laporan kasus omsk

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Fungsi saluran Eustachius ini adalah menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikannya dengan tekanan udara di dunia luar dan mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke bagian belakang hidung. Otitis media akut biasanya terjadi karena faktor pertahanan tuba Eustachius ini terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Apabila otitis media akut mencapai stadium perforasi dan dibiarkan selama lebih dari 2 bulan tanpa penanganan yang adekuat maka akan menjadi otitits media supuratif kronik. 1

description

laporan kasus omsk

Transcript of laporan kasus omsk

Page 1: laporan kasus omsk

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang

telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam.

Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga

tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Fungsi saluran

Eustachius ini adalah menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan

menyesuaikannya dengan tekanan udara di dunia luar dan mengalirkan sedikit lendir

yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke bagian belakang hidung.

Otitis media akut biasanya terjadi karena faktor pertahanan tuba Eustachius ini

terganggu. Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis

media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga

tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi

peradangan.

Apabila otitis media akut mencapai stadium perforasi dan dibiarkan selama lebih

dari 2 bulan tanpa penanganan yang adekuat maka akan menjadi otitits media supuratif

kronik.

Penyakit otitis media ini masih sering dianggap remeh oleh sebagian besar

masyarakat padahal komplikasi lanjut dari penyakit ini bila tidak diobati adalah

gangguan pendengaran menjadi tuli dan timbul abses di otak sampai menyebabkan

kematian.

Kurangnya pengetahuan tentang penyakit Otitis media dan bahayanya komplikasi

yang ditimbulkan maka perhatian dan pengobatan pada penyakit ini tidak boleh

diabaikan agar terhindar dari komplikasi, berdasarkan kondisi tersebut maka dokter

muda perlu mengetahui tentang dasar klinis pada penyakit otitis media agar dapat

menegakkan diagnosis yang tepat dan penatalaksanaan yang baik.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk

mengangkat laporan kasus pada pasien dengan otitis media supuratif kronik.

1

Page 2: laporan kasus omsk

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 34 tahun

Alamat : Bintara 6

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal berobat : 11 Agustus 2015

B. Anamnesis

1. Keluhan utama: keluar cairan dari telinga kanan sejak 2 hari yang lalu

2. Riwayat penyakit sekarang:

Pasien datang ke poli THT dengan keluhan keluar cairan dari telinga kanan

sejak 2 hari yang lalu. Cairan berawarna bening dan encer. Telinga mendengung

sejak 1 hari dan lega bila cairan keluar dengan cara memiringkan kepala, sakit

pada telinga sudah dirasakan sejak 1 bulan. Pasien merasa telinga kanan

mengalami penurunan pendengaran. Pasien tidak merasa pusing. Pilek

disangkal, batuk disangkal, nyeri menelan disangkal, tidur mengorok disangkal.

Pasien mengatakan bersin bila bangun tidur dan terpapar debu. Pasien mengaku

memiliki kebiasaan mengorek telinga sejak lama.

3. Riwayat penyakit dahulu:

Keluhan telinga sering dirasakan > 2 bulan tapi sembuh sendiri.

4. Riwayat penyakit keluarga:

Riwayat keluhan yang sama, Diabetes Mellitus, Hipertensi, dan Asma dalam

keluarga disangkal

2

Page 3: laporan kasus omsk

5. Riwayat allergi:

Pasien allergi debu, bersin dan mata merah gatal bila terpapar debu. Riwayat

allergi makanan, cuaca, dan obat-obatan disangkal

6. Riwayat pengobatan:

Pasien belum pernah berobat untuk sakit ini.

7. Riwayat psikososial:

Merokok dan mengkonsumsi kopi disangkal. Pasien tinggal dilingkungan padat

penduduk dengan banyak barang dirumah, pasien memelihara ayam. Sering

berenang disangkal.

