PROPOSAL PROGRAM PENGABDIAN KLUSTER PENGABDIAN …

15
1 PROPOSAL PROGRAM PENGABDIAN KLUSTER PENGABDIAN UNGGULAN MANAJEMEN MASJID BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DI DUSUN KARANGANOM DESA KARANGANYAR PAITON PROBOLINGGO Ketua : Rojabi Azharghany, M.Si. Anggota : Farhan, M.Sos.I Anggota : Mohammad Helmi, S.Ag Anggota : Aulia Akbar Maulana Anggota : Ahmad Idris Anggota : Ach. Yani Anggota : Muhammad Nur Fadhol Anggota : Ahmad Mujahid Lidinillah PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM MEI 2018

Transcript of PROPOSAL PROGRAM PENGABDIAN KLUSTER PENGABDIAN …

1

PROPOSAL PROGRAM PENGABDIAN

KLUSTER PENGABDIAN UNGGULAN

MANAJEMEN MASJID BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

DI DUSUN KARANGANOM DESA KARANGANYAR PAITON PROBOLINGGO

Ketua : Rojabi Azharghany, M.Si.

Anggota : Farhan, M.Sos.I

Anggota : Mohammad Helmi, S.Ag

Anggota : Aulia Akbar Maulana

Anggota : Ahmad Idris

Anggota : Ach. Yani

Anggota : Muhammad Nur Fadhol

Anggota : Ahmad Mujahid Lidinillah

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

MEI 2018

2

PROPOSAL

MANAJEMEN MASJID BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

DI DUSUN KARANGANOM DESA KARANGANYAR PAITON PROBOLINGGO

A. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui bahwa umat islam di Indonesia memiliki tempat

ibadah yang amat banyak. Baik yang berada di daerah pedalaman sampai di

wilayah yang pada daerah perkotaan.Kesemua tempat ibadah tentunya memiliki

ciri dan karakteristik tersendiri dalam melakukan pengelolaannya.Menurut

catatan departemen agama sebagaimana di kutip oleh Ahmad Sutarji setidaknya

terdapat 700.000 masjid dan mushalla.1Sedangkan menurut catatan Dewan

Masjid Indonesia HM Jusuf Kalla saat ini terdapat kurang lebih 850 ribu masjid

dan mushala.Pertumbuhan masjid di Indonesia berkisar 65-70 persen. Namun

dalam rentan 10 tahun angka tersebut masjid jauh lebih rendah dibandingkan

dengan pertumbuhan gejera yang mencapai 130 persen dalam rentan waktu yang

sama.2Artinya, tempat ibadah umat islam perlu mendapatkan perhatian yang

khusus dari semua pihak, termasuk akademisi. Sehingga perlu ditawarkan

program pendampingan bagi pengelola masjid di daerah dan atau desa-desa

tertentu.

Misalnya, di kecamatan paiton probolinggo yang terdiri dari 20 desa

yang masing-masing desa tentu memiliki tempat ibadah (masjid) yang

dibanggakan.Dengan demikian, perlu dipikirkan tentang konsep memakmurkan

masjid dengan program pengadakan jaringan internet yang dikelola oleh

pengurus masjid.Hal ini, hanya bisa dilakukan dengan cara ‘memaksa’ para

stakeholder agar membijaki kebutuhan masyarakat (remaja) yang melek

1Ahmad Sutardji, Meningkatkan fungsi dan manajemen masjid dalam Ulil Amri Syatiri dkk

(Ed), dakwah mencermati peluang dan problematikanya (Jakarta: STID Muhammad Natsir Press, 2007).

69. 2Ahmad Islamy Jamil, Ini Kendala Survei jumlah masjid di Indonesia,

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/09/30/ncpyjr-ini-kendala-survei-

jumlah-masjid-di-indonesia. 30 september 2014.

3

teknologi dengan kebutuhan jaringan internet.Disamping itu, memakmurkan

masjid adalah tugas ‘amanah’ langsung yang diberikan oleh sang pemberi

syari’at kepada umat manusia.

