Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

69
LAPORAN PRAKTIKUM AKUSTIK KELAUTAN Disusun oleh : Kelompok 22 DWI FITRIANINGSIH (145080200111006) SITI NUR ROHMAWATI (145080200111008) RURI TRI MARITA FITRIAH (145080200111010) SEPTIANA SRI ASTUTI (145080200111014) DEVITA LATIFATUL M (145080200111016) NOVI DWI UTAMI (145080200111018) FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA ii

description

Akustik kelautan merupakan suatu teori yang bertujuan untuk mendeteksi suatu objek yang berada didalam air dengan jarak yang jauh sehingga sulit untuk dideteksi dengan visual manusia. Menurut Thomas et al., (1986), akustik didefinisiskan sebagai system pelacak yang dirancang untuk para Ilmuan maupun nelayan. Yang digunakan untuk penelitian pergerakan lumba-lumba atau paus tanpa harus mengganggu maupun menghambat pergerakan ikan target. System ini memanfaatkan enam aliran terlindungi. Hydrophone yang terpasang dibagian bawah kapal. Sinyal akustik yang menuju piezoelektrik hydrophone ditransmisikan keperangkat display receiver yang akan menentukan dan menampilkan hasil dari sinyal yang dipancarkan dari kapal.

Transcript of Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

Page 1: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

LAPORAN PRAKTIKUM

AKUSTIK KELAUTAN

Disusun oleh :

Kelompok 22

DWI FITRIANINGSIH (145080200111006)

SITI NUR ROHMAWATI (145080200111008)

RURI TRI MARITA FITRIAH (145080200111010)

SEPTIANA SRI ASTUTI (145080200111014)

DEVITA LATIFATUL M (145080200111016)

NOVI DWI UTAMI (145080200111018)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

ii

Page 2: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKUSTIK KELAUTAN

Oleh

Kelompok 22

Dinyatakan memenuhi persyaratan

Dan disahkan

22,NOVEMBER,2015

Mengetahui,

Asisten Praktikum

(Asroful Mujib)

(135080200111021)

Menyetujui,

Koordinator Asisten

(Dian Pranoto)

(125080200111083)

ii

Page 3: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat

rahmat dan hidayah-Nya, Laporan Praktikum Mata Kuliah Akustik Kelautan

materi Echosounder ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu baik moril maupun materiil. Semoga laporan ini bisa

menjadi salah satu sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khusunya

di bidang perikanan dan kelautan.

Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna

maka kami sangat berharap kritik dan sarannya. Akhir kata, kami berharap

semoga laporan praktikum ini dapat berguna bagi mahasiswa lainnya.

Malang, 16 November 2015

iii

Page 4: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………….……..ii

KATA PENGANTAR …………………..……………………………………………….iii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….………….vi

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………….vii

DAFTAR TABEL………………………………………………….……………………viii

BAB I PENDAHULUAN ……………….………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang ………………….…………………………………………..1

1.2 Tujuan dan Manfaat………………………………………………………….2

1.3 Waktu dan Tempat…………………………………………………………...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………. 4

2.1 Pengertian Akustik…………………………………………………………..4

2.2 Alat-Alat Akustik……………………………………………………………..4

2.2.1 Pengertian Bagian-bagian serta Fungsi dan Sistem

Pengoperasian Fish Finder………………………………………….4

2.2.2 Pengertian Bagian-Bagian serta Fungsi dan Sistem

Pengoprasian GPS…………………………………………………...6

2.2.3 Pengertian Bagian-Bagian serta Fungsi dan Sistem

pengoperasian Sonar………………………………………………...8

2.2.4 Pengertian Bagian-Bagian serta Fungsi dan sistem

pengoperasian Radar………………………………………………..9

2.3 Pengertian Echosounder……………………………………...................10

iv

Page 5: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

2.4 Macam-Macam Echosounder………………………………………….....11

2.4.1 Single Beam…………………………………………………….......11

2.4.2 Split Beam……………………………………………………………12

2.4.3 Dual Beam…………………………………………………………...12

2.4.4 Quasi Ideal Beam…………………………………………………...13

2.5 Komponen Bagian-bagian dan Fungsi Echosounder………………….13

2.5.1 Transmitter…………………………………………………………..14

2.5.2 Transducer…………………………………………………………..15

2.5.3 Recaiver……………………………………………………………...16

2.5.4 Recorder…………………………………………………………..…17

2.6 Sistem Pengoperasian…………………………………………………….18

2.7 Kelemahan dan Kelebihan Echosounder……………………………….19

2.8 Manfaat Echosounder……………………………………………………..20

BAB III METODOLOGI………………………………………………………………..22

3.1 Alat dan Bahan Serta Fungsinya………………………………………...22

3.1.1 Alat yang digunakan dalam praktikum akustik…………………..22

3.1.2 Bahan yang digunakan dalam praktikum akustik………………..22

3.2 Skema

Kerja………………………………………………………………..23

3.2.1 Skema kerja praktikum laboratorium………………………….…..23

3.2.2 Skema kerja praktikum lapang…………………………………….24

BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………………….25

4.1 Analisa prosedur

praktikum………………………………………………25

4.1.1 Penjelasan Alat dan Bahan………………………………………..25

4.1.2 Penjelasan page pada Echosounder……………………………..26

v

Page 6: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

4.2 Hasil

Pengamatan………………………………………………………….29

BAB V PENUTUP……………………………………………………………………...35

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………35

5.2 Saran………………………………………………………………………..35

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Fishfinder.........................................................................................................4

2 Gambaran Kerja Fish Finder………………………………………………………5

3 GPS.................................................................................................................6

4 SONAR............................................................................................................7

5 RADAR............................................................................................................9

6 Echosounder..................................................................................................10

7 Transmitter.....................................................................................................14

8 Transducer.....................................................................................................15

9 Receiver.........................................................................................................16

10 Receiver.........................................................................................................17

11 Page 1 Acquaring..........................................................................................26

12 Page 2 Peta...................................................................................................26

13 Page 3 Peta dengan Kedalaman………………………………………………...27

vi

Page 7: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

14 Page 4 Kedalaman………………………………………………………………..27

15 Page 5 kompas…………………………………………………………………….28

16 Page 6 Track Pelayaran……………………………………………………….....28

17 Page 7 Way Point………………………………………………………………….29

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1 Tabel Hasil Pengamatan ………………………...………………………… 29

vii

Page 8: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akustik merupakan teori yang sangat diperlukan dan sangat bagus

untuk dikembangkan dalam dunia perikanan laut, karena akustik mampu

mendeteksi keadaan bawah air maupun mendeteksi gerombolan ikan.

Akustik ini cocok dipergunakan di Indonesia karena sebagian besar wilayah

Indonesia adalah perairan, sedangkan eksplorasi sumber daya laut di

Indonesia belum begitu maksimal. Jika akustik benar-benar dimanfaatkan

oleh nelayan Indonesia kemungkinan besar akan mengoptimalkan hasil

penangkapan. Namun pada kenyataannya nelayan kita masih

menggunakan metode tradisional untuk mendeteksi target.

Menurut Niken et al., (2012), indonesia memiliki perairan yang luas

dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan seperti komunikasi,

keamanan bawah air, pelacakan penyelam, system sonar aktif dan pasif,

system navigasi kapal dll. Dari tujuan diatas , suara (getaran akustik)

dimanfaatkan sebagai media pembawa pesan karena dapat merambat

dengan jarak jauh didalam air. Getaran akustik yang merambat pada

medium air dapat membawa informasi dari tempat satu ke temapat lain.

Ketika getaran akustik merambat menuju sensor terjadi pelemahan yang di

akibatkan oleh sebaran dan sifat serap gelombang pada air. Namun materi

penyusun air juga berpengaruh dalam perambatan sehingga terjadi

perbedaan pada air laut dan air tawar.

