LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. BAUJENG PLYWOOD … · Bapak Antonius Barry R Saputra selaku kepala...

81
LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. BAUJENG PLYWOOD BERNAS Oleh: Ewaldus Lando Saparung NPM : 14 06 07685 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2017

Transcript of LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. BAUJENG PLYWOOD … · Bapak Antonius Barry R Saputra selaku kepala...

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI PT. BAUJENG PLYWOOD BERNAS

Oleh:

Ewaldus Lando Saparung

NPM : 14 06 07685

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

2017

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek di PT.

Baujeng Plywood Bernas tepat waktu.

Laporan Kerja Praktek ini disusun sebagai syarat kelulusan untuk Mata Kuliah

Kerja Praktek PSTI UAJY serta menjadi bukti bahwa mahasiswa yang

bersangkutan telah melaksanakan kerja praktek serta mengikuti semua kegiatan

yang ada di PT. Baujeng Plywood Bernas.

Penulis menyadari jika penyusunan Laporan Kerja Praktek ini juga tidak lepas

dari bantuan dan motivasi dari semua pihak yang bersangkutan. Oleh sebab itu

pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ridwan Indrawan selaku pembimbing lapangan dan membantu

memberi pengarahan selama pelaksanaan Kerja Praktek.

2. Bapak Antonius Hadi Tjondro selaku pemilik perusahaan PT. Baujeng

Plywood Bernas.

3. Bapak Gusnadi selaku manajer produksi yang membantu memberi arahan

terhadap tugas selama pelaksanaan Kerpa Praktek.

4. Bapak Antonius Barry R Saputra selaku kepala bagian purchasing yang

telah banyak membantu dalam kegiatan kerja praktek di PT. Baujeng

Plywood Bernas.

5. Ibu Yayuk S.I selaku kapala HRD yang telah membantu dalam kegiatan

pelaksanaan kerja praktek di PT. Baujeng Plywood Bernas.

6. Mbak Theresia Afiyanti selaku staff bagian produksi yang telah banyak

membantu selama pelaksanaan kerja praktek di PT. Baujeng Plywood

Bernas.

7. Mbak Idatul Chusnah selaku staff bagian produksi yang telah banyak

membantu selama pelaksanaan kerja praktek di PT. Baujeng Plywood

Bernas.

8. Mbak Tyas selaku staff bagian produksi yang telah banyak membantu

selama pelaksanaan kerja praktek di PT. Baujeng Plywood Bernas.

9. Mbak Wati selaku staff bagian produksi yang telah banyak membantu

selama pelaksanaan kerja praktek di PT. Baujeng Plywood Bernas.

10. Bapak Brilianta Budi N, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.

v

11. Bapak V. Ariyono, S.T., M.T. selaku Kaprodi Teknik Industri

12. Ibu Deny Ratna Yuniarta, S.T., M.T. selaku Sekretaris Prodi Teknik Industri.

13. Orang tua yang selaku mendukung serta memberikan doa selama

pelaksanaan Kerja Praktek dan penysusnan laporan.

14. Seluruh Staff dan karyawan PT. Baujeng Plywood Bernas yang telah

membantu selama pelaksanaan Kerja Praktek

Akhirnya, penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang membaca. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak

lain untuk membantu menyempurnakan Laporan Kerja Praktek ini.

Yogyakarta, 20 September 2017

Ewaldus Lando Saparung

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 1

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan 3

2.2. Struktur Organisasi Perusahaan 4

2.3. Manajemen Perusahaan 7

BAB 3. TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN

3.1. Proses Bisnis Perusahaan atau Unit Usaha atau Departemen 11

3.2. Peta Proses Operasi 12

3.3. Produk Yang Dihasilkan 14

3.4. Proses Produksi 17

3.5. Fasilitas Produksi 26

vii

BAB 4. TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

4.1. Lingkup Pekerjaan 38

4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan 38

4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 39

4.4. Hasil Pekerjaan 40

BAB 5. PENUTUP 66

DAFTAR PUSTAKA xi

LAMPIRAN xii

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kriteria Grade Code 18

Tabel 4.1. Process Activity Mapping Produksi Plywood PT. Baujeng Plywood

Bernas 47

Tabel 4.2. Pengelompokan VA dan NVA 51

Tabel 4.3. Identifikasi Waste Produksi Plywood PT. Baujeng Plywood Bernas 53

Tabel 4.4. Laporan Maintenance Mesin 63

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Baujeng Plywood Bernas 5

Gambar 3.1. Proses Bisnis Perusahaan 11

Gambar 3.2. Peta Proses Operasi Plywood Tebal 2.7 mm 13

Gambar 3.3. Plywood Tebal 2.7 mm 14

Gambar 3.4. Plywood Tebal 3.6 mm 14

Gambar 3.5. Plywood Tebal 4.8 mm 14

Gambar 3.6. Plywood Tebal 7.5 mm 15

Gambar 3.7. Plywood Tebal 9 mm 15

Gambar 3.8. Plywood Tebal 12 mm 16

Gambar 3.9. Plywood Tebal 15 mm 16

Gambar 3.10. Plywood Tebal 18 mm 16

Gambar 3.11. Plywood Banci Tebal 7.5 mm 17

Gambar 3.12. Alur Produksi Core 18

Gambar 3.13. Alur Produksi Face Back 20

Gambar 3.14. Alur Produksi Plywood 23

Gambar 3.15. Mesin Rotary Matic 27

Gambar 3.16. Mesin Asah Pisau Rotary Matic 27

Gambar 3.17. Chamber 28

Gambar 3.18. Mesin Rotary Daeshung 28

Gambar 3.19. Mesin Rotary China 29

Gambar 3.20. Mesin Rotary Spindles 29

Gambar 3.21. Mesin Asah Pisau Mesin Rotary Daeshung, China, dan Spindle 29

Gambar 3.22. Continous Dryer 30

Gambar 3.23. Press Dryer 30

x

Gambar 3.24. Core Builder 30

Gambar 3.25. Scrap Joint 31

Gambar 3.26. Boiler 31

Gambar 3.27. Tangki Resin 32

Gambar 3.28. Mixer 32

Gambar 3.29. Glue Spreader 33

Gambar 3.30. Cold Press 33

Gambar 3.31. Hot Press 34

Gambar 3.32. Sizer 34

Gambar 3.33. Sanding Kalibrasi 35

Gambar 3.34. Sanding Finishing 35

Gambar 3.35. Forklift 36

Gambar 3.36. Gerobak Angkut 36

Gambar 3.37. Kereta Angkut 37

Gambar 4.1. Flow Chart Metodologi Penelitian 39

Gambar 4.2. Gambar 4.2. Value Stream Mapping Produksi Plywood PT. Baujeng

Plywood Bernas 50

Gambar 4.3. Perbandingan Value Added Activities dan Non Value Added

Activities 52

Gambar 4.4. Fishbone Diagram Waiting Pada Proses Cold Press 57

Gambar 4.5. Fishbone Diagram Waiting Pada Proses Hot Press 58

Gambar 4.6. Fishbone Diagram Waiting Pada Proses Sizer 59

Gambar 4.7. Fishbone Diagram Defect Pada Stasiun Glue 60

Gambar 4.8. Fishbone Diagram Defect Pada Stasiun Cold Press 60

Gambar 4.9. Fishbone Diagram Defect Pada Stasiun Hot Press 61

Gambar 4.10. Fishbone Diagram Inventory 62

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma

Jaya Yogyakarta (PSTI UAJY) mewajibkan semua mahasiswanya untuk

melaksanakan kerja praktek sesuai dengan Kurikulum di PSTI UAJY. PSTI UAJY

memandang kerja praktek sebagai wahana atau sarana bagi mahasiswa untuk

mengenali suasana di industri serta menumbuhkan, meningkatkan,

mengembangkan dan mensimulasikan etos kerja profesional sebagai calon

sarjana Teknik Industri.

Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik

Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek

mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini

mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan

pemecahan masalah. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kerja praktek kegiatan

yang dilakukan oleh mahasiswa adalah:

a. Mengenali ruang lingkup perusahaan,

b. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinyu,

c. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor atau pembimbing

lapangan,

d. Mengamati perilaku sistem, dan

e. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis.

Kerja praktek ini harus dilakukan selama minimal 1 (satu) bulan di perusahaan

yang bisa dipilih sendiri oleh para mahasiswa sepanjang perusahaan itu

memenuhi persyaratan sebagai tempat kerja praktek yang ditetapkan oleh PSTI

UAJY.

1.2. Tujuan

Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah:

a. Melatih kedisiplinan.

b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan

dalam perusahaan.

c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.

2

d. Melihat secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan

menjalankan bisnisnya.

e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan keadaan sebenarnya

yang ada di perusahaan.

f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Pelaksanaan kerja praktek di PT.Baujeng Plywood Bernas, Desa Baujeng,

Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dimulai pada tanggal 10 Juli

2017 hingga tanggal 12 Agustus 2017.

3

BAB 2

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

2.1.1 Sejarah Perusahaan

PT Baujeng Plywood Bernas berdiri pada tahun 2013 dipimpin oleh Bapak

Antonius Hadi Tjondro. Pada saat pertama kali berdiri PT. Baujeng Plywood

Bernas sudah berbadan hukum Perseroan Terbatas. Di awal berdirinya, PT.

Baujeng Plywood Bernas hanya memperkerjakan sebanyak 52 orang karyawan

dengan total kapasitas produksinya hanya 300 m3. Seiring berjalannya waktu,

PT. Baujeng Plywood Bernas mengalami peningkatan pada kapastitas produksi

dari 300 m3 menjadi 500 m3, 600m3, 700 m3, 1000m3, 1200 m3 hingga yang

terakhir mencapai 4000 m3 pada bulan juli 2017. PT. Baujeng Plywood Bernas

sendiri berlokasi di Desa Baujeng Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa

Timur.

PT Baujeng Plywood Bernas merupakan sebuah perusahaan yang bergerak

dibidang produksi kayu lapis dengan ukuran produk plywood yang dihasilkan

memiliki panjang dan lebar 122 cm x 244 cm serta dengan ketebalan tertentu.

Sejak awal pertama berdiri hingga sekarang PT. Baujeng Plywood Bernas belum

pernah melakukan relokasi pabrik dan pergantian kepemimpinan.

2.1.2. Profil Perusahaan

Berikut ini akan disajikan mengenai profil perusahaan dari PT. Baujeng Plywood

Bernas:

a. Nama Perusahaan : PT. Baujeng Plywood Bernas

b. Lokasi Perusahaan : Desa Baujeng, Kecamatan Beji, Kabupaten

Pasuruan, Jawa Timur

c. Pimpinan Perusahaan : Antonius Hadi Tjondro

d. Nomor Telepon : (+62343) 642192

Nomor Faximile : (+62343) 642194

e. Jumlah Karyawan : 800 orang

f. Produk Yang Dihasilkan : Plywood

4

2.2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan adalah susunan dari hubungan setiap bagian

sistem dalam perusahaan yang menampilkan kedudukan, tugas, dan wewenang

serta tanggung jawab setiap tingkat manajemen dalam suatu organisasi. Berikut

ini akan di tampilkan struktur organisasi dan deskripsi dari tiap departemen kerja

yang ada di PT. Baujeng Plywood Bernas.:

2.2.1. Struktur Organisasi PT. Baujeng Plywood Bernas

Struktur organisasi yang dimiliki oleh PT. Baujeng Plywood Bernas terdiri atas

komisaris utama, direktur utama, wakil MGT, divisi produksi, divisi logs, PPIC,

marketing, purchasing, logistics, maintenance, HRD, supervisor dan para pekerja

administrasi. Untuk divisi produksi membawahi kepala shift yakni shift pagi dan

malam. Berikut ini adalah struktur organisasi yang dimiliki oleh PT. Baujeng

Plywood Bernas:

