LAPORAN KIMIA B3

42
MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN) Disusun oleh : Sendy Puspa M.S (6512040101) TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

description

Berisi tentang penanganan dan pengendalian bahan kimia B3

Transcript of LAPORAN KIMIA B3

Page 1: LAPORAN KIMIA B3

MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

Disusun oleh :Sendy Puspa M.S (6512040101)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA2014

Page 2: LAPORAN KIMIA B3

1MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Menurut OSHA (Occupational Safety and Health of the United State

Government), bahan berbahaya dan beracun adalah bahan yang karena sifat kimia

maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia,

kerusakan properti dan/atau lingkungan. Sedangkan menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun,

B3 didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau

jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau

merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,

kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.

1.2 KARAKTERISTIK BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Pada dasarnya, bahan berbahaya dan beracun memiliki karakteristik yang mudah

diamati. Sama halnya dengan klasifikasi bahan berbahaya dan beracun sebagaimana

mestinya, bahan-bahan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Mudah terbakar.

2. Mudah meledak.

3. Dapat menyebabkan iritas.

4. Beberapa memiliki bau yang menyengat.

5. Bersifat reaktif.

6. Bersifat mutagenik.

7. Bersifat korosif, dll.

1.3 JENIS-JENIS BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

1. Bahan eksplosif (mudah meledak)

Merupakan bahan yang pada suhu dan tekanan standar dapat meledak atau melalui

rekasi kimia dan/atau fisika, dapat menghasilkan gas dengan tekanan serta suhu yang

tinggi yang dengan cepat mampu merusak lingkungan.

2. Bahan flammable (mudah terbakar)

Merupakan bahan-bahan (baik padatan atau cairan) yang mampu menghasilkan api

secara mudah melalui gesekan, penyerapan uap air, maupun yang memiliki flash point

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 3: LAPORAN KIMIA B3

2MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

kurang dari 40 C yang dapat memicu terjadinya kebakaran secara terus menerus

apabila kontak dengan sumber penyalaan.

3. Bahan oksidator

Merupakan bahan yang memiliki waktu pembakaran sama dengan/lebih pendek dari

waktu pembakaran senyawa standar.

4. Bahan radioaktif

Merupakan bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif

dgn aktivitas jenis lebih besar dari 0.002 microcurie/gram.

5. Bahan korosif

Merupakan bahan yang mampu menyebabkan iritasi jika kontak dengan kulit,

mempercepat pengikisan suatu logam, dan proses penurunan mutu suatu material.

6. Bahan berbahaya

Merupakan suatu bahan (baik padatan, cairan, atau gas) yang jika terjadi kontak

melalui inhalasi maupun oral, dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai

tingkat tertentu.

7. Bahan beracun

Merupakan bahan-bahan yang mampu menimbulkan keracunan maupun sakit yang

serius jika masuk ke dalam tubuh melalui kulit, pernafasan, dan mulut.

8. Bahan reaktif

Merupakan bahan yang mudah bereaksi dengan bahan lain maupun dengan air.

9. Bahan mutagenik

Merupakan bahan yang dapat menyebabkan perubahan kromosom yang berpengaruh

terhadap susunan gen.

10. Bahan teratogenik

Merupakan suatu jenis bahan yang mampu mempengaruhi pembentukan dan

perkembangan sebuah embrio.

11. Bahan karsinogenik

Merupakan suatu jenis bahan yang mampu memicu tumbuhnya sel kanker dalam

tubuh manusia.

12. Bahan irritant

Merupakan bahan yang ika teradi kontak secara langsung dan terus-menerus dengan

kulit ataupun selaput lendir, mampu mengakibatkan peradangan.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 4: LAPORAN KIMIA B3

3MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

1.4 CONTOH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Berdasarkan banyaknya jenis bahan yang telah disebutkan di atas, terdapat contoh dari

masing-masing jenis bahan berbahaya dan beracun, antara lain :

1. Belerang, fosfor, hibrida logam, dan lain-lain (bahan flammable dalam bentuk

padatan)