Echosounder merupakan salah satu alat akustik yang memiliki dua

jenis yaitu multibeam echosounder dengan kemampuan dalam merekam

amplitude dari gelombang suara yang dipantulkan. Amplitudo yang

1

Page 9: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

dipantulkan tersebut mengalami penurunan karena hubungannya dengan

medium air laut dan sedimen dasar perairan tersebut. Analisis dari

amplitude tadi memungkinkan untuk mendapatkan informasi mengenai

struktur dan kekerasan dari dasar laut. Sinyal pantul yang kuat menunjukan

permukaan yang keras begitupun sebaliknya. Hal ini dikarenakan semakin

besar impedansi suatu medium semakin besar pula koefisien pantulnya.

Dalam perambatan gelombang akustik memiliki energi dan mengalami

atenuasi ( pengurangan energi) karena interaksi dengan medium.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari diaadakannya praktikum akustik kelautan antara lain :

1. Untuk mengetahui pengertian akustik kelautan.

2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari akustik kelautan.

3. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam akustik kelautan

serta mampu menjelaskan tentang fungsi masing-masing alat

tersebut.

4. Dapat mengoprsikan alat-alat akustik kelautan secara baik dan

benar.

Manfaat dari diadakannya praktikum akustik kelautan ini adalah:

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertiaan akustik kelautan.

2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari akustik kelautan.

3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi alat-alat yang digunakan dalam

akustik kelautan beserta fungsi dari alat tersebut.

4. Mahasiswa mampu mengoperasikan peralatan akustik dengan

benar sehingga tidak menimbulkan kerusakan.

1.3 Waktu dan Tempat

2

Page 10: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

Praktikum akustik kelautan ini diadakan dua kali yaitu di laboratorium

dan dilapang. Untuk pelaksanaan praktikum laboratorium diadakan pada

hari senin 19 oktober 2015 pukul 08.00 – 09.00 wib di laboratorium

penangkapan ikan gedung A lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya kota Malang. Sedangkan untuk praktikum lapang

didakan pada tanggal 07 november 2015 pukul 08.00-09.00 wib di kolam

pemancingan ikan lembah dieng kota Malang.

BAB II

3

Page 11: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian akustik kelautan

Akustik kelautan merupakan suatu teori yang bertujuan untuk

mendeteksi suatu objek yang berada didalam air dengan jarak yang jauh

sehingga sulit untuk dideteksi dengan visual manusia. Menurut Thomas et

al., (1986), akustik didefinisiskan sebagai system pelacak yang dirancang

untuk para Ilmuan maupun nelayan. Yang digunakan untuk penelitian

pergerakan lumba-lumba atau paus tanpa harus mengganggu maupun

menghambat pergerakan ikan target. System ini memanfaatkan enam

aliran terlindungi. Hydrophone yang terpasang dibagian bawah kapal.

Sinyal akustik yang menuju piezoelektrik hydrophone ditransmisikan

keperangkat display receiver yang akan menentukan dan menampilkan

hasil dari sinyal yang dipancarkan dari kapal.

Menurut Fernandes et al., ( 2002), instrument akustik aktif adalah

pengiriman dan penerimaan gelombang suara sehingga mampu

mendeteksi ikan ataupun benda-benda lainnya yang berada jauh dari

jangkauan visual. Eksplorasi alat-alat ini menghasilkan echolocation yang

memiliki kemampuan mendeteksi lumba-lumba dan paus. Alat ini

dikembangkan pada abad 20 an dan berkembang hingga saat ini sehingga

memunculkan alat yang canggih.

2.2 Alat-Alat Akustik Kelautan

2.2.1 Pengertian Bagian-bagian serta Fungsi dan Sistem Pengoperasian

Fish Finder.

Gambar 1. Fish finder (Marzuki,2010)

4

Page 12: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

Fish finder merupakan alat yang digunakan dalam

penangkapan yang berfungsi sebagai pendeteksi ikan baik

bergerombol maupun individu. Menurut Sjarif et al., (2012), clour

display fish finder merupakan peralatan yang memiliki kemampuan

melacak keberadaan ikan serta kedalam dari suatu perairan. Setiap

peralatn pasti memiliki keunggulaan seperti Fish Finder ini memiliki

kelebihan tidak memerlukan kertas pencatat karena data yang data

hasil rekaman ditampilkkan di display bewarna sehingga relative lebih

mudah dalam menginterpretasikan, dan sangat membantu nelayan

yang dulunya hanya mengandalkan peruntungan untuk mendapat

ikan. Tambah 2-3 kata lagi yang sesuai

Gambar 2. Gambaran kerja Fish Finder

(Marzuki,2010)

Menurut Wahyono et al., (2012), fish finder adalah perangkat

navigasi yang bekerja berdasarkan pemancar gelombang bunyi untuk

mendeteksi suatu objek dalam perairan dengan arah vertical. Fish

finder ini terdiri dari :

1. Power unit : berfungsi sebagai pencatu daya

5

Page 13: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

2. Transducer : sebagai lat pemancar maupun penerima

gelombang bunyi.

3. Display unit: merupakan komponen utama dari fish finder

untuk menampakkan data objek.

Menurut Marzuki (2010), fish finder menggunakan sistem kerja

SONAR UNIT (Transducer, Transmiter, Recaiver, dan Display)

menjadi bagian-bagian dalam menjelaskan prinsip kerja dari fish

finder. Secara sederhana prinsip kerja fish finder adalah :

1. Transmitter mengeluarkan impuls listrik ( elektrik impuls)

2. Transducer mengubah impuls listrik tersebut kedalam bentuk

suara.

3. Ketika gelombang suara tersebut menabrak sebuah objek,

maka gelombang suara tersebuta akan dipantulkan kembali.

4. Pantulan gelombang suara tersebut kemudian diterima lagi

oleh receiver dan sinyal dikuatkan oleh amplifier.

5. Gelombang suara yang telah dikuatkan dikirim kembali ke

transducer untuk diubah menjadi impuls listrik.

6. Setelah menjadi impuls listrik informasi tersebut akan

diterjemahkan dalam bentuk string data yang kemudian

hasilnya akan ditampilkan pada display.

2.2.2 Pengertian Bagian-Bagian serta Fungsi dan Sistem Pengoprasian

GPS.

Gambar 3. GPS

(Google image, 2015 )

6

Page 14: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

Gps merupakan akronim dari global positioning sistem, gps ini

adalah suatu sistem yang mampu menghadirkan koordinat dimana

kita berada dengan menggunakan penembakan satelit yang berda di

angkasa.

Menurut Puntodewo et al., (2003), GPS adalah singkatan dari

Global Positioning Sistem yang diartikan sebagai suatu jaringan

satelit yang terus menerus memancarkan sinyal radio dengan

frekuensi yang sangat rendah. Alat GPS pasif menerima sinyal ini

dengan syarat bahwa pendangan kelangit tidak boleh terhalang

sehingga biasanya alat ini bekerja pada ruang terbuka. Satelit GPS

bekerja pada referensi waktu yang sangat teliti dan memancarkan

data yang menunjukkan lokasi dan waktu pada saat itu.

Menurut Wahyono et al., (2012), gps tersusun dari berbagai

komponen yaitu:

1. Antena

Antena ini biasanya terpasang dibagian atas kapal tepatnya

di atas anjungan terdapat dua tipe antena :

Dalam dome

Batang bersilang mendatar

2. Display unit

Berupa layar monitor dengan tampilan data posisi kapal,

haluan kecepatan dan informasi lainnya.

Menurut Rao (2010), GPS receiver menghitung posisi objek

dalam bentu 2 dimensi maupun 3 dimensi menggunakan proses

matematika yang disebut trilateration, trilateration adalah metode

penentuan posisi suatu objek dengan mengukur jaraknya dan objek

lain yang diketahui lokasinya. receiver harus mengetahui 2 hal :

1. Dimana satelit berada

GPS receiver menerima 2 jenis kode informasi dari

masing-masing satelit GPS yaitu almanac(data yang dikirim

ke receiver) dan ephimeris. Jadi dengan diterimanya data

alamna dan emphiris GPS receiver dapat mengetahui posisi

(lokasi dari satelit disetiap waktu ).