5

Produksi

Gusnadi

Logs

Syarif

PPIC

Ridwan I

Marketing

Johan Ito

Purchasing

Barry R.S

Logistics

Endah Jati

Maintenance

Gatot Slamnet R

HRD

Yayuk S.I

Komisaris

Antonius Hadi Tjondro

Direktur

Andreas Gustan

Administrasi

Administrasi

Administrasi

Administrasi

Administrasi

Administrasi

KA Shift A

Warcam

KA Shift B

Nurcholif

- Pengawas

- Administrasi

Plywood

- Scrapjoin

- Repair

- Glue

- Hot/cold

press

- Operasi

- Finishing

- Umum

Face/Back

- Rotary

- Dryer

- Repair FB

- Potong

- Asah

- Umum

Administrasi

Wakil MGT

Tumino

Legal

Security

Umum

STRUKTUR MANAGEMENT

PT. BAUJENG PLYWOOD BERNAS

BERNAS PLYWOOD

6

2.2.2. Departemen PT. Baujeng Plywood Bernas

Berikut ini akan dijelaskan mengenai fungsi dari masing-masing departemen

kerja yang ada di PT. Baujeng Plywood Bernas:

a. Komisaris

Komisaris berkewajiban untuk melakukan pengawasan atas kebijaksanaan

direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasehat kepada

direksi

b. Direktur

Direktur merupakan pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab penuh

terhadap jalannya perusahaan serta memiliki tanggung jawab berkaitan

dengan kepentingan perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya.

c. Waki MGT

Wakil MGT bertanggung jawab secara umum untuk setiap aktivitas yang

terjadi di perusahaan.

d. Kepala Produksi

Manager produksi bertanggung jawab untuk mengatur jalannya suatu proses

produksi dan bertugas untuk menganalisa kegiatan produksi yang

berlangsung serta melakukan evaluasi terhadap kinerja karyawannya

e. PPIC

Kepala PPIC bertanggung jawab untuk melakukan aktivitas penjadwalan

produksi.

f. Purchasing

Bagian pembelian bertanggung jawab untuk melayani semua pembelian

untuk kebutuhan perusahaan.

g. Logistik

Departemen logistic bertanggung jawab untuk mengurusi segala bentuk

aktivitas pemenuhan kebutuhan bahan penolong yang ada di perusahaan.

h. Logs

Bagian log bertanggung jawab untuk melakukan pembelian kebutuhan

bahan baku log sengon dan log rimba dari supllier

i. Marketing

Bagian marketing bertanggung jawab untuk mengontrol kalkulasi

(perhitungan harga dari pemesan/ order yang masuk) dari staf pemasaran.

7

j. Maintenance

Bagian maintenance bertanggung jawab untuk mengatasi segala

permasalahan serta gangguan yang terjadi pada mesin. Bagian maintenance

bertugas untuk memastikan performansi mesin berjalan secara maksimal.

k. HRD

Bagian personalia bertanggung jawab untuk mengurusi data karyawan,

mengurusi gaji karyawan, inventaris kantor, surat-surat perusahaan, tata

tertib perusahaan, dan hubungan masyarakat.

l. Kepala Shift

Kepala shift bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitas

produksi dan bertanggung jawab kepada kepala produksi

m. Supervisor

Suspervisor bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitas

produksi berkaitan dengan jalannya suatu proses produksi dan bertanggung

jawab kepada kepala produksi

n. Administrasi

Bagian administrasi bertanggung jawab untuk melakukan segala bentuk

aktivitas penginputan data.

o. Security

Bagian keamanan bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan

ketertiban perusahaan

p. Umum

Bagian umum bertanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan

perusahaan mulai dari pembersihan kantor, toilet, mushola, dan halaman

pabrik.

2.3. Manajemen Perusahaan

Kerja praktek ini dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2017 sampai dengan 12

Agustus 2017 di PT. Baujeng Plywood Bernas, Desa Baujeng, Kecamatan Beji,

Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

2.3.1. Visi-Misi dan Nilai Perusahaan

a. Visi Perusahaan

Menjadi yang terdepan

b. Misi Perusahaan

8

1. Menciptakan produk plywood yang aman dan berkualitas serta berdaya

saing tinggi.

2.3.2. Ketenagakerjaan

a. Pembagian Jam Kerja

Adapun aktiitas kerja para staff, operator dan karyawan yang ada di PT. Baujeng

Plywood Bernas dilakukan dari hari senin sampai sabtu dengan pembagian jam

kerja sebagai berikut:

i. Hari Kerja : Senin - Sabtu

ii. Hari Libur : Minggu dan Hari Libur Nasional

iii. Jam Kerja :

1. Staff

Hari : Senin – Jumat

Jam Kerja : 07.00 WIB – 16.00 WIB

Hari : Sabtu

Jam kerja : 07.00 WIB – 12.00 WIB

2. Karyawan :

Hari : Senin – Sabtu

Shift Pagi : 07.00 WIB – 19.00 WIB

Shift Malam : 19.00 WIB – 07.00 WIB

3. Jam Istirahat:

Shift Pagi : 11.30 – 12.30 dan 12.30 – 13.30

Shift Malam : 23.30 – 00.30 dan 00.30 – 01.30

Berdasarkan data pembagian jam kerja di atas dapat diketahui jika jam

operasional yang terdapat di PT. Baujeng Plywood Bernas berlangsung selama

24 jam. Hal ini berarti PT. Baujeng Plywood Bernas menerapkan sistem produksi

continuous processes yakni sebuah proses produksi yang berlangsung secara

terus menerus atau continue tanpa berhenti. Selain menerapkan sistem kerja

produksi continuous processes, PT. Baujeng Plywood Bernas juga menerapkan

sistem kerja lembur. Sistem kerja lembur akan dilaksanakan apabila target

produksi tidak terpenuhi dan waktu due date yang ditentukan sudah semakin

dekat.

Kemudian untuk pergantian shift yang ada di PT. Baujeng Plywood Bernas

dilakukan dalam kurun waktu seminggu sekali. Hal ini dimaksudkan agar para

pekerja mendapatkan pembagian shift kerja yang sama dan tidak mengalami

kejenuhan karena harus terus menerus melakukan perkejaan di shift yang sama

9

dalam jangka waktu yang lama. Adapun pergantian shift yang dimaksud adalah

pekerja pada jadwal shift pagi akan diganti menjadi shift kerja malam pada satu

minggu kemudian dan pekerja pada shift malam akan diganti pada satu minggu

kemudian menjadi pekerja shift pagi. Hal ini akan terus berlaku untuk tiap

kelipatan satu minggu seterusnya.

b. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan yang ada pada PT. Baujeng Plywood Bernas dibagi dalam

dua tahapan berdasarkan kelompok pekerja yang ada di PT. Baujeng Plywood

Bernas sendiri. Untuk pengupahan yang berlaku bagi para staff dilakukan setiap

satu bulan sekali dan biasanya pada awal bulan. Sementara untuk karwayan

dilakukan setiap dua minggu sekali. Untuk sistem pengupahan lain yang terdapat

pada PT. Baujeng Plywood Bernas adalah sistem upah kerja lembur. Untuk upah

kerja lembur diberikan bagi pada karyawan yang berkerja di atas jam pokok dan

hari kerja rutin.

c. Fasilitas Yang Diterima Oleh Karyawan

Berikut ini adalah fasilitas kerja yang diterima oleh karyawan yang berkerja di PT.

Baujeng Plywood Bernas:

i. Poliklinik

Poliklinik merupakan fasilitas yang diberikan oleh PT. Baujeng Plywood

Bernas bagi para karyawannya yang ingin melakukan medical check up.

ii. BPJS

BPJS merupakan fasilitas kesehatan yang diberikan bagi para pekerja

yang ada di PT. Baujeng Plywood Bernas. Untuk ketentuan pembayaran

BPJS yang ada berdasarkan presentase antara perusahaan dan si

penerima. Misalnya untuk perusahaan akan membayar sekian persen

dan penerima akan membayar sekian persen.

iii. Mushola

Mushola yang terdapat di PT. Baujeng Plywood Bernas sebanyak 3 buah

mushola yang terletak di gedung 2, gedung 1 dan di sebelah area parkir.

iv. Kantin

PT. baujeng plywood bernas menyediakan kantin untuk para

karyawannya yang terletak sebelah area parkir.

10

v. Toilet

Jumlah toilet yang terdapat di PT. Baujeng Plywood Bernas tersebar

merata pada setiap unit gedung yang ada. Toilet yang ada di fasilitasi

dengan kloset jongkok, kran (sumber air), ember, gayung dan sabun.

vi. Area parkir

Area parkir yang terdapat di PT. Baujeng Plywood Bernas hanya

diperuntukan bagi para staff saja sementara karyawan memarkirkan

kendaraan mereka di area parkir yang dikelola oleh masyarakat kampung

di sekitar lokasi pabrik PT. Baujeng Plywood Bernas

2.3.3. Pemasaran

Dalam aktivitas pemasaran produknya PT. Baujneg Plywood Bernas telah

berhasil menembus pasar ekspor dan lokal. Untuk pasar lokal, PT. Baujeng

Plywood Bernas memasarkan produknya ke beberapa daerah yang tersebar di

pulau Jawa, Surabaya, Kalimantan, Sulawesi, Manado, dan Makasar. Sementara

untuk pasar ekspor sendiri, PT. Baujeng Plywood Bernas memasarkan produk ke

beberapa negara di Asia seperti Hongkong, Singapore, dan Korea. PT. Baujeng

Plywood Bernas memiliki beberapa pelanggan tetap seperti Podojoyo SBY,

Podojoyo MLG, Pelita Indah, P. Olkang, P. Jimmy, Trio Jaya Abadi, UD. Sari

Mulya, P.Anam, Hasil Makmur, P. Noldy, P. Zainuri, Bu Lisa Solo, Sinar Jati, P.

Hasan Lee, CV. Rejo Samarang.

11

BAB 3

TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN

3.1. Proses Bisnis Perusahaan atau Unit Usaha atau Departemen

Proses bisnis perusahaan melingkupi aliran informasi dan aktivittas yang terjadi

pada setiap departemen, contohnya proses bisnis order hingga pengiriman dapat

dilihat pada Gambar 3.1. dimana terjadinya aliran informasi dan aktivitas yang

terjadi pada departemen marketing, PPIC dan produksi mulai dari menerima

order konsumen hingga pengiriman ke konsumen.

Proses Bisnis Order Konsumen Hingga Pengiriman

MarketingCustomer PPIC Produksi

Mulai

Order

Menerima

Order

Konsumen

Membuat

Schedule Order

Schedule Order Menerima

Schedule Order

Membuat Jadwal

Perencanaan Produksi

dan Pengiriman

Membuat

Schedule Order

Fix

Menerima Jadwal

Perencanaan Produksi

dan Pengiriman

Schedule Order

Fix

Produksi

Membuat

Delivery Order

Delivery Order

PengirimanMenerima

Produk Jadi

Jadwal Perencanaan

Produksi dan

Pengiriman

Menerima Jadwal

Pengiriman

Selesai

Gambar 3.1. Proses Bisnis Perusahaan

12

3.2. Peta Proses Operasi

Peta proses operasi gambaran dari urutan kronologis keseluruhan operasi,

inspeksi dan waktu yang dibutuhkan dan material yang digunakan dalam proses

manufaktur. Contoh peta proses operasi produk plywood ketebalan 2,7 mm

dapat dilihat pada Gambar 3.2.

13

O-1

O-2

Log Sengon

(Panjang 130 cm)

(Core)

Kupas Kulit

(Rotary Matic)

O-3

Kupas Core

(Rotary Matic)

126 x 256 x 2,8 mm

Pengeringan

(Press Dryer)

O-1

Log Rimba Utuh

(Face/Back)

Log Cutting

(Mesin Cutting)

Panjang 260 cm

O-3Cuci Log

(Sikat dan Kapak)

O-3Kupas Kulit

(Rotary Daeshung)

O-3

Kupas Core

(Rotary China)

Tebal 0,32 mm

O-3Pengeringan

(Continous Dryer)

O-3

Repair dan Cutting

(Gum Tape dan

Alat Potong)

126 x 256 cm

O-3 Setting Face Back

O-3Repair

(Gum Tape)

O-3

Glue Core dan

Back

(Glue Spreader)

O-3Cold Press

(Mesin Cold Press)

O-3Operasi

(Cutter dan Gum Tape)

O-3

Sanding Kalibrasi

(Mesin Sander)

Tebal 2,92 mm

O-3

Glue Core Back

dan Face

(Glue Spreader)

O-3Cold Press

(Mesin Cold Press)

O-3Hot Press

(Mesin Hot Press)

O-3Dempul

(Pisau Dempul)

O-3

Pemotongan

(Mesin Sizer)

122 cm x 244 cm

O-3

Sanding Finishing

(Mesin Sander)

Tebal 2,7 mm

SeleksiIns. 1

O-3 Packaging

300 ’’2 %

10’’3%

80’’15 %

180’’0 %

60 ’’15%

60’’ 1%

120 ’’5 %

660 ’’20 %

120 ’’0 %

90’’15 %

15’’0 %

858,6’’0%

1800’’0%

4038’’5%

675’’5%

870 ’’0%

1800’’0%

3366’’0 %

6378,6 ’’0 %

480 ’’15 %

514,2’’4 %

6595,8’’0 %

318,6’’0%

Penyimpanan

Produk Jadi

Peta Proses Operasi Plywood 2,7 mm

Gambar 3.2. Peta Proses Operasi Plywood Tebal 2.7 mm

14

3.3. Produk yang Dihasilkan

a. Plywood Tebal 2.7 mm

Plywood tebal 2.7 mm merupakan plywood yang diproduksi dari lapisan Face

setebal 0.32 mm, Core setebal 2.2 mm, dan Back setebal 0.32 mm. Ketebalan

total adalah 2.84 mm yang akan mengalami proses sanding kalibrasi dan

sanding finishing sehingga menjadi 2.7 mm. Berikut adalah gambar plywood

tebal 2.7 mm.

