LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA...
Transcript of LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA...
LAPORAN KEGIATAN
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA
BERBASIS POTENSI DESA MENUJU DESA MANDIRI SEJAHTERA
DI KAMPUNG BUNGA RAYA KECAMATAN BUNGA RAYA - KABUPATEN SIAK
Tim Pengabdian
Ketua : Dr. Syafsan, ME
Anggota : Dr. Hj. Yustina., M.Si
Dra. Silvia Reni Yenti,M.Si
dr. Laode Burhanudin.,MKes
Hendra Taufik,ST.,M.Sc
Kurniawaty Fitri,SE.MM
Dr. Afrianto, M.Ed
Nita Rimayanti, M.Comm
Sumber Dana : DIPA Universitas Riau Tahun 2017
Nomor Kontrak : 1401/UN.19.5.1.3/PP/2017
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS RIAU
TAHUN 2017
iii
RINGKASAN KEGIATAN PENGABDIAN
Mengembangkan desa binaan merupakan pilihan yang tepat dan strategis baik untuk
kepentingan sebuah Perguruan Tinggi maupun kepentingan pembangunan nasional. Program ini
diyakini akan memberikan dampak positif, yaitu membina sumber daya manusia di perdesaan
dengan pendekatan pendidikan dan pengabdian kepada Masyarakat. Sedangkan dari sudut
pembangunan nasional, desa merupakan tempat bermukimnya sebagian besar penduduk
Indonesia. Sebanyak 90 % penduduk Indonesia hidup di perdesaan; maka membangun desa sama
dengan membangun bangsa. Desa merupakan inti dalam menopang keutuhan dan kemajuan
bangsa. Dengan mengabaikan masyarakat desa, maka akan sulit untuk mencapai tujuan
pembangunan nasional. Oleh karena itu masyarakat perdesaan harus diberdayakan sesuai dengan
kondisi dan potensinya masing-masing. Untuk itu diperlukan adanya pengembangan desa binaan
yang cocok baik bagi Perguruan Tinggi maupun masyarakat.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia harus dilakukan pada berbagai aspek kehidupan
sehingga dengan demikian diperlukan upaya – upaya pengembangan sumberdaya manusia
terutama dalam pemanfaatan potensi desa yang pada akhirnya mampu menjadikan desa tersebut
sebagai desa mandiri.
Diantara potensi desa yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan di Kampung Bunga raya
Kecamatan Siak adalah banyak lahan bekas KARLAHUT yang belum dimanfaatkan secara
optimal, belum terbiasanya masyarakat membudidayakan tanaman selingan di lahan kebun sawit
sebagai tanaman tutupan lahan untuk mengurangi penguapan dan mencegah tanaman gulma
lainnya, tanah di kecamatan Bungaraya termasuk subur dan berpotensi untuk budidaya Bawang
Dayak, lokasi kecamatan Bungaraya strategis dan merupakan lintasan perjalanan darat antar
kabupaten tetangga yang melaui darmaga di Buton sehingga apabila dapat dibudidayakan dan
dipasarkan untuk menjadi alternative tambahan penghasilan.
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .......................................................................................................... ii
Ringkasan Rencana Kegiatan Pengabdian .......................................................................... iii
IdentitasAnggota ................................................................................................................. iv
Daftar Isi ............................................................................................................................ v
A. Analisis Situasi........................................................................................................ 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah .................................................................... 4
C. TujuanKegiatan ....................................................................................................... 5
D. Manfaat Kegiatan .................................................................................................. 5
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 5
F. Khalayak Sasaran Strategis ..................................................................................... 5
G. Metode Penerapan ................................................................................................... 9
H. Jadwal Kegiatan .................................................................................................... 9
I. DaftarPustaka .......................................................................................................... 10
J. Rekapitulasi Biaya .................................................................................................. 10
K. Susunan Organisasi dan Pembagian Tugas ............................................................ 11
L. Justifikasi Anggaran................................................................................................ 12
vi
Daftar Tabel
Tabel 1. NamaInstruktur ..................................................................................................... 9
Tabel 2.JadwalKegiatan ...................................................................................................... 9
Tabel 3.RekapitulasiBiaya .................................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Mengembangkan desa jayapura Kecamatan Bungaraya dijadikan sebagai desa
binaan merupakan pilihan yang tepat dan strategis baik untuk kepentingan sebuah
Perguruan Tinggi maupun kepentingan pembangunan nasional. Program ini diyakini
akan memberikan dampak positif, yaitu membina sumber daya manusia di perdesaan
dengan pendekatan pendidikan dan pengabdian kepada Masyarakat. Sedangkan dari
sudut pembangunan nasional, desa merupakan tempat bermukimnya sebagian besar
penduduk Indonesia. Sebanyak 90 % penduduk Indonesia hidup di perdesaan; maka
membangun desa sama dengan membangun bangsa. Desa merupakan inti dalam
menopang keutuhan dan kemajuan bangsa. Dengan mengabaikan masyarakat desa,
maka akan sulit untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Oleh karena itu
masyarakat perdesaan harus diberdayakan sesuai dengan kondisi dan potensinya
masing-masing. Untuk itu diperlukan adanya pengembangan desa binaan yang cocok
baik bagi Perguruan Tinggi maupun masyarakat.
Pengembangan desa binaan Jayapura harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut: (1) dikelola melalui pengorganisasian yang dapat melibatkan semua unsur
dan institusi mulai dari tingkat keluarga, RT, RW, Desa, Kecamatan, dan kabupaten,
(2) dijalankan secara mandiri dan terus-menerus dikembangkan sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat, (3) program disusun melalui tahapan
perencanaan, pelaksanaan, monitor dan evaluasi, serta tindak lanjut, (4)
dikembangkan prinsip-prinsip kemitraan dengan stakeholders, dan (5) diarahkan
untuk menjadi lembaga yang mampu memperkuat struktur sosial masyarakat desa.
Desa/Kampung Jayapura merupakan salah satu desa yang terdapat di
Kecamatan Bungaraya, Kabupaten Siak Provinsi Riau. Kampung Jayapura berada di
Kecamatan Bunga Raya secara umum berada pada posisi dataran dan mayoritas
penduduknya bekerja disektor pertanian tanaman padi dan palawija serta berbagai
jenis holtikultura, sehingga kecamatan ini dijuluki sentral lumbung pangan di
Kabupaten Siak.
Wilayah Kecamatan Bunga Raya pada umumnya tidak jauh berbeda dengan
wilayah Kabupaten Siak lainnya yang merupakan dataran rendah, bergelombang dan
sedikit berbukit dengan struktur tanah yang pada umumnya terdiri dari tanah padsolid
merah kuning dari batuan dan alluvial, tanah gambut, tanah orgosol dan gleyhumus
dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah.
Kampung Jayapura dengan luas wilayah secara keseluruhan adalah 912,5 Ha
berbatasan dengan:
Utara: Kampung Bungaraya Kecamatan Bungaraya
Selatan : Kampung Buantan Besar Kecamatan Siak
Barat: Kampung Buantan Lestari Kecamatan Bungaraya
Timur : Kampung Suak Merambai Kecamatan Bungaraya
Kampung Jayapura memiliki jumlah penduduk 3.673 orang dengan 1.063
Kepala Keluarga (KK).Aktivitas masyarakat Kampung Jayapura sebagian
besaradalah petani kelapa sawit dan padi. Sebagian penduduk memiliki profesi
sebagai buruh, pedagang, tukang bangunan, bengkel dan sebagai tenaga pengajar.
Keanekaragaman profesi masyarakat di Kampung Jayapura memungkinkan dapat di
kembangkan berbagai usaha dalam rangka peningkatan pendapatan tambahan
masyarakat dengan memanfaatkan potensi desa.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia harus dilakukan pada berbagai
aspek kehidupan sehingga dengan demikian diperlukan upaya-upaya pengembangan
sumberdaya manusia terutama dalam pemanfaatan potensi desa yang pada akhirnya
mampu menjadikan desa tersebut sebagai desa mandiri.
Diantara potensi desa yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan di
Kampung Jayapura Kecamatan Siak adalah banyak lahan bekas KARLAHUT yang
belum dimanfaatkan secara optimal, belum terbiasanya masyarakat membudidayakan
tanaman selingan di lahan kebun sawit sebagai tanaman tutupan lahan untuk
mengurangi penguapan dan mencegah tanaman gulma lainnya, tanah di kecamatan
Bungaraya termasuk subur dan berpotensi untuk budidaya Bawang Dayak, lokasi
kecamatan Bungaraya strategis dan merupakan lintasan perjalanan darat antar
kabupaten tetangga yang melaui darmaga di Buton sehingga apabila dapat
dibudidayakan dan dipasarkan untuk menjadi alternatif tambahan penghasilan.
Mengingat kampung Jayapura merupakan daerah pertanian sehingga
memerlukan pemupukan agar hasil petanian meningkat. Perlu alternatif pemberian
pupuk yang berasal dari pemanfaatan sampah-sampah dari hasil pertanian dan rumah
tangga dan mengurangi penggunaan pupuk kimia agar keberlangsungan sumberdaya
hayati di kampung Jayapura sekaligus tetap menjaga kebersihan lingkungan dan
sanitasi.
Bersama lembaga pengabdian masyarakat Universitas Riau akan memberikan
informasi dalam bentuk penyuluhan dan pengelolaan potensi desa yang dimiliki dan
dapat dikembangkan perlu di informasikan kepada masyarakat melalui pengabdian
yang merupakan salah satu program dari lembaga pengabdian kepada masyarakat
Universitas Riau.
Dimana diperlukan Tim LPM Universitas Riau dari Dosen- dosen Universitas
Riauuntuk menyebarkan informasi dalam pelatihan dan penyuluhan kepada
masyarakat. Dengan demikian kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat
mendukung program pemerintah khususnya peningkatan kualitas sumberdaya
manusia.
Perumusan masalah adalah:
1. Bagaimana mensosialisasikan informasi dan mengenalkan mannfaat, khasiat
serta peluang budidaya BADAK di lahan bekas KARLAHUT dan tanaman
selingan di kebun kelapa sawit dan Perlukah dilakukan pelatihan budidaya
BADAK dan pengolahan produk tanaman BADAK menjadi produk obat
herbal, dan pelatihan pengemasan dan strategi pemasaran agar dapat dijadikan
usaha home industri yang handal.
2. Bagaimana memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat
tentangcaramengelola ampas tebu menjadi pupuk sehingga dapat mengurangi
sampah dan melalui pengolahandan penyuluhan ini dapat memberikan nilai
tambah serta meningkatkan atau memperpanjang kemanfaatan ampas tebu
dalam meningkatkan pendapatan masyarakat.
