oma (otitis media akut)

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media akut (OMA) adalah suatu radang mukoperiosteum dari rongga telinga tengah yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya merupakan komplikasi dari infeksi atau radang saluran nafas atas, misalnya common cold, influenza, sinusitis, morbili, dan sebagainya. Infeksi kebanyakan melaui tuba Eustachii, selanjutnya masuk ke telinga tengah.Adapun infeksi saluran nafas bagian atas akan menyebabkan invasi kuman ke telinga tengah bahkan sampai ke mastoid. Kuman penyebab utama adalah bakteri piogenik seperti Streptococcus hemolitikus, Staphylococcus aereus, Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influeza. OMA lebih sering terjadi pada anak oleh karena infekasi saluran nafas atas sangat sering terjadi pada anak anak dan bentuk anatomi tuba Eustachii pada anak lebih pendek, lebar dan agak horisontal letaknya dibanding orang dewasa. Dengan keadaan itu infeksi mudah menjalar melalui tuba Eustachii. Menurut Klein dan Howie frekuwensi tertinggi di OMA terdapat pada bayi dan anak berumur 0-2 tahun. Sedangkan menurut Moch. Zaman melaporkan 50 % dari kasus OMA ditemukan pada anak berumur 0 5 tahun dan frekwensi tertinggi pada umur 0-1 tahun. Gejala klinis dari OMA antara lain sakit telinga, demam, kadang disertai otore bila telah terjadi perforasi dari membran timpani. OMA dapat sembuh dengan atau tanpa disertai perforasi membran timpani, tetapi dapat pula berlanjut menjadi otitis media kronik (OMK) dan otitis media dengan efusi (OME). Proses peradangan akut pada telinga tengah berjalan cepat dan sebagian dapat menimbulkan proses destruktif, tidak hanya mengenai mukoperiostium saja tetapi juga mengenai tulang-tulang sekitarnya karena telinga tengah hanya dibatasi tulang-tulang yang tipis. Adapun penjalaran penyakit ke daerah sekitarnya tergantung pada keadaan penyakitnya sendiri dan terapi yang diberikan.Otitis media akut atau OMA dapat memberikan komplikasi seperti abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak). Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis OMA secara tepat dan akurat haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan Penatalaksanaan dari Otitis Media Akut. 1.2 Rumusan Masalah Tinjauan Teoritis Otitis media

Transcript of oma (otitis media akut)

Page 1: oma (otitis media akut)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis media akut (OMA) adalah suatu radang mukoperiosteum dari rongga

telinga tengah yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya merupakan komplikasi

dari infeksi atau radang saluran nafas atas, misalnya common cold, influenza, sinusitis,

morbili, dan sebagainya. Infeksi kebanyakan melaui tuba Eustachii, selanjutnya masuk

ke telinga tengah.Adapun infeksi saluran nafas bagian atas akan menyebabkan invasi

kuman ke telinga tengah bahkan sampai ke mastoid. Kuman penyebab utama adalah

bakteri piogenik seperti Streptococcus hemolitikus, Staphylococcus aereus,

Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influeza.

OMA lebih sering terjadi pada anak oleh karena infekasi saluran nafas atas

sangat sering terjadi pada anak – anak dan bentuk anatomi tuba Eustachii pada anak

lebih pendek, lebar dan agak horisontal letaknya dibanding orang dewasa. Dengan

keadaan itu infeksi mudah menjalar melalui tuba Eustachii. Menurut Klein dan Howie

frekuwensi tertinggi di OMA terdapat pada bayi dan anak berumur 0-2 tahun.

Sedangkan menurut Moch. Zaman melaporkan 50 % dari kasus OMA ditemukan pada

anak berumur 0 – 5 tahun dan frekwensi tertinggi pada umur 0-1 tahun.

Gejala klinis dari OMA antara lain sakit telinga, demam, kadang disertai otore

bila telah terjadi perforasi dari membran timpani. OMA dapat sembuh dengan atau

tanpa disertai perforasi membran timpani, tetapi dapat pula berlanjut menjadi otitis

media kronik (OMK) dan otitis media dengan efusi (OME). Proses peradangan akut

pada telinga tengah berjalan cepat dan sebagian dapat menimbulkan proses destruktif,

tidak hanya mengenai mukoperiostium saja tetapi juga mengenai tulang-tulang

sekitarnya karena telinga tengah hanya dibatasi tulang-tulang yang tipis. Adapun

penjalaran penyakit ke daerah sekitarnya tergantung pada keadaan penyakitnya sendiri

dan terapi yang diberikan.Otitis media akut atau OMA dapat memberikan komplikasi

seperti abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak).

Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis OMA secara tepat dan akurat

haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang diatas

maka kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan Penatalaksanaan dari Otitis

Media Akut.

1.2 Rumusan Masalah

Tinjauan Teoritis Otitis media

Page 2: oma (otitis media akut)

2

Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Otitis media akut

berdasarkan NANDA, NOC, dan NIC

1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan

keperawatan Otitis Media Akut.

b. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan seminar mahasiswa memahami tentang :

1. Pengertian Otitis Media Akut.

2. Etiologi Otitis Media Akut.

3. Patofisiologi dan phatway Otitis Media Akut.

4. Kompliksi Otitis Media Akut.

5. Pemeriksaan penunjang Otitis Media Akut.

6. Asuhan keperawatan Otitis Media Akut.

Page 3: oma (otitis media akut)

3

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh

peroisteum telinga tengah. (Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)

Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utamanya

adalah masuknya bakteri pathogenic ke dalam telinga tengah yang normalnya steril.

(Brunner & Suddart. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3)

OMA adalah peradangan telinga bagian tengah yang disebabkan oleh pejalaran

infeksi dari tenggorok (farinitis) OMA sering terjadi pada anak-anak (Wikipedia

Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas).

Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut

atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya

dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada

nasofariong dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran

bakteri memasuki telinga tengah oleh ezim pelindung dan bulu-bulu halus yang

dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsingnya

sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan

faktor utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang

infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin

sering.

Pembagian stadium otitis media akut:

1. Stadium oklusi tuba eustachius

Page 4: oma (otitis media akut)

4

Terdapat gambaran retraksi embran timpani akibat tekanan negative di dalam

telinga tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat di

deteksi.

2. Stadium hiperemis (presupurasi)

Tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh

membrane timpani tampak hiperemis serta edema. Secret yang telah terbentuk

mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.

3. Stadium supurasi

Membrane timpani menonjol kearah telinga luar akibat edema yang hebat pada

mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya

eksudat purulen di kavum timpani.

4. Stadium perforasi

Terjadi karena pemberian antibiotic yang terlambat atau virulensi kuman yang

tinggi, dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari

telinga tengah ke telinga luar.

5. Stadium resolusi

Bila membrane timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali.

Bila terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan mongering. Bila daya tahan

tubuh baik dan virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi tanpa

pengobatan.

(Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I)

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Telinga adalah organ pendengaran. Syaraf yang melayani indera ini adalah

syaraf cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3 bagian, yaitu:

telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam.

1. Telinga Luar

Page 5: oma (otitis media akut)

5

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus,

dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan

membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala

kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan

tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada

lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan

perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus

auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat

dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika

membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5

sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di

mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit

tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam

kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi

substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga

mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya

mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

2. Telinga Tengah

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.

Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang

membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial

telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian

dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah.

Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh

membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau

struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah

mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran

ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang

lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke

nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat

kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau

menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan

tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

3. Telinga Dalam

Page 6: oma (otitis media akut)

6

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk

pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga

kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya

merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis

bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan

lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ

yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh

perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah

siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan

mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam

lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya, Labirin membranosa terendam

dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan

cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin

membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus

koklearis, dan organan Corti.

(Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. Pearce, C Evelyn. 2002)

2.3 Etiologi

Penyebabnya adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus,

staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli,

streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa. (Kapita

selekta kedokteran, 1999).

Faktor Predisposisi:

1. infeksi kronis adenoid

2. tonsilitis

3. rhinitis

4. sinusitis

5. batuk rejan

6. morbili

7. pada anak : kondisi tuba yang pendek, lebar, horizontal

2.4 Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi saluran napas seperti radang

tenggorokan / pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran eustachius. Saat

bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut.

Page 7: oma (otitis media akut)

7

Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan

datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.

Sel darah putih akan melawan sek-sel bakteri dengan mengorbankan diri

mereka sendiri, sedikitnya terbentuk nanah dalam telinga tengah. Pembengkakan

jaringan sekitar sel eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel jika lendir

dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga

dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di

telinga dalam bergerak bebas. Cairan yang terlalu banyak tersebut, akhirnya dapat

merobek gendang telinga karena tekanannya. (Kapita selekta kedokteran, 1999).

