Laporan Kasus THT-Otitis Media Akut

10
OTITIS MEDIA AKUT Muhammad Amir Zakwan (07/25648/KU/12239) Dokter Muda Periode 2-25 Januari 2013 Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Sardjito Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang: Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh bagian mukosa telinga tengah , tuba eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang berulang Tujuan: Memahami patofisiologi bagi OMA dan stadium-stadiumnya serta perawatannya Kasus: Dilaporkan satu kasus otitis media akut pada perempuan usia 20 tahun. Hasil:. Faktor pencetus terjadinya OMA dapat didahului oleh terjadinya infeksi saluran pernapasan atas yang berulang disertai dengan gangguan pertahanan tubuh oleh silia dari mukosa tuba eusthachi ,enzim dan antibodi yang menimbulkan tekanan negative sehingga terjadi invasi bakteri dari mukosa nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba eusthachi dan menetap di dalam telinga tengah menjadi otitis media akut. Ada 5 stadium OMA berdasarkan pada perubahan mukosa telinga tengah, yaitu stadium Oklusi, stadium Hiperemis, stadium Supurasi, stadium Perforasi, dan stadium Resolusi.OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.Sekitar 80% OMA sembuh

Transcript of Laporan Kasus THT-Otitis Media Akut

Page 1: Laporan Kasus THT-Otitis Media Akut

OTITIS MEDIA AKUT

Muhammad Amir Zakwan (07/25648/KU/12239)

Dokter Muda Periode 2-25 Januari 2013Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Kepala Leher

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP SardjitoYogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang: Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan sebagian atau seluruh

bagian mukosa telinga tengah , tuba eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid

yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam

telinga tengah baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi

saluran napas atas yang berulang Tujuan: Memahami patofisiologi bagi OMA dan stadium-

stadiumnya serta perawatannya Kasus: Dilaporkan satu kasus otitis media akut pada

perempuan usia 20 tahun. Hasil:. Faktor pencetus terjadinya OMA dapat didahului oleh

terjadinya infeksi saluran pernapasan atas yang berulang disertai dengan gangguan

pertahanan tubuh oleh silia dari mukosa tuba eusthachi ,enzim dan antibodi yang

menimbulkan tekanan negative sehingga terjadi invasi bakteri dari mukosa nasofaring ke

dalam telinga tengah melalui tuba eusthachi dan menetap di dalam telinga tengah menjadi

otitis media akut. Ada 5 stadium OMA berdasarkan pada perubahan mukosa telinga tengah,

yaitu stadium Oklusi, stadium Hiperemis, stadium Supurasi, stadium Perforasi, dan stadium

Resolusi.OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya.Sekitar 80%

OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak mengurangi

komplikasi yang terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.Jika gejala tidak membaik

dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala, antibiotik diberikan. Selain antibiotik,

penanganan OMA selayaknya disertai analgetik. Kesimpulan: OMA adalah suatu penyakit

yang harus ditangani oleh dokter umum sebaik mungkin bagi mengelak komplikasi terjadi

seperti otitis media kronik dan mastoiditis.

Kata Kunci: patofisiologi, stadium, terapi, otitis media akut

ABSTRACT

Background: Acute Otitis Media (AOM) is an inflammation of all or part of the middle ear mucosa,

tuba eusthacius, mastoid antrum and mastoid cells in a sudden, caused by the invasion of bacteria

and viruses in the middle ear either directly or indirectly as a result of upper respiratory tract

Page 2: Laporan Kasus THT-Otitis Media Akut

infections were repeated. Objectives: Understanding the pathophysiology of the AOM, the

stages and treatment Case: A case of a 20-years-old woman with acute otitis media reported.

Result: AOM trigger factors may be preceded by an upper respiratory infection accompanied

by repeated disruption of the body by the cilia of the tubal mucosa eusthachi, enzymes and

antibodies that cause negative pressure resulting in bacterial invasion of the mucosa of the

nasopharynx into the middle ear through the fallopian eusthachi and settled in in the middle

ear becomes acute otitis media. There are 5 stages of AOM based on changes in the middle

ear mucosa, the Occlusion stage, Hiperemis stage, suppuration stage, perforation stage, and

Resolusion stage.AOM generally is a disease that will be cured with by it self.Almost 80%

cured in 3 days without antibiotics. The use of antibiotics does not reduce complications,

including hearing loss.If the symptoms do not improve within 48-72 hours or there is a

worsening of symptoms, antibiotics are given. In addition to antibiotics, analgesics is also

given if needed. Conclusion: AOM is a disease that should be treated by general

practitioners as possible to circumvent complications occur such as chronic otitis media and

mastoiditis.

