Tugas 1 Perkebunan

25
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Tanaman Teh dan Karet 2.1.1 Tanaman Teh Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari Cina tumbuh di Taman Istana Gubernur Jenderal Champuys di Jakarta. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha 1

Transcript of Tugas 1 Perkebunan

Page 1: Tugas 1 Perkebunan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tanaman Teh dan Karet

2.1.1Tanaman Teh

Tanaman teh pertama kali

masuk ke Indonesia tahun 1684,

berupa biji teh dari Jepang yang

dibawa oleh seorang Jerman bernama

Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai

tanaman hias di Jakarta. Pada tahun

1694, seorang pendeta bernama F.

Valentijn melaporkan melihat perdu

teh muda berasal dari Cina tumbuh

di Taman Istana Gubernur Jenderal Champuys di Jakarta. Pada

tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun

Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan

Cisurupan, Garut, Jawa Barat.  Berhasilnya penanaman

percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung

(Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk

Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi

usaha perkebunan teh di Jawa. Pada tahun 1828 masa

pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, Teh menjadi salah satu

tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam

Paksa ( Culture Stelsel ). 

1

Page 2: Tugas 1 Perkebunan

Tanaman teh termasuk genus Camellia yang memiliki

sekitar 82 species, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara

pada garis lintang 30° sebelah utara maupun selatan

khatulistiwa. Selain tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O.

Kuntze) yang dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus

Cammelia ini juga mencakup banyak jenis tanaman hias.

Kebiasaan minum teh diduga berasal dari China yang

kemudian berkembang ke Jepang dan juga Eropa. Tanaman teh

berasal dari wilayah perbatasan negara-negara China selatan

(Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur dan

India Timur Laut, yang merupakan vegetasi hutan daerah

peralihan tropis dan subtropis. 

Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam

melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun

Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Berhasilnya

penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta)

dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus

Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh

landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa.

Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di

Amsterdam tahun 1835. Teh jenis Assam mulai masuk ke

Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan

ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat.

Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara

berangsur tanaman teh China diganti dengan teh Assam, dan

2

Page 3: Tugas 1 Perkebunan

sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang

semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh

di daerah Simalungun, Sumatera Utara. (Sumber: Petunjuk

Kultur Teknis Edisi Kedua PPTK Gambung).

2.1.2Tanaman Karet

Karet pertama kali dikenal di

Eropa, yaitu sejak ditemukannya

benua Amerika oleh Christopher

Columbus pada tahun 1476. Orang

Eropa yang pertama kali

menemukan ialah Pietro Martyre

d’Anghiera. Penemuan tersebut dituliskan dalam sebuah buku

yang berjudul De Orbe Novo (Edisi 1530). Pada tahun 1730-an,

para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan (karet)

tersebut. Istilah rubber pada tanaman karet mulai dikenal

setelah seorang ahli kimia dari Inggris (tahun 1770) melaporkan

bahwa, karet dapat digunakan untuk menghapus tulisan dari

pensil. Kemudian masyarakat Inggris mengenalnya dengan

istilah Rubber (dari kata to rub, yang berarti menghapus). Pada

dasarnya, nama ilmiah yang diberikan untuk benda yang elastis

(termasuk karet) ialah elastomer, tetapi istilah rubber-lah yang

lebih populer di kalangan masyarakat pada waktu itu.

Pada awal abad ke-19, seorang ilmuwan bernama Charles

Macintosh dari Skotlandia, dan Thomas Hancock mencoba

untuk mengolah karet menggunakan bahan cairan pelarut

3

Page 4: Tugas 1 Perkebunan

berupa terpentin (turpentine). Hasilnya karet menjadi kaku di

musin dingin dan lengket di musim panas. Hingga akhirnya

Charles Goodyear pada tahun 1838 menemukan bahwa dengan

dicampurkannya belerang kemudian dipanaskan maka keret

tersebut menjadi elastis dan tidak terpengaruh lagi oleh cuaca.

Sebagian besar ilmuwan sepakat untuk menetapkan Charles

Goodyear sebagai penemu proses vulkanisasi. Penemuan besar

proses vulkanisasi ini akhirnya disebut sebagai awal dari

perkembangan industri karet. Menidaklanjuti apa yang

disampaikan Charles Marie de la Condamine dan Francois

Fresneau dari Perancis bahwa ada beberapa jenis tanaman

yang dapat menghasilkan lateks atau karet, kemudian Sir

Clement R. Markham bersama Sir Joseph Dalton Hooker

berusaha membudidayakan beberapa jenis pohon karet

tesebut. Hevea brasiliensis merupakan jenis pohon karet yang

memiliki prospek bagus untuk dikembangkan dibanding jenis

karet yang lainnya.

