara Rp. 50.000 per hari dari hasil
menagkap ikan. Tn. Syarifudin memiliki pendapatan tambahan sebagai penjahit,
namun pendapatan tidak tentu. Pendapatan Tn. Syarifudin tersebut digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli bahan makanan,
50
air PAM, dan kebutuhan sehari-hari, dan sisanya ditabung untuk biaya lain-lain
seperti iuran sekolah dan pengobatan Ny. Maryamah.
Tn. Syarifudin mampu membaca dan menulis, merupakan tamat Sekolah
Menengah Pertama. Istrinya, Ny. Maryamah berumur 23 tahun, bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Ny. Maryamah merupakan tamatan Sekolah Menengah
Pertama. Pasangan ini menikah saat Tn. Syarifudin berusia18 tahun dan
Ny.Maryamah berusia 16 tahun.
Anak pertama pasangan Tn. Syarifudin dan Ny. Maryamah adalah
seorang perempuan bernama An. Saskia berumur 7 tahun, merupakan seorang
pelajar Sekolah Dasar. Dilahirkan dibantu olah bidan. Menurut Ny. Maryamah
anaknya sudah diberikan imunisasi lengkap.
Keluarga Tn. Syarifudin memiliki kebiasaan makan dua sampai tiga kali
sehari. Ny. Maryamah biasa memasak nasi, tempe, dan ikan hasil tangkapan
suami. Ny. Maryamah dan keluarga sangat jarang mengkonsumsi buah-buahan.
Menurut Tn. Syarifudin, semua makanan dimasak sampai matang. Ketika
ada keluarga yang sakit biasanya biasanya hanya membeli obat warung dan jika
masih berkelanjutan baru baru berobat ke Puskesmas Tegal Angus. Penyakit yang
paling sering di derita anggota keluarga Tn. Syarifudin adalah batuk, sesak nafas,
pilek dan pusing. Menurut pengakuan Ny. Maryamah saat ini dirinya sedang
dalam pengobatan flek. Penyakit ini diderita Ny. Maryamah sejak sebelum
menikah dan sudah berobat tetapi tidak tuntas dan saat ini Ny. Maryamah kembali
menjalani pengobatan parunya karena sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu karena
merasakan dadanya sering terasa sesak dan berat. Menurut pengakuan Ny.
Maryamah dulu suaminya pernah menderita penyakit paru juga dan disertai
dengan batuk berdarah lalu menjalani pengobatan dan dinyatakan sembuh.
Ketika ditanyakan tentang apa itu Tuberkulosis, Ny. Maryamah mengaku
tidak tahu dan hanya mengatakan bahwa itu adalah penyakit batuk yang tidak
berehenti. Ny. Maryamah dan keluarga tidak mengetahui cara penularan, gejala
ataupun ada tidaknya warga disekitar rumah yang mengidap penyakit tersebut.
Keluarga Tn. Syarifudin tinggal di rumah pribadi, dengan luas tanah
sekitar 70 m2 dan luas bangunan berukuran 7 m x 7 m. Rumah Tn. Syarifudin
meyatu dengan rumah Tn. Sarip dan hanya dibatasi oleh tembok Bangunan tempat
51
tinggal tidak bertingkat dan terdiri dari ruang tamu, kamar tidur dan dapur.
Keluarga Tn. Syarifudin tidak memiliki kamar mandi dan jamban didalam rumah.
Keluarga Tn. Syarifudin menggunakan jamban umum yang berada 50 m dari
rumah. Atap rumah Tn. Syarifudin pada bagian depan dan pada bagian belakang
merupakan seng.
Rumah ini terletak di tengah pemukiman padat di dekat daerah tambak.
Sebagian besar ruangan didalam rumah ini berlantaikan semen yang berlapiskan
karpet plastik dan dinding rumah terbuat dari batu bata. Untuk ventilasi, rumah ini
memiliki satu jendela di pintu masuk berukuran 2 m x 1 m. Jendela rumah tidak
pernah dibuka, namun pintu rumah selalu dibuka. Dan pintu yang selalu dibuka
tersebut dijadikan tempat masuknya sinar matahari dan ventilasi rumah.
Keluarga ini memiliki sumber air dari PAM yang digunakan untuk
kebutuhan memasak dan minum, dan untuk keperluan mencuci dan mandi sehari-
hari menggunakan air tanah. Tn. Syarifudin membeli air PAM seharga Rp. 500
per dirijen. Dan untuk kebutuhan memasak Tn. Syarifudin menggunakan gas
elpiji sebagai bahan bakar.
Dibagian depan rumah Tn. Syarifudin banyak berkeliaran ayam, bebek
dan kambing yang sering membuang kotoran di depan rumah.
52
Tabel 1.26 Faktor Internal Keluarga Tn. Syarifudin
No. Faktor Internal Permasalahan
1. Kebiasaan Merokok Tn. Syarifudin tidak memiliki kebiasaan
merokok
2. Olah raga Keluarga Ny. Maryamah tidak pernah
berolah raga.
3. Pola Makan Ny. Maryamah memasak sendiri dengan
komposisi makanan mengkonsumsi nasi,
tahu, tempe, ikan, dan terkadang memakan
sayur, jarang memakan buah-buahan, apalagi
susu.
4. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat
diwarung terlebih dahulu. Dan setelah
beberapa hari baru pergi puskesmas atau
klinik dokter terdekat. Untuk pengobatan
paru Ny. Maryamah sering control ke RS
5. Menabung Walaupun penghasilan keluarga Ny. Lenah
sering tidak mencukupi namun Ny. Lenah
tetap menyisihkan sedikit uangnya ditabung
untuk membiayai iuran sekolah anaknya.
6. Aktivitas sehari-hari l. Tn. Syarifudin bekerja sebagai nelayan. Ia
berangkat jam 23.00 WIB dan pulang
keesokan harinya pada pukul 11.00 WIB
m.Ny. Maryamah tidak bekerja dan hanya
menjadi ibu rumah tangga.
n. An. Saskia bersekolah di SD. Berangkat jam
07.00 WIB dan pulang jam 11.00 WIB
53
Tabel 1.27 Faktor Eksternal Keluarga Tn.Syarifudin
No Faktor Eksternal Keterangan
1 Bangunan tempat tinggal Luas tanah tempat tinggal Tn.Syarifudin
sekitar 70 m2 dengan luas bangunan
berukuran 7 m x 7 m. Rumah Tn.Syarifudin
tidak bertingkat dan menyatu dengan rumah
Tn.Sarip hanya dibatasi tembok.
2. Ruangan dalam rumah Tempat tinggal Tn.Syarifudin terdiri dari
ruang tamu, 1 kamar tidur, dan dapur. Tidak
terdapat kamar mandi di dalamnya. Seluruh
lantai ruangan tidak dilapisi keramik, hanya
teras yang dipasang keramik. Dinding
rumah terbuat dari batu bata dan semen
tanpa dilapisi cat. Atap rumah pada bagian
depan dan belakang menggunakan seng.
3. Ventilasi Rumah Tn.Syarifudin tidak memiliki
ventilasi yang baik. Tidak terdapat jendela.
Hanya terdapat 1 pintu masuk.
Pencahayaan Di dalam rumah Tn.Syarifudin hanya
menggunakan 2 lampu. Pencahayaan pada
rumah kurang.
4. MCK Rumah Tn.Syarifudin tidak memiliki kamar
mandi dan jamban di dalam rumah.
Sehingga harus ke jamban umum.