3. Bagamana memberikan pengetahuan tentang peluang usaha rumah tangga
yang potensial untuk dikembangkan di Kecamatan Bunga Raya serta
memberikan pengetahuan tentang strategi pengembangan usaha kecil berbasis
home industrydi kampung Jayapura
1.3 Manfaat Kegiatan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
Masyarakat:
a. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Kampung Jayapura dilihat
dari aspek pendidikan,teknologi,ekonomi dan kesehatan
b. Masyarakat terampil memanfaatkan lahan dan pekarangan dalam budidaya
tanaman obat serta pengolahannya sebagai kegiatan home industry menuju
desa gambut sejahtera.
c. Masyarakat memiliki kemampuan melihat dan memanfaatkan peluang-
peluang usaha dalam meningkatkan ekonomi keluarga
Pemerintah:
a. Membantu pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas Sumberdaya
Manusia desa dalam bidang pendidikan dan pengelolaan
lingkungan,teknologi, ekonomi dan kesehatan.
Luaran yang didapatkan dari kegiatan pengabdian
BAB II
TARGET DAN LUARAN
2.1 Target Kegiatan
Sasaran kegiatan pengabdian ini adalah guru sebanyak 60 orang, terdiri dari guru
SMK, SMA dan SMP di Kecamatan Bungaraya (20 orang); Ibu penggerak PKK kecamatan,
pengerak dan petani TOGA (20 orang); Oganisasi pemuda,Partisipan, petani, perangkat
kampung, LSM (20 orang).
Secara umum kegiatan Pengabdian Masyarakat Program Desa Binaan ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di Kampung Jayapura
dalam bidang pendidikan dan lingkungan,teknologi, ekonomi dan kesehatan
masyarakat.
Sedangkan secara khusus, bertujuan untuk:
1). Dalam bidang Pendidikan dan Lingkungan bertujuan untuk:
a. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan bekas Kebakaran Lahan dan
Hutan (KARLAHUT) serta lahan kebun sawit untuk budidaya
tanaman obat (bawang dayak) sebagai home industry menuju desa
gambut sejahtera.
b. Meningkatkan keterampilan pengembangan perangkat pembelajaran
dan karya tulis ilmiah dikalangan guru di Kampung Jayapura
2). Dalam Bidang teknik bertujuan untuk:
a. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat untuk
bagaimana cara mengelola ampas tebu menjadi pupuk sehingga dapat
mengurangi sampah.
b. Melalui pengolahan dan penyuluhan ini dapat memberikan nilai tambah
dan meningkatkan atau memperpanjang kemanfaatan ampas tebu dan
meningkatkan pendapatan masyarakat.
3). Dalam bidang ekonomi bertujuan untuk:
a. Memberikan pengetahuan tentang peluang usaha rumah tangga yang
potensial untuk dikembangkan di Kampung Jayapura
b. Memberikan pengetahuan tentang strategi pengembangan usaha kecil
berbasis home industry di Kampung Jayapura
4). Dalam bidang kesehatan bertujuan untuk:
a.Memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang pentingnya menjaga
kesehatan lingkungan dan sanitasi lingkungan
2.2 Luaran Kegiatan
Luaran yang diharapkan dari kegiatan pengabdian ini adalah:
1. Adanya himpunan kelompok budidaya tanaman TOGA Bawang dayak dan kelompok
usaha Teh BADAK/Herbal BADAK., Buku saku panduan khasiat dan pengolahan
teh Bawang dayak. Banner pengolahan bawang dayak.
2. Produk pupuk organik ampas tebu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
juga bisa meningkatkan ekonomi rumah tangga, serta panduan khusus
Teknologi Tepat Guna
3. Panduan Karya tulis ilmiah yang ditulis oleh para guru terkait edukasi.
4. Iklan yang berupa spanduk dan slogan untuk pengembangan usaha mikro
kecil.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Strategi Kegiatan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini akan dilakukan dengan
strategi dukungan sosial (social support). Metode yang digunakan berupa
pelatihan yang diberikan melalui ceramah dengan menggunakan media
presentasi power point dikombinasi dengan banner-banner yang materinya
berkaitan dengan topik/materi pelatihan, diskusi, demonstrasi, dan simulasi.
Topik pelatihan dibagi berdasarkan bidang pengabdian yaitu: pendidikan dan
lingkungan, teknik, ekonomi dan kesehatan masyarakat.
3.2 Langkah –Langkah Kegiatan
1. Melakukan pendekatan dengan instansi terkait, pimpinan kecamatan,
tokoh masyarakat, Tim Penggerak PKK, kepala desa, UPTD, Kepala
sekolah, guru-guru dan masyarakat Desa/Kampung Jayapura
2. Berkoordinasi dengan pimpinan kecamatan dan pihak-pihak terkait lainnya
tentang jadwal pelaksanaan kegiatan.
3. Melakukan sosialisasi dengan khalayak sasaran.
4. Persiapan undangan dan penyebaran undangan.
5. Persiapan alat-alat dan fasilitator untuk pelaksanaan kegiatan
6. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian berdasarkan bidang pengabdian.
7. Monitoring dan evaluasi kegiatan. (lihat Gambar 3.1 di bawah ini)
Gambar-3.1.. Diagram Alir Kegiatan Pengabdian
Perencanaan
(1) Identifikas
i permasalahan mitra?
(2) Perumusan
masalah
(3)
Solusi yang ditawarkan
(4)
Proses Persiapan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian:
1. Koordinasi Tim dengan PEMDA terkait dan Mitra
2. Perizinan dan persiapan autline untuk sosialisasi
3. Persiapan bahan dan alat untuk pelatihan mitra
4. FGD-1 Persiapan dan pelaksanaan kegiatan tahap-1.
5. FGD-2 Persiapan dan pelaksanaan kegiatan tahap-2
6.Analisis dan pembuatan laporan (FGD 3)
Produk/Hasil
(5)
Seminar dan Publikasi
laporan dan produk luaran
(FGD 4)
(6)
Evaluasi (monev
internal/
eksternal)
Luaran Draf buku petunjuk manfaat dan produk Teh celup
BADAK
Publikasi Jurnal dan poster
(
- Dicuci Bersih
- Diiris tipis-tipis
- dikeringkan
- dikemas menjadi the celup
Gambar 3 .2 Bagan Alir Produksi Teh celup BADAK
Umbi Bawang Dayak
Teh Celup Produk siap dipasarkan
Irisan Umbi Bawang
Dayak yang sudah
kering
Keterangan: 4. Tanaman bawang dayak; 2 dan 3. Umbi bawang dayak; 4 dan 5.
Umbi di cuci bersih; 6.Umbi diiris tipis-tipis; 7.Hasil irisan umbi di keringkan;
8.Umbi yang telah diiris tipis (Basah); 9.Umbi yang telah diiris tipis (Kering);
10.Hasil Produk BADAK; 11. Irisan bawang dayak di rebus; 12. Rebusan ditunggu
beberapa menit; 13. Hasil rebusan bawang dayak; 14. Hasil rebusan di saring; 15
dan 16. Perbandingan hasil rebusan bawang dayak (Basah dan Kering).
3.2. Prediksi Jika Diimplementasikan
Dengan adanya teh celup bawang dayak ini, diharapkan dapat membantu dalam
proses penyembuhan penyakit diabetes melitus, terutama diabetes tipe 2. Untuk
penderita diabetes melitus, teh ini memiliki khasiat dapat menurunkan kadar gula
dalam darah. Selain itu, dengan dibuanya bawang dayak dalam kemasan teh celup,
diharapkan dapat mempermudah seluruh kalangan masyarakat untuk merasakan
khasiat dari bawang dayak ini.
Teh celup bawang dayak ini tidak hanya dapat membantu dalam proses
penyembuhan penyakit diabetes melitus saja. Tetapi juga dapat menmbantu dalam
proses penyembuhan penyakit lainnya. Seperti kanker payudara, obat penurun darah
tinggi (Hipertensi), penyakit kencing manis (diabetes melitus), menurunkan
kolesterol, obat bisul, kanker usus dan mencegah stroke. Jadi teh celup ini tidak
hanya dapat dikonsumsi oleh enderita diabetes saja. Namun juga dapat dikonsumsi
oleh penderita penyakit seperti disebutkan sebelumnya.
Langkah-langkah Strategis yang Harus Dilakukan
Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan adalah menjadikan teh celup bawang
dayak ini produk yang diproduksi dan dikonsumsi masyarakat. Dengan bahan baku
yang berkualitas, proses produksi yang sesuai standar, serta lulus uji untuk dapat
dikonsumsi, sistem jaminan halal, dan memiliki sertifikat departemen kesehatan,
sertifikat obat dan makanan, dan lainnya. Sehingga teh celup ini layak untuk
dikonsumsi dan dapat diterima oleh masayrakat luas.
TAMBAHKAN/ SESUAI PROPOSAL
B. TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS
Gambar 3.3. Diagram Alir Pembuatan Pupuk organik Padat
1) Proses Pengolahan
1. Pembuatan larutan Efektive Microorganisme 4 (EM4 1%)
EM4 100% diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan kedalam labu ukur 100
ml. tambahkan air sampai tanda batang yang tertera pada labu ukur 100 ml.
2. Pengeringan 1
Ampas Tebu
Pengeringan Awal
Pengarangan
Pecampuran Bahan
Pengomposan
Pengeringan Akhir
Sekam Padi
Kotoran sapi EM4 30%
Pelarutan
EM4 100%
Ampas tebu yang didapatkan dikeringkan hingga kering sehingga mudah
dalam proses pengarangan nanti.
3. Pengarangan
Ampas tebu yang telah di keringkan lalu dibakar hingga menjadi arang.
4. Pencampuran bahan
Arang ampas tebu dicampurkan dengan sekam dan kotoran hewan dengan
perbandingan 3.1.1.dimana arang ampas tebu sebanyak 500 gr, sekam 166,67
gr dan kotoran ternak 166,67. Campuran tersebut lalu ditambahkam EM4 1%
sebanyak 100 ml dan di aduk sampai bahan tercampur rata. Kompos lalu di
tutup menggunakan plastik hitam
5. Pengomposan
Kompos di cek suhunya selama 4 hari berturut-turut dengan menggunakan
thermometer.Suhu kompos di jaga agar tidak melebihi 50 0C, apabila suhu
melebihi dari 50 0C maka lakukan pembalikan pada kompos. Proses
fermentasi dilakukan selama sebulan.
6. pengeringan
Kompos yang telah jadi lalu di keringkan untuk menurunkan kadar air kompos
kurang dari 50% agar sesuai dengan SNI 19-7030-2004.
3.3 Evaluasi Kegiatan
Evaluasi keberhasilan kegiatan pengabdian dapat diketahui dari
ketercapaian atau efektifitas tujuan pelaksanaan kegiatan berdasarkan
masing-masing bidang dengan masing-masing indikator:
3.3.1. Tanaman bawang dayak yang nantinya akan dimanfaatkan sebagai home
industry oleh masyarakat Kampung jayapura.