Tanaman karet mulai dikenal di Indonesia sejak zaman

penjajahan Belanda. Tanaman karet yang paling tua

diketemukan di Subang Jawa Barat yang ditanam pada tahun

1862. Pada tahun l864 tanaman karet ditanam di Kebun Raya

Bogor sebagai tanaman baru untuk dikoleksi. Selanjutnya, karet

dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan tersebar di

beberapa daerah. Perkebunan karet dibuka oleh Hofland pada

tahun 1864 di daerah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat.

4

Page 5: Tugas 1 Perkebunan

Pertama kali jenis yang ditanam adalah karet rambung atau

Ficus elastica. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) ditanam di

daerah Sumatera Timur pada tahun 1902, kemudian dibawa

oleh perusahaan perkebunan asing ditanam di Sumatera

Selatan. Pada waktu itu petani membuka hutan untuk

menanam padi selama 2 tahun lalu ladang

ditinggalkan ,sebelum meninggalkan ladang biasanya

menanam tanaman keras seperti karet dan buah-buahan.

Petani akan datang kembali setelah 10 - 12 tahun kemudian

untuk menyadap kebun karetnya.

Perusahaan Harrison and Crossfield Company adalah

perusahaan asing pertama yang mulai menanam karet di

Sumatera Selatan dalam suatu perkebunan yang dikelola

secara komersial, kemudian Perusahaan Sociente Financiere

des Caoutchoues dari Belgia pada tahun 1909 dan diikuti

perusahaan Amerika yang bernama Hollands Amerikaanse

Plantage Maatschappij (HAPM) pada tahun 1910-1991.

Perluasan perkebunan karet di Sumatera berlangsung mulus

berkat tersedianya sarana transportasi yang memadai.

Umumnya sarana transportasi ini merupakan warisan dari

usaha perkebunan tembakau yang telah dirombak. Harga karet

yang membumbung pada tahun 1910 dan 1911 menambah

semangat para pengusaha perkebunan untuk mengembangkan

usahanya. Walaupun demikian, pada tahun 1920-1921 terjadi

depresi perekonomian dunia yang membuat harga karet

5

Page 6: Tugas 1 Perkebunan

merosot. Namun pada tahun 1922 dan 1926 terjadi ledakan

harga lagi karena kurangnya produksi karet dunia sementara

industri mobil di Amerika meningkatkan jumlah permintaan

karet.

Pada tahun 1977/1978 pengembangan perkebunan karet

di Indonesia dilakukan pemerintah melalui empat pola yaitu (1)

Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR), (2) Pola Unit Pelaksanaan

Proyek (UPP), (3) Pola Bantuan Parsial, dan (4) Pola

Pengembangan Perkebunan Besar (PPB).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Teh dan Karet

2.2.1Tanaman Teh

Tanaman teh membutuhkan iklim yang lembab, dan

tumbuh baik  pada temperatur yang berkisar antara 10-30o C

pada daerah dengan curah hujan 2.000 mm per tahun dengan

ketinggian 600-2000 m dpl. Tanaman teh di perkebunan

ditanam secara berbaris dengan jarak tanam satu meter.

Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh kecil setinggi

50–100 cm  dengan batang tegak dan bercabang-cabang .

Pohon teh mampu menghasilkan teh yang bagus selama 50-70

tahun, namun setelah 50 tahun hasil produksinya akan

menurun. Oleh  karena itu, perlu dilakukan penggantian

tanaman tua agar produktivitas  tanaman teh tetap bagus.

Pohon yang tua diganti dengan bibit yang masih  muda yang

telah ditumbuhkan di perkebunan khusus untuk pembiakan

tanaman muda.