5. Sumber Air Untuk mendapatkan air bersih setiap hari
Ny.Maryamah membeli air bersih untuk
mencuci, mandi dan untuk dikonsumsi.
6. Saluran pembuangan
limbah
Rumah Tn.Syarifudin tidak mempunyai
saluran pembuangan limbah.
7. Tempat pembuangan
sampah
Anggota keluarga Tn.Syarifudin membuang
sampah di halaman belakang.
8. Lingkungan sekitar rumah Lingkungan sekitar Tn.Syarifudin terdapat
54
kandang ayam milik tetangganya. Tidak
terdapat pekarangan di sekitar rumah.
Karena rumah terletak di pemukiman padat
penduduk.
1.3 Area Permasalahan
1.3.1 Rumusan Area Masalah Keluarga Binaan
1.3.1.1 Keluarga Tn. Azis
1. Kebiasaan keluarga merokok di dalam dan luar rumah keluarga
2. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya sirkulasi udara yang baik
didalam rumah
3. Lingkungan rumah yang kotor
4. Kurangnya pengetahuan menggunakan jamban sehat didalam rumah
5. Kurangnya pengetahuan tentang jajanan sehat
6. Imunisasi pada balita tidak lengkap
7. Ketidaktersediaannya tempat sampah dan pengelolaan sampah yang baik
8. Kurangnya pengetahuan tentang TB
1.3.1.2. Keluarga Tn. Agus
1. Perilaku jarang mencuci tangan sebelum makan
2. Kebiasaan merokok di dalam rumah
3. Jarak jamban yang jauh dari rumah
4. Kebiasaan meminum obat warung saat sakit
5. Kurangnya sumber air bersih untuk minum
6. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit TB
7. Kurangnya kesadaran warga untuk membuang sampah pada tempat sampah
55
1.3.1.3. Keluarga Tn. Mamat
1. Tidak tersedianya ventilasi yang cukup pada rumah
2. Tidak tersedianya jamban di dalam rumah
3. Perilaku merokok dalam keluarga
4. Masih kurangnya pengetahuan keluarga mengenai TB
5. Pencahayaan rumah yang kurang
6. Perilaku berobat ke mantri
7. Kebiasaan jarang menggunakan alas kaki keluar rumah
8. Perilaku membuang sampah sembarangan
1.3.1.4. Keluarga Tn. Aji
1. Kurangnya ventilasi udara dalam rumah
2. Kurangnya cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah
3. Tidak tersedianya jamban di rumah
4. Kebiasaan membuang dahak sembarangan
5. Riwayat sakit TBC pada keluarga
6. Kurangnya pengetahuan keluarga binaan tentang penyakit TB
7. Kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan rumah
1.3.1.5. Keluarga Tn. Syahroji
1. Kebiasaan menggunakan air yang tidak bersih untuk mandi dan mencuci
2. Lingkungan rumah yang kotor
3. Kurangnya kepekaan terhadap kesehatan
4. Kebiasaan merokok di dalam rumah
5. Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan
6. Kurangnya pengetahuan tentang TB
1.3.1.6. Keluarga Tn. Sarip
1. Kurangnya ventilasi udara yang berada dirumah keluarga binaan
2. Perilaku berobat yang kurang
3. Lokasi jamban yang jauh dari rumah
4. Perilaku tidak menggunakan alas kaki diluar rumah
5. Kurangnya pengetahuan tentang Tuberkulosis
6. Keadaan rumah keluarga binaan yang kecil dan kotor
56
1.3.1.7 Keluarga Tn. Syarifudin
1. Kebiasaan membuang dahak sembarangan
2. Kurangnya ketersediaan air bersih pada keluarga binaan
3. Pencahayaan rumah yang kurang
4. Masih kurangnya pengetahuan keluarga mengenai gejala TB
5. Kurangnya ventilasi udara dalam rumah keluarga binaan
6. Perilaku berobat yang tidak tuntas
7. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya
8. Riwayat penyakit paru dalam keluarga
9. Penyakit batuk, sesak, dan pilek berulang dalam keluarga binaan
1.3.2 Usulan Area Masalah
Dari observasi yang telah dilakukan ke beberapa rumah keluarga binaan di
Desa Tanjung Pasir, didapatkan area permasalahan yang sama pada keluarga
binaan tersebut, diantaranya adalah:
1. Pengetahuan keluarga binaan akan penyakit TB
2. Kebiasaan membuang dahak sembarangan
3. Kurangnya kesadaran tentang kondisi rumah sehat
1.4. Area Masalah Sebagai Diagnosis Komunitas
Dari observasi yang telah dilakukan ke rumah keluarga binaan di Desa
Tanjung Pasir, didapatkan area permasalahan yang sama pada seluruh keluarga
binaan kita, untuk itu kita memutuskan untuk mengangkat permasalahan
“Pengetahuan keluarga binaan tentang penyakit Tuberkulosis paru di
Kampung Garapan RT 003/RW 006 Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk
Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten”. Pemilihan area masalah ini
didasarkan atas berbagai pertimbangan dan dengan menggunakan metode Delphi.
57
1.4.1. Alasan pemilihan diagnosis
Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai
pertimbangan, yaitu:
1. Dari survei yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan cara
wawancara terpimpin didapatkan bahwa pada ketujuh keluarga binaan terdapat
masalah mengenai Pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis Paru
berdasarkan adanya data empiris yang di dapat dari puskesmas dimana masih
tingginya angka kejadian Tuberkulosis Paru di Desa Tanjung Pasir yang diduga
karena kurangnya pengetahuan masyarakat Desa Tanjung Pasir akan
pencegahan dan bahaya penyakit ini.
2. Menurut data puskesmas Desa Tanjung Pasir, saat ini Desa Tanjung Pasir
berpenduduk 53.831 jiwa. Berdasarkan data dari Program P2PL Puskesmas
Tegal Angus Tahun 2012 didapatkan jumlah penderita suspek TB Paru
sebanyak 10 kasus dan jumlah penderita TB Paru sebanyak 29 kasus.
Kurangnya kepedulian terhadap penyakit TB Paru dikarenakan kurangnya
pengetahuan masyarakat Desa Tanjung Pasir tentang gejala, cara penularan,
faktor resikonya, pengobatan, dan mereka tidak menyadari jika salah satu
anggota keluarga mereka yang tinggal bersama memiliki gejala penyakit TB
Paru (Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus, 2012).
3. Dari hasil wawancara dan observasi pada ketujuh keluarga binaan didapatkan
bahwa, masyarakat di desa Tanjung Pasir masih mempunyai perilaku yang
buruk dalam kebiasaan membuang dahak. Masyarakat cenderung membuang
dahak di sembarang tempat, karena sebagian besar masyarakat tidak
mengetahui bahwa salah satu faktor penyebab penyebaran penyakit
Tuberkulosis paru disebabkan karena membuang dahak sembarangan. Hal ini
berdasarkan data yang didapatkan dari Program Promosi Kesehatan Puskesmas
Tegal Angus Tahun 2012 persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih
dan sehat jumlah rumah tangga 1.787, jumlah yang dipantau 210, persentase
rumah tangga yang dipantau 11,8%, jumlah rumah tangga berperilaku hidup
bersih dan sehat sebanyak 40 keluarga atau sekitar 19.0% (Program Kesehatan
Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus, 2012).