Pahala memakmurkan masjid ini telah banyak disebutkan dalam al-

Qur’an.Karena masjid adalah simbol keagamaan umat Islam yang paling sakral

dan profan apapun kondisi dan keadaannya. Misalnya, masjid yang ruangannya

aada fasilitas pendingin (AC), tentu saja sejuk dan membuat nyaman para

jamaahnya. Baik jamah ‘tetap’ yang berdomisili disekitanya ataupun jamaah

‘kalong’ yang singgah sekedar untuk singgah dan atau menunaikan kewajiban

sholat lima waktu. Contoh lainnya, keberadaan masjid yang didukung tempat

parkir cukup atau luas bagi kendaraan roda dua sampa roda empat dan terjamin

keamanaannya, tentu lebih menenangkan pikiran jamaah.

Asumsi peneliti, bila pengelolaan masjid diberi fasilitas jarringan internet

gratis, maka setiap jamaah akan lebih merindukan masjid.. Bisa jadi, jamaah

akan berlama-lama disekitas masjid, kendatipun sambil lalu melakukan

komunikasi online dengan sanak keluarga dan atau para sahabatnya di media

sosial. Tempat ibadah umat islam zaman modern dengan fasilitas jarringan

internet‘gratis’ ini tentu masih bisa dihitung dengan jari. Misalnya, apabila

sejumlah masjid di Kota/Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, baik tipologi

masjid besar, masjid wakaf, ataupun lainnya jumlah 1385 catatan Bimas

kementerian agamatahun 2014, semua diberi fasilitas internet gratis,maka bisa

kita bayangkan betapa banyak jamaah yang akan memenuhi lingkungan masjid,

khusunya jamaah remaja yang setiap harinya menggunakan dan membutuhkan

jarringan internet. Bisa dipastikan, tidak perlu menunggu hari jumat, bagi para

remaja menuju ke masjid.Dapat digambarkan secara teknis misalnya,

penggunaan password ‘ayo sholat/jamaah dulu’, jaringan internet tesebut bisa

jadi memotivasi pengguna jaringan untuk berniat memakmurkan masjid, bahkan

pengguna jaringan internet yang dinikmati oleh umat non muslim sekalipun.

Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam dengan karakteristik

penganutnya.Islam adalah agama universal tanpa batas kewarganegaraan

tertentu. Menurut Gusdur dalam judul bukunya ‘Islam Kosmopolitan; Nilai-

4

Nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan’ di halaman kesembilan, Gusdur

menyatakan kosmopolitanisme peradaban Islam, bagi Gus Dur, digambarkan

seperti hilangnya batasan etnis, kuatnya pluralitas budaya, heteroginitas politik

dan kehidupan beragama yang eklektik selama berada-abad. Inilah yang menurut

Rumadi (peminat pemikiran Gus Dur), watak kosmopitanisme dan

universalisme ini digunakan Gus Dur untuk melakukan pengembangan terhadap

teologi ahl al-sunnah wa al-jamaah (Aswaja) dalam mengahadapi berbagai

perubahan dan tantangan masyarakat

Kenyataan saat ini, banyak didirikan tempat ibadah namun proses

pemakmuran masjid masih tergolong tanda Tanya. Apakah kondisi jamaahnya

ramai pada saat hari jum’at ataukah pada saat Ramadhan saja?. Sebagai umat

islam, tentu saja kita mengklaim bahwa pemakmuran masjid telah kita lakukan

secara optimal. Namun, yang perlu disadari bersama adalah bahwa

kecenderungan jamaah masa kini melihat masjid hanya sebatas pada kegiatan

ibadah ritual (shalat wajib, zikir, shalat jumat dan lainnya). Terkait dengan

ibadah sosial masjid terkadang dipergunakan untuk wahana silaturrahmi dan

pengajian keagamaan serta kegiatan sosial lainnya seperti pengumpulan zakat,

pembinaan baca al-Qur’an, pengajian dalam rangka peringatan hari besar islam

dan sebagainya. Tradisi tersebut lambat laun membuat jamaah semakin sedikit

dan kurang semangat dalam berlomba memakmurkan masjid. Karena, fenomena

masyarakat muslim masa kini,lebih cenderung melakukan kegiatan ibadah ritual

di masjid sebagai simbol-simbol praktek keagamaan.