6

Page 7: Tugas 1 Perkebunan

Selain itu, persyaratan lain untuk tumbuh dan

berproduksi, tanaman teh memerlukan kondisi sumber daya

lahan yang ditentukan oleh tingkat ketersediaan air, media

perakaran, retensi hara, hara tersedia toksisitas dan potensi

mekanisasi. Komoditas perkebunan khususnya teh memerlukan

kondisi tanah yang cukup subur dan biasanya tumbuh di

wilayah dengan ketinggian tempat berkisar antara 800 – 1100

mdpl (meter di atas permukaan laut), tidak bercadas dan

mengandung bahan organik yang cukup, kandungan unsur hara

nitrogen, posfat dan kalium antara sedang-tinggi (Djaenudin,

dkk., 2003)

Tanah

Sifat Tanah yang Sesuai untuk Tanaman Teh yaitu :

- Tanah sedalaman efektif minimal 60cm

- Tanah subur yang kaya nutrisi dengan keseimbangan

yang baik diantara nutrisi tersebut.

- pH tanah 4.5-5.5

- Air dapat meresap dengan mudah selama hujan dan

lepas lambat ke akar tanaman saat cuaca kering

- Tanah dengan drainase yang baik, air bawah tanah

minimal 80cm di bawah permukaan akar.

- Tanah gembur, mudah diolah sehingga akar tanaman

mudah untuk penetrasi.

- Tanah sehat, bahan organik cepat terdekomposisi, dan

tanah tidak terinfeksi oleh jamur dan nematoda.

7

Page 8: Tugas 1 Perkebunan

Pada klasifikasi keserasian tanah yang cocok untuk teh

terdapat dua macam tanah yaitu tanah serasi dan tanah

serasi bersyarat

Tanah Serasi

- Kedalaman efektif >40 cm

- Struktur Remah

Contoh : Jenis tanah Andisol, daya mengikat air sangat

tinggi, selalu dalam keadaan jenuh apabila tanah

tertutup vegetasi dan sangat gembur, tetapi mempunyai

derajat ketahanan struktur tinggi, sehingga mudah

diolah, jumlah makro pori banyak, menyebabkan

permeabilitas (peresapan air) tinggi.

Tanah serasi bersyarat

- Kedalaman efektif minimal 40 cm

- Struktur Remah atau gumpal lemah

Contoh : Jenis tanah Entisol, Inseptisol dan Ultisol, daya

mengikat air kurang,apabila kena hujan akan menjadi

lengket dan bila kekeringan akan mengeras. Struktur

remah pada Ultisol, gumpal lemah pada Inseptisol.

Air

Tingkat penyanggaan air pada tanah-tanah serasi dan

serasi bersyarat ditentukan dari subfaktor struktur tanah

yaitu (1) kadar bahan organik tanah yang komponen

utamanya asam humat dan (2) kadar mineral liat. Pada

tanah-tanah serasi umumnya mengandung bahan organik

8

Page 9: Tugas 1 Perkebunan

berhumat lebih tinggi dan berliat amorf, sehingga disamping

berstruktur gembur , juga mampu lebih banyak menyangga

air Sedangkan pada tanah-tanah yang air. serasi bersyarat

karena kadar bahan organik rendah dan mineral kiatnya 1 :

1 (kaolinit), kurang mampu mengangga air dan berstruktur

tanah gumpal. Salah satu peranan tanah adalah sebagai

tempat penyimpanan air, tertahannya air oleh tanah

disebabkan oleh proses adhesi antara air dan tanah serta

proses kohesi air. Air yang tertahan dijumpai di dalam pori-

pori mikro ataupun selaputselaput yang ada disekeliling

zarah-zarah tanah. Air yang tidak tertahan akan mengsisi

pori-pori makro dan kemudian meresap kebawah karena

adanya gaya gravitasi. Air dalam tanah dapat digolongkan

kepada (1) air gravitasi : air yang tidak dapat ditahan oleh

tanah, tetapi meresap kebawah karena adanya gaya

gravitasi ,(2) air kapiler : air yang diserap, biasanya

merupakan suatu lapisan yang ada disekeliling zarah-zarah

tanah dan berada dalam ruang-ruang kapiler,(3) Air

higroskopis : air yang dijerap dari uap air udara oleh zarah-

zarah tabah, air ini melekat pada permukaan zarah tanah

yang merupakan selaput tipis dari lapisan molekul air yang

tertahan kuat hingga tidak akan menguap dalam keadaan

biasa. Air higroskopis tidak dapat diambil tanaman. Untuk

mengetahui keadaan air tanah dalam hubungannya dengan

pertumbuhan tanaman, maka perlu ditetapkan kadar air

9

Page 10: Tugas 1 Perkebunan

tanah dalam beberapa keadaan : (1) kadar air total : kadar

air tanah yang diperoleh dengan cara pengeringan tanah

kering udara didalam oven pada suhu 105 º C sehingga

bobotnya tetap. (2) kapasitas lapang : jumlah air yang

ditahan oleh tanah setelah kelebihan air gravitasi meresap

kebawah karena gaya gravitasi, (3) Titik layu permanen :

