LAPORAN KELOMPOK 5

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara maju dan berkembang, fenomena malpraktik merupakan fenomena yang umum dijumpai. Angka statistik tentang fenomena ini cukup mencengangkan. Sebagai contoh, di Amerika pada tahun 2006-2007 sekitar 25.000 kematian di Negara ini ditengarai berhubungan dengan tindakan malpraktik (Ake, ). Sebuah laporan menyebutkan bahwa 50%-65% dokter yang praktik di Amerika pernah dituntut atas tuduhan tindakan malpraktik kepada pasiennya (Hanafiah, 2007). Faktor lain yang menyebabkan peningkatan kasus malpraktik adalah meningkatnya kesadaran hukum masyarakat saat ini. Selain itu juga diperparah dengan pemanfaatan kasus malpraktik sebagai ladang bisnis. Ada orang-orang yang memiliki kompetensi di bidang hukum memberikan suatu provokasi kepada keluarga klien untuk memperkarakan kasus malpraktik yang dialami oleh klien atau keluarga klien ke dalam ranah hukum untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Malpraktik memiliki dampak positif dan negative. Dampak positifnya yaitu meningkatnya pengawasan dalam bidang pelayanan kesehatan sehingga perbaiikan pelayanan kesehatan merupakan suatu hal yang mutlak

Transcript of LAPORAN KELOMPOK 5

Page 1: LAPORAN KELOMPOK 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara maju dan berkembang, fenomena malpraktik merupakan

fenomena yang umum dijumpai. Angka statistik tentang fenomena ini

cukup mencengangkan. Sebagai contoh, di Amerika pada tahun 2006-

2007 sekitar 25.000 kematian di Negara ini ditengarai berhubungan

dengan tindakan malpraktik (Ake, ). Sebuah laporan menyebutkan bahwa

50%-65% dokter yang praktik di Amerika pernah dituntut atas tuduhan

tindakan malpraktik kepada pasiennya (Hanafiah, 2007).

Faktor lain yang menyebabkan peningkatan kasus malpraktik

adalah meningkatnya kesadaran hukum masyarakat saat ini. Selain itu

juga diperparah dengan pemanfaatan kasus malpraktik sebagai ladang

bisnis. Ada orang-orang yang memiliki kompetensi di bidang hukum

memberikan suatu provokasi kepada keluarga klien untuk memperkarakan

kasus malpraktik yang dialami oleh klien atau keluarga klien ke dalam

ranah hukum untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Malpraktik memiliki dampak positif dan negative. Dampak positifnya

yaitu meningkatnya pengawasan dalam bidang pelayanan kesehatan

sehingga perbaiikan pelayanan kesehatan merupakan suatu hal yang

mutlak perlu. Sedangkan, dampak negatifnya yaitu kerugian maerial bagi

lembaga (institusi)/perorangan terkait dengan jumlah ganti rugi yang

dituntut dari klien. Jumlah ganti rugi biasanya berkisar puluhan hingga

ratusan juta rupiah atau bahkan juga lebih. Dampak negative lainnya

yaitu, pemborosan dalam melakukan pelayanan kesehatan karena

petugas kesehatan takut untuk bertindak atau terlalu berhati-hati sehingga

mengeluarkan biaya dan proses yang sebenarnya tidak perlu karena

indikasi yang timbul belum mengarah ke penyakit yang lebih serius.

Misalya, bila ada klien yang datang dan mengeluhkan mengalami panas

tinggi, petugas kesehatan tidak berani untuk segera mengambil tindakan

Page 2: LAPORAN KELOMPOK 5

sebelum ada hasil laboratorium, cek darah lengkap, cek urin, dsb. Hal

tersebut juga menyebabkan biaya yang harus dikeluarkan harus lebih

banyak.

Oleh karena itu, perawat sebagai tenaga kesehatan yang dalam

menjalankan tugasnya sangat riskan untuk terbelit kasus malpraktik, maka

perawat harus memiliki pengetahuan tentang seluk-beluk malpraktik, etika

dan hukum dalam melaksanakan praktik keperawatan, dan pencegahan

terjadinya tindakan kelalaian dalam melaksanankan pelayanan medis.