Kegiatan formal dalam aktivitas sehari-hari jamaah lebih dekat kepada

fasilitas-fasilitas hiburan (wisata) sebagai bagian dari upaya menghilangkan

penat, capek, dan letih setelah bekerja rutin. Terlebih adanya kebiasaan anak-

anak dan remaja yang memanfaatkan fasilitas media online atau internet sebagai

media ikut tren menerjunkan diri dalam permainan game-game online yang

banyak meluangkan waktu belajarnya.Fenomena lainnya adalah, kecenderungan

masyarakat modern yang selalu beraktivitas melalui interaksi dan komunikasi

secara online. Dimana dominasi media massa yang dipakai adalah media sosial

seperti kehadiran facebook, whatsapp, BBM, Twitter, Istagram dan lainnya.

Yang pasti keberadaan media sosial tersebut menjadi tren dan tradisi baru bagi

5

masyarakatsaat ini mulai usia anak-anak sampai orang dewasa.Alvin Toffler,

menyebut kondisi masyarakat dengan “future shock”. Menurut Toffler, manusia

mengalami kelumpuhan sosial yang disebabkan oleh pesatnya perubahan

teknologi. Besarnya pengaruh pesan atau informasi yang berlebihan dari media.3

Bahkan mereka cenderung senang dan menyukai suatu tempat dengan

fasilitas internet yang gratis (free wifi), termasuk seperti di tempat warung kopi

pun diberikan jaringan internet gratis untuk memikat dan mengundang

pengunjung dan pelanggan yang banyak.Termasuk kondisi masyarakat di dusun

karanganom, desa karanganyar Paiton Probolinggo.Masjid Miftahurrahman,

yang diketuai bapak Sukardi, masih perlu mendapatkan pendampingan dalam

rangka memakmurkan masjid bagi generasi muda.Masjid yang berada di pesisir

pantai tersebut banyak dipakai oleh masyarakat nelayan termasuk masyarakat

yang berkunjung di tempat wisata Randu tatah yang melalui jalur karanganom.

Dengan kondisi masyarakat ekonomi penghasilan rendah dan kesadaran

pendidikan anak-anaknya yang minim, tentu membutuhkan penyadaran yang

bertahap proses pemakmuran masjid yang modern yang relevan dengan kondisi

masyarakat melek teknologi.4

Kata ‘Masjid’, menurut Gibb dan Kraemer sebagaimana dikutip

Tawaluddin Haris, berasal dari bahasa arab dengan akar kata “sajada-yasjudu-

sajdan”, diartikan sebagai sujud. Sujud berarti menundukkan kepala sampai ke

tanah. Dari kata ‘sajada’ ini kemudian terbentuk kata ‘masjid’ yang berarti

tempat sujud.5Sujud juga dapat dipahami tempat sujud atau berlutut dan

membungkuk dengan khidmat dan merupakan tempat untuk beribadah

menjalankan perintah shalat.Namun, lebih sering dipahami sebagai tempat sujud

3Alvin Toffler, Future Shock (NewYork: Random House, 1970), 32, 346, 365. 4Observasi Peneliti pada 6 Maret 2018, bersamaan dengan peringatan hari Nelayan. 5Tawalinuddin Haris, Masjid-Masjid di Dunia Melayu Nusantara, Suhuf, Vol.3, No. 2, 2010,

279-307.Dikutip dari H.A.R. Gibb dan H. Kraemers, Shorter Encyclopaedia of Islam (Leiden: E.J. Briil,

1953), 340.Selain rumah ibadah masjid juga disebut sebagai simbol Islam Lihat juga Martin Frishman

dan Hasan Uddin Khan, The Mosque, History, Architectural Development & Religion Diversity (London:

Thames and Hudson, 1994), 11.