2. Eter, alkohol, aseton, benzena, dan hexana (bahan flammable dalam bentuk cair)

3. Hidrogen, asetilen, dan lain-lain (bahan flammable dalam bentuk gas)

4. TNT, H2, KClO3, dan asetilen (bahan eksplosif)

5. Perklarat, bikromat, persulfat, dan hidrogen peroksida (bahan oksidator anorganik)

6. Benzil peroksida, asetil peroksida, dan eter oksida (bahan oksidator organik)

7. Na, K, CaO, sulfuril klorida, dan aluminium tri bromida (bahan water reactive)

8. Asam sulfat, asam klorida, fenol, klor, dan NaOH (bahan korosif)

9. Uranium dan titanium (bahan radioaktif)

10. Asam sulfat, asam klorida, dan NaOH (bahan irritant)

11. Asam sulfat dan asam klorida (bahan beracun)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 5: LAPORAN KIMIA B3

4MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

BAB II

KLASIFIKASI BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Setiap negara di belahan dunia memiliki asosiasi maupun peraturan-peraturan

menganai pengelompokan bahan berbahaya dan beracun (B3). Pada dasarnya,

pengelompokan bahan-bahan tersebut didasarkan pada efek yang ditimbulkannya baik bagi

lingkungan maupun manusia, seperti contoh bahan eksplosif yang memiliki efek peledakan,

bahan korosif yang memiliki efek pengikisan dan penurunan mutu suatu material, serta bahan

irritant yang memiliki efek iritasi ketika kontak dengan kulit. Selain itu, pengelompokan B3

juga didasarkan pada peroses pengangkutannya, kompabilitas bahan, dan karakterisitik

bahan.

Terdapat berbagai macam asosiasi maupun peraturan yang mengklasifikasikan B3 ke

dalam beberapa kelompok seperti DoT transportation, GHS, NFPA (National Fire Protection

Assosiation), HMIS, PP 74 tahun 2001, dan NPCA (National Painting and C. Assosiation),

United Nations (PBB), dan sebagainya.

a) Klasifikasi menurut PP 74 tahun 2001

Menurut PP 74 tahun 2001, bahan berbahaya dan beracun diklasifikasikan ke dalam

beberapa kelompok :

Mudah meledak

Pengoksidasi

Sangat mudah sekali menyala

Sangat mudah menyala

Mudah menyala

Amat sangat beracun

Sangat beracun

Beracun

Berbahaya

Korosif

Iritasi

Berbahaya bagi lingkungan

Karsinogenik

Teratogenik

Mutagenik

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 6: LAPORAN KIMIA B3

5MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

b) Klasifikasi menurut NFPA

Meliputi bahaya kebakaran, bahaya kesehatan, reaktivitas, dan bahaya spesifik.

c) Klasifikasi menurut HMIS

Menurut HMIS atau WHMIS, terdapat enam buah kelas yang merupakan bentuk

klasifikasi bahan berbahaya dan beracun. Mereka membagi B3 ke dalam :

Kelas A

Meliputi gas bertekanan

Kelas B

Meliputi gas mudah menyala (divisi 1), cairn mudah menyala (divisi 2), cairan

mudah terbakar (divisi 3), padatan mudah menyala (divisi 4), aerosol mudah

menyala (divisi 5), dan bahan mudah menyala yang reaktif (divisi 6).

Kelas C

Meliputi bahan oksidator.

Kelas D

Meliputi divisi satu yaitu bahan yang menyebabkan efek keracunan yang

serius (subdivision A : bahan sangat beracun dan subdivision B : bahan

beracun), divisi dua yaitu bahan yang memiliki efek keracunan yang lain

(subdivision A : bahan sangat beracun dan subdivision B : bahan beracun),

serta divisi tiga yaitu biohazadous infection material.

Kelas E

Meliputi bahan-bahan korosif.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 7: LAPORAN KIMIA B3

6MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

Kelas F

Meliputi bahan reaktif yang berbahaya.

d) Kalsifikasi menurut HCS (OSHA)

OSHA mengklasifikasikan bahan berbahaya dan beracun menjadi dua kelompok yaitu bahaya

fisik dan bahaya kesehatan.

BAHAYA FISIK BAHAYA KESEHATAN

1. FIRE HAZARD

Meliputi cairan mudah terbakar,

aerosol mudah menyala, gas

mudah menyala, cairan mudah

menyala, padatan mudah

menyala, oksidator, dan bahan

pyroporic.

1. BAHAYA AKUT

Meliputi bahan korosif, bahan iritan,

sensitizer, bahan beracun, bahan sangat

beracun, bahan berpengaruh pada

organ tubuh manusia.

2. EXPLOSION HAZARD

Meliputi gas-gas bertekanan dan

bahan-bahan peledak.

