LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII · 2018-03-25 · Afdeling yaitu Afdeling 1...
Transcript of LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII · 2018-03-25 · Afdeling yaitu Afdeling 1...
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena rahmat dan
kuasa-Nya sehingga kegiatan dan penyusunan laporan Kerja Praktek di PT
Perkerbunan Nusantara VII telah selesai. Kerja Praktek dilaksanakan selama 1
bulan, yaitu pada tanggal 3 Juli 2017 sampai dengan 05 Agustus 2017.
Penyusunan laporan Kerja praktek ini sebagai syarat akademis yang wajib
dipenuhi oleh mahasiswa dalam menempuh perkuliahan di Fakultas Teknologi
Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta serta bukti pertanggungjawaban
terhadap kegiatan kera praktek yang telah dilaksanakan. Kerja praktek
dilaksanakan dengan tujuan untuk memperkenalkan dunia kerja serta
mempraktekkan teori yang telah didapatkan di perkuliahan.
Pada penyusunan laporan ini, penulis tidak luput dari bantuan oleh berbagai
hormat maka dengan kerendahan hati diucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak V. Ariyono, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Industri.
2. Ibu Deny Ratna Yuniartha, S.T., M.T. selaku Koordinator Kerja Praktek.
3. Bapak Dr. A. Teguh Siswantoro selaku dosen pembimbing Kerja Praktek.
4. Bapak Lomuk Harianja selaku pembimbing lapangan.
5. Keluarga yang senantiasa memberikan dukungan, doa, dan motivasi.
6. Seluruh karyawan PT Perkerbunan Nusantara VII yang telah membantu
selama pelaksanaan Kerja Praktek.
7. Teman-teman yang senantiasa memberi dukungan
Yogyakarta, 05 Agustus 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................... 1
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ...................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan ............................................................ 3
2.2. Struktur organisasi ............................................................................ 5
2.3. Manajemen Perusahaan ................................................................... 5
BAB 3 TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN
3.1. Proses Bisnis .................................................................................... 11
3.2. Produk yang Dihasilkan .................................................................... 12
3.3. Proses Produksi ................................................................................ 12
3.4. Fasilitas Produksi .............................................................................. 16
BAB 4 TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA
4.1. Latar Belakang Pemilihan Bagian ..................................................... 18
4.2. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan Pekerjaan .................................... 18
4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan .................................................. 19
4.4. Usulan Tinjauan ................................................................................ 25
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
v
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 28
5.2. Saran ................................................................................................ 28
LAMPIRAN .............................................................................................. 29
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Suhu Pengasapan selama 6 hari ............................................ 23
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PTPN VII .............................................. 4
Gambar 3.1. Proses Bisnis ...................................................................... 11
Gambar 4.1. Bill Of Material RSS ............................................................ 19
Gambar 4.2. Diagram Alir Proses RSS .................................................... 20
Gambar 4.3. Flow Chart Proses Penerimaan sampai Pembekuan .......... 22
Gambar 4.4. Proses Pengecekan Warna ................................................. 25
Gambar 4.5. FlowChart Simulasi Proses Inspeksi ................................... 26
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
8
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk
melaksanakan kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI
UAJY memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi
mahasiswa untuk mengenali suasana di industri serta menumbuhkan,
meningkatkan, dan mengembangkan etos kerja profesional sebagai calon
sarjana Teknik Industri.
Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa
Teknik Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama
kerja praktek mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja,
dalam hal ini mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan,
penerapan dan pemecahanan masalah. Oleh karena itu, dalam kerja praktek
kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah:
1. Mengenali ruang lingkup perusahaan
2. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu
3. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan,
supervisor atau pembimbing lapangan
4. Mengamati perilaku sistem
5. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
6. Melaksanakan ujian kerja praktek
1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:
a. Melatih kedisiplinan.
b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan
atasan dalam perusahaan.
c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
d. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi
dan menjalankan bisnis.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
9
e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek yang ada
di perusahaan.
f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja Praktek ini dilaksanakan terhitung mulai tanggal 03 Juli 2017 sampai
dengan 05 Agustus 2017 di PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) terletak
di desa Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way kanan Provinsi
Lampung. Areal tersebut terbentuk Unit Usaha yang terdiri dari beberapa
Afdeling yaitu Afdeling 1 sampai Afdeling 7. Jarak perkebunan ke kantor
dereksi ± 160 km, ke kabupaten ± 60 km, dan jarak perkebunan ke
kecamatan ± 20 km. semua dapat ditempuh dengan jalan darat sedangkan
lokasi emplasemen berada di dalam areal PT Perkebunan Nusantara VII.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
10
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
2.1.1. Sejarah Perusahaan (sekaligus perkembangannya)
PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Tulung Buyut merupakan salah satu
diantara Unit dalam lingkungan PT. Perkebunan Nusantara VII yang
mengelola Budidaya Tanaman Karet. Letak Unit ini ± 60 km arah Timur Ibu
kota Kabupaten Way Kanan, dan ± 175 km dari Ibu kota Propinsi Lampung,
dengan ketinggian tempat ± 82 m diatas permukaan laut. Jenis tanahnya
adalah “Podsolik Merah Kuning” dengan bahan induk Tufa asam, latosol
dan sebagian kecil alluvial. Type iklim B dengan rata-rata curah hujan
bulanan lebih dari 200 mm sepanjang tahun, sehingga keadaan musim
normal daerah ini tidak mengalami kering yang berkepanjangan.
Perkebunan ini dibangun pada tahun 1930 oleh PT. Internatio Belanda.
Tahun 1957 diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam rangka
Nasionalisasi dengan budidaya tanaman karet dan hasil olah karet
konvensional berupa RSS (Ribbed Smoked Sheet). Setelah pengambilan
alihan (Nasionalisasi) pada tanggal 10 Desember 1957, terjadi perubahan
status dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perseroan Terbatas (PT)
Perkebunan X (Persero) pada tanggal 30 Juni 1980. Sejalan dengan
perkembangan areal dan meningkatnya produksi, maka pada tahun 1988
dan 1994 dibangun pabrik pengolahan karet remah (CRF) dengan kapasitas
masing-masing 20 ton kk/hari. Dan dilengkapi dengan unit pengolahan
Limbah yang telah memnuhi standar Bapedal. Dengan dibangunnya pabrik
CRF, maka mulai tahun 1989 sudah dapat diproduksi karet remah (SIR)
disamping produksi RSS yang telah ada. Sehingga dengan adanya
Restrukturisasi PT. Perkebunan pada tanggal 11 maret 1996 dengan akte
Notaris Harum Kamil,S.H. No. 40 berubah menjadi PT Perkebunan
Nusantara VII (Persero).