58
4. Dari hasil wawancara terhadap ketujuh keluarga binaan, kita menemukan
bahwa pada lima keluarga binaan tinggal di area permukiman padat penduduk
dimana hal ini jauh dari syarat rumah sehat, contohnya beberapa rumah tidak
memiliki ventilasi. Selain itu kami melihat bahwa jarak antara satu rumah
dengan yang lain sangat dekat. Berdasarkan data Program Kesehatan
Lingkungan P2PL Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012 dari 1787 rumah,
jumlah rumah yang diperiksa yaitu sebanyak 222 rumah atau sekitar 12,4%,
didapatkan jumlah rumah sehat sebanyak 37 rumah atau 16,7%. Sebagian besar
rumah tinggal masyarakat Desa Tanjung Pasir tidak tersedia air bersih, kamar
mandi dan jamban bersama yang terletak jauh dari rumah, kurangnya ventilasi
dan pencahayaan di dalam rumah, tidak tersedia saluran pembuangan limbah,
tidak tersedia septitank, beberapa rumah padat penghuni dengan luas rumah
yang sempit (Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tegal Angus,
2012).
5. Dari hasil wawancara kepada keluarga binaan dan setelah melakukan cross
check dengan puskesmas didapatkan bahwa belum pernah diadakannya
penyuluhan mengenai pengetahuan keluarga binaan tentang penyakit
Tuberkulosis paru.
59
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya
suatu masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat (lapangan). Dengan
demikian diagnosis komunitas merupakan kegiatan survai. Dengan melakukan
diagnosis komunitas ini maka masalah kesehatan di komunitas akan dapat
diidentifikasi dan dibuat intervensi pemecahannya. Dengan adanya diagnosis
komunitas diharapkan dapat menerapkan prinsip kedokteran pencegahan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan latar belakang, profil
keluarga binaan, penentuan area masalah dan hasil jawaban kuesioner maka
mengangkat diagnosis komunitas mengenai perilaku pencarian pengobatan pada
keluarga binaan di desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten.
2.2. Teori Pengetahuan
2.2.1 Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2002).
Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2002). Pengetahuan seseorang akan TB Paru akan berakibat pada
sikap orang tersebut untuk bagaimana manjaga dirinya tidak terkena TB Paru.
Dari sikap tersebut akan mempengaruhi perilaku seseorang untuk dapat terhindar
dari TB Paru.
60
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall). Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang cukup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: (Notoatmodjo, 2007).
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “Tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain :menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
menganai obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan, merencanakan, dan
sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. Dalam menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja. Dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
61
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
2.2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi terbagi
atas dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor Internal
A. Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang berpikir
menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau tidaknya dan terpecahkan
tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor
yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam komunikasi adalah taraf
intelegensi seseorang. Secara common sence dapat dikatakan bahwa orang-
orang yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi
tinggi akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.
b. Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang
yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya,
makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi (Azwar, 2009).
62
Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 Masehi, J. Largevelt, yang dikutip oleh
Notoatmodjo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha,
pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju
kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan lain, bahwa
pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunder, keluarga dengan
status ekonomi baik lebih mudah tercukupibanding dengan keluarga dengan status
ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk
kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
c. Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan
sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah sikap tertentu.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat
terhadap suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan
melalui media massa.
d. Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya
untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh
dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
e. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle
Brook, 1974), yang dikutip oleh Azwar (2009). Mengatakan bahwa tidak adanya
suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap
negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap
63
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi
yang melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama
membekas.
2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu cara tradisional (non-ilmiah) dan cara modern (ilmiah).
a. Cara tradisional (non-ilmiah)
Cara ini dipakai untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya
metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penentuan
pengetahuan secara tradisional antara lain:
Coba-coba dan salah
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.
Cara kekuasaan (otoritas)
Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang
ditemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau
membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris atau
berdasarkan penalaran sendiri.
Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada
pada masa lalu. Pengalaman pribadi dapat menuntun kembali seseorang untuk
menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman
dengan benar, diperlukan berpikir kritis dan logis.
Melalui jalan pikir
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan
jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.
64
b. Cara modern (ilmiah)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih
sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan
jalan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan terhadap semua
fakta sebelumnya dengan obyek penelitian (Notoatmodjo, 2005).
2.2.5 Sumber Pengetahuan
Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari
berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,
petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Sumber
pengetahuan dapat berupa pemimpin- pemimpin masyarakat baik formal maupun
informal ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. (Notoatmodjo,
2005)
2.2.6 Praktik atau Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over
behavior). Untuk mewujudkannya perlu fasilitas tingkatan praktik yaitu :
a. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil.
b. Respon terpimpin (Guided Response)
Dapat melakukan sesuatu yang sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh.
c. Mekanisme (Mecanism)
Apabila seseorang secara otomatis bisa melakukan sesuatu dengan benar.
d. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.
2.2.7 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto, 2006, pengetahuan seseorang dapat diketahui dengan
dipersentasikan tetapi berupa prosentasi lalu ditafsirkan dengan kalimat yang
bersifat kualitatif, yaitu :
65
1. baik : hasil persentasi 76-100%
2. cukup : hasil persentasi 56-75%
3. kurang : hasil persentasi < 0
2.3 Teori Dasar Tuberkulosis Paru
2.3.1 Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Smeltzer, 2000).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberkulosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman
mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ
tubuh dengan lokasi terbanyak di paru – paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer (Mansjoer, 2000). Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang
menyerang pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu
mycobacterium Tuberkulosis (Smeltzer, 2002).
2.3.2 Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis, sejenis
kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 μm dan tebal 0,3-0,6
μm dan digolongkan dalam basil tahan asam (BTA) (Adiatama, 2000).
Karakteristik kuman Mycobacterium Tuberkulosis: kuman ini disebut juga basil
dari Koch. Mycobacterium Tuberkulosis biasanya terdapat pada manusia yang
sakit Tuberkulosis. Penularan terjadi melalui pernafasan. Kuman Tuberkulosis ini
mengalami pertumbuhan secara aerob obligat, energi kuman ini didapat dari
oksidasi senyawa karbon yang sederhana, pertumbuhannya lambat,waktu
pembelahan sekitar 20 jam, pada pembenihan pertumbuhan tampak setelah 2-3
minggu. Daya tahan kuman Tuberkulosis lebih besar apabila dibandingkan
dengan kuman lainnya karena sifat hidrofobik permukaan sel. Pada sputum kering
yang melekat pada debu dapat tahan hidup 8-10 hari. Mycobacterium
mengandung banyak lemak seperti lemak kompleks,asam lemak dan lilin.
Dalam sel, lemak tergabung pada protein dan polisakarida. Komponen
lemak ini dianggap yang bertanggung jawab terhadap reaksi sel jaringan terhadap
66
kuman Tuberkulosis.Lemak ini berperan pada sifat tahan asam. Sedangkan
protein itu sendiri Mycobacterium mengandung beberapa protein yang
menimbulkan reaksi tuberculin, protein yang terikat pada fraksi lilin dapat
membangkitkan sensitivitas tuberculin, juga dapat merangsang pembentukan
bermacam-macam antibody (Mansjoer, 2000).
2.3.3 Cara Penularan
Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA)
positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar
3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana
percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi
jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab (Darmanto, 2007). Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
kepositipan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang
memungkinkan seseorang terpapar kuman tuberkulosis ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes
RI, 2007).
Menurut Darmanto (2007), penularan TB Paru dapat terjadi jika seseorang
penderita TB Paru berbicara, meludah, batuk, atau bersin, maka kuman-kuman TB
Paru berbentuk batang (panjang 1-4 mikron, diameter 0,3-0,6 mikron) yang
berada di dalam paru-parunya akan menyebar ke udara sebagai partikulat
melayang (suspended particulate matter) dan menimbulkan droplet infection.