2. BAHAYA KRONIK

Meliputi bahan penyebab kanker dan

bahan yang berpengaruh pada organ

tubuh manusia.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 8: LAPORAN KIMIA B3

7MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

3. REACTIVE HAZARD

Meliputi peroksida organik, bahan

reaktif yang tidak stabil, dan

bahan reaktif dengan air.

e) Klasifikasi menurut GHS

Menurut GHS, bahan berbahaya dan beracun (B3) dikelompokkan menjadi 3 yaitu

bahaya fisik, bahaya terhadap kesehatan, dan bahaya terhadap lingkungan.

Bahaya Fisik

1. Eksplosif

2. Gas mudah menyala

3. Aerosol

4. Gas pengoksidasi

5. Gas di bawah tekanan

6. Cairan mudah menyala

7. Padatan mudah menyala

8. Bahan kimia tunggal dan campuran yang dapat bereaksi sendiri

9. Cairan piroforik

10. Padatan piroforik

11. Bahan kimia tunggal atau campuran yang mampu menghasilkan panas

sendiri

12. Bahan kimia tunggal atau campuran yang apabila kontak dengan air akan

melepaskan gas mudah menyala

13. Cairan pengoksidasi

14. Padatan pengoksidasi

15. Peroksida organik

16. Korosif pada logam

Bahaya Kesehatan

1. Toksisitas akut

2. Korosi atau iritasi kulit

3. Kerusakan mata serius

4. Sensitisasi saluran pernafasan atau pada kulit

5. Mutagenisitas pada sel nutfah

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 9: LAPORAN KIMIA B3

8MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

6. Karsinogenesitas

7. Toksisitas terhadap reproduksi

8. Toksisitas pada organ sasaran spesifik setelah paparan tunggal

9. Toksisitas pada organ sasaran spesifik setelah paparan beruang

10. Bahaya aspirasi

Bahaya terhadap lingkungan

1. Bahaya akuatik akut atau jangka pendek

2. Bahaya akuatik kronis atau jangka panjang

3. Berbahaya terhadap lapisan ozon

f) Klasifikasi menurut NPCA

Meliputi bahaya kesehatan, bahaya mudah menyala, reaktivitas, dan APD.

g) Klasifikasi menurut DoT

Menurut DoT, bahan berbahaya dan beracun dibagi ke dalam beberapa kelompok,

antara lain :

Kelas 1 (bahan eksplosif)

Kelas 2 (gas)

Kelas 3 (cairan flammable)

Kelas 4 (padatan flammbale)

Kelas 5 (oksidator dan peroksida organik)

Kelas 6 (bahan beracun dan penginfeksi)

Kelas 7 (bahan radioaktif)

Kelas 8 (bahan korosif)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 10: LAPORAN KIMIA B3

9MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

Kelas 9 (miscellaneous atau bahan yang dapat menimbulkan bahaya selama

proses transportasi yang tidak termasuk dalam kategori apapun,

seperti limbah B3)

ORM-D (other regulated material)

h) Klasifikasi menurut PBB/UN

Menurut UN atau PBB, bahan berbahaya dan beracun dibagi ke dalam sembilan kelas

yaitu :

Kelas 1 (bahan yang dapat meledak)

Kelas 2 (gas)

Kelas 3 (cairan mudah menyala)

Kelas 4 (padatan mudah menyala)

Kelas 5 (senyawa pengoksidasi dan peroksida organik)

Kelas 6 (senyawa beracun dan penyebab infeksi)

Kelas 7 (bahan radioaktif)

Kelas 8 (senyawa korosif)

Kelas 9 (senyawa maupun bahan-bahan berbahaya lainnya)

BAB IIITEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 11: LAPORAN KIMIA B3

10MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

PELABELAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

1. Menurut DoT

Untuk sistem pelabelan menurut Dot, pelabelan dibabgi ke dalam beberapa kelas dan

divisi sebagai beikut :

Kelas 1 yaitu bahan yang mudah meledak

Kelas 2 dibagi menjadi 3 divisi :