Page 8: oma (otitis media akut)

8

Page 9: oma (otitis media akut)

9

Page 10: oma (otitis media akut)

10

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala klinis otitis mediatergantung pada stadium penyakit dan umur pasien :

1. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga tengah yang berat dan menetap.

2. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.

3. Pada anak kecil dan bayi dapat mual, muntah, diare, dan demam sampai

39,50Derajat Celcius, gelisah, susah tidur diare, kejang, memegang telinga yang

sakit.

4. Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.

5. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan jernih

dan akhirnya berupa nanah (jika gendang telinga robek).

6. Membran timpani merah, sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat.

7. Keluhan nyeri telinga (otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak

yang belum dapat bicara.

8. Anoreksia (umum).

9. Limfadenopati servikal anterior.

(Kapita selekta kedokteran, 1999).

Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi menjadi 4:

a. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga

menyempit.

b. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat

positif

c. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak

d. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar.

2. Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani.

3. Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi

jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).

4. Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang

telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon endang telinga

terhadap perubahan tekanan udara.

Page 11: oma (otitis media akut)

11

2.7 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

a. Pemberian obat Antibiotik

1) Tujuan

Tujuan pemberian antibiotic, untuk melumpuhkan atau menghilangkan bakteri.

2) Efek samping

Jika diberikan secara kontinyu dan tidak teratur, akan menyebabkan resistensi

bakteri, dan akan menimbulkan alergi baru jika antibiotik tidak cocok dengan

tubuh.

3) Indikasi

Lebih banyak diberikan pada penderita peradangan yang disebabkan oleh bakteri.

4) Kontra indikasi

Berbahaya diberikan pada penderita bronchitis, asma dan aritmia.

b) Pemberian obat Analgesik

1) Tujuan

Untuk menghilangkan nyeri.

2) Efek samping

Umumnya Asam Mefenamat dapat diberikan dengan baik pada dosis yang

dianjurkan, Pada beberapa kasus pernah dilaporkan terjadinya rasa mual, muntah,

diare, pada penggunaan jangka panjang yang terus menerus dengan dosis 2000 mg

atau lebih sehan dapat mengakibatkan agranulositosis dan hemolitik anemia.

3) Indikasi

Untuk menghilangkan segala macam nyeri dan ringan sampai sedang dalam kondisi

akut dan kronis termasuk nyeri karena trauma.

4) Kontraindikasi

Pada penderita tukak lambung pendenta asma, penderita ginjal dan penderita yang

hipersensitif.

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Mengkaji nyeri.

b. Mengkompres hangat.

c. Mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien.

d. Instruksikan kepada keluarga tentang komunikasi yang efektif.

e. Memberikan informasi segala yang terkait dengan penyakit otitis media.

Page 12: oma (otitis media akut)

12

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada otitis media :

1. Komplikasi yang terjadi pada Otitis media adalah :

a. Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)

b. Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).

c. Tuli.

d. Peradangan pada selaput otak (meningitis).

e. Abses otak.

f. Ruptur membrane timpani.

2. Tanda-tanda terjadi komplikasi :

a. Sakit kepala.

b. Tuli yang terjadi secara mendadak.

c. Vertigo (perasaan berputar).

d. Demam dan menggigil.

2.9 Pencegahan

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

1. pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.

2. pemberian ASI minimal selama 6 bulan.

3. penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.

4. dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

5. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

Page 13: oma (otitis media akut)

13

BAB III

Kosep Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian

a. Anamnesa

Nama klien, No. Rek. Media, Usia (Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di

bawah usia 15 tahun), Tinggi dan berat badan, Tanggal dan waktu kedatangan, Orang

yang dapat dihubungi.

b. Keluhan Utama

Menanakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa saja keluhan

yang ia rasakan.

c. Riwayat Kesehatan Dulu

menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya.

d. Riwayat kesehatan keluarga

menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini

sebelumnya

e. Riwayat penyakit sekarang

tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini.

f. Pengkajian pola Fungsional Gordon

1. Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan

a. Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.

Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai

penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.

b. Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan

trisiklik, antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO),

antikolinergik dan antispasmotik dan obat anti-parkinson.

c. Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui

gaya hidup klien

2. Pola Nutrisi – Metabolik

a. Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang

dan malam )

b. Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,

pantangan atau alergi

c. Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan

d. Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-

sayuran yang mengandung vitamin antioksidant

Page 14: oma (otitis media akut)

14

3. Pola Eliminasi

a. Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya

b. Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi

c. Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat

bantu untuk miksi dan defekasi.