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
11
2.2. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi merupakan susunan dan hubungan antara komponen bagian-bagian dan posisi dalam suatu perusahaan
dalam menjalankan kegiatan-kegiatan operasionalnya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Struktur organisasi memiliki fungsi sebagai berikut :
Gambar 2.1. Stuktur Organisasi PTPN VII Unit Tulung Buyut
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
12
2.3. Manajemen Perusahaan
2.3.1. Visi dan Misi Perusahaan
Visi
PT. Perkebunan Nusantara VII salah satu perusahaan Perkebunan
mempunyai visi “ menjadi perusahaan agribisnis dan agroindustri yang
tangguh dan berkarakter global “.
Misi
a. Menjalankan usaha agribisnis perkebunan dengan komoditas karet,
kelapa sawit, the dan tebu.
b. Mengembangkan usaha berbasis bisnis inti yang mengarah ke integrasi
vertical.
c. Mengembangkan teknologi budidaya dan proses yang efisien dan akrab
dengan lingkungan untuk menghasilkan produk berstandar, baik untuk
pasar domistik maupun international.
d. Memperhatikan kepentingan shareholders dan stakeholders,
khususnya karyawan, mitra petani, pemasok, dan mitra usaha untuk
bersama-sama mewujudkan daya saing guna menumbuh kembangkan
perusahaan.
2.3.2 Nilai-nilai Perusahaan
a. Dinamic
Dinamis = Selalu siap dengan perubahan dan tantangan baru dengan
selalu belajar dan meningkatkan pengetahuan serta kemampuan.
b. On Target
Tepat Sasaran = Bekerja dan tekun demi tercapainya suatu target yang
diberikan oleh management
c. Innovative
Inovatif = Aktif dalam memberikan ide dan terobosan baru serta
membuka diri terhadap semua dan koreksi demi tercapainya perbaikan
yang berkesinambungan.
d. Capable
Mampu = Menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan penuh
amanah dan sungguh-sungguh
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
13
e. Team Work
Kerjasama = Mampu bekerja sama dengan rekan, karyawan
pelaksanan, maupun pimpinan serta tetap menjaga kekompakan antar
karyawan di dalam perusahaan
f. Environment Care
Peduli Lingkungan = Senantiasa berusaha untuk selalu menjaga dan
peduli terhadap keberlangsungan lingkungan hidup.
2.3.3 Ketenagakerjaan
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal yang
berkaitan dengan tenaga kerja. Ketenagakerjaan yang ada pada PT.
Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut berkaitan dengan hal-hal
berikut ini:
a. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau SDM merupakan elemen yang sangat
penting bagi perusahaan. Ketidakadaannya manusia dalam proses
bisnis pada perusahaan membuat perusahaan tersebut akan berjalan
dengan baik. Namun tidak sembarangan sumber daya manusia dapat
digunakan dalam perusahaan. Dibutuhkan SDM yang memenuhi
kompentensi tertentu agar dapat menjalankan proses bisnis
perusahaan.
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut memiliki kebijakan yaitu
menerapkan karyawan tetap dan karyawan kontrak. Karyawan
kontrak merupakan pekerja yang diambil dari outsourcing yang
bisanya ditempatkan pada bagian pengolahan dan pada pekerja
bongkar muat dan sebagainya . Karyawan lain yang bekerja selain
jenis pekerjaan di atas merupakan karyawan tetap.
b. Prosedur Perekrutan Karyawan
Proses pencarian atau perekrutan tenaga kerja baru di PT.
Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut dilakukan dengan bantuan
pihak ketiga yaitu LPP yang berkantor di Yogyakarta, pihak PT
Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut, menerima karyawan yang
diseleksi oleh LPP dan kemudian dilakukan training selama 3 bulan
untuk menjadi karyawan outsourcing, dan 1 tahun training untuk
menjadi karyawan tetap
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
14
c. Pembagian Jam Kerja
Sistem pembagian jam kerja yang ada di PT. Perkebunan Nusantara
VII Tulung Buyut adalah menggunakan pembagian berdasarkan
pekerja shift . Pembagian jam kerja shift ditujukan untuk pekerja yang
berada di area produksi, operator mesin, analis dibagian quality
management, dan bagian security. Pembagian waktunya sendiri
dibagi ke dalam 2 shift yang tiap shift bekerja selama 8 jam kerja.,
berikut ini pembagian waktu untuk setiap shift :
i. Shift 1
Senin – Kamis : 04.00 - 12.00 WIB
Jumat – Sabtu : 04.00 - 11.00 WIB
ii. Shift 2
Senin – Sabtu : 14.00 - 23.00 WIB
Keterangan :
Istirahat :12.00 – 14.00 WIB
Kebijakan untuk meratakan beban kerja pada pekerja shift, para
pekerja dibagi-bagi dalam grup. Terdapat 4 grup terdiri dari 10 sampai
15 pekerja yang nantinya tiap grup akan bergantian shift setiap
minggunya.
d. Sistem Pengupahan
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut memiliki sistem
pengupahan yang akan dibayarkan pada setiap bulan tepatnya
dipertengah bulan. Pembayaran untuk karyawan tetap dibayarkan
melalui rekening masing-masing karyawan, sedangkan untuk
karyawan outsourcing untuk gaji dibagikan melalui kantor
administrasi. Besaran nilai upah yang diterima tentunya disesuaikan
dengan tingkat jabatan yang ditambahkan dengan tunjangan-
tunjangan lain. Untuk jabatan atau tingkatan pekerja di PT
Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut ini, mengikuti sistem
golongan seperti pegawai negeri.
