LAPORAN KASUS.pptx
-
Upload
vitrosa-yosepta-dede-sera -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
description
Transcript of LAPORAN KASUS.pptx
LAPORAN KASUSBAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DISTRES RESPIRASIIKTERIK NEONATORUM
Oleh:Rusthavia AfriliantiNIM: FAA 110 001
Pembimbing:dr. Ni Made Yuliari, Sp.A
Pendahuluan
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah yang komplek karena tidak hanya menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas tetapi juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
BBLR menyebabkan sekitar 20% kematian bayi. Resiko kematian neonatal dengan BBLR adalah 6,5 kali lebih besar bila dibandingkan dengan bayi lahir dengan berat badan cukup.
Distres respirasi dan ikterik neonatorum merupakan beberapa komplikasi yang muncul pada BBLR.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Definisi: bayi baru lahir dengan berat lahirnya kurang dari 2500 gram dengan tanpa memperhatikan masa gestasi.
Etiologi: Faktor ibu, bayi dan uterus-plasenta
Klasifikasi: BBLR, BBLSR, BBLASR. Berdasarkan masa gestasi: prematuritas murni (SMK) dan dismaturitas atau IUGR (KMK).
Komplikasi: hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit distres respirasi, ikterik, dll
Distres Respirasi
Suatu keadaan meningkatnya kerja pernafsan yang ditandai dengan takipnea, retraksi (suprasternal, interkostal, dan substernal), nafas cuping hidung, merintih (grunting), sianosis (sianosis sentral pada bibir), dan apnea.
Dievaluasi dengan menggunakan skor Downes
Ikterik Neonatorum
Keadaan klinis bayi yang ditandai oleh pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL
Pemeriksaan fisik dengan menggunakan derajat kramer
Klasifikasi: ikterik fisiologis dan ikterik patologis
Hb → Fe + GlobinBILIRUBINBILIVERDIN
BILIRUBIN INDIREK
Uptake : - Protein Z- Protein Y
KONJUGASI
BILIRUBIN DIREK
UROBILINOGEN
STERKOBILIN
β-glukoronidase
Siklus enterohepatikBILIRUBIN DIREK
Glukonil transferase
Sumber lain
Komplek bilirubin-albumin
HIDROLISISbilirubin indirek
ERITROSIT
HATI
USUS
Prinsip penatalaksanaan
BBLR•Mempertahankan suhu badan bayi.•Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi•Pencegahan infeksi•Penimbangan berat badan•Pemberian oksigen•Pengawasan jalan nafas
Distres Respirasi
•Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat•Mempertahankan keseimbangan asam basa•Mempertahankan suhu lingkungan netral•Mempertahankan perfusi jaringan adekuat•Mencegah hipotermia•Mempertahankan cairan elektrolit adekuat
Ikterik Neonatorum•Mempercepat proses konjugasi.•Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau kojugasi.•Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi.•Transfusi tukar
LAPORAN KASUS
Telah lahir bayi laki-laki, By. Ny. M di ruang VK RSUD dr. Doris Sylvanus secara spontan dari ibu G4P3A0, ANC (+), usia 40 tahun, BB ↓ selama hamil, penyakit kehamilan (-) dengan KPD >18 jam.Bayi lahir pada usia kehamilan 30 minggu dengan berat lahir 1600 gram, PB 43 cm, LK 27 cm, dan LD 25 cm, anus (+), cacat (-), caput (-), skor APGAR 8/9.Bayi tunggal, preterm, segera menangis sesaat setelah lahir. 2 jam kemudian bayi terlihat sesak dan merintih.
SUBJEK (S)
OBJEK (O)
Pemeriksaan Fisik Hasil
Keadaan umum Sesak, merintih
Tanda-tanda vital Suhu : 35,7oCRR : 92x/menitHR : 132x/menitSpO2 : 99%
Kepala Mesosefal, UUB datar, caput (-), cephal hematom (-), rambut hitam,tipis, distribusi merata, CA (-), SI (-), NCH (+), telinga simetris, lengkung terbentuk baik dan lunak, rekoil baik
Thorax Simetris, retraksi (+) perkusi sonor, bronkovesikuler +/+, rh (-), wh (-), nafas irregular, takipnea (+), jantung S1 S2 tunggal, bising (-), regular.
Abdomen Cembung, supel, BU (+), perkusi timpani, organomegali (-), tali pusat segar
Ekstremitas Akral hangat, CRT <2”, sklerema (-)
Genitalia Normal, hidrokel (-), ruggae testis (+), anus (+), adesensus (+)
Kulit Kulit tipis, lemak subkutan <<, lanugo (+)
Neurologi Refleks moro (+), isap (+), pegang (+), rooting (+)
Skor Ballard 20
ASSESMENT (A)
Distres respirasi sedangBBLRNKB/SMK/SPTObservasi neonatal infeksi
PLANNING (P)
Rawat di inkubatorPemberian O2 0,5-1 liter permenitIVFD D5% 5 tpmCefotaxime 2x80 mg (IV) (ST)Gentamisin 2x4 mg (IV)Kalmethasone 3x1 mg (IV)Aminophilin 0,2 cc + D5% 0,2 cc/8 jamPasang OGTDiit ASI/PASI mulai 2-3 cc → 12 x 2-3 cc
DISKUSI
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, bayi ini merupakan BBLR dengan berat lahir 1.600 gram.