7

Page 15: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

2. Seberapa jauh jarak satelit dengan receiver.

Waktu adalah parameter terpenting untuk mengetahui

jarak satelit dengan receiver ada rumus yang dapat

digunakan untuk mengetahui seberapa jauh recaiver dengan

satelit, jarak yang ditempuh satelit sampai objek sama

dengan kecepatan yang ditransmisikan di kali lima waktu

gelombang rad satelit sampai objek.

2.2.3 Pengertian Bagian-Bagian serta Fungsi dan Sistem pengoperasian

Sonar

Gambar 4. SONAR

(Google image, 2015 )

SONAR adalah merupakan singkatan dari Sound Navigation

And Ranging yang merupakan sistem pelacak dengan arah sapuan

horizontal. Sonar ini hanya mampu mendeteksi benda yang berada

didepannya tanpa member informasi apakah jenis benda tersebut.

Menurut susilo (2015), SONAR (Sound Navigation and

Ranging) adalah merupakan istilah Amerika yang pertama kali

digunakan semasa perang dunia yang berarti penjalaran dan navigasi

suara. Yang merupakan teknik dengan menggunakan penjalaran

suara dalam air untuk navigasi atau mendeteksi kendaraan air

lainnya. Sementara itu inggris memiliki sebutan lain untuk sonar yaitu

ASDIC (Anti Submarine Detection Investigation Commite). Sonar

terbagi menjadi dua yaitu aktif dan pasif .

Menurut Wahyono et al., (2012), komponen dari sonar adalah:

1. Power unit : sebagai pencatu daya.

8

Page 16: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

2. Transducer : sebagai alat pemancar dan penerima

gelombang suara dari suatu objek.

3. Display unit : komponen utama sonar berupa layar monitor

dengan tampilan bewarna yang berfngsi menampilkan data

objk terpantau arah vertical.

Sedangkan prinsip kerja dari sonar sendiri adalah dengan

memancarkan gema kedalam perairan secara horizontal selanjutnya,

gema tersebut akan memantul jika mengenai objek berupa ikan atau

objek lainnya. Gema di pancarkan melalui transducer dan alat ini pula

yang menerima pancaran gema setelah mengenai objek. Dalam

fungsinya sonar dilengkapi dengan bunyi “ping” sebagai tanda

adanya objek misalnya karang, ikan atau perairan dangkal, model

sonar yang lama menggunakan kertas pencatat sebagai rekaman.

2.2.4 Pengertian Bagian-Bagian serta Fungsi dan sistem pengoperasian

Radar.

Gambar 5. RADAR

(Google image, 2015 )

Radar adalah singkatan dari Radio Detecting and Ranging yang

merupakan sistem pendeteksi biasanya radar ini menempati medium

udara sebagai perantaranya. Menurut Sjarif et al., (2012), radar

adalah akronim dari Radio Detecting and Ranging yang merupakan

salah satu alat bantu nautika yang memilki fungsi mendeteksi

sasaran. Pengamatn target khususnya dalam menentukan posisi

kapal serta pengamatn berbagai target. Target pengamatan radar

9

Page 17: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

bisa berupa berbagai benda antara lain kapal pelampung rambu

maupun pulau. Layar tampilan pada radar dinamakan position plan

indicator.

Menurut Wahyono et al., (2012), radar adalah singkatan dari

Radio Detecting and Ranging yaitu perangkat navigasi yang bekerja

berdasarkan gelombang radio untuk mendeteksi objek dan jarak

horizontal dalam jangkauan tertentu. Komponen-komponen yang

menyusun radar ialah :

1. Power unit yang memilki fungsi sebagai pencatu daya.

2. Scanner sebgai pemancar gelombang radio maupun

penerima gelombang pantul dari objek.

3. Receiver sebagai penyelaras daya.

4. Display unit untuk menampilkan objek.

Menurut Gustomo dan Suwardi (2013), radar memilki prinsip

kerja sinyal pulsa dipancarkan melalui PRI (Pulse Repetation Interval)

dan PRF ( Pulse Repetation Frekuensi ) tertentu dengan modulasi

kedalam sinyal sinusoidal yang berfrekuensi lebih tinggi serta

memanfaatkan delay dari setiap pulsanya untuk mendapatkan

informasi dari target. Sedangkan ontinuous Wave Radar mempunyai

prinsip kerja memancarkan sinyal sinusoidal secara terus menerus

dan memanfaatkan sinyal echo yang terdiri dari beberapa variasi

frekuensi akibat adanya efek dopler untuk mendeteksi target.

2.3 Pengertian Echosounder

Gambar 6. Echosounder

(Google image, 2015 )

10

Page 18: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

Echosounder merupakan suatu peralatan akustik kelautan yang

menampilkan suatu objek yang disertai dengan koordinat sehingga lebih

memudahkan para pengguna dalam menggunakan alat ini. Menurut

Kautsar et al., (2013), echosounder adalah suatu teknik yang digunakan

untuk mengukur kedalaman dengan memancarkan pulsa-pulsa yang

teratur dari permukaan air dan kemudian pantulan gema (echo) yang

datang dari dasar laut tersebut didengar kembali. Teknik echosounder ini

melai digunakan pada abad 20 awalnya hanya untuk memberikan informasi

berupa gambaran peta-peta diwilayah yang ditutupi perairan didunia.

Echosounder memiliki prinsip kerja dengan memanfaatkan gelombang

yang dipancarkan transducer. Perambatan gelombang ini terjadi pada

medium air dengan menyentuh dasar perairan kemudian dipantulkan

kembali oleh dasar perairan.

Menurut Arief et al., (2013), echosounder adalah salah satu alat

navigasi yang berfungsi untuk pemetaan batimetri secara konvensional

yang dipasang dibawah kapal. Alat ini digunakan untuk mengukur

kedalaman yang memeiliki nilai atau hasil yang cukup akurat untuk titik-titik

tertentu pemetaan batimetri dapat digunakan untuk menejemen pelabuhan

memproduksi sedimen dari sungai dan sebagai informasi dasar zona

poteensi untuk wilayah laut serta untuk mengetahui atau mempelajari

budidaya perairan.

2.4 Macam-Macam Echosouder

2.4.1 Single Beam.

Untuk mengukur kedalaman perairan biasanya menggunakan

Echosounder dengan mengukur waktu perjalanan bolak-balik

gelombang akustik ( gelombang suara ) mulai dari transducer yang

dipasang pada kapal sampai dasar laut dan dipantulkan lagi dikapal.

Echosounder tipe single beam memiliki sistem yang berfrekuensi

rendah( 20 khz) yang berfungsi untuk mengumpulkan data secara

langsung pada perairan yang berada dibawah kapal melalui garis

tunggal sepanjang jalur kapal (Mc Carron, 2011).

Menurut Jauhari et al., (2005), single Beam acustic sistem

menampilkan data yang kurang akurat dan kurang bisa

dipertanggung jawabkan kebenaran informasi datanya . Single beam

11

Page 19: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

ini mulai dikembangkan di Nurwegia dan selanjutnya di Amerika

Serikat, Prancis serta jepang walaupun single Beam ini dilengkapi

dengan sebuah minitor khusus yang bisa diatur sedemikian rupa

sehingga target strength berdasarkan perbedaan warna ( dengan

ketelitian 1,5 db) namun tetap tidak menghasilkan nilai target strength

yang sebenarnya dengan nilai akurasinya tinggi.

2.4.2 Split Beam.

Menurut Foote (1988) dalam Jauhary et al., (2005), dengan

prinsip kerja dari sistem ini mencari beda fase dari echo signal yang

diterima oleh dua belahan transducer (sebutlah yang satu adalah

portstarboard phase pulse dan yang satu lagi fore-aft phase pulse)

maka selain dapat mengukur in situ target strength secara akurat

juga dapat mengukur posisi sudut dari masing-masing target yang

terletak didalam Beam.