Keywords: pathophysiology, stages , treatment, acute otitis media

PENDAHULUAN

Otitis media akut merupakan

radang infeksi atau inflamasi pada telinga

tengah oleh bakteri atau virus dengan

gejala klinik nyeri telinga, demam, bahkan

hingga hilangnya pendengaran, tinnitus

dan vertigo. Penyakit ini lebih sering

terjadi pada anak-anak dan umumnya

berlangsung dalam waktu 3-6 minggu.

Penyebab utama OMA adalah

invasi bakteri piogenik ke dalam telinga

tengah yang normalnya adalah steril.

Bakteri tersering penyebab OMA

diantaranya Streptokokus hemolitikus,

Stafilokokus aureus, Pnemokokus. Selain

itu kadang-kadang ditemukan juga

Haemofilus influenza, Escherichia coli,

Streptokokus anhemolitikus, Proteus

vulgaris dan Pseudomonas aurogenosa.

Haemofilus influenza sering ditemukan

pada anak berusia dibawah 5 tahun. Infeksi

saluran napas atas yang berulang dan

disfungsi tuba eustachii juga menjadi

penyebab terjadinya OMA pada anak dan

dewasa.

OMA paling sering diderita oleh

anak usia 3 bulan- 3 tahun. Tetapi tidak

jarang juga mengenai orang dewasa.

Anak-anak lebih sering terkena OMA

dikarenakan beberapa hal, diantaranya :

1. Sistem kekebalan tubuh anak yang

belum sempurna

2. Tuba eusthacius anak lebih pendek,

lebar dan terletak horizontal

Page 3: Laporan Kasus THT-Otitis Media Akut

3. Adenoid anak relative lebih besar dan

terletak berdekatan dengan muara saluran

tuba eusthachii sehingga mengganggu

pembukaan tuba eusthachii. Adenoid yang

mudah terinfeksi menjadi jalur penyebaran

bakteri dan virus ke telinga tengah.

LAPORAN KASUS

Dilaporkan kasus perempuan usia

20 tahun datang ke klinik THT RS

Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tanggal

14 Januari 2013 dengan keluhan kedua

telinga terasa seperti penuh dan

kemasukan air.Riwayat sekarang: sejak 2

hari yang lalu,telinga terasa penuh seperti

kemasukan air dan sering gatal. Nyeri(-),

pendengaran berkurang (+) keluar cairan

(-) nyeri tenggorokan(-). Riwayat dahulu:

Batuk dan pilek 7 hari yang lalu dan sudah

sembuh.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan

kondisi umum pasien kompos mentis,

status gizi cukup. Pada pemeriksaan

telinga kanan bagian aurikulum normal,

nyeri tekan tragus negatif, Pada

pemeriksaan otoskopi tampak gambaran

conn of light yang tidak jelas dan kecil

disebabkan retraksi pada membrane

timpani.Pada pemeriksaan telinga kiri

semuanya normal.Pasien didiagnosis otitis

media akut stadium oklusi tuba pada auris

dekstra. Terapi yang diberikan adalah

antibiotik amoksisilin, analgetic Na

Diklofenac,mukolitik ambroxol,dan juga

antihistamin loratadin.

DISKUSI

Dilaporkan satu kasus otitis media

akut stadium oklusi tuba pada perempuan

usia 20 tahun.OMA merupakan radang

infeksi atau inflamasi pada telinga tengah

oleh bakteri atau virus dengan gejala klinik

nyeri telinga, demam, bahkan hingga

hilangnya pendengaran, tinnitus dan

vertigo. Penyakit ini lebih sering terjadi

pada anak-anak dan umumnya

berlangsung dalam waktu 3-6 minggu.