Untuk pekerja outsourcing pengupahan berdasarkan perjanjian atau
kontrak yang sebelumnya telah disepakati. Penentuan besaran
pengupahan didasarkan pada jenis pekerjaan yang dilakukan.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
15
Pada PT. Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut selain mendapatkan gaji
pokok para karyawan atau pekerjanya juga mendapatkan tunjangan-
tunjangan lain. Tunjangan yang didapatkan oleh para karyawan dan
pekerja di PT. Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut adalah sebagai
berikut:
i. Tunjangan Hari Raya (Idul Fitri)
ii. Bonus Akhir Tahun
iii. Bonus Pencapaian Target Produksi
2.3.4 Fasilitas yang diterima oleh karyawan
Dalam rangka memberikan kepuasan dan rasa nyaman pada para pekerja
pihak PT. Perkebunan Nusantara VII, Tulung Buyut memberikan beberapa
fasilitas. Fasilitas ini digunakan dan didapatkan oleh para pekerja untuk
meningkatkan produktivitasnya. Fasilitas yang diterima oleh karyawan PT.
Perkebunan Nusantara VII adalah sebagai berikut:
a. Tunjangan Hari Raya (THR)
Tunjangan Hari Raya atau THR diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara
VII sebagai kewajiban perusahaan untuk memberikan tunjangan ketika
akan bertepatan dengan hari raya. Pemberian Tunjangan Hari Raya ini
sesuai dengan PerMen No.04/Men/1994 tentang pemberian tunjangan hari
raya. Dan diberikan kepada karyawan paling lambat 7 hari sebelum hari
raya.
b. Jaminan kesehatan (melalui BPJS)
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut mewajibkan setiap pekerja atau
karyawannya memiliki asuransi. Salah satu yang digunakan oleh
perusahaan adalah jaminan kesehatan melalui BPJS Ketenagakerjaan.
Jaminan kesehatan ini diberikan untuk melindungi para pekerja terutama
bagi para pekerja di lingkungan pabrik karena dalam area pabrik banyak
sekali kegiatan- kegiatan yang berbahaya. Bagi para pekerja yang berada di
office juga diberikan jaminan kesehatan karena tidak menunutup
kemungkinan bekerja area office akan mengunjungi area-area pabrik,
sehingga tetap perlu diberikan jaminan.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
16
c. Kerja Sama
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut bekerja sama dengan Bank
BRI. Karyawannya diberikan fasilitas rekening Bank BRI agar
mempermudahkan dalam memberikan gaji dan tunjangan-tunjangan
lainnya.
d. Klinik kesehatan
Fasilitas klinik juga diberikan oleh PT. Perkebunan Nusantara VII Tulung
Buyut yang merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap kesehatan
para karyawannya. Fasilitas ini selain dapat digunakan untuk pengobatan,
Klinik juga menyediakan obat-obatan yang mendukung untuk mengobati
keluhan-keluhan penyakit ringan yang dialami karyawan. Terdapat tim
khusus di klinik ini yang selalu siap siaga dalam menanggulangi jika adanya
kecelakaan kerja yang dialami pekerja.
e. Tempat Ibadah (Masjid)
Fasilitas yang diberikan selain untuk kebutuhan jasmani, namun PT.
Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut juga memberikan fasilitas bagi
kebutuhan rohani para karyawannya. Tempat ibadah diberikan pada
keriyawan yang ingin menunaikan kewajibannya beribadah.
f. Mess (Perumahan Karyawan)
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut juga memberikan fasilitas
berupa perumahan Karyawan yang letaknya berada di lingkungan pabrik
pengolahan PT Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut. Pemberian fasilitas
ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pekerja.
g. Safety Tools
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut dalam upayanya
meningkatkan keamanan dan keselamatan kerja dari para karyawan
terutama pada area pengolahan. PT. Perkebunan Nusantara VII Tulung
Buyut memberikan fasilitas alat-alat pelindungan diri terhadap kecelakaan.
Fasilitas utama yang diterima semua karyawan adalah berupa sepatu boot
dan Masker. Namun bagi pekerja-pekerja khusus seperti di area produksi
mendapatkan tambahan perlindungan. Tambahan perlindungan tersebut
berupa sarung tangan, masker, dan earplug. PT. Perkebunan Nusantara
VII Tulung Buyut juga memberikan alat-alat perlindungan dari kecelakaan
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
17
yang diberikan melalui bagian devisi K3., supaya para pekerja selalu ingat
dalam bekerja selalu mengutamakan kesehatan, dan keselamatan kerja.
h. Internet
PT. Perkebunan Nusantara VII Tulung Buyut dalam usahanya
meningkatkan produktivitas dari karyawan, memberikan fasilitas berupa
layanan internet. Fasilitas ini tentunya hanya digunakan untuk kegiatan-
kegiatan yang memiliki kepentingan bagi perusahaan.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
18
BAB 3
TINAJUAN SISTEM PERUSAHAAN
Pada bagian bab 3 ini akan dijelaskan mengenai proses bisnis sistem
perusahaan produk yang dihasilkan beserta proses-proses produksinya
3.1 Proses Bisnis Departemen
Proses Bisinis PT. Perkebunan Nusantara VII
Gudang Bahan BakuBOKAR Pengolahan Sortasi Quality Control Gudang
Ph
ase
Menerima LateksMenyimpan bahan
baku lateksMengolah lateks menjadi remahan
Dibersihkan sebanyak 7 kali
poses
Dimasukkan ke dalam penggilingan sebanyak 5 menjadi
lembaran karet
Lembaran lateks ditimbang
Dijemur selama 12 hari
Dicuci dan dikirim ke roli sekaligus
pengeringan
Diantar ke bagian penimbangan
Ditimbang
Mengecek kualitas produk
Apakah karet memenuhi standard
Menyusun karet di gudang
Gambar 3.1 Proses Bisinis
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
19
3.1 Produk yang dihasilkan
Produksi dan Produktivitas Komoditas tanaman yang dihasilkan oleh PTPN
VII (Persero) antara lain:
a. Karet Karet merupakan komoditas andalan ekspor yang mempunyai
kontribusi penting bagi perusahaan. Produksi yang dihasilkan antara lain:
Standar Indonesia Rubber (SIR), Ribber Smoked Sheet (RSS).
b. Kelapa sawit merupakan komoditas dengan areal terluas kedua yang
memiliki produktivitas cukup tinggi. Produksi yang dihasilkan antara lain:
minyak kepala sawit, inti sawit, dan minyak inti sawit.
c. Teh Komoditi teh yang berada di PTPN VII (Persero) hanya berada di
unit usaha Pagar Alam (Pala), dengan produk berupa :
i. Grade I = BOP, BOP I, BOPF, PF, DUST, BP, BT.
ii. Grade II = BP II, BT II, PF II, DUST II, DUST III, DUST IV, FANN II, FANN
III
iii. Off Grade = BM, FLUFF, POWDER, RMIT
d. Tebu PTPN VII (Persero) memiliki 2 pabrik gula, yaitu : Cinta Manis di
Sumatera Selatan dan Bunga Mayang di Lampung dengan produk yang
dihasilkan yaitu : gula dan tetes.