Gambar 3.3. Plywood Tebal 2.7 mm

b. Plywood Tebal 3.6 mm

Plywood tebal 3.6 mm merupakan plywood yang diproduksi dari lapisan Face

setebal 0.32 mm, Core setebal 3.2 mm, dan Back setebal 0.32 mm. Ketebalan

total adalah 3.84 mm yang akan mengalami proses sanding kalibrasi dan

sanding finishing sehingga menjadi 3.6 mm. Berikut adalah gambar plywood

tebal 3.6 mm.

Gambar 3.4. Plywood Tebal 3.6 mm

c. Plywood Tebal 4.8 mm

Plywood tebal 4.8 mm merupakan plywood yang diproduksi dari lapisan Face

setebal 0.32 mm, 2 lapisan Core setebal 2.2 mm, dan Back setebal 0.32 mm.

Ketebalan total adalah 5.04 mm yang akan mengalami proses sanding kalibrasi

dan sanding finishing sehingga menjadi 4.8 mm. Berikut adalah gambar plywood

tebal 4.8 mm.

Gambar 3.5. Plywood Tebal 4.8 mm

15

d. Plywood Tebal 7.5 mm

Plywood tebal 7.5 mm merupakan plywood yang diproduksi dari lapisan Face

setebal 0.32 mm, 2 lapisan Core setebal 2.2 mm, 1 lapisan Core setebal 2.8 mm

dan Back setebal 0.32 mm. Ketebalan total adalah 7.84 mm yang akan

mengalami proses sanding kalibrasi dan sanding finishing sehingga menjadi 7.5

mm. Berikut adalah gambar plywood tebal 7.5 mm.

Gambar 3.6. Plywood Tebal 7.5 mm

e. Plywood Tebal 9 mm

Plywood tebal 9 mm merupakan plywood yang diproduksi dari lapisan Face

setebal 0.32 mm, 3 lapisan Core setebal 2.8 mm, dan Back setebal 0.32 mm.

Ketebalan total adalah 9.04 mm yang akan mengalami proses sanding kalibrasi

dan sanding finishing sehingga menjadi 9 mm. Berikut adalah gambar plywood

tebal 9 mm.

Gambar 3.7. Plywood Tebal 9 mm

f. Plywood Tebal 12 mm

Plywood tebal 12 mm merupakan plywood yang diproduksi dari lapisan Face

setebal 0.32 mm, 4 lapisan Core setebal 2.2 mm, 1 lapisan Core setebal 2.8 mm,

dan Back setebal 0.32 mm. Ketebalan total adalah 12.24 mm yang akan

mengalami proses sanding kalibrasi dan sanding finishing sehingga menjadi 12

mm. Berikut adalah gambar plywood tebal 12 mm.

16

Gambar 3.8. Plywood Tebal 12 mm

g. Plywood Tebal 15 mm

Plywood tebal 15 mm merupakan plywood yang diproduksi dari lapisan Face

setebal 0.32 mm, 4 lapisan Core setebal 2.2 mm, 2 lapisan Core setebal 2.8 mm,

dan Back setebal 0.32 mm. Ketebalan total adalah 15.04 mm yang akan

mengalami proses sanding kalibrasi dan sanding finishing sehingga menjadi 15

mm. Berikut adalah gambar plywood tebal 15 mm.

Gambar 3.9. Plywood Tebal 15 mm

h. Plywood Tebal 18 mm

Plywood tebal 18 mm merupakan plywood yang diproduksi dari lapisan Face

setebal 0.32 mm, 6 lapisan Core setebal 2.2 mm, 2 lapisan Core setebal 2.8 mm,

dan Back setebal 0.32 mm. Ketebalan total adalah 18.84 mm yang akan

mengalami proses sanding kalibrasi dan sanding finishing sehingga menjadi 18

mm. Berikut adalah gambar plywood tebal 18 mm.

Gambar 3.10. Plywood Tebal 18 mm

17

i. Plywood Banci Tebal 7.5 mm

Plywood banci merupakan plywood yang diproduksi menggunakan plywood

reject yang dikombinasikan sehingga menjadi plywood dengan ketebalan

tertentu. Sebagai contoh plywood banci tebal 7.5 mm merupakan plywood yang

diproduksi dari hasil reject plywood 2.7. Ketebalan total adalah 8.52 mm yang

akan mengalami proses sanding kalibrasi dan sanding finishing sehingga

menjadi 7.5 mm. Berikut adalah gambar plywood baci tebal 7.5 mm.

Gambar 3.11. Plywood Banci Tebal 7.5 mm

3.4. Proses Produksi

Proses produksi plywood di PT. Baujeng Plywood Bernas dilakukan dengan

menggunakan mesin dan secara manual. Proses produksi plywood secara umum

dapat dibagi menjadi 3 yakni proses pembuatan core, face back, dan plywood.

Adapun tahapan pembuatan plywood adalah sebagai berikut:

3.4.1. Proses Produksi Core

Core merupakan komponen yang ada pada bagian tengah dari plywood. Core

dapat berasal dari kayu sengon atau kayu rimba, sebagian besar core diproduksi

dari kayu sengon, sedangkan core dari kayu rimba berasal dari kupasan pertama

dan hasil rotary ampelur. Skema alur produksi core dapat dilihat pada Gambar

3.12.

18

Gambar 3.12. Alur Produksi Core

Uraian Alur Produksi Core :

a. Kupas kulit

Kupas kulit merupakan proses untuk menghilangkan bagian kulit kayu sengon

menggunakan mesin Rotary Matic.

b. Proses Core

Proses core merupakan proses unuk menghasilkan lembaran core. Lembaran

core akan diseleksi berdasarkan grade A, BB, CC dan PPC. Core kemudian

diukur ketebalannya menggunakan mikrometer sekrup.

Tabel 3.1. Kriteria Grade Core

Grade Kriteria

A Permukaan rata, lubang dan mata kayu sedikit.

BB Lubang dan mata kayu lebih dari 3

19

BC Lubang dan mata kayu banyak

PPC Kupasan pertama

c. Sticking

Proses sticking merupakan proses untuk meletakan pembatas pada veneer core

sebelum dilanjutkan proses Kiln Dryer. Stick diletakan dengan jarak 5 cm pada

sisi luar dan pada bagian tengah menyesuaikan. Core dengan ketebalan 2,8 mm

dan 3,2 mm untuk setiap stick dapat berjumlah 4 lembar pada 1 sticking dengan

jumlah sticking sebanyak 28 pada 1 palet, sedangkan core dengan ketebalan 2,2

mm berjumlah 5 lembar pada 1 sticking dengan jumlah sticking sebanyak 30

pada 1 palet

d. Kiln Dryer

Kiln Dryer merupakan proses pengeringan core pada chamber dengan estimasi

waktu pengeringan 2 hari dan dapat berubah sesuai dengan kondisi suhu dan

tebal core. Tahapan pengaturan suhu pada Chamber dapat dibagi enjadi 4 yakni:

i. 8 jam pertama temperatur 40o C - 60o C.

ii. 15 jam kedua temperatur 60o C - 75o C

iii. 20 jam ketiga temperatur 75o C - 90o C

iv. 8 jam cooling down

Tingkat kekeringan yang diharapkan setelah proses ini adalah antar 10-17 MC.

Proses Kiln Dryer biasanya digunakan untuk Core dengan grade BB, BC, dan

PPC. Core yang telah kering kemudian dibongkar dari stick dan digabungkan

kembali menjadi tumpukan core, dimana 2 palet sticking sebelumnya dapat

menjadi 1 palet setelah stick dibongkar.

e. Press Dryer

Press Dryer merupakan proses pengeringan core menggunakan mesin dan

proses Press Dryer core tidak perlu dilakukan sticking. Proses Press Dryer lebih

cepat dibandingkan dengan Kiln Dryer namun kapasitasnya lebih kecil. Press

Dryer biasanya digunakan untuk Core dengan Grade A dan terkadang grade B

juga mengalami proses Press Dryer tergantung kondisinya.

f. Veneer Core Kering

Veneer core kering merupakan core kering yang sudah siap untuk dikirim pada

proses produksi plywood. Veneer core kering biasanya disimpan terlebih dahulu

di gudang atau biasa disebut pembahanan. Veneer core kering selain diproduksi

20

oleh perusahaan, juga dibeli dari supplier dengan presentase 70% perusahaan

dan 30% supplier.

3.4.2. Proses Produksi Face Back

Face Back merupakan komponen yang ada pada bagian luar dari plywood. Face

Back berasal dari kayu kayu rimba. Face merupakan bagian atas dari plywood

yang memiliki kualitas yang paling baik sedangkan Back merupakan bagian

bawah dari plywood yang memiliki kualitas kurang baik dibandingkan Face.

Skema alur produksi Face Back dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.13. Alur Produksi Face Back

21

Uraian Alur Produksi Face Back :

i. Log Cutting

Log Cutting merupakan proses untuk memotong log utuh menjadi beberapa

bagian dimana setiap bagian memiliki ukuran panjang 260 cm. Setiap potongan

diberi nama mulai dari A, B, C, dan seterusnya, setiap bagian kemudian diukur

diameter atas dan bawah masing masing sebanyak 4 kali dengan sisi yang

berbeda. Proses Log Cutting juga menghitung nilai kubikasi dengan rumus rata-

rata diameter kuadrat dikali panjang dikali 0.7854 dan dibagi 1000000.

ii. Cuci Log

Cuci Log merupakan proses pencucian log dari kotoran seperti lumpur. Proses ini

untuk meringankan beban saat dilakukan proses kupas kulit pada rotary

daeshung.

iii. Rotary Daeshung

Rotary Daeshung merupakan mesin yang digunakan untuk melakukan proses

kupas kulit. Rotary Daeshung menghasilkan lembaran kupasan pertama dengan

ketebalan 2.8 mm yang dapat digunakan sebagai core pada produksi plywood.

iv. Rotary China

Rotary China merupakan mesin yang digunakan untuk melakukan proses kupas

face/back. Face/Back yang dihasilkan memiliki ketebalan 0.32.

v. Rotary Spindle

Rotary Spindle merupakan mesin yang digunakan untuk melakukan proses

kupas untuk ampelur atau inti dari log rimba yang tidak diproses pada rotary

china dengan diameter 16 cm hingga 25 cm. Hasil rotary spindle berupa veneer

long core dan short core yang dapat digunakan sebagai core plywood setelah

mengalami proses scrap joint atau core builder.

vi. Continous Dryer

Continus Dryer merupakan proses pengeringan face/back dengan tingkat

kekeringan face/back adalah 12-14 MC.

vii. Repair dan Cutting

Repair merupakan proses untuk memperbaiki face/back seperti menutupi lubang

dan menghilangkan mata kayu, face/back direntangkan pada meja panjang, jika

lembaran face/back tidak sampai hingga sisi meja lainnya maka disambung

dengan face/back lainnya. Face/Back yang telah selesai repair kemudian

dipotong sesuai dengan batas pada meja panjang.

viii. Veneer Face Back Kering

22

Veneer Face Back Kering merupakan hasil akhir dari proses Face/Back. Face

merupakan hasil lembaran yang memiliki kualitas bagus sedangkan Back untuk

hasil lembaran yang kurang bagus. Face dapat digolongkan menjadi 2 yakni

Face A yang tanpa cacat dan Face B yang memiliki tambahan 2 tempelan.