B. Batasan Topik

1. Definisi Hukum

2. Definisi Hukum Kesehatan

3. Dasar Hukum Praktik Keperawatan

4. Definisi Perawat Teregistrasi

5. Syarat menjadi Perawat Teregistrasi

6. Proses Menjadi Perawat Teregistrasi

7. Dasar Hukum yang Mengatur Proses menjadi perawat teregistrasi

8. Definisi persetujuan tindakan

9. Urgensi persetujuan tindakan

10.Proses permintaan persetujuan tindakan

11.Tindakan perawat terhadap respon pasien yang menolak

melakukan persetujuan tindakan

12.Tindakan perawat terhadap respon pasien yang menunda

melakukan persetujuan tindakan

13. Indikasi perawat dalam melakukan persetujuan tindakan

14.Definisi rekam medis

15.Tujuan rekam medis

16.Standar rekam medis

17.Hak akses rekam medis

18.Dasar hukum rekam medis

19.Sanksi hukum rekam medis

20.Dokumentasi keperawatan dalam rekam medis

Page 3: LAPORAN KELOMPOK 5

21.Definisi malpraktik

22.Pembuktian malpraktik

23.Pihak yang bertanggung jawab dalam malpraktik

24.Tanggung jawab hukum terhadap malpraktik

25.Malpraktik keperawatan dalam bidang hukum

26.Upaya pencegahan malpraktik

27.Upaya menghadapi tuntutan korban malpraktik

Page 4: LAPORAN KELOMPOK 5

BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Hukum

Hukum merupakan sekumpulan peraturan yang disusun

secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis oleh lembaga

yang berwenang dan berisi perintah maupun larangan yang

tujuannya untuk mengatur tata kehidupan masyarakat serta

sifatnya memaksa.

2. Definisi Hukum Kesehatan

Hukum kesehatan merupakan semua peraturan hukum yang

berhubungan dengan pelayanan kesehatan dimana didalamnya

melibatkan penerima pelayanan kesehatan, proses

penyelengaraan pelayanan kesehatan serta pemberi pelaayanan

kesehatan dengan tujuan mengatur ketertiban serta

perlindungannya dan penerapannya pada hokum perdata, hukum

pidana, hukum administrasi.

3. Dasar Hukum Praktek Keperawatan

Dasar hukum praktek keperawatan merupakan dasar yang

dijadikan landasan atau panduan dalam menjalankan praktek

keperawatan. Ada beberapa dasar hukum praktik keperawatan

meliputi :

a. Undang-ungdang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

bagian ke 9 pasal 32 penyembuhan penyakit dan pemulihan.

b. Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen.

c. Undang-undang nomor 6 tahun 1963 tentang kesehatan.

d. Undang-undang kesehatan nomor 18 tahun 1964 mengatur

tentang wajib kerja para medis.

e. Undang-undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

Page 5: LAPORAN KELOMPOK 5

f. Undang-undang dasar 1945 pasal 5 ayat 1 dan pasal 20 ayat 1

tentang kesehatan.

g. Peraturan MENKES nomor 660/MENKES/SK/IX/1987 yang

dilengkapi surat edaran direktur jenderal pelayanan medik

nomor 105/Yan.Med/RS.Umdik/I/88 tentang penerapan standar

praktik keperawatan bagi perawat kesehatan dirumah sakit.

h. KEMENKES nomor 647/SK/IV/2000/ tentang registrasi praktik

perawat dan direvisi dengan SK KEMENKES

No.1239/MENKES/SK/XII tentang registrasi dan praktik perawat

i. SK MENKES No.262/Per/VII/1979 yang membedakan para

medis menjadi dua golongan yaitu golongan medis keperawatan

(termasuk bidan) dan para medis non keperawatan.

j. SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

No.94/Menpan/1986 tentang jabatan fungsional tenaga

keperawatan dan system kredit poin.

4. Definisi Perawat Teregistrasi

Perawat teregistrasi meruakan perawat yang telah diakui

secara hukum sebagai tenaga medis (keperawatan). Secara umum

perawat teregistrasi adalah semua perawat baik lulusan sarjana

keperawatan maupun program master keperawatan dengan ruang

lingkup praktik sesuai dengan kompetensinya masing – masing

yang telah terdaftar atau tercatat secara resmi (diakui secara

hukum) sebagai tenaga kesehatan untuk menjalankan praktik

profesinya dan telah mendapatkan STR (surat tanda registrasi) dari

institusi terkait.

5. Syarat Menjadi Perawat Teregistrasi

Syarat menjadi perawat teregistrasi merupakan hal-hal yang

harus dipenuhi oleh perawat sehingga perawat dapat dikatakan dan

diakui sebagai perawat teregistrasi. Adapun syarat-syarat menjadi

perawat teregistrasi yaitu :

Page 6: LAPORAN KELOMPOK 5

a. Mempunyai ijazah sebagai bukti lulus ujian program pendidikan

keperawatan dari berbagai jenjang.

b. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah / janji

perawat

c. Mempunyai sertifikat kompetensi yang didapatkan setelah lulus

uji kompetensi.

d. Mendapatkan STR (Surat Tanda Registrasi) dari institusi terkait

e. Mendapatkan SIP (Surat Ijin Perawat) serta nomor register.

f. Membuat pernyataan akan mematuhi atau melaksanakan kode

etik profesi keperawatan

g. Rekomendasi dari organisasi profesi

6. Proses menjadi perawat teregistrasi

Proses menjadi perawat teregistrasi merupakan langkah-

langkah atau prosedur yang harus dilakukan sampai perawat

dikatan menjadi perawat teregistrasi. Secara umum proses

registrasi perawat yaitu :

a. Tenaga kesehatan harus mengajukan permohonan dengan

melampirkan persyaratan :

Fotokopi ijazah pendidikan di bidang kesehatan yang

dilegalisir.

Fotokopi transkrip nilai akademi yang di leglisir.