Menurut Khalikman dan Yudanov (2006), split beam adalah

digunakan untuk menentukan posisi target individu pada beam

transducer, untuk mengimbangi pola beam, dan untuk menghitung

nilai-nilai target strength yang telah dikoreksi semua. Transducer

yang digunakan dalam sistem merupakan yang berkualitas tinggi dan

konsisten sehingga transducer yang efisien dan sinyal pengolahan

sistem memiliki kemampuan deteksi yang luar biasa.

2.4.3 Dual Beam.

Teknik Dual Beam adalah teknik akustik perikanan yang

dipopulerkan pada awal 1970-an untuk menghitung sudut polar dari

poros Beam individu target samapai beam akustik. Teknik ini

memanfaatkan pola beam yang berbeda antara dua transducer yang

berdiri sendiri. Transducer yang satu menggunakan pacaran

gelombang yang luas dan yang satunya pancaran gelombang yang

sempit. Rasio dari pancaran gelombang yg luas dan gelombang yang

sempit ini yang menentukan sudut katub dari target

tunggal (Chu,2011).

Burcznki dan Johnson (1986) dalam Jauhari et al., (2005),

mengemukakan bahwa Prinsip kerja dari Dual Beam acoustic sistem

12

Page 20: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

yang sampai saat ini tetap memiliki keunggulan komperatif pada

portabilitas yang tinggi karena transducer dioperasikan dengan towed

body dan sudah tentu jika noise tidak terlalu besar maka letelitian

yang dihasilkan adalah tinggi. Dual Beam acoustic sistem ini

mempunyai suatu keunggulan dalam sistem perolehan dan

pemrosesan data.

2.4.4 Quasi Ideal Beam.

Menurut jauhari et al., (2005), Quasi Ideal Beam memiliki

kalibrasi akustik dan pengukuran in situ target strength yang akurat

menjadi kenyataan. Quasi Ideal Beam memiliki dua prosesor yang

terpisah yang memungkinkan nilai SV dan TS untuk frekuensi ganda

dan secara simulation menghitung SV dan ST untuk frekuensi tinggal

tertentu .

Pola Ideal Beam disisi lain memiliki arti bahwa, suatu

direktivitas memiliki sensitivitas yang tetap dalam sudut Beam

tertentu dan tidak memiliki sensitivitas ketika berada diluar sudut

beam tertentu. Perkembangan transducer ini mendeteksi karakteristik

ideal beam. Transducer ini disebut Quasi Ideal Beam dengan

Transducer yang bar, perhitungan target strength menjadi lebih

mudah dan lebih terpercaya dibandingkan dengan penghitungan

yang diperoleh dari transducer yang masih konvensional.

Penghitunan akustik memiliki akurasi yang tinggi karena perhitungan

yang teliti (Sasakura dan Yasuhiko,1987).

2.5 Komponen Bagian-bagian dan Fungsi Echosounder

Echosounder adalah perangkat elektronik yang memanfaatkan

gelombang suara yang memiliki fungsi identifikasi kedalaman struktur

bawah laut dan gerombolan ikan. Menurut Raharjo (2002), pada dasarnya,

fungsi echosounder dibidang perikanan dan kelautan adalah sebagai

pengidentifikasi jenis-jenis lapisan sedimen dasar laut (sub-bottom profile).

Pemetaan dasar laut (seabed mapping) pencarian kapal kapal karam

dalam laut, penentuan jalur pipa dan kabel dibawah dasar laut dan analisa

dampak lingkungan didasar laut selain itu, aplikasi echosounder juga

berperan dalam penentuan stock ikan dan lokasi shoaling atau schooling

13

Page 21: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

ikan metode akustik yang tercanggih dan terbaik hingga saat ini dapat

digunakan untuk menduga sebaran dan kelimpahan ikan pada suatu

perairan yakni dengan dual beam system dan split beam system.

Menurut Maclenan dan Simmonds (1992), sistem echosounder dan

sonar umumnya memiliki lima komponen yaitu :

1. Transmitter untuk menghasilkan pulsa listrik.

2. Transducer. Mengubah energi listrik menjadi energi suara begitu

juga sebaliknya.

3. Receiver. Menerima echo dari objek.

4. Peraga-perekam. Untuk mencatat hasil echo.

5. Time base untuk mengaktifkan pulsa

2.5.1 Transmitter

Gambar 7. Transmitter

(Google image, 2015)

Transceiver terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai

fungsi sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang

dipancarkan dan menyediakan tenaga elektrik untuk frekuensi yang

diberikan. Transmitter ini menerima secara berulang-ulang dalam

kecepatan yang tinggi, sampai pada orde kecepatan milisekon.

Perekaman kedalaman air secara berkesinambungan dari bawah

kapal menghasilkan ukuran kedalaman beresolusi tinggi sepanjang

lajur yang disurvei. Informasi tambahan seperti heave (gerakan naik

turunnya kapal yang disebabkan oleh gaya pengaruh air laut), pitch

(gerakan kapal ke arah depan (mengangguk) berpusat di titik tengah

kapal), dan roll (gerakan kapal ke arah sisi-sisinya (lambung kapal)

atau pada sumbu memanjang) dari sebuah kapal dapat diukur oleh

sebuah alat dengan nama Motion Reference Unit (MRU), yang juga

14

Page 22: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

digunakan untuk koreksi posisi pengukuran kedalaman selama

proses berlangsung (Hidayat et al., 2014).

Data hidroakustik merupakan data hasil estimasi echocounting

dan echo integration melalui proses pendeteksian bawah air. Salah

satu Proses tersebut antara lain: Transmitter menghasilkan listrik

dengan frekuensi tertentu, kemudian disalurkan ke transduser.

Kemudian Echo yang diperoleh dapat mengestimasi beberapa data

antara lain Target strength, Scatteringvolume, densitas ikan,

batimetri, panjang ikan, lapisan dasar perairan dan dapat

diaplikasikan untuk kegiatan lainya.Hasil dari pendeteksian dengan

metode akustik disuatu perairan dapat diperoleh beberapa faktor

antara lain Target strength, Scattering volume, densitas ikan, panjang

ikan, kekasaran dan kekerasan substrat dasar serta dapat mengukur

kedalaman suatu perairan (Manik dan Ma’mun, 2009).

2.5.2 Transducer.

Gambar 8. Transducer

(Google image, 2015)

Menurut Allo (2008), fungsi utama dari transducer yaitu

mengubah energi listrik menjadi energi suara ketika akan

dipancarkan dan mengubah energi suara menjadi energi listrik ketika

echo diterima dari suatu target. Selain transducer juga berperan

memusatkan energi suara yang akan dipantulkan ke beam.

Pemancaran gelombang suara ini dipantulkan dengan fullbeam yang

merupakan penggabungan dari keempat kuadran selama

pemancaran simulation. Selanjutnya sinyal yang memancar kembali

dari target diterima oleh masing-masing kuadran.

15

Page 23: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

Menurut Firdaus (2008), transducer mengubah tenaga listrik

menjadi gelombang akustik. Dalam kapasitas ini transducer

digunakan sebagai proyektor bukan hidrofon osilasi sinyal-sinyal

elektro kedalam getaran mekanik yang dipancarkan kedalam air

sebagai tekanan isolasi atau gelombang akustik. Pada saat

kembalinya kepermukaan air sebagai echo dari dasar laut, kemudian

pulsa akustik diterima dan dikonversi kembali kedalam sinyal-sinyal

elektrik oleh transducer yang bertindak sebagai hidrofon.