3.4.3. Proses Produksi Plywood

Plywood merupakan produk akhir yang akan dikirim ke customer. Plywood

merupakan kombinasi dari face, back, dan core dimana banyak lapisan dan tebal

lapisan core yang digunakan dipengaruhi oleh ketebalan plywood yang

diinginkan. Skema alur produksi Plywood dapat dilihat pada Gambar 3.13.

23

Gambar 3.14. Alur Produksi Plywood

Uraian Alur Produksi Plywood :

24

a. Setting Face Back

Setting Face Back adalah proses untuk membersihkan face back, memperbaiki

rekatan gum tape jika ada yang lepas, dan mengatur peletakan face back

menjadi atas dan bawah menggunakan gum tape. Setting dilakukan untuk

meringankan proses glue agar tidak perlu lagi mengidentifikasi lapisan mana

yang akan diletakkan di bawah atau di atas.

b. Core Builder

Core Builder adalah proses penyambungan core yang berupa core PPC dan

short core menjadi core utuh. Core hasil dari proses core builder biasanya

digunakan pada papan tebal.

c. Scrap Joint

Scrap Joint adalah proses penyambungan core yang berupa long core menjadi

core utuh. Sama seperti core builder core hasil scrap joint biasanya digunakan

untuk papan tebal.

d. Repair Core

Repair Core adalah proses untuk memperbaiki veneer core kering yang retak,

pecah, lubang ulat dan mata kayu dengan aturan bentuk paching harus segitiga,

sambungan harus rapi dan tidak overlap serta sambungan dan paching harus

sama warna dan tebalnya.

e. Glue

Glue adalah proses perekatan lapisan plywood core, face, dan back untuk

plywood dengan tebal 2,7 mm maka proses glue pertama dilakukan untuk

lapisan core dan back kemudian glue kedua akan dilanjutkan setelah core back

melalui proses sanding kalibrasi. Proses glue kedua, lapisan core back

direkatkan dengan lapisan face. Tergantung ketebalan plywood yang akan

diproduksi proses glue dapat terjadi lebih dari 2 kali.

f. Cold Press

Cold press adalah proses press setelah lapisan core dan back melalui proses

glue. Proses cold press berlangsung selama 220 – 230 detik untuk plywood

ketebalan 2,7 mm.

g. Operasi

Operasi adalah proses untuk penambalan permukaan plywood yang memiliki

celah atau retak pada saat proses cold press.

25

h. Sanding Kalibrasi

Sanding kalibrasi adalah proses untuk meratakan permukaan lapisan plywood

yang masih merupakan bawang setengah jadi. Sanding kalibrasi akan

mengurangi ketebalan plywood sekitar 0.2 mm.

i. Glue

Glue dilakukan kembali untuk merekatkan lapisan core back dengan lapisan

face.

j. Cold Press

Cold press kembali dilakukan untuk press hasil perekatan lapisan core back

dengan face. Proses cold press kedua berlangsung selama 250 detik lebih untuk

plywood ketebalan 2,7 mm.

k. Hot Press

Hot Press adalah proses yang sama dengan cold press yaitu proses press

namun diperuntukkan bagi plywood jadi dan hot press menggunakan uap panas

dalam prosesnya. Proses hot press dilakukan selama 200 detik dengan suhu 95o

C dan bisa berubah sesuai dengan bahan baku.

l. Dempul

Dempul adalah proses untuk menutup lubang pada plywood. Pada proses

pendempulan, jenis dempul yang digunakan harus disesuaikan dengan warna

kayu.

m. Sizer

Sizer adalah proses pemotongan bagian sisi plywood menjadi persegi panjang

sempurna dengan ukuran panjang dan lebar adalah 122 cm X 244 cm.

n. Sanding Finishing

Sanding finishing adalah proses mengahluskan dan meratakan permukaan

plywood menjadi ketebalan akhir yang diinginkan, tergantung pemasarannya

produk pemasaran ekspor biasanya akan lebih tipis 0.1 mm dibanding produk

yang dipasarkan lokal.

o. Seleksi

Seleksi adalah proses inspeksi sekaligus grading hasil akhir plywood, seleksi

dilakukan secara keseluruhan produk tanpa menggunakan sampel. Grade jika

diurutkan dari kualitas tertinggi ke terendah adalah BBCC, UTY, UTY 1,

gelembung, kurang core, dan potensi patah. Untuk kasus gelembung, kurang

core, dan potensi patah maka akan dilanjutkan dengan proses RU.

26

p. RU

RU adalah proses pengerjaan ulang plywood dengan kualitas gelembung,

kurang core dan potensi patah. Setelah mengalami proses RU plywood

mengalami proses seleksi kembali dan memiliki kemungkinan untuk berubah

grade menjadi UTY atau UTY 1. Untuk grade potensi patah jika masih

memungkinkan untuk digunakan biasanya akan dilakukan perbaikan sedikit dan

dikombinasikan untuk memproduksi plywood papan tebal.

q. Packaging

Packaging adalah proses pengemasan plywood sesuai dengan kubikasi yaitu 3.5

m3 untuk satu pack. Sebelum proses packaging dilakukan proses tusuk yaitu

proses menutup lubang pada bagian sisi dari plywood. Jumlah plywood dalam

satu pack untuk ketebalan 2.7 mm adalah 450, 3.6 berjumlah 350, 5 mm

berjumlah 250, 7.5 mm berjumlah 160, 12 mm berjumlah 110 , dan seterusnya

menyesuaikan jumlah kubikasi 3.5 m3.

3.5. Fasilitas Produksi

Fasilitas produksi adalah fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan dalam

menunjang jalannya proses produksi. Fasilitas produksi dapat berupa mesin

produksi dan alat material handling. PT Baujeng Plywood Bernas memiliki

fasilitas yang berfungsi untuk mengoptimalkan kerja di proses produksi. Fasilitas-

fasilitas tersebut antara lain:

3.5.1. Mesin Produksi

a. Divisi Core

i. Mesin Rotary Matic

Mesin rotary matic adalah mesin yang digunakan untuk melakukan proses

pengupasan. Mesin Roary matic dibedakan menjadi 2 sesuai kegunaannya yaitu

mesin rotary matic untuk kupas kulit dan mesin rotary matic untuk kupas core.

Mesin rotary matic dapat dilihat pada Gambar 3.15.

27

Gambar 3.15. Mesin Rotary Matic

ii. Mesin Asah Pisau Rotary Matic

Mesin asah adalah mesin yang digunakan untuk melakukan pengasahan pada

mata pisau mesin rotary matic. Mesin asah dapat dilihat pada Gambar 3.16.

Gambar 3.16. Mesin Asah

iii. Chamber

Chamber adalah ruangan yang digunakan untuk melakukan proses Kiln Dryer

untuk core. Chamber dapat dilihat pada Gambar 3.17.

28

Gambar 3.17. Chamber

b. Divisi Face Back

i. Mesin Rotary Daeshung

Mesin rotary daeshung adalah mesin yang digunakan untuk melakukan proses

pengupasan kulit untuk log rimba. Mesin rotary daeshung dapat dilihat pada

Gambar 3.18.

Gambar 3.18. Mesin Rotary Daeshung

ii. Mesin Rotary China

Mesin rotary china adalah mesin yang digunakan untuk melakukan proses

pengupasan face/back. Mesin rotary china dapat dilihat pada Gambar 3.19.

29

Gambar 3.19. Mesin Rotary China

iii. Mesin Rotary Spindles

Mesin rotary spindles adalah mesin yang digunakan untuk melakukan proses

pengupasan ampulur menjadi long core atau short core. Mesin rotary spindles

dapat dilihat pada Gambar 3.20.

Gambar 3.20. Mesin Rotary Spindles

iv. Mesin Asah Pisau Mesin Rotary Daeshung, China, Dan Spindles

Mesin asah adalah mesin yang digunakan untuk melakukan pengasahan pada

mata pisau mesin rotary daeshung, china, dan spindles. Mesin asah dapat dilihat

pada Gambar 3.21.

Gambar 3.21. Mesin Asah

v. Continous Dryer

Continous dryer adalah mesin yang digunakan dalam proses pengeringan

face/back. Continous dryer dapat dilihat pada Gambar 3.22

30

Gambar 3.22. Continous Dryer

c. Divisi Plywood

i. Press Dryer

Press dryer adalah mesin yang digunakan dalam proses pengeringan core

sengon dengan grade A. Press dryer dapat dilihat pada Gambar 3.23.

Gambar 3.23. Press Dryer

ii. Core Builder

Core Builder adalah mesin yang digunakan dalam proses penyambungan short

core dan PPC menjadi lembaran core utuh. Core builder dapat dilihat pada

Gambar 3.24.

Gambar 3.24. Core Builder

31

iii. Scrap Joint

Scrap Joint adalah mesin yang digunakan dalam proses penyambungan long

core menjadi lembaran core utuh. Scrap Joint dapat dilihat pada Gambar 3.25.

Gambar 3.25. Scrap Joint

iv. Boiler

Boiler adalah mesin yang digunakan untuk menghasilkan uap panas yang akan

digunakan pada proses Hot Press. Boiler dapat dilihat pada Gambar 3.26.

Gambar 3.26. Boiler

32

v. Tangki Resin

Tangki Resin adalah tangki yang digunakan untuk menyimpan resin, dimana

terdapat 3 tangki yang akan menampung 3 jenis resin dari suplier yang berbeda,

yaitu PAI, ARUKI, dan GCKA. Tangki dapat dilihat pada Gambar 3.27.

Gambar 3.27. Tangki Resin

vi. Mixer

Mixer adalah mesin yang digunakan dalam proses pencampuran resin dengan

bahan seperti tepung, melamin dan hardener yang akan menghasilkan glue yang

digunakan dalam proses glue spreader. Mixer dapat dilihat pada Gambar 3.28.

Gambar 3.28. Mixer

33

vii. Glue Spreader

Glue spreader adalah mesin yang digunakan dalam proses pelapisan glue pada

core. Glue spreader dapat dilihat pada Gambar 3.28.

Gambar 3.29. Glue Spreader

viii. Cold Press

Cold press adalah mesin yang digunakan dalam proses press untuk plywood

setengah jadi setelah dilakukan proses glue. Cold press dapat dilihat pada

Gambar 3.30.

Gambar 3.30. Cold Press

34

ix. Hot Press

Hot press adalah mesin yang digunakan dalam proses press untuk barang jadi.

Hot press dapat dilihat pada Gambar 3.31.

Gambar 3.31. Hot Press

x. Sizer

Sizer adalah mesin yang digunakan dalam proses pemotongan sisi plywood agar

menjadi ukuran 122 cm x 244 cm. Sizer dapat dilihat pada Gambar 3.32.

Gambar 3.32. Sizer

xi. Sanding Kalibrasi

Sanding kalibrasi adalah mesin yang digunakan dalam proses meratakan dan

menghaluskan plywood setengah jadi. Sanding kalibrasi dapat dilihat pada

Gambar 3.33.

35

Gambar 3.33. Sanding Kalibrasi

xii. Sanding Finishing

Sanding finishing adalah mesin yang digunakan dalam proses meratakan dan

menghaluskan plywood jadi. Sanding finishing dapat dilihat pada Gambar 3.34.

Gambar 3.34. Sanding Finishing

3.5.2. Alat Material Handling

a. Forklift

Forklift digunakan untuk hampir semua kegiatan pemindahan, baik itu

memindahkan log rimba, veneer core, veneer faceback, dan plywood jadi serta

pemindahan plywood ke dalam truck untuk dikirim. Forklift dapat dilihat pada

gambar 3.35.

36

Gambar 3.35. Forklift

b. Gerobak Angkut

Gerobak angkut digunakan dalam kegiatan pemindahan yang memiliki bobot

rendah seperti stick atau sampah yang akan digunakan sebagai bahan bakar

Boiler atau Continous Dryer dan Kiln Dryer. Gerobak angkut dapat dilihat pada

gambar 3.36.

Gambar 3.36. Gerobak Angkut

c. Kereta Angkut

Kereta angkut digunakan dalam kegiatan pemindahan di divisi plywood mulai

dari proses repair hingga proses sanding finishing. Kereta angkut dapat dilihat

pada gambar 3.37.