Pelatihan pemanfaatan tanaman bawang dayang dikelompokkan menjadi 3
tahapan kegiatan. Tahapan pertama yakni: memberikan penyuluhan dan khasiat
bawang dayak terhadap kesehatan dan salah satu tanaman obat asli indonesia suku
dayak Kalimantan. Tahapan kedua, cara pengolahan tanaman obat bawang dayak
untuk dapat dikonsumsi masyarakat. Tahapan ketiga, cara pembibitan dan
penanaman bawang dayak.
Peserta pelatihan bawang dayak diikuti oleh seluruh anggota PKK desa
Bungaraya dan masyarakat petani desa Jayapura.
Selanjutnya akan dilakukan evaluasi dengan jalan melakukan survey ke desa
binaan Jayapura untuk melihat pertumbuhan tanaman bawang dayak.
3.3.2. Produk olahan ampas tebu sebagai pupuk yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat juga bisa meningkatkan ekonomi rumah tangga.
Pelatihan pembuatan pupuk organik padat dibagi dalam tiga tahapan. Tahapan
pertama, sosialisasi kegiatan dan pengenalan bahan limbah yang dijadikan pupuk
organik padat. Tahapan kedua, Penyuluhan dan pelatihan cara pembuatan pupuk
organik padat dalam skala rumah tangga. Tahapan ketiga, hasil pupuk organik
padat yang diperoleh, dijadikan sebagai media tanam bawang dayak. Peralatan
dan bahan-bahan pembuatan pupuk organik padat serta bibit bawang dayak
disiapkan oleh tim pengabdian desa binaan Jayapura, sehingga masyarakat
tergerak asntusias untuk mengikuti pelatihan pembuatan pupuk organik padat
mulai dari persiapan sampai pelaksanaan.
Peserta pelatihan terdiri dari seluruh anggota PKK desa Bungaraya dan
masyarakat petani desa Jayapura.
Selanjutnya akan dilakukan evaluasi dengan jalan melakukan survey ke desa
binaan Jayapura untuk melihat pertumbuhan tanaman bawang dayak.
3.3.3. Karya tulis ilmiah yang ditulis oleh para guru terkait edukasi pencegahan
Karlahut.
Karya Tulis ilmiah di laksanakan di SMP 1 Jayapura dengan dihadiri oleh peserta
dari utusan kepala-kepala sekolah, UPTD, Wakil utusan guru dari Sekolah Dasar
dan SMP se Jayapura. Jumlah peserta lebih kurang 30 peserta dibekali teknik cara
penulisan karya ilmiah, serta diberikan pelatihan pembuatan karya tulis dengan
program MS. Office dengan fitur automatisasi penulisan Daftar Isi, Daftar
Pustaka, Daftar Gambar, Rumus dan Tabel. Disamping itu juga dilakukan
bagaimana cara melakukan pencarian referensi penelitian secara online. Peserta
selain dibekali teknik penulisan karya ilmiah juga dilengkapi dengan workshop
yang dikumpulkan pada akhir sesi pelatihan. Pelatihan diberikan dalam 3 sesi
dalam 2 bulan, bulan pertama yakni Juli dengan materi penulisan karya ilmiah
dan pelatihan MS.Office. Bulan kedua yakni awal Agustus dengan metoda
Workshop dan pengenalan Informasi Teknologi yang didukung dengan pencarian
referensi secara online. Akhir bulan kedua dilakukan evaluasi workshop dengan
pengumpulan tugas yang diberikan selama pelatihan dan feedback dari peserta
workshop. Peserta diberikan sertifikat pelatihan untuk menunjang kegiatan kredit
point bagi guru-guru yang mengusulkan jenjang kepangkatan.
3.3.4. Survey dan pengumpulan data desa Jayapura untuk pengembangan usaha
mikro kecil.
PERMASALAHAN
KELEMAHAN Kasus penanggulangi lahan
bekas KARLAHUT di Propinsi Riau kurang ditindaklanjuti
Tidak tersedia bibit bawang dayak
KENDALA Kurangnya pemanfaatan lahan
bekas KARLAHUT secara bernilaiguna.
Tidak tersedianya pengetahuan & bimbingan teknis peemanfatan lahan bekas KARLAHUT
Kurangnya informasi khasiat dan manfaat bawang dayak (BADAK)
Belum ada wadah pembudidayaan dan pengolahan BADAK
SOLUSI
PENDAMPINGAN DOSEN FKIP BIOLOGI UR
PELATIHAN MASYARAKAT
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Tim pelaksana terdiri dari dosen-dosen di berbagai program studi Universitas Riau yang
berpengalaman dalam kegiatan pendampingan dan pelatihan, narasumber, asesor/instruktur
pendidikan lingkungan di Universitas Riau dengan kerangka kerja/kegitan (Gambar-1).
Gambar5.KerangkaKerjaPilottingStrategi PendampinganKolaboratif Tim Dosen Pembimbing Lapangan KUKERTA Universitas Riau.
Tim pelaksana pelatihan budidaya bawang dayak melalui pendampingan Kolaboras
iDosen Pembimbing Lapangan (DPL) dengan peserta Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA).
ANALISIS SITUASI
DPL yaitu delapan orang dosen pada Tim Kukerta LPPMUniversitasRiau,memiliki
kelayakanilmu, pengalaman penelitian, kegiatan pengabdian pada m a s y a r a k a t .
Pengalaman kegiatan pengabdian padatigatahun terakhir antaralain:
Road Map Pengabdian
Rangkaian peta jalan pengabdian yang telah, sedang dan akan dilaksanakan tergambar
sebagaimana berikut:
Gambar 6. Peta Jalan pengabdian yang sudah, sedang dan rencana kedepan
SUDAH
DILAKSANAKAN
2013 (IBW/Dikti)
Workshop Penerapan Model Peningkatan Mutu Pendidikan di Kabupaten Anambas.
SEDANG
KEDEPAN
2015 (Diknas)
Workshop Penulisan Karya Ilmiah Pada Guru SD dan SMP di Kota Pekanbaru
2014 (Diknas)
Workshop Implementasi Kurikulum 2013 pada Instruktur Nasional .
2017 (PNPB-UR)
Nama Kegiatan:
Edukasi pencegahan Kebakaran Lahan dan Hutan (KARLAHUT) Melalui Pendampingan Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) di Kabupaten Siak.
Pelaksanaan kegiatan :
Koordinasi Tim pelaksa pada Maret 2017.
Surat izin pelalsanaan kegiatan dari LPPM-UR tgl 30 -7-2017.
Surat Keterangan Camatdan Lurah Bungaraya telah melaksanakan workshop tahap-1, tgl 13-8-2017, tahap-2, tgl 6-9-2017.
Luaran pengabdian adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan buku saku edukasi budidaya dan manfaat Bawang dayak.
2. Menghasilkan 1 buah poster.
3. Wadah TOGA BUNGARAYA
2017
Pengembangan Sumberdaya Manusia BerbasisPotensi Desa Menuju Desa Mandiri Sejahtera diKampung Jaya pura Kecamatan Bungaraya - Kabupaten Siak
2016 (BNPB UR)
Edukasi Pencegahan KARLAHUT
2018
Pengembangan Budidaya bawang dayak dan produksi teh BADAK menuju desa mandiri.
Pembinaan karya tulis ilmiah Memupuk Keterampilan Peduli Lingkungan melalui kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah
2020
Pembinaan karya tulis ilmiah Memupuk Keterampilan Peduli Lingkungan melalui kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
A. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN BAWANG DAYAK
5.1.Deskripsi Kegiatan Workshop
Koordinasi kegiatan melibatkan DPL (Dosen Pembimbing Lapangan), Korcam
(Koordinator kecamatan), Kordes (Koordinator desa/kampung) peserta Kukerta (Kuliah
kerja nyata) Gelombang 2 UR tahun 2017 yang dilaksanakan pada tanggal 5 sampai 6
Agustus 2016 (Dokumen-1 terlampir). Koordinasi kegiatan mendiskusikan tentang perizinan,
teknik, tempat, waktu dan panitia penyelenggara, maka disepakati penanggung jawab
pelaksana adalah camat di kecamatan Jayapura, koordinator pelaksana kepala kampung
(Penghulu)Jayapura di kecamatan Bunga raya, Tempat pelaksanaan di aula Kampung
Jayapura, panitia pelaksana adalah Tim kuliah kerja nyata dan teknisi yang telah ditunjuk,
serta waktu pelaksanaan terdiri dari 3 tahapan.
Tahapan kegiatan yaitu: Tahap 1, Survey lokasi dan perizinan kegiatan pelatihan,
penentuan peserta sasaran, jumlah dan tempat pelaksanaan serta panitia teknis dilapangan.
Dari pertemuan ini maka disepakati kegiatan sosialisasi bertempat di aula kantor camat
Jayapura pada hari Rabu tanggal 31 Juli 2017, jam 09.00 sampai 11.30 wib. Dilanjutkan
dengan sosialisasi Tanaman Bawang Dayak dan Manfaatnya, dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 10 Agustus2017, jam 15.40 sampai 17.20 wib, bertempat di aula kantor
kampungJayapura.
Selanjutnya dilakukan penyerahan bibit dan pembenihan kepada kelompok tanaman
TOGA dan kelompok ibu-ibu PKK dibantu oleh peserta kukerta di kampung
Jayapura.Sasaran peserta adalah masyarakat tempatan di kampungJayapura yang berjumlah
sebanyak 60 orang. Beberapa kegiatan diantaranya pengenalan bawang dayak dan khasiatnya,
peragaan cara pembenihan dan budidaya bawang dayak secara praktis serta penyerahan bibit
dan pembenihan bawang dayak.
Kegiatan ini, dihadiri Bapak Camat, Sekcam kecamatan Bungaraya dan ketua PKK dan
koordinator Tanaman Obat Keluarga (TOGA) serta perwakilan dari setiap kampung
sekecamatan Bungaraya..Dokumentasi kegiatan ditampilkan berikut.
Gambar 1. Penyerahan Bibit Bawang dayang Dari Narasumber Kepada Bapak Camat
Bungaraya di Kampung Jaya pura.
Gambar 2.Penyerahan Bibit Bawang dayak Kepada Ketua Tim TOGA
Kampung Jaya pura
Gambar 3. Panitia Workshopdari Peserta Kukerta-UR di Kepenghuluan Jaya pura
Gambar 4. Penanaman Bibit Bawang dayak Oleh Camat Bungaraya
Tahap 2, pelaksanaan workshop“Budidaya Bawang Dayak dan Produksi Teh BADAK”
pada hari Senin tanggal 11Agustus 2017 bertempat di kantor kampung Jayapura. Sasarannya
adalah ibu-ibu penggerak PKK, penggerak tanamam obat keluarga, pemuda di kampung
Bunga raya yang berjumlah sekitar 50 orang, terdiri dari 25 orang ibu-ibu petani Tanaman
Obat Keluarga (TOGA), 10 orang dari utusan PKK, kalangan pendidik (guru) sebanyak 10
orang dan utusan perangkat kampung dan dusun di kampung Jayapura 5 orang. Berdasarkan
absensi kehadiran peserta Workshop“Budidaya Bawang Dayak dan Produksi Teh
BADAK”yang hadirterdiri dari (daftar undangan terlampir) dan jumlah peserta yang hadir
mengikuti kegiatan Workshop“Budidaya Bawang Dayak dan Produksi Teh BADAK” (Tabel
).3
Tabel 3. Proporsi Kehadiran Peserta “Budidaya Bawang Dayak dan Produksi Teh
BADAK”di kampungJayapura kabupaten Siak Sriindrapura.