Faktor pencetus terjadinya OMA

dapat didahului oleh terjadinya infeksi

saluran pernapasan atas yang berulang

disertai dengan gangguan pertahanan

tubuh oleh silia dari mukosa tuba

eusthachii,enzim dan antibodi yang

menimbulkan tekanan negative sehingga

terjadi invasi bakteri dari mukosa

nasofaring ke dalam telinga tengah melalui

tuba eusthachii dan menetap di dalam

telinga tengah menjadi otitis media akut.

Ada 5 stadium OMA berdasarkan

pada perubahan mukosa telinga tengah,

yaitu :

1. Stadium Oklusi

Ditandai dengan gambaran retraksi

membrane timpani akibat tekanan negative

telinga tengah. Kadang- kadang membrane

timpani tampak normal atau berwarna

Page 4: Laporan Kasus THT-Otitis Media Akut

keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi

tetapi sulit dideteksi.

2. Stadium Hiperemis

Tampak pembuluh darah yang melebar di

sebagian atau seluruh membrane timpani

disertai oedem. Sekret yang mulai

terbentuk masih bersifat eksudat serosa

sehingga sukar dinilai.

3. Stadium Supurasi

Oedem yang hebat pada mukosa telinga

tengah disertai dengan hancurnya sel epitel

superficial serta terbentuknya eksudat

purulen di kavum timpani menyebabkan

membrane timpani menonjol kearah liang

telinga luar. Gejala klinis pasien tampak

terasa sakit, nadi, demam, serta rasa nyeri

pada telinga bertambah hebat. Pada

keadaan lebih lanjut, dapat terjadi iskemia

akibat tekanan eksudat purulent yang

makin bertambah, tromboflebitis pada

vena-vena kecil bahkan hingga nekrosis

mukosa dan submukosa.

4. Stadium Perforasi

Rupturnya membrane timpani sehingga

nanah keluar dari telinga tengah ke liang

telinga luar. Kadang pengeluaran secret

bersifat pulsasi. Stadium ini sering

diakibatkan oleh terlambatnya pemberian

antibiotika dan tingginya virulensi kuman.

5. Stadium Resolusi

Ditandai oleh membrane timpani yang

berangsur normal hingga perforasi

membrane timpani menutup kembali dan

sekret purulen tidak ada lagi. Hal ini

terjadi jika membrane timpani masih utuh,

daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman

rendah.

Diagnosis OMA harus memenuhi 3

hal berikut ini :

1.Penyakit ini onsetnya mendadak (akut)

2.Ditemukannya tanda efusi (efusi:

pengumpulan cairan di suatu rongga

tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan

dengan memperhatikan tanda berikut:

a. Mengembangnya gendang telinga

b. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang

telinga

c. Adanya bayangan cairan di belakang

gendang telinga

d. Cairan yang keluar dari telinga

3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga

tengah yang dibuktikan dengan

adanya salah satu diantara tanda berikut :

a.Kemerahan pada gendang telinga

b.Nyeri telinga yang mengganggu tidur

dan aktivitas normal.

OMA umumnya adalah penyakit

yang akan sembuh dengan sendirinya.

Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari

tanpa antibiotik. Penggunaan antibiotik

tidak mengurangi komplikasi yang terjadi,

termasuk berkurangnya pendengaran. Jika

gejala tidak membaik dalam 48-72 jam

atau ada perburukan gejala, antibiotik

diberikan. America Academy of Pediatric

(APP) mengkatagorikan OMA yang dapat

diobservasi dan yang harus segera diterapi

dengan antibiotik sebagai berikut;

Page 5: Laporan Kasus THT-Otitis Media Akut

USIA DIAGNOSIS PASTI< 6 bulan Antibiotik

6 bulan – 2 tahun Antibiotik

>2 tahun Antibiotik jika gejala

berat, observasi jika

gejala ringan.

Gejala ringan adalah apabila nyeri telinga

ringan dan demam <39 darjat celcius

dalam 24jam terakhir. Sedangkan gejala

berat adalah nyeri telinga sedang sampai

berat atau demam 39 darjat celcius.

Pilihan pertama pemberian

antibiotik pada OMA adalah dengan

amoxycilin. American Academy of Family

Physicians (AAFP) menganjurkan

pemberian dosis standar 40mg/kgBB/hari

pada anak dengan resiko rendah (umur

>2tahun, tidak dalam perawatan intensif,

belum pernah menerima pengobatan

antibiotik dalam 3 bulan terakhir).