37

Gambar 3.37. Kereta Angkut

38

BAB 4

TINJAUAN PEKERJAAN MAHASISWA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai lingkup pekerjaan, tanggung jawab

dan wewenang dalam pekerjaan, metodologi pelaksanaan, serta hasil pekerjaan

selama mahasiswa melakukan kerja praktek di PT. Baujeng Plywood Bernas.

4.1. Lingkup Pekerjaan

Pada saat pelaksanaan kerja praktek di PT. Baujeng Plywood Bernas,

mahasiswa ditempatkan di divisi produksi di bawah bimbingan Bapak Ridwan

Indrawan. Tugas yang diberikan kepada mahasiswa meliputi pengamatan alur

produksi dari raw material hingga finished good. Divisi produksi yang terdapat di

PT. Baujeng Plywood Bernas merupakan divisi yang bertanggung jawab untuk

melakukan aktivitas produksi. Aktivitas produksi ini mencakup produksi core,

face/back, dan plywood. Selain diberikan tugas untuk mengamati alur produksi

dari material awal hingga menjadi produk jadi, mahasiswa juga diberikan tugas

untuk membuat alur produksi, desain layer, serta membuat layout pabrik secara

keseluruhan.

Selama pelaksanaan kerja praktek, mahasiswa telah dibantu dan dibimbing

oleh:

a. Bapak Gusnadi selaku manager production

b. Bapak Ridwan Indrawan selaku kepala PPIC / pembimbing lapangan

c. Staff bagian produksi

d. Para supervisor dan penanggung jawab lapangan

e. Seluruh pihak yang tidak dapat mahasiwa sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam kelancaran pelaksaan kerja praktek ini.

4.2. Tanggung Jawab dan Wewenang dalam Pekerjaan

Selama pelaksanaan kerja praktek mahasiswa diberikan tanggung jawab

untuk dapat mengerti serta memahami skema alur produksi. Selain itu

mahasiswa juga diberikan tanggung jawab untuk dapat mengetahui jenis-jenis

produk plywood yang dihasilkan oleh PT. Baujeng Plywood Bernas. Oleh sebab

itu mahasiswa bertugas membuat alur produksi serta desain layer. Hal ini

dijadikan sebagai acuan bagi perusahaan untuk menentukan apakah mahasiswa

telah mengerti dan memahami alur produksi serta mengetahui jenis-jenis produk

39

plywood yang diproduksi. Sedangkan untuk wewenang yang diberikan kepada

mahasiswa selama kerja praktek meliputi:

a. Mahasiswa diberikan kebebasan untuk mengamati proses produksi serta

melakukan pengambilan data secara langsung di lapangan

b. Mahasiswa diberi kebebasan untuk mewawancarai para supervisor guna

pengambilan data.

c. Mahasiswa diberikan kemudahan dalam pengambilan data dari para staff

admin yang ada di divisi produksi.

4.3. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metologi penelitian merupakan landasan atau acuan agar proses penelitian

berjalan secara sistematis, terstruktur dan terarah. Berikut tahapan-tahapan

dalam penelitian ini.

Gambar 4.1 Flow Chart Metodologi Penelitian

Mulai

Tahap Pendahuluan

- Studi Lapangan untuk mengamati kondisi

lantai produksi dan memahami alur

produksi

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

A

40

Gambar 4.1 Flow Chart Metodologi Penelitian

4.4. Hasil Pekerjaan

4.4.1. Studi Lapangan

Studi lapangan diperlukan untuk mengetahui kondisi tempat penelitian secara

langsung. Dalam hal ini studi lapangan berkaitan dengan pengamatan alur

produksi yang terjadi pada lantai produksi PT. Baujeng Plywood Bernas.

Tahapan produksi merupakan keseluruhan proses yang harus dilalui untuk

mendapatkan output produk dalam hal ini produk plywood. Proses produksi yang

terdapat pada divisi plywood meliputi proses glue, cold press, operation, sander

kalibrasi, hot press, sizer, sanding , selecting, dan packaging. Tahapan pertama

dari rangkaian proses produksi ini adalah proses glue. Proses glue sendiri adalah

proses untuk merekatkan lapisan core back dengan lapisan face/back. Tahapan

kedua adalah cold press dimana cold press sendiri merupakan proses press

setelah lapisan core dan back melalui proses glue. Setelah melalui proses cold

press selanjutnya masuk dalam proses operasi. Proses operasi adalah proses

untuk penambalan permukaan plywood yang memiliki celah atau retak pada saat

proses cold press. Dari proses operrasi selanjutnya plywood masuk ke proses

sander kalibrasi. Sander kalibrasi adalah proses untuk meratakan permukaan

lapisan plywood yang masih merupakan bawang setengah jadi. Sanding kalibrasi

akan mengurangi ketebalan plywood sekitar 0.2 mm. Setelah melewati tahap

sander kalibrasi kemudian plywood kembali masuk ke proses glue. Proses glue

ini adalah proses glue kedua dimana pada proses glue kedua ini lapisan core

back direkatkan dengan lapisan face. Alur yang sama setelah proses glue yakni

masuk ke proses cold press dan hot press. Pada initinya proses cold press dan

hot press kedua sama dengan proses cold press dan hot press pertama.

Perbedaannya terletak pada penambahan lapisan face karena pada proses cold

Pengolahan Data

Kesimpulan dan Pembuatan

Rekomendasi Perbaikan

Selesai

A

41

press dan hot press yang pertama hanya core dan back. Selanjutnya masuk ke

proses sizer yang merupakan proses pemotongan bagian sisi plywood menjadi

persegi panjang sempurna dengan ukuran panjang dan lebar adalah 122 cm X

244 cm. Tahapan berikutnya dari proses sizer masuk ke proses sanding yakni

proses sanding finishing untuk menghaluskan dan meratakan permukaan

plywood menjadi ketebalan akhir yang diinginkan. Kemudian dari sanding

finishing, plywood masuk ke proses selecting yaitu proses inspeksi sekaligus

grading hasil akhir plywood, seleksi dilakukan secara keseluruhan produk tanpa

menggunakan sampel. Grade jika diurutkan dari kualitas tertinggi ke terendah

adalah BBCC, UTY, UTY 1, gelembung, kurang core, dan potensi patah. Dan

proses yang terakhir adalah proses packaging yang merupakan proses

pengemasan plywood sesuai dengan kubikasi yaitu 3.5 m3 untuk satu pack.

4.4.2. Identifikasi Masalah

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di PT. Baujeng Plywood Bernas

ditemukan beberapa proses atau aktivitas yang merupakan aktivitas tidak bernilai

tambah (non value added activities). Pemborosan yang terjadi seperti timbulnya

waiting, defect, dan inventory. Akibat dari adanya pemborosan ini menyebabkan

lead time produksi menjadi panjang yang mempengaruhi pada tidak tercapainya

target produksi perusahaan. Maka dari itu diperlukan upaya perbaikan untuk

dapat menghilangkan pemborosan yang terjadi sehingga lead time produksi

menjadi lebih pendek. Dengan lead time yang pendek produktivitas perusahaan

akan meningkat (Liker & Meier, 2006 dalam Stefanus Anjasmoro, 2011).

Upaya untuk memperpendek lead time pada lini produksi adalah

mengeliminimasi pemborosan yang tidak menambah nilai dalam proses

manufaktur. Eliminasi waste dilakukan untuk mencapai tujuan yaitu meminimasi

usaha manusia, meminimasi inventori, meminimasi waktu untuk

mengembangkan produk dan waktu untuk memenuhi permintaan pelanggan

untuk mencapai produk berkualitas dengan cara yang seefisien mungkin

(Cahyanti et al., 2013 dalam Stefanus Anjasmoro, 2011).

4.4.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka permasalahan yang ditemukan

adalah pemborosan yang terjadi di lantai produksi harus dihilangkan agar dapat

memperpendek lead time. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya untuk mengurangi

waste tersebut dan mencari akar penyebab timbulnya waste.

42

4.4.4. Studi Literatur

Studi literatur bertujuan untuk membantu dalam memahami topik penelitian.

Melalui studi literatur akan diperoleh informasi-informasi yang berhubungan

dengan topik permasalahan yang dibahas. Tujuan dari studi literatur untuk

mendapatkan pengetahuan yang mendukung melalui buku-buku panduan jurnal,

artikel, internet dan tugas akhir penelitian terdahulu. Berikut ini adalah dasar-

dasar teori yang digunakan untuk membantu dalam proses penyusunan laporan

kerja praktek ini:

a. Value Stream Mapping

Menurut Mike & John (2003), Value Stream Mapping adalah salah satu metode

pemetaan aliran produksi dan aliran informasi untuk memproduksikan satu

produk atau satu family produk, tidak hanya pada masing-masing area kerja,

tetapi pada tingkat total produksi serta mengidentifikasi kegiatan yang value

added dan non value added. Value Stream Mapping (VSM) merupakan tool

grafik dalam Lean Manufacturing yang membantu melihat flow material dan

informasi saat produk berjalan melalui keseluruhan bisnis proses yang

menciptakan value mulai dari raw material sampai diantar ke customer. Tujuan

pemetaan ini adalah untuk mengidentifikasi seluruh jenis pemborosan di

sepanjang proses produksi dan untuk mengambil langkah dalam upaya

mengeliminasi pemborosan tersebut. Langkah yang diambil dalam upaya

mengeliminasi pemborosan adalah dengan cara memperbaiki keseluruhan aliran

bukan hanya mengoptimalkan aliran secara sepotong-sepotong. Hal ini dapat

membantu pihak perusahaan mengambil keputusan dalam memperbaiki

keseluruhan proses produksi. Dalam value stream mapping perlu dilakukan

proses pemetaan current state map. Current state map diperlukan untuk dapat

membantu memetakan keadan lantai produksi secara actual dan menyeluruh

sehingga informasi yang diperlukan dapat tercantum dalam proses pemetaan.

Current state map berguna dalam proses identifikasi segala bentuk pemborosan

yang terjadi. Untuk setiap proses, maka seluruh informasi kritis seperti lead time,

cycle time, changeover time, defect, uptime, ukuran batch produksi, jumlah

mesin, jumlah operator, dan waktu kerja (sudah dikurangi dengan waktu istirahat)

perlu dimasukan. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing ukuran di

atas:

1. a. Cycle Time (C/T)

43

Cycle time (C/T) merupakan salah satu ukuran penting yang dibutuhkan dalam

kegiatan Lean selain Value-creating time (VCT) dan Lead time (L/T). Cycle time

menyatakan waktu yang dibutuhkan oleh satu operator untuk menyelesaikan

seluruh elemen/kegiatan kerja dalam membuat satu part sebelum mengulangi

kegiatan untuk membuat part berikutnya. Valuecreating time (VCT) menyatakan

waktu keseluruhan elemen kerja yang biasa mentransformasikan suatu produk

dalam cara yang rela dibayar oleh konsumen. Lead time (L/T) menyatakan waktu

yang dibutuhkan untuk seluruh proses atau dalam satu value stream, mulai dari

awal hingga akhir proses.

Biasanya: VCT < C/T < L/T

2. Change-over Time (C/O)

Menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk merubah posisi (switch) dari

memproduksi satu jenis produk menjadi produk yang lainnya. Dalam hal ini

biasanya changeover time menyatakan waktu untuk memindahkan dari posisi kiri

menjadi posisi kanan dalam pembuatan satu produk simetris.

3. Uptime

Menyatakan kapasitas mesin yang digunakan dalam mengerjakan satu proses.

Kapasitas mesin bersifat on-demand machine uptime. Artinya informasi mesin ini

tetap.

4. Jumlah Operator

Menyatakan jumlah orang yang dibutuhkan saat untuk satu proses.

5. Waktu Kerja

Waktu kerja yang dibutuhkan untuk tiap shift pada suatu proses sesudah

dikurangi dengan waktu istirahat (break), waktu rapat (meeting), dan waktu

membersihkan area kerja (cleanup times).

b. Process Activity Mapping

Process Activity Mapping akan memberikan gambaran aliran fisik dan informasi,

waktu yang diperlukan untuk setiap aktivitas, jarak yang ditempuh. Peta ini

berguna untuk mengetahui berapa persen kegiatan yang dilakukan merupakan

kegiatan VA dan berapa persen yang NVA, baik yang bisa dikurangi maupun

yang tidak. Perluasan dari tool ini dapat digunakan untuk mengidentifikasikan

lead time dan produktivitas baik aliran fisik maupun aliran informasi.Tujuan dari

pemetaan ini adalah untuk membantu memahami aliran proses,

mengidentifikasikan adanya pemborosan, mengidentifikasikan apakah suatu

44

proses dapat diatur kembali menjadi lebih efisien, mengidentifikasikan perbaikan

aliran penambahan nilai.