No Unsur Jumlah undangan
(ditunjuk)
Jumlah yang hadir
1 Penggerak PKK 12 Orang 12 Orang
2 Penggerak tanaman TOGA 5 Orang 5 Orang
3 Karang taruna 5 Oranag 6 Oranag
4 Perangkat kampung 5 Orang 5 Orang
5 Partipatif warga 20 Orang 20 Orang
6 Guru 5 Orang 5 Orang
Jumlah 50 Orang 51 Orang
Workshop“Budidaya Bawang Dayak dan Produksi Teh BADAK” ini diikuti 51 peserta
( 100%) dari jumlah peserta yang ditunjuk oleh ketua penghulu kampung Bunga raya, peserta
yang hadir berjumlah51 orang yang berasal dari 6 unsur aktivis di kampung Bunga Raya
Kabupaten Siak Sriindrapura. Kegiatan pelaksanaan workshop ini telah dilaksanakan sesuai
perencanaan dan dihadiri oleh seluruh peserta (sesuai dengan daftar hadir terlampir).
Kegiatan Workshop dan dokumentasinya disajikan sebagai berikut: 1) Pemaparan Khasiat
dan manfaat bawang dayak pada Gambar berikut.
Gambar 10. Pengenalan Khasiat Bawang Dayak Kepada Peserta dari Pengerak PKK, Pos
yandu, TOGA, dan Partisipan.
Gambar 11 Pengenalan Bawang Dayak dan Teh BADAK
Gambar 12. Panitia Memperagakan Cara Meramu Teh Bawang dayak
Gambar 13. Peserta Pelatihan Mencoba Rasa Teh BADAK
B. TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS
TAMBAHKAN/ SESUAI HASIL
Secara keseluruhan pelaksanaan workshop“Budidaya Bawang Dayak dan Produksi
Teh BADAK”berjalan lancar, total kehadiran sebanyak 51 orang, dengan rincian: peserta
sebanyak 51 orang peserta dan ditambah kehadiran dari 2 orang dari kantor kecamatan, 1
orang ketua PUSKESMAS kecamatan Bunga raya, bapak Camat dan Sekretaris camat
sebagai serta Penghulu kampung Jayapura sebagai tuan rumah tempat penyelenggaraan
pelatihan. Panitia sebanyak 10 orang yang terdiri dari Koordinator kecamatan Bunga raya, 14
orang peserta kukerta kampung Jaya pura, 6 orang petugas dari perangkat kampung Jayapura
dan 2 orang teknisi dari program studi pendidikan biologi FKIP-UR. Kegiatan ini melibatkan
2 orang nara sumber dengan distribusi tugas sebagai berikut:
1) Dr. Yustina, M.Si berperan sebagai koordinator kegiatan pelatihan, mempersiapkan
proposal dan perangkat-perangkat yang digunakan dalam pelatihan, narasumber
materi tentang manfaat Bawang dayak serta teknis pembudidayaan dan
pengulahannya menjadi teh BADAK, membuat laporan pelaksanaan kegiatan, yang
juga berperan sebagai Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).
2) Drs.Silvia Reni, M.Si berperan sebagai narasumber materi tentang pengolahan pupuk
KOMPOS.
Peserta mengikuti kegiatan dengan aktif dan bersungguh-sungguh.Hal ini adanya
motivasi yang tinggi dari pemateri dalam menggali potensi-potensi yang ada pada
peserta.Namun, ditinjau dari jalannya pelaksanaan pelatihan, terdapat beberapa guru yang
masih belum mengetahui tentang teknis pengemasan produk yang sesuai dengan selera
konsumen, Kegiatan ini, dilanjutkan pada kegiatan pendampingan pada pertemuan berikutnya
(bimbingan pengemasan produk).
Dari hasil diskusi dengan peserta dan penghulu kampung Jaya pura sebagai tempat
pelaksanaan workshop maka dapat dipetakan bahwa dari semua peserta di kampungJayapura,
didapat bahwa belum ada materi terkait dengan topik workshop tentang budidaya bawang
dayakmaupun informasi tentang pengolahan bawang dayak menjadi teh bawang dayak di
kampungJayapura kabupaten Siak provinsi Riau. Maka dari itu materi woekshop yang
dilatihkan dalam kegiatan ini, merupakan masukan yang berguna dalam pengayaan wawasan
masyarakat yang dapat dijadikan alternatif industri rumah tangga.
Dari kegiatan workshop, didapatkan masukan dari peserta untuk menyempurnakan
kegiatan yang dilatihkan yaitu perlu dibuat himpunan kegiatan yang berkeinginan untuk
menindaklanjuti penerapan workshop untuk diuji cobakan dan perizinannya kepada balai
BPOM kecamatan Bunga raya. Hal tersebut disarankan untuk diterapkan dan akan dievaluasi
hasilnya pada saat kegiatan bimbingan pendampingan berikutnya
Tahap-3, Monitoring pendampingan kegiatan hasil selama workshop di kampung
Bunga Jaya purapadabulan Oktober 2017 yaitu meninjau pertumbuhan pembibitan bawang
dayak di kampung Jayapura. Mengevaluasi respons peserta sasaran terhadap penerapan di
lapangan, mengumpulkan informasi tentang kendala dan peluang bertumbuhnya produk teh
BADAK.
Hasil kegiatan workshop dan monitoring penerapan kegiatan workshop, dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1) Peserta sudah dapat mengetahui manfaat dan khasiat bawang dayak
2) Peserta berminat dan termotivasi melakukan kegiatan budidaya tanaman bawang
dayak.
3) Peserta termotivasi mengembangkan produksi teh BADAK dalam wadah (Forum
Binaan Edukasi Kampung Jayapura) dan pendampingan dari LPTK Biologi-FKIP
UR dan LPPM UR.
Saran dalam kegiatan ini disarankan seluruh peserta dapat lebih memahami budidaya
dan produksi teh BADAK serta pengemasan dan pemasarannya. Kerjasama yang baik ini dari
(Forum Binaan Edukasi Kampung Jaya pura) dan pendampingan dari tim pengabdian LPPM
UR.
B. PELATIHAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
(blm ada)
5.2 Luaran Kegiatan
i. Terbentuk kumpulan ibu-ibu penerapan TOGA budidaya bawang dayak di kampung
Jayapura.
ii. Dirancang paket produk pengemasan produksi bawang dayak di kampung Jayapura.
iii. Publikasi kegiatan desa binaan melalui pemberitaan di Riau pos, benner, panduan teh
bawang dayak, pupuk.
iv.
BAB VI
RENCANA TAHUN BERIKUTNYA
Tahun II
(2018)
Bidang Pendidikan:
Pelatihan
Pengembangan Karya
tulis Ilmiah
dikalangan guru
Bidang Lingkungan:
Peluang usaha Rumah
Tangga dari tanaman
obat
Bidang ekonomi
Analisa Peluang
usaha-usaha mikro
kecil dan Strategi
Pengembangan
usaha mikro kecil
Teknologi
pembuata
n pupuk
organik
Pelatihan
Teknik
Pengemas
an produk
Analisa
Kelayakan
Usaha
Manajemen
Usaha
Teknik
pemasaran
Produk
Implementasi Pola
Hidup sehat dan
preventif
pencegahan
penyakit yang
disebabkan oleh
kolesterol dan
gula darah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Produk bawang dayak dapat dijadikan salah produk herbal untuk kesehatan
masyarakat dan dapat menjadi salah produk unggulan desa binaan Jayapura.
2. Produk pupuk organik padat yang dihasilkan dapat dijadikan produk tambahan
kebutuhan rumah tangga, masyarakat dan Usaha Masyarakat Kecil dan Menengah
(UMKM)
3. Penulisan karya ilmiah dan pelatihan MS. Office, Informasi Teknologi akan
menunjang peningkatan mutu pendidikan bagi Kepala sekolah dan Guru-guru
5.2 Saran
1. Perlu adanya pengemasan yang baik untuk the bawang dayak, jika dipasarkan
secara luas.
2. Perlu memeriksa kandungan komposisi teh bawang dayak dilaboratorium.
3. Perlu pengemasan terhadap produk kompos yang dihasilkan. Serta uji
karakteristik pupuk berdasarkan SNI.
4. Perlu mengundang perwakilan dari masing-masing sekolah untuk mengikuti
penulisan karya ilmiah, MS. Office dan Informasi Teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah, R. 2008. Preferensi dan Konsumsi Fast Food Dalam memenuhi
Kecukupan GiziRemaja di Bandar Lampung, Research Report dari
LAPTUNILAPP.
Anna Poedjiadi. (1994). Dasar -dasar Biokimia. UI Press : Jakarta.
Anonim. 1995.Fermentasi Bahan Organik Dengan Teknologi Effective
Mocroorganismes -4(EM4).Indonesiaan Kyusei Nature Farming Societies and
PT. SonggolangitPersada.Jakarta.
Babula, P., R. Mikelovab, D. Potesilb, V. Adam, R. Kizek, L. Haveld & Z. Sladkya.
2005. Simultaneous determination of 1,4 naphtoquinone, lawsone,juglone and
plumbagin by liquidchromatography with UV detection. Biomed Paper. Vol
149: 25- 28.
Bowman, S.A. 2004. Effect of Fast Food Consumption on energy intake and diet
quality among
children in a national household survey. Pediatrics, 113: 112-118.
Damanhuri, E dan Padmi. T. 2006. Pengelolaan Sampah. Diktat Kuliah Dep. Teknik
Lingkungan
ITB. Bandung.
Devi Ratna, M. 2014. Pengaruh Pemberian Serbuk Biji Labu Kuning (Cucurbita
Moschata)
Terhadap Penurunan Kolesterol LDL Pada Tikus Wistar Hiperkolesterolemia.
Skripsi .
Universitas Diponegoro. Semarang.
Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Djuarnani, N., Kristian, dan Setiawan, B.S. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos,
Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Galing Dimas Fatriawan. 2014. Kadar Kolesterol Darah dengan Pemberian Minuman
Berkarbonasi Pada Mencit (Mus Musculus). Skripsi. Universitas
Muhammadiyah
Surakarta. Semarang.
Galingging, R.Y. 2009. Bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.) Sebagai Obat
Multifungsi.
( http://kalteng litbang deptan.go.id/bawang-dayak/pdf) . Diakses pada tanggal 5
Oktober 2016.