Sedangkan pemberian dosis tinggi

80mg/kgBB/hari diberikan pada anak

dengan resiko tinggi ( umur <2tahun,

dalam perwatan, ada riwayat pemberian

antibiotik dalam 3 bulan terakhir serta

resisten terhadap pemberian dosis rendah

amoxycilin) . Sementara itu The Centre for

Disease Control and Prevention (CDC)

merekomendasikan terapi antibiotik pada

OMA sebagai berikut :

1.Otitis media dengan penonjolan

(bulging) membrane timpani: High-dose

amoxycilin (80-100mg/kgBB/hari per oral)

selama7hari.

2.Otitis media tanpa bulging membrane

timpani:Penundaan pemberian antibiotik,

(sembuh spontan).

3.Otitis media berulang: Penundaan

pemberian antibiotic, pemberian vaksin

influenza.

4.Otitis media e.c resistensi bakteri

terhadap amoxycilin dosis tinggi: High-

dose amoxycilin clavulanate (80-90

mg/kgBB/hari per oral selama 7 hari);

cefuroxime axetil (30 mg/kgBB 2 kali/hari

per oral);ceftriaxone (50mg/kg/hari IM

selama 3 hari).

Jika pasien alergi terhadap

golongan Penicilin alternative antibiotik

yang digunakan adalah cefuroxime axetil,

ceftriaxone injeksi (2-3x50mg/kg/hari)

atau generasi kedua sefalosporin seperti

cefdinir, cefpodoxime atau

cefuroxime.Pilihan lainnya adalah

golongan makrolid seperti azithromycin

dan clarithromicyn.

Selain antibiotik, penanganan

OMA selayaknya disertai penghilang

nyeri.Analgesia yang umumnya digunakan

adalah analgesia sederhana seperti

paracetamol atau ibuprofen. Namun perlu

diperhatikan bahwa pada penggunaan

ibuprofen harus dipastikan bahwa anak

tidak mengalami gangguan pencernaan

karena pemberian ibuprofen dapat

memperburuk keadaan tersebut.

Page 6: Laporan Kasus THT-Otitis Media Akut

Pemberian antihistamin (anti

alergi) atau dekongestan tidak

memberikan manfaat pada anak.

Pemberian kortikosteroid juga

tidak dianjurkan.

Miringotomy, dengan melubangi

gendang telinga untuk

mengeluarkan cairan dari dalam

telinga juga tidak dianjurkan ,

kecuali jika terjadi komplikasi

berat.

Pemberian antibiotik sebagai

profilaksis hanya akan

meningkatkan resistensi bakteri

terhadap antibiotik.

Otitis media akut yang tidak segera

terobati dengan antibiotik dapat berlanjut

menjadi otitis media kronik (OMK) dan

mastoiditis. Komplikasi lain yang dapat

terjadi seperti abses periosteal sampai

dengan meningitis dan abses otak bahkan

dapat pula mengakibatkan kehilangan

pendengaran permanen akibat rupturnya

membrane timpani dan jika telah sampai

mengganggu fungsi pendengaran juga

akan menyebabkan masalah dalam

kemampuan bicara dan bahasa pada anak.

REFERENSI

1. Soepardi, EA. et al. 2007. Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala dan

Leher Edisi Keenam. Jakarta: Gaya

Baru

2. Otitis Media (Ear Infection).

http://www.nidcd.nih.gov/health/he

aring/ otitism. asp Chronic Otitis

Media (Middle Ear Infection) and

HearingLoss.http://www.entnet.org

.KidsENT/hearing_loss.cfm

3. OMA.http://www.prodigy.nhs.uk/

guidances.asp?gt=otitis%20media

%20-%20acute

4. Diagnosis and Management of

Acute Otitis Media. PEDIATRICS

Vol. 113 No.5 May 2004, pp.1451-

1456.http://aappolicy.aappublicatio

ns.org/cgi/content/full/pediatrics;

113/5/1451

5. Hendley O.M.D. Otitis Media.

2002. New England Journal

Medicine . Vol: 347.No.15

http://www.nejm.org