6

menyembah Allah SWT.Karena itulah masjid dengan derivasinya disebutkan

sebanyak 28 Kali.6

Tawaluddin menyebutkan kata masjid ditemukan 19 kali, sedangkan

istilah kata sujud, sajada dan berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 92

kali.7Artinya masjid menjadi perhatian tersendiri dalam al-Qur’an. Antara lain

ayat ke-18 surat at-Taubah Allah SWT. Berfirman:

كاة ولم ي خش إلا لة وآتى الزا واليوم الخر وأقام الصا من آمن باللا ما يعمر مساجد اللا إنا

ئك أن يكونوا من المهتدين فعسى أول اللا

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman

kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan

tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang

diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”8

Karena itu, tugas masing-masing muslim dalam memakmurkan masjid

merupakan tugas mulia namun juga tugas yang cukup berat. Kenyataannya

masjid masih sebatas dipergunakan sebagai tempat untuk melakukan dan

menjalankan ibadah shalat baik lima waktu, jumat, ataupun shalat hari raya.9

Termasuk pula difungsikan untuk pemberdayaan ekonomi umat seperti dalam

proses pengumpulan zakat dan lainnya. Kendatipun masjid juga dipergunakan

untuk wadaha silaturrahmi melalui kegiatan-kegiatan keagamaan dan atau

pengajian-pengajian rutin.Artinya, masjid merupakan pusat kegiatan atau

aktifitas umat dalam menjalankan kegiatan dalam semua aspeknya.Namun,

realitanya banyak masjid terkadang sepi dari uamtnya karena cenderung hanya

merupakan sebagai symbol bagi agama.Karena esesnsi masiid sebagai tempat

ibadah ritual dan sosial belum optimal.

Keberadaan generasi muslim masa kini dihadapakan pada perkembangan

modern yang semakin canggih dengan aneka teknologi. Karena itu, anak-anak

6Abdul Basit, Strategi Pengembangan Masjid bagi Generasi Muda, Jurnal Komunika, Jurusan

Dakwah STAIN Purwokerto, Vol. 3, No. 2 Juli-Desember 2009, 270-286. 7 Tawalinuddin Haris, Masjid-Masjid di Dunia Melayu Nusantara, 280. 8 Qs. At-Taubah ayat 18, An-Nur ayat 36-37; artinya di dalam masjid-masjid sebagai tempat

yang diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya dengan bertasbih, pada waktu pagi

dan waktu petang, laki-laki tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat

Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayar zakat, mereka takut kepada suatu hari

yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. Lihat juga Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an

(Bandung: Mizan, 1996), 26 9 Nana Rukmana D. W., Masjid dan dakwah (Jakarta: al-Muwardi Prima, 2002). 41.

7

remaja muslim masa kini banyak yang melewatkan hari-harinya diluar rumah

yang linkungannya lebih mendukung bagi pengalaman hidup mereka. Aktivitas

diluar diisi dengan permainan game online, entertainment, dan permainan

lainnya.Termasuk kalangan generasi tua pun belum menampakkan perilaku

keberagamaan dengan mengoptimalkan masjid sebagai tempat yang

memberikan kenyamanan dalam menjalankan kehidupan, terlebih bila

dihadapkan kepada persoalan kehidupan rumah tangga yang dilematis dengan

problem-problem internal keluarganya. Disinilah tantangan pengurus masjid

dalam menciptakan lingkungan masjid yang multifungsi dan sebagai wadah

problem solver bagi jamaah muslim dalam menjalankan kehidupan beragama

sekaligus kehidupan sosial kemasyarakatan dalam semua aspeknya.

Fungsi masjid menurut Moh.Rofiq setidaknya memiliki empat hal yaitu;

fungsi teologis, fungsi peribadatan, fungsi etik, moral dan sosial serta fungsi

keilmuan dan pendidikan.10 Sedangkan fungsi masjid dalam al-Quran

sebagaimana yang dipraktekkan Rasulullah yaitu; sebagai pembinaan aspek

ritual keagamaan (shalat, zikir), dan juga fungsi kemasyarakatan (diskusi,

musyawarah, pendidikan,perekonomian) dan seterusnya.11Beberapa fungsi

masjid yang dikemukakan tersebut setidaknya menjadi dasar dalam

mengembangkan fungsi lainnya yang lebih relevan dengan keadaan masyarakat

masa kini.