- Divisi satu adalah flammable gas

- Divisi dua adalah non flammable gas

- Divisi tiga adalah gas beracun

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 12: LAPORAN KIMIA B3

11MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

Kelas 3 adalah cairan yang mudah terbakar

Kelas 4 adalah padatan yang mudah terbakar

- Divisi satu adalah flammable solid

- Divisi dua adalah spontaneously combustible

- Divisi tiga adalah dangerous when wet materials

Kelas 5 adalah pengoksidasi dan peroksida organik yang dibagi ke dalam

dua divisi

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 13: LAPORAN KIMIA B3

12MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

Kelas 6 adalah bahan beracun dan menular yang dibagi ke dalam dua

divisi

Kelas 7 adalah bahan radioaktif

Kelas 8 adalah bahan korosif

Kelas 9 adalah lain-lain

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 14: LAPORAN KIMIA B3

13MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

2. Menurut NFPA

3. Menurut GHS

Kelas Simbol Keterangan

1 Eksplosif

4 Gas Pengoksidasi

5 Gas Bertekanan

6 Cairan Mudah Menyala

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 15: LAPORAN KIMIA B3

14MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

7 Padatan Mudah Menyala

8 Bahan Yang Dapat Bereaksi Sendiri

10 Padatan Piroporik

11 Bahan Yang Dapat Menumbulkan Panas Sendiri

12Bahan Yang Apabila Kontak Dengan Air

Menyebabkan Gas Mudah Menyala

13 Cairan Pengoksidasi

14 Padatan Pengoksidasi

15 Peroksida Organik

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 16: LAPORAN KIMIA B3

15MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

16 Korosif Terhadap Logam

17 Toksisitas Akut

18 Korosifitas / Iritabilitas Pada Kulit

19 Kerusakan Parah / Iritasi Pada Mata

20 Sensitasi Saluran Pernafasan / Kulit

21 Mutagenitas Sel Induk

22 Karsinogenitas

23 Toksisitas Terhadap Reproduksi

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 17: LAPORAN KIMIA B3

16MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

24Toksisitas Sistemik Pada Organ Target Spesifik

Karena Paparan Tunggal

25Toksisitas Sistemik Pada Organ Target Spesifik

Karena Paparan Berulang

26 Bahaya Aspirasi

27 Bahaya Terhadap Lingkungan Akuatik / Perairan

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 18: LAPORAN KIMIA B3

17MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

BAB IV

PENANGANAN TERHADAP BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Masing-masing bahan berbahaya dan beracun memiliki efek atau dampak yang

bermacam-macam. Kita tidak akan pernah tahu kapan efek yang ditimbulkan bahan

berbahaya dan beracun itu akan muncul dan bagaimana cara mengatasinya. Sehingga, untuk

menyikapi permasalahan ini diperlukan suatu upaya penanganan sebagai upaya antisipasi

ketika akan berhubungan dengan bahan-bahan berbahaya dan beracun. Upaya penanganan

tersebut meliputi :

1. Penandaan B3

Penandaan bahan berbahaya dan beracun dapat dilakukan dengan cara memberikan

label pada bahan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui klasifikasi B3,

sehingga pengelolaannya dapat dilakukan secara baik dan tepat guna mengurangi

resiko yang dapat ditimbulkan oleh B3. Adapun persyaratan dalam sistem pelabelan

bahan berbahaya dan beracun sebagai berikut :

Bentuk, ukuran, dan lain-lain.

Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat sehingga membentuk

belah ketupat. Pada keempat sisi belah ketupat tersebut dibuat garis sejajar

yang menyambung sehingga membentuk bidang belah ketupat dalam

dengan ukuran 95 persen dari ukuran belah ketuat bahan. Warna garis yang

membentuk belah ketupat dalam sama dengan warna gambar simbol. Pada

bagian bawah simbol terdapat blok segi lima dengan bagian atas mendatar

dan sudut terlancip berhimpit dengan garis sudut bawah belah ketupat

bagian dalam. Panjang garis pada bagian sudut terlancip adalah 1/3 dari

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 19: LAPORAN KIMIA B3

18MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

garis vertikal simbol dengan lebar ½ dari panjang garis horizontal belah

ketupat. Simbol yang dipasang pada kemasan minimal berukuran 10 cm x

10 cm, sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut dan tempat

penyimpanannya 25 cm x 25 cm. Simbol harus dibuat dari bahan yang

tahan terhadap goresan dan/atau bahan kimia yang kemungkinan akan

mengenainya. Warna simbol yang dipasang di kendaraan pengangkut B3

harus memakai cat yang bersifat fluorescence.