Fotokopi sertifikat kompetensi yang dilegalisir.

Sertifikat kompetensi tersebut diperoleh setelah lulus uji

kompetensi dan dikeluarkan oleh MTKI. Sertifikat tersebut

berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang melalui

partisipasi dalam kegiatan pendidikan pelatihan yang

memenuhi persyaratan minimal 25 selama 5 tahun. Sertifikat

kompetensi diberikan oleh MTKI kepada peserta didik pada

waktu pengambilan sumpah.

Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin

praktek.

Page 7: LAPORAN KELOMPOK 5

Pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan

etika profesi, dan

Pasfoto terbaru dan berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2

(dua) lembar.

b. STR dikeluarkan oleh MTKI dan berlaku sepanjang berlakunya

setifikat kompetensi.

7. Dasar Hukum yang Mengatur Proses Menjadi Perawat Teregistrasi

Dasar hukum proses menjadi perawat teregistrasi

merupakan sekumpulan peraturan yang menjadi dasar bagaimana

proses sampai perawat dikatakan sebagai perawat teregistrasi. Ada

beberapa dasar hukum yang mengatur proses menjadi perawat

teregistrasi, diantaranya yaitu :

a. Peraturan menteri kesehatan No. 161/MENKES/PER/1/2010

tentang registrasi tenaga kesehatan.

b. Keputusan menteri kesehatan RI No.1239/MENKES/SK/XI/2001

tentang registrasi dan praktek perawat.

c. Kepmenkes No.647/MENKES/IV/2000 tentang registrasi da

praktik perawat.

d. UU RI No 23/1992 pasal 34 ayat 4 bahwa pelaksanaan

pengobatan dan ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan bagi

yang memilki keahlian dan kewenangan

8. Definisi persetujuan tindakan

Persetujuan tindakan merupakan pernyataan setuju yang

dilakukan oleh pasien. Secara umum definisi persetujuan tindakan

yaitu persetujuan yang dilakukan oleh pasien atau keluarga dekat

pasien tentang tindakan yang akan dilakukan kepada pasien

setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap dari pihak dokter

maupun tenaga kesehatan lain yang akan melakukan tindakan dan

dapat dilakukan scara tertulis maupun lisan dan disertai penjelasan

tentang resiko yang mungkin akan terjadi.

Page 8: LAPORAN KELOMPOK 5

9. Urgensi persetujuan tindakan

Pengertian dari urgensi persetujuan tindakan yaitu mengapa

persetujuan tindakan harus dilakukan dan mengapa persetujuan

tersebut boleh untuk tidak dilakukan. Berikut alasan mengapa

ersetujuan tindakan harus dilakukan :

a. Untuk menghargai hak otonomi pasien.

b. Untuk proteksi diri dan mencegah paksaan.

c. Untuk melindungi terhadap kesalahan pemberian kesempatan.

d. Promosi kdari keputusan-keputusan nasional untuk mengurangi

resiko malpraktek.

Sedangkan alasan mengapa persetujuan tindakan boleh

untuk tidak dilakukan yaitu :

a. Dalam keadaan darurat (emergensi) dimana dokter harus

segera bertindak untuk menyelamatkan jiwa pasien.

b. Pasien dalam keadaan emosi yang sangat labil sehingga dia

tidak bisa menghadapi situasi dirinya serta tidak bisa

menentukan tindakan pada dirinya.

10. Proses permintaan persetujuan tindakan

Menurut Guwandi, proses sampai terjadinya persetujuan dan

penandatanganan formulir persetujuan tindakan dapat dibagi

menjadi tiga fase, yaitu :

a. Fase pertama

Dimana seorang pasien datang ke tempat dokter.

Pada saat kedatanganpasien ke tempat dokter ini sudah

dapat disimpulkan bahwa pasien telah memberikan

persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan

b. Fase kedua :

Pada saat ini pasien telah berhadapan dengan dokter

dan dokter melakukan anamnese terhadap pasien dan mulai

Page 9: LAPORAN KELOMPOK 5

mencatat dalam rekam medis pasien. Pada saat ini dapat

dikatakan sudah terjadi hubungan antara dokter dan pasien.

c. Fase ketiga :

Dimana dokter mulai melakukan penafsiran dan

pemeriksaan penunjang lainnya. Dokter kemudian

mengambil keputusan tentang penyakit pasien dan akan

memberikan pengobatan, nasihat dan anjuran termasuk

tindakan medis disertai dengan penjelasan yang cukup.

Bila pasien menyetujui untuk dilakukan tindakan medis,

barulah persetujuan tersebut diberikan, berdasarkan Undang –

Undang Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 45 Ayat 5 menyatakan di

dalam penjelasan bahwa yang disebut tindakan medis yang

beresiko tinggi adalah tindakan bedah atauu tindakan invasif

lainnya.

11. Tindakan perawat terhadap respon pasien yang menolak

melakukan persetujuan.