Memang banyak penjelasan mengenai fungsi masjid ini sebagai bagian

dari upaya memakmurkan masjid dalam berbagai aspek.Seperti yang

dikemukakan setianto dan widi astute, bahwa masjid bisa difungsikan untuk

memberdayakan ekonomi umat. Indikatornya antara lain; pertama; masjid

merupakan tempat menghimpun dana umat, menyimpan dan membagikannya,

kedua; masjid menjadi tempat menumbuhkembangkan semangat gotongroyong,

kebersamaan dan kesetiakawanan sosial, ketiga; meningkatkan taraf hidup umat,

terutama kaum dhuafa dan miskin, keempat; meningkatkan kecerdasan dan

kehidupan sosial ekonomi umat melalui pendidikan dan usaha ekonomi, kelima;

10Moh. Rofiq, Fungsi edukasi masjid (Yogyakarta: Grafindo Litera Media & STAIN Purwokerto

Press, 2005), 73-75 11Taufik al-Wa’I, Dakwah ilallah (mesir: dar al-yaqin, 1995), 373-379).

8

memberikan pertolongan dan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan

melalui berbagai kegiatan sosial.12sedangkan menurut Yulianto, sebagaimana

dikutip Muhammad Nadjib Massiki, fungsi masjid bisa dijadikan sebagai tempat

kaderisasi generasi muda secara berkesinambungan.13

Berkaitan dengan pengelolaan lingkungan masjid sebagai bagian dari

kehidupan masyarakat sehari-hari, penelitian ismail Suardi Wekke dalam

observasinya terhadap masyarakat minoritas muslim Raja Ampat menyatakan

bahwa “Lembaga masjid dijadikan sebagai penopang untuk meles tarikan

lingkungan. Keberadaan agama yang dilambangkan dengan masjid merupakan

bagian dari interaksi warga Muslim. Dengan perjumpaan dalam masyarakat bagi

keyakinan yang berbeda memberikan kesempatan untuk melakukan dialog dan

selanjutnya secara bersama-sama menerjemahkan pesan-pesan keagamaan

dalam bentuk praktikal. Ini dilakukan sebagai bentuk tuntutan. Ia juga men

jelaskan bahwa agama sesungguhnya berjalan seiring dengan pemeluk nya.

Untuk itu, agama tidak lagi berada dalam norma yang abstrak, tetapi dikelola

dalam bentuk keyakinan yang mengalami bentuk yang lebih operasional dalam

kehidupan sehari-hari.”14 Artinya, bahwa pengelolaan masjid dalam masyarakat

kondisi bagaimanapun menjadi dinamis dengan kehidupan masyarakat muslim

dengan budaya lokal setempat.

Oleh karena itu, ditengah masyarakat modern saat ini, manajemen

masjid harus lebih diperhatikan lingkungannya. Dalam semua aspek, terutama

pendidikan, agama, ekonomi, kesehatan, kesenian dan lainnya, yang harus

dilakukan oleh pengelola (takmir) masjid ditengah tradisi kehidupan masyarakat

modern saat ini, hemat penliti, antara lain:

1. Penyediaan fasilitas jaringan internet gratis dilingkungan Masjid

2. Sarana bermain bagi anak-anak atau sarana outbound edukatif

12Setianto dan Tika Widiastuti, Analisis Pemberdayaan Sosial Ekonomi di Masjid at-Taqwa,

Jestt, Vol. 2, No. 10, Oktober 2015. 867-880. 13Fungsi lainnya tempat beribadah, tempat menuntut Ilmu, tempat pembinaan jama’ah, dan

sebagai pusat dakwah dan kebudayaan Islam. Lihat Muhammad Nadjib Massiki , Desain Akustik Ruang

Sholat Masjid Agung Darussalam Palu, Jurnal ‘Ruang’, Vol. 2, No. 1, Maret 2011. 14-25. 14Ismail Suardi Wekke, Sasi Masjid dan Adat; Praktik Konservasi Lingkungan Masyarakat

Minoritas Muslim Raja Ampat, jurnal Al-Tahrir, Vol 5, No. 1, Mei 2015, 1-20.

9

3. Penyedian ruang khusus konseling dan atau bimbingan keluarga yang

dikhususkan bagi kepala keluarga (suami-istri) yang mengalami

problematika hidup dalam keluarga

4. Ketersedian tempat olahraga yang dinamis dengan jamaah di lingkungan

masjid

5. Ketersediaan media audio-visual sebagai bagian dari pelayanan informasi

dan teknologi bagi jamaah.