2.5.3 Recaiver

Gambar 9. Receiver

(Google image, 2015)

Receiver berfungsi menerima pulsa dari objek dan display atau

recorder sebagai pencatat hasil echo. Sinyal listrik lemah yang

dihasilkan oleh transducer setelah echo diterima harus diperkuat

beberapa ribu kali sebelum disalurkan ke recorder. Selama

penerimaan berlangsung keempat bagian transducer menerima echo

dari target, dimana target yang terdeteksi oleh transducer terletak dari

pusat beam suara dan echo dari target akan dikembalikan dan

diterima oleh keempat bagian transducer pada waktu yang

bersamaan (Allo, 2008)

Receiver adalah sebuah perangkat elektronika yang memiliki

fungsi sebagai penerima/penangkap. Alasan diperlukannya receiver

dengan tingkat kepekaan yang baik ialah agar gelombang suara

pantul dari objek dapat diterima dengan baik. Secara teori gelombang

16

Page 24: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

pantul pastinya tidak sekuat gelombang dating. Hasil yang diterima

oleh receiver (berupa gelombang suara) kemudian kembali akan

diproses oleh Transducer untuk diubah kedalam bentuk impuls listrik

yang selanjutnya akan diteruskan (Marzuki, 2010).

2.5.4 Recorder

Gambar 10. Recorder

(Google image, 2015)

Menurut Jauhari et al., (2005), recorder juga mengukur selang

waktu antara transmisi impuls dan penerima echo. Hal ini dilakukan

dengan menggerakan jarum perekam diatas pencatat dengan

kecepatan tetap yang tergantung pada kecepatan suara dan skala

kedalaman. Kecepatan jarum bervariasi menurut depth-scale tersebut

dan disesuaikan dengan kecepatan suara di air (untuk air laut 1500

m/s). Echosounder yang canggih dilengkapi dengan pengatur

kecepatan suara pada jarum yang disesuaikan dengan kecepatan

recorder dalam perekam.

Recorder berfungsi untuk merekam atau menampilkan sinyal

echo dan juga berperan sebagai pengatur kerja transmitter dan

mengukur waktu antara pemancar pada pulsa suara dan penerimaan

echo atau recorder memberikan sinyal pada transmitter. Transmitter

selanjutnya akan menghasilkan pulsa. Pada saat yang sama recorder

juga akan mengirimkan sinyal ke receiver yang sudah siap menerima

tersebut (Agtapura, 2008).

17

Page 25: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

2.6 Sistem Pengoperasian

Menurut Henry dan Asep (2009), data hidroakustik merupakan data

hasil estimasi echo counting dan echo integration melalui proses

pendeteksian bawah air. Proses tersebut antara lain seperti berikut:

1. Transmitter menghasilkan listrik dengan frekuensi tertentu,

kemudian disalurkan ke transduser.

2. Transduser akan mengubah energi listrik menjadi suara, kemudian

suara tersebut dalam berbentuk pulsa suara dipancarkan dengan

satuan ping.

3. Suara yang dipancarkan tersebut akan mengenai objek, kemudian

suara itu akan dipantulkan kembali oleh obyek dalam bentuk echo

dan kemudian diterima kembali oleh tranduser.

4. Echo yang diperoleh tersebut diubah kembali menjadi energi listrik

di transduser kemudian diteruskan ke receiver.

5. Pemrosesan sinyal echo dengan menggunakan metode echo

integration.

Echo yang diperoleh dapat mengestimasi beberapa data antara lain

Target strength, Scattering volume, densitasikan, batimetri, panjangikan,

lapisan dasar perairan dan dapat diaplikasikan untuk kegiatan lainnya.

Alat perum gema menggunakan prinsip pengukuran jarak dengan

memanfaatkan gelombang akustik yang dipancarkan dari transducer.

Transducer adalah bagian dari alat perum gema yang mengubah energi

listrik menjadi mekanik (untuk membangkitkan gelombang suara) dan

sebaliknya. Gelombang akustik tersebut merambat pada medium air

dengan cepat rambat yang relatif diketahui atau dapat diprediksi hingga

menyentuh dasar perairan dan dapat dipantulkan kembali ke transducer.

Perum gema menghitung selang waktu sejak gelombang dipancarkan dan

diterima kembali (∆t), sehingga jarak dasar perairan relatif terhadap

transducer adalah :

depth = ½ v∆t

Dengan depth = kedalaman hasil ukuran dan v = kecepatan gelombang

akustik

18

Page 26: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

pada medium air. Hasil pengukuran kedalaman akan direkam dan

ditampilkan secara digital. Tampilannya adalah profil kedalaman perairan

sepanjang jalur survei kapal (lajur perum). Jika pada titik-titik tertentu

ditandai saat pengukurannya dan pengukuran untuk penentuan posisi

dilakukan secara kontinyu dengan saat yang tercatat, maka hasil

pencatatan waktu tersebut dapat digunakan untuk merekonstruksi posisi

kedalaman (Al kautsar et al, 2013).

2.7 Kelemahan dan Kelebihan Echosounder

Adapun kelebihan dan kekurangan dari penggunaan echo sounder

itu adalah sebagai berikut :

a. Kelemahan dari penggunaan echo sounder adalah jika semakin

dalam laut, gambar yang dihasilkan semakin tidak jelas (tidak

terlihat lebih spesifik gambar karang, ikan, kapal karam,dan

sebagainya). Contoh ketika echo sounder digunakan di akuarium

yang berisi ikan, gambar yang dihasilkan lebih jelas, hal ini

dipengaruhi oleh laut. Disamping itu mengganggu komunikasi

antar hewan laut contohnya paus dan lumba–lumba.

b.  Keuntungan dari penggunaan echo sounder adalah dapat

mengukur kedalaman laut yang disertai dengan pemetaan dasar

laut, disamping itu digunakan nelayan untuk mengetahui

gerombolan ikan,serta dapat mengukur suhu air pada kedalaman

tertentu. Penggunaan teknologi ini sangat membantu dalam

pencarian sumber daya ikan yang baru, sehingga akan

mempercapat pengambilan keputusan atau kebijakan, terutama

untuk menetapkan daerah penangkapan ikan agar potensi ikan

dapat dipertahankan 

Echosounder memiliki kelemahan yaitu jika semakin dalam laut

gambar yang dihasilkan semakin tidak jelas. Sedangkan kelebihannya yaitu

dapat mengukur kedalaman laut yang disertai dengan pemetaan dasar

laut. Kelemahan echosounder adalah tidak dapat mendeteksi ikan hanya

dapat digunakan bagi yang sudah berpengalaman. Sehingga echosounder

bisanya digunakan untuk kapal-kapal perang, kapal penumpang dan kapal

19

Page 27: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

barang. Echosounder memiliki kelebihan yaitu akurasi pengelihatan

kedalaman sebanyak 99% (Ika, 2014).

Menurut Burczynski dan Ben-Yami (1985), kelemahan dan kelebihan

Echosounder adalah sebagai berikut :

Kelemahan :

a. Harganya mahal untuk membeli sebuah echo sounder.

b. Kebanyakan echosounder menggunakan kertas khusus dan

baterai yang mahal.

c. Harus menghabiskan waktu yang diperlukan untuk membersihkan

dan memperbaikinya hingga bisa bekerja.

d. Jika rusak, akan memerlukan tukang khusus, seperti tukang

perbaikan radio transistor, untuk memperbaikinya.

Kelebihan :

a. Tidak membuang-buang waktu dan bahan bakar untuk mencoba

menangkap ikan di tempat dimana ada beberapa ikan atau tidak

ada ikan sama sekali.

b. Dapat menangkap lebih banyak ikan karena echosounder

menunjukkan dimana terdapat lebih banyak ikan untuk ditangkap.

c. Echosounder menunjukkan kedalaman air.

d. Dapat melihat batu, bangkai kapal kapal atau sampah di bawah

sehingga dapat menghindari kehilangan atau kerobekan jaring

Anda.

2.8 Manfaat Echosounder

Untuk jenis echosounder dibagi menjadi 2. Salah satunya adalah

multibeam echosounder. Multibeam echosounder merupakan salah satu

alat yang digunakan dalamproses pemeruman dalam suatu survei

20

Page 28: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

hidrografi.Pemeruman (sounding) sendiri adalah proses dan aktivitas yang

ditunjukan untuk memperoleh gambaran (model) bentuk permukaan

(topografi) dasar perairan (seabed surface). Survei hidrografi adalah proses

penggambaran dasar perairan tersebut dari pengolahan hingga visua-

lisasinya (Poerbandono dan Djunarsih, 2005 dalam Saputra et al., 2010).

