Laporan Koas Hatchery-Breeding QLT
-
Upload
rizal-dwi-hardyana -
Category
Documents
-
view
395 -
download
12
description
Transcript of Laporan Koas Hatchery-Breeding QLT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tercatat sebesar 1,49%
per tahun (BPS 2010). Pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan
terjadinya peningkatan komsumsi protein hewani. Salah satu sumber protein
hewani dengan jumlah permintaan yang tinggi berasal dari sektor perunggasan.
Kandungan asam amino esensial yang lengkap dan daya serap yang tinggi dari
tubuh membuat daging ayam selalu menjadi pilihan utama sebagai sumber
protein. Harga daging ayam juga relatif lebih terjangkau masyarakat
dibandingkan daging sapi, domba, dan kambing. Selain itu, dunia perunggasan
juga menyumbangkan telur sebagai sumber pangan sehat, murah, dan bergizi
bagi masyarakat.
Pemenuhan permintaan dari sektor perunggasan dilakukan dengan
pembangunan sarana dan prasarana modern di sektor perunggasan untuk
menunjang produksi. Salah satu bidang yang mendapatkan perhatian serius
adalah pengembangan ayam pedaging atau ayam broiler. Jenis ayam ini
merupakan jenis ayam ras yang dimuliakan, dibibitkan, dan dikembangbiakkan
untuk menghasilkan daging dengan cepat (Haris 1997). Masa panennya singkat
sehingga memerlukan pemeliharaan yang intensif, baik dari pakan, manajemen
pemeliharaan dan pencegahan penyakit. Dengan demikian, pertumbuhan dan
pertambahan bobot badan ayam diharapkan dapat berlangsung cepat, sehingga
umur 7-8 minggu dapat mencapai bobot kurang lebih 2 kg (Aak 1987).
Pengembangan peternakan sangat bergantung pada manajemen
peternakan dan kesehatan unggas dimulai dari breeding farm, hatchery, sampai
ke peternakan komersil. Breeding farm diharapkan menghasilkan telur yang
bagus dan sedapat mungkin bebas kontaminan, sehingga dapat menjamin
tersedianya bibit unggas yang berkualitas. Bibit unggas yang berkualitas
didapatkan dari tempat penetasan atau hatchery yang mempunyai manajemen
yang bagus. Selanjutnya, keluaran yang diharapkan adalah produk pangan asal
hewan yang berkualitas, Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH).
Jaminan terhadap berbagai pencapaian seperti yang dijelaskan di atas
dapat terlaksana dengan bantuan peran dokter hewan yang professional dan
berkualitas. Oleh karena itu, sebagai calon dokter persiapan kemampuan dan
kecakapan dalam menerapkan disiplin ilmu sesuai profesi yang dikembangkan
sangat diperlukan. Kemampuan tersebut dapat tercapai melalui berbagai
pembekalan melalui pendidikan, pengetahuan, pengalaman sehingga membuka
wawasan berfikir secara sistematis, analitis dan logis. Dalam upaya memperluas
wawasan dan memberikan pengalaman bagi calon dokter hewan diperlukan
suatu tempat untuk menimba pengalaman bidang profesi yang kelak akan
ditekuninya. Salah satu media mendapatkan pengalaman lapangan bagi calon
dokter hewan adalah melakukan magang profesi diluar kampus, terutama bidang
perunggasan.
Tujuan
Tujuan dari kegiatan Magang Profesi Wajib Perunggasan (MPWP) di
Hatchery PT QL Trimitra Cianjur, Jawa Barat. antara lain:
1. Menjalin dan membina relasi yang baik antara perguruan tinggi dengan
berbagai instansi peternakan unggas dalam berbagi, mengembangkan,
dan menerapkan ilmu pengetahuan, serta teknologi.
2. Menghasilkan lulusan dokter hewan yang mampu mengharmonisasikan
antara kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan sesuai dengan
standar kompetensi dokter hewan
3. Meningkatkan profesionalisme calon dokter hewan, khususnya di bidang
manajemen pemeliharaan dan kesehatan unggas.
Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan Magang Profesi Wajib Perunggasan
ini adalah terciptanya hubungan kerjasama antar institusi, serta menambah
pengetahuan dan pengalaman di bidang peternakan unggas yang merupakan
salah satu bidang pekerjaan bagi dokter hewan. Selain itu, kegiatan magang ini
akan menjadi suatu bekal dalam mempersiapkan mahasiswa Program
Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH), Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor (FKH-IPB) untuk memasuki dunia kerja.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Waktu dan Tempat
Magang profesi perunggasan ini dilaksanakan selama 4 minggu, yaitu
sejak tanggal 17 Juni s.d 12 Juli 2013 bertempat di Hatchery dan kandang
Breeding PT QL Trimitra, Cianjur, Jawa Barat.
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan magang profesi wajib perunggasan di Hatchery dan Breeding
PT QL Trimitra Cianjur, dilakukan dengan mengikuti kegiatan rutin, berupa
grading telur, fumigasi telur, cooling telur, setting mesin inkubasi, transfer dan
candling telur, hatching, pull out, vaksinasi dan pengemasan DOC, afkir ayam,
pemberian pakan, sanitasi, serta pengumpulan telur. Pembimbing kampus dari
kegiatan MPWP ini adalah drh. Vetnizah Juniantito Phd. APVet dan pembimbing
lapangnya adalah drh. Erwin Rusmana dan drh. Zan Riadi.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Profil PT. QL Group Indonesia
PT. QL Group Indonesia merupakan sebuah perusahaan Penanaman
Modal Asing (PMA) hasil kerja sama antara perusahaan QL Malaysia dengan
Trimitra Group Indonesia. Perusahaan ini dirintis pertama kali oleh Chia Mak
Hooi dari QL Resourrces bhd. dan drh. Cecep Moch. Wn. M. H. dengan
pembagian saham masing-masing 80% dan 20%. Perusahaan ini resmi berdiri
pada tanggal 5 Maret 2010 yang disahkan oleh Keputusan Menteri Hukum dan
HAM RI No: AHU-19532.AH.01.01 tahun 2010 pada tanggal 16 April 2010.
Visi PT. QL Group Indonesia adalah untuk membangun sektor
peternakan yang merupakan basis ekonomi masyarakat Cianjur pada khususnya
dan Indonesia pada umumnya dengan fokus pada penggunaan teknologi maju,
efisien, ramah lingkungan, dan memiliki nilai tambah yang tinggi. Misi dari PT. QL
Group Indonesia adalah mengembangkan perusahaan, meningkatkan
perekonomian masyarakat, dan memenuhi permintaan masyarakat terhadap
kebutuhan daging dan telur ayam berkualitas tinggi, higienis, halal, dan
berstandar HACCP untuk skala nasional, terutama daerah Jawa Barat dan
Jabodetabek.
Pada masa awal mula berdiri, bisnis Trimitra Indonesia merupakan
perusahaan perdagangan ayam hidup, telur, dan sapronak. Setelah bergabung
dengan QL Resourrces bhd., bisnis yang ada diperluas ke bidang pembibitan
dan penetasan ayam pedaging. Proses joint venture ini memberikan hasil yang
sangat berarti bagi perusahaan, antara lain peningkatan modal perusahaan,
penambahan aset dan karyawan, serta peningkatan keuntungan.
PT. QL Group Indonesia memiliki lokasi peternakan yang tersebar di
Kabupaten Cianjur, Sukabumi, dan Bogor. Komoditi yang dihasilkan dari wilayah
Sukabumi dan Bogor adalah ayam pedaging, sedangkan dari wilayah Cianjur
selain menghasilkan ayam pedaging, juga menghasilkan DOC. Produk-produk
yang dihasilkan oleh PT. QL Group Indonesia antara lain ayam hidup, DOC
(ayam umur sehari), dan sapronak. Sistem perkandangan yang diterapkan pada
peternakan PT. QL Group Indonesia yaitu open house untuk usaha ayam hidup
dan closed house untuk usaha DOC, breeding, serta laying. Pada usaha
peternakan ayam Layer, PT. QL Group Indonesia bahkan menjadi perusahaan
berbasiskan teknologi yang paling modern di Indonesia. Selain itu, PT. QL Group
Indonesia memiliki usaha di bidang hatchery dan selanjutnya usaha di bidang
feedmill.
Struktur Organisasi PT. QL Trimitra
PT. QL Trimitra Hatchery merupakan anak perusahaan PT. QL Trimitra
yang dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi staf expedisi dan supir,
staf administrasi, supervisor engineering, operator engineering, supervisor
produksi, asisten supervisor produksi, operator cool room, operator produksi,
vaksinator, dan petugas keamanan. Manager bertugas untuk mengawasi kerja
pada masing-masing bagian. Struktur organisasi PT. QL Trimitra Hatchery
ditampilkan pada Gambar 1. Begitu pula Cianjur Breeding Farm 1 dipimpin oleh
seorang manajer yang membawahi supervisor, asisten supervisor, staf
administrasi, operator kandang, dan operator gudang. Supervisor bertugas untuk
mengawasi kerja operator kandang yang bertanggung jawab menjaga
kandangnya masing-masing. Struktur organisasi Cianjur Breeding Farm 1 PT. QL
Trimitra ditampilkan pada Gambar 2
Gambar 1 Struktur organisasi PT. QL Trimitra Hatchery
Gambar 2. Struktur Organisasi di Cianjur Breeding Farm 1PT. QL Trimitra.
Administrasi Supervisor Teknisi Operator Gudang
Assisten Supervisor
Operator Kandang
Manager
General Manager
Direktur
Presiden direktur
Prinsip Kerja PT. QL Group Indonesia
Prinsip kerja yang diterapkan oleh PT. QL Group Indonesia memiliki fokus
pada sanitasi, biosekuriti, dan lalu lintas. Sanitasi diterapkan agar lingkungan
peternakan tetap terjaga kebersihannya. Biosekuriti diterapkan pada dua pintu
utama, yaitu di pintu gerbang masuk area hatchery maupun breeding berupa
fogging kering dengan cairan disinfektan aerosol dan di kamar mandi berupa
fogging basah dengan cairan desinfektan saat akan memasuki area kantor dan
produksi. Desinfeksi dan fogging terhadap seluruh bagian dalam ruangan
hatchery juga dilakukan pada sore hingga malam hari setelah proses produksi
dilakukan. Fumigasi terhadap telur dengan menggunakan campuran formalin dan
kalium permanganat bertujuan membersihkan telur dari berbagai agen penyakit.
Selain itu juga Lalu lintas diterapkan pada pembatasan orang-orang yang keluar-
masuk peternakan untuk mengurangi terjadinya kontaminasi dan penularan
sumber penyakit.
Komponen utama dari tindakan biosecurity adalah Isolasi, pengawasan
lalu lintas serta sanitasi. Tindakan pencegahan masuknya penyakit dalam suatu
peternakan komersil dapat dilakukan dengan penerapan pola biosecurity yang
baik. Pencegahan penularan penyakit dapat dilakukan dengan cara mencegah
penularan dari hewan ke hewan, mencegah penularan dari hewan ke manusia,
dan tindakan pencegahan terhadap penularan dari manusia ke manusia.
Tindakan isolasi dilakukan untuk mencegah masuknya kontaminan dari
luar peternakan, salah satunya dengan membangun pagar di sekeliling area
gedung produksi, sehingga tidak langsung berhubungan dengan lingkungan luar.
Tindakan lain yang dilakukan adalah desinfeksi orang dan kendaraan yang
masuk ke dalam area hatchery dan breeding. Tindakan yang perlu dilakukan
yaitu mengatur lalu lintas dari dalam maupun dari luar peternakan dengan cara
memperhatikan kendaraan dan peralatan yang keluar masuk area hatchery dan
breeding, serta mengatur lalu lintas staf, petugas maupun visitor agar tidak
terjadi cross infection. Manajemen di QL mengenai lalu lintas kendaraan dan alat
maupun petugas sudah diterapkan, hal ini meliputi adanya penjagaan di gerbang
menuju area hatchery dan breeding farm. Cara yang dilakukan adalah dengan
membersihkan dan mendisinfeksi kendaraan dan peralatan untuk mengangkut
telur dan DOC. Higiene personal juga termasuk dalam salah satu tindakan
pencegahan masuknya penyakit ke dalam peternakan. Biosekuriti personal yang
diterapkan yaitu dengan kegiatan fogging dengan cairan desinfektan TH4
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan mandi.