Perawat sebagai tenaga medis wajib meminta persetujuan

tindakan dari pasien sebelum melakukan tindakan. Namun tidak

semua pasien setuju dengan tindakan yang akan dilakukan,mereka

dapat menunda atau bahkan menolak.Berikut hak-hak pasien

terkait persetujuan tindakan yaiitu :

a. Pasien behak menyetujui atau memberikan izin atas

tindakanyang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan

penyakit yang di deritanya

b. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan

terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan

atas tanggung jawab sendiri setelah memperoleh informasi

yang jelas tentang penyakitnya.

Secara umum tindakan perawat jika pasien menolak

persetujuan tentang tindakan medic, maka perawwat harus

Page 10: LAPORAN KELOMPOK 5

menghormatinya dan tidak boleh memaksakan namun harus

dijelaskan resiko jika menolak persetujuan akan menjadi

tanggung jawab penolak persetujuan. Penolakan pasien untuk

dilakukan tindakan medis yang direncanakan atau sudah

dilakukan oleh dokter meskipun sudah mendapatkan penjelasan

yang cukup, harus memberikan pernyataan secara tertulis.

12. Tindakan perawat jika pasien menunda melakukan persetujuan

tindakan medis.

Perawat sebagai tenaga medis wajib meminta persetujuan

tindakan dari pasien sebelum melakukan tindakan. Namun tidak

semua pasien setuju dengan tindakan yang akan dilakukan,mereka

dapat menunda atau bahkan menolak. Pada saat itu perawat harus

benar-benar paham apa yang harus dia lakukan.Berikut tindakan

yang harus dilakukan perawat jika pasien menunda melakukan

persetujuan tindakan medis :

a. Tetap menghormati kputusan pasien dan memberikan waktu

pasien untuk memikirkan kembali

b. Memberi penjelasan tentang pentingnya dilakukan tindakan

c. Menggali informasi dari pasien mengenai sebab melakukan

penundaan

d. Mengkaji dan mengklarifikasi pemahaman pasien tentang

penjelasan perawat.

e. Menanyakan kepada pasien apakan perjanjian yang dibuat

sebelumnya masih berlaku atau tidak. Jika masih berlaku

tanyakan kepada pasien kapan tindakan tersebut bisa dilakukan

13. Indikasi Tindakan Keperawatan dalam Meminta Persetujuan

Definisi dari indikasi sendiri yaitu kapan perawat harus

meminta persetujuan kepada pasien tentang tindakan yang akan

dilakukan kepadanya. Ada beberapa indikasi tindakan keperawatan

dalam meminta persetujuan, diantaranya yaitu :

Page 11: LAPORAN KELOMPOK 5

a. Bila tindakan medis yang akan dilakukan bersifat komplek atau

menyangkut efek samping memiliki resiko yang tinggi

b. Bila tindakan medis yang akan dilakukan bukan dalam rangka

terapi

c. Bila tindakan medis yang akan dilakukan memiliki dampak

yang bermakna

d. Bila tindakan medis yang akan dilakukan adalah bagian dari

penelitian

14. Definisi Rekam Medis

Rekam Medis merupakan catatan tentang segala sesuatu

yang berhubungan dengan pasien. Secara umum yang dimaksud

dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan

dokumen baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, hasil

anamnesis, pemeriksaan fisik,laboratorium, pengobatan, tindakan

dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien baik yang dirawat

inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat

darurat.

15. Tujuan Rekam Medis

Pembuatan rekam medis tentunya mempunyai tujuan yang

ingin dicapai.Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang

tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan

pelayanan kesehatan. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan

rekam medis yang baik dan benar, maka tertib administrasi tidak

akan berhasil. Selain itu rekam medis dapat dijadikan sebagai

dasar atau bukti tentang evaluasi pelayanan kesehatan dan terapi,

sebagai bukti evaluasi kondisi medis pasien, untuk

mendokumentasikan komunikasi antara dokter dengan tenaga

kesehatan lain maupun antara dokter dengan pasien, sebagai alat

bantu dan bukti hukum bagi pasien, tenaga kesehatan, dan rumah

Page 12: LAPORAN KELOMPOK 5

sakit dan yang terakhir sebagai data untuk penelitian dan juga

pendidikan.

16. Standar Pembuatan Rekam Medis

Standar rekam medis merupakan sekumpulan peraturan

yang mengatur tentang petunjuk tata cara pembuatan rekam

medis. Ada beberapa standar pembuatan rekam medis,

diantaranya yaitu :

a. Isi rekam medis dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

Data Medis atau Data Klinis

Yang termasuk data medis adalah segala sesuatu tentang

riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis,

pengobatan serta hasilnya, laporan dokter dan perawat,

hasil pemeriksaan laboratorium, ronsen dan lain-lain. Data-

data ini bersifat rahasia dan tidak boleh diberitahukan pada

pihak ketiga tanpa ijin dari pasien.