4. Pola Aktivitas – Latihan

a. Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan

penglihatan. Klien akan mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam

beraktivitas sehubungan dengan luas lapang pandangnya yang berkurang

dan kekeruhan pada matanya akibat dari glaukoma yang dideritanya.

b. Kekuatan Otot : Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya

karena yang terganggu adalah pendengarannya.

c. Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.

5. Pola Istirahat - Tidur

a. Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien

b. Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang

berhubungan dengan gangguan pada telinganya

c. Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau

tidak?

6. Pola Kognitif - Persepsi

a. Kaji status mental klien

b. Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami

sesuatu

c. Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.

Identifikasi penyebab kecemasan klien

d. Pendengaran : menuru karena masuknya bakteri patogenik ke dalam

telinga tengah yang normalnya adalah steril.

e. Penglihatan : Baik, biasanya klien yang mengalami gangguan pendengaran,

tidak berpengaruh terhadap penglihatannya.

f. Kaji apakah klien mengalami vertigo

g. Kaji nyeri : Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair.

Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan

sakit kepala.

7. Pola Persepsi Dan Konsep Diri

Page 15: oma (otitis media akut)

15

a. Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,

apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya

b. Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas,

depresi atau takut

c. Apakah ada hal yang menjadi pikirannya

8. Pola Peran Hubungan

a. Tanyakan apa pekerjaan pasien

b. Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti:

pasangan, teman, dll.

c. Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan

penyakit klien

9. Pola Seksualitas/Reproduksi

a. Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya

b. Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait

dengan menopause

c. Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan

kebutuhan seks

10. Pola Koping-Toleransi Stres

a. Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau

perawatan diri )

b. Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi

kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat

untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan

orang-orang terdekat.

11. Pola Keyakinan-Nilai

a. Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam

beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang

yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.

g. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda – tanda vital : ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan

2. Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal

3. Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher

4. Kaji kemungkinan tuli

5. Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan system.

Page 16: oma (otitis media akut)

16

3.2 Asuhan Keperawatan berdasarkan NANDA, NOC dan NIC

NANDA NIC NOC

1. Nyeri akut

Definisi : Serangan

mendadak atau

perlahan dari

intensitas ringan

sampai berat yang

di antisipasi atau

diprediksi durasi

nyeri kurang dari 6

bulan

Batasan

karakteristik:

peningkata

n tekanan

intra okuler

(TIO) yang

ditandai

dengan

mual dan

muntah.

Adanya

laporan

nyeri

secara

verbal dan

non verbal

Nafsu

makan

menurun

Mual,

muntah

· Tingkat kenyamanan

Indikator:

Melaporkan

kondisi fisik yang

membaik

Melaporkan

kondisi psikologis

yang membaik

Mengekspresikan

kegembiraan

terhadap

lingkungan sekitar

Mengekspresikan

kepuasan dengan

control nyeri

·Kontrol Nyeri

Indikator:

Mengenal factor

penyebab

Mengenal serangan

nyeri

Mengenal gejala

nyeri

Melaporkan

control nyeri

·Tingkat Nyeri

Indikator:

Melaporkan nyeri

Frekuensi nyeri

Ekspresi wajah

karena nyeri

Perubahan tanda-

· Manajemen nyeri

Aktivitas :

Kaji tipe intensitas,

karakteristik dan lokasi

nyeri

Kaji tingkatan skala nyeri

untuk menentukan dosis

analgesik

Anjurkan istirahat ditempat

tidur dalam ruangan yang

tenang

Atur sikap fowler 300 atau

dalam posisi nyaman.

Ajarkan klien teknik

relaksasai dan nafas dalam

Anjurkan klien

menggunakan mekanism

koping yang baik disaat

nyeri terjadi

Hindari mual, muntah

karena ini akan

meningkatkan TIO

Alihkan perhatian pada

hal-hal yang

menyenangkan

Hilangkan atau kurangi

sumber nyeri

· Pemberian analgesik

Berikan analgesik sesuai

order dokter.

Perhatikan resep obat,

nama pasien, dosis dan rute

Page 17: oma (otitis media akut)

17

tanda vital

pemberian secara benar

sebelum pemberian obat.