Echosounder sebagai instrument utama penelitian pemanfaatan

teknologi hidroakustik. Alat ini sangat membantu untuk memudahkan

pengamatan terhadap keberadaan ikan, dimana tidak perlu memperkirakan

waktu lagi. Sebagaimana hasil penelitian Subani dan Barus(1989) yang ha-

nya memperkirakan waktu hauling. Namun dengan teknologi hidroakustik

kedatangan ikan akan dapat terdeteksi (Kurniawan dan Sudirman, 2014).

21

Page 29: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

BAB III

METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan Serta Fungsinya.

3.1.1 Alat yang digunakan dalam praktikum akustik kelautan.

Alat yang digunakan dalam praktikum laboratorium adalah:

1. Echosounder Garmin GPS map 178c sounder : sebagai alat

pengamat yang menampilkan sounding dari transducer.

2. Transducer : untuk memancarkan gelombang suara

3. Antenna : menghubungkan echo dengan satelit.

Alat yang digunakan pada praktikum lapang adalah :

1. GPS map 178C sounder : menampilkan sounding dari

transducer

2. Antena : menghubungkan echo dengan satelit.

3. Obeng : membuka scrub pada accu

4. Penyangga Echo : menyangga echo yang dioperasikan.

3.1.2 Bahan yang digunakan pada praktikum akustik kelautan

Bahan yang digunakan pada saat praktikum laboratorium adalah:

1. Accu 24v : sebagai pencatu daya.

Bahan yang digunakan saat praktikum lapang adalah :

1. Accu 24v : sebagai pencatu daya.

2. Pipa 2m : menyangga transducer yang dimasukkan ke air.

3. Kabel tis : merekatkan transducer dengan pipa

4. Tali ravia: merekatkan transducer dengan pipa.

5. Air kolam: medium objek yang diamati.

6. Ikan : objek yang diamati

22

Page 30: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

HASIL

3.2 Skema Kerja

3.2.1 Skema kerja praktikum laboratorium

persiapan peralatan dan bahan.

Pasang antenna ke echosounder

Hubungkan transducer dan echosounder dengan ACCU

dan hubungkan dengan display.

Tekan power

Pilih “ I Agree “ tekan enter

Tekan menu

Pilih start simulator

Tekan enter

23

Perangkaian

pengoprasian

Page 31: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

3.2.2 skema kerja praktikum lapang

persiapan peralatan dan bahan.

Pasang antenna ke echosounder

Hubungkan transducer dan echosounder dengan ACU dan

hubungkan dengan display.

Tekan power

Pilih “ I Agree “ tekan enter

Tekan menu

Pilih start simulator

Tekan enter

24

Perangkaian

pengoprasian

HASIL

Page 32: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur Praktikum

4.1.1 Penjelasan Alat dan Bahan

Dalam praktikum laboratorium akustik kelautan, hal yang

dilakukan pertama kali adalah mempersiapkan alat dan bahan GPS

map 178 C Sounder Garmin yang didalamnya ada GPS sebagai

penentu sekaligus posisi dimana kita berada, display sebagai media

menampilkan data, transmitter sebagai pengatur pulsa, transducer

sebagai pengubah energi listrik menjadi gelombang suara dan

sebaliknya. Echosounder mendeteksi gerombolan ikan,dan bahannya

adalah Accu 24 V untuk pencatu daya.

Setelah alat dan bahan disiapkan, dilanjutkan dengan

perangkaian alat dan bahan. Pertama hubungkan transducer ke Accu

(+) kabel merah dan (-) kabel hitam, kemudian hubungkan dengan

display sesuai jacknya. Kemudian hubungkan antena dengan display

juga, pastikan semua bagian alat terpasang dengan sempurna.

Lanjutkan langkah berikutnya tekan tombol power pada display

sampai menyala kemudian pilih “I Agree” pilih tombol menu lalu pilih

start simulator lalu tekan tombol enter untuk memulai simulasi atau

pindah page untuk kepentingan tertentu. Tekan tombol page sampai

muncul halaman kedalaman dan peta. Setelah itu, tekan tombol

menu dan pilih “Set Up Sonar” pada pilihan menu dengan tombol

anak panah ke bawah dan enter kemudian mulailah pengaturan. Atur

25

Page 33: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

ke dalam “Auto”, tentukan fish symbolnya. Keluar dari menu “Set Up

Sonar” dengan menekan tombol quit dan mulailah mengamati pada

layar display.

4.1.2 Penjelasan Page pada Echosounder

Dalam praktikum akustik kelautan mengenai echosounder

terdapat 7 page tampilan, yaitu :

1. Acquaring.

(Gambar.11 Page 1 Acquaring)

Page tampilan pertama, di dalam display unit tertera

tampilan tanggal dan waktu serta grafik sinyal dari satelit.

2. Peta

(Gambar.12 Page 2 Peta)

26

Page 34: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

Pada page kedua, di dalam display unit tertera tampilan

berupa peta, jika ditekan enter yang akan diketahui letak posisi

kapal berada.

3. Peta dengan Kedalaman.

(Gambar.13 Page 3 Peta dengan Kedalaman)

Pada tampilan ketiga, dalam display unit tertera tampilan

kedalaman perairan dan peta.

4. Kedalaman.

(Gambar.14 Page 4 kedalaman)

Pada tampilan keempat, dalam display unit tertera

kedalaman perairan dan topografi serta substrat dasar perairan.

27

Page 35: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

5. Kompas

(Gambar.15 Page 5 Kompas)

Page tampilan kelima , dalam display unit echosounder

akan tertera tampilan kompas.

6. Track Pelayaran

(Gambar.16 Page 6 Track Pelayaran)

Pada tampilan keenam, display unit akan menampilkan

tracking yaitu ke arah mana kapal akan berlayar. Dalam

tampilan ini terdapat kecepatan kapal, lalu jarak antara kapal

dan fishing ground yang akan dituju.

28

Page 36: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

7. Way Point

(Gambar.17 Page 7 Way Point)

Page tampilan ke tujuh, pada display unit echosounder

akan ditampilkan way point. Way point yaitu berfungsi untuk

menyimpan data fishing ground yang sudah kita inginkan.

4.2 Hasil Pengamatan

Dari pengamatan praktikum akustik kelautan yang dilakukan di kolam

pemancingan Dieng Kota Malang hari Sabtu 07 November 2015

didapatkan hasil sebagai berikut :

Penga-

matan

Posisi

Koordinat

Suhu

0C

Kedalaman

perairan(m)

Kedalaman

ikan (m)

Keterangan

(jumlah

ikan)

Pos 1

Penga

matan I

07048’34” 27 3,5 0,6 1

1,0 5

1,1 7

1,2 4

29

Page 37: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

1,3 5

1,4 1

1,6 3

1,7 2

1,8 1

1,9 3

2,1 9

2,2 9

2,3 1

2,4 2

2,7 1

2,8 2

3,2 1

3,5 1

Penga

matan

2

07058’34” 270 C 3,5 1 1

1,2 1

1,3 1

1,4 1

1,7 1

2,0 3

2,1 4

30

Page 38: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

2,4 1

2,6 3

2,7 1

2,8 1

3,0 1

3,1 4

Penga

matan

3

07048’34” 27 3,9 1 1

1,2 1

1,3 1

1,4 1

1,7 1

2,0 3

2,1 4

2,4 1

2,6 3

2,7 1

2,8 1

3,0 1

3,1 4

Pos 2 27,1 0,8 - Tidak ada

ikan

27,5 0,7 - Tidak ada

31

Page 39: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

ikan

27,2 0,9 0,7 1

Penga

matan

Posisi

Koordinat

Suhu Kedalaman

Perairan

Kedalaman

Ikan

Keterangan

Pos 3

Penga

matan

1

0

7057’54,5”

