laporan kejang demam

26
BAB I STATUS PASIEN IDENTITAS PASIEN Nama : An. L Usia : 6 Bulan Jenis Kelamin : Laki - laki Nama Orangtua : Tn. F Alamat : Nagrak MRS : 08 November 2013 No. RM : 718678 ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS) Keluhan Utama : kejang ±12 jam SMRS Keluhan Tambahan : demam, batuk, pilek, sesek Riw. Peny. Sekarang : Os datang ke RSUD Cianjur diantar oleh orangtuanya dengan keluhan kejang sejak ±12 jam SMRS (tanggal 7 november 2015), kejang dirasakan sebanyak 11 kali dengan durasi ±2-5 menit setiap kejang. Kejang dirasakan pada seluruh tubuh, mula-mula kaki dan tangan kaku kemudian klojotan disertai bibir pucat dan mata mendelik ke atas. Setelah kejang pasien langsung sadar dan menangis. Keluhan kejang ini di dahului oleh Universitas Muhammadiyah Jakarta | 1

description

ini merupakan laporan kasus saya,

Transcript of laporan kejang demam

Page 1: laporan kejang demam

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. L

Usia : 6 Bulan

Jenis Kelamin : Laki - laki

Nama Orangtua : Tn. F

Alamat : Nagrak

MRS : 08 November 2013

No. RM : 718678

ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)

Keluhan Utama : kejang ±12 jam SMRS

Keluhan Tambahan : demam, batuk, pilek, sesek

Riw. Peny. Sekarang : Os datang ke RSUD Cianjur diantar oleh orangtuanya dengan keluhan kejang sejak ±12 jam SMRS (tanggal 7 november 2015), kejang dirasakan sebanyak 11 kali dengan durasi ±2-5 menit setiap kejang. Kejang dirasakan pada seluruh tubuh, mula-mula kaki dan tangan kaku kemudian klojotan disertai bibir pucat dan mata mendelik ke atas. Setelah kejang pasien langsung sadar dan menangis. Keluhan kejang ini di dahului oleh demam, demam dirasakan sejak 1 minggu SMRS dan disertai batuk pilek. Demam dirasakan sepanjang hari, dan mereda saat diberikan obat penurun panas. Batuk dan pilek juga dirasakan sejak 1 minggu SMRS, menurut ibu batuk yang pasien rasakan adalah batuk berdahak namun tidak dapat dikelurkan dan nafas menjadi lebih cepat sejak ±1 hari SMRS. BAB dan BAK lancar, BAK berwarna jernih adanya kemerahan disangkal.

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 1

Page 2: laporan kejang demam

Riwayat Pengobatan : Pasien sudah berobat untuk mengatasi keluhan batuk pilek dan demamnya ke bidan, keluhan batuk pilek dirasakan sedikit lebih baik. Sedangkan untuk keluhan kejangnya pasien belum dibawa berobat sebelumnya.

Riw. Peny. Dahulu : Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini, riwayat kejang demam (-), campak(-), TB paru (-).

Riw. Peny. Keluarga : Ayah dan Ibu pasien tidak mempunyai riwayat kejang demam. Asma (-) namun kaka pasien pernah mengalami kejang demam pada usia 6 bulan.

Riw. Kelahiran : Pasien lahir secara spontan di tolong bidan, lahir cukup bulan, tidak ada cacat kongenital, dan langsung menangis. BBL = 3100 gr, PB = 49 cm

Riw. Kehamilan : Ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya di bidan dan mengaku tidak pernah sakit. Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan selama masa kehamilan, dan tidak ada penyulit selama kehamilan.

Riw. Imunisasi : BCG 1x, Hepatitis B 3x, Polio 3x, DPT 3x, Campak belum diberikan

Kesan : imunisasi dasar belum lengkap sesuai usia.

Riw. Pekembangan : Riwayat tumbuh kembang baik. Pada Saat usianya

di 6 bulan pasien bisa belajar berdiri dengan bantuan

dan kedua kaki menyangga sebagian berat badannya

sebagai motoric kasar. Memungut benda sebesar

kacang, memasukkan bisuit kemulut sebagai

motorik halus dan kemandirian. Untuk personal

social/komunikasi pada paien ini adalah pasien

menoleh kearah datangnya suara, dan tertawa riang.