Jenis-jenis simbol/label bahan berbahaya dan beracun serta melengkapi

keterangan yang harus disajikan dalam label B3, meliputi :

1. Nama produk

2. Identifikasi bahaya

3. Tanda bahaya dan artinya

4. Uraian resiko dan penanggulangannya

5. Tindakan pencegahan

6. Instruksi apabila terkena atau terpapar

7. Instruksi kebakaran

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 20: LAPORAN KIMIA B3

19MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

8. Instruksi tumpahan atau bocoran

9. Instruksi pengisian dan penyimpanan

10. Referensi

11. Nama, alamat, dan nomor telepon pabrik pembuat atau distributor

Pemasangan penandaan pada wadah B3

2. Pengemasan B3

Di dalam melakukan pengemasan bahan berbahaya dan beracun, terdapat prinsip-

prinsip yang harus diingat yaitu :

B3 atau bahan lain yg tidak selaras tidak boleh disimpan dalam kemasan yg

sama.

Jika kemasan rusak atau karat, terdapat kerusakan fisik, bocor, isinya harus

dikeluarkan dan dikemas kembali.

Untuk mencegah risiko selama penyimpanan, kemasan harus dirancang dgn

memperhitungkan peningkatan perluasan, formasi gas atau tekanan.

Kemasan yang memuat B3 harus ditandai dan disimpan secara konsisten

menurut peraturan BAPEDAL untuk pengemasan.

Kemasan yang memuat B3 harus diinspeksi minimum 1 X / minggu,

dimaksudkan untuk menegaskan bahwa kemasan tidak rusak dan tidak

bocor.

Kemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dicatat sebagai bagian

normal dari aktivitas pengolahan limbah B3.

Antar bahan berbahaya dan beracun yang tidak memungkinkan terjadinya

reaksi maupun tidak cocok, tidak boleh ditempatkan dalam satu kemasan.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 21: LAPORAN KIMIA B3

20MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan atau pertanggungjawaban

secara berkala untuk memantau kondisi dari kemasan bahan berbahaya dan

beracun itu sendiri.

Adapun persyaratan-persyaratan mengani pemberian kemasan terhadap bahan

berbahaya dan beracun, antara lain :

Bentuk, ukuran, dan bahan yang dipergunakan untuk kemasan harus sesuai

dengan sifat limbah dalam hal keamanan, kemudahan penggunaannya.

Kemasan dapat terbuat dari :

Plastik : HDPE, PP, PCV, Teflon

Logam : Baja karbon, SS304, SS316 dan SS440

Bahan lainnya yg tak bereaksi dgn limbah yg termuat

Kemasan bahan berbahaya dan beracun harus diberi keterangan,

seperti gambar di bawah ini :

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 22: LAPORAN KIMIA B3

21MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

Sedangkan untuk tata cara pengemasan bahan berbahaya dan beracun antara lain :

Kemasan (drum, tong, atau bak kontainer yang digunakan harus : kondisi baik,

tidak bocor, berkarat, atau rusak, terbuat dari bahan yang cocok dengan

karakteristik B3, mampu mengamankan B3 yang disimpan di dalamnya,

memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat

dilakukan pemindahan atau pengangkutan.

Bahan berbahaya dan beracun yang disimpan dalam satu kemasan adalah

bahan berbahaya dan beracun yang sama atau yang compatible.

Pengisian bahan berbahaya dan beracun dalam suatu kemasan harus dengan

mempertimbangkan karakteristik dan jenis B3, pengaruh pemuaian B3,

pembentukan gas, dan kenaikan tekanan selama penyimpanan. Untuk B3 cair

harus dipertimbangkan ruangan untuk pengembangan volume dan

pembentukan gas, untuk B3 yang bereaksi sendiri sebaiknya tidak menyisakan

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 23: LAPORAN KIMIA B3

22MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

ruang kosong dalam kemasan, dan untuk B3 yang mudah meledak kemasan

dirancang tahan akan kenaikan tekanan dari dalam dan dari luar.

Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan bahan berbahaya dan

beracun harus : ditandai dengan simbol dan label yang sesuai dengan

ketentuan mengenai penandaan pada kemasan B3, selalu dalam keadaan

tertutup rapat dan hanya dapat dibuka jika akan dilakukan penambahan atau

pengambilan B3 di dalamnya, serta disimpan di tempat yang memenuhi

persyaratan untuk penyimpanan B3.

3. Penyimpanan B3

Sebelum melakukan penyimpanan bahan berbahaya dan beracun, kita harus memiliki

ijin terlebih dahulu dengan rincian :

Sifat bahan berbahaya dan beracun yang akan disimpan.

Rancangan sistem tangkai dengan peralatan tambahan yang akan dipasang.

Evaluasi kemungkinan adanya karat.