Hadisuwito, S., 2012. Membuat Pupuk Kompos Cair. PT. Agromedia Pustaka,
Jakarta
Ilham.2013. Anova Satu Jalur ( Anova One way ).(http://blogspot.com/ilhamzen09).
Diakses pada tanggal 4 November 2016 di Pekanbaru.
Indriani, Y.H., 2014. Membuat Kompos Secara Kilat, Penebar Swadaya, Jakarta
LIPI.2009.Kolesterol.(hhttp://www.bit.lipi.go.id/pangankesehatan/documents/artikel_
kolesterol/
kolesterol.pdf). Diakses tanggal 12 Oktober 2016 di Pekanbaru.
Malole, Pramono SU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di
Laboratorium.Bogor : PAU IPB.
Marsono dan Paulus., 2001. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi . Penebar Swadaya,
Jakarta
Murbano, L., 2004. PUpuk organik Padat, Pembuatan Aplikasi. Penebar Swadaya,
Jakarta
Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam Toksikologi.
Yogyakarta:
Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM.
Silalahi. 2006. Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Smith, Mangkoewijoyo ,S. 1998. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan
Percobaan di
Daerah Tropis. Edisi 1. : Jakarta: UI Press. Hal : 37-39.
SNI: 19-7030-2004. 2004. Spesifikasi Kompos Dari Sampah Organik Dometik.
Standar
Nasional Indonesia
Sutedjo. 2006. Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Dian Rakyat
Tjay, T.H., Rahardja, K. (2002). Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
Efek Sampingnya
.Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Halaman 540-541.
Wardani, R. 2009. Identifikasi Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder Ekstrak
Kloroform
Umbi Bawang Sabrang (Eleutherinepalmifolia (L.) Merr.). Makalah Seminar
Kimia di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya. Hal.1-10.
Yuwono, Dipo. 2006. Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya
JPII 6 (2) (2017) 298-305
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia
http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii
THE IMPLEMENTATION OF CONSTRUCTIVISM-BASED STUDENT WORKSHEETS WITHIN THE THEME ‘THE PREVENTION OF LAND AND
FOREST FIRE’ IN SCIENCE EDUCATION FOR SEVENTH GRADERS IN RIAU
Yustina1*, Kapsin2
1Department of Biology Education, Faculty of Teacher and Education, Universitas Riau, Indonesia2SMPN 1 Bungaraya, Siak Regency, Indonesia
DOI: 10.15294/jpii.v6i2.10573
Accepted: February 18th, 2017. Approved: June 15th, 2017. Published: October 17th, 2017.
ABSTRACT
The issues of land and forest fire require a comprehensive effort, one of which is through the dissemination of educational values, such as science education. This verification study aims to examine the truth of the stage com-petence on the constructivism approach of the advanced test on student woksheet 1 and 2 and compare it with the test results 2 on the theme of forest and land fire and peat swamp ecosystem as well as global warming and its impact. The study was conducted in the laboratory of Biology department, Faculty of Teacher Training and Edu-cation, Universitas Riau and SMPN 1 Bungaraya in September-December 2016. This type of research is verivica-tion research of advanced test results with test results on 2 sets of developed student worksheet. The data were collected from student worksheet. The results from this study indicate that students’ competence in constructing ideas through constructivism approach is ‘good’ at student worksheet 1 (mean score=3.27) and ‘very good’ at stu-dent worksheet 2 (mean score=3.43). The data also show that there was a consistency between the advanced test to the experimental test II. This study concludes that student worksheet 1 and student worksheet 2 can improve the students’ competence in building their knowledge on the topic of forest and land fires, and both worksheets (student worksheet 1 and 2) are eligible to be used as a reference for teaching science subject for Grade VII.
© 2017 Science Education Study Program FMIPA UNNES Semarang
Keywords: student worksheets; constructivism; approach
INTRODUCTION
The Department of Forestry notes that the land and forest fire in Indonesia has reach-ed 38,000-40,000 hectares in 2015. Peat swamp forests are vulnerable natural resources prone to environmental changes. Due to this vulnerabili-ty, this ecosystem should be handled carefully to prevent its function deteriorating from some cau-ses, such as one of which, land and forest fire. To reduce the number of land and forest fire, related stakeholders need to conduct special policy enfor-cement interventions against the perpetrators of land burners (Darmawan et al., 2016).
Land and forest fire is related to the exploi-tation of peatlands for establishing oil palm plan-tations, followed by the addition of canals. These canals serve as water transportation routes to fa-cilitate the transport of logged timber trees from forests or peatlands. Additionally, it also serves as means transport for palm seedlings and other necessaries that are difficult to transport through peat swamps. These canals cut the water flow to the creeks thus cause drainage of watershed are-as. These could be the trigger for peatland fires in watershed and for the decline of fish diversity (Yustina, 2016).
Some efforts to prevent and avoid the land and forest fire have been made, yet the optimal results have not been achieved. One of the cau-ses for the unsuccessfulness of the efforts is the lack of people knowledge and understanding on
*Address Correspondence: E-mail: [email protected]
299Yustina, Kapsin / JPII 6 (2) (2017) 298-305
the dangers of land and forest fire and its impacts on the peat swamp ecosystem. Therefore, it needs more comprehensive efforts to instill the values of knowledge in order to prevent land and forest fire.
The cultivation of knowledge values, in-cluding the knowledge about land and forest fire is basically an inherent principal of educational process. Education is a means to shape percep-tions, attitudes and human behavior. A positive attitude toward the environment can be effec-tively instilled through constructivism learning approach in secondary schools (Yustina et al., 2010). Therefore, optimizing the role of secon-dary education in developing the knowledge and understanding the environmental issues (e.g. land and forest fire) become very strategic to be stu-dent-centered. Sumarni et al. (2016) believed that student-centered learning has virtues and benefits to students to develop three learning domains namely cognitive, affective and psychomotor do-mains. It begins with practical organized work and plays an important role in the creativity asso-ciated with daily life activities to build students’ knowledge and skills.
Constructivism is a combination of ideal behavior and cognitive. It describes how students understand the materials and also how teacher can deliver the material effectively. Constructi-vism as an educational theory requires teachers to consider what students know and allows stu-dents to develop their knowledge into practice (Amineh & Asl, 2015). Constructivism presents an alternative paradigm against objectivism in a way that investigation depends on how risk is built and handled in particular historical, socio-cultural and political contexts (Chipangura & Waldtm, 2016).
Ministerial regulation No. 19 Year 2005 on Education based on Local Excellence stated that educators can develop teaching instruments and materials according to local uniqueness or needs by integrating them into particular subjects. Con-textual environmental phenomena on the envi-ronmental management and diversity are very useful for teaching about environment and are to be applied in the students’ daily life (Priyanto et al., 2013).
Rosnita (2016) also argues that the basic concept of science can be developed through scientific and critical thinking works. This can be done through some stimulating activities such as practicum in a well-equipped laboratory. Another strategy to develop students’ curiosity is through useful and contextual learning materials. In the
learning activities, students can be guided by using student worksheets.
Student worksheets within the theme ‘pre-venting the land and forest fire’ were integrated to three basic competences in science education for secondary schools. The three competences inclu-ded in the worksheets are: basic competence 3.8 about ecosystem; 3.9 about environmental pol-lution; and 3.10 about global warming. The in-tegration of materials on land and forest fire into student worksheets was considered on the basis that student worksheets have some advantages, such as facilitating the learners more effectively, helping the learners be more independent, and helping the learners to do written tasks.
Previous study has conducted a limited experiment on the development of student work-sheets within the theme ‘Preventing Land and Forest Fire’ (Fitri, 2016). A verification study aims to verify this result by conducting a post hoc test to ensure the students’ experience in using the worksheets. Prior to collecting data with the students, the study collected science teachers’ responses in Bungaraya sub district on the con-tent, design, and the pedagogy of the worksheets based on the constructivism approach. Finally, the present study revises the students worksheets to complement them (Yustina et al., 2016).
Verification research is conducted to test the truth of existing science either in the form of concepts, principles, procedures, propositions or practice of education itself. The research data obtained is used to prove the existence of doubt on information or educational problems (Arifin, 2014).
This verification study aims at testing the truth on the impression of competence process in each stages of scientific development through constructivism approach. The stages are: deve-loping ideas, structuring ideas, application, and reflection. The data was collected from student worksheets for seventh grade students at SMPN 1 Bungaraya, Siak regency.
METHODS
This post hoc research investigated the use of students worksheets with the theme ‘the pre-vention of land and forest fire’ at SMPN 1 Bunga-raya during August to December 2016. The study employed purposive sampling (Darmadi, 2014), and involved 60 students from Grade VII SMPN 1 Bungaraya. Two sets of student worksheets were used for the post hoc test. Student work-sheet 1 with the theme ‘types of ecosystems’ and
Yustina, Kapsin / JPII 6 (2) (2017) 298-305300
student worksheet 2 with the theme ‘global war-ming, effects, and prevention’. Data was collected from the students’ responses on the worksheets. The students’ competence on constructivism sta-ges is classified into: generating ideas, structuring ideas, application, and reflection. The score was accumulated, drawn the percentage, compared to the experiment 2 result (Fitri, 2016), and then analyzed descriptively. The stages in this verifica-tion study are presented in Figure 1.
The description of the activities in the Figu-re 1 is as follows: (a) Together with the instructor of the training, the trainees conducted evaluati-on and revision of student worksheet format as a part of the training activities of student worksheet development on the prevention of land and forest fire to science teachers of Junior High School in
Siak District. The revision they made was like an addition of activity schedule and assessment co-lumn at the end of section; (b) In the following week, this revised student worksheet was further applied by the teachers for further examination to Bungaraya Junior High School students; (c) In the third week, student worksheet results of this trial were analyzed to see the students’ competen-ce in terms of their skills of building knowledge through constructivism, which consisted of sta-ges: idea-generating, idea-structuring, applicati-on and reflection; and (d) The result of student worksheet data analysis was shown in table form, and the mean value at each constructivism sta-ge was shown as bar graph, then compared with result of trial II (Fitri, 2016) for verification test.
Figure 1. The Flowchart of Study: The Use of Students Worksheets Based on Constructivism Ap-proach in Grade VII of SMPN 1 Bungaraya
Figure 1 shows that on the activity of stu-dent worksheet with theme of preventing forest fire, the science teachers in Siak carried out an evaluation of student worksheet format. In the following week, the revised format was imple-mented in SMP Bungaraya. In the third week, the students’ competence is analyzed by using con-tructivism. The result of data analysis was pre-sented in table and chart that it is compared to the Trial II for verification.
RESULTS AND DISCUSSION
Upon the collection of students’ responses from the post hoc test, the responses were analy-zed based on the constructivism approach which was the basis principle of developing the student worksheet. The post test of student worksheet completed by studeents was then submitted, so
the teachers can assess the stages of constructi-vism in the student worksheet: developing ideas, structuring ideas, application, and reflection.