Riw. Alergi : Tidak ada alergi obat; tidak ada alergi cuaca, debu; tidak ada alergi makanan (telur, susu, udang)

Riw. Makanan : ASI sejak usia 0 – 6 bulan

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 2

Page 3: laporan kejang demam

Susu formula mulai diberikan pada usia 2 bulan sampai sekarang

MP-ASI mulai diberikan pada usia 6 bulan awal berupa bubur bayi

Kesan: Makanan tidak sesuai usia

Riwayat Psikososial : Pasien Tinggal bersama kedua orangtua dan 1orang kaka. Pasien tidur bersama dengan ibu dan ayahnya. Ayah pasien tidak merokok, namun disekitar rumahnya banyak yang mmerokok karna ibu pasien mempunyai warung dan seringkali dijadikan termpat berkumpul dan merokok. Rumah ber alaskan lantai dan berdinding tembok semen dilapisi cat. Menurut ibu pencahayaan rumah cukup baik.

PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran Umum : Tampak sakit sedang

Keadaan Umum : Compos mentis

Tanda- tanda Vital : N : 132 x/menit, irama nadi

teratur,regular, kualitas cukup

RR : 64 x/menit

S : 37,7 oC (UGD 38 oC)

Antopometri :

BB : 7,5 kg

TB : 65 cm

BB/U = 7,5/8x 100% = 93,75

TB/U = 65/67 x 100% = 97% (normal)

BB/TB = 7,5/7,4 x 100% = 101% (gizi baik)

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 3

Page 4: laporan kejang demam

STATUS GENERALIS

Kepala : Normocephal

Mata : Konjuctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)

Deviasi septum (-/-)

Perdarahan (-/-)

Sekret (-/-)

Mulut : Bibir lembab(-)

Perdarahan gusi (-) sianosis (-)

Telinga : Normotia

Sekret -/-, pendengaran baik .

Leher : pembesaran KGB (-), retraksi supra sternal (+)

Thorak :

Paru : I : simetris, pergerakan dada simetris P: bagian dada yang tertinggal (-)

P : sonor +/+

A : vesikular (-/-), ronkhi( +/+), wheezing( -/-)

Jantung : I : ictus cordis tidak terlihat

P : ictus cordis teraba

P : Jantung dalam batas normal

A : BJ 1 & 2 tunggal, murni, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : I : datar, retraksi epigastrium (+)

P : supel, lembut, hepatomegali (-), splenomegali (-), turgor

kulit baik

P : timpani

A : bising usus (+) normal.

Ekstremitas : atas bawah

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 4

Page 5: laporan kejang demam

Sianosis : ( -/-) (-/-)

Akral : hangat hangat

Udem : (-/-) (-/- )

Petekie : (-/-) (-/-)

RCT : < 2” < 2”

Anus : dalam batas normal

Genitalia : phimosis (-).

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS (RANGSANG MENINGENS)

Kaku Kuduk : (-)

Kernig Sign : (-)

Brudzinski 1 : (-)

Brudzinski 2 : (-)

Hasil Lab tanggal 08- November-2015

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hemoglobin 12,7 g/dL 11.5 – 13.5

Leukosit 4,9 103/uL 6 – 15

Hematokrit 39,3 % 30 – 40

Trombosit 375 103/uL 150 – 450

GDS 112 mg/dl <180

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 5

Page 6: laporan kejang demam

Hasil Lab tanggal 10-November 2015

Pemeriksaan

Kimia Urin

Hasil Satuan Nilai Rujukan

leukosit 25/1+ /µL Negative

Leukosit 10/+1 /µL Negative

pH 5,0 4.6 – 8.0

Nitrit Negative Negative

Pemeriksaan

Makroskopis

Hasil Satuan Nilai Rujukan

Leukosit 1-2 /LPB 1-4

Leukosit 10/+1 /LPB 0-1

Epitel 1-2

Kristal

Silinder

Negative

Negative /LPK

Negative

Negative

RESUME : Anak laki laki usia 6 bulan datang ke RSUD Cianjur diantar oleh orangtuanya dengan keluhan kejang sejak ±12 jam SMRS (tanggal 7 november 2015), kejang dirasakan sebanyak 11 kali dengan durasi ±2-5 menit setiap kejang. Kejang dirasakan pada seluruh tubuh, mula-mula kaki dan tangan kaku kemudian klojotan disertai bibir pucat dan mata mendelik ke atas. Setelah kejang pasien langsung sadar dan menangis. Keluhan kejang ini di dahului oleh demam, demam dirasakan sejak 1 minggu SMRS dan disertai batuk pilek. Demam dirasakan sepanjang hari, dan mereda saat diberikan obat penurun panas. Batuk dan pilek juga dirasakan sejak 1 minggu SMRS, menurut ibu batuk yang pasien rasakan adalah batuk berdahak namun tidak

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 6

Page 7: laporan kejang demam

dapat dikelurkan dan nafas menjadi lebih cepat sejak ±1 hari SMRS. BAB dan BAK lancar, BAK berwarna jernih adanya kemerahan disangkal.