Komponen biosecurity lainnya yaitu sanitasi, peternakan ini menerapkan
penyemprotan dengan menggunakan TH4 di dalam area hatchery, kandang, dan
gedung produksi setiap hari sebanyak 2 kali dan penyemprotan Longlife di
sekitar kandang setiap sore dengan dosis 1:200.
PEMBAHASAN
1. Hatchery PT. QL Trimitra
1.1 Biosekuriti
Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dalam produksi
peternakan ayam maka perlu dilakukan pemberantasan agen penyakit seperti
virus, bakteri, jamur, dan coccidia. Untuk mengurangi jumlah mikrooorganisme
penyebab infeksi yang ada pada lingkungan diperlukan pelaksanaan biosekuriti
yang baik. Biosekuriti merupakan salah satu bentuk paling efektif dalam proteksi.
Prosedur utama dari biosekuriti adalah disinfeksi dan sanitasi yang harus
dikombinasikan dengan program vaksinasi dan eradikasi agen patogen hingga
mencapai tingkat yang tidak membahayakan.
Beberapa prinsip biosekuriti yang dapat digunakan dalam manajemen
hatchery antara lain:
a. Keamanan tempat
Pencegahan infeksi pada area hatchery dari tempat lain dapat dilakukan
dengan menggunakan foot dipping, wheel dipping, vehicle spray, personel
spray, hand washing, serta penggunaan pakaian pelindung.
b. Sanitasi air
Air yang digunakan dalam proses produksi dapat menjadi sumber penularan
agen penyakit. Tangki penyimpanan air dan pipa air perlu dibersihan secara
teratur dan didisinfeksi menggunakan disinfektan yang tidak mencemari air.
Penerapan biosekuriti pada hatchery dilakukan sejak pengiriman telur tetas
dari breeder. Sebelum mengirimkan telur tetas, mobil harus dibersihkan dan
didisinfeksi terlebih dahulu untuk mencegah transmisi agen penyakit dari
peternakan ke area hatchery. Di dalam peternakan, supir harus memperhatikan
higiene tempat pemasukan telur ke mobil sehingga dapat meminimalisir
terbawanya agen penyakit di dalam bahan organik yang berasal dari peternakan.
Salah satu standar biosekuriti yang dibutuhkan dalam hatchery adalah
pelatihan dan pengawasan terhadap karyawan. Suatu hatchery seharusnya
menetapkan area kerja dan tempat kerja yang spesifik untuk setiap karyawan.
Seluruh personal yang bekerja di dalam area hatchery harus menggunakan
pakaian khusus yang telah disediakan. Karyawan yang berhubunganlangsung
dengan telur tetas dan DOC juga wajib menggunakan masker dan tutup kepala
selama proses produksi. Sebelum memasuki area produksi seluruh karyawan
wajib mengikuti prosedur biosekuriti berupa penyemprotan desinfektan dan
mandi di tempat yang telah tersedia untuk mencegah terbawanya agen penyakit
masuk kedalam area produksi. Para karyawan juga harus mencuci tangan
sebelum melakukan kontak dengan telur maupun DOC.
1.2 Manajemen hatchery
Penetasan merupakan salah satu bagian dari proses produksi anak ayam
(DOC) sebelum anak ayam dapat dipasarkan. Anak ayam yang dihasilkan dapat
berupa anak ayam parent stock dan anak ayam komersial. Proses ini diawali dari
peternakan breeding yang memproduksi telur tetas atau hatching eggs (HE).
Proses produksi anak ayam di hatchery merupakan penetasan buatan
menggunakan mesin inkubator (setter) dan mesin penetasan (hatcher) yang
mengadopsi teknik pengeraman dan penetasan oleh induk ayam. Faktor-faktor
yang diadopsi antara lain suhu fisiologis induk ayam, sirkulasi udara,
kelembaban, dan pembalikan telur tetas selama pengeraman, yang terlihat saat
pada induk ayam mengerami.
Suhu tubuh normal seekor induk ayam sekitar 41 ⁰C yang ditransmisikan
ke setiap telur tetas yang dierami menjadi 37,8 ⁰C – 38,3 ⁰C pada permukaan
telur tetas. Suhu tersebut merupakan suhu ideal untuk proses miosis dan mitosis
zigot atau blastoderm menjadi embrio hingga menjadi anak ayam. Penetasan
telur tetas broiler membutuhkan waktu sekitar 22 hari yang dimulai saat
terjadinya ovulasi sel telur dan fertilisasi dalam alat reproduksi ayam betina pada
daerah kalaziferus sampai telur keluar dari kloaka yang memerlukan waktu 25
jam atau kurang lebih 1 hari. Bila ditambah dengan 21 hari saat penetasan di
hatchery, maka waktu penetasan totalnya menjadi 22 hari. Hal ini dapat menjadi
permasalahan pada hatchery karena telur tetas yang diproduksi tidak langsung
masuk ke dalam mesin, sehingga diperlukan penanganan khusus saat
penyimpanan supaya telur tetas tidak rusak (zigot atau blastoderm mati). Untuk
mengatasi masalah tersebut maka telur tetas disimpan pada suhu 55-68 ⁰F
(12,78-20 ⁰C) dengan kelembaban relatif 75-80%.
Hatchery menerima telur dari Breeding Farm untuk ditetaskan. Telur strain
Cobb berasal dari ayam parent stock umur 25 minggu, umur 45 minggu, dan
umur 62 minggu. Alur produksi dari masuknya telur tetas hingga dikeluarkan
dalam bentuk day old chick (DOC) melalui beberapa tahapan, yaitu grading telur
tetas, fumigasi terhadap telur tetas, penyimpanan telur di cool room, pengeraman
di dalam mesin setter, transfer-candling, proses penetasan di dalam mesin
hatcher, seleksi DOC, vaksinasi, serta pendistribusian DOC sesuai delivery order
(DO).
a) Grading Telur
Telur tetas (hatching egg) yang diterima dari Breeding Farm ayam pullet
maupun laying ditransport ke arean hatchery dengan menggunakan mobil
pengangkut yang telah didesinfeksi terlebih dahulu. Jumlah hatching egg yang
diterima sekitar 45000–50000 telur per hari atau sekitar 330000 telur per minggu.
Pada puncak produksi jumlah telur yang masuk akan jauh lebih tinggi. Hatching
egg kemudian diseleksi (grading) berdasarkan beberapa kategori dan dilakukan
di dalam grading room. Telur yang layak untuk ditetaskan dikelompokkan ke
dalam kategori besar dan kecil, sedangkan telur yang tidak layak untuk
ditetaskan akan diafkir dan dipasarkan sebagai telur komersil. Kategori telur tetas
yang ditetapkan di Hatchery PT. QL Trimitra memiliki bobot antara 48-72 g,
memiliki bentuk yang normal, dan kerabang telur tidak tipis, kotor, retak, atau
pecah. Menurut SNI No.01-4868.1-2005 tentang Bibit Niaga (Final Stock) Ayam
Ras Tipe Pedaging Umur Sehari (Kuri/DOC), standar bobot DOC minimal adalah
37 g, atau 65% dari bobot hatching egg. Sehingga minimal bobot telur tetas
adalah sekitar 57 g. Sedangkan menurut Wirapartha et al. (2012), seleksi telur
yang akan ditetaskan didasarkan pada bobot normal (minimal 46-56 g), bentuk
telur normal, lama penyimpanan telur maksimal 4 hari, suhu penyimpanan telur
18-19 °C, dan kerabang telur tidak tipis, kotor, retak atau pecah.
Telur-telur yang tidak layak kemudian diafkir dan dikategorikan ke dalam
beberapa kriteria, antara lain telur berukuran terlalu besar (jumbo), telur yang
terlalu kecil dengan bobot di bawah 48 g (small), telur abnormal, telur berbentuk
lonjong, telur dengan kerabang tipis (thin shell), telur retak (crack) atau pecah,
dan telur kotor. Hatching egg yang sudah diseleksi kemudian disusun di dalam
tray setter (150) dan diberikan kode sesuai kode kandang dan tanggal
penerimaan telur.
b). Fumigasi
Telur tetas yang sudah melewati proses grading dan disusun dalam tray
setter ditempatkan dalam rak lori. Lori berisi telur tetas tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam ruang fumigasi dan disusun sedemikian rupa agar
menyisakan tempat kososng dibagian tengah ruangan untuk meletakkan wadah
berisi bahan untuk fumigasi. Fumigasi pada hatching egg dilakukan untuk
mengurangi kontaminasi bakteri yang menempel pada telur yang dapat
menurunkan daya tetas telur (Wirapartha et al. 2012). Fumigasi dilakukan
dengan menggunakan bahan campuran kalium permanganat (KMnO4) dan
formalin, dengan perbandingan 1:2. Fumigasi dengan formalin mampu
membunuh 99% mikroorganisme pada kulit telur jika konsentrasi yang diberikan
sebanyak 3x selama 20 menit. Campuran dari formalin dan kalium permanganat
akan menghasilkan gas formaldehid. (Dafwang et al. 2005). Jumlah campuran
yang digunakan untuk fumigasi pada Hatchery PT QL Trimitra adalah 14 gram
KMnO4 dan 28 mL formalin per m3 (double doses). Setelah 15-20 menit
campuran dikeluarkan dari ruangan dan exhaust fan dalam ruangan dinyalakan
agar gas formaldehid yang ada di dalam ruangan tersedot keluar. Menurut
Wirapartha et al. (2012), dosis penggunaan campuran kalium permanganat
(KMnO4) dan formalin untuk fumigasi adalah 7,2 g KMnO4 ditambah 15,2 ml
formalin per m3.
c). Penyimpanan Telur di Dalam Cool Room
Telur tetas (hatching egg) yang sudah difumigasi dipindahkan ke dalam
cool room. Penyimpanan hatching egg di dalam cool room dilakukan dengan
tujuan mengistirahatkan embrio di dalam hatching egg agar tidak berkembang
sehingga penetasan menjadi seragam. Hatchery PT QL Trimitra memiliki dua
cool room, dimana hatching egg yang sudah di-grading dan difumigasi akan
dimasukkan ke cool room 1. Hatching egg yang siap untuk dimasukkan ke dalam
mesin setter untuk disusun ulang dan dipindahkan ke dalam cool room 2.
Pengaturan suhu di dalam cool room disesuaikan dengan lama penyimpanan.
Hatching egg disimpan antara 1-3 hari dengan suhu sekitar 19-20 °C (cool room
1) dan 15-17 °C (cool room 2) dan kelembaban 80-85%, sedangkan untuk waktu
penyimpanan lebih lama, antara 4-7 hari, suhu cool room 1 diatur menjadi 12-15
°C. Telur tetas bisa disimpan pada suhu 55-68 °F (12,78-20 °C) dengan
kelembaban relatif 75-80%. Telur tetas akan rusak bila suhu lingkungan
sekitarnya di atas 70 ⁰F (21,11⁰C) dan di bawah 32 ⁰F (0 ⁰C). Suhu inilah yang
merupakan critical point saat penyimpanan dan benar-benar harus diperhatikan.
d). Pengeraman di Dalam Mesin Setter
Setelah dilakukan penyimpanan di dalam cool room selama 1-3 hari
selanjutnya telur-telur tetas dimasukkan ke dalam mesin setter yang kosong
untuk preheat. Mesin setter yang digunakan oleh Hatchery PT. QL Trimitra
adalah mesin setter tipe single stage. Mesin tipe single stage yang digunakan
memungkinkan hatching egg yang masuk dapat keluar secara bersamaan.
Sistem single stage prinsipnya bahwa dalam satu mesin setter terdapat telur
tetas dengan umur yang sama, sehingga telur dalam satu mesin dalam jumlah
besar masuk secara bersamaan. Terdapat 12 mesin setter yang dapat
digunakan dalam area produksi.
Sebelum dilakukan pengeraman (setting), perlu dilakukan proses preheat
untuk menyesuaikan suhu telur yang baru keluar dari cool room (suhu 68 °F/20
°C, kelembaban 65%) ke suhu mesin setter yang hangat (77 °F/25 °C, dengan
kelembaban 51%). Lama waktu untuk preheat tergantung dari lama
penyimpanan hatching egg di dalam cool room. Untuk lama penyimpanan 1-3
hari, lama preheat antara 9-12 jam.