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit ringan Kesadaran : composmentisBerat badan : 41 KgTanda Vital Tekanan darah : Penafasan : 18 x/ menit Nadi : 80 x/menit Suhu : afebris

Status Generalis

1. Kepala : normocephal 2. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil

(+/+) pupil bulat isokor3. Telinga : lihat status lokalis4. Hidung : lihat status lokalis5. Mulut : mukosa bibir lembab, gusi berdarah (-), gigi ada karies(+),

gigi berlubang (-)6. Tenggorok : lihat status lokalis7. Leher : lihat status lokalis8. Ekstremitas

a. Superior : akral hangat, udem (-/-), RCT < 2 detik b. Inferior : akral hangat, udem (-/-), RCT < 2 detik

3

Page 4: laporan kasus omsk

D. Status lokalis THT

1. TelingaTabel 1. Pemeriksaan telinga

AD AS

Normotia, hiperemis (-), edema (-), helix sign (-),

tragus sign (-)

Aurikula Normotia, hiperemis (-), edema (-), helix sign (-),

tragus sign (-)

Tanda radang(-), pus(-), nyeri tekan(-), fistula(-)

Preaurikula

Tanda radang(-), pus(-), nyeri tekan(-), fistula(-)

edema (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-), fistula (-),

tumor (-), sikatriks (-)

Retroaurikulaedema (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-), fistula (-), tumor (-),

sikatriks (-)

Hiperemis(-), edema (-), sekret (+), serumen(-),

massa(-)

MAEHiperemis (-), edema (-), sekret (-), serumen (-),

massa (-)

Refleks cahaya (-), perforasi (+) sentral, sekret (+),

serumen (-)

Membran timpaniRefleks cahaya (+), perforasi

(-), sekret (-), serumen (-)

- Uji Rinne +

Lateralisasi (+) Uji Weber Lateralisasi (-)

Memanjang Uji Schwabach Sama dengan pemeriksa

Interpretasi : OMSK AD, AS normal

4

Page 5: laporan kasus omsk

2. Hidung

Tabel 2. Pemeriksaan hidung

Dextra Rhinoskopi anterior Sinistra

Hiperemis (-)Livide (+) Mukosa Hiperemis (-)

Livide (+)- Sekret -

Menyempit Konka inferior Eutrofi

Deviasi (+) Septum Deviasi (-)

(-) Massa (-)

a. Sinus paranasal

1) Inspeksi : Pembengkakan pada wajah (-)Pembengkakan daerah atas orbita (-)

2) Palpasi : Nyeri tekan pipi (-)Nyeri tekan media orbita (-)

3. Tenggorok

Tabel 3. Pemeriksaan Nasofaring

Naofaring (Rhinoskopi posterior) (tidak dilakukan)

Konka superior

Torus tubarius

Fossa Rossenmuller

Plika salfingofaringeal

Tabel 4. Pemeriksaan Orofaring

Dextra Pemeriksaan Orofaring SinistraMulut

Hiperemis (-) Mukosa mulut Hiperemis (-)Hiperemis (-) Palatum molle Hiperemis (-)

Karies (+) Gigi geligi Karies (+)Simetris Uvula Simetris

TonsilTenang Mukosa Tenang

T1

Besar

T1

5

Page 6: laporan kasus omsk

Tidak melebar Kripta Tidak melebar- Detritus -- Perlengketan -

FaringTenang Mukosa Tenang

- Granula -- Post nasal drip -

Tabel 5. Pemeriksaan Laringofaring

Laringofaring (Laringoskopi indirect) (tidak dilakukan)EpiglotisPlika ariepiglotikaPlika ventrikularisPlika vokalisRima glotis

4. Leher

Tabel 6. Pemeriksaan Kelenjar Tiroid dan Kelenjar Getah Bening (KGB)

Dextra Pemeriksaan Sinistra

Pembesaran (-) Tiroid Pembesaran (-)Pembesaran (-) Kelenjar submental Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar submandibula Pembesaran (-)Pembesaran (-) Kelenjar jugularis superior Pembesaran (-)Pembesaran (-) Kelenjar jugularis media Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar jugularis inferior Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar suprasternal Pembesaran (-)