Data non-medis atau Data Sosiologis

Termasuk dalam data ini yaitu hal-hal lain yang tidak

berkaitan langsung dengan data medis, seperti identitas,

data social ekonomi, alamat, status dan lain-lain. Sebagian

orang menilai data ini bersifat rahasia, namun sebagian

lainnya menilai bukan rahasia.

b. Pengisian harus jelas, tidak membingungkan. Rekam medis

harus akurat, adekuat, tepat, faktual dan relevan.

c. Untuk memberikan pelayanan sesuai standar, pengisian

rekam medis harus sesering mungkin

d. Baik dokter maupun perawat harus memiliki rencana perawtan

yang terpisah namun saling melengkapi

e. Setiap tindakan yang dilakukan harus tercatat sejak

kedatangan awal pasien, rekam medis ditulis sesegera

mungkin. Pada saat pasien pulang, dokumentasi harus

menunjukkan bahwa pemulangan pasien telah sesuai medis

Page 13: LAPORAN KELOMPOK 5

dengan mencantumkan rencana tindak lanjut dan

mengajarkan pada pelaku rawat cara pemberian obat setelah

pulang.

f. Data yang dimasukkan dibedakan untuk pasien yang diperiksa

yang di unit rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat.

Pasien Rawat Jalan

a. Identitas pasien

b. Tanggal dan waktu

c. Anamnesis (keluhan, riwayat penyakit)

d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis

e. Diagnosis

f. Rencana penatalaksanaan

g. Pengobatan dan atau tindakan

h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

i. Untuk kasus gigi dilengkapi dengan odontogram

klinik

j. Persetujuan tindakan bila perlu

Pasien Rawat Inap

a. Identitas pasien

b. Tanggal dan waktu

c. Anamnesis (keluhan, riwayat penyakit)

d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis

e. Diagnosis

f. Rencana penatalaksanaan

g. Pengobatan dan atau tindakan

h. Persetujuan tindakan bila perlu

i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan

j. Ringkasan pulang

k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau

tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan

kesehatan

Page 14: LAPORAN KELOMPOK 5

l. Pelayanan lain yang diberikan oleh tenaga

kesehatan tertentu

m. Untuk kasus gigi dilengkapi dengan odontogram

klinik

Pasien Gawat Darurat

a. Identitas pasien

b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan

kesehatan

c. Identitas pengantar pasien

d. Tanggal dan waktu

e. Hasil anamnesis

f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis

g. Diagnosis

h. Pengobatan dan atau tindakan

i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan

pelayanan unit gawat darurat dan rencana tindak

lanjut

j. Nama dan tandaa tangan dokter, dokter gigi atau

tenaga kesehatan tertentu yang memberikan

pelayanan kesehatan

k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien

yang akan dipindahkan ke sarana pelayanan

kesehatan lain

l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga

kesehatana tertentu

g. Apabila terjadi kesalahan dalam melakukan

pencatatan dapat dilakukan pembetulan dengan

cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang

dibetulkan dan dibubuhi paraf yang melakukan

pembetulan

h. Masa simpan rekam medis di rumah sakit adalah 5

tahun (kecuali ringkasan pulang dan perstujuan

Page 15: LAPORAN KELOMPOK 5

tindakan disimpan selama 10 tahun).Untuk selain

rumah sakit masa simpannya yaitu 2 tahun. Setelah

batas waktu, rekam medis dapat dimusnaahkan.

17.Hak Akses Rekam Medis

Hak akses rekam medis berhubungan dengan siapa yang

berhak memiliki maupun siapa yang berhak melihat dan membaca

isi atau berkas dari rekam medis. Adapun yang mempunyai hak

akses rekam medis diantaranya yaitu :

a. Pasien, karena berhak memiliki isi rekam medis

b. Sarana Pelayanan Kesehatan, dengan tujuan untuk

kepentingan kesehatan pasien

c. Aparat Penegak Hukum, untuk dijadikan bukti sebagai

penegakan hukum

d. Permintaan Institusi berdasarkan peraturan perundang-

undangan

e. Hak askes untuk kepentingan pennelitian atau pendidikan (tetap

menjaga privasi atau kerahasiaan pasien)

18. Dasar Hukum Rekam Medis

Dasar hukum rekam medis merupakan seperangkat

peraturan yang mengatur tentang rekam medis, diantaranya yaitu :

a. UU Kesehatan No.23 tahun 1992 Pasal 53 menjelaskan bahwa

setiap tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan

hokum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya,

untuk itu maka setiap tenaga kesehatan dalam melkukan

tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi dan

menghormati hak pasien.

b. Keputusan Menkes No 034/Birhup/1972 tentang perencanaan

dan pemeliharaan rumah sakit

c. Permenkes No 749a/Menkes/Per/XII tahun 1989 tentang rekam

medis atau medical record.