27,6 0,9-1 0,7 1

Penga

matan

2

27,9 0,8-1 0,9 1

27,1 0,1 1

Penga

matan

3

27,2 0,5-0,7 - Tidak ada

ikan

(Tabel 1 : Tabel Hasil Pengamatan)

Pada pengamatan lapang yang dilakukan hari Sabtutanggal 07

November 2015 bertempat di Kolam Pemancingan Dieng mendapatkan

hasil pada pos 1 pengamatan, posisi koordinat berada pada S= 07058’34”

E=1120 37’15” dengan suhu perairan 27ºc, keadalaman perairan yang

diukur mendapatkan hasil sebesar 3,5 m. Sedangkan ikan berada pada

kedalaman 0,6 m ditemukan sebanyak 1 ikan , pada kedalam 1 m

ditemukan 5 ikan pada kedalaman 1,1 m ditemukan 7 ikan , kedalam 1,2 m

ditemukan 4 ikan, kedalam 1,3 m ditemukan 5 ikan, kedalaman 1,5 m

ditemukan 1 ikan, kedalaman 1,6 m ditemukan 3 ikan, kedalaman 1,8 m

ditemukan 1 ikan, kedalaman 1,9 m ditemukan 3 ikan, kedalam 2,1 m

32

Page 40: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

ditemukan 9 ikan, kedalaman 2 m ditemukan 9 ikan, kedalam 3,2 m

ditemukan 1 ikan, kedalaman 3,5 m ditemukan 1 ikan

Pada post 1 pengamatan ke-2 posisi koordinat sama dengan

pengamatan ke-1 karena antena tidak berpindah-pindah untuk suhu dan

kedalaman perairan juga sama dengan pengamatan ke-1. Sedangkan

untuk kedalaman ikan sendiri pada kedalaman 1m ditemukan ikan 1 ekor,

kedalaman 1,2 m ditemukan 1 ikan, kedalaman 1,3 m ditemukan 1 ikan ,

kedalaman 1,4 m ditemukan 1 ikan, kedalaman 1,7 m ditemukan 1 ikan,

kedalaman 2 m ditemukan 3 ikan, kedalaman 2,1 m ditemukan 4 ikan,

kedalaman 2,4 m ditemukan 1 ikan, kedalaman 2,8 m ditemukan 1 ikan,

kedalan 3m ditemukan 1 ikan kedalaman 3,1 m ditemukan 4 ikan.

Dan untuk pos 1 pengamatan ke-3 posisi koordinat, suhu dan

kedalamannya sama dengan pengamatan je-1 dan ke-2, hanya untuk

kedalaman ikan saja yang berbeda. Pada kedalaman 1 m ditemukan 1

ikan, pada kedalaman1,2m di temukan 1 ikan, kedalaman 1,3 m ditemukan

1 ikan, kedalaman 1,4 m ditemukan 1 ikan, kedalamankedalaman 2,0 m

ditemukan 3 ikan, kedalaman 2,1 m ditemukan 4 ikan, kedalaman 2,4 m

ditemukan 1 ikan, kedalaman 2,6 m ditemukan 3 ikan , kedalaman 2,7 m

ditemukan 1 ikan, kedalaman 2,8 m ditemukan 1 ikan, kedalaman 3 m

ditemukan 1 ikan, kedalaman 3,1 m ditemukan 4 ikan.

Pada pos 2 juga dilakukan pengamatan sebanyak 3 kali, pada

pengamatan 1 diketahui suhunya adalah 27,1 ºc, kedalaman perairan yang

diukur didapatkan hasil sebesar 0,8 m sedangkan. Untuk ikan yang

didapatkan tidak ada seekorpun yang didapat dan untuk topografi perairan

bersubstrat lumpur ditunjukkan dengan warna biru. Hal ini juga terjadi pada

33

Page 41: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

pengamatan kedua yaitu tidak didapatkan ikan bedanya pada pengamatan

kedua ini memiliki suhu perairan sebesar 27,5 0C. Dan kedalaman perairan

0,7 meter untuk substratnya sendiri sama yaitu lumpur. Dan untuk

pengamatan ketiga memiliki suhu perairan 27,2 0C dan kedalaman perairan

0,9 meter pada pengamatan ini didapatkan ikan sebanyak 1 ekor pada

kedalaman 0,7 meter.

Pada pos 3 hasil yang didapatkan pada praktikum lapang adalah

posisi koordinat pengambilan sampel yang berada pada 07057’54,5”

dengan suhu perairan pada pengamatan 1 sebesar 27,6 0C, pengamatan

kedua sebesar 27,9 0C dan pengamatan ketiga sebesar 27,2 0C.

Kedalaman perairan yang diukur didapatkan hasil sebesar 0,9 – 1 meter

pada pengamatan 1, pengamatan kedua 0,8 – 1 meter, pengamatan ketiga

0,5 – 0,7 meter. Sedangkan ikan berada pada kedalaman 0,7 meter

sebanyak 1 ikan pada pengamatan 1, pengamatan kedua ditemukan ikan

sebanyak masing-masing 1 ekor ikan pada kedalaman 0,9 dan 0,1 meter

dan untuk pengamatan ketiga tidak didapatkan ikan sama sekali.

Sebaran ikan pada selat Malaka menunjukkan nilai yang relatif

tinggi pada perairan dengan kedalaman yang rendah. Hal ini dapat

disebabkan oleh beberapa faktor seperti tingginya tingkat produktivitas

pada daerah tersebut yang didukung oleh tingginya pasokan nutrient yang

terbawa (Purnawan, 2006).

34

Page 42: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

a. Echosounder adalah suatu alat navigasi elektronik yang menggunakan sistem gema yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan dan untuk mendeteksi adanya gerombolan ikan .

b. Fungsi utama dari echosounder adalah utuk mengkur kedalamn perairan

c. Komponendan bagian-bagian echosounder

1. Transmitter :untuk menghasilkan pulsa listrik yang dipancarkan

2. Transducer :untuk mengubah energi listrik menjadi energi suara dan sebaliknya

3. Receiver:untuk menguatkan sinyal listrik yang lemah dari transducer saat gema (echo) terjadi sebelum dialirkan ke recorder

4. Display unit (Recorder) : untuk alat perekam,pencatat hasil echo

d. Alat-alat yang bekerja dengan prinsip akustik antara lain fish finder,sonar,radar dan RDT (Radio Direction Finding)

e. Fish finder merupakan perangkat elektronik yang bekerja dengan cara memancarkan gelombang ultrasonic dan menangkap kembali pantulannya Fish finder tidak dapat menentukan koordinat lokasi sebab tidak dilengkapi dengan GPS

f. Sonar merupakan system instrument yang digunakan untuk mendapatkan informasi objek-objek bawah air .

g. Dari pengamatan kami diperoleh data di pos 1dengan koordinat 07°58’34” dengan suhu 27°C , kedalaman air 3,5 m dan kedalaman ikan beragam .Dari pos 2 koordinat 07°59’53,8” dengan suhu 27°C, kedalaman perairan 1m dan kedalaman ikan beragam . Dan dari pos 3 koordinat 07°57’54,5” denga suhu 27,56°C,kedalam perairan 1m dan kedalaman ikan beragam.

5.2 Saran

Praktikum akustik kelautan ini sudah cukup jelas dan baik dalam penyampaian materinya.Mungkin kedepannya nanti bisa lebih baik lagi . Ada sedikit kekurangan yaitu mengenai tampilan topografi yang datar tanpa kecuraman maka praktikannya hanya bisa membayangkan. Mungkin juga karena keterbatasan pengamatan.