Saat telur berada di dalam mesin setter, perlu dilakukan pengecekan dan
kontrol terhadap mesin setter pada awal telur masuk, setelah setting, dan
sebelum penggantian. Pengecekan setter wajib dilakukan setiap hari meliputi
pengecekan posisi turning gear, kemiringan 46°, posisi rak, kondisi trolly, serta
ada atau tidaknya kebocoran air. Di dalam mesin setter, suhu, kelembaban,
ventilasi, dan CO2 dipantau setiap satu jam sekali. Hatching egg dieramkan di
dalam mesin setter selama kurang lebih 18 hari dengan pengaturan suhu seperti
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Pengaturan suhu, kelembaban relatif, ventilasi udara, dan kemiringan telur di dalam mesin setter.
Waktu pengaturan (hari.jam)
Suhu inkubasi Kelembaban Ventilasi Kemiringan
Set point (°F)
Suhu kerabang telur (°F)
Set point (%)
Set point (%)
Set point (posisi)
(-0.05)-(0.08) 77,0-81,0 100,0 53 0 Horizontal=00.00 100,4 100,0 53 0 21.00 100,2 100,0 53 0 22.00 100,0 100,0 53 0 2
Waktu pengaturan (hari.jam)
Suhu inkubasi Kelembaban Ventilasi Kemiringan
Set point (°F)
Suhu kerabang telur (°F)
Set point (%)
Set point (%)
Set point (posisi)
3.00 99,9 100,0 53 10 24.00 99,9 100,0 53 10 25.00 99,9 100,0 53 10 26.00 99,8 100,0 53 20 27.00 99,8 100,0 53 30 28.00 99,7 100,0 53 30 29.00 99,7 100,0 53 30 210.00 99,6 100,0 53 40 211.00 99,5 100,0 53 40 212.00 99,2 100,0 53 40 213.00 98,8 100,1 53 50 214.00 98,5 100,5 53 50 2 atau 315.00 98,3 101,0 53 50 2 atau 316.00 98,0 101,3 53 60 2 atau 317.00 98,0 101,5 53 60 2 atau 318.00 98,0 101,5 53 60 1 atau 3
e). Candling dan Transfer Hatching Egg
Setelah 18-19 hari berada di dalam mesin setter, selanjutnya telur tetas
diseleksi di ruang transfer untuk kemudian dipindahkan ke mesin tetas atau
mesin hatcher. Seleksi dilakukan dengan menggunakan candling table untuk
memisahkan telur yang berembrio dan telur infertil. Candling table ini terletak di
ruang transfer yang terletak di antara ruang setter dan ruang hatcher. Telur yang
mengandung embrio dicirikan dengan adanya suatu masa di dalam telur yang
membuat telur terlihat gelap. Sedangkan untuk telur yang infertil akan terlihat
cenderung mempunyai aspek merah terang karena meneruskan cahaya lampu.
Selain itu juga perlu dilakukan pemisahan telur yang meledak (explose) dari telur
berembrio untuk mengurangi kontaminasi pada saat penetasan. Telur explose
disebabkan oleh adanya kontaminasi dari bakteri ke dalam isi telur sehingga
menyebabkan embrio mati dan isi telur membusuk. Telur yang sudah diseleksi
kemudian dimasukkan ke dalam mesin hatcher.
f). Penetasan di Dalam Mesin Hatcher
Hatching egg yang telah dieramkan di dalam mesin setter selama kurang
lebih 18 hari kemudian dipindahkan ke dalam mesin hatcher selama 2 hari untuk
ditetaskan. Mesin hatcher yang digunakan adalah mesin hatcher tipe single
stage.Terdapat 6 mesin hatcher yang digunakan di area produksi..
Selama periode penetasan, perlu dilakukan pengecekan terhadap suhu,
kelembaban, konsentrasi CO2, dan pertukaran udara untuk mendapatkan hasil
tetas yang berkualitas. Anak ayam atau DOC yang sudah menetas dibiarkan
tetap berada di ruang hatcher sampai layak untuk dikeluarkan ke ruang seleksi.
Ciri DOC yang sudah siap untuk dikeluarkan adalah 95% bulu sudah kering,
sudah dapat berdiri tegak, paruh tidak pucat, sisik kaki kuning dan tidak kering,
dan kerabang telur ketika diremas sudah sedikit mengeras.
g). Seleksi Day Old Chick (DOC)
DOC yang sudah menetas dikeluarkan dari mesin hatcher untuk diseleksi.
Seleksi dilakukan berdasarkan kondisi fisik DOC. Menurut SNI No.01-4868.1-
2005, standar DOC yang baik yaitu memiliki kondisi fisik sehat, kaki normal dan
berdiri tegak, paruh normal, segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan
bentuk dan cacat fisik, warna bulu seragam sesuai strain, bulu kering dan
berkembang, umbilikal dan kloaka kering, serta umbilikal tertutup.
Menurut Deeming (1995) yang diacu oleh Ditya dan Hananto (2012)
kualitas DOC dipengaruhi oleh kualitas inkubator, kondisi lingkungan saat
inkubasi, dan karakteristik telur. Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa
lama penyimpanan (egg storage time) pada saat holding juga mempengaruhi
kualitas telur, perkembangan embrio, dan waktu inkubasi. Metode yang paling
objektif untuk menentukan kualitas DOC adalah dengan mengukur angka
mortalitas ayam pada minggu pertama, namun cara ini dianggap terlalu lambat
karena harus menunggu sampai ayam berumur 1 minggu. Berdasarkan hasil
penelitian dari Universitas Georgia (2005), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas DOC yang tertera pada Tabel 2. Sedangkan untuk sistem
skoring dalam menentukan kualitas DOC dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Faktor yang menentukan kualitas DOC
Kualitas telur tetas Ukuran, bentuk, warna, integritas kerabang,
dan kontaminasi
Waktu koleksi Mempengaruhi tahap perkembangan
embrio
Penyimpanan telur Suhu dan kelembaban harus sesuai
Suhu inkubasi Variasi suhu panas/dingin yang terlalu jauh
sebaiknya dihindari
Konsentrasi CO2 dalam
inkubator
Pada konsentrasi tertentu, CO2 dibutuhkan
untuk perkembangan embrio, tetapi pada
konsentrasi tinggi dapat menurunkan
kualitas DOC
Masa tetas telur Jarak antara telur yang menetas paling awal
dan paling akhir perlu diperhitungkan untuk
menentukan kapan DOC dikeluarkan dari
inkubator. Hal ini sangat berdampak pada
performa ayam
Sumber: Univeristy of Georgia (2005)
Tabel 3. Parameter dan sistem penilaian yang digunakan untuk menilai kualitas DOCNo Parameter Deskripsi Karakteristik Skor
1 Aktivitas
ayam
DOC diposisikan terlentang
kemudian diamati cepat/tidaknya
respon untuk kembali pada posisi
berdiri. Apabila DOC langsung
berdiri maka DOC tersebut masuk
dalam kriteria kuat, sedangkan
apabila membutuhkan waktu yang
lama untuk berdiri DOC masuk
dalam kriteria lemah
Aktif
Lemah
6
0
2 Penampilan
luar/fisik
DOC harus kering dan bersih (bulu
bersih dari kerabang, membrane,
dan sisa kuning telur.
Bulu bersih dan
kering
Bulu basah
Bulu basah dan
kotor
10
8
0
3 Retracted
Yolk
DOC diposisikan terlentang di atas
telapak tangan. Sentuh perlahan
bagian abdomen kemudian
estimasikan ukuran dan
konsistensi kuning telur (besar
atau kecil, keras atau sedang).
DOC yang memiliki kuning telur
besar dan konsistensi keras
cenderung masuk kriteria DOC
dengan kualitas buruk
Normal
Ukuran besar
dan konsistensi
keras ketika
diraba
12
0
4 Mata Mata yang terbuka sempurna,
awas, dan
Mata cerah dan
terbuka
16
bersinar menunjukkan DOC
berkualitas baik. Mata terbuka
tetapi terlihat suram
menunjukkan kualitas sedang,
sedangkan mata tertutup
menunjukkan DOC tersebut
berkualitas buruk
Mata terbuka
tetapi suram
Mata tertutup
8
0
5 Kaki DOC diposisikan berdiri kemudian
dilihat sikap berdirinya apakah ada
luka atau memar pada kedua
kakinya
Kaki dan jari
normal
1 kaki terinfeksi
2 kaki terinfeksi
16
8
0
6 Pusar Lakukan pemeriksaan pusar
apakah sudah tertutup sempurna
atau belum, kemudian amati
warna kulit di sekitar pusar. Warna
kulit pusar yang berbeda dengan
kulit DOC menunjukkan DOC
berkualitas buruk
Bersih dan
tertutup
sempurna
Terbuka dan
sewarna dengan
kulit disekitarnya
Terbuka dan
warna berbeda
dengan kulit
disekitarnya
12
6
0
7 Sisa
membran
Banyaknya membran pusar yang
tersisa bisa dikategorikan sebagai
kecil, besar, sangat besar. Jika
membrane terlihat seperti benang
termasuk dalam kategori kecil
Tidak ada
membran
Membran kecil
seperti benang
Ukuran membran
besar
Ukuran membran
sangat besar
12
8
4
0
8 Sisa kuning
telur
Lakukan perabaan pada bagian
abdomen, kemudian raba ukuran
sisa kuning telur atau observasi
ada atau tidaknya sisa kuning telur
yang keluar dari abdomen DOC
Tidak ada sisa
kuning telur
Kuning telur kecil
Kuning telur
besar
Kuning telur
16
12
8
0
sangat besar
Sumber: Univeristy of Georgia (2005)
Setelah melakukan penilaian berdasarkan kriteria-kriteria tersebut maka
didapat skor dengan total skor tertinggi 100. Tinggi atau rendahnya skor
menentukan kemampuan ayam untuk bertahan hidup dan tingkat keparahan
anomali yang terdapat pada ayam tersebut. Setelah itu perlu dilakukan
penimbangan berat anak ayam/DOC dan berat ketika sudah berumur 7 hari
sehingga dapat diukur pertumbuhan relatifnya dengan rumus :
RG (Relative growth) = 100 x (berat ayam pada umur 7 hari- berat DOC)
/berat DOC
DOC dimasukkan ke dalam box dengan kapasitas 100 ekor, namun perlu
dilakukan penambahan 2 ekor DOC dalam setiap box karena kematian DOC
dalam perjalanan diperkirakan sekitar 2%. DOC yang bagian umbilikalnya tidak
menutup sempurna diafkir. Umbilikal yang tidak menutup sempurna secara
sempurna dapat disebabkan oleh kontaminasi bakteri maupun pengaturan suhu
yang kurang tepat pada mesin setter atau hatcher. Omphalitis atau navel
infection atau black navel, yang merupakan penyakit avian colibacillosis,
merupakan penyakit yang menyerang jaringan kulit dan disebabkan oleh
Escherichia coli. E.coli dapat menyebabkan depresi, septisemia, serta pusar
(navel) membengkak, menebal, dan terasa basah jika diraba. Untuk mencegah
penyakit colibacillosis dapat dilakukan dengan cara mengurangi telur tetas yang
terkontaminasi. Fumigasi di farm selama masa penyimpanan dan menerapkan
prosedur sanitasi dan fumigasi yang baik difarm breeding dan hatchery
merupakan cara untuk mengurangi kontaminasi (Fadilah dan Polana 2004).
Total jumlah DOC setiap kali produksi sangat bervariasi. DOC yang bagus
dan lolos seleksi dimasukkan ke dalam box DOC. Setiap box berisi 102 ekor
DOC. Setelah semua DOC pada satu hari produksi dimasukkan ke dalam box,
dilakukan seleksi dan pengecekan ulang untuk memastikan kualitas dan
kuantitas DOC yang akan didistribusikan. DOC yang sudah dicek ulang disusun
di atas trolly dan disusun berdasarkan delivery order (DO).
1.3 Vaksinasi DOC
Hatchery PT QL Trimitra juga mengeluarkan produk DOC yang sudah
divaksinasi. Vaksinasi dilakukan sesuai dengan permintaan (delivery order)
pembeli. Vaksinasi yang biasa diberikan antara lain vaksin Newcastle Disease
(ND), Infectious Bursal Disease (IBD/Gumboro), dan Infectious Bronchitis (IB).
Vaksin ND yang digunakan mengandung virus ND strain La Sota inaktif,
dihomogenkan dengan minyak adjuvant dan merthiolate sebagai bahan
preservasi. Vaksin ini dikombinasikan dengan penggunaan adjuvant yang
mempunyai viskositas yang sangat rendah dan mempunyai konsentrasi antigen
yang tinggi untuk memberikan perlindungan terhadap ND yang bertahan lama.