Pemeriksaan Fisik

Tanda- tanda vital

Nadi : 132 x/menit

Pernapasan : 64 x/menit

Suhu : 37,7 C

Retraksi supra sternal (+)

Retraksi epigastrium (+)

Pemeriksaan Lab

Leukosit : 4900

Assesment :

Kejang demam Komplek

Bronkopneumonia

Diagnosis :

Kejang Demam kompleks

Status Imunisasi Imunisasi dasar lengkap tidak sesuai usia

Status Tumbuh Kembang Tumbuh kembang sesuai usia

Status Gizi Gizi baik

Rencana Terapi :

Th/ :

Diazepam rectal 5mg

O2 nasal 1-2 Litr/menit

Nebulizer Combivent ½ ampul 2x/hari (Pagi-Sore)

Perhitungan cairan BB 7,5 Kg

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 7

Page 8: laporan kejang demam

Pemberian cairan D1-4 = 100cc x 7,5 = 750 cc

Tetesan infus = 750 cc x 15 tts = 9 tpm

24 x 60

Injeksi :

Cefotaksim 50mg/KgBB/kali

=2 x 400 mg

Gentamicin 5mg/KgBB/kali

= 1x 40mg

Dexametasone 0,1-1mg/KgBB

= 0,8 mg - 8 mg / hari

= 3 x 1,5 mg = 3x 1/3 ampul

Rencana pemeriksaan penunjang tambahan :

Elektrolit, gula darah, cek widal

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 8

Page 9: laporan kejang demam

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi

pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38°C), biasanya terjadi pada bayi

dan anak dengan usia antara 6 bulan - 5 tahun, yang disebabkan oleh suatu

proses ekstrakranium.1

Anak usia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun yang

mengalami kejang dengan demam, dapat dipikirkan kemungkinan infeksi

sistim saraf pusat (SSP) atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersamaan

dengan demam.

Definisi ini menyingkirkan diagnosa kejang pada penyakit saraf

lainnya seperti meningitis, ensefalitis, atau ensefalopati. Kejang pada

keadaan ini mempunyai prognosis yang berbeda dengan kejang demam

karena keadaan yang mendasarinya mengenai sistim susunan saraf pusat.

Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai

dengan kejang yang berulang tanpa disertai demam.

2.2 Etiologi

Penyebab demam

Tonsilitis dan/atau faringitis

Otitis media akut (radang liang telinga tengah)

Enteritis/gastroenteritis (radang saluran cerna)

Enteritis/gastroenteritis disertai dehidrasi

Bronkitis (radang saiuran nafas)

Bronkopeneumonia (radang paru dan saluran nafas)

Morbili (campak)

Varisela (cacar air)

Dengue (demam berdarah)

Tidak diketahui

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 9

Page 10: laporan kejang demam

2.3 Klasifikasi

Dahulu Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan

yaitu kejang demam sederhana (simple febrile convulsion) dan epilepsi

yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever). Namun

definisi ini tidak lagi digunakan karena suatu studi prospektif epidemiologi

membuktikan bahwa risiko berkembangnya epilepsi atau berulangnya

kejang tanpa demam tidak sebanyak yang diperkirakan. 2,3

Sekarang ini, kejang demam diklasifikasikan menjadi 2 golongan

yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang

demam sederhana (simple febrile convulsion) adalah kejang yang

berlangsung kurang dari 15 menit, gerakan umum (tonik, klonik, tonik-

klonik, atau tanpa gerakan fokal), serta bersifat tunggal (tidak berulang

dalam waktu 24 jam). Sedangkan kejang demam kompleks (complex

febrile convulsion) adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit,

gerakan fokal, dan bersifat berulang (dapat lebih dari 2 kali dalam waktu

24 jam).