3.2 Proses Produksi
3.3.1. Pengolahan Karet Standard Indonesian Rubber ( SIR )
a. Penerimaan Bahan Olah Karet ( BOKAR )
Bahan olah karet dari masyarakat berupa cup lump/slab. Yang tiba di pabrik
ditentukan beratnya dengan menggunakan jembatan timbang atau
timbangan duduk. Setelah itu dilakukan sortasi mutu bokar yang terutama
diterima dari plasma/pembelian, mutu bokar yang tidak sesuai dengan
standard SNI tidak diterima. Bokar dari kebun inti, plasma dan pembelian
ditempatkan dilantai semen dan terlindungi dari sinar matahari, dan
dikelompokkan sesuai jenis mutunya untuk memudahkan mengatur
komposisi, blending agar mutu produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi
teknis.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
20
b. Pencacahan dan Blending Karet
Sebelum digiling bahan olah karet terutama slab yang tebal harus
dibelah/dipotong dengan slab cutter untuk memeriksa kontaminasi dan
memudahkan pengolahan selanjutnya . Kotoran pada permukaan bokar
dicuci sebelum ke slab cutter. Kemudian bokar dipecah dalam pre
breaker menjadi ukuran ± 3 – 5 cm, setelah keluar dari pre breaker cacahan
karet masuk dalam bak blending 1 supaya homogen. Cacahan karet dipecah
lagi menjadi ukuran kecil ± 2 – 4 cm menggunakan hammermill 1. Cacahan
yang diperoleh kemudian dicampur lagi dalam bak blending II kemudian
cacahan dipecah lagi menjadi ukuran lebih kecil ukuran ± 1 – 2 cm
menggunakan hammermill II. Cacahan yang keluar dicampur lagi dalam bak
blending III yang berfungsi supaya cacahan karet tercampur dengan baik.
c. Pembuatan Crep
Cacahan dari bak blending III masuk ke macerator untuk membuat lembaran
awal. Lembaran yang keluar dari macerator digiling
dengan creper I dan II sambil melakukan pengepakan yang bertujuan agar
lembaran crep menjadi homogen, kemudian masuk ke creper III dan
akhirnya masuk ke creper finisher ketebalan crep 8 – 10 mm. Selama
penggilingan selalu dibarengi pencucian di setiap creper. Crep hasil gilingan
ditimbang dan dikeringkan dalam ruangan penggantung pre drying minimal
12 hari.
d. Peremahan dan Pengeringan
Setelah 12 hari di pre drying crepe diremah menggunakan shredder.
Selanjutnya remahan dimasukkan ke dalam trolly menggunakan vortex
pump dan vibrating screen. Pengisian trolly tidak boleh terlampau padat dan
ketinggiannya cukup merata pada setiap trolly dan tidak boleh terjadi
penggumpalan. Trolly yang sudah berisi remahan dimasukkan ke
dalam dryer, setting time 18 – 20 menit per trolly untuk dryer merk YAM dan
7 menit – 8 menit untuk dryer merk SHT atau lama pengeringan 3 jam - 3,2
jam dan setting of temperatur dryer 1180C – 1200C. Setting time dan setting
dryer tidak diperbolehkan diubah – ubah ketika dryer sedang beroperasi,
kecuali bila keadaan memaksa misalnya terjadi white sport/virgin rubber.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
21
e. Sortasi dan Pengepakan
Karet keluar dari dryer didinginkan menggunakan cooling fan hingga suhu
maksimum 400 C dan sebelum dipres diamati dan dihilangkan cacat karet
yang ada seperti white spot/virgin rubber, kontaminasi dan sebagainya.
Sebelum dipress karet ditimbang menurut berat yang diminta oleh
konsumen. Toleransi selisih berat yang diperkenankan per bale maksimal
0,5 %. Setelah ditimbang karet dipress dengan balling press selama ± 30
detik, hasil pressan harus padat dan kompak. Sebelum dibungkus dilakukan
sortasi pada bagian luar bale kemungkinan adanya white sport/virgin
rubber dan kontaminasi benda asing lainnya dan diditeksi menggunakan
metal ditektor . Sementara pengamatan bagian dalam bale dilakukan
dengan cara dibelah dengan kelipatan 6 dalam satu pallet (1 bale disetiap
lapisan). Bale yang sudah disortir melalui metal ditektor (bebas white
spot/virgin rubber dan kontaminasi) diberi pita mutu yang sesuai dengan
kelas mutunya lalu dilakukan pengepakan dengan kantong plastik polos atau
langsung dikemas dengan kantong plastik berlogo, Sebelum dimasukkan ke
dalam peti palletdiambil contoh/sample SIR untuk dianalisis pada
laboratorium, contoh/ sample SIR diambil dengan kelipatan 9 dalam
setiap pallet berisi 36 bale. Bale dikemas dalam pallet ( FS ) atau shrink
wrapped ( SW )
f. Penyimpanan dan Penggudangan
Kemasan pallet yang sudah selesai ditutup diberi nomor, Tanda Pengenal
Produsen (TPP) dibuat pada sisi pallet, sementara kemasan SW diberi
nomor, TPP pada label kemasan, kemudian disimpan dalam gudang
penyimpanan. Penyusunan dan penumpukan pallet/SW dikelompokan
menurut jenis mutunya untuk memudahkan dalam pelayanan
export/pengiriman.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
22
3.3.2. Pengolahan Ribbed Smoke Sheet (RSS)
a. Penerimaan Bahan Baku ( Lateks )
Penerimaan bahan baku lateks dari kebun melalui beberapa tahapan yaitu,
Lateks yang tiba di pabrik ditimbang menggunakan jembatan timbangan
atau diukur menggunakan bulking tank berskala. Kadar Karet Kering ( KKK)
lateks yang baik untuk diolah menjadi RSS berkisar 28 – 31%. Lateks dari
tank diambil 100 gram untuk dijadikan sample Kadar Karet Kering ( KKK )
sebelum masuk ke tempat pengolahan. Lateks dari tanki kendaraan
pengangkut dituang ke bulking tank disaring dengan saringan 40 – 60 mesh.