2.Gangguan

persepsi sensori -

perseptual

pendengaran

· Kompensasi Tingkah

Laku Pendengaran

Indikator:

Pantau gejala

kerusakan

pendengaran

Menggunakan

layananan

pendukung untuk

pendegaran yang

lemah

Menghilangkan

gangguan

Menggunakan

bahasa isarat

Membaca gerakan

bibir

Memperoleh alat

bantu pendengaran

Mengingatkan

yang lain untuk

menggunakan

teknik yang

menguntungkan

pendengaran

Memakai alat

· Peningkatan Komunikasi: Defisit

Pendengaran

Aktivitas:

Janjikan untuk

mempermudah

pemeriksaan pendengaran

sebagaimana mestinya

Memfasilitasi penggunaan

alat bantu sewajarnya

Beritahu pasien bahwa

suara akan terdengar

berbeda dengan memakai

alat bantu

Jaga kebersihan alat bantu

periksa secara rutin baterai

alat bantu

Mendengar dengan penuh

perhatian

Menahan diri dari berteriak

pada pasien yang

mengalami gangguan

komunikasi

Memfasilitasi lokasi

penggunaan alat bantu

Memfasilitasi letak telepon

bagi gangguan

Page 18: oma (otitis media akut)

18

bantu pendengaran

(misal, lampu pada

telepon, alarm

kebakarab, bel

pintu, TDD

Menggunakan alat

bantu dengar

dengan benar

·Gambaran tubuh

Indikator:

Gambaran internal

Pribadi

Sesuai antara

kenyataan, ideal,

dan perilaku tubuh

Deskripsi pada

bagian tubuh yang

terkena dampak

Menyesuaikan diri

dengan berubahnya

penampilan pisik

Menyesuaikan diri

dengan berubahnya

fungsi tubuh

Menyesuaikan diri

dengan

berubahnnya status

kesehata

Kesediaan untuk

menggunakan

strategi untuk

meningkatkan

penampilan dan

fungsi tubuh

pendengaran sebagaimana

mestinya

·Pembentukan kognisi

Aktivitas:

Bantu pasien untuk

menerima kenyataan

bahwa statemen diri berada

di tengah-tengah timbulnya

emosi

Bantu pasien memahami

akan ketidakmapuannya

untuk menggapai perilaku

yang diinginkan sering

disebabkan oleh statemen

diri yang tidak masuk akal

Tunjukkan bentuk-bentuk

kelainan fungsi berpikir

(misal, pikiran yang

bertentangan, terlalu

banyak menggeneralisasi,

penguatan, dan

personalisasi)

Bantu pasien mengenali

emosi yang menyakitkan

yang ia rasakan

Bantu pasien mengenal

pemicu yang diterima

(misal, situasi, kejadian,

dan interaksi dengan orang

lain) yang membuat stress

Bantu pasien untuk

mengenal interpretasi

pribadi yang salah mengeni

faktor pemicu yang

Page 19: oma (otitis media akut)

19

diterima

Bantu pasien untuk

mengganti interpretasi

yang salah dengan yang

lebih realistis berdasarkan

situasi yang membuat stres,

kejadian, dan interaksi

Page 20: oma (otitis media akut)

20

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Otitis media akut (OMA) peradangan akut mukoperiosteum telinga tengah

yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya OMA merupakan komplikasi

dari infeksi saluran nafas atas.infeksi melalui tuba eustachii, selanjutnya masuk

ke telingan tengah. Sebagian besar OMA terjadi pada anak, karena infeksi

saluran nafas atas banyak pada anak, dan bentuk tuba eustachii pada anak lebih

pendek, lebar, dan mendatar. Penatalaksanaan OMA pada prinsipnya adalah

terapi medikamentosa yang diberikan tergantung dari stadium penyakitnya.

Prinsipnya adalah pemberian antibiotika dan parasentesis untuk menghindari

perforasi spontan.

4.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah

yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca

Page 21: oma (otitis media akut)

21

DAFTAR PUSTAKA

Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC

NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC

Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC

Mansjoer,Arief,dkk.1999.Kapita Selekta Kedokteran,Edisi 3: Jakarta, Mediaacs culapiu

http://jurnalkesehatanmu.blogspot.com/2009/12/otitis-media-akut-oma.html

http://farellyus-belajaryuk.blogspot.com/2009/09/diagnosis-dan-penatalaksanaan-otitis.html

http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-otitis-media-akut.html