2.4 Faktor risiko

2.4.1 Faktor risiko kejang demam pertama

Studi telah memperlihatkan bahwa tingginya temperature

merupakan faktor risiko untuk terjadiya kejang demam, seperti halnya

riwayat kejang demam pada orangtua atau saudara kandung.

Perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, dan anak yang

dalam perawatan khusus juga merupakan faktor risiko. Rendahnya kadar

natrium serum juga mempunyai korelasi dengan kejadian kejang demam.2,5

Bila seseorang anak mempunyai 2 atau lebih dari faktor diatas,

maka risiko untuk mendapatkan kejang demam kira-kira 30%.5

2.4.2 Faktor risiko kejang demam berulang

Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan

mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% anak

mengalami 3 kali rekurensi atau lebih. Makin muda usia anak ketika

kejang demam pertama, makin besar kemungkinan rekurensinya. 50%

rekurensi terjadi dalam 6 bulan pertama, 75% berulang pada tahun

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 10

2

Page 11: laporan kejang demam

pertama, dan 90% rekurensi terjadi pada tahun kedua. 6,7 Risiko rekurensi

juga berhubungan dengan cepatnya anak mendapat kejang setelah demam

timbul, dan rendahnya temperatur. Riwayat keluarga dengan kejang

demam juga merupakan faktor risiko. Usia dini saat kejang demam dan

riwayat kejang dalam keluarga merupakan factor risiko yang kuat untuk

timbulnya rekurensi. Rekurensi lebih sering bila serangan pertama pada

bayi berumur kurang dari 1 tahun. 8

2.4.3 Faktor risiko menjadi epilepsi

Meskipun telah dilaporkan bahwa 15% kasus epilepsi didahului

kejang demam, kejadian kejang demam ternyata lebih sering dibandingkan

kejadian epilepsi. Kurang dari 5% anak kejang demam berkembang

menjadi epilepsi.

Seluruh jenis epilepsi, termasuk absens, tonik klonik umum, dan

parsial kompleks dapat terlihat pada pasien dengan riwayat kejang demam.

National Institute of Neurologic Disorder and Stroke (NINDS) Perinatal

Collaborative Projecy (NCPP) melaporkan tingginya risiko epilepsi adalah

diantara anak-anak dengan perkembangan abnormal sebelum kejang

demam pertama, adanya riwayat orangtua atau saudara kandung dengan

epilepsi, dan anak dengan kejang demam kompleks.5

2.4.4 Faktor genetik

Faktor genetic tampaknya sangat kuat, meskipun cara

diturunkannya belum jelas, tetapi diduga adalah dengan cara autosomal

dominan sederhana. Kejang demam cenderung terjadi dalam keluarga,

meskipun belum jelas diketahui cara menurunkannya. Pada anak dengan

kejang demam sering dijumpai keluarganya mempunyai riwayat kejang

demam.

2.5 Manifestasi Klinik dan Pemeriksaan Penunjang

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 11

Page 12: laporan kejang demam

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Sering

diperkirakan bahwa cepatnya peningkatan temperatur merupakan pencetus

untuk terjadinya kejang, meskipun belum ada data yang menunjangnya.

Umumnya serangan kejang tonik klonik awalnya dapat berupa

menangis, kemudian tidak sadar dan timbul kekauan otot. Selama fase

tonik mungkin disertai henti nafas dan inkontinensia. Kemudian diikuti

fase klonik berulang, ritmik dan akhirnya setelah kejang letargi atau tidur.

Gejala klinis lain yang timbul adalah mata terbalik ke atas dengan

disertai kekauan atau kelemahan otot, gerakan sentakan berulang tanpa

didahului kekauan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal. Serangan

dalam bentuk absens atau mioklonik sangat jarang.

Sebagian kejang berlangsung kurang dari 5 menit, sebanyak 8%

kejang berlangsung lebih dari 15 menit, dan sebanyak 4% kejang

berlangsung lebih dari 30 menit. Bila anak kejang, perlu diidentifikasi

apakah ada penyakit lain yang memerlukan pengobatan tersendiri. Perlu

juga diketahui mengenai pengobatan sebelumnya, ada tidaknya trauma,

perkembangan psikomotor, dan riwayat keluarga dengan epilepsi atau

kejang demam.