Dengan demikian, tawaran program pengadaan jaringan internet di

dusun karanganom dengan jumlah remaja dan atau pengguna alat komunikasi

modern, menurut catatan Bidang Pengembangan Pesantren dan masyarakat PP.

Nurul Jadid tahun 2018 mencapai 169 pemuda. Pengguna alat komunikasi

berjejaring sosial sejumlah 169 tersebut konsekuensi logisnya membutuhkan

jaringan internet dengan kekuatan unlimited.Karena itu, dalam jangka 6 bulan

berjalan pada Juni sampai Desember, tim peneliti bermaksud melakukan

pendampiran dan atau partisipasi terhadap remaja masjid (karang taruna) agar

mengoptimalkan proses modernisasi masjid melalui pengadaan jaringan internet

sebagi sebuah keniscayaan masyarakat zaman now. Keniscayaan alat

komunikasi modern bagi generasi masyarakat (komunitas) nelayan menjadi

penting guna mengejar ketertinggalan informasi.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain meliputi :

1. Merealisasikan tri dharma perguruan tinggi yang menjadi kewajiban setiap

akademisi, khususnya pengabdian kepada masyarakat

2. Mewujudkan konsep pengembangan masjid modern yang relevan dengan

kondisi masyarakat masa kini

3. Mensinergikan hubungan akademisi dengan masyarakat luas, khususnya

masyarakat komunitas nelayan di desa karanganyar paiton probolinggo

C. Rumusan Masalah

Penelitian ini merumuskan dua persoalan penting yaitu :

10

1. Bagaimana konsep manajemen masjid berbasis teknologi informasi berupa

pengadaan jaringan internet di tempat ibadah?

2. Bagaimana penerapan manajemen masjid berbasis jaringan internet di dusun

karanganom desa karanganyar paiton probolinggo?

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang manajemen masjid telah dilakukan beberapa

akademisi dan atau peneliti, antara lain:

penelitian Setianto dan Tika Widiastuti (2015), yang menyatakanbahwa

masjid bisa difungsikan untuk memberdayakan ekonomi umat. Indikatornya

antara lain; pertama; masjid merupakan tempat menghimpun dana umat,

menyimpan dan membagikannya, kedua; masjid menjadi tempat

menumbuhkembangkan semangat gotongroyong, kebersamaan dan

kesetiakawanan sosial, ketiga; meningkatkan taraf hidup umat, terutama kaum

dhuafa dan miskin, keempat; meningkatkan kecerdasan dan kehidupan sosial

ekonomi umat melalui pendidikan dan usaha ekonomi, kelima; memberikan

pertolongan dan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan melalui

berbagai kegiatan sosial.15

Penelitian ismail Suardi Wekke (2015) dalam observasinya terhadap

masyarakat minoritas muslim Raja Ampat menyatakan bahwa “Lembaga masjid

dijadikan sebagai penopang untuk meles tarikan lingkungan. Keberadaan agama

yang dilambangkan dengan masjid merupakan bagian dari interaksi warga

Muslim. Dengan perjumpaan dalam masyarakat bagi keyakinan yang berbeda

memberikan kesempatan untuk melakukan dialog dan selanjutnya secara

bersama-sama menerjemahkan pesan-pesan keagamaan dalam bentuk praktikal.

Ini dilakukan sebagai bentuk tuntutan. Ia juga men jelaskan bahwa agama

sesungguhnya berjalan seiring dengan pemeluk nya. Untuk itu, agama tidak lagi

berada dalam norma yang abstrak, tetapi dikelola dalam bentuk keyakinan yang

mengalami bentuk yang lebih operasional dalam kehidupan sehari-hari.”16

15 Setianto dan Tika Widiastuti, Analisis Pemberdayaan Sosial Ekonomi di Masjid at-Taqwa,

Jestt, Vol. 2, No. 10, Oktober 2015. 867-880. 16Ismail Suardi Wekke, Sasi Masjid dan Adat; Praktik Konservasi Lingkungan Masyarakat

Minoritas Muslim Raja Ampat, jurnal Al-Tahrir, Vol 5, No. 1, Mei 2015, 1-20.