1. VA (value added activities)

Value Added merupakan aktivitas yang memberikan nilai tambah pada suatu

produk dan material maupun aliran informasi.

2. NVA (non value added activities)

Non Value Added Avtivities merupakan kebalikan dari value added activities

yakni suatu aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah pada produk mapun

informasi.

c. Jenis-jenis Waste

Pemborosan (waste) didefinisikan sebagai segala aktivitas pemakaian sumber

daya yang tidak memberikan nilai tambah pada produk. Pada dasarnya semua

waste yang terjadi berhubungan erat dengan dimensi waktu. Menurut Liker

(2006), mendefinisikan ada 8 jenis waste yang tidak memberikan nilai dalam

proses bisnis atau manufaktur, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Produksi yang berlebih (overproduction)

Kriteria overproduction adalah:

i. Memproduksi sesuatu lebih awal dari yang dibutuhkan

ii. Memproduksi dalam jumlah yang lebih besar dari pada yang dibutuhkan oleh

pelanggan.

Memproduksi lebih awal atau lebih cepat dari yang dibutuhkan pelanggan

menciptakan pemborosan lain seperti biaya kelebihan tenaga kerja,

penyimpanan dan transportasi karena persediaan berlebih. Persediaan dapat

berupa fisik atau antrian informasi.

2. Waktu menunggu (waiting time)

Kriteria waktu menunggu adalah:

i. Pekerja berdiri menunggu tahap selanjutnya dari proses baik menunggu alat,

pasokan, komponen dan lain sebagainya, atau menganggur karena kehabisan

material, keterlambatan proses, kerusakan mesin dan bottleneck.

ii. Waktu menunggu informasi

iii. Material yang keluar dari satu proses dan tidak langsung dikerjakan di proses

selanjutnya

3. Transportasi (transportation)

45

Kriteria transportasi adalah:

i. Memindahkan barang dalam proses dari satu tempat ke tempat yang lain

dalam satu proses, bahkan jika hanya dalam jarak dekat.

ii. Menciptakan angkutan yang tidak efisien.

iii. Pemindahan yang repetitif dan menempuh jarak jauh.

4. Proses yang berlebih (processing)

Kriteria proses berlebih adalah:

i. Melakukan langkah yang tidak diperlukan untuk memproses komponen.

ii. Melaksanakan pemrosesan yang tidak efisien karena alat dan rancangan

produk yang buruk, menyebabkan gerakan yang tidak perlu sehingga

memproduksi barang cacat.

5. Persediaan berlebih (inventory)

Salah satu kriteria persediaan berlebih adalah persediaan yang dapat

meningkatkan resiko barang kadaluarsa, barang rusak. Menurut Toyota

persediaan adalah pemborosan. Bahan baku, barang dalam proses atau barang

jadi yang berlebih menyebabkan lead time yang panjang, peningkatan biaya

pengangkutan dan penyimpanan, serta keterlambatan. Persediaan berlebih juga

menyembunyikan masalah seperti ketidakseimbangan produksi, keterlambatan

pengiriman dari pemasok, produk cacat, mesin rusak, dan waktu set up yang

panjang.

6. Gerakan yang tidak perlu (motion)

Kriteria gerakan yang tidak perlu adalah:

i. Gerakan tersebut tidak memberikan nilai tambah bagi produk seperti mencari,

memilih atau menumpuk komponen, alat dan lain sebagainya.

ii. Berjalan juga merupakan pemborosan.

7. Produk cacat (product defect)

Memproduksi komponen cacat atau yang memerlukan perbaikan. Perbaikan atau

pengerjaan ulang, scrap, memproduksi barang pengganti, dan inspeksi berarti

tambahan penanganan, waktu, dan upaya yang sia-sia.

i. Kreativitas karyawan yang tidak dimanfaatkan

Kehilangan waktu, gagasan, keterampilan, peningkatan, dan kesempatan belajar

karena tidak melibatkan atau mendengarkan karyawan

4.4.5. Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data metode yang dilakukan adalah dengan observasi

dan wawancara langsung dengan pihak terkait dalam hal ini seperti operator,

46

supervisor, staff dan para admin yang terlibat secara langsung maupun tidak

langsunng dengan aktivitas produksi. Beberapa alat-alat yang menunjang

kegiatan obeservasi ini meliputi lembar data pengamatan, bolpoin, dan dan

handphone (stopwatch). Berikut ini merupakan data-data yang diperoleh dari

hasil observasi pada lantai produksi PT. Baujeng Plywood Bernas yang meliputi

jenis aktivitas, jumlah operator, alat yang digunakan pada tiap aktivitas, jarak

perpindahan antar tiap workstation, dan waktu proses untuk tiap aktivitas yang

terjadi. Berikut ini adalah data-data yang diperoleh:

47

48

Process Activity Mapping Produksi Plywood PT. Baujeng Plywood Bernas

No Aktivitas Jumlah

Operat

or

Alat Jarak

(Meter)

Waktu (Menit)

1 Pemindahan core dari pembahanan ke proses GLUE 3 Forklift, trolley 53.1 0.63

2 1 pallet Core A menunggu untuk di lakukan 6proses GLUE - - - 15

3 Pemindahan face/back hasil settigan ke proses GLUE 1 Forklift, trolley 76 2.08

4 1 pallet face/back menunggu untuk proses GLUE - - - 15

5 Proses GLUE 3 Mesin glue - 14.31

6 Hasil proses GLUE ditransfer ke proses cold press 2 Trolley 2.3 0.1

7 Proses Cold Press 1 Mesin cold press - 30

8 Hasil cold press ditransfer ke proses operasi 2 Trolley 19.34 1.02

9 1 pallet hasil cold press menunggu untuk proses operasi - - - 70

10 Proses operasi 2 Cutter, gumped

tape

- 67.3

11 Hasil proses operasi ditranfer ke proses sander kalibrasi 2 Trolley 17.7 0.75

12 1 pallet menunggu untuk di lakukan proses sander kalibrasi - - - 12.5

13 Proses sander kalibrasi 2 Mesin sander - 11.25

14 Hasil dari proses sander kalibrasi d transfer ke proses GLUE 2 Trolley 35.4 1.02

15 Proses GLUE 3 Mesin GLUE - 14.31

16 Hasil proses GLUE di transfer ke proses cold press 2 Trolley 2.3 0.1

17 Proses Cold press 1 Mesin cold press - 30

49

Tabel

4.1.

Proces

s

Activit

y

Mappi

ng

Produ

ksi

Plywo

od PT.

Baujen

g

Plywo

od

Bernas

18 Hasil dari cold press di transfer ke proses hot press 2 Trolley 2.4 0.1

19 1 pallet menunggu untuk di lakukan proses hot press - - - 60

20 Proses HOT press 2 - - 56.1

21 Hasil dari proses HOT press di transfer ke proses pendempulan 2 Trolley, forklift 17.7 0.6

22 1 pallet menunggu untuk dilakukan proses pendempulan - - - 110

23 Proses pendempulan 2 Dempul, - 106.31

24 Hasil dari proses pendempulan ditransfer ke proses sizer 1 Forklift 4.8 0.4

25 Proses sizer 1 Mesin double saw - 8

26 Hasil dari proses sizer di transfer ke proses sanding 2 Trolley 5.9 0.38

27 1 pallet menunggu untuk dilakukan proses sanding - - - 0.5

28 Proses sanding 2 Mesin sanding - 8.57

29 Hasil dari proses sanding di transfer ke proses selecting 1 Forklift 9.3 0.75

30 1 pallet plywood menunggu untuk dilakukan proses selecting - - - 112.8

31 Proses selecting 2 - - 109.93

32 Hasil proses selecting di transfer ke gudang 1 Forklift 18.3 0.47

33 Plywood di gudang menunggu untuk proses packaging - - - 112.8

34 1 pallet plywood ditransfer ke packaging 1 Forklift 35.4 1.08

35 Proses packaging 2 Gunting, tali - 5.31

36 Hasil dari proses packaging di transfer ke gudang 1 Forklift 6.8 0.3

37 Penyimpanan plywood jadi - - - 4320

50

4.4.6. Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data selesai, maka dilakukan pengolahan data dan

analisis pada data yang diperoleh. Langkah-langkah pengolahan data adalah

pembuatan current state map, melakukan pengelompokan VA dan NVA. Berikut

ini adalah penggamaran VSM dan pengelompokan VA dan NVA:

a. Pembuatan Current State Map

Current state value stream map digunakan sebagai langkah awal untuk

mengidentifikasi pemborosan (waste) pada proses produksi (Hines & Taylor,

2000) Berikut adalah hasil dari pembuatan value stream map untuk produk

plywood:

51

52

Gambar 4.2. Value Stream Mapping Produksi Plywood PT. Baujeng Plywood Bernas

53

b. Pengelompokana VA (Value Added Activities) dan NVA (Non Value Added

Activities)

Pengelompokan aktivitas pada value stream mapping dilakukan setelah

penggambaran current state map selesai dilakukan. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui aktivitas yang termasuk dalam value added activities (VA) dan non-

value added activities (NVA). Peta ini berguna untuk mengetahui presentase

aktivitas value added (VA) dan non-value added (NVA), baik yang bisa dikurangi

maupun yang tidak.

Berikut ini adalah pengelompokan VA dan NVA:

Tabel 4.2 Pengelompokan VA dan NVA

Pengelompokan VA dan NVA

No Aktivitas Keterangan

1 Pemindahan core dari pembahanan ke proses GLUE NVA

2 1 pallet Core A menunggu untuk di lakukan proses

GLUE

NVA

3 Pemindahan face/back hasil settigan ke proses GLUE NVA

4 1 pallet face/back menunggu untuk proses GLUE NVA

5 Proses GLUE VA

6 Hasil proses GLUE ditransfer ke proses Cold press NVA

7 Proses Cold press VA

8 Hasil Cold press ditransfer ke proses operasi NVA

9 1 pallet hasil Cold press menunggu untuk proses

operasi

NVA

10 Proses operasi VA

11 Hasil proses operasi ditranfer ke proses sander

kalibrasi

NVA

12 1 pallet menunggu untuk di lakukan proses sander

kalibrasi

NVA

13 Proses sander kalibrasi VA

14 Hasil dari proses sander kalibrasi d transfer ke proses

GLUE

NVA

15 Proses GLUE VA

16 Hasil proses GLUE di transfer ke proses Cold press NVA

17 Proses Cold press VA

18 Hasil dari Cold press di transfer ke proses hot press NVA

19 1 pallet menunggu untuk di lakukan proses hot press NVA

20 Proses Hot press NVA

54

21 Hasil dari proses Hot press di transfer ke proses

pendempulan

NVA

22 1 pallet menunggu untuk dilakukan proses

pendempulan

NVA

23 Proses pendempulan VA

24 Hasil dari proses pendempulan ditransfer ke proses

sizer

NVA

25 Proses sizer VA

26 Hasil dari proses sizer di transfer ke proses sanding NVA

27 1 pallet menunggu untuk dilakukan proses sanding NVA

28 Proses sanding VA

29 Hasil dari proses sanding di transfer ke proses

selecting

NVA

30 1 pallet plywood menunggu untuk dilakukan proses

selecting

NVA

31 Proses selecting VA

32 Hasil proses selecting di transfer ke proses

packaging

NVA

33 Plywood di gudang menuggu untuk proses

packaging

NVA

34 1 pallet plywood ditransfer ke packaging NVA

35 Proses packaging VA

36 Hasil dari proses packaging di transfer ke gudang NVA

37 Penyimpanan plywood jadi NVA

Gambar 4.3. Perbandingan Value Added Activities dan Non Value

Added Activities

Dari tabel di atas diketahui jika presentasi value added time sebesar 30 % dari

total 37 aktivitas yang ada sedangkan non value added activities sebesar 70 %

70%

30%

Perbandingan Value Added Activities dan

Non Value Added Activities

NVA VA

55

dari total keseluruhan aktivitas yang ada. Hal ini menunjukkan jika angka

presentase NVA lebih besar dibandingkan dengan nilai presentase yang dimiliki

oleh aktivitas VA.