Anamnesis

Kejang jenis kejang, kesadaran, lama kejang, frekuensi dalam 24

jam, interval, keadaan anak pasca kejang

Suhu sebelum dan saat kejang

penyebab demam di luar infeksi SSP

Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dalam keluarga

Singkirkan penyebab yang lain

Deskripsi lengkap mengenai kejang sebaiknya didapat dari orang

yang melihatnya. Dari pemeriksaan fisik tentukan derajat kesadaran,

adanya meningismus, fontanela anterior yang tegang atau membonjol,

Kernig atau Brudzinski sign, kekuatan dan tonus otot harus diperiksa

dengan teliti dan dievaluasi secara periodik.

Penyebab lain dari kejang yang disertai demam harus disingkirkan,

khususnya ensefalitis atau meningitis. Untuk menyingkirkan hal tersebut

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 12

Page 13: laporan kejang demam

maka diperlukan adanya pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang

yang dapat dilakukan untuk kejang demam antara lain:

- Pemeriksaan laboratorium darah; pemeriksaan ini tidak rutin

dilakukan. Biasanya hanya untuk mengevaluasi sumber infeksi dari

demam seperti adanya gastroenteritis karena Shigella, obat-obatan

tertentu seperti difenhidramin, antidepressant trisiklik, amfetamin,

kokain, dan dehidrasi yang dapat mengakibatkan gangguan

keseimbangan air dan elektrolit.

- Pungsi lumbal; indikasi dilakukan apabila ada kecurigaan klinis

meningitis. Tanda klinis meningitis yang tipikal biasanya sulit

didapatkan pada bayi yang kurang dari 12 bulan, sehingga

pemeriksaan pungsi lumbal pada bayi usia kurang dari 12 bulan yang

dicurigai meningitis ini sangat dianjurkan. Pada bayi usia 12-18 bulan

dianjurkan, sedangkan untuk bayi usia lebih dari 18 bulan tidak rutin

dilakukan terlebih jika gejala klinis meningitis sudah sangat terlihat.

- Pencitraan (CT scan atau MRI); diindikasikan pada keadaan adanya

riwayat dan tanda klinis trauma kepala, kemungkinan adanya lesi

struktural di otak, adanya tanda peningkatan TIK (kesadaran menurun,

muntah berulang, fontanela anterior menonjol, paresis N.VI,

papiledema).

- Elektroensefalografi (EEG); alat ini tidak memperlihatkan kegunaan

dalam mengevaluasi kejang demam. EEG yang dikerjakan 1 minggu

setelah kejang demam dapat abnormal, biasanya berupa perlambatan di

posterior. 95% kasus kejang demam menunjukkan gambaran EEG

abnormal bila dikerjakan segera setelah kejang demam. Kira-kira 30%

penderita akan memperlihatkan gambaran perlambatan di posterior dan

akan menghilang 7-10 hari kemudian.4 Walaupun ada abnormalitas

gambaran EEG yang tinggi pada pasien anak dengan kejang demam,

namun EEG tidak dapat memprediksi rekurensi terjadinya kejang

demam ataupun risiko untuk terjadinya epilepsi di kemudian hari. 2,5,6

2.6 Penatalaksanaan

2.4.1 Pengobatan fase akut

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 13

Page 14: laporan kejang demam

2.4.2 Pengobatan Profilaksis

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 14

Page 15: laporan kejang demam

Kambuhnya kejang demam perlu dicegah, karena serangan kejang

selalu merupakan peristiwa yang menakutkan dan mencemaskan bagi

orangtua. Ada 2 cara profilaksis, yaitu:

- Profilaksis intermiten

Obat antikonvulsan hanya diberikan pada waktu penderita demam

dengan ketentuan orangtua atau pengasuh mengetahui dengan cepat

adanya demam pada penderita. Obat yang diberikan harus cepat

diabsorbsi dan cepat masuk ke otak. Diazepam dapat diberikan secara

oral dengan dosis 0.3 mg/kgBB/kali setiap 8 jam atau intrarektal

sebanyak 5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg atau sebanyak 10

mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Efek samping diazepam adalah

ataksia, mengantuk, iritabel, dan hipotonia.