Kontaminasi yang banyak ditemui pada lateks hasil kebun berupa daun
pohon karet, tatal kayu, dan kontaminasi lainnya, lalu dibuang di tempat yang
telah disediakan. Pada saat penuangan lateks ke bulking tank, tidak boleh
terlalu deras karena sebagian lateks tidak tersaring dengan baik. Lateks
yang telah mengalami prakoagulasi tidak boleh menjadi RSS.
b. Pengenceran dan Pembekuan Lateks
Lateks diencerkan menjadi 12 – 14% KK di dalam bak – bak penggumpal,
air yang digunakan harus bersih dan jernih. Lateks dialirkan dari bulking
tank ke bak – bak penggumpal lateks yang telah berisi air pengencer,
kemudian lateks tersebut diaduk ± 16 kali ( 8 kali maju, 8 kali mundur ).
Setelah pengadukan cukup rata kemudian dilakukan pembuangan busa
dengan menggunakan saringan tangan 60 mesh. Selanjutnya
menambahkan larutan asam semut (formic acid) kepekatan 2,5 secukupnya,
kemudian diaduk sebanyak ± 16 kali ( 8 kali maju, 8 kali mundur ) agar
tercampur merata. Selanjutnya dilakukan pembuangan busa kedua hingga
tidak terlihat lagi busa di permukaan lateks. Pemasangan alat plat penyekat
dilakukan setelah pembuangan busa kedua. Sebelum dipasang plat
penyekat disiram dengan air lebih dahulu agar koagulum tidak lengket pada
plat – plat penyekat. Lateks didiamkan selama ± 4 jam sebelum digiling.
c. Penggilingan
Sebelum digiling koagulum yang sudah menggumpal sempurna di bak – bak
penggumpal disiram/diisi air, untuk memudahkan dalam pencabutan plat
penyekat. Talang luncuran koagulum diisi air untuk memudahkan koagulum
mengapung tujuannya agar karet mudah ditarik untuk dimasukkan ke mesin
giling Sheeter . Plat penyekat dicabut satu persatu dimulai dari bak
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
23
penggumpal yang koagulumnya telah menggumpal dengan sempurna.
Antara satu koagulum dengan koagulum lainya diusahakan agar mudah
disambung dan mudah penarikannya ke mesin giling (Sheeter ). Mesin
giling (Sheeter ) dihidupkan berikut air penyemprot diatas rol, lalu masukkan
koagulum satu per satu. Hindari sheet melipat selama dalam proses
penggilingan. Ketebalan penggilingan Sheet basah keluar dariSheeter 3 – 4
mm. Pencucian Sheet dilakukan dalam bak pencucian hingga tidak ada lagi
tersisa asam. Kemudian dilakukan penggantungan sheet pada lori. Setelah
lori terisi penuh, lori didorong ketempat penyiraman. Sheet disiram/dicuci
kembali untuk menghilangkan sisa – sisa asam dan kotoran yang masih
tersisa. Sebelum masuk ke kamar pengasapan. Lori yang berisi sheet di
tiriskan terlebih dahulu selama 2 – 4 jam.
3.3 Material Handling
Material Handling adalah salah satu jenis transportasi (pengangkutan) yang
dilakukan dalam perusahaan industri, yang artinya memindahkan bahan
baku, barang setengah jadi atau barang jadi dari tempat asal ke tempat
tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
3.4.1 Material Handling Pada Pengolahan RSS
a. Kereta dorong
Karet yang sudah melewati proses pengasapan akan dipindahkan ke
gudang penyimpanan menggunakan kereta dorong.
b. Rak Dorong
Karet yang sudah melewati proses penggilingan akan disusun di rak
penjemuran, rak tersebut dirancang agar dapat melewati rel menuju
gudang penjemuran.
3.4.2 Material Handling Pada Pengolahan SIR
a. Conveyor
Conveyor digunakan untuk memindakan material (lateks) ke mesin
penggiling latek. Selain itu conveyor juga digunakan pada proses
packaging.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
24
b. Lift Roll crepe
Karet yang sudah digiling dan menjadi lembaran panjang akan digulung
membentuk roll dan diangkat menggunakan lift menuju gudang
penjemuran.
c. Gerobang Sorong
Gerobak dorong digunakan untuk mendorong roll karet ke lokasi
penjemuran karet.
d. Forklift
Forklift digunakan untuk memindahkan produk setengah jadi ke gudang
penyimpanan.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
25
BAB 4
TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA
Pada bab 4 ini akan dibahas mengenai tinjauan mahasiswa mengenai RSS
berikut hasil yang didapat mengenai system quality control yang ada :
4.1 Latar Belakang Pemilihan Bagian
Pada saat ini persaingan di dunia industri semakin ketat, untuk itu berbagai
macam cara dilakukan untuk memenangkan persaingan. Tidak sedikit pula
yang kalah dalam persaingan sehingga banyak industri-industri di Indonesia
gulung tikar yang menyebabkan kerugian besar baik itu pihak perusahaan
sendiri maupun masyarakat yang bekerja didalamnya. Pada dasarnya
keinginan konsumen yang menjadi prioritas dari perusahaan, semua
perusahaan menginginkan kepuasaan dari konsumen terhadap barang yang
diproduksinya. Masyarakat sekarang telah mengerti apa yang menjadi hal
penting dalam seleksi pemilihan produk yang akan dibeli. Jika konsumen
dihadapkan pada beberapa pilihan dengan harga yang relatif hampir sama
maka yang akan dipilih oleh konsumen adalah produk yang memiliki kualitas
yang paling baik. Untuk itu perusahan harus memperhatikan masalah yang
berkaitan dengan kualitas produk karena berhubungan langsung dengan
masalah konsumen.