Basil TB Paru tersebut dapat terhirup oleh orang lain yang berada di sekitar
penderita. Basil TB Paru dapat menular pada orang-orang yang secara tak sengaja
menghirupnya. Dalam waktu satu tahun, 1 orang penderita TB Paru dapat
menularkan penyakitnya pada 10 sampai 15 orang disekitarnya.
2.3.4 Tanda dan gejala
Gambaran klinis Tuberkulosis mungkin belum muncul pada infeksi awal
dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif. Bila timbul
infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala :batuk purulen produktif
67
disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari), malaise, keringat malam, gejala
flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan
(Corwin, 2009).
Menurut Mansjoer, (2000). Gejala klinik Tuberkulosis dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu
a. Gejala respiratorik
1) Batuk ≥ 3 minggu
2) Batuk darah
3) Sesak napas
4) Nyeri dada
b. Gejala sistemik
1) Demam
2) Rasa kurang enak badan (malaise),
3) keringat malam, nafsu makan menurun (anoreksia),
4) Berat badan menurun.
2.3.5 Dampak TB Paru
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda ketika dihadapkan dengan
suatu penyakit, reaksi perilaku dan emosi tersebut tergantung pada penyakit, sikap
orang tersebut dalam menghadapi suatu penyakit, reaksi orang lain terhadap
penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit dengan jangka waktu yang
singkat dan tidak mengancam kehidupan hanya sedikit menimbulkan sedikit
perubahan perilaku dalam fungsi orang tersebut dan keluarga, sedangkan penyakit
berat, apalagi yang mengancam kehidupan dapat menimbulkan perubahan emosi
dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan
menarik diri (Darwanto, 2007). TB paru merupakan contoh klasik penyakit yang
tidak hanya menimbulkan dampak terhadap perubahan fisik, tetapi mental dan
juga sosial (Darwanto, 2007). Bagi penderita TB paru dampak secara fisik yang
ditimbulkan diantarnya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus,
sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat
pada malam hari dan kadang-kadang panas yang tinggi. Bagi keluarga pasien
adanya risiko terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena
kurangnya pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru, pengetahuan
68
tentang penatalaksanaan pengobatan dan upaya pencegahan penyakit.
Produktivitas juga menurun terutama bila mengenai kepala keluarga yang
berperan sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya
hidup sehari-hari terutama untuk biaya pengobatan (Isselbacher, 2009).
Tidak sedikit pasien yang ketika di diagnosis TB Paru timbul ketakutan
dalam dirinya, ketakutan itu dapat berupa ketakutan akan pengobatan, kematian,
efek samping obat, menularkan penyakit ke orang lain, kehilangan pekerjaan,
ditolak dan didiskriminasikan, dan lain-lain (International Union Against
Tuberkulosis and Lung Disease, 2007). Penderita TB Paru sering merasa rendah
diri karena stigma buruk yang berkembang bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
Banyak orang yang menghindari interaksi dengan penderita TB Paru karena takut
tertular. Penularan TB butuh kontak yang lama dan sering. Selain itu penderita
mudah tersinggung, marah, putus asa dikarenakan batuk yang terus menerus
sehingga keadaan sehari-hari menjadi kurang menyenangkan dan karena adanya
perasaan rendah diri, penderita selalu mengisolasi diri karena malu dengan
keadaan penyakitnya (Mansjoer, 2000).
Dampak masalah menurut (Mansjoer, 2000).
a. Terhadap individu.
1) Biologis.
Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus, sesak
napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat
pada malam hari dan kadang-kadang panas yang tinggi.
2) Psikologis.
Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena batuk
yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yang kurang
menyenangkan.
3) Sosial.
Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan penyakitnya
sehingga klien selalu mengisolasi dirinya.
4) Spiritual.
Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan tuhan karena penyakitnya yang
tidak sembuh-sembuh juga menganggap penyakitnya yang menakutkan.
69
5) Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.
2.3.6. Faktor-faktor penyebab TB Paru
Menurut Tambayong (2000) faktor penyebab TB Paru ini meliputi :
Faktor intrinsik
1) Umur
Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu
umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil
penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-
orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi
tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden
tertinggi Tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di
Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif
yaitu 15-50 tahun. (Elizabeth, 2009).
2) Jenis Kelamin.
Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang lakilaki. Pada
tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat
dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-
laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 1985- 1987 penderita TB paru laki-
laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada
wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai
kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru (Corwin,
2009).
3) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan
seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan
pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup
maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan
sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap
jenis pekerjaannya.
70
4) Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel
debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran
pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan
morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan
umumnya TB Paru. (Corwin, 2009). Jenis pekerjaan seseorang juga
mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak
terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan, pemeliharaan
kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah
(kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah
Upah Minimum Rata-rata (UMR) akan mengkonsumsi makanan dengan kadar
gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga
mempunyai status nutrisi dan gizi yang kurang yang akan memudahkan untuk
terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah
dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang
dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah
terjadinya penularan penyakit TB Paru. (Adiatama, 2000).
5) Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko
untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis
kronik dan kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko
untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. (Achmadi, 2005). Prevalensi
merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada
lakilaki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya
kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru
(Darmanto, 2007).
6) Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang
mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan
dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada
seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon
71
immunologik terhadap penyakit. Status gizi, ini merupakan faktor yang penting
dalam timbulnya penyakit Tuberkulosis ( Isselbacher,2009).
Faktor Extrinsik
1) Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam
rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban
udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya
kuman TB Paru (Somantri, 2007).
Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi
aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu
mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar tidur
selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum (Corwin, 2009).
Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi
sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari
luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai.
Udara segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara
dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 22°-30°C dari kelembaban udara
optimum kurang lebih 60% (Tambayong, 2000).
2) Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela
kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang
leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB,
karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup
(Somantri, 2007).
72
3) Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan
sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan
pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam
memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi.
Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang
menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB Paru. Faktor ekonomi,
keadaan social ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan
berbagai masalah kesehatan karena ketidakmampuan dalam mengatasi masalah
kesehatan. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi, pemukiman dan lingkungan
sehat, jelas semua ini akan mudah menumbuhkan penyakit tuberkulosis
(Darmanto, 2007).
4) Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit
TB Paru. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan
kuman. Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menyebabkan
penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi
berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium Tuberkulosis (Tambayong, 2000).
5) Kelembaban udara
Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan,
dimana kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperature kamar
22° – 30°C. Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab (Tambayong, 2000).
6) Kepadatan hunian
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak
sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila
salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular
kepada anggota keluarga yang lain. Persyaratan kepadatan hunian untuk
73
seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang
sangat relative tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia.
Untuk rumah sederhana luasnya minimum 10 m2/orang (Corwin, 2009).
2.4 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori
(Notoatmodjo, 2005) yang menyatakan bahwa bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi terbagi atas dua, yaitu faktor internal dan eksternal, yaitu :
A. Faktor internal
- Intelegensi
- Umur
B. Faktor eksternal
- Pendidikan
- Informasi
- Sosial budaya
- Ekonomi
- Pengalaman
Berdasarkan tinjauan pustaka, mengenai pengetahuan keluarga binaan
tentang penyakit TB Paru, maka mengambil kerangka, yaitu sebagai berikut:
74
Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Teori Notoatmodjo
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori sebelumnya, maka dapat dibuat suatu kerangka konsep
yang berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di
Kampung Garapan RT 003 RW 006 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel
independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area permasalahan.