Vaksin ini diindikasikan untuk ayam broiler umur muda, yaitu DOC dan
diadministrasikan melalui subkutan atau intramuskular pada bagian leher dengan
dosis 0,1 ml per DOC (CEVA 2010a).
Vaksinasi untuk IBD yang diberikan di Hatchery PT. QL Trimitra
menggunakan dosis 0,1 ml per DOC. Vaksin IBD tersebut merupakan vaksin
dengan teknologi immune kompleks yang mengandung virus Infectious Bursa
Disease (IBD) strain Winterfield 2512 dan immunoglobulin terhadap IBD.
Bentukan komplek imun yang dibentuk oleh vaksin dan antibodi IBD akan
melindungi virus dari netralisasi antibodi induk dan memberikan keamanan
terhadap embrio dan DOC. Vaksin ini sangat aman terhadap embrio ayam umur
18 hari dan ayam broiler sehat umur 1 hari yang disuntik melalui in-ovo dan
subkutan. Vaksin ini dapat digunakan bersamaan dengan antibiotik pada saat
disuntikkan. Penggunaan secara bersamaan dengan vaksin ND pada DOC tidak
mempengaruhi efikasi dari tersebut (CEVA 2010b). Selain vaksin tersebut,
digunakan juga vaksin ND kombinasi dengan vaksin IB yang diaplikasikan
melalui cara spray.
Kombinasi vaksin ND dan IBD di Hatchery PT QL Trimitra diberikan secara
subkutan pada bagian belakang leher menggunakan alat Dovac Double
Automatic Injector. Vaksinasi DOC dilakukan oleh petugas khusus yang sudah
terampil mengoperasikan alat. Selain injector vaksin, Hatchery PT QL Trimitra
Cianjur juga menggunakan alat Desvac Hatch Spray untuk aplikasi vaksin spray.
1.4 Evaluasi Produksi
Hatchery PT QL Trimitra sebagai unit yang memproduksi DOC ayam
pedaging (broiler) senantiasa melakukan evaluasi terhadap hasil produksi. Break
out telur merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk
mengevaluasi hatching egg yang gagal menetas. Beberapa kriteria yang diamati
pada saat break out telur antara lain telur infertil, embrio yang mati pada tahap
blood ring (hari ke-2,5 sampai 4), black eye (hari ke-5 sampai 12), feathers (hari
ke-13 sampai 17), turned (hari ke-18 sampai 19), external pip, contaminated,
malposition, dan malformation. Secara umum, break out dilakukan minimal 1 kali
dalam seminggu, atau pada kondisi yang mendesak dapat dilakukan secara
intensif dan dianalisis. Penampakan telur pada tahap blood ring dan black eye.
Menurut Mauldin (2009), ada tiga jenis analisis breakout yang dapat
dilakukan pada hatchery. Pertama dengan cara breakout telur segar, kemudian
dengan melakukan candling dan terahir dengan penyeleksian saat menetas.
Ketiga metode ini cukup sederhana namun dapat memecahkan masalah
penetasan sehingga menghasilkan ternak dengan kwalitas yang baik.
Breakout telur segar
Breakout telur segar merupakan cara tercepat untuk memperkirakan
kesuburan dalam suatu kawanan. Kerugian yang paling serius dari breakout
telur segar adalah metode ini hanya memberikan informasi tentang perkiraan
kesuburan. Melalui metode ini tidak didapatkan informasi tentang kematian
embrio, kontaminasi, pips, penetasan fertiles dan banyak lainnya. Kerugian
lainnya adalah hilangnya harga telur tetas karena prosedur serta sulit untuk
membedakan antara kesuburan pada telur segar daripada ketika telur telah
diinkubasi selama beberapa hari.
Candling Analisis Breakout
Candling Analisis Breakout menawarkan akurasi yang lebih akurat dalam
menentukan fertilitas. Hal ini juga berguna dalam menentukan sumber
kandang telur sehingga dapat menentukan persentase telur yang menetas,
retak dan embrio yang mati lebih awal.
Hatch Day Breakout
Setelah telur menetas, dilakukan pemeriksaan terhadap DOC.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan terhadap bulu, peforma, kelainan fisik
dan kelainan yang lainnya.
2. Cianjur Breeding Farm 1 PT. QL Trimitra
2.1 Biosekuriti
Biosekuriti adalah suatu konsep yang merupakan bagian integral dari
suksesnya sistem produksi suatu peternakan unggas, khususnya ayam petelur
dalam mengurangi risiko dan konsekuensi masuknya penyakit infeksius terhadap
unggas maupun manusia (Payne et al 2002). Biosekuriti merupakan praktik
manajemen dengan mengurangi potensi transmisi perkembangan organisme
seperti virus AI dalam menyerang hewan dan manusia. Biosekuriti terdiri dari
dua elemen penting, yaitu biokontaimen dan bioekslusi. Biokontaimen adalah
pencegahan terhadap datangnya virus penginfeksi, sedangkan bioekslusi adalah
upaya menjaga supaya virus yang ada tidak keluar atau menyebar (WHO 2008).
Dalam pengertian lainnya, biosekuriti adalah suatu sistem untuk mencegah
penyakit baik klinis maupun subklinis, termasuk penyakit-penyakit zoonotik, yang
merupakan sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan
dan bagian dari kesejahteraan hewan (Zainuddin dan Wibawan 2007).
Tujuan utama dari penerapan biosekuriti adalah meminimalkan keberadaan
penyebab penyakit, meminimalkan kesempatan agen berhubungan dengan
induk semang, dan membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit
seminimal mungkin (Zainuddin dan Wibawan 2007). Sedangkan menurut Dirjen
Peternakan (2005), tujuan dari biosekuriti adalah mencegah semua kemungkinan
penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit.
Penerapan biosekuriti pada seluruh sektor peternakan, baik di industri
perunggasan atau peternakan lainnya akan mengurangi risiko penyebaran
mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor tersebut. Meskipun
biosekuriti bukan satu-satunya upaya pencegahan terhadap serangan penyakit,
namun biosekuriti merupakan garis pertahanan pertama terhadap penyakit.
Biosekuriti sangat penting untuk mengendalikan dan mencegah berbagai
penyakit yang mematikan. Biosekuriti dapat digambarkan sebagai satu set
program kerja dan prosedur yang akan mencegah atau membatasi hidup dan
menyebarkan hama dan jasad renik berbahaya di berbagai tempat seperti
peternakan tempat penampungan hewan dan rumah potong hewan.
Penerapan biosekuriti di QLT-CBF1 yang dilakukan meliputi desinfeksi dan
sanitasi, pelaksanaan higiene personal pekerja kandang, vaksinasi. Biosekuriti
diterapkan pada area peternakan yang dibagi ke dalam beberapa ring.
Penerapan biosekuriti tersebut ditekankan pada titik kritis yang penting, seperti
mobil pengangkut telur atau pakan yang melewati pintu masuk area peternakan,
pakaian dan badan pekerja staf dan karyawan, boot, dan lain sebagainya.
2.1.1 Program desinfeksi
Program desinfeksi adalah salah satu program biosekuriti yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bibit penyakit, terutama penyakit melular
sehingga ternak yang dipelihara terbebas dari infeksi penyakit serta selalu dalam
kondisi sehat. Bibit penyakit menular bisa disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
protozoa, parasit, serangga, atau tikus. Program sanitasi bisa dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
1. Selalu menjaga kebersihan lingkungan peternakan
2. Melakukan desinfeksi dan melarang atau mencegah lalu lalang orang
3. Melarang masuknya peralatan maupun kendaraan yang tidak diijinkan
4. Melaksanakan manajemen pemeliharaan yang baik
Pintu gerbang suatu kawasan peternakan atau farm merupakan salah
satu titik awal keberhasilan kawasan tersebut terhindar dari wabah atau
serangan penyakit. Pintu gerbang harus selalu dalam keadaan terkunci. Tidak
setiap kendaraan atau orang bisa masuk ke kawasan peternakan atau farm
tersebut. Di pintu gerbang dipasang atau dibangun peralatan untuk proses
sanitasi sebagai berikut.
1. Peralatan sprayer dan bak celup (dipping) ban kendaraan.
Peralatan sprayer dan bak celup dibuat sedemikian rupa sehingga setiap
kendaraan yang masuk ke kawasan peternakan dapat disterilkan dari segala
arah. Kendaraan yang telah diizinkan masuk ke dalam suatu kawasan
diwajibkan untuk disemprot dan melalui bak dengan air yang telah diberi
disinfektan.
2. Ruang fogging
Setiap pegawai ataupun tamu yang akan memasuki lingkungan peternakan
wajib di fogging terlebih dahulu guna mensucihamakan bibit penyakit yang
mungkin terbawa.
3. Tempat parkir dan ruang tamu
Tempat parkir dan ruang tamu dibangun di luar kawasan peternakan. Ruang
atau areal itu digunakan untuk kendaraan dan orang yang tidak diizinkan
masuk ke kawasan peternakan tersebut.
Program sanitasi juga sangat penting dilakukan di kandang bagian dalam
dan sekitarnya. Beberapa program sanitasi yang harus dilaksanakan di kandang
bagian dalam dan sekitarnya sebagai berikut.
1. Sprayer, mandi, dan ganti pakaian
Ruang sprayer dipergunakan untuk orang, baik karyawan maupun tamu yang
akan memasuki kawasan peternakan. Mereka diwajibkan melalui sprayer
(shower) yang sudah dirancang khusus. Selanjutnya, mereka diwajibkan
mandi dan ganti pakaian dengan pakaian bersih yang telah disediakan di
lokasi tersebut.
2. Menyediakan fasilitas sanitasi tangan dan footbaths di pintu pada masing-
masing kandang.
3. Melakukan penyemprotan disinfektan di dalam kandang dan sekitar kandang
secara rutin (2-3 hari sekali). Kegiatan ini bertujuan untuk menekan
perkembanganbiakan organisme patogen yang ada di sekitar kandang atau
di dalam kandang. Disinfektan efektif dalam membasmi organisme
pengganggu.
4. Menjaga litter dalam kandang agar selalu kering dan bersih, serta tidak
berdebu.
5. Menjaga ventilasi kandang dalam keadaan baik
6. Air minum ayam ditambah kaporit dengan dosis 3-5 ppm untuk menekan
perkembangan organisme merugikan yang ada di dalam air.
2.1.2 Vaksinasi
Manajemen kesehatan di peternakan ayam tidak lepas dari program
vaksinasi terhadap ayam. Vaksinasi diartikan sebagai suatu aktivitas
memasukkan agen penyakit (virus, bakteri, atau protozoa) yang telah dilemahkan
ke dalam tubuh ayam. Dengan melakukan upaya ini, tingkat antibodi di dalam
darah ayam yang divaksinasi akan meningkat sesuai dengan agen yang telah
dimasukkan. Akibatnya, ayam akan memiliki kekebalan tubuh yang tinggi dalam
melawan penyakit.
Program vaksinasi di QLT-CBF1 dilaksanakan di bawah pengawasan dokter hewan
(manajer) sesuai jadwal yang sudah disusun.
Tabel 4. Jadwal Program Vaksinasi Ayam Broiler Breeder.
Umur Vaksin Aplikasi
1 hari MA5+Clone 30 Spray DOC
2 hari ND Broiler 0.5 doses S.C
3 hari Debeak
4 hari Coccivac Spray on Feed
12 hari Reo 1133 (L) S.C
Bronmass (L) I.O
Bursine Z M.D
18 hari ND Lasota S.C
21 hari AI (K) S.C
Bursa F M.D
28 hari ND + IB (K) S.C / I.M
Bronmass (L) I.O
F. Pox W.W
6 minggu Coryza (alm) I.M
Reo 1133 (L) S.C
10 minggu Bronmass (L) I.O
AI (K) I.M
12 minggu I.L.T I.O
ND + IB (K) I.M
AE + F.Pox W.W
14 minggu Bronmass (L) I.O
15 minggu Coryza (oil) I.M
EDS S.C
17 minggu AI (K) I.M
19 minggu ND+IB+G+Reo (K) I.M
21 minggu Bronmass (L) W.D
(setiap 4 minggu)
35 minggu AI (K) I.M (kanan)
Reo Inac (K) I.M (kiri)
2.1.3 Penanganan ayam mati dan kotoran ayam
Pada ayam yang terlihat sakit dan mati di dalam kandang akan dibakar
pada tempat pembakaran bangkai ayam. Pembakaran merupakan cara yang
paling disarankan karena penyebaran penyakit bisa dihindari. Di samping itu, abu
hasil pembakaran bisa dimanfaatkan untuk pupuk. Ayam mati bisa dibakar dalam
alat pembakar (incenator) dengan bahan bakar kayu bakar atau sekam.