c. Identifikasi Waste dan Akar Penyebabnya

Indentifikasi yang dilakukan di dasari pada beberapa hal seperti NVA/VA proses

produksi dan 7 waste sehingga akan ditemukan wastenya. Setelah waste

ditemukan, langkah selanjutnya ialah menganalisis penyebab dari terjadinya

waste. Berikut ini adalah identifikasi terhadap waste yang mungkin terjadi dalam

aktivitas produksi yang ada pada divisi produksi PT. Baujeng Plywood Bernas:

Keterangan: OP : Overproduction

W : Waiting

T : Transportation

P : Overprocessing

I : Inventory

M : Motion

D : Defect

Tabel 4.3 Identifikasi Waste Produksi Plywood PT. Baujeng Plywood Bernas

Identifikasi Waste Produksi Plywood PT. Baujeng Plywood Bernas

No Aktivitas OP W T P I M D

1 Pemindahan core dari pembahanan ke

proses GLUE

- - - - - - -

2 1 pallet Core A menunggu untuk di lakukan

pproses GLUE

- V - - - - -

3 Pemindahan face/back hasil settingan ke

proses GLUE

- - V - - - -

4 1 pallet face/back menunggu untuk proses

GLUE

- V - - - - -

5 Proses GLUE - - - - - - V

6 Hasil proses GLUE ditransfer ke proses cold

press

- V - - - - -

7 Proses Cold Press - V - - - - V

8 Hasil cold press ditransfer ke proses operasi - - - - - - -

9 1 pallet hasil cold press menunggu untuk

proses operasi

- V - - - - -

10 Proses operasi - - - - - - -

11 Hasil proses operasi ditranfer ke proses

sander kalibrasi

- - - - - - -

56

12 1 pallet menunggu untuk di lakukan proses

sander kalibrasi

- V - - - - -

13 Proses sander kalibrasi - - - - - - -

14 Hasil dari proses sander kalibrasi d transfer

ke proses GLUE

- - - - - - -

15 Proses GLUE - V - - - - V

16 Hasil proses GLUE di transfer ke proses cold

press

- V - - - - -

17 Proses Cold press - V - - - - V

18 Hasil dari cold press di transfer ke proses

hot press

- - - - - - -

19 1 pallet menunggu untuk di lakukan proses

hot press

- V - - - - -

20 Proses HOT press - V - - - - V

21 Hasil dari proses HOT press di transfer ke

proses pendempulan

- - - - - - -

22 1 pallet menunggu untuk dilakukan proses

pendempulan

- V - - - - -

23 Proses pendempulan - V - - - - -

24 Hasil dari proses pendempulan ditransfer ke

proses sizer

- V - - - - -

25 Proses sizer - V - - - - -

26 Hasil dari proses sizer di transfer ke proses

sanding

- - - - - - -

27 1 pallet menunggu untuk dilakukan proses

sanding

- V - - - - -

28 Proses sanding - V - - - - -

29 Hasil dari proses sanding di transfer ke

proses selecting

- - - - - - -

30 1 pallet plywood menunggu untuk

dilakukan proses selecting

- V - - - - -

31 Proses selecting - - - - - - -

32 Hasil dari proses selecting di transfer ke

gudang

- - - - - - -

33 Plywood di gudang menuggu untuk proses

packaging

- V - - V - -

34 1 pallet plywood ditransfer ke packaging - - - - - - -

35 Proses packaging - - - - - - -

36 Hasil dari proses packaging di transfer ke

gudang

- - - - - - -

37 Penyimpanan plywood jadi - - - - V V

TOTAL 0 19 0 0 2 6

57

Berdasarkan identifikasi waste dengan menggunakan 7 waste di atas, ditemukan

beberapa jenis waste yang terjadi selama proses produksi plywood ketebalan 2.7

mm pada lantai produksi divisi produksi plywood PT. Baujeng Plywood Bernas.

Adapun jenis waste yang terjadi seperti waiting, transportation, inventory, dan

defect. Setiap jenis waste yang terjadi memiliki presentase yang berbeda. Berikut

ini adalah besaran presentase dari waste yang terjadi diurutkan dari yang

terbesar hingga yang terkecil: waiting (70%), defect (22%), inventory (8%),

sementara overproduction, transportation dan motion serta overprocessing

masing-masing memiliki presentase (0%),

4.4.7. Analisis Data

a. Analisis Waste

Dari identifikasi yang telah dilakukan ditemukan beberapa jenis pemborosan

yang terjadi selama proses produksi plywood ketebalan 2.7 mm yakni

pemborosan jenis waiting, defect, dan inventory.

1. Waiting

Waste jenis waiting ditemukan hampir pada setiap aktivitas yang terjadi pada

proses produksi plywood ketebalan 2.7 mm di lantai produksi divisi produksi

plywood PT. Baujeng Plywood Bernas. Pemborosan jenis ini terjadi ketika

material atau barang setengah jadi akan masuk ke proses berikutnya. Material

atau produk setengah jadi dari stasiun sebelumnya harus menunggu untuk

dilakukan proses karena produktivitas antar tiap stasiun kerja berbeda-beda.

Selain itu pemborosan jenis waiting terjadi ketika operator menunggu saat

material atau produk WIP diproses. Jenis waiting ini terjadi pada aktivitas cold

press, hot press, sizer dan sanding. Pada aktivitas ini operator menunggu karena

dalam aktivitas ini membutuhkan waktu pemrosesan yang lebih lama dari

aktivitas lainnya sehingga mengharuskan operator untuk menunggu. Jenis

pemborosan ini terjadi dikarenakan mesin cold press dan hot press sering

mengalami trouble sehingga harus dilakukan proses perbaikan. Selama proses

perbaikan ini dilakukan beberapa stasiun kerja terpaksa harus mengganggur

karena menunggu proses perbaikan selesai dilakukan. Adapun beberapa stasiun

kerja yang terkena dampak dari aktivitas perbaikan ini seperti proses Operasi,

Sander Kalibrasi, Sizer, Sanding dan Selecting. Selain mesin cold press dan hot

press, mesin sizer dan juga sanding sering mengalami trouble yang

menyebabkan aktivitas produksi menjadi terhambat. Adapun stasiun kerja yang

58

terkena dampak dari mesin sizer dan mesin sanding yang trouble adalah aktivitas

selecting terganggu dan operator menganggur.

2. Defect (Produk Cacat)

Dari hasil observasi yang telah dilakukan secara langsung di lapangan,

ditemukan jenis waste defect yang terjadi selama aktivitas produksi berlangsung.

Jenis waste defect ini ditemukan pada cold press dan pada proses glue. Defect

pada proses cold press merupakan akibat dari proses pengeleman pada proses

glue yang tidak sempurna. Ciri-ciri dari defect yang ditemukan adalah permukaan

plywood yang bergelembung dan terjadi overlap. Permukaan yang

bergelembung ini diakibatkan oleh lem tidak tersebar dengan merata pada saat

proses glue berlangsung. Penyebaran lem yang tidak sempurna ini bisa

diakibatkan oleh permukaan spindle mesin glue yang tidak rata lagi. Permukaan

overlap terjadi akiba dari proses cold press yang tidak sempurna. Defect overlap

merupakan jenis defect dimana permukaan dari plywood terkelupas. Kerugian

yang dialami dari jenis waste ini adalah menyebabkan biaya repair bertambah.

Produk yang mengalami defect harus melalui proses repair ulang untuk

memperbaiki kecacatan yang ada. Selain biaya repair bertambah, defect juga

dapat mengurangi kualitas dari produk itu sendiri. Waste jenis defect juga terjadi

akibat dari proses penumpukan produk WIP dan produk finished good yang

terlalu lama di gudang. Sebelum ditranfer ke proses selecting dan juga

packaging, produk plywood work in process harus disimpan di gudang sampai

proses selecting dapat dilakukan. Penyimpanan ini memakan waktu yang cukup

lama. Penyimpan dalam jangka waktu yang lama ini dapat menurunkan kualitas

dari plywood sendiri yang pada akhirnya dapat menyebabkan defect pada

permukaan plywood. Selain itu penyimpanan produk plywood yang disusun

secara menumpuk di gudang dapat mengakibatkan kerusakan pada permukaan

plywood akibat menahan beban plywood diatasnya dalam kurun waktu yang

lama.

3. Inventory

Waste inventory merupakan jenis pemborosan yang terjadi dengan kriteria

adanya persediaan berlebih. Persediaan berlebih juga menyembunyikan

masalah seperti ketidakseimbangan produksi, keterlambatan pengiriman dari

pemasok, produk cacat, mesin rusak, dan waktu set up yang panjang. Hal ini

yang terjadi pada aktivitas penyimpanan produk work in process dan produk

finished good di gudang divisi produksi PT. Baujeng Plywood Bernas. Sebelum

59

material diproses pada work station selecting, plywood hasil proses sizer terlebih

dahulu ditransfer ke gudang penyimpanan. Ini dikarenakan jumlah output yang

dihasilkan oleh proses sizer lebih besar dibanding dengan output yang dihasilkan

oleh operator selecting. Plywood yang disimpan di gudang dalam kurun waktu

yang lama dapat menyebabkan peningkatan resiko barang kadaluarsa, dan

rusak. Begitu pula setelah proses packaging, plywood disimpan di gudang

penyimpanan untuk menunggu proses pengiriman ke konsumen. Proses

pengiriman membutuhkan waktu yang lama karena harus menyelesaikan proses

administrasi terlebih dahulu dalam hal ini transaksi pembayaran.

b. Root Cause Analysis

Langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu melakukan analisis penyebab

timbulnya waste. Untuk mengetahui akar penyebab dari timbulnya waste lebih

rinci, maka dianalisis menggunakan fishbone diagram. Menurut Peter et al.,

(2002), diagram sebab-akibat adalah suatu alat brainstorming yang terstruktur

dan dapat disesuaikan untuk membantu dalam berbagai situasi. Fishbone

diagram adalah alat yang cocok untuk mengidentifikasi, memilah, dan

mengorganisir penyebab suatu masalah. Analisis waste yang lebih terperinci dan

sistematis membantu dalam pengambilan keputusan perbaikan yang akan

dilakukan. Root cause analysis digunakan untuk mengetahui penyebab dari

masing-masing jenis waste yang terjadi. Berikut ini adalah analisis penyebab

timbulnya waste:

1. Waiting Pada Proses Cold Press

Gambar 4.4. Fishbone Diagram Waiting Pada Proses Cold Press

Operator

mengobrol

Waiting

Man

Machine

Mesin cold sering

trouble

Method

Waktu proses yang lama

Jumlah mesin dan

operator tidak

seimbang sehingga

menyebabkan

bottleneck

60

i. Machine

Waste waiting terjadi akibat dari mesin sizer yang sering mengalami trouble.

Akibat dari salah satu mesin mengalami trouble maka akan menghambat

aktivitas produksi pada stasiun kerja berikutnya

ii. Man

Kurangnya konsentrasi operator saat melakukan aktivitas perbaikan dapat

menjadi salah satu pemicu timbulnya waiting. Penyebab dari kurangnya

konsentrasi operator bisa dikarenakan operator banyak mengobrol dengan

sesama operator lain saat melakukan perbaikan sehingga pekerjaan menjadi

lama.

iii. Method

Waktu proses cold press yang lama dapat menjadi penyebab dari adanya waste

waiting dimana operator harus menunggu selama proses cold proses

berlangsung. Penyebab waiting disebabkan oleh kurangnya jumlah mesin dan

operator. Akibat dari kurangnya jumlah mesin dan operator ini maka terjadi

Ketidakseimbangan kapasitas produksi antar stasiun sehingga memicu terjadinya

bottleneck.

2. Waiting Pada Proses Hot Press

Gambar 4.5. Fishbone Diagram Waiting Pada Proses Hot Press

i. Machine

Waste waiting terjadi akibat dari mesin sizer yang sering mengalami trouble.