The worksheets under investigation are student worksheet 1 with the theme ‘types of ecosystems’ (Table 1) and student worksheet 2 with the theme ‘global warming, effects, and prevention’ (Table 2). Based on indicators of constructivism approach, each student worksheet obtained mean score of 3.27 and 3.43 within the category of ‘good’. The highest score from both student worksheet is found at the stage of ‘de-veloping ideas’ with mean score of 3.67 (very good). In this stage of developing ideas, students are able to explain what they already know about the ‘types of ecosystems’ in student worksheet 1 and ‘factors causing global warming and the im-pacts of global warming’ in student worksheet 2.
301Yustina, Kapsin / JPII 6 (2) (2017) 298-305
(very good category), with following details: 36 students with score 4, 21 students with score 3 and 3 students with score 2. Then, the average score for application skills is 3.00 (good catego-ry), with details: 24 students with score 4, 20 stu-dents with score 3, each of 8 students with scores 2 and 1. Finally, the average value for reflection is 2.87 (good category), with the details: 22 students with score 4, 18 students with score 3, and each 10 students with score 2 and 1.
There were 60 Students who took the ad-vanced test. Their average score is 3.27 (good category). The results of the assessment of constructivism stages in student worksheet show that the average score for the generating ideas is 3.67 (very good category) with the following details: 45 students with score 4 (very good ca-tegory), 10 students with score 3 (good catego-ry) 2 with score 2 (enough category). While the average score for structuring ideas skills is 3.55
Table 2. The Result of LKPD II, Theme ‘The Causes and Effects of Global
Constructivism StagesScore N
(Students)Mean Category
4 3 2 1
Developing ideas 45 10 5 - 60 3.67 VG
Structuring ideas 36 21 3 - 60 3.55 VG
Application 28 24 8 - 60 3.34 G
Reflection 28 18 10 4 60 3.17 G
Mean 3.43 G
Note : VG=very good, G=Good, QG=Quite Good, NG=Not So Good
Table 1. The Result of Student Worksheet I, Theme ‘Type of ecosystems’
Constructivism StagesScore N
(Students)Mean Category
4 3 2 1
Developing ideas 45 10 5 - 60 3.67 VG
Structuring ideas 36 21 3 - 60 3.55 VG
Application 24 20 8 8 60 3.00 G
Reflection 22 18 10 10 60 2.87 G
Mean 3.27 G
Note: VG=very good, G=Good, QG=Quite Good, NG=Not So Good
Table 2 describes assessment results of stu-dent worksheet II. Of the 60 students who follo-wed the advanced test, their average score is 3.43, with the following details: In terms of developing ideas, 45 students get a score of 4; 10 students get a score of 3; and 5 students are with a score of 2. Their overall average score are 3.67 (very good category). For structuring ideas, 36 students get a score of 4; 21 students are with a score of 3; and 3 students are with a score of 2, with a mean sco-
re of 3.55 (very good category). The mean score for application is 3,34 (good category) with the following details; 28 students are with score 4; 24 students are with score 3; and 8 students are with score 2. The average score for reflection is 3,17 (good category), with the following details: 28 students are with score 4; 18 students are with score 3; 10 students are with score 2; and 4 stu-dents are with score 1.
The stage of ‘structuring ideas’ gained mean score of 3.55 (very good) in which students are able to differentiate the types of ecosystems, to explain the characteristics of peatland ecosys-tems, and mentioning the biotic and abiotic com-ponents in the water ecosystems (student work-sheet 1). In student worksheet 2, students are able to explain the process of climate change and its impacts to the environment.
In the application stage, student worksheet 1 shows mean score 3.0 and student worksheet 2 shows 3.34 within the criteria ‘good’. Questi-ons in the worksheets related to this stage requi-re the students to apply the ideas that they have developed to solve a problem, for instance: why land and forest fire could happen and why the fire is hard to cease (student worksheet 1), and what the correlation between global warming
Yustina, Kapsin / JPII 6 (2) (2017) 298-305302
and atmosphere layers (student worksheet 2). In the last stage (reflection), student worksheet 1 shows mean score of 2.87 and student worksheet 2 shows 3.17 within the category of ‘good’. From the result of the advanced test from both student worksheet , it can be seen that the highest score from the constructivism stages is on the develo-ping ideas and structuring ideas. Meanwhile, the lowest score is on the reflection stage.
Verification test To test the truth of competence process in
each stage of constructivism learning namely: developing ideas, structuring ideas, application, and reflection, the researcher compared the re-sults from post hoc test to the experiment II from the previous study (Fitri, 2016) The comparison result on the stages of development from both student worksheets is presented in Figure 2.
Figure 2. The Comparison of Advanced Test with The Experimental Test II on the Stages of Con-structivism on Student Worksheet 1 and Student Worksheet 2
From the post hoc and experiment test II on both student worksheets (Fitri, 2016), it can be seen that the highest mean score is on the stages of developing ideas and structuring ideas. In ex-periment test II, the lowest mean score is on app-lication stage, while on the post hoc test the lo-west score is on reflection stage. The experiment test II shows mean score in student worksheet 1 which tends to be lower than student worksheet 2. Meanwhile, the post hoc test shows higher sco-re than the experiment II test. Despite this slight difference, it can be concluded that students’ competence in constructivism learning is on the category of ‘good’.
DISCUSSION
In the stage of developing ideas, students are able to express their pre-existing knowledge on the types of ecosystems and the issues of glo-bal warming and the impacts. Similarly, on the stage of structuring ides, students are required to recall their memories to express what they alrea-dy know. The themes in student worksheet 1 and student worksheet 2 are on issues of land and fo-rest fires related to peatland ecosystems (Rasyid, 2014) which students experience in their daily life. The difference in students’ competence is determined not only by teaching instruction, but
also students’ engagement in the learning pro-cess. According to Cirik & Kaya (2015), teaching experience is not one of the most effective variab-les for designing and implementing constructivist learning environments. The implementation of a constructivist approach is not only related to te-acher action, but also student participation in this process should also be taken into account.
In the stage of structuring ideas, students build their own assumptions to make useful kno-wledge in new situations. Students should make any efforts to understand the information they re-ceive. They should be able to manipulate, disco-ver, and create knowledge to fit their belief system. Questions in the worksheets at this stage provide an opportunity for students to develop ideas, and to select which ideas must be retained and which ones to be removed/replaced. This is in line with the conclusion by Bhattacharjee (2015) that new learning experience is built on prior knowledge in order to understand information, to make con-nections between old knowledge and new infor-mation. Students should compare, ask, challenge, investigate, accept or discard old information and beliefs for the new ones.
Later on, Sundawan (2016) argues that the learning process (knowledge acquisition) begins with the occurrence of cognitive conflict. This cognitive conflict can only be anticipated by self-
303Yustina, Kapsin / JPII 6 (2) (2017) 298-305
regulation, and the outcome of the learning pro-cess will be constructed by the students themsel-ves through experience of interaction with their environment. The emphasis on teaching and learning focuses more on the students organizing their experiences, rather than on students’ preci-sion in replicating what the teachers say or do.
Saputra et al. (2016) states that the imple-mentation of constructivism learning presented in some stages will be able to improve students’ ability of quantitative literacy and scientific at-titude. Student positive responses to the stages of constructivism learning help them build concepts and structuring ideas during direct interaction with groups or individuals.
Riau province has peatland ecosystems with the prolonging problems on land and forest fire for the past 17 years. This phenomenon is na-turally experienced by the student participants in this study. By connecting students’ experience to teaching and learning activities through student worksheets, it is expected to increase their lear-ning motivation. This is because contextual lear-ning can improve students’ motivation thus facili-tate their understanding on the materials (Yustina & Febrita, 2013). The constructivism approach has some main aims to help the students learn ‘how to learn’ by promoting critical thinking and independent learning (Kalpana, 2014).
In the application stage, mean score in post hoc test tends to be lower than the experiment 2 test. Questions on worksheets regarding this sta-ge require the students to apply the ideas that they have developed to solve problems. However, some students seem difficult to relate some con-cepts, such as: which characteristics of peatlands can cause fire and how this fire impacts the clima-te change and other human activities.
The difference on the result between the post hoc and experiment test II is allegedly cause by the difference of participant numbers, where participants in the experiments II consist only 18 student participants selected randomly from one class. Meanwhile, the participants on post hoc test consist of 65 student participants. The bigger is the sample size approaching the population size, the error margin in generalization is smaller. Similarly, the smaller number of sample in com-parison to the population size, the error margin in generalization is bigger (Darmadi, 2014).
The reflection stage in the post hoc gained the lowest score of the other stages. The reflection stage can be seen in the conclusions made by the students, according to Maimunah (2001) this stage aims to make students aware of changes of earlier idea and to familiarize them-
selves with the learning process that allows them to reflect on the extent to which their ideas have changed. This is related to the student’s ability to process the information and to connect, integra-te, incorporate, interpret, and analyze the results either by inductive or deductive principles.
According to Subahan & Ismail (2017) the skills of information processing relate to the students’ ability to assess, organize, absorb, and use information effectively from various sources through the process of analyzing, interpreting, assessing and synthesizing. This is in line with the constructivism view which emphasizes the stu-dents’ active role in developing their understan-ding and processing the information. Constructi-vist teaching is thus a learner centered approach in which students are actively involved in the construction of knowledge rather than passively engaged as passive listeners (Kalpana, 2014).
The overall result on the assessment of the constructivism approach stages could be classi-fied as ‘good’. This indicates that the developed student worksheet is in accordance with the de-sired constructivism approach and is able to help the students reconstruct their ideas related to the materials at the student worksheet.
The use of constructivism approach in edu-cation has an immediate effect on student lear-ning. Students are active agents in the process of knowledge construction and dissemination. They participate in the learning process and are respon-sible for their own learning by making meaning in their own context (Hussain, 2012). The stages of constructivism approach help students build their knowledge both independently and collecti-vely thus they can improve student learning out-comes (Sutisna, 2013). This idea was supported by Irawati (2011) who argues that contructivism learning invites positive responses from the stu-dents as they are fully involved in the process of constructing knowledge, practicing their commu-nication skills in discussion and cooperation, and improving their responsibility by the individual or group works.
According to Amin (2012), the success and effectiveness of constructivism learning are much determined by the teacher efficacy in ma-naging the classroom and learning activities wit-hin ideal achievement time, improving students’ involvement and positive response, as well as improving the student outcomes. Constructivism-based cooperative learning application by using animated video, for instance, can inspire students and help them relate the teaching materials to the real-life situations around them (Imamah, 2012).