Penanganan kotoran ayam tidak kalah pentingnya. Jika tidak dikelola
dengan baik, kotoran ayam bisa menjadi sumber penyakit dan tempat
perkembangbiakan bakteri, cacing, protozoa, dan lalat. Selain itu, kotoran ini
akan menjadi sumber pencemaran udara dan air. Untuk menghindari hal-hal
tersebut, kandang ayam harus selalu dalam keadaan kering, bersih, dan tidak
berdebu. Pengelolaan kotoran ayam di peternakan QLT-CBF1 dilakukan dengan
penaburan kapur sesuai jadwal, serta pengumpulan kotoran ayam pada saat
sudah memenuhi ruangan di bawah slat, biasanya dilakukan setelah ayam
diafkir. Kotoran ayam yang sudah dikumpulkan biasanya dijual sebagai pupuk
kandang.
2.1.4 Fumigasi telur
Telur yang sudah dikoleksi dari kandang QLT-CBF1 diseleksi (grading)
untuk selanjutnya dikirimkan ke hatchery sebagai telur untuk ditetaskan (hatching
egg). Sebelum dilakukan pengiriman ke hatchery, telur-telur tersebut difumigasi
terlebih dahulu di ruang fumigasi. Fumigasi telur pada peternakan merupakan
upaya membunuh bakteri yang ada dipermukaan dengan menggunakan bahan
fumigasi. Bahan kimia yang biasa dipakai untuk fumigasi adalah gas formaldehid
yang di hasilkan dari campuran kalium permanganat dengan formalin untuk
setiap kubik ruangan yang dipakai. Adapun cara fumigasi yang dipakai adalah
dengan menempatkan telur pada tray kemudian tray disusun pada lemari
fumigasi. Telur tersebut difumigasi dengan kalium permanganat sebanyak 39
gram dan formalin 70 % sebanyak 78 ml selama 20 menit.
2.1.5 Medikasi
Pencegahan penyakit merupakan langkah baik terhadap metode
pengontrolan penyakit dan meminimalkan resiko kerugian ekonomi yang besar.
Langkah pencegahan penyakit disuatu peternakan QLT-CBF1 dilakukan dengan
menerapkan program biosekuriti yang efektif serta pemberian vaksin. Ketika
adanya suatu serangan penyakit maka dilakukan pengobatan agar tidak
menimbulkan kerugian yang lebih besar nantinya. Adapun jenis obat-obatan
desinfektan dan vaksin yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Daftar obat, desinfektan, dan vaksin yang digunakan.
No Nama obat/zat aktif Fungsi
1 Tylosin tartat Broad spectrum (mycoplasma, CRD,
listeriosis, stapilococcus, coryza)
2 Toltazuril 0,28 ml, 7,7 mg/kg BB/hari
Koksidiosis, WDT 16 hari sebelum potong
3 Tylosin
Enrofloxasin
Efektif CRD, infeksi sekunder E. coli,
Salmonella, Pasteurella, Clostridium,
Streptococcus, Stapilococcus
1 gram ke dalam 1-2 liter air minum, 3-5
hari
4 Amoxisilin
Trihidrate
Saluran pencernaan dan pernapasan, untuk
bakteri gram (+) dan (–), 40-80 mg/kg BB
5 Amoxisilin E.coli, Salmonella, Stapilococcus,
Streptococcus, Clostridium, Pasteurella,
Actinobacillus.
2 gram dalam 10 liter minum setiap 12 jam
selama 5 hari
6 Enrofloxasin Bakteri gram (+) dan (-), mycoplasma
7 Vit-C
8 Nopstres
9 Virex Mengendalikan organisme dan
mikopatogen, spektrum luas (bakteri dan
virus)
Desinfeksi peralatan 1:100
Desinfeksi permukaan 1:300
10 Deltametrin 5gr/100 ml Spray solution kutu, mite, caplak, lalat
11 enriconazole Fungisidal
12 Agita Untuk lalat kandang (granul +air)
13 Aldehid, glutaraldehid Bakteri dan jamur
14 bromadiolon Rodentisida
15 TH4
16 GPC 8
17 H5N1
18 REO,ND,IB, Gumburo
19 EDS
2.2 Sistem Perkandangan
Kandang PT. QL Trimitra Cianjur Breeding Farm 1, terdiri atas dua lokasi
yaitu peternakan laying (L1-L11) dan pullet (P1-P5). Kandang milik PT QL
Trimitra ini terletak cukup dekat dengan pemukiman penduduk. Pendirian
peternakan unggas berbeda dari sistem yang diterapkan pada ternak lain.
Peternakan unggas yang dibangun secara umum harus memperhatikan
Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
yang ditetapkan pemerintah, sehingga tidak akan menimbulkan konflik dan
ketidakseimbangan ekologi. Menurut Ditjennak (2005), syarat lokasi peternakan
yakni terpisah dari lingkungan pemukiman berjarak minimal 2000 m serta
memenuhi AMDAL. Hal ini untuk menghindari adanya konflik dengan lingkungan
akibat polusi dari limbah ayam, debu maupun adanya cemaran bibit penyakit baik
dari lingkungan penduduk ke peternakan ataupun sebaliknya. Konstruksi
kandang baik di kandang pullet maupun laying berbentuk persegi panjang,
memanjang dari barat ke timur. Hal ini sesuai dengan standar dari Ditjennak
(2005), yaitu kandang dibuat memanjang barat-timur.
Pengelolaan kesehatan unggas dan tingkat produksi dalam suatu
peternakan tidak dapat dilepaskan dari manajemen perkandangan. Kandang
menjadi hal yang sangat penting karena kenyamanan (comfort zone) kandang
berpengaruh terhadap kondisi fisiologi tubuh unggas yang akhirnya akan
mempengaruhi produktivitas unggas tersebut. Model perkandangan yang
digunakan di PT QL Trimitra Cianjur Breeding Farm 1 adalah sistem kandang
tertutup atau close house.
Model kandang sistem terbuka tidak sesuai lagi dengan perkembangan
mutu genetik ayam ras saat ini, yaitu ayam dengan strain-strain modern dengan
tingkat pertumbuhan yang cepat bila dibandingkan dengan strain-strain ayam
tempo dulu. Kandang model tertutup dimaksudkan untuk meminimalkan kontak
antara ayam dengan kondisi lingkungan di luar kandang. Kandang dengan
sistem tertutup dapat menciptakan lingkungan ideal dalam kandang,
meningkatkan produktivitas ayam, efisiensi lahan dan tenaga kerja serta
menciptakan usaha peternakan yang ramah lingkungan (Suska 2009).
Secara umum bangunan dan peralatan kandang di PT QL Trimitra Cianjur
breeding Farm 1 terdiri atas konstruksi bangunan kandang dari baja ringan,
sistem pemberian pakan, sistem pemberian minum, sistem ventilasi, kelistrikan,
dan lain-lain. Bangunan meliputi konstruksi, atap, tirai, jaringan dawai, lantai
kandang, dan winch. Konstruksi lantai kandang PT QL Trimitra Cianjur Breeding
Farm 1 menggunakan kombinasi sistem litter dan postal. Sistem ventilasi meliputi
motor penggerak, tali roda, PAM air, cooling pad, shutter kipas, dan kipas
(exhaust fan).
Kriteria litter yang digunakan dalam kandang harus mampu menyerap air,
ringan, murah serta tidak menimbulkan toksik. Litter dapat menggunakan sekam
padi, serutan kayu, serbuk gergaji, potongan jerami, kertas, kulit kacang, dan
cane pummage. Penggunaan litter dalam kandang bertujuan untuk menyerap air,
meminimalisasi ayam kontak dengan kotoran serta melindungi ayam dari lantai
yang dingin (Cobb 2008b).
Kandang QLT-CBF1 memiliki jumlah pen yang berbeda pada setiap
periode pemeliharaan. Pada masa DOC hingga ayam akan dikawinkan, ayam
dibagi ke dalam 5 pen yakni 4 pen untuk betina dan 1 pen untuk jantan. Pen
untuk betina dibedakan berdasarkan berat badan ayam. Pada masa kawin, masa
produksi hingga masa ayam akan diafkir, kandang dibagi atas 3 pen, dimana 1
pen digunakan untuk pejantan yang tidak dikawinkan.
Kondisi fisiologis dan metabolisme tubuh ayam sangat tergantung pada
suhu dan kelembaban kandang. Menurut Elijah dan Adedapo (2006), suhu,
kelembaban relatif, pencahayaan, sistem perkandangan serta ventilasi dapat
mempengaruhi produktivitas, kesehatan dan performance unggas. Menurut
Fanatico (2007), suhu lingkungan yang dapat menjaga suhu tubuh ayam yakni
65-75ºF (18-24ºC). Pengaturan suhu dan kelembaban memberikan zona nyaman
(comfort zone) sehingga meningkatkan produktivitas unggas tersebut. Suhu
lingkungan kandang untuk pemeliharaan ayam adalah 25-28°C dengan
kelembaban relatif 60-70% (Cahyadi et al. 2011). Apabila suhu lingkungan
kandang berada di atas zona nyaman, peluang terjadinya heat stress akan
semakin tinggi. Heat stress merupakan cekaman yang diakibatkan oleh suhu
lingkungan kandang yang berada di atas zona nyaman (comfort zone) atau suhu
yang fluktuatif. Heat stress terjadi karena ayam tidak bisa menyeimbangkan
antara produksi dan pembuangan panas tubuhnya (Butcher dan Miles 2009).
Heat stres pada ayam dapat terjadi pada suhu 85ºF (29,4ºC). Untuk
memberikan kualitas udara yang cukup, baik kandang di pullet maupun laying,
kandang PT QL Trimitra Cianjur Breeding Farm 1 (QLT-CBF1) menggunakan
sistem ventilasi menggunakan blower, cooling pad, dan exhaust fan.
Penempatan exhaust fan di kandang pullet mengarah ke jalan yang menjadi jalur
lalu lintas pakan, telur (hatching egg), dan lalu lintas lainnya. Hal ini menjadi
salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi.
Prinsip kerja dari sistem ini yakni blower akan mengalirkan udara segar ke
dalam kandang dan exhaust fan (kipas) akan menarik udara kotor dari dalam
kandang ke luar kandang. Selain itu, sistem ini akan mengatur suhu kandang.
Suhu kandang diatur antara 26-29ºC, dimana bila suhu melebihi suhu tersebut
sistem ini akan mengalirkan air pada cooling pad yang menimbulkan udara yang
sejuk dalam kandang dan suhu di dalam kandang akan menurun kembali.
Adapun sistem ventilasi dan pengaturan (set point) suhu kandang ayam pada
masa produksi di QLT-CBF1 dapat dlihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Sistem ventilasi dalam pengaturan suhu di dalam kandang ayam masa produksi
Stage Suhu kandang Kenaikan suhu kandang
Unit exhaust fan menyala
1 Suhu dasar 20°C,
Diff. 2,0°C
2 23,0°C 1,0°C Manual, 1 kipas (no.2)
3 24,0°C 1,0°C Manual, 1 kipas (no.3)
4 25,0°C 1,0°C Manual, 2 kipas (no.4)
5 26,0°C 1,0°C Manual, 2 kipas (no.5)
6 27,0°C 1,0°C Otomatis, 2 kipas (no.6)
7 28,0°C 1,0°C Otomatis, 2 kipas (no.7)
8 29,5°C 1,5°C Otomatis, Cooling pad
menyala
Penggunaan kandang tertutup di QLT-CBF1 didukung dengan otomatisasi
dalam sistem pemberian pakan dan air minum. Perangkat pemberian pakan yang
ada di dalam kandang QLT-BF1 meliputi motor, hopper jantan dan betina, talang
feeder, selekoh, tali roda, dan grill. Perangkat pemberian minum meliputi
medikator, meteran, nipple, serta tali penggantung. Sistem kelistrikan kandang
meliputi lampu, wire kejutan, jam, ELCB/RCCB, serta penggerak. Selain itu juga
terdapat sarang bertelur (nestbox) yang dipasang beberapa minggu sebelum
ayam mencapai masa kawin.