Akibat dari salah satu mesin mengalami trouble maka akan menghambat

aktivitas produksi pada stasiun kerja berikutnya

ii. Man

Operator

mengobrol

Waiting

Man

Machine

Mesin hot press

sering trouble

Method

Jumlah mesin dan

operator tidak seimbang

sehingga menyebabkan

bottleneck

61

Kurangnya konsentrasi operator saat melakukan aktivitas perbaikan dapat

menjadi salah satu pemicu timbulnya waiting. Penyebab dari kurangnya

konsentrasi operator bisa dikarenakan operator banyak mengobrol dengan

sesama operator lain saat melakukan perbaikan sehingga pekerjaan menjadi

lama.

iii. Method

Penyebab waiting disebabkan oleh kurangnya jumlah mesin dan operator. Akibat

dari kurangnya jumlah mesin dan operator ini maka terjadi Ketidakseimbangan

kapasitas produksi antar stasiun sehingga memicu terjadinya bottleneck

3. Waiting Pada Proses Sizer

Gambar 4.6. Fishbone Diagram Waiting Pada Proses Sizer

i. Machine

Waste waiting terjadi akibat dari mesin sizer yang sering mengalami trouble.

Akibat dari salah satu mesin mengalami trouble maka akan menghambat

aktivitas produksi pada stasiun kerja berikutnya.

ii. Man

Kurangnya konsentrasi operator saat melakukan aktivitas perbaikan dapat

menjadi salah satu pemicu timbulnya waiting. Penyebab dari kurangnya

konsentrasi operator bisa dikarenakan operator banyak mengobrol dengan

sesama operator lain saat melakukan perbaikan sehingga pekerjaan menjadi

lama.

iii. Method

Penyebab waiting disebabkan oleh kurangnya jumlah mesin dan operator. Akibat

dari kurangnya jumlah mesin dan operator ini maka terjadi Ketidakseimbangan

kapasitas produksi antar stasiun sehingga memicu terjadinya bottleneck.

Operator

mengobrol

Waiting

Man

Machine

Mesin hot press

sering trouble

Method

Jumlah mesin dan

operator tidak seimbang

sehingga menyebabkan

bottleneck

62

4. Defect pada stasiun Glue

Gambar 4.7. Fishbone Diagram Defect Pada Stasiun Glue

i. Machine

Penyebab dari waste defect dikarenakan proses pengeleman yang tidak

sempurna dimana lem tidak tersebar dengan merata akibat dari permukaan

spindle mesin glue yang tidak rata lagi.

ii. Man

Dari segi manusia, penyebab waste yang terjadi pada proses glue dapat

dikarenakan kesalahan operator dalam membuat formula lem. Hal ini dapat

terjadi karena operator tidak mengikuti SOP yang ada.

5. Defect pada stasiun Cold Press

Permukaan

plywood

bergelembung

Man

Machine

Mesin sering trouble

Diameter spindle tidak presisi

Kesalahan dalam membuat takaran

formula lem tidak sempurna karna tidak

mengikuti SOP

Overlap

Man

Material Permukaan material plywood

yang tidak rata atau terjadi

overlap

Tidak mengikuti SOP

berkaitan dengan waktu

standard untuk cold press

63

Gambar 4.8. Fishbone Diagram Defect Pada Stasiun Cold Press

i. Material

Penyebab dari waste defect dari segi material dikarenakan pada saat material

akan dipress, permukaan plywood tidak dalam kondisi yang rata atau terjadi

saling tumpang tindih. Hal ini yang menyebabkan defect jenis overlap

(permukaan plywood terkupas)

ii. Man

Kesalahan operator saat mengoperasikan mesin cold press dapat menjadi salah

satu penyebab timbulnya defect. Hal ini bisa terjadi karena operator tidak

mengikuti standar baku yang telah ditetapkan terkait dengan lama waktu untuk

proses cold press.

6. Defect pada stasiun Hot Press

Gambar 4.9. Fishbone Diagram Defect Pada Stasiun Hot Press

i. Material

Penyebab dari waste defect dari segi material dikarenakan pada saat material

akan dipress, permukaan plywood tidak dalam kondisi yang rata atau terjadi

saling tumpang tindih. Hal ini yang menyebabkan defect jenis overlap

(permukaan plywood terkupas)

ii. Man

Kesalahan operator saat mengoperasikan mesin hot press dapat menjadi salah

satu penyebab timbulnya defect. Hal ini bisa terjadi karena operator tidak

Overlap

Man

Material Permukaan material plywood

yang tidak rata atau terjadi

overlap

Tidak mengikuti SOP

berkaitan dengan waktu

standard untuk cold press

64

mengikuti standar baku yang telah ditetapkan terkait dengan lama waktu untuk

proses hot press.

7. Inventory

Gambar 4.10. Fishbone Diagram Inventory

i. Man

Operator yang lamban dalam bekerja dapat menjadi salah satu penyebab

timbulnya masalah inventory. Hal ini terjadi pada aktivitas selecting dimana

akibat dari lambannya pekerja melakukan proses selecting maka output yang

dihasilkan dari proses sebelumnya terpaksa harus disimpan terlebih dahulu di

gudang. Selain lambannya kinerja dari operator, jumlah operator juga dapat

memicu terjadinya masalah inventory karena tidak adanya keseimbangan antara

output dari mesin dengan output dari tenaga manusia dalam hal ini operator.

ii. Method

Lamanya penyelesaian transaksi pembayaran yang dilakukan olh konsumen

menjadi salah satu penyebab dari timbulnya masalah inventory karena barang

yang harusnya dikirim terpaksa disimpan sampai penyelesaian administrasi

selesai dilakukan.

4.4.8. Perbaikan Proses Produksi

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis penyebab timbulnya waste

menggunakan fishbone diagram ýang telah dilakukan dalam proses produksi

plywood ketebalan 2.7 mm, maka diperoleh beberapa rekomendasi perbaikan

Inventory

Method

Man

Operator lamban dalam bekerja

Penyelesaian administrasi

dengan konsumen yang lama

Kurangnya jumlah operator

65

yang dapat dilakukan sehingga diharapkan dapat mengurangi waste yang terjadi.

Berikut adalah usulan perbaikan yang telah dilakukan:

a. Penambahan Jumlah Operator

Penambahan jumlah operator ini bertujuan untuk menyeimbangkan kapasitas

produksi antar tiap stasiun sehingga dapat mengtasi terjadi bottleneck dan

waiting. Selain itu dengan adanya penambahan operator dapat meningkatkan

kapasitas produksi pada divisi plywood departemen produksi PT. Baujeng

Plywood Bernas.

b. Menerapkan Kegiatan Maintenance yang Tepat

Kegiatan maintenance yang tepat diharapkan mampu mengatasi permasalahan

pada mesin yang sering mengalami trouble yang mengakibatkan proses produksi

terganggu dan menimbulkan pemborosan jenis waiting . dengan adanya

penerapan kegiatan maintenance yang tepat maka permasalah seperti mesin

yang sering rusak dan timbulnya pemborosan jenis waste dapat diminimalisir

serta dapat dicegah lebih dini. Aktivitas maintenanca terbagi dalam 2 tahapan

yakni tahapan perawatan mesin secara rutin seperti pembongkaran bagian

dalam mesin yang sering mengalami kerusakan untuk dapat dicek apakah part

mesin masin bagus dan layak untuk terus digunakan. Jika part mesin sudah tidak

layak lagi maka sebaiknya diganti agar mesin dapat terus beroperasi secara

optimal. Tahapan kedua adalah perbaikan pada mesin yang dilakukan secara

berkala yang bertujuan untuk menghindari terjadinya kerusakan mesin yang

diakibatkan oleh kotoran, dan debu. Setiap kegiatan maintenance sebaiknya

dicacat agar memudahkan perusahaan dalam mengetahui data kerusakan part

mesin dan menjadi acuan bagi perusahaan dalam mengawasi kegiatan

maintenance pada mesin. Oleh sebab itu penulis membuatkan desain kartu

perawatan mesin untuk kegiatan maintenance pada PT. Baujeng Plywood

Bernas. Berikut adalah contoh kartu perawatan mesin tersebut:

Tabel 4.4. Laporan Maintenance Mesin

LAPORAN MAINTENANCE

Mesin:

Tanggal :

Nomor Mesin :

Unit Produksi :

No. Komponen Tindakan

66

Nama Operator :

Jam Mulai :

Jam Selesai :

Catatan :

LAPORAN PERBAIKAN

Mesin:

Tanggal :

Nomor Mesin :

Unit Produksi :

No. Komponen Kerusakan/Sebab/Tindakan

Nama Operator :

Jam Mulai :

Jam Selesai :

Catatan :

c. Memberikan Pelatihan Lebih Bagi Operator di Departemen Glue

Pelatihan ini dikhususkan untuk para operator di departemen glue agar mereka

benar-benar mampu bekerja sesuai waktu yang diharapkan dan tidak akan

menyebakan defect pada produk untuk proses di departemen selanjutnya. Selain

diberikan pelatihan, motivasi juga harus terus diberikan agar dapat menanamkan

pemikiran kepada para pekerja betapa pentingnya kualitas plywood bagi

perusahaan. Selain itu dengan pelatihan ini juga diharapkan para operator akan

lebih memahami proses serta prosedur yang tepat dalam proses glue sehingga

kesalahan dapat diminimalisir. Teguran dan peringatan juga perlu untuk

diberikan kepada operator yang terbukti melakukan kesalahan dan kelalaian

dalam pekerjaanya. Dengan adanya pelatihan yang lebih ini diharapkan juga

67

para pekerja bisa menjaga kualitas proses semua komponen plywood dari awal

hingga proses tahap akhir/finishing.

d. Memberikan Pelatihan Lebih Bagi Operator di Departemen Hot Press dan

Cold Press

Pelatihan ini dikhususkan untuk para operator di departemen hot press dan cod

press agar mereka benar-benar mampu bekerja sesuai waktu yang diharapkan

dan tidak akan menyebakan defect pada produk untuk proses di departemen

selanjutnya. Selain diberikan pelatihan, motivasi juga harus terus diberikan agar

dapat menanamkan pemikiran kepada para pekerja betapa pentingnya kualitas

plywood bagi perusahaan. Selain itu dengan pelatihan ini juga diharapkan para

operator akan lebih memahami proses serta prosedur yang tepat dalam proses

hot press dan cold press terkait dengan waktu baku pemrosesan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan sehingga kesalahan dapat diminimalisir. Teguran

dan peringatan juga perlu untuk diberikan kepada operator yang terbukti

melakukan kesalahan dan kelalaian dalam pekerjaanya. Semua jenis defect

harus selalu menjadi perhatian dan evaluasi bagi pihak perusahaan agar dapat

meminimalisir kerusakan atau defect yang terjadi. Dengan adanya pelatihan

yang lebih ini diharapkan juga para pekerja bisa menjaga kualitas proses semua

komponen plywood dari awal hingga proses tahap akhir /finishing.

68

BAB 5

PENUTUP

Demikian laporan Kerja Praktek yang telah disusun berdasarkan kegiatan kerja

praktek di PT Baujeng Plywood Bernas, penyusun mengucapkan banyak

terimakasih kepada Tuhan yang Maha Esa dan kepada semua pihak yang telah

mendukung serta membantu dalam terlaksananya Kerja Praktek ini hingga

penyusunan laporan dapat diselesaikan. Penyusun sadar, laporan ini masih

banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan penyusun,

karena itu diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca

untuk perbaikan laporan agar dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 12 Agustus 2017

Penyusun

xi

DAFTAR PUSTAKA

Anjasmoro, 2015, Minimasi Waste Pada PT. Petrokimia Kayaku Menggunakan

Analisis Lean Manufacturing, Skripsi Program Studi Teknik Industri,

Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Buku-Pedoman-Pelaksanaan-Penulisan-Laporan-KP-Revisi-2016

Hines, Peter and David Taylor. (2000). Going Lean. UK : Proceeding of Lean

Enterprise Research Centre Cardiff Business School. Available from:

URL: http://www.cf.ac.uk/carbs/lom/lerc/centre/publications

Liker, J. K. (2006). The Toyota Way: 14 Prinsip Manajemen Dari Perusahaan

Manufaktur Terhebat Di Dunia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mike, Rother & John Shook. (2003). Learning To See Value Stream Mapping To

Create Value and Eliminate Muda. Lean Enterprise Institute,

Massachusets.

Peter, S. Pande, Robert P. Neuman, & Roland R. Cavanaugh. (2002). The Six

Sigma Way Team Fieldbook: An Implementation Guide for Project

Improvement Team. New Tork: Mc. Graw Hill.

xii

LAMPIRAN