Sedangkan untuk ruang penyimpanan dari bahan berbahaya dan beracun itu sendiri

terdapat beberapa ketentuan, diantaranya adalah :

Bahan kimia mudah terbakar di simpan dalam tempat yang cukup dingin.

Mempunyai ventilasi udara yang cukup.

Ruangan terlindung dari genangan air, dan hujan.

Sistem deteksi alarm (asap/panas) harus tersedia.

Bahan kimia mudah terbakar tidak dicampur dengan bahan yang bersifat

oksidator.

Tabung silinder bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat

dengan kuat.

Keran silinder harus ditutup (diberi cup) .

Tersedianya lembar data keselamatan bahan (CSDS/MSDS).

Tersedianya alat pemadam api (mudah dijangkau).

Adanya tanda larangan untuk merokok.

Gunakanlah system FIFO.

Penyimpanan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 x 2

kemasan, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap masing-

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 24: LAPORAN KIMIA B3

23MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

masing wadah agar bila sewaktu-waktu terjadi kebocoran atau potensi bahaya

lain dapat segera ditangani.

Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar

gang untuk lalu lintas manusia min 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas

kendaraan pengangkut (forklift).

Penyimpanan B3 cair dalam jumlah besar disarankan menggunakan tangki

dengan ketentuan : di sekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi

saluran pembuangan yang menuju reservoir untuk menanggulangi ketika

terjadi tumpahan atau kebocoran, tangki harus kedap air, serta tangki harus

diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling akan terjadi di daerah tanggul

dan tidak menimpa tangki lain maupun menyebar ke area luar.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 25: LAPORAN KIMIA B3

24MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

4. Pengumpulan B3

Terdapat beberapa syarat mengenai lokasi pengumpulan limbah B3, antara lain :

Paling tidak berukuran 1 Ha.

Lokasi bebas banjir.

Berjarak cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem :

- 150 meter dari jalan utama, 50 meter dari jalan lain.

- 300 meter dari fasilitas umum (hotel, restoran, perumahan, dsb)

- 300 meter dari perairan, garis pasang-surut tertinggi, sungai, dan lain-lain.

- 300 meter dari area yang dilindungi seperti cagar alam dan hutan lindung.

Untuk bangunan pengumpulan B3 yang bersifat mudah terbakar

- Bangunannya minimal berjarak 20 meter dari bangunan pengumpulan B3

dengan karakteristik lain.

- Dinding bangunan terbuat dari tembok tahan api.

- Rangka pendukung atap terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar.

- Sistem ventilasi dirancang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya

akumulasi gas di dalam ruang pengumpulan, dan sebagainya.

Untuk bangunan pengumpulan B3 yang mudah meledak

- Bangunan pengumpulan harus memiliki lantai, dinding, dan atap yang

kuat terhadap ledakan.

- Konstruksi lantai dan dinding harus lebih kuat dari konstruksi atap.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 26: LAPORAN KIMIA B3

25MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

- Sistem ventilasi dirancang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya

akumulasi gas di dalam ruang pengumpulan.

- Terdapat label B3 explosive.

- Ruang pengumpulan dilengkapi dengan pencatat suhu dan pengatur suhu

apabila diperlukan, dan sebagainya.

Untuk bangunan pengumpulan B3 yang bersifat korosif

- Konstruksi dinding harus dibuat mudah untuk dilepas sehingga

penanganan B3 pada keadaan darurat lebih mudah untuk dilakukan.

- Konstruksi bangunan harus dibuat dari bahan yang tahan korosi.

- Sistem ventilasi dirancang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya

akumulasi gas di dalam ruang pengumpulan.

- Diberi label/simbol korosif.

5. Pengangkutan B3

Proses pengangkutan bahan berbahaya dan beracun harus

Tata cara pengangkutan bahan berbahaya dan beracun :

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 27: LAPORAN KIMIA B3

26MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

1. Muatan di kemas dalam kemasan kecil, kemasan besar atau kendaraan yang

dirancang dan dibuat dengan persyaratan khusus;

2. Beban pada setiap sumbu tidak melebihi kekuatan sumbu yang diijinkan, daya

dukung jalan danjembatan, dan kekuatan ban yang digunakan;

3. Aspek keselamatan dan keamanan pada saat bongkar muat, dengan menerapkan

sistem tertutup terutama untuk bahan gas cair, yang mudah terbakar dan meledak,

dan mempunyai sifat beracun;

4. Sebelum pelaksanaan muat dan bongkar harus dipersiapkan dan dilakukan

pemeriksaan terhadap :

a. Kendaraan pengangkut, khusus ban;

b. Tangki;

c. Peralatan bongkar muat;

d. Peralatan pengaman darurat;

e. Dokumen yang diperlukan, seperti surat Ijin dan MSDS.