Pencahayaan juga dapat mempengaruhi performa, kesehatan, serta
produktivitas ayam. Cahaya bukan hanya membuat ayam aktif dan mencari
makanan saja, tetapi juga menstimulus otak ayam untuk masa bereproduksi.
Sistem pencahayaan yang diterapkan di kandang tergantung dari periode
pertumbuhan ayam. Pada masa DOC, kandang diberi lampu terang dimana
pencahayaan dilakukan selama 24 jam. Lama waktu pencahayaan ini akan
berkurang hingga umur 3 minggu dengan lama pencahayaan selama 12 jam.
Pada masa grower hingga ayam akan dikawinkan, kandang ayam menggunakan
lampu yang redup berwarna merah. Pencahayaan ini dilakukan selama 8 jam.
Kondisi lampu yang gelap bertujuan agar untuk mencegah pertumbuhan yang
cepat karena meningkatnya aktivitas dan mencari pakan. Menurut Fanatico
(2007) kondisi kandang yang gelap selain untuk memperlambat pertumbuhan
juga dapat meningkatkan melatonin yang berperan penting untuk sistem
kekebalan tubuh ayam. Pada masa kawin hingga ayam akan diafkir, kandang
menggunakan lampu yang terang berwarna putih.
2.3 Sistem Menejemen Pakan
Pemberian pakan di kandang QLT-CBF1 dilakukan setiap pagi hari, yaitu
pada pukul 07.00 di kandang pullet dan pukul 06.00 di kandang laying. Sistem
pemberian pakan pada ayam betina di kandang pullet dan laying sudah
dilakukan secara otomatis menggunakan hopper. Pakan yang sudah disiapkan di
hopper akan dialirkan melewati palung yang ditutup dengan grill atau dengan
sistem automated chain feeders. Motor penggerak akan memutar gear yang
kemudian menjalanlan rantai (chain) pada talang feeder sehingga pakan
terdistribusi ke seluruh bagian kandang secara merata. Penggunaan grill ini
bertujuan untuk menghindari pejantan memakan pakan bagian ayam betina.
Sistem pemberian pakan pada ayam jantan di kandang pullet dan laying
berbeda. Di kandang pullet, hopper diisi pakan secara manual, sedangkan di
kandang laying pemberian pakan dilakukan dengan mesin untuk
mendistribusikannya ke feeder. Selain itu, di kandang laying juga terdapat
pemberian pakan yang dilakukan secara manual, yaitu dilakukan pada pan
karantina dan pejantan yang tidak dikawinkan.
Pakan yang diberikan tergantung pada jenis kelamin dan periode
pertumbuhan ayam. Ayam umur 1 hingga 24 hari diberikan pakan starter yang
bentuknya halus. Ayam umur 24 hari hingga umur 20 minggu diberikan pakan
grower yang berbentuk seperti pelet. Pada ayam umur 21 hingga 68 minggu
diberikan pakan breeding berbentuk crumble. Menurut Cobb (2008a), pada masa
starter, terutama pada dua minggu pertama, ayam betina diberikan pakan secara
ad libitum.
Namun demikian, pemantauan terhadap berat badan tiap minggu tetap
dilakukan untuk menjaga agar berat badan ayam tidak melebihi target pada
minggu ke empat. Untuk ayam jantan, pemberian pakan secara ad libitum hanya
dilakukan pada satu minggu pertama. Untuk minggu-minggu selanjutnya
pemberian pakan selalu dipantau agar berat badan ayam sesuai dengan target
pada minggu ke empat. Hal tersebut dimaksudkan agar perkembangan ayam
menjadi seragam. Apabila berat ayam jantan tidak mencapai target pada empat
minggu pertama, maka pemberian pakan secara ad libitum dilakukan lebih lama
lagi. Ayam jantan pada masa pertumbuhan harus dipisahkan dengan ayam
betina selama lebih dari enam minggu. Untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan, pemisahan ayam jantan dan betina pada masa pertumbuhan sampai
pada umur ayam mencapai 20-21 minggu.
Pada masa grower, ayam dipuasakan. Puasa dilakukan 3 kali dalam satu
minggu, namun saat ayam umur 13-20 minggu dipuasakan 2 kali seminggu.
Puasa ini dilakukan untuk menjaga berat badan ayam agar seragam. Menurut
Cobb (2008a), alternatif lain untuk memuasakan ayam menggunakan sistem skip
a day feeding. Sistem ini memuasakan ayam selama satu hari setelah ayam
diberi pakan satu hari sebelumnya.
Tabel 7. Kebutuhan nutrisi pakan ayamNutrien Pemula (*) Sedang
Tumbuh (**)
Pra-bibit (***)
Bibit (****) Bibit Jantan (*****)
Protein (%) 19 15 16 16 13
Energi (kcal/kg) 2860 2750 2860 2860 2756
Lemak (%) 3-4 3-4 3-4 3-4
Serat (%) 3-4 3-4 3-4 3-4
Keterangan:(*) : umur 0-42 hari(**) : umur 43-119 hari(***) : umur 120-154 hari(****) : umur lebih dari 155 hari(*****) : pejantan umur lebih dari 155 hari
Jenis pakan yang diberikan untuk pejantan berupa pakan jenis PAR
Jantan LB, sedangkan pakan betina berjenis pakan ayam pedaging pembibit
9106C. Kandungan nutrisi yang diperlukan untuk tiap masa pertumbuhan ayam
juga berbeda. Pada ayam starter memerlukan protein yang lebih tinggi
dibandingkan ayam saat grower maupun saat produksi (Cobb 2005), seperti
pada Tabel 5.
Pemberian pakan di QLT-CBF1 juga didasarkan pada kebutuhan harian.
Kebutuhan pakan ayam dipengaruhi oleh galur ayam, bobot badan, tingkat
produksi, tingkat cekaman, aktivitas, mortalitas, nutrien pakan, dan suhu
lingkungan (North dan Bell 1990). Kebutuhan pakan pada saat DOC akan
meningkat hingga masa produksi. Kebutuhan pakan untuk ayam pada masa
DOC sampai growing dapat dilihat pada Tabel 6. Saat ayam memasuki masa
produksi, pemberian pakan tergantung kebijakan perusahaan. Kebutuhan pakan
saat produksi untuk ayam jantan biasanya antara 157-160 gr/ekor, sedangkan
untuk betina 143-145 gr/ekor. Berikut tabel kebutuhan pakan ayam masa DOC
hingga growing.
Tabel 8. Kebutuhan pakan ayam masa growing
Umur (minggu) Betina (gr/ekor) Jantan (gr/ekor)
1 20 28
2 38 40
3 44 60
4 47 62
5 49 65
6 51 68
7 53 70
8 55 72
9 56 74
10 58 76
11 59 78
12 60 80
13 61 82
14 64 85
15 68 87
16 74 89
17 81 91
18 89 93
19 97 99
20 105 106
21 111 113
22 116 120
23 121 125
24 126 129
Selain pemberian pakan, pemberian air minum di kandang QLT-CBF1
juga menggunakan sistem otomatisasi menggunakan perangkat yang meliputi
medikator untuk pemberian obat yang dicampur air minum, meteran, nipple, serta
tali penggantung. Pemberian minum dengan instalasi modern seperti di kandang
QLT-CBF1 memiliki keuntungan dalam efisiensi pemberian air minum.
Pemberian air minum yang segar dan bersih penting untuk menjaga nafsu
makan ayam dan juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam. Ayam
pada umur 1-7 hari diberikan suplemen untuk menaikkan nafsu makan dan
menjaga kondisi tubuh dari cekaman lingkungan. Satu perangkat air minum yang
berupa nipple sebaiknya didesain untuk memenuhi kebutuhan air minum 8-10
ayam. Desain penempatan sumber air minum ini ditujukan agar ayam yang
beraktivitas mempunyai jarak tidak lebih dari 3 m dari sumber air. Selain memiliki
keuntungan dari segi efisiensi air minum, pemakaian nipple juga ditujukan untuk
menjaga pemberian air minum yang higienis.
Konsumsi air minum tiap hari dapat diketahui dengan mencatat pada
meteran. Banyaknya konsumsi air minum ayam dapat mengindikasikan beberapa
kondisi yang terjadi pada ayam, di antaranya mengindikasikan kondisi nutrisi
ayam, adanya penyakit, dan kondisi suhu ruangan. Secara normal, banyaknya
konsumsi air minum pada ayam berkisar antara 1,6-2 kali besarnya intake pakan
pada suhu 21°C. Konsumsi air minum yang lebih dari 2 kali besar intake pakan
mengindikasikan adanya suhu ruang yang terlalu tinggi, yang dapat mencapai
30°C. Selain itu, besarnya konsumsi air minum juga dapat mengindikasikan
adanya kesalahan nutrisional pada ayam (Cobb 2008a).
2.4. Manajemen Pemeliharaan dan Produksi
Hasil produksi yang melimpah dengan mutu berkualitas tergantung dari
manajemen pemeliharaan yang baik sebelum produksi. Manajemen
pemeliharaan di kandang QLT-CBF1 dimulai dari periode starter, grower, dan
layer. Pada periode starter dan grower pemeliharaanya dilakukan di wilayah
perkandangan pullet, sedangkan pemeliharaan periode layer di wilayah
perkandangan laying. Akan tetapi pada saat dilaksanakan kegiatan, sistem
tersebut tidak dapat diterapkan karena ayam yang masih di wilayah
perkandangan laying belum siap untuk diafkir, sehingga ayam yang di wilayah
perkandangan pullet yang sudah siap untuk dikawinkan tidak dapat dipindahkan
ke laying.
Sistem pemeliharaan pada periode starter dimulai umur 1 sampai dengan 4
minggu disesuaikan dengan petunjuk teknis atau manajemen asal ayam bibit
(Ditjennak 2005). Kunci keberhasilan dan program manajemen yang efektif
diawali sebelum anak ayam tiba di peternakan. Tahapan yang harus diperhatikan
antara lain:
1. Jika mengimpor anak ayam pedaging berumur satu hari dari negara lain,
sebaiknya telah memiliki personil terlatih yang mengetahui peraturan pabean
dan prosedur dokumen yang diperlukan untuk menjamin agar urusan pabean
dapat diselesaikan secepat mungkin.
2. Transportasi anak ayam dari airport harus diperhatikan sanitasi yang bersih,
ventilasi yang baik, dan kontrol temperatur kendaraan.
3. Anak ayam harus ditempatkan sesuai umurnya.
4. Fasilitas kandang yang memadai harus bersih dan bebas dari patogen
sebelum anak ayam tiba.
5. Peternakan harus terjamin bebas dari kontaminasi yang berasal dari luar
(kendaraan, pegawai, dan visitor).
Setelah anak ayam datang ke peternakan langkah yang harus dilakukan
adalah merencanakan penempatan untuk anak ayam. Perihal yang harus
diperhatikan antara lain:
1. Ukuran flock harus bervariasi untuk setiap tempatnya.
2. Lantai diberi litter untuk mencegah hilangnya panas.
3. Ventilasi kandang harus terjamin dari semua sisa gas disinfektan dan
pemanas harus dipindahkan sebelum anak ayam tiba.
4. Terhadap bangunan harus dilakukan pre-heating selama 24 sampai 48 jam
sebelum anak ayam tiba dan tergantung dari kondisi iklim setempat.
5. Menjamin jumlah ventilasi yang minimum digunakan sejak siang hari sebelum
anak ayam tiba.
6. Menyediakan 2 tempat minum tambahan untuk setiap 100 anak ayam dan
letaknya harus dekat dengan tempat pakan.
7. Menyediakan satu feeder tray untuk 75 anak ayam yang berumur satu hari.
8. Dalam satu flock umur ayam harus sama dan di dalam satu pens berat
badannya harus seragam.
9. Ukuran kandang 30 anak ayam/m2.
10. Menyediakan pencahayaan dengan intensitas 20-60 lux untuk minggu
pertama untuk memudahkan anak ayam dalam mencari pakan dan minum.
11. Memotong paruh anak ayam untuk memudahkan mengambil pakan dan
minum ketika ayam sudah dewasa.