Yustina, Kapsin / JPII 6 (2) (2017) 298-305304
Constructivism emphasizes student-cen-tered learning, learning styles and collaborative learning supported by teachers’ scaffolding and authentic tasks (Dagar & Yadav, 2016). Construc-tivist learning can be developed using the princip-les of social constructivism to improve academic achievement, higher-order thinking and social and emotional skills of students. To implement the constructivist principle in teaching and lear-ning process, teachers need to have strong kno-wledge of content as well as the knowledge of pedagogy. Constructivist theory is very useful for teachers in their efforts to help students under-stand the substantive and syntactic components of the subject being taught (Amarin & Ghishan, 2013).
Bada & Olusegun (2015) suggests that in constructivism approach, students need to acti-vely build knowledge in their own minds by se-lecting and modifying information, verifying new information to the old information, and revising the information when it is no longer valid. This constructivism view considers the students as an active agent in the process of acquiring kno-wledge. Two important notions revolve around the process of constructing knowledge. The first notion suggests that learners build a new under-standing by using what they already know. The second notion suggests that learning is active rat-her than passive.
CONCLUSION
This study concludes that students’ com-petence in constructing ideas through construc-tivism approach is ‘good’ at student worksheet 1 (mean score=3.27) and ‘very good’ at student worksheet 2 (mean score=3.43). The data also showed that there was a consistency with the se-cond trial test.
The research implies that both worksheets (student worksheet 1 and 2) can improve stu-dents’ competence in building their knowledge on the prevention of land and forest fire. It also implies that student worksheet 1 and 2 are eligible as reference materials for the teaching science education, especially for Basic Competence 3.8 on ecosystem, Basic Competence 3.9 on environ-mental pollution and Basic Competence 3.10 on global warming. These worksheets are suitable for Grade VII science teachers working at peat ecosystem in improving the students’ understan-ding and knowledge on the prevention of land and forest fire as well as on the preservation of peat swamp ecosystem.
REFERENCES
Amarin, N. Z., & Ghishan, R. I. (2013). Learning with Technology from a Constructivist Point of View. International Journal of Business, Humani-ties and Technology, 3(1), 52-57.
Amin, A. M. (2012). Pengembangan Perangkat Pem-belajaran Biologi Berbasis Konstruktivisme Berdasar Teori Sosial Vygotsky di Sekolah Menengah Atas. Sainsmat, 1(2), 109-124.
Amineh, R. J., & Asl, H. D. (2015). Review of Con-tructivism and Social Contractivism. Journal of Social Sciences, Literature and Languages (JSSLL), 1(1), 9-16.
Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan Para-digma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bada. S. O., & Olusegun, S. (2015). Constructivism Learning Theory: A Paradigm for Teaching and Learning. International Organization of Sci-entific Research Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME), 5(6), 66-70.
Bhattacharjee, J. (2015). Constructivist Approach to Learning–An Effective Approach of Teaching Learning. International Research Journal of In-terdisciplinary & Multidisciplinary Studies, 1(4), 23-28.
Chipangura, P., Van Niekerk, D., & Van Der Waldt, G. (2016). An Exploration of Objectivism and Social Constructivism within The Context of Disaster Risk. Disaster Prevention and Manage-ment, 25(2), 261-274.
Cirik, L., Çolak, E., & Kaya, D. (2015). Contructivist Learning Enviroments: The Teachers’ and Stu-dents’ Perspectives. International Journal on New Trends in Education and Their Implications, 6(3), 30-44.
Dagar, V.,& Yadav, A. (2016). Contructivism: A Para-digm for Teaching and Learning. Arts Social Sci-ences Journal, 7, 4-10.
Darmadi, H. (2014). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.
Darmawan, B., Siregar, Y. I., Sukendi, S., & Zahrah, S. Pengelolaan Keberlanjutan Ekosistem Hu-tan Rawa Gambut terhadap Kebakaran Hutan dan Lahan di Semenanjung Kampar, Sumatera (Sustainable Management of Peat Swamp For-est Ecosystems Toward Forest and Land Fires in Kampar Peninsula, Sumatera). Jurnal Manu-sia dan Lingkungan, 23(2), 195-205.
Fitri. (2016). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Di-dik (LKPD) Berbasis Pendekatan Konstruktivisme Tema Kebakaran Lahan dan Hutan (KARLA-HUT) Pada Mata Pelajaran IPA kelas VII SMP. (Skripsi). Riau: Universitas Riau.
Hussain, I. (2012). Use of Constructivist Approach in Higher Education: An Instructors’ Observa-tion. Creative Education, 3(2), 179.
Imamah, N. (2012). Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Berbasis Konstruktivisme Dipadukan dengan Video
305Yustina, Kapsin / JPII 6 (2) (2017) 298-305
Animasi Materi Sistem Kehidupan Tumbuhan. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1(1), 34-42.
Irawati, S. (2011). Upaya Peningkatan Kualitas Perku-liahan Dasar-Dasar Pendidikan MIPA Me-lalui Penerapan Pendekatan Konstruktivisme dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament. EXACTA, 9(1), 51-59.
Maimunah, S. (2001). Pembelajaran secara Konstruktiv-isme. Malaysia: Pusat Perkembangan Kuriku-lum Kementrian Pendidikan Malaysia.
Subahan, M., & Ismail, M. (2017). Pedagogi Abad ke-21. Selangor: Percetakan Jiwabaru Sdn. Bhd.
Prayitno, Y., Djati, M. S., Soemarno, S., & Fanani, Z. (2013). Pendidikan Berperspektif Lingkungan Menuju Pembangunan Berkelanjutan. WA-CANA, Jurnal Sosial dan Humaniora, 16(1), 41-51.
Rashid, F. (2014). Permasalahan dan Dampak Ke-bakaran Hutan. Widyaiswara Network Journal, 1(4), 47-59.
Rosnita, R. (2016). The Development of Laboratory-based Earth and Space Science Learning Mod-el to Improve Science Generic Skills of Pre-service Teachers. Indonesian Journal of Science Education, 5(2), 171-176.
Saputra, I. D., Anggraeni, S., & Supriatno, B. (2016). Implementasi Pendekatan Konstruktivisme pada Pembelajaran Biologi dalam Mening-katkan Kemampuan Literasi Kuantitatif dan Sikap Ilmiah Siswa SMA pada Materi Pence-maran Lingkungan. In Proceeding Biology Educa-tion Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning (Vol. 13, No. 1, pp. 249-254).
Sumarni, W., Wardani, S., Sudarmin, S., & Gupitasari, D. N. (2016). Project Based Learning (PBL) to Improve Psychomotoric Skills: A Classroom Action Research. Jurnal Pendidikan IPA Indone-sia, 5(2), 157-163.
Sundawan, M. D. (2016). Perbedaan Model Pembela-jaran Konstruktivisme dan Model Pembelaja-ran Langsung. LOGIKA, 16(1).
Sutisna, Y. (2013). Penerapan Pendekatan Konstruktiv-isme untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Re-pository UPI. Jakarta.
Yustina, Oesman, K., & Meerah, T.S. (2010). Innova-tive Approach Inculcating Positive Attitudes and Students Involvement towards Environ-ment in Biology Classroom. Procedia Social and Behavioral Sciencedirec, 2, 3775-3779.
Yustina., & Febrita, E. (2013). Increase Motivation and Knowledge The Environment through Contextual Model. Journal Internasional Asian Social Science, 9(12), 237-243.
Yustina. (2016). The Impact of Forest and Peatland Exploitation towards Decreasing Biodiversity of Fishes in Rangau River, Riau-Indonesia. IJABERR, 14(14), 1043-1055.
Yustina., Syafii, W., Nursal., & Saberina. (2016). Pengembangan Perangkat Edukasi Pencegahan Ke-bakaran Lahan dan Hutan (KARLAHUT). Riau: LPPM Universitas Riau.
BUKU SAKU
BUDIDAYA, KHASIAT DAN PRODUKSI
TEH BADAK (BAWANG DAYAK)
SEBAGAI TANAMAN OBAT HERBAL
Oleh:
Yustina dan Nurul Jannah
Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Riau
Pekanbaru, Oktober Tahun 2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah-
Nyalah buku saku dengan judul “Budidaya, Khasiat, dan produksi Teh BADAK (Bawang
Dayak) sebagai Tanaman Herbal” dapat diselesaikan.
Buku saku bawang dayak merupakan hasil dari luaran kegiatan pengabdian
masyarakat di kampung Bungaraya, kecamatan Bunga Raya di Kabupaten Siak. Buku ini
memuat pemaparan secara singkat mengenai sejarah penyebaran bawang dayak, morfologi
tanaman, budidaya, proses pemanfaatan dan kajian mengenai teori bawang bawang dayak.
Dengan selesainya buku saku bawang dayak kami haturkan terimakasih setulus-
tulusnya kepada:
Bapak Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas
Riau atas disetujuinya kegiatan pengabdian ini.
Bapak Bupati Kabupaten Siak, yang telah memberi izin dalam pelaksanaan kegiatan
ini.
Bapak Penghulu dan sesepuh desa beserta kelompok ibu-ibu PKK, Budidaya TOGA
kampung Bungaraya, peserta KUKERTA – UR dan para petaniserta aktivis
lingkungan sekecamatan Bunga Raya.
Semoga kegiatan buku ini bermanfaat bagi masyarakat di sekitar wilayah kabupaten Siak
pada khususnya dan bagi kita semua, amiin...
Pekanbaru, Oktober 2017
Penulis,
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. 1
Daftar Isi ............................................................................................................ 2
Bagian 1 Pengenalan Bawang Dayak ..............................................................
1.1 Sejarah penyebaran bawang dayak (Eleutherine americana Merr) ........ 3
1.2 Habitat ..................................................................................................... 3
Bagian 2 Morfologi Bawang Dayak ................................................................ 4
2.1 Batang .................................................................................................. 4
2.2 Daun ..................................................................................................... 4
2.3 Umbi ..................................................................................................... 4
2.4 Bunga ................................................................................................... 4
2.5 Akar ....................................................................................................... 5
Bagian 3 Budidaya Bawang Dayak ................................................................. 6
3.1 Prosedur Penanaman Bawang Dayak .................................................. 6
3.2 Proses Pemeliharaan Bawang Dayak .................................................... 8
3.3 Proses Pemanenan Bawang Dayak ....................................................... 9
Bagian 4 Pengolahan Bawang Dayak .............................................................. 10
Bagian 5 Khasiat Bawang Dayak ................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... ........................ 12
3
BAGIAN 1
PENGENALAN BAWANG DAYAK
1.1 Sejarah penyebaran bawang dayak (Eleutherine americana Merr)
Bawang dayak (Eleutherine americana Merr) merupakan salah satu tanaman khas
Kalimantan Tengah dari suku Iridaceae (Ordo Liliales). Tanaman ini berasal dari daerah
tropis Amerika Selatan, terutama Brasil dan Bovilia lalu menyebar ke beberapa Negara,
termasuk ke Indonesia. Seorang pakar botani dari Amerika Serikat bernama Elmer Drew
Merrill yang memberikan nama Eleutherine americana Merr. Selain nama umum secara
ilmiah, tumbuhan ini juga memiliki beberapa nama daerah yaitu bawang dayak
(Palangkaraya, Samarinda), bawang hantu/kambe (Dayak),bawang sabrang; babawangan
beureum; bawang siyem (Sunda), brambang sabrang; luluwan sapi; teki sabrang (Jawa),
bawang sayup (Melayu) dan bawang lubak (Punan Lisum). Penyebaran bawang dayak tidak
hanya di Indonesia. Tumbuhan ini juga banyak ditemukan dan dibudidayakan di negara
Malaysia, Filipina, China (Pulau Hainan), Thailand bahkan di Negara Afrika.