kandungan air tanah pada saat tanaman yang ditanam

diatasnya telah mengalami layu permanen dalam arti sukar

disembuhkan kembali meskipun telah ditambahkan

sejumlah air yang mencukupi.Selisih antara kadar air pada

kapasitas lapang dan titik layu permanen disebut air

tersedia.

Iklim dan Topografi

Jumlah dan sebaran curah hujan mempunyai pengaruh

kuat terhadap sebaran pertanaman maupun aras

produktivitasnya. Tanaman teh lebih sensitif terhadap

peningkatan hujan di dataran tinggi, diperkirakan karena

peningkatan hujan akan menurunkan suhu minimum lebih

rendah dari normal, selain itu lama penyinaran dan

intensitas radiasi juga menurun drastis karena tingginya

tingkat penutupan awan sehingga kelembaban udara

menjadi tinggi. Meningkatnya intensitas hujan di musim

kemarau tahun 2010 menyebabkan lama penyinaran

matahari berkurang, kelembaban udara tinggi sehingga

10

Page 11: Tugas 1 Perkebunan

serangan penyakit cacar daun teh cukup berat dan berakibat

menurunnya pencapaian produksi.

2.2.2Tanaman Karet

Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan

terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan

keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.

Iklim

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone

antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman

karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga

terlambat.

Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara

2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan

berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika

sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.

Tinggi tempat

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran

rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut.

Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk

tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar

antara 25oC sampai 35oC.

Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya

kurang baik untuk penanaman karet

11

Page 12: Tugas 1 Perkebunan

Tanah

Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada

umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah

dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan

perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh

tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah

dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis

tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet

baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah

gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang

cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air

tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara

umum kurang baik karena  kandungan  haranya  rendah.

Tanah  alluvial  biasanya  cukup  subur,  tetapi  sifat

fisikanya  terutama drainase dan aerasenya kurang baik.

Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 ‐ pH 8,0 tetapi tidak

sesuai pada pH <3,0 dan > pH 8,0. Sifat‐sifat tanah yang

cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :

Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu‐batuan

dan lapisan cadas

Aerase dan drainase cukup

Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air

Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir

Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm

12

Page 13: Tugas 1 Perkebunan

Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur

hara mikro

Reaksi tanah dengan pH 4,5 ‐ pH 6,5

Kemiringan tanah < 16% dan

Permukaan air tanah < 100 cm.

2.3 Pengaruh Iklim dan Topografi terhadap Pertumbuhan Teh dan

Karet

2.3.1Tanaman Teh

Kondisi iklim berpengaruh besar pada pertumbuhan dan

produksi tanaman teh. Kondisi optimal yang diperlukan oleh

pertumbuhan tanaman adalah: suhu udara antara 12o-25oC,

dengan intensitas sinar matahari 70-80% dan kelembaban nisbi

tidak kurang dari 70%, curah hujan tidak kurang dari 2000

mm/th dengan maksimal 2 bulan kering (Anonim, 2006).

Pengaruh keragaman hujan pada tanaman teh terlihat

cukup nyata pada saat fenomena La Nina berlangsung.  Pada

tahun normal 2009, lama musim kemarau di seluruh

perkebunan teh di Jawa Barat (dataran rendah, sedang dan

tinggi) pada kondisi yang ideal yaitu antara 2-3 bulan kering. 

Namun pada tahun 2010 (La Nina) tidak ada bulan kering sama

sekali, sehingga disebut sebagai “musim kemarau basah”. 

Tinggi hujan pada MK 2010 hampir tiga kali lipat tinggi hujan

tahun 2009 (Gambar 1).  Hal ini membuat berbagai

perencanaan produksi perusahaan perkebunan menjadi tidak

tepat. Realisasi hasil tahun 2010 pada umumnya lebih rendah

13

Page 14: Tugas 1 Perkebunan

dari tahun 2009, walaupun perbedaannya tidak lebih dari 100

kg.  