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep
2.6 Definisi Operasional
75
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Intelegensi
Umur
Pendidikan
Ekonomi
Sosial Budaya
Informasi
Pengalaman
Pengetahuan
Ekonomi
Pendidikan
Kebudayaan
Informasi
Intelegensi
Pengetahuan keluarga binaan
tentang penyakit TB Paru
Pengalaman
Tabel 2.1 Definisi Operasional
NOVARIABE
LDEFINISI
ALAT
UKUR
CARA
UKURHASIL SKALA
1. Pengetahua
n
Informasi
yang
diketahui
responden
mengenai
penyakit TB
Paru
Kuesio
-ner
Wawan
-cara
> 4 : baik
2-3 :
sedang
0-1 :
kurang
Nominal
2. Pendidikan Tingkat
pendidikan
terakhir
yang pernah
dijalani oleh
responden
Kuesio
-ner
Wawan
-cara
> 4 : baik
2-3 :
sedang
0-1 :
kurang
Nominal
3. Ekonomi Tingkat
pendapatan
semua
anggota
keluarga
dalam
sebulan
Kuesio
-ner
Wawan
-cara
>8 : baik
6-7 : sedang
< 5 : kurang
Nominal
4. Informasi Adanya
sumber
informasi
mengenai
penyakit TB
Paru
Kuesio
-ner
Wawan
-cara
>3 : baik
2 : sedang
< 1 :
kurang
Nominal
5. Sosial
budaya
Pengaruh
lingkungan
dan
Kuesio
-ner
Wawan
-cara
> 10: Baik
<10:Kuran
g
Nominal
76
kebiasaan
terhadap
pengetahuan
penyakit TB
paru
6. Pengalaman Segala
sesuatu yang
dialami oleh
responden
yang
berkaitan
dengan
pengetahuan
penyakit TB
Paru
Kuesio
-ner
Wawan
-cara
>1 :
memiliki
riwayat
0 : tidak
ada riwayat
Nominal
77
BAB III
METODE
Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah,
langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus
dilakukan secara objektif dan rasional.
3.1 Populasi Pengumpulan Data
Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu
dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah
keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini yang
menjadi populasi adalah keluarga di Kampung Garapan RT 003/ RW 006, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
3.2 Sampel Pengumpulan Data
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).
Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah ketujuh keluarga binaan di Kampung
Garapan RT 003/ RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
3.3 Responden Pengumpulan Data
Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota keluarga
binaan yang kooperatif, bisa membaca dan menulis.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis data
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam
bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik
pengumpulan data misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Dengan menggunakan teknik
78
pengumpulan data yang kami lakukan yaitu wawancara didapatkan data
tentang kurangnya pengetahuan ketujuh keluarga binaan di Kampung Garapan
RT 003/ RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten terhadap pengetahuan tentang tuberkulosis baik
gejala, cara penularan, penyebab, pencegahan dan pengobatannya dinilai dari
berbagai aspek.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan
teknik perhitungan matematika atau statistika.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu
empat keluarga binaan di Kampung Garapan RT 003/ RW 006, Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner kepada keluarga
binaan melalui wawancara terpimpin dan observasi. Data yang diperoleh
adalah data kualitatif yang didapatkan dari wawancara terhadap keluarga
binaan di Kampung Garapan RT 003/ RW 006, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
b. Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus.
Berupa data jumlah kunjungan masyarakat miskin yang dicakup jaminan
kesehatan maupun tidak, pada tahun 2012 yang melakukan kunjungan ke
Puskesmas Tegal Angus, data perilaku hidup bersih dan sehat, data persentasi
rumah sehat, data cakupan imunisasi BCG dan Polio pada bayi menurut jenis
kelamin, data jumlah kasus dan kesembuhan TB Paru, jumlah kasus dan angka
penemuan kasus TB Paru, data jumlah kasus TB Paru, dll.
c. Data tersier
Data yang didapat dari buku, jurnal ilmiah dan internet. Data-data
tersebut digunakan sebagai tambahan informasi pada kerangka teori dan
sebagai salah satu referensi dalam pengolahan data.
79
3.4.3 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan mudah.
Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan
sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti check-list,
kuesioner, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala, kamera
foto dan sebagainya. Instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data pada
penelitian ini adalah kuesioner.
3.4.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-
langkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka
digunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data.
Metode yang dipakai dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat untuk
mengumpulkan data.
Tabel 3.1 Daftar Kegiatan Pengumpulan Data
NO TANGGAL KEGIATAN
112 November
2013
Perkenalan dan sambung rasa dengan sebagian anggota
keluarga binaan (keluarga Tn. Azis, Tn. Agus, Tn. Mamat, Tn.
Aji, Tn. Sahroji, Tn. Sarip, Tn. Syarifudin).
214 November
2013
Perkenalan dan sambung rasa dengan seluruh anggota keluarga
binaan sekaligus pengumpulan data dari masing-masing
keluarga binaan serta observasi lingkungan sekitar dan
dokumentasi rumah keluarga binaan.
316 November
2013
Penentuan Area masalah dengan dr. Taufit Wirawan dan
pengumpulan data dari masing-masing keluarga binaan serta
dokumentasi rumah keluarga binaan dan lingkungan sekitar.
80
416 November
2013Penentuan dan pembuatan instrument pengumpulan data.
518 November
2013
Wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner kepada
masing-masing responden dari keluarga binaan.
619 November
2013
Pengolahan hasil kuesioner dari masing-masing keluarga
binaan, menganalisis data yang telah didapat dan menyusun
intervensi pemecahan masalah.
3.5 Pengolahan Data dan Analisa Data
Untuk pengolahan data tentang “Pengetahuan Keluarga Binaan Tentang
Penyakit TB Paru di Kampung Garapan, RT/RW 003/006 Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Bulan November
Tahun 2013” digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data
menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data
yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi
informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel,
grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel independen yang
diukur adalah :
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Ekonomi
4. Sosial Budaya
5. Informasi
6. Pengalaman
81
BAB IV
HASIL
4.1. Karakteristik Responden
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data
7 keluarga yaitu, Tn. Azis, Tn. Agus, Tn. Mamat, Tn. Aji, dan Tn. Syahroji, Tn.
Sarip, Tn. Syarifudin yang jumlah anggota dari seluruhnya sebanyak 36 orang di
Kampung Garapan RT 003/RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Berdasarkan karakteristik responden
yang berjumlah 25 orang yang diambil dari tiap-tiap masing keluarga, berupa
perwakilan dari setiap anggota keluarga binaan yang kooperatif, bisa membaca
dan menulis.