Klasifikasi tanaman bawang dayak (Eleutherine americana Merr.)
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Sub Class : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Iridaceae
Genus : Eleutherine
Spesies : Eleutherine americana Merr. (Tjitrosoepomo, 2007)
1.2 Habitat
Bawang dayak memiliki habitat di tanah yang kaya akan belerang dengan PH antara
6-7. Banyak terdapat di daerah pegunungan antara 600 sampai 1500 m di atas permukaan
laut, misalnya di perkebunan-perkebunan teh, kina dan karet, serta di tepi-tepi jalan.
Tumbuhan ini juga menyukai tempat-tempat terbuka yang tanahnya kaya dengan humus dan
cukup lembab.
4
BAGIAN II
Morfologi Bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.)
Bawang dayak mempunyai ciri spesifik yaitu umbi tanaman berwarna merah meyala
dengan permukaan yang sangat licin. Letak daun berpasangan dengan komposisi daun
bersirip ganda.
2.1 Batang bawang dayak
Tumbuhan ini berupa terna menahun yang merumpun sangat kuat, membentuk rumpun-
rumpun besar. Tingginya hanya mencapai 26 -50 cm. Batang bawang dayak tumbuh tegak
atau merunduk, basah dan berumbi.
2.2 Daun bawang dayak
Bawang dayak memiliki daun tunggal lonjong berujung runcing dengan pangkalan yang
tumpu, pertualangan menyirip, warna hijau (daun seperti tanaman anggrek tanah) dan
berbentuk pita sepanjang 15-20 cm, lebar 3-5 cm mirip palem. Letak daun berpasangan
dengan komposisi daun bersirip ganda. Tipe pertulangan daun sejajar dengan tepi daun licin
dan bentuk daun berbentuk pita berbentuk garis. Daunnya ada dua macam, yaitu yang
sempurna berbentuk pita dengan ujungnya runcing, sedang daun-daun lainnya berbentuk
menyerupai batang.
2.3 Umbi bawang dayak
Bagian bawang dayak yang paling banyak dimanfaatkan yaitu umbinya. Umbi pada
tumbuhan bawang dayak umumnya berbentuk lonjong, bulat telur, merah seperti bawang merah,
tidak berbau menyeng dan terdiri atas lapisan-lapisan. Umbi dapat dikonsumsi setelah usia 4-6
bulan, dengan tinggi 20-40 cm, lebar 1,5-3 cm. Rimpang umbi bawang dayak agak keras dan
agak rapuh disebabkan karena tingginya kandungan pati, protein, dan kandungan air.
2.4 Bunga bawang dayak
Bunganya berupa bunga tunggal, warnanya putih, berkelopak lima dan terdapat pada ketiak-
ketiak daun atas, dalam rumpun-rumpun bunga yang terdiri dari 4 sampai 10 bunga. Bunganya
mekar menjelang sore, jam 5 sampai jam 7 sore dan kemudian menutup kembali. Buah kotaknya
berbentuk jorong dengan bagian ujungnya berlekuk. Bila masak merekah menjadi 3 rongga yang
berisi banyak biji. Bentuk bijinya bundar telur atau hampir bujur sangkar.
5
2.5 Akar bawang dayak
Tanaman bawang dayak memiliki system perakaran serabut. Jika bawang di tanam dalam
wadah pot kecil bediameter 5 cm makan dalam waktu 45 hari pot akan dipenuhi oleh akar serabut
berbentuk melingkar.
a b
e d c
f g
6
Sumber : Dokumentasi pribadi (06/11/2017)
Gambar 1. Morfologi bawang dayak (a) rumpun bawang dayak, (b) bawang dayak dewasa, (c)
bentuk daun , (d) panjang daun, (e) pangkal daun, (f) bunga saat mekar, (g) batang tegak, (h)
bentuk umbi, dan (i) akar serabut.
BAGIAN III
Budidaya Bawang Dayak
3.1 Prosedur Penanaman Bawang Dayak
Penanaman bawang dayak dapat dilakukan di tanah secara langsung jika untuk digunakan
sebagai obat. Hal ini dikarekan agar umbi dapat lebih mudah tumbuh dan berkembang. Selain
itu dapat juga ditanam di polibag atau di pot. Hal ini dikarekan umbi bawang dayak memiliki
bunga yang menarik dan dapat dijadikan sebagi penghias.
Berikut cara menanam umbi bawang dayak di dalam polibag atau pot :
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan seperti: polibag, pupuk kandang, tanah
humus, skop semen, dan bibit bawang dayak.
2. Buat media pembibitan bawang dayak dengan cara:
Masukkan tanah kedalam polibag
Tambahkan pupuk kandang (ayam, kambing, atau pun sapi) kemudian
diratakan dengan tanah humus.
Lipat bagian atas polibag dan beri label sesuai perlakuan.
3. Pisahkan umbi bawang bawang yang berukuran besar dengan anakannya setelah
pembibitan dari bawang dayak sebelumnya.
h i
7
4. Selanjutnya umbi yang anakan atau berukuran kecil, dipotong daunnya ± 15 cm
dari umbi untuk mengurangi penguapan dan angin kencang yang akan merusak
tanaman.
5. Kemudian masing-masing polibag ditanami umbi sebanyak umbi ± 30gr saja agar
umbi dapat berkembang dengan baik.
6. Lakukan hal yang sama pada setiap polibag yang disediakan.
]]]
a b
c d
e f
8
Sumber : Dokumentasi pribadi (06/08/2017)
Gambar 2. Proses penanaman bawang dayak (a) penyediaan tanah humus, (b) penyediaan
polibag (c) pupuk kandang kambing , (d) penyediaan media tanam (tanah humus dan pupuk
kompos), (e) proses pemisahan umbi, (f) hasil umbi yang dipisahkan, (g) penimbangan umbi (±
30 gr), (h) penanaman di dalam polibag.
3.2 Proses Pemeliharaan Bawang Dayak
1. Penyiraman, dilakukan secara rutin pada pagi atau sore hari untuk menjaga
ketersediaan air dan kelembaban pada tanah.
2. Pembersihan gulma, dilakukan dengan mencabut rumput di sekitar polibag
tanaman.
Sumber : Dokumentasi pribadi (06/08/2017)
Gambar 3. Proses perawatan bawang dayak
h g
9
3.3 Proses Pemanenan Bawang Dayak
Pemanenan bawang dayak dapat dilakukan sekurang-kurangnya 4 bulan setelah
penanaman. Pemanenan dilakukan dengan mencabut tanaman dan membersihkan tanah
yang ada pada umbi. Kemudian dipotong daun pada ujung umbi. Setelah itu umbi
ditimbang untuk mengetahui berat basah umbi.
Sumber : Dokumentasi pribadi (06/08/2017)
Gambar 4. Proses pemanenan bawang dayak (a) pemisahan tanah pada bawang dayak, (b)
bawang dayak yang sudah dipanen (c) penimbangan berat basah setelah dipanen.
a b c
10
BAGIAN IV
Pengolahan Bawang Dayak
Bawang dayak dapat dikonsumsi dalam bentuk persiapan segar , rebusan , infus ,
manisan , serta ekstrak capsulated. Untuk persiapan segar, mengambil 2 kali sehari , 4-5 umbi
. Hal ini disarankan untuk mengkonsumsi bawang dayak satu jam sebelum waktu makan
untuk penyerapan lambung maksimal . Orang yang memiliki gangguan lambung seperti maag
dianjurkan untuk mengambil 2 jam setelah waktu makan. Demikian juga orang-orang yang
memiliki tekanan darah rendah atau hipotensi tidak dianjurkan mengambil kecuali mereka
bawa bersama dengan minuman jahe .
Di bawah ini diagram teknik pengolahan bawang dayak menjadi teh celup secara
tradisonal.
Dicuci bersih
Diiris tipis-tipis
Dikeringkan
Dikemas menjadi teh celup
Teh Celup BADAK siap dipasarkan
Irisan umbi
bawang dayak
yang sudah
kering
Basah
1 2 3
6 1 7 1
Kering
4 2 5
2
Umbi bawang
Dayak
11
Sumber : Dokumentasi pribadi (06/08/2017)
Gambar 5. Proses pengolahan bawang dayak (a) pemanenan bawang dayak, (b) pemilihan bawang
dayak yang berukuran besar (c) pembersihan bawang , (d) pencucian bawang, (e) bawang dayak yang
sudah dicuci, (f) bawang dayak diiris tipis, (g) bawang dayak diiris tipis, (h) bawang dayak (basah),
(i) bawang dayak (kering), (j) hasil Produk BADAK, (k) irisan bawang dayak di rebus, (l) rebusan
ditunggu beberapa menit, (m) hasil rebusan bawang dayak, (n) hasil rebusan di saring, (o) dan (p).
Perbandingan hasil rebusan bawang dayak (Basah dan Kering).
8 9 10
11 12 13 14
15 16
Produk
Kering Basah
12
BAGIAN V
Khasiat Bawang Dayak
Bawang dayak memiliki kandungan berupa alisialisin. Senyawa ini yang bermanfaat
menurunkan tekanan darah dan menurunkan kekentalan darah. Selain itu, tumbuhan ini
secara turun temurun telah dipergunakan oleh masyarakat Dayak sebagai tumbuhan obat
yaitu obat berbagai jenis penyakit seperti kanker payudara, obat penurun darah tinggi
(hipertensi), penyakit kencing manis (diabetes mellitus), penurun kolesterol, obat jerawat dan
bisul, kanker usus, mencegah stroke, penyakit weil, disentri, disuria dan radang usus.
Penggunaan bawang tiwai atau bawang dayak dapat digunakan dalam bentuk segar,
simplisia, manisan dan dalam bentuk bubuk (powder). Naftokuinon dikenal sebagai
antimikroba, antifungal, antivirial dan antiparasitik. Selain itu, naftokuinon memiliki
bioaktivitas sebagai antikanker dan antioksidan yang biasanya terdapat di dalam sel vakuola
dalam bentuk glikosida. Kandungan senyawa kimia lain dari tumbuhan umbi bawang dayak
adalah flavonoid.
DAFTAR PUSTAKA
Galingging, R.Y. 2009. Bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.) Sebagai Obat
Multifungsi.( http://kalteng litbang deptan.go.id/bawang-dayak/pdf) . Diakses pada
tanggal 5 Oktober 2016.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermatohyta). Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.