Berdasarkan analisis hubungan antara produktivitas

tanaman teh bulanan dan hujan bulanan dari perkebunan di

dataran rendah, sedang dan tinggi, diperoleh indikasi bahwa

produktivitas teh mulai menurun apabila curah hujan bulanan

sudah melebihi 350 mm per bulan.   Apabila dipisahkan antara

dataran tinggi dan rendah, pengaruh negatif dari meningkatnya

curah hujan terlihat lebih nyata pada tanaman teh yang

ditanam di dataran tinggi.

2.3.2 Tanaman Karet

Tanaman karet merupakan tanaman tropis yang dapat

tumbuh baik pada kisaran curah hujan antara 1500 mm/th–

3000 mm/th dengan distribusi curah hujan yang merata. Karena

sebagian besar areal pertanaman karet terletak pada curah

hujan yang tinggi, maka air sering tidak dipandang sebagai

faktor pembatas dan kurang mendapat perhatian. Namun

tingginya curah hujan dapat mempengaruhi kualitas lateks dan

kegagalan pembuahan sebagai bahan batang bawah

pembenihan karet.

14

Page 15: Tugas 1 Perkebunan

Curah hujan yang terlalu tinggi (merata) sepanjang tahun

dapat berpengaruh negatif pada tanaman karet, khususnya

pada saat pembentukan biji, tetapi tidak pada tingkat

pembibitan atau tanaman belum menghasilkan.  Pada

pembibitan batang bawah dan tanaman belum menghasilkan

akan lebih baik dengan adanya curah hujan yang merata.

Irigasi di pembibitan batang bawah tidak diperlukan secara

intensif karena curah hujan yang cukup.  Hujan yang merata

sepanjang tahun menyebabkan penurunan jumlah biji yang

dihasilkan karena akan mengurangi pembungaan tanaman

karet.  Selain itu juga dapat menyebabkan gugur daun sehingga

produksi getah menurun. 

Pengaruh La Nina 2010 pada produksi karet di Sembawa

terjadi melalui beberapa cara.  Pertama, meningkatnya hari

hujan akan menurunkan jumlah hari sadap.  Jumlah hari sadap

berdasarkan data dari KP Balit Sembawa, banyak hari sadap

yang berkurang akibat meningkatnya jumlah hari hujan antara

tahun 2009 dan 2010 ialah sekitar 9 hari.  Dengan rata-rata

hasil tiap hari sadap 7,89 kg/ha, dengan hilangnya hari sadap

sebanyak 9 hari berarti KP Balit Sembawa kehilangan produksi

sebanyak 70,97 kg/ha selama tahun 2010.

Pengaruh kedua ialah meningkatnya hujan akan

meningkatkan gugur daun.  Gugur daun yang berlebihan pada

tahun 2010 terjadi karena ketika daun baru muncul terjadi

curah hujan yang tinggi yang memicu terjadinya gugur daun

15

Page 16: Tugas 1 Perkebunan

sekunder sebanyak empat kali. Hal ini mengakibatkan asimilat

yang dihasilkan daun tidak optimal dialokasikan untuk

menghasilkan lateks karena sebagian terpakai untuk

membentuk daun baru. Dengan demikian produksi lateks yang

dihasilkan menjadi lebih rendah dari pada tahun normal 2009.

Anomali iklim tahun 2010 (La Nina) akan berdampak lebih

besar apabila kesehatan tanaman terganggu karena kondisi

yang lembab akibat peningkatan curah hujan.

2.4 Letak Geografis Wilayah Bogor

Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27% dari

luas Propinsi Jawa Barat. Kota Bogor ini terdiri dari 6 kecamatan,yaitu

kecamatan Bogor Selatan, Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Barat,