4.2 Tujuan
a. Meningkatkan kualitas dari karet RSS yang dihasilkan.
b. Memberi parameter yang jelas mengenai masalah mutu yang akan
dihasilkan.
c. Menambah proses inspeksi pada proses produksi yang dilakukan di
RSS yang berguna untuk meningkat mutu dari produk yang dihasilkan.
4.3 Manfaat
a. Meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
b. Menjadi pilihan utama dari konsumen
c. Meningkatkan kepercayaan masyarakat mengenai mutu dari produk.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
26
4.4 Alur dari Pekerjaan Mahasiswa
Berikut bahan yang digunakan untuk pembuatan RSS:
Gambar 4.1. Bill Of Material RSS (Ribbed Smoked Sheet)
Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah salah satu jenis produk olahan yang
berasal dari lateks / getah tanaman karet yang diolah secara teknik mekanis
dan kimiawi dengan pengeringan menggunakan rumah asap serta mutunya
memenuhi standard yang ada.
Air (H20) merupakan unsur penting dalam proses pembuatan karet RSS baik
digunakan untuk membersihkan lateks yang membeku setelah diberikan
asam semut maupun digunakan pada saat proses pembekuan itu sendiri.
NH3 (Amonia) merupakan zat pertama yang dicampurkan pada lateks yang
baru di deres untuk menghindari proses penggumpalan pada lateks selama
perjalanan menuju tempat pengolahan.
Asam Semut (CH2O2) adalah bahan kimia yang digunakan untuk membantu
proses penggumpalan pada lateks yang telah diencerkan.
Pada dasarnya material yang menyusun atau bahan yang dicampurkan
untuk proses pembuatan Karet terutama RSS sangat sederhana yang
menjadi bagian pentingnya adalah takaran untuk masing-masing komponen
bahan terutama pada zat kimia Amonia dan Asam Semut apabila terlalu
banyak dan terlalu sedikit akan berdampak pada kualitas dari karet yang
akan diproduksi.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
27
Berikut adalah diagram alir dari alur proses RSS pada perusahaan
PTPN VII Tulung Buyut :
Gambar 4.2. Diagram Alir Proses RSS
Berikut penjelasan tentang alur flow chart dari pembuatan Ribbed Smoked
Sheet:
a. Penerimaan Lateks
Latek cair datang langsung dari kebun. Untuk menjaga lateks tersebut dalam
keadaan baik (tidak mengendap) maka dicampur kan NH3 (Amonia).
Amoniak ini digunakan untuk menghindari proses penggumpalan pada
lateks selama perjalanan menuju tempat pengolahan. Apabila pemberian
amoniak yang terlalu banyak akan menyebabkan pada saat pembekuan
akan memerlukan asam semut yang banyak dan warna dari karet yang
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
28
dihasilkan lebih gelap. Setelah itu diangkut menggunakan mobil ke bagian
penerimaan lateks. Pada bagian penerimaan lateks, lateks yang dibawa
tersebut dicek terlebih dahulu oleh bagian Quality Control, petugas
mengambil sampel yang ditimbang sebanyak 100 gram. Pengambilan
sampel 1 untuk satu bak lateks dikarenakan asumsi kualitas lateks untuk 1
bak itu sama sehingga cukup diambil satu sampel lateks untuk mewakili.
Petugas akan melihat kualitas dari lateks tersebut dengan cara memberikan
asam semut (CH2O2) agar proses pembekuannya lebih cepat, kemudian
digiling lalu petugas akan melihat kualitas dari lateks dengan visual saja
tanpa adanya bantuan mesin atau alat-alat lain. Cacat yang dimaksud
dengan lateks ini adalah adanya bitik hitam pada lateks yang diuji. Apabila
kualitas dari lateks tidak sesuai dengan standard maka lateks tidak dapat
diolah menjadi RSS melainkan harus diolah menjadi SIR 20. Tetapi jika
kualitas sudah sesuai dengan standarnya maka lateks langsung dimasukkan
ke dalam bak dan langsung disaring (untuk memastikan tidak terdapat
kontaminasi dengan material lain). Bak pembekuan terdapat 2 ukuran yaitu
besar (uk. 305x92x45 cm) sebanyak 28 unit dan kecil dengan ukuran
(uk.300x72x40cm) sebanyak 14 unit.
b. Pengenceran (AIR)
Setelah lateks sesuai dengan strandar yang ada kualitasnya maka
dimasukkan ke dalam Bak Pembekuan. Lateks disaring dengan
menggunakan 20 Mesh dan 40 Mesh. Sebelum itu lateks diencerkan terlebih
dahulu menggunakan air bersih sebanyak 12%-13%. Proses ini hanya
bertujuan mengencerkan latek dan membersihkan lateks dari kontaminasi.