Fase pertumbuhan (growth phases) dibagi ke dalam 3 fase. Fase pertama
(start) pada umur 0-6 minggu merupakan fase pertumbuhan dan perkembangan
dari anak ayam di mana ukuran badan luar dan keseragaman ditentukan bagi
sebagian besar dari kehidupan ayam. Pada 14 hari pertama merupakan waktu
yang sangat penting untuk kehidupan unggas karena akan menentukan
performance yang baik. Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah pakan,
minum, temperatur, dan kualitas air. Fase kedua (maintenance) pada umur 6-16
minggu merupakan fase penjagaan dengan mengontrol program pakan yang
bertujuan untuk mencegah obesitas. Fase ketiga (preparation for lay) 16-24
minggu, pertumbuhan yang cepat untuk mempersiapkan kematangan seksual
dan pencapaian berat badan yang seragam sesuai dengan jenis kelamin. Fase
ketiga merupakan hal yang terpenting dalam breeder management karena
berhubungan dengan produksi telur setiap harinya (Cobb 2008a).
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada masa produksi, berat badan
ayam harus selalu dikontrol setiap minggunya. Setiap satu minggu sekali
loperator kandang menimbang berat badan ayam, sehingga apabila bobot badan
ayam melenceng dari nilai idealnya dapat dilakukan perlakuan lebih lanjut.
Tujuan mengontrol berat badan tiap minggu adalah untuk memperoleh
keseragaman berat badan sampai kepada masa produksi. Dengan mempunyai
berat yang seragam, ayam diharapokan mempunyai intake pakan yang seragam.
Keseragaman tersebut merupakan faktor yang sangat mempengaruhi produksi
telur dan juga beratnya. Tabel 7 dan 8 menggambarkan berat ideal bagi ayam
setiap minggu selama periode pertumbuhan (grower) dan periode produksi
(laying).
Tabel 9 Berat badan ideal ayam pada masa grower
Umur (minggu) Betina (gram) Jantan (gram)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
160
285
410
540
645
750
850
950
1050
1160
1250
1335
1420
150
330
520
690
840
1000
1140
1270
1400
1520
1650
1780
1920
Umur (minggu) Betina (gram) Jantan (gram)
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
1505
1590
1680
1790
1930
2090
2250
2510
2675
2845
3010
2060
2210
2350
2500
2640
2800
2960
3250
3355
3470
3590
Tabel 10 Berat badan ideal ayam pada masa layer
Umur (Produksi) Berat badan (gram)
Betina Jantan
1 3105 3700
2 3200 3790
3 3290 3880
4 3385 3960
5 3480 4030
6 3570 4090
7 3595 4140
8 3615 4180
9 3635 4210
10 3655 4235
11 3675 4260
12 3695 4285
13 3715 4310
14 3735 4335
15 3755 4360
16 3770 4385
17 3785 4410
18 3800 4435
19 3815 4460
Umur (Produksi) Berat badan (gram)
Betina Jantan
20 3830 4485
21 3845 4510
22 3860 4535
23 3875 4560
24 3890 4585
25 3905 4610
26 3915 4635
27 3925 4660
28 3935 4685
29 3945 4710
30 3955 4735
31 3965 4760
32 3975 4785
33 3985 4810
34 3995 4835
35 4005 4860
36 4015 4885
37 4020 4810
38 4025 4935
39 4030 4960
40 4035 4985
41 4040 5010
42 - -
Beberapa kondisi yang menyebabkan permasalahan pada keseragaman
berat ayam antara lain terdapatnya gas formaldehid pada tempat ayam, DOC
yang dipelihara tidak berasal dari indukan dengan umur yang sama, kondisi
yang jelek, perubahan suhu yang ekstrim, distribusi pakan yang jelek, jumlah
pakan yang tidak sesuai, ukuran pakan yang tidak sesuai dengan umur ayam,
kepadatan kandang yang terlalu tinggi, kekurangan suplai air, kandungan energi
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi pada pakan, kekurangan pencahayaan
pada saat pemberian pakan, waktu pemberian pakan yang tidak teratur,
kesalahan dalam menghitung populasi dalam satu pen, dan adanya penyakit
infeksius.
Selain mengontrol berat badan, dalam managemen pemeliharaan juga
dilakukan seleksi atau grading terhadap ayam. Ayam yang mempunyai berat
badan yang seragam ditempatkan dalam area pen yang sama. Pada ayam
betina, grading sebaiknya dilakukan pada saat ayam berada pada umur 23-28
hari, sedangkan pada jantan grading dilakukan setelah umurnya lebih dari 35
hari. Ayam-ayam yang mempunyai berat lebih kecil akan diperlakukan secara
khusus, seperti dilakukan penambahan jumlah pakan sehingga dapat mengikuti
pertumbuhan ayam dengan berat lebih besar. Ayam yang mempunyai kelainan,
seperti terlihat lemas, terindikasi sakit, dan pincang ditempatkan dalam pen yang
berbeda, yaitu pada area pen di pojok kandang.
Sebelum ayam berada pada periode produksi, ayam dipindahkan dari
peternakan growing ke peternakan laying. Untuk area kandang laying, ayam
berasal dari peternakan growing yang berada di wilayah Kabupaten Sukabumi.
Sedangkan ayam yang berada pada area kandang pullet merupakan ayam yang
tidak dipindahkan dari peternakan growing. Adanya kebijakan khusus peternakan
membuat ayam yang pada periode growing tidak dapat dipindahkan ke dalam
area kandang laying.
Beberapa hal perlu dipersiapkan dalam pemindahan ayam dari area
kandang growing ke area kandang laying. Area kandang laying harus siap
menerima ayam ke dalam flock, lengkap dengan tempat pakan, tempat minum,
dan nestbox yang siap untuk dioperasikan, minimal satu minggu sebelum tanggal
pemindahan ayam. Sebelum memindahkan ayam, harus dipastikan bahwa area
kandang laying harus cukup bersih. Seleksi terakhir dan pemindahan ayam
jantan sebaiknya dilakukan 2 hari sebelum pemindahan ayam betina. Untuk
pemindahan betina harus dilakukan secara hati-hati, dan setelah dilakukan
pemindahan dipastikan bahwa ayam tersebut mudah untuk mendapatkan pakan
dan minum. Pemindahan ayam sebaiknya dilakukan pada malam hari atau pagi
sebelum matahari terbit. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari stres pada
ayam.
Ayam pada umur 18-19 minggu sudah mulai diperkenalkan tempat bertelur
khusus dengan memasukkan nestbox pada area kandang. Hal ini ditujukan agar
ayam betina tidak mengalami stres dengan adanya perubahan pada lingkungan
kandangnya dan melatih ayam untuk menaiki dan masuk ke dalamnya. Selain itu
juga mulai dilakukan pencampuran ayam jantan dan ayam betina dalam satu pen
pada umur 21 minggu. Usia ayam saat mulai produksi adalah 24 minggu. Pada
saat tersebut, ayam telah menghasilkan telur tetas yang kemudian akan
dipindahkan ke Hatchery untuk diproses lebih lanjut.
Pengumpulan telur di Cianjur Breeding Farm 1 dilakukan 5 kali dalam
sehari, yaitu pada pukul 07.00, 08.30, 10.30, 13.00, dan 15.30, sedangkan pada
awal produksi pengumpulan telur dilakukan 2 kali yaitu pada pukul 07.30 dan
15.00. Telur yang diambil dari nestbox kemudian dipindahkan menggunakan egg
tray yang berkapasitas 36 butir/unit. Setelah dilakukan pengambilan kemudian
telur diseleksi atau digrading untuk menentukan telur yang berkualitas baik untuk
dijadikan telur tetas. Kriteria telur yang baik untuk ditetaskan (hatching egg)
adalah yang utuh, bersih, dan mempunyai bentuk normal. Pemisahan telur yang
tidak ditetaskan juga bermanfaat untuk diagnosa terhadap produksi dari kandang
yang bersangkutan. Telur tetas (hatching egg) kemudian dimasukkan ke dalam
ruang fumigasi. Telur dengan kerabang kotor, retak, hancur, berukuran terlalu
besar atau jumbo, berukuran terlalu kecil, berkerabang tipis, dan mempunyai
bentuk yang abnormal yang disebut dengan cull eggs kemudian dikumpulkan
dalam egg tray yang terpisah dengan kapasitas 30 butir. Telur-telur yang tidak
masuk dalam kriteria telur tetas dikirim ke hatchery untuk dijual sebagai telur
konsumsi.
Pada pelaksanaan managemen pemeliharaan juga dilakukan pencatatan
atau recording. Pencatatan yang dilakukan pada periode growing adalah
pencatatan yang dilakukan tiap hari dan tiap minggu. Pencatatan yang dilakukan
tiap hari meliputi pencatatan kematian, pencatatan ayam yang disisihkan,
pencatatan pakan, suhu, dan konsumsi air. Sedangkan pencatatan yang
dilakukan tiap minggu meliputi pencatatan berat badan dan keseragaman.
Pencatatan pada periode produksi juga meliputi pencatatan tiap hari dan tiap
minggu. Pencatatan yang dilakukan tiap hari sama seperti pada periode growing
dan ditambahkan dengan pencatatan jumlah total produksi telur, berat telur,
jumlah telur tetas, telur yang jelek, dan fertilitas telur.
Untuk mengevaluasi kinerja ayam dalam menghasilkan telur tetas,
dilakukan perhitungan Hen Day Production % dan Hatching Egg % setiap
harinya pada masa produksi. Hen Day Production merupakan banyaknya ayam
betina yang menghasilkan telur setiap harinya yang dihitung dari pembagian
jumlah total telur yang diproduksi dengan jumlah total ayam betina dalam
kandang produksi dikalikan 100%. Sedangkan Hatching Egg % merupakan
perbandingan jumlah telur yang layak dijadikan telur tetas (Hatching egg) dengan
jumlah total telur yang diproduksi dalam satu hari. Berikut adalah nilai standar
Hen Day Production % dan Hatching Egg % yang ditunjukkan pada Tabel 11.
Tabel 11 Standar hen day production dan hatching egg.
Umur Produksi Hen day production (%) Hatching eggs (%)
1 5 40
2 15 80
3 40 85
4 57 88
5 72 94
6 77 96
7 80 97
8 81 98
9 81 98
10 80 98
11 79 98
12 78 98
13 77 98
14 76 98
15 75 98
16 74 98
17 73 98
18 72 98
19 71 98
20 70 98
21 69 98
22 68 98
23 67 98
24 66 98
25 65 98
26 64 98
27 63 98
28 62 97
29 61 97
30 60 97
31 59 97
32 58 97
Umur Produksi Hen day production (%) Hatching eggs (%)
33 57 97
34 56 97
35 55 97
36 54 97
37 53 97
38 52 97
39 51 97
40 50 97
41 49 97
42 48 97
PENUTUP
Kesimpulan
PT. QL Trimitra merupakan salah satu produsen DOC yang berkualitas
bagus di Indonesia. Kegiatan di PT. QL Trimitra berlangsung secara bertahap
dengan alur yang jelas dan tepat. Kegiatan utamanya terdiri dari: pengambilan
telur, grading, fumigasi, penyimpanan di cool room, transfer dan candling telur,
pull out, vaksinasi, pengemasan, sanitasi, dan transportasi DOC. Sistem
biosecurity sangat diutamakan dalam pelaksanaan setiap kegiatan di PT. QL
Trimitra.
Saran
Sistem isolasi dan pengaturan lalu lintas ke lokasi peternakan dan
populasi ayam dalam kandang merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
Tujuannya adalah mengurangi terjadinya kontaminasi ke area peternakan karena
dapat menurunkan produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS]. 2010. Statistics Indonesia. www.bps.go.id/ [18 Juni 2013]
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. SNI No.01-4868.1-2005: Bibit Niaga (Final Stock) Ayam Ras Tipe Pedaging Umur Sehari (Kuri/DOC). Jakarta: BSN.
[Departement of Agriculture]. 2005. Hatchery/Breeder Tip; Chick Quality: An Update. Cooperative Extention Service. Georgia: College of Agricultural and Environtmental Sciences/Athens, University of Georgia.
[Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2005. Pedoman Pembibitan Ayam Ras yang Baik. Jakarta: Direktorat Pembibitan, Direktorat Jendaral Peternakan, Departemen Pertanian.
Butcher GD, Miles R. 2009. Heat Stress Management in Broilers. Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida
Cahyadi DD, Wijaya MR, Syahrania ND, Adiyati PN. 2011. Sistem kandang tertutup dalam manajemen peternakan unggas [terhubung berkala] http://www.acehpublication.com/adic2011/ADIC2011-072.pdf [8 Juli 2013]
CEVA. 2010a. CEVAC® Broiler ND K. [terhubung berkala] http://www.ceva. co.id/id/Produk/Daftar-Produk/CEVAC-R-BROILER-ND-K [8 Juli 2013].