Bogor Tengah dan Tanah Saeral,yang meliputi 68 Kelurahan . Ciri-ciri

daerah perkotaan adalah kepadatan penduduk per kilometer persegi

snagat tinggi di atas 5.000 jiwa  / km2, Untuk Kota Bogor rata rata

per kilometer ditempati 6.662 jiwa penduduk. Kepadatan tertinggi

ada di kecamatan Bogor Selatan 5.019 jiwa / km2. Kota Bogor

terletak diantara 106 48 BT dan 6 36 LS serta mempunyai ketinggian

rata rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter , kemiringan

lereng antara 0 3%, 4 5%, 16 30% dan diatas 40% dengan jarak ibu

Kota kurang lebih 60 km, dikelilingi Gunung Salak, Gunung Pangrango

dan Gunung Gede Kota Bogor berpenduduk 820.707 jiwa dengan

komposisi 419.252 Laki laki dan perempuan 401.455 jiwa. Dikenal

dengan sebutan Kota Hujan karena memiliki curah hujan yang tinggi

yaitu berkisar 3.500 4.000 milimeter pertahunnya. Secara umum Kota

16

Page 17: Tugas 1 Perkebunan

Bogor ditutup oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan

(batuan sedimen) dua gunung berapi,yaitu Gunung Pangrango

(berupa satuan breksi tupaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa

alluvium/kal dan aluvium/kpal) . Lapisan batuan ini berada agak

dalam dari permukaan tanah dan jauh dari daerah aliran sungai.

Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang tersusun oleh

tanah, pasir dan kerikil hasil dari pelapukan endapan yang baik untuk

vegetasi. Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki

daya dukung tanah yang berada 1,5 Kg/ Cm2. Sebagai salah satu

bagian dari Provinsi Jawa Barat, Kota Bogor marupakan penyangga

ibu kota Negara yang memiliki Asset Wisata Ilmiah yang bersifat

Internasional (Kebun Raya) Pusat Kota Bogor terletak 100 km di

sebelah Selatan dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang pada jaman

dahulu kala merupakan pelabuhan terpenting bagi Negara Pakuan

Pajajaran yang pusatnya sekitar Batu Tulis di Selatan Kota Bogor.

Kota bogor dengan ketinggian dari permukaan laut minimal 190

meter dan maksimal 30 meter , memiliki udara rata rata setiap

bulannya adalah 260C dan suhu udara terendah 21,80C, dengan

kelembaban udara kurang lebih 70% sedangkan curah hujan cukup

besar setiap tahunnya berkisar antara 3500-4000 mm dengan luas

4333,05 Ha, terutama pada bulan desember sampai dengan bulan

januari . Kota Bogor yang disebut sebagai kota hujan di aliri beberapa

sungai yang permukaan airnya jauh di bawah permukaan kota, yaitu

sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi, dan

17

Page 18: Tugas 1 Perkebunan

Cibalok, maka boleh dikatakan secara umum kota bogor aman dari

bahaya banjir.

Kedudukan topografis kota bogor di tengah-tengah wilayah kabupaten

Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibu kota Negara, merupakan

potensi yang strategis untuk perkembanagan dan pertumbuhan

ekonomi. Adanya Kebun Raya yang di dalamnya terdapat Istana Bogor

di pusat kota, merupakan tujuan wisata,serta kedudukan kota Bogor

diantara jalur wisata Puncak-Cianjur juga merupakan potensi yang

strategis bagi pertubuhan ekonomi.

18

Page 19: Tugas 1 Perkebunan

DAFTAR PUSTAKA

_____________. 2008. Sejarah Teh Indonesia. Melalui

http://www.sosro.com/sejarah-teh-indonesia di akses pada 26

Maret 2013

Rohdiana. 2011. Sejarah Teh di Indonesia. Melalui

http://www.google.com/search?

cx=w&sourceid=chrome&ie=UTF-

8&q=Sejarah+Teh+di+Indonesia di akses pada 26 Maret

2013

Rouf, Akhmad. 2009. SEJARAH DAN PROSPEK PENGEMBANGAN KARET.

Melalui http://balitgetas.wordpress.com/ SEJARAH-DAN-

PROSPEK-PENGEMBANGAN-KARET di akses pada 26 Maret

2013

Margono, Tulus Tri. 2012. Pengaruh Iklim dan Kejadian La Nina dan

Antisipasinya Terhadap Produksi Tanaman Teh. Melalui

http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?

view=article&catid=6%3Aiptek&id=246%3Apengaruh-iklim-

dan-kejadian-la-nina-dan-antisipasinya-terhadap-produksi-

tanaman-teh&format=pdf&option=com_content&Itemid=7. Di

akses pada 26 Maret 2013

19

Page 20: Tugas 1 Perkebunan

_____________.

www.geotek.lipi.go.id/riset/index.php/jurnal/article/view/57/18

_____________. 2009. Kondisi Geografi Kota Bogor. Melalui

http://www.bppt.kotabogor.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=65&Itemid=83.

Diakses pada 27 Maret 2013

20