11

Penelitian M. Ayub dkk. (1996) Hasil penelitian menyebutkan

manajemen masjid dibagi kedalam dua bagian, yaitu; pertama; Manajemen

Pembinaan fisik masjid (physical Management) yang meliputi; kepengurusan,

pembangunan dan pemeliharaan fisik masjid, pemeliharaan kebersihan dan

keanggunan masjid, pengelolaan taman dan fasilitas-fasilitas yang tersedia. dan

kedua; Pembinaan fungsi Masjid (functional management), meliputi; masjid

sebagai tempat ibadah, dakwah dan peradaban Islam sebagaimana yang

dicontohkan oleh Rasulullah Saw.17

Penelitian Azis Muslim (2004) yang menyebutkan tentang Langkah-

langkah dalam memakmurkan sebuah masjid antara lain 1) tumbuh kembangkan

kemampuan orang per orang baik secara individu maupun kelompok, 2) kuatkan

ikatan sesame anggota masyarakat dan timbulkan kesungguhan mereka dalam

bekerja, 3) berikan informasi yang lengkap dan valid bagi siapa saja yang

terlibat dalam suatu aktivitas, 4) kembangkan kesepakatan dan berikan semangat

sesama mereka, 5) beranilah mengambil resiko dan selesaikan masalah secara

kreatif.18

Penelitian konseptual yang dikemukakan M. Basyuni, bahwa dalam

mengelola masjid, hal penting adalah mengembalikan masjid sebagai pusat

kebudayaan seperti masa lalu dimana masjid merupakan pengembangan

kebudayaan yang perlu dipertahankan sekaligus mengembangakan budaya baru

yang relevan dengan era modern. Maka pengelolaannya pun harus selalu

mengikuti perkembangan modern.19

Penelitian-penelitian lain tentang masjid sebagai kajian, yaitu; Ahmad

Sutardji, Meningkatkan fungsi dan manajemen masjid dalam Ulil Amri Syatiri

dkk (Ed), dakwah mencermati peluang dan problematikanya, Jakarta: STID

Muhammad Natsir Press, 2007. Tawalinuddin Haris, Masjid-Masjid di Dunia

Melayu Nusantara, Suhuf, Vol.3, No. 2, 2010. Martin Frishman dan Hasan

Uddin Khan, The Mosque, History, Architectural Development & Religion

Diversity. London: Thames and Hudson, 1994. Abdul Basit, Strategi

17 M. Ayyub, dkk, Manajemen Masjid (Jakarta: Gema Insani Press, 1996) 18 Azis muslim, manajemen pengelola masjid, aplikasia, jurnal aplikasi ilmu-ilmu agama, vol. v, no. 2,

desember 2004 19Muhammad M. basyuni, manajemen pembangunan masjid (Jakarta: FDK press, 2008), 149.

12

Pengembangan Masjid bagi Generasi Muda, Jurnal Komunika, Jurusan Dakwah

STAIN Purwokerto, Vol. 3, No. 2 Juli-Desember 2009. Nana Rukmana D. W.,

Masjid dan dakwah. Jakarta: al-Muwardi Prima, 2002. Moh. Rofiq, Fungsi

edukasi masjid. Yogyakarta: Grafindo Litera Media & STAIN Purwokerto

Press, 2005. Muhammad Nadjib Massiki , Desain Akustik Ruang Sholat Masjid

Agung Darussalam Palu, Jurnal ‘Ruang’, Vol. 2, No. 1, Maret 2011.

Penelitian tersebut diatas berbeda dengan penelitian yang diusulkan

peneliti. Konsep pengembangan manajemen masjid berbasis teknologi informasi

dengan jaringan internet, peneliti eksperimenkan melalui katagori masjid di

pedesaan, khususnya daerah pinggiran pantai (pesisir). Dengan demikian,

urgensi penelitian ini menurut peneliti merupakan prioritas yang perlu

dibumisasikan kedalam kajian komprehensif agar konsep dan realisasinya bias

segera dipastikan apakah konsep tersebut layak untuk ditindaklanjuti kedalam

kajian-kajian berikutnya.