Page 16: LAPORAN KELOMPOK 5

d. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik No 78

tahun 1991 tentang penyelenggaraan rekam medis.

e. PP No. 10 tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia

Kedokteran

f. Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang Persetujuan Tindakan

Medis

g. SE Direktorat Jenderal No:H.K.00.66.1.5.01160 tentang

Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir Rekam Medis Dasar dan

Pemusnahan Arsip Rekam Medis

h. Permenkes Nomor 269 tahun 2008 tentang Hukum Rekam

Medis

i. UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

j. UU RI Nomor : 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik

k. UU RI Nomor : 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

l. UU RI Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan

m. UU RI Tahun 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan

n. Kepmenkes RI Nomor 377/MENKES/SK/III/2007 Tentang

Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

o. Kepmenkes RI Nomor 135/KEP/M.PAN/12/2002 Tenyang

Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya

p. Kepmenkes RI Nomor 134/Menkes/SK/IV/1978 Tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit

q. Keputusan Bersama Menkes dan Kepala Badan Kepegawaian

Negara Nomor 048/MENKES/SKB/I/2003, Nomor 02 Tahun

2003 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Perekam Medis dan Angka Kreditnya

19. Sanksi Hukum terhadap Pelanggaran Rekam Medis

Pelanggaran rekam medis merupakan salah satu kejahatan

hukum, oleh karena itu bagi pelakunya diperlukan adanya sanksi

Page 17: LAPORAN KELOMPOK 5

untuk mencegah terulang kembali, diantara sanksi pelanggaran

medis adalah sebagai berikut :

a. Menurut Permenkes no 749a tahun 1989 tentang rekam medis,

pada pasal 20 disebutkan bahwa pelanggaran terhadap

ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini dapat dikenakan

sanksi administrasi dimulai dari teguran lisan sampai

pencabutan izin.

b. Pasal 79 UU Praktik Kedokteran secara tegas mengatur bahwa

setiap tenaga kesehatan yang dengan sengaja tidak membuat

rekam medis dapat dipidana dengan pidana kurungan paling

lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50.000.000

(lima puluh juta rupiah).

c. Sanksi perdata, Karena tidak melakukan yang seharusnya

dilakukan dalam hubungan tenaga kesehatan-pasien.

d. Sanksi disiplin dan etik dapat berupa peringatan tertulis,

pencabutan ijin atau wajib mengikuti pelatihan atau pendidikan

di Institusi Pendidikan Kedokteran.

20. Dokumentasi Keperawatan dalam Rekam Medis

Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari dalam

rekam medis dan di dalamnya harus mencakup :

a. Lembar persetujuan yang ditandatangani tentang tindakan yang

akan dilakukan

b. Catatan khusus tentang hal-hal khusus. Contoh : Alergi, hasil

pemeriksaan laboratorium, rontgen,

c. Catatan tentang cairan intravena sebelum melakukan operasi

d. Lokasi grounding dari alat elektrosurgical

e. Tipe prep dan kondisi kulit

f. Catatan tentang pembuangan sisa jaringan atau implant

g. Identifikasi semua peralatan

h. Perhitungan alat, jarum dan spon

Page 18: LAPORAN KELOMPOK 5

Dokumentasi keperawatan dalam rekam medis memiliki

aspek hukum yang dapat melindungi pasien maupun perawat.

Kurangnya pengetahuan dalam menerapkan catatan dukomentasi

asuhan keperawatan maka akan dapat mengakibatkan rendahnya

mutu kelengkapan rekam medis begitu juga sebaliknya. Jadi

dokumentasi keperawatan sangat diperlukan demi meningkatkan

kualitas medis.

21. Definisi Malpraktik

Merupakan suatu tindakan yang salah atau tidak sesuai

dengan standar profesi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

dalam memberikan perawatan atau pelayanan kesehatan kepada

pasien, baik dengan sengaja ataupun karena kelalaian, yang

mengakibatkan kerugian pada pasien.

22. Pembuktian Malpraktik

Dalam menghadapi adanya dugaan malpraktek,maka kasus

malpraktek perlu adanya pembuktian. Pembuktian tersebut

dilakukan agar dapat menentukan apakah dugaan tersebut masuk

kategori malpraktek atau tidak. Dalam kasus atau gugatan adanya

civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara

yakni :

a. Cara langsung

Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok

ukur adanya 4 D yakni :

1. Duty (kewajiban)

Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan

pasien, tenaga perawatan haruslah bertindak berdasarkan :

Adanya indikasi medis

Bertindak secara hati-hati dan teliti

Bekerja sesuai standar profesi

Sudah ada informed consent.

Page 19: LAPORAN KELOMPOK 5

2. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)

Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan

keperawatan menyimpang dari apa yang seharusnya atau

tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut

standard profesinya, maka tenaga perawatan tersebut dapat

dipersalahkan.

3. Direct Causation (penyebab langsung)

4. Damage (kerugian)

Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada

hubungan kausal (langsung) antara penyebab (causal) dan

kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada

peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah

dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat

sebagai dasar menyalahkan tenaga perawatan.

Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka

pembuktiannya adanya kesalahan dibebankan/harus

diberikan oleh si penggugat (pasien).

b. Cara tidak langsung

Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang

mudah bagi pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang

diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa

loquitur).

Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang

ada memenuhi kriteria:

Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan

tidak lalai

Page 20: LAPORAN KELOMPOK 5

Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab

tenaga perawatan

Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien

23.Pihak yang Bertanggung Jawab

Dalam kasus malpraktek pasti ada pihak yang dituntut untuk

mempertanggung jawabkannya. Secara umum, yang harus

bertanggung jawab dalam kasus malpraktik adalah :

a. Pelaku Malpraktik, diantaranya dokter, perawat, bidan, dan

tenaga kesehatan lain

b. Pimpinan Institusi (pimpinan Rumah Sakit)

c. Atasan dari pelaku Malpraktik

24. Tanggung Jawab Hukum terhadap Malpraktik

Hukum bertanggung jawab penuh atas terjadinya malpraktek

yang melanggar hukum. Secara umum tanggung jawab hukum

yaitu melindungi korban malpraktek, membuktikan sejauh mana

tenaga yang dilakukan tenaga medis sampai dituduh melakukan

malpraktek, dan memberikan sanksi kepada pelaku malpraktek

apabila terbukti bersalah.

25. Malpraktik Keperawatan dilihat dari Segi Hukum

Malpraktek keperawatan dapat dilihat dari berbagai segi.

Malpraktik keperawatan jika dilihat dari segi hukum ada tiga jenis,

yaitu :

a. Malpraktik Kriminal, dimana perbuatan tersebut merupakan

perbuatan tercela, baik karena kesegajaan, kecerobohan,

maupun kealpaan. Malpraktik ini dipertanggungjawabkan secara

individu/personal.

Page 21: LAPORAN KELOMPOK 5

b. Malpraktik Perdata, tindakan malpraktik berhubungan dengan

tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana telah ditentukan

dan disepakati. Malpraktik ini dipertanggungjawabkan baik

secara individu, korporasi, maupum dilimpahkan kepada pihak

lain.

c. Malpraktik Administratif, tindakan malpraktik akibat tidak

melaksanakan atau melanggar hokum administrasi.

26. Upaya pencegahan Malpraktik

Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk

menggugat tenaga medis karena adanya malpraktek diharapkan

tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati

Dunia kedokteran berbahaya bukan hanya karena banyaknya

orang yang cenderung lalai, tetapi karena tidak melakukan apa-apa

untuk mencegahnya.. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk

mencegah atau mengantisipasi terjadinya malpraktek yaitu :

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan

upayanya, karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning

verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat

verbintenis).

b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed

consent.

c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.

d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau

dokter.Jangan menebak diagnosa penyakit maupun obatnya

e. Menghormati hak-hak pasien dan juga memperlakukan pasien

secara manusiawi dengan memperhatikan segala

kebutuhannya.

f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan

masyarakat sekitarnya.

g. Diperlukan pendidikan yang berkelanjutan

Page 22: LAPORAN KELOMPOK 5

h. Mengidentifikasi pasien sebelum memberikan obat dan

setelahnya

i. Melibatkan pasien atau keluarganya dalam tahapan terapi,

diagnosis maupun prognosis

j. Merawat pasien dengan perhatian, menghibur dan sensitif

k. Membuat rencana tindakan secara rapi

27. Upaya menghadapi Tuntutan Pasien

Dalam kasus malpraktek sering kali terjadi tuntutan dari

pihak korban kepada tenaga kesehatan yang bersangkutan.

Usahakan untuk menghadapi tuntutan pasien secara kekeluargaan.

Jelaskan secara lisan kejadian serta tunjukkan rekam medis bila

perlu. Dalam penjelasan tersebut, jangan serta merta mengakui

kesalahan.

Namun, apabila pasien tetap kukuh untuk membawa kasus

malpraktik ke meja pengadilan, beberapa hal berikut dapat

diupayakan dilaksanakan :

a. Informal defence, dengan mengajukan bukti atau menyangkal

bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak

menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada.

b. Formal/Legal defence, melakukan pembelaan dengan

mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hokum yakni

dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsure-

unsur pertanggungjawaban atau untuk membebaskan diri

dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan pengaruh

daya paksa.

Page 23: LAPORAN KELOMPOK 5

BAB III

RINGKASAN

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional

sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan di masyarakat,

untuk itu diperlukan suatu dasar hukum yang mengaturnya baik

dasar hukum kesehatan maupun dasar hukum praktek

keperawatan. Dalam dasar hukum tersebut dijelaskan diantaranya

mengenai registrasi perawat, persetujuan tindakan, rekam medis

dan juga tentang malpraktek.

Seorang perawat dapat menjalankan praktek keperawatan

apabila dia telah tercatat secara resmi sebagai tenaga kesehatan

dan juga telah diakui secara hukum atau dapat dikatakan telah

menjadi perawat teregistrasi. Untuk menjadi perawat teregistrasi

perawat harus memenuhi syarat sampai akhirnya mendapatkan

STR (Surat Tanda Registrasi).

Dalam menjalankan praktek keperawatan, perawat harus

tahu betul tentang kewajiban yang harus dilakukannya, misalnya

dalam hal meminta persetujuan tindakan dan juga pencatatan

dokumentasi asuhan keperaawatan dalam rekam medis.