5. Dokumen pengiriman, yang memuat deskripsi B3 yang diangkut, identitas

pengirim, identitas penerima, identitas pengangkut dan nomor telepon kendaraan

darurat;

6. Pemisahan B3 yang tidak boleh diangkut atau disimpan bersama;

7. Pelaksanaan muat dan bongkar dilakukan pada tempat yang ditetapkan dan tidak

mengganggu keamanan, keselamatan, kelancaran dan ketertiban lalu lintas dan

masyarakat sekitarnya, serta sesuai dengan prosedur yang ditetapkan;

8. Apabila ada wadah atau kemasan yang rusak, pengangkutan harus dihentikan;

9. Selama pelaksanaan pemuatan istirahat dan bongkar muat harus diawasi oleh

pengawas yang memiliki kualifikasi

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 28: LAPORAN KIMIA B3

27MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

BAB VI

PENANGANAN TERHADAP KEADAAN DARURAT

Upaya penanganan maupun pengendalian keadaan darurat baik itu ketika

terjadi tumpahan, kebocoran, kebakaran, ledakan, dan kejadian yang tidak diinginkan

lainnya, perlu dilakukan untuk memastikan orang-orang di sekitar tempat kejadian

aman dan situasinya pun terkendali. Namun, berbeda kasusnya maka upaya

penanganan yang harus dilakukan juga berbeda. Berikut adalah penjelasan mengenai

upaya-upaya apa saja yang harus dilaksanakan ketika terjadi keadaan darurat tertentu :

1. TUMPAHAN

Secara umum, penanganan terhadap tumpahan adalah sebagai berikut :

a) Perlu diwaspadai bahwasannya tumpahan itu terjadi dimana saja dan

kapan saja.

b) Tingkat bahaya dari zat yang tumpah sama.

c) Kenali karakteristik bahan kimia.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 29: LAPORAN KIMIA B3

28MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

d) Waspadai reaksi kimia yang dapat terjadi.

e) Gunakan bahan penyerap dan penetralisir yang sesuai.

f) Diperlukan penampung yang tepat.

Bahan penyerap yang digunakan pada saat terjadinya tumpahan antara lain

silikat, copolimer inert, butiran arang kayu (tidak untuk zat pengoksidasi),

serbuk gergaji (tidak untuk zat pengoksidasi dan asam kuat), pasir kali, dan

sebagainya. Secara spesifik, tumpahan dibagi menjadi dua yaitu tumpahan

padatan dan tumpahan cairan. Untuk penanganan tumpahan padatan, langkah-

langkahnya ialah :

a) Jangan panik.

b) Pakai alat pelindung diri sesuai MSDS.

c) Isolasi daerah tumpahan.

d) Beri peringatan/safety sign misalnya “awas ada tumpahan bahan

kimia” pada lokasi tumpahan.

e) Beri tali pembatas bila perlu agar tidak ada yang melintas.

f) Tutup tumpahan dengan penyerap jenis matras atau sedot dengan

vakum khusus jika memang diperlukan.

g) Lakukan penetralan bila perlu agar kondisi lebih aman.

h) Jangan dibuang langsung ke lingkungan (perlakukan bahan kimia yang

tumpah seperti tumpahan limbah B3)

Sedangkan, untuk tumpahan cairan kimia dapat dilakukan beberapa tahapan

meliputi :

a) Lakukan langkah poin a sampai e pada proses penanganan tumpahan

berupa padatan.

b) Serap tumpahan menggunakan penyerap berbahan inert.

c) Jike diperlukan, lakukan penetralan dan cek derajat keasamannya

menggunakan pH indikator.

d) Perlakukan tumpahan cairan kimia seperti tumpahan limbah B3

(jangan langsung dibuang ke lingkungan.

2. KEBAKARAN

a) Kenali tanda-tanda kebakaran seperti timbulnya asap, dan lain-lain.

b) Jangan panik.

c) Bunyikan tanda kebakaran yang tersedia dengan segera.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 30: LAPORAN KIMIA B3

29MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

d) Ikuti prosedur evakuasi yang ada.

e) Jangan menggunakan lift, evakuasi dilakukan melalui tangga darurat.

f) Hubungi pemadam kebakaran.

g) Bila memungkinkan sembari menunggu pemadam kebakaran tiba,

padamkan api menggunakan alat pemadam yang tersedia seperti

hidran, APAR, dan sebagainya.