Diagram 4.1 Berdasarkan usia responden pada keluarga binaan di Kampung
Garapan RT 003 RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Berdasarkan diagram 4.1 Berdasarkan diagram 4.1 jumlah responden terbanyak
pada yang berusia 21 – 30 tahun (9 orang)
82
Diagram 4.2 berdasarkan jenis kelamin responden pada keluarga binaan di
kampung Garapan RT 003/RW006 Desa Tanjung Pasir Kec.Teluk Naga
Kab.Tangerang Propinsi Banten
Berdasarkan diagram 4.2, jumlah responden terbanyak adalah jenis kelamin
Perempuan
Diagram 4.3 Berdasarkan Pekerjaan responden pada keluarga binaan di
Kampung Garapan RT 003 RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Berdasarkan diagram 4.3, jumlah pekerjaan responden terbanyak adalah IRT
83
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-
variabel dalam kuesioner yang dijawab dua puluh lima responden pada bulan
November 2013.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Dalam Aspek Pengetahuan Mengenai
Pengetahuan Keluarga Binaan Tentang Penyakit TB Paru di Kampung
Garapan RT 003/ RW 006, Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten, November 2013
Pengetahuan jumlah responden %
Baik 5 20%
Sedang 5 20%
Kurang 15 60%
Dari tabel 4.1 didapatkan sebanyak 15 orang responden (60%) memiliki
pengetahuan penyakit TB paru yang kurang
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Dalam Aspek Pendidikan Mengenai
Pengetahuan Keluarga Binaan Tentang Penyakit TB Paru kampung
Garapan RT 003/ RW 006, Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten, November 2013
Pendidikan jumlah responden %
Tinggi 10 40%
Sedang 13 52%
Rendah 2 8%
Dari tabel 4.2 didapatkan sebanyak 13 orang responden (52%) memiliki
pendidikan yang sedang.
84
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Dalam Aspek Ekonomi Mengenai
Pengetahuan Keluarga Binaan tentang Penyakit TB Paru Kampung
Garapan RT 003/ RW 006, Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten, November 2013
Fasilitas jumlah responden %
Baik 0 0%
Sedang 0 0%
Kurang 25 100%
Dari tabel 4.3 didapatkan sebanyak 25 orang responden (100%) memiliki
pendapatan yang kurang.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Dalam Aspek Informasi Mengenai
Pengetahuan Keluarga Binaan Tentang Penyakit TB Paru kampung
Garapan RT 003/ RW 006. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten, November 2013
Pengetahuan jumlah responden %
Baik 6 24%
Sedang 4 16%
Kurang 15 50%
Dari tabel 4.4 didapatkan sebanyak 15 orang responden (50%) memiliki
informasi yang kurang.
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Dalam Aspek Sosial Budaya Mengenai
Pengetahuan Keluarga Binaan tentang Penyakit TB Paru kampong Garapan
RT 003/ RW 006. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi
Banten, November 2013
Pengalaman jumlah responden %
Baik 0 0
Buruk 25 100%
85
Total 25 100%
Dari tabel 4.5 didapatkan sebanyak 25 responden (100%) memiliki hubungan
sosial budaya yang buruk
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Dalam Aspek Pengalaman Mengenai
Pengetahuan Keluarga Binaan tentang Penyakit TB Paru kampong Garapan
RT 003/ RW 006. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi
Banten, November 2013
Pengalaman jumlah responden %
Memiliki riwayat 100 100%
Tidak ada riwayat 0 0%
Total 100 100%
Dari tabel 4.6 didapatkan sebanyak 25 orang responden (100%) memiliki
pengalaman dalam memiliki riwayat TB
Tabel 4.7 Ringkasan Analisis Univariat
No. Variabel Hasil Ukur Jumlah Persentase
1. Pengetahuan Baik
Sedang
Buruk
5
5
15
20%
20%%
60%
2. Pendidikan Tinggi
Sedang
Rendah
10
13
2
40%
52%
8%
3. Ekonomi Baik
Sedang
Kurang
0
0
25
0%
0%
100%
4. Informasi Baik
Sedang
Kurang
6
4
15
24%
16%
50%
5. Sosial Budaya Baik 0 0%
86
Buruk
Total
25
25
100%
100%
6. Pengalaman Memiliki riwayat
Tidak memiliki
riwayat
Total
25
0
25
100%
0%
100%
87
88
4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil analisis fishbone, dilakukan rencana intervensi pada
masing-masing akar penyebab permasalahan. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan intervensi yang memang paling sesuai dan dapat dilakukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi oleh keluarga binaan di Kampung Garapan,
RT 003 / RW 006, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.
Intervensi dapat diartikan sebagai cara atau strategi memberi bantuan
kepada individu, masyarakat dan komunitas. Dalam hal ini menunjukkan
kondisisaat seseorang dapat berperan sebagai mana seharusnya. Tujuan intervensi
adalah membawa perubahan kearah yang lebih baik sehingga tindakan sesuai
dengan peran yang dimilikinya.
Merujuk dari beberapa akar penyebab masalah yang telah diuraikan
didapatkan pada perencanaan intervensi pemecahan masalah, dipilih beberapa
akar penyebab masalah yang diprioritaskan untuk dilakukan pemecahan masalah
terhadap pengetahuan keluarga binaan tentang penyakit tuberculosis paru. Dalam
hal ini ada tujuh keluarga binaan. Pertimbangannya adalah intervensi yang berupa
tindakan nyata yang mampu dilakukan untuk memecahkan akar penyebab
permasalahan. Akar penyebab masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1) Dari aspek ekonomi adalah rendahnya pendapatan mengakibatkan
kurangnya kemampuan keluarga binaan untuk mendapatkan fasilitas
kesehatan. Adapun rencana intervensi untuk pemecahan akar penyebab
permasalahan ini adalah:
- Meningkatkan taraf ekonomi keluarga binaan
a. Memberi saran kepada keluarga binaan untuk membiasakan diri
menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung.
b. Memberikan saran untuk mencari pekerjaan tambahan bila pekerjaan
utama sedang libur.
c. Melakukan pendekatan pada keluarga binaan dengan memperkenalkan
kartu Jamkesmas sebagai alternatif untuk mengurangi dana mahalnya
biaya kesehatan.
2) Dari aspek pendidikan adalah Kurangnya tingkat pendidikan
mempengaruhi respon dan daya tangkap terhadap informasi tentang
89
penyakit tuberculosis paru. Adapun rencana intervensi untuk pemecahan
akar penyebab permasalahan ini adalah:
- Meningkatkan SDM pada keluarga binaan
a. Memberikan sosialisasi tentang pentingnya melanjutkan pendidikan
sesuai dengan program pendidikan dari pemerintah yaitu wajib belajar
9 tahun.
b. Menyarankan membentuk kelompok belajar bersama-sama di
mayarakat.
c. Menyarankan pemerintah daerah untuk menyediakan tenaga pengajar
pembantu dan membentuk sekolah terbuka untuk masyarakat.
3) Kurang tersedianya media (pamflet, brosur, atau poster) mengenai
pengetahuan tentang penyakit tuberculosis paru. Adapun rencana
intervensi untuk pemecahan akar penyebab permasalahan ini adalah:
- Meningkatkan kesadaran pada keluarga binaan akan pentingnya
kesehatan
a. Membantu petugas kesehatan setempat untuk memberikan penyuluhan
mengenai pengetahuan penyakit TB paru.
b. Adanya pelatihan warga sekitar untuk menjadi kader sehingga dapat
membantu dinas kesehatan setempat untuk menjalankan program
kesehatan dari pemerintah yaitu program STOP TB.
c. Penambahan personil tenaga kesehatan lapangan atau pengaturan ulang
jadwal kerja untuk memberi waktu diadakannya penyuluhan mengenai
TB paru
4) Adanya kebiasaan buruk pada saat batuk dan membuang daak karena
pengetahuan akan bahaya penyakit tuberculosis paru kurang. Adapun
rencana intervensi untuk pemecahan akar penyebab permasalahan ini
adalah:
- Meningkatkan rasa keingintahuan pada keluarga binaan
a. Memberikan penyuluhan mengenai pengetahuan penyakit TB paru
dengan menggunakan media poster dan leaflet dan di tempel di tempat
umum atau di jalan yang sering dilalui oleh warga.