Persetujuan tindakan tersebut dilakukan karena untuk menghormati

hak otonomi pasien dan juga menghindari tejadinya

malpraktek.Oleh karena itu perawat harus tahu bagaimana proses

meminta persetujuan tindakan kepada pasien dan juga

menghadapi responnya (baik menunda atau menolak).

Sedangkan mendokumentasikan asuhan keperawatan

dalam rekam medis wajib dilakukan oleh perawat karena nantinya

rekam medis dapat dijadikan sebagai bukti apabila terjadi dugaan

kasus malpraktek. Namun perawat juga harus memahami standar

pembuatannya dan juga sanksi hukum apabila rekam medis tidak

dibuat atau perawat tidak menjaga privasi data dari pasien.

Page 24: LAPORAN KELOMPOK 5

Pembuatan rekam medis dapat menjadi tolak ukur tinggi dan

rendahnya kualitas pelayanan kesehatan. Alasan perawat

diharuskan memahami tentang kewajiban dan haknya yaitu untuk

menghindari terjadinya malpraktek. Karena jika seorang tenaga

kesehatan terbukti melakukan malpraktek maka akan dimintai

pertanggung jawaban. Oleh karena itu diperlukan kesiapan tenaga

kesehatan untuk menghadapi tuntutan malpraktek dan juga

diperlukan upaya untuk pencegahannya.

Page 25: LAPORAN KELOMPOK 5

REFERENSI PUSTAKA

Ahira, Anne. 2012. Definisi Hukum Menurut Para Pakar.

http://www.anneahira.com/definisi-hukum-.htm. Diakses pada

tanggal 24 Mei 2012. Pukul 18.25 WIB

Ake,Julianus. 2002. Malpraktek dalam Keperawatan. Jakarta:EGC

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC

Gondodiputro, Sharon. 2007. Rekam Medis dan Sistem Informasi

Kesehatan. Bandung: Universitas Padjajaran.

Jabir,Muhammad. 2009. Menghindari dan Menghadapi Tuntutan Pasien.

kesehatan.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 24 Mei 2012.

Pukul 20.40 WIB

Jayanti,Nusye KI. 2009. Penyelesaian Hukum dalam Praktek Kedokteran.

Yogyakarta : Pustaka Yustisia

Kasimin. 2009. Malpraktik Tenaga Perawatan.

els.fkumy.ac.id/file.php/1/moddata/forum/171/23650/HUKES.pdf.

Diakses pada tanggal 26 Mei 2012. Pukul 17.50 WIB

Kusnanto. 2004. Profesi dan Praktek Keperawatan Profesional.

Jakarta:EGC

Kusuma Wardhani, Ratih. 2009. Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan

Medis. Semarang : Universitas Diponegoro

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. H.K.02.02/Menkes/148/2010

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 161/Menkes/Per/2010 tentang

Registrasi Tenaga Kesehatan

PPNI. 2005. Standar Kompetensi Perawat Indonesia. http://www.inna-

ppni.or.id. Diakses pada tanggal 25 Mei 2012. Pukul 21.15 WIB

Page 26: LAPORAN KELOMPOK 5

PPNI. 2011. Registered Nurse?. www.inna-ppni.or.id. Diakses pada

tanggal 24 Mei 2012. Pukul 20.10 WIB

Pusparatri, Risky Aprilia. 2012. Persetujuan Tindakan Medik (Informed

Concent). http://dentaluniverseindonesia.com/index.php/article/62-

persetujuan-tindakan-medik. Diakses pada tanggal 27 Mei 2012.

Pukul 16.19 WIB

Qauliyah, Asta. 2007. Rekam Medis, Definisi dan Kegunaannya.

http://astaqauliyah.com/2007/10/rekam-medis-definisi-dan-

kegunaannya/ Diakses pada tanggal 27 Mei 2012. Pukul 16.40 WIB

Rahmawat,Yanuar Lely Puji. 2009. Pola Penyelesaian Kasus Malpraktek.

www.library.um.ac.id. Diakses pada tanggal 24 Mei 2012. Pukul

20.30 WIB

Sampurno,Slamet.2008. Hukum Kesehatan. www.ilunifk83.com/t315-

hukum-kesehatan. Diakses pada tanggal 24 Mei 2012. Pukul 20.00

WIB

Sanjoyo, Raden. 2010. Aspek Hukum Rekam Medis.

http:www.yoyoke.web.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal 26 Mei

2012. Pukul 09.15 WIB

Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Page 27: LAPORAN KELOMPOK 5

LAPORAN KELOMPOK 5

STUDENT LEARNING OBJECTIVE (SLO)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Legal Ethic of Nursing (LEN)

Disusun oleh :

Ratih Kumalasari 115070201111034

Nadifatus Susana 115070213111002

Achmad Mansyur A 115070205111002

Siti Roslinda Rohman 115070206111002

Aliful Nisa Noviga 115070207111002

Amin Ayu Badriyah 115070207111004

Rita Novita Sari 115070207111006

Faizatul Mudawwamah 115070207111008

M F Fitri 115070207111010

Dicky Syahrulloh Bakhri 115070207111012

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA2012