3. LEDAKAN

a) Bila terjadi ledakan, perhatikan lokasi ledakan dari jarak yang aman

dan fasilitas lainnya yang dikhawatirkan akan terjadi ledakan susulan.

b) Cegah orang-orang sekitar untuk tidak mendekati area ledakan.

c) Bila perlu beri pembatas di sekeliling area ledakan.

d) Kenali gejala-gejala ledakan seperti kebocoran, tekanan berlebih yang

terbaca pada instrumen, dan sebagainya.

e) Segera evakuasi orang-orang yang terdapat di dalam gedung.

4. KONTAK DENGAN KULIT

Hal yang perlu dilakukan ketika suatu bahan kimia mengenai kulit adalah :

a) Apabila bahan kimia tersebut berbentuk serbuk atau padatan, maka

disapu terlebih dahulu menggunakan sikat halus kemudian siram

bagian kulit yang kontak dengan bahan kimia tersebut menggunakan

air bersuhu normal selama 20 menit.

b) Apabila bahan kimia yang kontak dengan kulit berupa cairan, maka

langsung aliri bagian kulit tersebut dengan air bersuhu normal selama

20 menit.

c) Jangan menggunakan air bersuhu dingin.

d) Jangan mencoba memberikan antiseptik atau cairan lain di bagian kulit

yang kontak dengan bahan kimia.

e) Melepas dan mengamankan pakaian yang terkena bahan kimia.

f) Merujuk ke fasilitas kesehatan.

5. TERHIRUP

Hal yang perlu dilakukan ketika suatu bahan kimia masuk ke dalam sistem

pernafasan adalah :

a) Memberi oxycan atau tabung oksigen lainnya kepada korban.

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 31: LAPORAN KIMIA B3

30MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

b) Bawa lah korban menuju ruang terbuka atau banyak udara segar di

sekitarnya.

c) Jangan mencoba memberikan bantuan pernafasan pada korban.

d) Merujuk ke fasilitas kesehatan.

6. TERTELAN

a) Apabila bahan kimia tertelan, maka segera muntahkan bahan kimia

tersebut.

b) Berkumur dengan air mengalir bersuhu normal.

c) Minumlah susu atau kacang hijau bila ada.

d) Namun, apabila bahan kimia tersebut tidak dapat dimuntahkan maka

langsung menuju ke asilitas kesehatan terdekat.

7. KONTAK DENGAN MATA

a) Aliri mata yang kontak dengan bahan kimia dengan air bersuhu normal

selama 20 menit atau lebih.

b) Tutup mata yang sehat agar tidak terjadi kontaminasi.

c) Jangan memberikan cairan tetes mata atau cairan lain untuk

menghindari keparahan.

d) Merujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan yang

lebih intensif.

DAFTAR PUSTAKA

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/regina-tutik-padmaningrum-dramsi/

c12penanganan-limbah-laboratorium-kimiaregina-tutikuny.pdf

http://storage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/LingkunganHidup/IND-PUU-7-1995-Kepka

%20No.%2001%20Tahun%201995%20(Lampiran).pdf

https://chemcareasia.wordpress.com/2007/03/06/pelatihan-chemgold-ii-di-terminal-peti-

kemas-surabaya/

https://chemcareasia.wordpress.com/category/dangerous-goods-b3/page/7/

http://hukum.unsrat.ac.id/perda/perdamalinau_15_2005.pdf

www.wikipedia.org

PERMENPERIND No 87 tahun 2009

Materi House Training Bontang 30 Oktober-2 Nopember 2007

PERMEN LH No. 3 tahun 2008

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

Page 32: LAPORAN KIMIA B3

31MAKALAH K3 KIMIA (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

TA Euri Damanhuri – FTSI ITB mengenai Sistem Pelabelan Bahan Kimia

PERMENPRIND No. 87 tahun 2009

KEP. DIERJEN PERHUBUNGAN DARAT mengenai Pengangkutan Bahan Kimia

PERMEN LH No. 14 tahun 2013 mengenai Sistem Label B3

Bahan Ajar Kuliah Departemen Kesehatan Lingkungan – FKM UNAIR

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA | POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA