LAPORAN KIMIA
-
Upload
kharizma-nathalia -
Category
Documents
-
view
30 -
download
1
Transcript of LAPORAN KIMIA
Kharisma
Microsoft
2/11/2014
2014LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LARUTAN ASAM, BASA, DAN NETRAL
Nama :
Chandra TastyFierra MeiristikaHuda Setya PKharisma NataliaRaheme Zam-Zam Raudya Azmi Sarah AdindaTasya Putri
XI IPA 3
I. Judul : Menunjukkan Larutan Asam, Basa, Dan Larutan Netral Dan Indikator
Asam-Basa Dari Bahan-Bahan Alami
II. Tujuan : Membedakan larutan asam, larutan basa, dan larutan netral dengan
indikator asam, basa dan indikator pH (indikator universal) dan mempelajari
berbagai jenis bahan alami yang dapat digunakan sebagai indikator asam-basa.
III. Dasar Teori
Sekitar tahun 1800, banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara
keliru berkeyakinan bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan
asam sebagai zat mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya
terbatas pada asam-asam okso dan karena is tidak mengetahui komposisi sesungguhnya
dari asamasam halida, HCI, HBr, dan HI.
Lavoisier-lah yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani
yaitu oxus (asam) dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”.
Setelah unsur klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen dalam asam
– asam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810, definisi oleh
Lavoisier tersebut kemudian ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada waktu itu, termasuk
Humphry Davy berkeyakinan bahwa semua asam mengandung hidrogen. Setelah itu
pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang bernama Svante August Arrhenius dengan
menggunakan landasan ini, mengemukakan teori ion dan kemudian merumuskan
pengertian asam.
Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan basa,
maka kedua zat itu saling menetralkan sehingga sifat asam dan basa dihilangkan.
A. TEORI ASAM-BASA
1. Teori Asam-Basa Arrhenius
Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat
menghasilkan ion hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi ion hidronium (H3O+).
Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Reaksi keseluruhannya :
Secara umum : Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga
tidak dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada
H+ dan OH-.
2. Teori BrΦnsted dan Lowry
Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947) dan
kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan
teori asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
asam: zat yang mendonorkan proton (H+) pada zat lain
basa : zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi
asam basa, yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida
mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa.
Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan
lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini
akan berperan sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah dari
asam tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton
ditambahkan ke basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan
perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan
konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang
pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk
pasangan asam basa konjugat
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1 + basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air
adalah zat amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion
hidroksida adalah contoh reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1 + basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
B. Kekuatan Asam dan Basa
Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion
H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan tersebut.
Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk menyederhanakan penulisan,
seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen mengusulkan konsep pH untuk
menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion
H+ dan secara matematika diungkapkan dengan persamaan :
1. Derajat keasaman (pH)
Untuk air murni pada temperatur 25 °C :
[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.
Jika pH = 7, maka larutan bersifat netral
Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam
Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14
2. Asam Kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1).
Untuk menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi
asamnya dengan melihat valensinya.
3. Asam Lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,
α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan
langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat). Penghitungan
derajat keasaman dilakukan dengan menghitung konsentrasi [H+] terlebih dahulu
dengan rumus :
di mana, Ca = konsentrasi asam lemah.
Ka = tetapan ionisasi asam lemah.
4. Basa Kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1).
Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH
dari konsentrasi basanya.
5. Basa lemah
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan
tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus :
di mana, Cb = konsentrasi basa lemah
Kb = tetapan ionisasi basa lemah.
C. Asam dan Basa dapat Dibedakan dari Rasa dan Sentuhan
Asam mempunyai rasa masam. Rasa masam yang kita kenal misalnya pada beberapa
jenis makanan seperti jeruk, jus lemon, tomat, cuka, minuman ringan (soft drink) dan
beberapa produk seperti sabun yang mengandung belerang dan air. Sebaliknya, basa
mempunyai rasa pahit. Tetapi, rasa sebaiknya jangan digunakan untuk menguji
adanya asam dan basa, karena beberapa asam dan basa dapat mengakibatkan
luka bakar dan merusak jaringan.
Seperti halnya rasa, sentuhan bukan merupakan cara yang aman untuk menguji
basa, meskipun kita telah terbiasa dengan sentuhan sabun saat mandi atau mencuci.
Basa (seperti sabun) bersifat alkali, bereaksi dengan protein di dalam kulit sehingga
sel-sel kulit akan mengalami pergantian. Reaksi ini merupakan bagian dari rasa licin
yang diberikan oleh sabun, yang sama halnya dengan proses pembersihan dari
produk pembersih saluran.
D. Asam dan Basa dalam Kehidupan
Beberapa Asam dan Basa Yang Telah Dikenal
Asam merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling
penting dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam
klorida. Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan kental menyerupai oli. Umumnya
asam sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk, pengilangan minyak, pabrik baja,
pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan untuk pembuatan asam lainnya. Asam
fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan pupuk dan deterjen. Namun, sangat
disayangkan bahwa fosfat dapat menyebabkan masalah pencemaran di danau-danau dan
aliran sungai.
Asam nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk.
Asam nitrat pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka
bakar pada kulit manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna yang
dilarutkan dalam air. Asap HCl dan ion-ionnya yang terbentuk dalam larutan,
keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh manusia.
Dalam keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa produk
rumah tangga yang mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan sabun.
Basa yang digunakan secara luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang umumnya
disebut soda kaustik suatu basa yang berupa tepung kristal putih yang mudah larut
dalam air. Basa yang paling banyak digunakan adalah amoniak.
IV. Alat dan Bahan :
Alat :
1. Pipet tetes
2. Tabung reaksi
3. Plat tetes
4. Lumpung alu/penggerus
5. Kertas lakmus
6. Serbet
7. Tisu
Bahan :
1. Air sumur
2. Air garam
3. Air jeruk
4. Air sabun
5. Air parit
6. Bunga mawar
7. Bunga kembang sepatu
8. Kunyit
V. Langkah kerja :
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambilah beberapa tetes larutan yang telah dibawa dengan menggunakan pipet
tetes dan masukkan ke dalam plat tetes.
3. Di dalam plat tetes tersebut terdapat kertas lakmus yang menjadi sebuah
indikatornya.
4. Kemudian, catatlah hasil perubahan warna tersebut dan hitunglah besar
pHnya dengan indikator universal.
5. Tuliskan secara lengkap laporanmu.
VI. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan larutan asam, basa dan netral.
No LarutanLakmus Sifat
Larutan
Indikator
Universal
Perkiraan
pH latutanMerah Biru
1. Air sumur Merah Biru Netral Hijau 7,5
2. Air garam Merah Biru Netral Kuning 6,1
3. Air jeruk Merah Merah Asam Merah 2,5
4. Air sabun Biru Biru basa Hijau
muda
10
No Nama Bunga Warna BungaWarna setelah
Asam Basa
1. Bunga mawar Ungu MerahHijau
lumut
2. Kembang sepatu Merah tua Merah darah Hitam
3. Kunyit Orange kuningMerah
tua
Kemudian, terdapat hasil pengamatan indikator alami.
VII. Pertanyaan
Pertanyaan pengujian larutan asam, basa dan netral.
1. Kelompokkanlah larutan-larutan yang Anda uji menurut sifatnya?
Jawab :
a. Asam : Air Jeruk
b. Basa : Air Sabun
c. Netral : Air Sumur dan Air Garam
2. Apakah hasil pengujian dengan indikator lakmus dan pengujian dengan
indikator universal memberikan hasil yang sejalan?
Jawab : Ya, sejalan dengan indikatpr lakmus dan universal.
Pertanyaan pengujian indikator alami.
1. Dari pengujian dengan air bunga yang manakah yang dapat digunakan sebagai
indikator asam-basa yang baik?