Etiologi BBLR dari bayi ini kemungkinan dari faktor ibu yaitu usia >40 tahun, jumlah paritas 4, pertambahan BB selama kehamilan <7kg, dan faktor bayi sendiri yaitu KPD >18 jam.
Pada bayi ini juga ditemukan tanda-tanda bayi prematur seperti kulit yang tipis, lanugo, BB <2500 gr, PB <45 cm, LK <33 cm, LD <30 cm, hipotermia, dan gerakan pasif.
Skor Ballard: maturitas fisik dan neuromuskular adalah 32 minggu dan di plot kedalam grafik battaglia lubchenco → berat bayi sesuai dengan masa kehamilan (SMK)
Setelah 2 jam bayi terlihat sesak dan merintih.
Takipnea (92x/menit), merintih, nafas cuping hidung, retraksi berat pada suprasternal, interkostal dan substernal.
Skor Downes → 7 = gangguan nafas sedang.Distres respirasi pada bayi ini kemungkinan
dikarenakan bayi lahir prematur. Biasanya pada bayi prematur didapatkan organ pernafasan yang belum matang dan terjadi defisiensi surfaktan.
Bayi dirawat didalam inkubator → menjaga kehangatan dan mengatasi hipotermia.
Bayi diberikan ASI melalui OGT dengan pemberian hari ke-1 sebanyak 2-3 cc/2 jam, kemudian dinaikkan 1-2 cc/hari secara bertahap.
Pada bayi ini diberikan terapi O2 0,5-1 liter permenit dengan menggunakan nasal kanul untuk membantu pernafasan bayi.
Diberikan terapi antibiotik karena bayi ini memiliki riwayat KPD >18 jam, sehingga pemberian antibiotik diperlukan untuk pengobatan infeksi dan mencegah keparahan lebih lanjut.
Diberikan antibiotik ganda untuk bakteri gram (+) maupun (-) karena diperlukan kultur darah untuk mengetahui jenis bakteri spesifik sebagi agen penyebab.
Diberikan kortikosteroid untuk membantu meningkatkan sintesis surfaktan, dan aminofilin (bronkodilator) membuka bronkus guna memudahkan dalam pertukaran udara sehingga terjadi peningkatan ventilasi udara.
Pada hari ke-6 pasca kelahiran, bayi ini mengalami ikterik.
Pada pemeriksaan fisik, ikterus ditemukan sebatas kramer 2.
Ikterik pada bayi ini merupakan ikterik fisiologis.
Bagan Diagnosis Etiologi Neonatal Hiperbilirubinemia
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis.
Seharusnya dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin untuk mendiagnosis ikterik agar etiologi dari ikterik dapat diketahui.
Penatalaksanaan dengan fototerapi 24 jam.
Pada bayi ini juga didapatkan infeksi.Tanda-tanda bayi yang mengalami infeksi: bayi
malas minum, demam, hipotermi, letargi, gangguan nafas, ikterus, sklerema dan kejang.
Diagnosis infeksi pada bayi berdasarkan klinis, pemeriksaan darah berupa jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, LED, dan protein fase akut (CRP, procalcitonin)
Infeksi pada bayi ini berupa moniliasis oral, akibat pemakaian antibiotik dan kortikosteroid jangka panjang, sehingga terjadi pertumbuhan jamur yang berlebihan.
Pengobatan dengan memberikan anti jamur, yaitu kandistatin.
Setelah dirawat 12 hari, bayi ini dipulangkan karena telah menunjukkan perbaikan klinis, bayi sudah dapat menetek dengan ibu, dan ibu bayi telah diajarkan melakukan KMC.
Kontrol rutin dilakukan untuk memantau perkembangan bayi dengan berat lahir rendah.
Diharuskan datang ke poliklinik tumbuh kembang untuk melakukan antropometri, imunisasi dan kemajuan tumbuh kembang karena pada BBLR memiliki potensi terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
PENUTUP
Pasien merupakan BBLR dengan masa gestasi 30 minggu (prematur).
Etiologi BBLR pada bayi ini kemungkinan berasal dari faktor ibu dan masalah saat persalinan (KPD).
Komplikasi BBLR yang ditemukan pada bayi ini adalah hipotermia, distres respirasi dan ikterik neonatorum.
Setelah mendapat perawatan selama 12 hari, bayi menunjukkan perbaikan klinis sehingga bayi dipulangkan.
Bayi ini harus rutin melakukan kontrol ke poliklinik tumbuh kembang. Diharapkan dengan pemantauan tumbuh kembang secara teratur dapat mencegah dan mendeteksian secara dini komplikasi yang ditimbulkan dari masalah BBLR.