E. Konstribusi Penelitian

Penelitian tentang konsep manajemen masjid berbasis teknologi

informasi dalam bentuk pengadaan jaringan internet ini diharapkan dapat

memberikan konstribusi dalam beberapa hal, antara lain:

1. Relevansi dan sinergi kondisi masyarakat era milenial dengan pengamalan

dokrin keagamaan

2. Upaya mempertemukan dan menyeimbangkan tradisi kehidupan modern

dengan fasilitas mutahir dan tradisi gagap teknologi melalui optimalisasi

tempat ibadah sebagai media filter terhadap dampak negative perkembangan

teknologi modern.

3. Pengamalan nilai-nilai sosial-keagamaan dan sosial kemasyarakat

4. Menguji konsep manejemen masjid berbasis jaringan internet di pedesaan

agar menjadi percontohan bagi masjid lainnya

5. Membudayakan masyarakat gagap teknologi agar mengoptimalisasikan

teknologi masa kini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dokrin-

dokrin keagamaan.

13

F. Metode Pelaksanaan

Kegiatan pendampingan melalui pngelolaan masjid di dusun

karanganom desa karanganyar dilakukan secara bertahap. Tahapan tersebut

secara umum meliputi; sosialisasi, partisipasi, dan evaluasi secara

berkesinambung dan mengintegrasikan beberapa stakeholder.

1. Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi tentang pentingnya pengelolaan masjid bebasis

teknologi informasi, yang dimaksudkan adalah terbentuknya jaringan

internet di lingkungan masjid sebagai stimuli bagi jamaah khususnya remaja

masjid dan pemuda lainnya. Dengan cara mensosialisasikan program

tersebut kepada pihak takmir dan atau stakeholder bahwa generasi zaman

sekarang harus diberikan fasilitas internet sebagai bagian dari interaksi social

masyarakat modern. Sosialisasi bisa dilakukan melalui beberapa bentuk,

antara lain:

1) Pertemuan atau rapat khusus pimpinan desa dengan takmir

2) Pertemuan dengan remaja masjid dan atau karang taruna desa.

3) Inforrmasi melalui sebaran spanduk atau banner

4) Media-media sosial yang bias diakses oleh masyarakat melek teknologi

5) Mengundang pihak telekom sebagai pengampu dalam hal pemanfaatan

internet untuk menjelaskan sedetail mungkin terhadap kemungkinan

penerapan konsep manajemen masjid berbasis jaringan internet.

2. Partisipasi

Penyampaian program pengelolaan masjid berbasis teknologi

informasi di dusun karanganom, juga bisa dilakukan oleh pengabdi bersama

14

masyarakat sebagai bentuk interaksi sosial yang nyata. Bahwa kehadiran

peneliti/pengabdi bersama tim menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam

merealisasikan program pengadakaan jaringan internet yang relevan dengan

kondisi masyarakat melek teknologi.

3. Evaluasi

Pengabdi bersama mitra pengabdian melakukan evaluasi dalam

setiap pertemuan dengan melibatkan perwakilan semua unsur desa, agar

mendapatkan informasi yang komprehensif tentang respon program yang

ditawarkan. Apakah stakeholder tertentu ada yang merespon tidak setuju

atau setuju untuk merealisasikan konsep pengembangan masjid berbasis

jaringan internet. Atau sebaliknya, masyarakat justru mengharapkan realisasi

yang bersifat segera karena telah menyadari pentingnya fasilitas yang

dimaksud.

G. Personalia dan Agenda

Penelitian ini merupakan penelitian kolektif antara dosen bersama

mahasiswa serta melibatkan infoman dan atau stakeholder yang relevan dengan

penelitian. Adapun agenda yang dijadwalkan sebagai berikut:

No Agenda Waktu keterangan

1 Pengajuan Proposal Mei 2018 Minggu kedua

2 Seminar Proposal Mei 2018 Minggu keempat

3 Pelaksanaan Juni-Oktober 2018 Menyesuaikan

4 Penulisan Laporan November 2018 Menyesuaikan

5 Pelaporan Desember 2018 Menyesuaikan

15

s

H. Dana atau Pembiayaan

Anggaran penelitian dan atau pengabdian tim peneliti peroleh dari anggaran

pendapatan dan belanja Universitas Nurul Jadid sebesar 9.600.000 dan juga

donator dan atau sponshorship yang dengan sukarela memberikan dana (materi)

untuk mensukseskan program pendampingan.