c. Pembekuan (Asam Semut CH2O2)
Pada proses pembekuan lateks untuk RSS menggunakan zat kimia yaitu
Asam Semut (CH2O2). Zat kimia ini digunakan untuk mempercepat
penggumpalan lateks. Penambahan zat kimia ini harus sesuai dengan
takaran yang telah ditetapkan yaitu 6-7 kg/ton karet kering. Apabila pada
saat pemberian asam semut terlalu sedikit maka karet yang diprosuksi tidak
sesuai dengan mutu yang ada (tidak jadi mutu) sedangkan ketika pemberian
asam semut terlalu banyak maka akan menyebabkan karet akan getas
(cepat putus) ketika dilakukan penggilingan. Setelah selesai proses
pemberian asam semut, latek diaduk sebanyak 8 kali bolak-balik (maju-
mundur) yang dilakukan dengan cepat. Dan diberi sekat-sekat
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
29
menggunakan aluminium dengan ukuran antar jarak sekatnya 40 mm,
kemudian diperlukan waktu pembekuan 3-4 jam sebelum proses
penggilinggan.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
30
Berikut Flow Chart dari Awal penerimaan Lateks hingga Lateks
dibekukan :
Gambar 4.3. Flow Chart Proses Penerimaan sampai Pembekuan
d. Penggilingan (Sheeter)
Proses penggilingan ini menggunakan sheeter, sheeter dikenal dengan 6 in
1 (Six In One). Pada dasarnya prosesnya dilakukan sekali jalan saja, lateks
yang sudah dibekukan di keluarkan dan dialiri air lalu dimasukkan ke dalam
mesin penggiling. Ketebalan (diameter) masing-masing mesin sheeter
berbeda-beda dan di akhir akan dihasilkan lembaran karet basah dengan
ketebalan 3 – 4 mm. Selesai proses penggilingan lateks yang berbentuk
lembaran dimasukkan ke dalam bak yang berisi air bersih gunanya untuk
membersihkan lembaran karet dari zat kimia yaitu asam semut agar tidak
ada lagi zat kimia menempel pada lembaran karet basah.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
31
e. Pengeringan dan Pengasapan
Karet setelah dibersihkan dikeringkan terlebih dahulu (ditiriskan) dijemur
dengan lori jemuran yang totalnya 45 lori di mana lori lama 18 unit dan baru
29 unit. Lama dari proses pengeringan 3-4 jam, lembaran karet dijemur di
bambu dan digantungkan pada lori-lori yang ada. Setelah selesai proses
pengasapan dilakukan di kamar asap dengan waktu 6 hari, jumlah kamar
asap ada 18 unit dimana 16 unit kamar asap lama dan 2 unit kamar asap
baru. Yang menjadi hal penting lagi adalah suhu yang diberikan pada saat
pengasapan, penentu karet jamuran atau tidak adalah pada hari pertama
dan kedua. Berikut tabel suhu yang diberikan selama 6 hari pengasapan :
Tabel 4.1. Suhu Pengasapan selama 6 Hari
Hari Ke- Suhu (˚C)
1 35 – 40
2 40 – 45
3 45 – 50
4 50 – 55
5 55 – 60
6 Siap dibongkar
Karena hari pertama dan kedua sangat penting maka dilakukan pengecekan
apakah lembaran karet mengalami jamuran atau tidak, ketika lembaran
lateks tidak jamuran maka langsung dimasukkan lagi ke kamar asap, dan
ketika ditemukan jamur pada lembaran lateks maka lori nya dikeluarkan dan
lembaran karet diturunkan dicuci dengan air bersih dan disikat lembaran
karet yang mengalami jamur kemudian dilanjutkan seperti tahap
pengeringan dan pengasapan.
Pada 4 proses diawal semuanya menggunakan air yang cukup banyak untuk
itu digunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) semua air yang
digunakan akan dialiri kesuatu tempat tertentu diolah kembali dan digunakan
lagi, setiap ailiran terdapat saringan yang bertujuan untuk memisahkan air
dan lateks-lateks kecil.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
32
f. Sortasi
Proses sortasi pada karet RSS ini dilakukan secara konvensional biasanya
dilakukan oleh kaum wanita (ibu-ibu) karena mereka lebih telaten dan teliti
dibandingkan laki-laki untuk melakukan proses sortasi. Karet yang telah
selesai dari kamar asap dikeluarkan dan diturunkan dari lori-lori yang dijemur
menggunakan bambu. Di letakkan pada lori dorong setelah itu dibawa sheet
menuju ruang sortasi. Di ruang sortasi ini lah mutu dari sheet RSS dilihat
menggunakan meja sortasi. Sheet dibentangkan pada meja sortasi, dicek
secara visual manusia saja disinilah ditentukan apakah sheet tersebut
mutunya masuk ke RSS I, RSS II, RSS III atau cutting (lembaran karet yang
tidak termasuk dalam Sheet yang dipotong kecil-kecil). Di sini juga dikontrol
kontaminasi dan jamur yang mungkin terjadi pada sheet.
g. Pengebalan
Sebelum masuk proses pengebalan sheet terlebih dahulu ditimbang dengan
berat 113 kg/bale. Penimbangan ini menggunakan timbangan bandela yang
pada dasarnya sangat manual dan kurang presisi. Setelah ditimbang
diangkut ke tempat press ada 2 unit 15 Hp 11 Kwh 330 wwlt daya tekan 6500
psi hasil timbangan dipress selama 4 menit didiamkan dalam kotak press
selama 24 jam. Dilanjutkan dengan proses packing bandela dibungkus diberi
pelabur dan demarking dengan komposisi pelabur sebagai berikut :
Minyak tanah : 7 Liter
Talk Powder : 3 Kg
Ukuran Bale : 50 x 50 cm
Proses pengecatan digunakan untuk menghindari sheet mengalami jamuran
yang akan menurunkan kualitas atau mutu dari produk. Setelah selesai
proses pengecatan dilanjutkan ke penyimpanan di gudang RSS. Dengan
kapasitas 1000 bale dan bale di susun 2 tingkat.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
33
4.5 Usulan Tinjauan dari Mahasiswa terkait Kualitas Produksi Karet
RSS.
Proses inspeksi pada proses produksi yang dilakukan hanya 2 kali :
Proses pertama dilakukan pada saat lateks datang dari kebun dan dilakukan
inspeksi atau pengecekan untuk melihat kondisi lateks yang ada apakah
terdapat bitnik hitam / wispot. Proses kedua dilakukan pada saat proses
sortasi, sheet yang sudah selesai dari kamar asap dicek dengan
menggunakan meja sortasi. Usulan yang saya lakukan dengan menambah
proses inspeksi pada saat keluar dari kamar pengasapan warna dari lateks
yang dihasilkan dicek terlebih dahulu sheet karet. Sehingga karet yang
masuk ke ruang sortasi sesuai dengan standard yang telah ada .
4.4.1 Tinjauan Pustaka
Proses pengeringan adalah proses penurunan kadar air (Hall,1975). Secara
garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan adalah
faktor udara (eksternal) dan faktor fisik dari suatu bahan (internal). Udara
sekitar akan mempengaruhi proses pengeringan. Jika udara sekitar lembab,
maka proses pengeringan akan menjadi lama. Selain itu, sifat fisik bahan
juga menjadi faktor proses pengeringan. Meskipun faktor yang terbesar
adalah faktor yang berasal dari faktor luar, seperti udara lembab, dan faktor
internal, seperti sifat bahan, relatif memiliki pengaruh kecil dalam proses
pengeringan (Taib, G. et al., 1988).