Obat antipiretik sering dianjurkan meskipun tidak terbukti dapat

mengurangi risiko rekurensi, tetapi efektif menurunkan suhu sehingga

dapat membuat anak menjadi tenang. 7

- Profilaksis terus menerus

Kontroversi masih terus berlanjut mengenai pemberian profilaksis

terus menerus pada anak dengan kejang demam. Mengingat sebagian

besar penderita kejang demam mempunyai prognosis baik dan sangat

rendahnya komplikasi yang diakibatkan oleh kejang demam serta

pertimbangan akan efektifitas dan efek samping obat antikonvulsan,

maka pemberian profilaksis terus menerus hanya diberikan secara

individual atau pada kasus tertentu saja. 1,2 American Academy of

Pediatrics (AAP) merekomendasikan untuk tidak memberikan

profilaksis terus menerus pada kejang demam sederhana atau yang

berulang tanpa faktor risiko. 8

Obat profilaksis terus menerus yang biasa diberikan adalah

fenobarbital 3-5 mg/kgBB.hari, tetapi obat ini tidak efektif untuk

profilaksis intermiten. Obat lain yang digunakan untuk profilaksis

kejang demam adalah asam valproat yang sama atau bahkan lebih baik

dibandingkan fenobarbital. Dosis asam valproat yang diberikan adalah

15-40 mg/kgBB/hari. Fenitoin dan karbamazepin tidak efektif untuk

pencegahan kejang demam. 9

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 15

Page 16: laporan kejang demam

Unit Kerja Koordinasi Neurologi Anak IDAI 2005

merekomendasikan pemberian profilaksis terus menerus bila ada salah

satu dari kriteria dibawah ini:

Sebelum kejang demam pertama sudah ada kelainan neurologis

atau kelainan perkembangan yang nyata

Kejang demam kompleks

Kejang demam yang terjadi pada usia kurang dari 12 bulan

Lama pemberian profilaksis terus menerus yang dianjurkan adalah

1 tahun setelah kejang terakhir, kemudian diturunkan secara bertahap

selam 1-2 bulan.

2.8 Diagmosa banding

Ensefalitis Meningitis Abses Otak

Kejang Umum, fokal, twitching, bisa berjam-jam

EHSKejang fokal

+ fokal

Demam ↑ mndadak, >>> hiperpireksia

+ Tdk terlalu tinggi

gg. Kesadaran Cepat ↓ +/- +

Sakit kepala + sblm penurunan kesadaran

+ + (90% kasus)

Tanda rangsang meningeal

- Kaku kuduk, brudzinski, kernig

Kaku kuduk (25%)

Paresis, paralisis, afasia

M. Bakterialis sering didahului ISPAtas atausal.cerna

Hemiparese, disfagia

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 16

Page 17: laporan kejang demam

2.9 Prognosis

Baik jika ditangani dengan cepat dan tepat. Jika tidak, KD dapat berkembang menjadi:

- KD berulang

- Epilepsi

- Kelainan motorik

- Gangguan mental dan belajar

DAFTAR PUSTAKA

1. Widodo, Dwi Putro. Kejang Demam: Apa yang Perlu Diwaspadai?.

Penanganan Demam pada Anak Secara Profesional. Departemen Ilmu

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 17

Page 18: laporan kejang demam

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universita Indonesia RS. DR. Cipto

Mangunkusumo. Jakarta. 2005. Hal: 58-66.

2. Hirtz GH. Febrile Seizure. Pediatric Rev 1997; 1 (180): 5-8.

3. Holmes GL. Epilepsy and Other Seizure Disorders. In: Bruce O. Berg,

penyunting Principles of Child Neurology; edisi ke-1. New York:

McGraw-Hill, 1996. Hal: 221-33.

4. Gonzales Del Rey JA. Febrile Seizure. In: Barkin RM, penyunting

Pediatric Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice; edisi ke-2

St Louis: Mosby, 1997. Hal: 1017-19.

5. Camfield RP and Camfield SC. Management and Treatment of Febrile

Seizure. Curr Prob Pediatri 1997; 27:6-13.

6. Hara M, Seki T. Clinical Aspect of Febrile Convulsion. Asian Med. J

1995; 36 (10): 553-43.

7. Aicardi J. Febrile Convulsion. In: Aicardi J, penyunting Epilepsy in

Children; edisi ke-2 New York: Raven Press 1994. Hal: 253-75.

8. Nelson. K, Ellenberg JH. Predictors of Epilepsy in Children Who Have

Experience Febrile Seizure. N Eng J. Med 1976; 259: 1029-33.

9. Kuteree M, Emoto SE, Sofijanov N, dkk. Febrile Seizure, is the EEG a

useful predictor of recurrences? Clin Pediatric 1997; 31-6.

Universitas Muhammadiyah Jakarta | 18