90
b. Membagikan leaflet ke tiap rumah keluarga binaan untuk menambah
pengetahuan pengetahuan penyakit TB paru.
c. Melakukan Penyuluhan langsung secara berkala yang berkerja sama
dengan kepala desa, tokoh masyarakat dan dinas kesehatan setempat
mengenai penyakit TB paru menjelaskan bagaimana cara pencegehan
dan pengobatannya serta memberitahu komplikasi yang akan didapat
bila pengobatan tidak tuntas.
5) Adanya riwayat batuk lama yang tidak diobati dikarenakan minimnya
pengetahuan akan gejala penyakit tuberculosis paru.
a. Adanya pelatihan warga sekitar untuk menjadi kader sehingga dapat
membantu dinas kesehatan setempat untuk menjalankan program
kesehatan STOP TB.
b. Meningkatkan kerjasama dengan kepala desa dan seluruh warga, agar
masyarakat dapat melaporkan warganya bila terdapat dugaan pasien
dengan TB paru.
c. Penyuluhan secara berkala yang berkerja sama dengan kepala desa,
tokoh masyarakat dan dinas kesehatan setempat mengenai penyakit
TB paru tentang bagaimana cara pencegehan dan pengobatannya serta
memberitahukan komplikasi yang akan didapat bila pengobatan tidak
tuntas.
d. Melakukan follow up sebulan sekali untuk melihat adakah penurunan
atau penambahan dari jumlah insidensi penderita TB paru di desa
Tanjung Pasir.
91
4.4 Intervensi Pemecahan Masalah Yang Dilakukan
Dari berbagai rencana intervensi yang telah kami buat maka kelompok
kami memilih intervensi pemecahan masalah sebagai berikut :
a) Memberikan penyuluhan mengenai pengetahuan penyakit TB paru dengan
menggunakan media poster dan leaflet dan di tempel di tempat umum atau
di jalan yang sering dilalui oleh warga.
b) Membagikan leaflet ke tiap rumah keluarga binaan untuk menambah
pengetahuan pengetahuan penyakit TB paru.
c) Membantu petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan langsung
kepada warga mengenai bahaya penyakit TB paru.
Terpilihnya intervensi tersebut diatas dikarenakan penyuluhan tidak
memakan waktu banyak, selain itu diharapkan dengan adanya poster dan leaflet
dapat menarik minat para responden dalam menyimak penyuluhan sehingga
mudah untuk dimengerti.
Penyuluhan dilakukan hari Jumat, tanggal 22 November 2013 pukul 09.00
WIB di rumah salah satu keluarga binaan di Kampung Garapan RT 003 RW 006,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten. Penyuluhan dilakukan dengan interaksi langsung dengan para peserta
penyuluhan yang terdiri dari 7 keluarga binaan, dengan menggunakan media
elektronik, poster dan leaflet. Penyuluhan dilakukan selama ± 30 menit. Setelah
penyuluhan dilakukan sesi tanya jawab denga para peserta penyuluhan dan di
tutup dengan pemberian kenang-kenangan kepada masing-masing keluarga
binaan.
92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data dari Puskesmas Tegal
Angus dan dari kunjungan ke keluarga binaan yang bertempat tinggal di
Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, maka dilakukanlah diskusi kelompok dan
merumuskan serta menetapkan area masalah, yaitu “Pengetahuan tentang penyakit
tuberculosis paru”.
5.1.2 Akar Penyebab Masalah
1) Kurangnya tingkat pendidikan mempengaruhi respon dan daya tangkap
terhadap informasi tentang penyakit tuberculosis paru
2) Rendahnya pendapatan mengakibatkan kurangnya kemampuan keluarga
binaan untuk mendapatkan fasilitas kesehatan
3) Kurang tersedianya media informasi (pamflet, brosur, atau poster)
mengenai pengetahuan tentang penyakit tuberculosis paru.
4) Adanya kebiasaan buruk pada saat batuk dan membuang dahak karena
pengetahuan akan bahaya penyakit tuberculosis paru kurang
5) Adanya riwayat batuk lama yang tidak diobati dikarenakan minimnya
pengetahuan akan gejala penyakit tuberculosis paru.
5.1.3 Intervensi yang dilakukan
a) Memberikan penyuluhan mengenai pengetahuan penyakit TB paru dengan
menggunakan media poster dan leaflet dan di tempel di tempat umum atau
di jalan yang sering dilalui oleh warga.
b) Membagikan leaflet ke tiap rumah keluarga binaan untuk menambah
pengetahuan pengetahuan penyakit TB paru.
c) Membantu petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan langsung
kepada warga mengenai bahaya penyakit TB paru.
93
5.2 Saran
5.2.2 Rekomendasi
a) Mengusulkan terbentuknya kerja sama antara kepala desa setempat dan
tokoh masyarakat dan warga untuk membuat program wajib belajar 9
tahun dan mensukseskan program kesehatan STOP TB.
b) Mengusulkan pengadaan kerja sama antara kepala desa dan seluruh warga
untuk melakukan perlombaan rumah sehat agar semua masyarakat bisa
termotivasi untuk membuat rumah sehat.
c) Penyuluhan secara berkala yang berkerja sama dengan kepala desa, tokoh
masyarakat dan dinas kesehatan setempat.
d) Mengusulkan pengadaan kader kebersihan lingkungan dan kesehhatan
agar program kebersihan dan kesehatan pada lingkungan sekitar kampung
Garapan Desa Tanjung Pasir terus terlaksana.
94
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 1988. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Binarupa Aksara.
Tambayong Jan. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Kartikawatie T, Yusnita, & Yanto D. 2012. Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tangerang: Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2012.
Tangerang: Puskesmas Tegal Angus.
Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi II. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
Modul Kepaniteraan Kedokteran Komunitas Dan Kepaniteraan Kedokteran
Keluarga. Jakarta, 2011.
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta: ‒43.
Notoatmodjo, S. 2008. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta: 131‒162.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Peneitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta: ‒
24
95
Lampiran I
Kuesioner
KUESIONER
PENGETAHUAN MENGENAI TUBERKULOSIS
DAFTAR KUESIONER
I. UMUM
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Status keluarga :
4. Alamat :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :
7. Suku :
8. Penghasilan :
II. KHUSUS
Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang dianggap benar
A. Aspek Pengetahuan
1. Apakah anda dan anggota keluarga mengetahui apa itu Tuberkulosis ?
a. Tidak tahu
b. Ragu-ragu
c. Tahu
2. Menurut Anda apakah yang dimaksud penyakit tuberkulosis ?
a. Tidak tahu
b. Penyakit batuk-batuk akibat merokok
c. Penyakit batuk berdahak bercampur darah
96
3. Menurut Anda apakah penyebab penyakit tuberkulosis ?
a. Tidak tahu
b. Debu, asap, atau udara kotor
c. Kuman atau bakteri
B. Aspek Pendidikan
4. Apakah Pendidikan terakhir Anda ?
a. Tidak Sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
5. Apakah tingkat pendidikan terakhir tertinggi dikeluarga anda?
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Sarjana
C. Aspek Ekonomi
6. Apakah dalam keluarga Anda ada yang mempunyai pekerjaan yang tetap ?
a. Tidak
b. Ya
7. Berapakah pendapatan keluarga Anda per bulan ?
a. < Rp. 500.000
b. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
c. > Rp. 1.000.000
8. Apakah Anda mempunyai penghasilan lain diluar pekerjaan Anda ?
a. Tidak
b. Ya
97
9. Berapa jumlah bangunan rumah yang berada dalam satu lingkungan anda?
a. > 15 rumah
b. 10-15 rumah
c. < 10 rumah
10. Berapa jumlah anggota keluarga yang berada di rumah anda ?
a. > 6 orang
b. 4-6 orang
c. < 4 orang
11. Berapakah jarak antara satu rumah warga dengan rumah warga lainnya?
a. < 1 meter
b. 1-2 meter
c. > 2 meter
D. Aspek Informasi
12. Darimana Anda mengetahui tentang penyakit tuberkulosis ?
a. Tidak tahu
b. Dari lain-lain (tetangga, pengajian,dll)
c. Media (TV, Radio, Majalah, Iklan)
d. Puskesmas, Sekolah, Kantor
13. Apakah anda merasa perlu diadakan penyuluhan mengenai informasi
tentang TB Paru?