CEVA. 2010b. CEVAC® Transmune IBD. [terhubung berkala] http://www.ceva.co. id/ id/ Produk/Daftar-Produk/CEVAC-R-TRANSMUNE-IBD [8 Juli 2013].
Cobb. 2005. Buku Petunjuk Pengelolaan Ayam Bibit. PT. Galur Prima Cobbindo, Penerjemah. Jakarta: Cobb Indonesia. Terjemahan dari: Breeder Management Guide.
Cobb. 2008a. Breeder Management Guide. Arkansas: Cobb-Vantres Inc.
Cobb. 2008b. Broiler Management Guide. Arkansas: Cobb-Vantress Inc.
Dafwang II, Odiba JY, Ikani EI. 2005. Hatchery management practices in poultry. Zaria: National Agricultural Extension and Research Liasion Services, Ahmadu Bello University.
Ditya RMS, Hananto. 2012. Pentingnya mengetahui kualitas anak ayam (DOC) di hatchery anda. Jakarta: PT Novindo Agritech Hutama.
Elijah OA, Adedapo A. 2006. The effect of climate on poultry productivity in Ilorin Kwara State, Nigeria. Inter. J.Poul. Scie. 5:1061-1068.
Fadilah R, Polana A.2004. Aneka Penyakit Pada Ayam dan Cara Mengatasinya. Jakarta: Agromedia
Fanatico A. 2007. Poultry house management for alternative production. [terhubung berkala]. http://attra.ncat.org [8 Juli 2013].
Mauldin JM. 2009. Breakout analyses guide for hatcheries. Bulletin 1166 University of Georgia.
Nort MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Ed ke-4. : Connecticut: The Avi Publishing Company Inc.
Payne JB, Kroger EC, Watkins SE. 2002. Evaluation of litter treatments on Salmonella recovery from poultry litter. J. Appl. Poult. Res. 11: 239-243.
Suska D. 2009. Saatnya rekonstruksi kandang: open atau close house-kah pilihan anda?. [terhubung berkala] http://www.majalahinfovet. com/2009/01/saatnya-rekonstruksi-kandang-open-atau.html [7 Juli 2013]
Tullett S. 2009. Breaking out fresh unincubated eggs. [terhubung berkala] http://www.thepoultrysite.com/articles/1603/investigating-hatchery-practice -assessing-fertility [8 Juli 2013].
Wirapartha M, Wiyana KA, Wijana M, Dewi GAMK, Karnama K.2012. Penerapan sistem kawin sodok dan mesin tetas meningkatkan produktivitas ayam buras sebagai hewan upakara di Desa Jimbaran. Udayana Mengabdi 11(1):40-44.
Zainuddin D, Wibawan WT. 2007. Biosekuriti dan Manajemen Penanganan Penyakit Ayam Lokal. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Lampiran 1 Jurnal Harian Koasistensi Daerah Magang Profesi Wajib Perunggasan (MPWP) di Cianjur Breeding Farm dan Hatchery PT. QL Trimitra.
Minggu IHari, tanggal Waktu (WIB) Kegiatan
Senin,17 Juni 2013
07.00 – 10.0012.30 – 14.30
Perjalanan ke Kantor Pusat PT. QL Trimitra Pengarahan dan diskusi oleh drh. Chandra Brahmantya
Selasa,18 Juni 2013
11.00 – 02.0014.30 – 16.00
16.00 – 16.30
Perjalanan ke Kantor Pusat PT. QL TrimitraPerjalanan ke Hatchery PT. QL Trimitra di Buniayu, Kertamukti, Haurwangi, CianjurDiskusi dengan Manager, drh. Erwin Rusmana
Rabu19 Juni 2013
08.00 – 12.00 Grading telur yang dikirim dari Breeding Farm (Parent Stock). Grading dilakukan dengan memilah telur kualitas hatching egg kategori besar (B) dan kecil (K), serta memisahkan telur afkir (bentuknya abnormal, kerabang tipis, berbentuk lonjong, berukuran jumbo, kotor, dan terlalu kecil) untuk dijadikan telur komersil;Transfer telur dari mesin setter ke dalam mesin hatcher, pada saat transfer hatching egg dipastikan lagi perkembangannya melalui candling
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 17.00 Grading telur di Grading Room (lanjutan),Fumigasi hatching egg (HE) di dalam ruang fumigasi menggunakan serbuk PK yang dilarutkan dengan cairan formalin (perbandingan 1:2)
Kamis,20 Juni 2013
05.00 – 07.30 Seleksi Day Old Chick (DOC) yang sudah diambil dari Mesin Hatcher di Hatcher Room
07.30 – 08.00 Istirahat dan makan pagi
08.00 – 12.00 Seleksi DOC (lanjutan)
12.00 – 13.00 Ishoma
14.00 – 15.30 Rechecking jumlah dan seleksi ulang DOC yang sudah dimasukkan dalam box di DOC Room
15.30 – 17.00 Persiapan distribusi dan loading DOC ke dalam kendaraan distribusi;Diskusi mengenai mesin Setter dan Hatcher
Jumat,21 Juni 2013
05.00 – 07.30 Seleksi Day Old Chick (DOC) yang sudah diambil dari Mesin Hatcher
07.30 – 08.00 Istirahat dan makan pagi
08.00 – 10.00 Seleksi DOC (lanjutan)
10.00 – 11.00 Rechecking jumlah dan seleksi ulang DOC yang sudah dimasukkan dalam box di DOC Room
11.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.30 Rechecking jumlah dan seleksi ulang DOC yang sudah dimasukkan dalam box di DOC Room (lanjutan)
16.30 – 17.00 Persiapan distribusi DOC
Sabtu,22 Juni 2013
08.00 – 12.00 Grading telur yang dikirim dari Breeding Farm (Parent Stock).
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 17.00 Grading telur (lanjutan)
Minggu,23 Juni 2013
L I B U R
Minggu IIHari, tanggal Waktu (WIB) Kegiatan
Senin,24 Juni 2013
05.00 – 07.30
07.30 – 08.0008.00 – 10.0010.00 – 11.00
11.00 – 13.00
Seleksi Day Old Chick (DOC) yang sudah diambil dari Mesin HatcherIstirahat dan makan pagiSeleksi DOC (lanjutan)Rechecking jumlah dan seleksi ulang DOC yang sudah dimasukkan dalam box di DOC RoomIshomaRechecking jumlah dan seleksi ulang DOC yang
13.00 – 16.30
16.30 – 17.00
sudah dimasukkan dalam box di DOC Room (lanjutan)Persiapan distribusi DOC
Selasa,25 Juni 2013
05.00 – 07.30 Seleksi Day Old Chick (DOC) yang sudah diambil dari Mesin Hatcher di Hatcher Room
17.30 – 08.00 Istirahat dan Makan
08.00 – 10.0010.00 – 12.00
Seleksi DOC (lanjutan);Rechecking jumlah dan seleksi ulang DOC yang sudah dimasukkan dalam box di DOC Room
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.30 Rechecking jumlah dan seleksi ulang DOC yang sudah dimasukkan dalam box di DOC Room
16.30 – 17.00 Persiapan distribusi DOC.
Rabu26 Juni 2013
08.00 – 12.00 Grading telur yang dikirim dari Breeding Farm (Parent Stock). Grading dilakukan dengan memilah telur kualitas hatching egg kategori besar (B) dan kecil (K) serta, memisahkan telur afkir (bentuknya abnormal, kerabang tipis, berbentuk lonjong, berukuran jumbo, kotor, dan terlalu kecil) untuk dijadikan telur komersil;Transfer telur dari mesin setter ke dalam mesin hatcher, pada saat transfer hatching egg dipastikan lagi perkembangannya melalui candling
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 17.30 Grading telur di Grading Room (lanjutan);Fumigasi hatching egg (HE) di dalam ruang fumigasi menggunakan serbuk PK yang dilarutkan dengan cairan formalin (perbandingan 1:2); Diskusi dengan Pak Kusyadi (Manajer Produksi)
Kamis,27 Juni 2013
05.00 – 07.30
07.30 – 08.0008.00 – 10.0010.00 – 12.00
Seleksi Day Old Chick (DOC) yang sudah diambil dari Mesin Hatcher di Hatcher RoomIstirahat dan makan pagiSeleksi DOC (lanjutan)Rechecking jumlah dan seleksi ulang DOC yang sudah dimasukkan dalam box di DOC Room
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 17.00 pembuatan laporan sementara
Jumat,28 Juni 2013
09.00 – 11.00 Diskusi Pembuatan laporan dengan drh Erwin Rusmana
11.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 17.00 Pembuatan laporan di Kantor Hatchery PT QL
Trimitra
Sabtu,29 Juni 2013 09.00 – 17.00
Penyelesaian laporan MPWP di Hatchery PT QL Trimitra, Cianjur.
Minggu L I B U R
Minggu III
Hari, tanggal Waktu (WIB) Kegiatan
Senin,1 Juli 2013
07.00 – 08.00 Pindah dari Hatchery ke Breeding Farm, koordinasi dengan drh. Zan Riyadi (Manager Breeding Farm)
08.00 – 12.00 Program Afkir
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 15.00 Program Afkir
15.00 – 16.00 Bersih-bersih
Selasa, 2 Juli 2013
08.00 – 12.00 Program Afkir
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.00 Program Afkir
Rabu3 Juli 2013
08.00 – 12.00 Program Afkir
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.00 Program Afkir
Kamis, 4 Juli 2013
08.00 – 12.00 Program Afkir
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.00 Program Afkir
Jumat,5 Juli 2013
08.00 – 12.00 Program Afkir
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.00 Program Afkir
Sabtu, 6 Juli 2013
08.00 – 12.00 Program Afkir.
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.00 Program Afkir
Minggu LIBUR
Minggu IV
Hari, tanggal Waktu (WIB) Kegiatan
Senin,8 Juli 2013
07.00 – 08.00 Pemberian pakan di kandang P5, ayam broiler umur 32 minggu. Pakan yang diberikan adalah PAR LII LB CC (Japfa)
08.00 – 12.00 Pengambilan telur di kandang P5, dilanjutkan grading dan fumigasi. Produksi telur per hari rata-rata 4900 butir
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 15.00 Pengambilan telur di kandang P5, dilanjutkan grading dan fumigasi (lanjutan)
15.00 – 16.00 Bersih-bersih
Selasa,9 Juli 2013
07.00 – 08.00 Pemberian pakan di kandang P5, ayam broiler umur 32 minggu. Pakan yang diberikan untuk betina adalah PAR LII LB CC (Japfa)
08.00 – 12.00 Pengambilan telur di kandang P5, dilanjutkan grading dan fumigasi.
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 14.00 Pengambilan telur di kandang P5, dilanjutkan grading dan fumigasi (lanjutan)
14.00 – 15.00 Sanitasi kandang dan nest box
15.00 – 16.00 Pengambilan telur di kandang P5, dilanjutkan grading dan fumigasi (lanjutan)
Rabu10 Juli 2013
07.00 – 08.00 Pemberian pakan di kandang P5, ayam broiler umur 32 minggu. Pakan yang diberikan adalah PAR LII LB CC (Japfa) untuk betina, dan PAR Jantan LB untuk jantan
08.00 – 12.00 Nekropsi ayam dari di kandang P5
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 16.00 Pengambilan telur di kandang P5, dilanjutkan grading dan fumigasi.
Kamis,11 Juli 2013
07.00 – 08.00 Pemberian pakan di kandang P5, ayam broiler umur 32 minggu. Pakan yang diberikan adalah PAR LII LB CC (Japfa) untuk betina, dan PAR Jantan LB untuk jantan
08.00 – 12.00 Pengambilan telur di kandang P5, dilanjutkan grading dan fumigasi.
12.00 – 13.00 Ishoma
13.00 – 14.00 Pengambilan telur di kandang P5, dilanjutkan grading dan fumigasi (lanjutan)
14.00 – 15.00 Sanitasi kandang dan nest box
15.00 – 16.00 Pengambilan telur di kandang P5, dilanjutkan grading dan fumigasi (lanjutan)
Jumat, 08.00 – 10.00 Pembuatan Laporan dan PPT
12 Juli 2013
14.00 – 16.00 Presentasi