35

Page 43: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

DAFTAR PUSTAKA

Allo, Obed. 2008. Klasifikasi Habitat Dasar Perairan dengan Menggunakan

Instrumen Hidroakustik SIMRAD EY60 di Perairan Sumur, Pandeglang-

Banten. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor

Al Kautsar, M; Bandi S; Hani’ah. 2013. Aplikasi Echosounder Hi-Target HD370

untuk Pemeruman di Perairan Dangkal ( Studi Kasus: Perairan

Semarang ). Jurnal Geodesi 2(4): 222-239 Universitas Diponegoro:

Semarang

Arief, U. M. 2011. Pengujian Sensor Ultrasinik PING untuk Pengukuran Level

Ketinggian dan Volume Air. Jurnal Ilmiah “ Elektrikal Enjiring ” Universitas

Hasanuddin 9(2) Mei-Agustus/2011. Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang

Burzynski dan Ben yami. 1985. Finding Fish with Echosounder. Rome: FAO

Training Series

Chu, Dhezang I. L; Yudanov K. I. 2006. Technology Evolution and Advances in

Fisheries Acoustics. Journal of Marine Science and Technology 9(3): 245-

252

Fernandes, P. G; dkk. 2010. Acoustic Application in Fisheries Science: the ICES

Contribution- Ices Marine ScienceSymposia 215: 483-492

Firdaus, H. 2008. Sistem Visualisasi Profil Dasar Laut dengan Menggunakan

Echosounder. Fakultas Teknik Universitas Indonesia: Depok

36

Page 44: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

Gustomo, Fery; Suwardi. 2013. Analisa Penggunaan Sinyal Radar Bentuk Pulsa

dan Gelombang Kontinu untuk Reylaight. Jurnal Teknik Pomits 2(3)

Hidayat, ahmad; dkk. 2014. Survei Bathimetri untuk Pengecekan Kedalaman

Perairan Wilayah Pelabuhan Kendal. Jurnal Geodesi 3(1)

Ika, wulandari.2014 . file : //G:/Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Alat

tangkap pursein. Echosounder.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober

2015 pukul 13.00 WIB

Jauhari, Alfan; Sukandar; Defryono. 2005. Diklat Mata Kuliah Dasar-Dasar

Akustik Kelautan. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya: Malang

Khalikhman, I. L; Yudanov K. I. 2006. Acoustics Fish Reconnaissance. Florida:

CRC Press

Kurniawan M dan Sudirman. 2014. Penerapan Teknologi Hidroakustik pada

Perairan Bagan Tancap. Makassar: Universitas Hasanuddin

Mac Lenan; Simmonds. 1997. Fisheries Acoustics Theory and Practice. Oxford:

Blackwell Science

Manik, Hendry M; Asep Ma’mun. 2009. Rancang Bangun Sistem Informasi Data

Hidroakustik Berbasis Web Yogyakarta: Seminar Nasional Aplikasi

Teknologi Informasi 2009 (SNAT 2009)

Marzuki, Ismail Johan. 2010. Identifikasi Material Dasar Perairan Menggunakan

Perangkat Fish Finder Berdasarkan Nilai Target Strenghth. Fakultas

Teknik. Universitas Indonesia: Depok

37

Page 45: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

Mc Carron, William O. 2010. Deepwater Foundation and Pipeline Geomechanic.

Newcastle: I Ross Publishing

Puntodewo, A; Sonya Dewi; Jusupta Tarigan. 2003. Sistem Informasi Geografis

untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bogor: Center for International

Forestry Research

Purnawan, S. 2006. Hubungan Topografi Dasar Perairan dengan Sebaran Ikan

di Selat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor

Raharjo, S. 2002. Pendugaan Densitas Ikan Dasar (Demersal Fish) dengan

Metode Akustik Perairan Selat Bali pada Musim Timur. Skripsi. Institut

Pertanian Bogor

Rao, G.S. 2010. Global Navigation Satellite Systems New Delhi: Tata Mc Graw

Hili Education Privated Limited

Saputra, Toyoki; Yasuhiko Endo. 1987. Quasi Ideal Beam Pattern Transducer.

Japanese. Journal of Applied Physics: 26-1: 94-96

Sasakura,royaki ; Yasuhiko . 1987 . Quasi Ideal Beam Pattern Transducer.

Japanese . Journal of Aplied Physics : 26-1 : 94-96

Sjarif, Baithur; Suwardiyono; Syahasta D. G. 2012. Penangkapan dan

Penanganan Ikan Tuna Segar di Kapal Rawai Tuna. Semarang: Balai

Besar Pengembangan Penangkapan Ikan

Susilo, Vidia; Eng V C P; Pinrolinvic P K M. 2015. Rancang Bangun Sistem

Pengukuran Kedalaman Sungai. E-Journal Jurnal Teknik Elektro dan

Komputer SSN: 2301-84 02. Manado: Universitas Sam Ratulangi

38

Page 46: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

Thomas, dkk. 1986. Acoustic Detection of Cetaceans Using A Towed Array of

Hydrophones. Rep. Int. Whal. Commn ( Spec Issued ) Pp: 139-148

Wahyono, A; Harun Sigit Priyo Prabowo. 2012. Identifikasi Peralatan Navigasi.

Semarang: BBPPI

Yuwono, n; Dhany Afrianto; Endang Widjati. 2012. Analisa Perambatan Suara di

Bawah Air sebagai Fungsi Kadar Garam dan Suhu Pada Akuarium

Anechoic. Jurnal Teknik Pomits 1(1): 1-3

39

Page 47: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

LAMPIRAN

1. PRAKTIKUM LABORATORIUM

(Penjelasan bagian-bagian dari (Penjelasan page pada

Echosounder ) Echosounder)

2. PRAKTIKUM LAPANG

( Melacak posisi ikan menggunakan

Echosounder )

40

Page 48: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

(Mencari sinyal dengan GPS) (Mengamati Jumlah ikan, kedalaman, dasar

perairan dll )

3. ASISTEN ZONE

NO. NAMA FOTO PESAN KESAN

1. Dian Pranoto Lebih baik lagi dan lebih mengenal praktikan

Ramah dan murah senyum, baikGood job

2. Citra Nilam C Tambah baik kepada praktikan

Ramah dan murah senyumGood job

3. Fitri Margiana Jarang terlihat

Murah senyumGood job

4. Ajeng Wahyu P

Jarang kelihatan dan harus lebih membaur dengan praktikan

Murah SenyumGood job

41

Page 49: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

5 Riska Kurniawati

Terlalu pendiam

Baik hati dan cantikGood job

6. Ika Nurul R Kurang membaur dengan praktikan

Ramah dan sopanGood job

7. Dimas Bobby Erganda

Tambah baik kepada praktikan

Tetap jadi asisten yang disiplin dan murah senyum, lucuGood job

8. Sembadhani Bayu

Jarang terlihat

Tetap santai tapi harus serius yaGood job

9. Fayakun Kece banget sama praktikan, teliti.

Baik dan ramahGood job

10 Tri Yula Sahadati

Pendiam dan jarang terlihat saat praktikum

Ramah dan sopanGood job

42

Page 50: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

11 Riza Juwita Dewi

Pendiam dan jarang terlihat saat praktikum

Murah senyumGood job

12. Sara Kristiana Lasarus

Lebih baik, lebih ramah kepada praktikan

Baik, murah senyum, cantik, mudah akrabGood job

13. Kholisatun N Lebih baik, lebih ramah kepada praktikan

Baik, ramah, murah senyum, cantik Good job

14. Asroful MujibTambah baik kepada praktikan

Baik, pengertian dan paling kece, terbuaik Good job

15. Arsen Triade Maulana Tambah baik

kepada praktikan

Baik, ramah, murah senyum Good job

16. Nurul Laili F Jarang melihat

Cantik, manis Good job

43

Page 51: Laporan Ketik akustik kelautan Kelompok 22

17. Hilaliyah Hamid Djawas Tambah baik

kepada praktikan

Cantik, baik, murah senyum Good job

18. Dimas Galang Fergiawan Tambah baik

kepada praktikan

Baik, ramah, mudah bergaul Good job

19. Muhammad Febriyan R Tambah baik

kepada praktikan

Baik, humorisGood job

44