a. Perlu
b. Tidak Perlu
E. Sosial Budaya
Perilaku merokok
14. Apakah anda atau anggota keluarga anda ada yang merokok?
a. Ada
b. Tidak ada
98
15. Jika anda atau keluarga anda merokok, dimana biasanya tempat merokok ?
a. Di dalam rumah
b. Tidak menentu
c. Di luar rumah
d. Tidak merokok
16. Berapa banyak rokok yang dikonsumsi dalam satu hari?
a. >2 bungkus rokok
b. 1-2 bungkus rokok
c. <1 bungkus rokok
d. Tidak merokok
Status gizi
17. Apakah anda atau anggota keluarga anda mengalami penurunan berat badan
beberapa bulan terakhir ?
a. Iya
b. Tidak tahu
c. Tidak
18. Apakah bila anda batuk anda menutup mulut anda?
a. Tidak
b. Kadang-kadang
c. Iya
19. Apakah bila anda batuk, batuk anda disertai dengan dahak?
a. Iya
b. Tidak
20. Dimana anda membuang dahak bila anda batuk berdahak ?
a. Di mana saja
b. Di tanah
c. Di tong sampah
99
F. Aspek Pengalaman
21. Apakah anda atau keluarga anda ada yang pernah menderita batuk lama
(>2 minggu)?
a. Ada
b. Tidak ada
22. Apakah keluarga anda pernah berobat selama setidaknya 6 bulan pengobatan?
a. Iya, namun putus pengobatan
b. Iya, sedang dalam pengobatan
c. Iya, sudah selesai pengobatan
d. Tidak dalam pengobatan
Penilaian a = 0, b = 1, c = 2, d = 3
100
LAMPIRAN II
LEMBAR SKORING
I. ASPEK PENGETAHUAN
1. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
2. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
3. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
II. ASPEK PENDIDIKAN
1. Untuk pertanyaan no.4 apabila menjawab :
a. SMA berarti bernilai tingkat pendidikan baik = 3
b. SMP berarti bernilai tingkat pendidikan sedang = 2
c. SD berarti bernilai tingkat pendidikan rendah = 1
d. Tidak sekolah berarti tingkat pendidikan sangat rendah = 0
2. Untuk pertanyaan no.5 apabila menjawab :
a. Sarjana berarti bernilai baik = 3
b. SMA berarti bernilai sedang = 2
c. SMP berarti bernilai rendah = 1
d. SD berarti sangat rendah = 0
III. ASPEK EKONOMI
1. Untuk pertanyaan no. 6 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
101
b. Mendapatkan poin 1
2. Untuk pertanyaan no.7 apabila menjawab :
a. < Rp.500.000 berarti poin 0
b. Rp.500.000 – Rp.1.000.000 berarti poin 1
c. > Rp.1.000.000 berarti poin 2
3. Untuk pertanyaan no.8 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
4. Untuk pertanyaan no.9 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
5. Untuk pertanyaan no.10 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
6. Untuk pertanyaan no.11 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
IV. ASPEK INFORMASI
1. Untuk pertanyaan no. 12 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
d. Mendapatkan poin 3
2. Untuk pertanyaan no.13 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
102
V. ASPEK SOSIAL BUDAYA
Perilaku merokok
1. Untukpertanyaan no.14 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
2. Untuk pertanyaan no.15 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
d. Mendapatkan poin 3
3. Untuk pertanyaan no.16 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
d. Mendapatkan poin 3
Status gizi
4. Untuk pertanyaan no.17 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
5. Untuk pertanyaan no.18 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
6. Untuk pertanyaan no.19 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
7. Untukpertanyaan no.20 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
103
VI. ASPEK PENGALAMAN
1. Untuk pertanyaan no.21 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
2. Untuk pertanyaan no.22 diawab apabila pada pertanyaan no.21
jawaban ‘Ya’, maka skor menjawab :
a. Mendapatkan poin 0
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 2
d. Mendapatkan poin 3
104
LAMPIRAN III
Variabel – variabel Skoring Aspek Pengetahuan Tentang Tuberkulosis Paru
I. Variabel Aspek Pengatahuan
a. Jika Skor ≥ 4 : Maka pada keluarga binaan mempunyai pengetahuan
yang cukup baik tentang TB paru.
b. Jika Skor 2-3 : Maka pada keluarga binaan kurang mempunyai
pengetahuan tentang TB Paru dan masih membutuhkan binaan.
c. Jika Skor ≤ 1 : Maka pada keluarga binaan tidak mempunyai
pengetahuan tentang TB Paru dan sangat membutuhkan binaan sebagai
tambahan pengetahuan.
II. Variabel Aspek Tingkat Pendidikan
a. Jika Skor ≥ 4 : Maka pada keluarga binaan dikatakan memiliki tingkat
pendidikan tinggi.
b. Jika Skor 2-3 : Maka pada keluarga binaan dikatakan memiliki tingkat
pendidikan sedang
c. Jika Skor ≤ 1 : Maka pada keluarga binaan dikatakan memiliki tingkat
pendidikan rendah.
III. Variabel Aspek Ekonomi
a. Jika Skor > 8 : Maka pada keluarga binaan memiliki pendapatan yang
cukup baik.
b. Jika Skor 6-7 : Maka pada keluarga binaan memiliki pendapatan yang
sedang.
c. Jika Skor ≤ 5 : Maka pada keluarga binaan memiliki pendapatan yang
kurang.
IV. Variabel Aspek Informasi
a. Jika Skor > 3 : Maka pada keluarga binaan memiliki informasi yang
cukup baik tentang tuberkulosis paru.
b. Jika Skor 2 : Maka pada keluarga binaan memiliki informasi yang
kurang tentang tuberkulosis paru
105
c. Jika Skor ≤ 1.: Maka pada keluarga binaan memiliki informasi yang
sangat kurang tentang tuberkulosis paru.
V. Variabel Aspek Sosial Budaya
a. Jika Skor ≥ 10 : Maka pada keluarga binaan mempunyai perilaku sosial
budaya yang baik.
b. Jika Skor < 10 : Maka pada keluarga binaan mempunyai perilaku sosial
budaya yang kurang.
VI. Variabel Aspek Pengalaman
a. Jika Skor ≥ 1 : Maka pada keluarga binaan memiliki riwayat tentang
penyakit tuberkulosis paru.
b. Jika Skor 0 : Maka pada keluarga binaan tidak memiliki riwayat tentang
penyakit tuberkulosis paru.
106
107
108
109