Jawab :
Asam : Bunga mawar, Kembang sepatu.
Basa : Kunyit
VIII. Pembahasan
a. Untuk mengidentifikasi larutan asam dan basa.
Jika kertas lakmus merah dicelupkan kedalam semua larutan dan warnanya berubah
menjadi biru maka larutan tersebut bersifat basa. jika kertas lakmus biru dicelupkan
kedalam semua larutan dan warnanya berubah menjadi merah maka larutan
tersebut bersifat asam.
b. Untuk meng identifikasi larutan asam dan basa dengan indikator alami.
Dengan mengidentifikasi menggunakan indikator alami maka akan diketahui sifat
larutan dengan mengetahui perubahan warnanya.
jika semua larutan dicampur dengan indikotur alami (kunyit) warnanya berubah
gelap maka sifat larutan tersebut adalah basa, sebaliknya jika warna larutan
berwarna kuning cerah maka sifat larutan tersebut adalah asam.
c. Untuk memperkirakan nilai pH dengan indikator universal
untuk mengetahui nilai pH ambil kertas universal lalu celupkan satu per satu
kedalam larutan, kemudian dicocokkan warna yang sesuai dengan keterangan
pH pada kertas universal
IX. Kesimpulan
Sifat suatu larutan dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator asam-
basa, yaitu zat-zat warna yang warnanya berbeda dalam larutan asam dan basa.
Untuk mengidentifikasi sifat dari asam dan basa dapat menggunakan kertas lakmus,
larutan indikator atau indikator alami.
Secara sederhana, kertas lakmus dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat dari
larutan asam, basa dan garam (larutan netral). Alat lain yang dapat digunakan untuk
mengindikasi apakah larutan bersifat asam, basa atau netral adalah larutan indikator
fenolftalein, metil merah dan metil jingga.
Berbagai bahan tumbuhan yang berwarna, seperti daun mahkota bunga (kembang
sepatu, bogenvil, mawar dan lain-lain) kunyit, kulit manggis dan kubis ungu juga
dapat digunakan sebagai indikator asam basa. Ekstrak bahan-bahan ini dapat
memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam dan basa.
Asam adalah senyawa yang bila dilarutan dalam air mengalami disosiasi membentuk
ion hidrogen dan merupakan donor proton serta sebagai penerima pasangan
elektron. Sedangkan basa adalah senyawa yang bila dilarutan dalam air mengalami
disosiasi membentuk ion hidroksida dan merupakan akseptor proton serta sebagai
pemberi pasangan elektron.
Dalam mengukur pH dapat menggunakan 2 alat yaitu pH paper universal dan pH
meter. Hasil pengukuran pH menggunakan pH lebih teliti dari pada menggunakan pH
meter universal.Berdasarkan praktikum yang sudah kami lakukan, dapat disimpulkan
bahwa beberapa bunga bisa dijadikan indikator asam basa alami karena jika ditetesi
dengan asam asetat dan air kapur beberapa bunga akan mengalami perubahan
warna yang kontras ataupun yang hanya mengalami sedikit perubahan warna seperti
yang disebutkan pada tabel hasil pengamatan. Air bunga yang dapat digunakan
sebagai indikator yang baik adalah air bunga kembang sepatu merah dan anggrek
ungu karena warna air bunga yang semula ungu menjadi merah atau pink saat
ditetesi asam asetat dan berubah menjadi hijau saat ditetesi air kapur. Sedangkan ada
pula beberapa air bunga yang hanya berubah warnanya saat ditetesi asam asetat saja
(asam) ataupun air kapur saja (basa) dan ada juga yang tidak mengalami perubahan
(netral).
DAFTAR PUSTAKA
http://hendrariahdo.wordpress.com/2012/01/29/larutan-praktikum-asam-basa/
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_asam_basa_Br%C3%B8nsted%E2%80%93Lowry
http://alfikimia.wordpress.com/kelas-xi/larutan-asam-basa/a-pengertian-asam-basa/