Setelah proses pengeringan dan pengasapan lembaran karet, dilakukan
proses inspeksi lagi, mengenai warna lembaran karet yang dihasilkan
dengan visual, pada meja kaca yang telah disediakan tetapi dalam
perusahaan yang tidak pernah digunakan.
Cara kerja sistem yang akan diterapkan adalah kendali menggunakan meja
kaca sortasi yang portable (dapat dibawa ke mana saja dengan mudah).
Berikut cara kerja alat:
Sinar Warna dari karet Sheet
Meja kaca
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
34
Sinar dari lampu kaca
akan muncul dan dilihat
hasilnya
Gambar 4.4. Proses Pengecekan Warna
4.4.2 Berikut Flow Chart cara kerja setelah ditambah proses inspeksi:
YA
TIDAK
Gambar 4.5. Flow chart Simulasi Proses Inspeksi
Penjelasan mengenai flow chart diatas sebagai berikut :
Pertama menyalakan meja kaca yang digunakan untuk inspeksi, setelah
meja tersebut menyala lalu letakkan sheet di atas meja kaca, cahaya yang
dikeluarkan dari meja kaca akan terlihat dan akan terlihat warna dari sheet
A
Meletakkan Sheet
Warna
Sesuai
Hasil dari sheet turun 1
grade
Dibawa ke kamar
Sortasi
Siap dilanjutkan ke proses
berikutnya
End
Start
Menyalakan Meja Kaca
A
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
35
tersebut. Apabila warna yang dihasilkan sesuai dengan standart RSS maka
langsung dibawa ke kamar sortasi, apabila tidak sesuai maka sheet turun
grade menjadi II, III, atau cutting semua dipisahkan sesuai letak masing-
masing dan dilanjutkan ke proses berikutnya.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
36
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Untuk membantu mencapai produk yang berkualitas dibutuhkan alat atau
parameter yang pasti untuk mengukur secara pasti berapa standar yang
harus dipenuhi untuk tetap mempertahankan kualitas dari produk yang
dihasilkan. Sehingga untuk menambah satu operasi kerja yaitu melakukan
inspeksi menggunakan alat yang baik untuk melakukan inspeksi dalam
pengecekan warna sheet yang dihasilkan, yang siap masuk ke kamar
sortasi. Mungkin tidak semua karet yang diproduksi tetapi dalam satu lori
diambil beberapa sampel yang diuji untuk melihat warna karet yang keluar
dari kamar pengasapan. Diletakkan pada alat yang telah dirancang khusus
untuk proses inspeksi seperti meja portable. Di mana dapat digunakan
sangat sederhana karena ringan dan mudah digunakan, dibawa ke mana
saja cara penggunaan sangat mudah tanpa perlu ada pelatihan secara
khusus untuk bisa menggunakannya.
5.2 Saran
a. Perusahaan memperhatikan proses inspeksi karena untuk
meningkatkan kualiatas dari produk sangat diperlukan inspeksi
b. Proses inspeksi yang dilakukan cukup mengambil beberapa sampel dari
sheet yang ada pada lori yang sama.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
37
Lateks Kebun
TIMBANGAN
Menentukan volume lateks dari kebun
BULKING TANK
Ada 8 unit @ 1500LtrDisaring 20 Mesh, ambil monster
Ditentukan KKK
BAK PEMBEKUAN
Bak Pembekuan :Besar ( uk.305×92x45 cm) 28 unitKecil ( uk.300x72x40 cm) 14 unit- Lateks disaring 20 Mash, 40 Mash- Pengenceran 12% - 13%- Tambah Asam Semut 6 -7 Kg/ton KK- Pengadukan 16 x , diberi sekat-sekat- Waktu pembekuan 3-4jam
TALANG TRANSPORTASI KOAGULASI
Ada 2 LineMenghantarkan bekuan masuk
Ke Sheeter
SHEETER
Sheeter ada 2 unit, 1 unit stand by- Bekuan digiling jadi lembaran- Tebal Lembaran 3 -4 mm- Sheeter 6 in 1 ( Six in One )
BAK PENCUCI
Ada 2 unit ( @.305x92x45 cm)Hasil lembaran dicuci agar
Kotoran dan sisa asam semuthilang
LORI JEMURAN
Lori Jemuran terdapat 45 loriLori lama 16 unit, baru 29 unit- Dituntas / ditiriskan- Lama penirisan 3 – jam- Lembaran dijemur di bambu dan digantung pada lori
KAMAR ASAP
Jumlah Kamar Asap lama = 16 unitJumlah Kamar Asap baru = 2 unitTemperatur Hari 1 = 35 – Temperatur Hari 2 = 40 - 45Temperatur Hari 3 = 45 - 50Temperatur Hari 4 = 50 - 55Temperatur Hari 5 = 55 - 60Temperatur Hari 6 = Siap dibongkar
LORI DORONG
Ada 2 unitMembawa lembaran sheet setelah
dibongkar dari kamar asapke ruang sortasi
RUANG SORTASI
- Sortasi lembaran sheet sesuai Green Book : RSS I, RSS II, RSS III & CUTT- Kontrol terhadap kontaminasi dan jamur
TIMBANGAN BANDELA
Timbangan Kap 500 kgTerdapat 1 unitTimbang Bale
Berat 113 Kg/bale
PRESS
Ada 2 unit15 Hp 11 kwh 330 wwlt
Daya tekan 6500 psiHasil timbangan dipress selama4 menit didiamkan dalam kotak
pressselama 24 jam
GUDANG PACKING
Bandela dibungkus diberi pelabur dan dimarking, Komposisi Pelabur :- Minyak Tanah = 7 liter- Minyak Tanah = 0,25 kg- Talk Powder = 3 kg- Ukuran Bale 50 x 50 cm- Berat Bale 113 kg
GUDANG RSS
Kapasitas 1000 baleProduk siap diangkutBale disusun 2 tingkat
ALUR PROSES PENGOLAHAN RSSUNIT USAHA TULUNG BUYUT
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA VII
CHICHI AYU MARIA
14 06 07991
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017