Pembesaran (-) Kelenjar supraklavikularis Pembesaran (-)

E. Resume

Pasien wanita 34 tahun datang ke poli THT dengan keluhan keluar cairan dari

telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Cairan berawarna bening dan encer. Telinga

6

Page 7: laporan kasus omsk

mendengung sejak 1 hari dan lega bila cairan keluar dengan cara memiringkan

kepala, sakit telinga sudah dirasakan sejak 1 bulan. Merasa penurunan pendengaran

pada telinga kanan. Bersin bila bangun tidur dan terpapar debu. Kebiasaan

mengorek telinga sejak lama. Pada hasil pemeriksaan didapatkan sekret dan

perforasi sentral membran timpani pada telinga kanan, uji penala: rinne AD (-), test

weber lateraisasi ke kanan, swabach AD memanjang, dan konka inferior kanan

menyempit, terdapat karies gigi.

F. Diagnosa Kerja

Otitis media supuratif kronis AD + Rhinitis alergi

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto rontgen mastoid

2. Foto rontgen sinus paranasal

3. Bakteriologi sekret

4. Audiogram

H. Penatalaksanaan

1. Non-medikamentosa

a. Hindari telinga dari kemasukan air

b. Menjaga pola hidup sehat

c. Menutup telinga dengan kapas saat mandi dan mengurangi aktivitas

berkeringat

2. Medikamentosa

1. Sol tarivid 3 dd V gtt2. Klindamycin 2 dd 300 mg3. Cetirizine 1 dd 10mg4. Ambroxol 2 dd 30 mg

BAB III

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

7

Page 8: laporan kasus omsk

A. Definisi

Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut Otitis Media

Perforata (OMP) atau dalam sebutan sehari-hari adalah congek.

Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan

perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus

menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau

berupa nanah.

Jenis-jenis perforasi (central, subtotal, atik, marginal)

B. Epidemiologi

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi

sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek.

Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang

mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden

OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.

C. Patofisiologi

Karena OMSK didahului OMA, maka penjelasan tentang patofisiologi

OMSK, akan dijelaskan dengan patofisiologi terjadinya OMA. OMA biasanya

disebabkan oleh Infeksi di Saluran Nafas Atas (ISPA), umumnya terjadi pada

anak karena keadaan tuba eustakius , yang sangat berperan penting dalam

patofiologi OMA pada anak berbeda dengan orang dewasa. Tuba eustakius pada

anak lebih pendek, lebih horizontal dan relatif lebih lebar daripada dewasa.

Infeksi pada saluran nafas atas akan menyebabkan edema pada mukosa

saluran nafas termasuk mukosa tuba eustakius dan nasofaring tempat muara tuba

eustakius. Edema ini akan menyebabkan oklusi tuba yang berakibat gangguan

8

Page 9: laporan kasus omsk

fungsi tuba eustakius yaitu fungsi ventilasi, drainase dan proteksi terhadap telinga

tengah.

1. Gangguan fungsi Ventilasi

Normalnya tuba akan berusaha menjaga tekanan di telinga tengah dan

udara luar stabil, ketika terdapat oklusi tuba, maka udara tidak akan dapat

masuk ke telinga tengah, sedangkan secara fisiologis udara (Oksigen dan

Nitrogen) akan diabsorbsi di telinga tengah 1 ml tiap hari pada orang dewasa.

Keadaan ini kan menyebabkan tekanan negatif pada telinga tengah, keadaan

vacum di telinga tengah menyebabkan transudasi cairan di telinga tengah.

2. Gangguan Fungsi drainase

Dalam keadaan normal mukosa telinga tengah akan menghasilkan

sekret yang akan di dorong oleh gerakan silia ke arah nasofaring, ketika

terjadi oklusi tuba fungsi ini akan terganggu, sehingga terjadi penumpukan

sekret di telinga tengah. Akumulasi cairan di telinga tengah akan lebih

banyak dengan adanya transudasi akibat tekanan negatif. Sekret ini

merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman.

3. Gangguan fungsi proteksi

Tuba berperan dalam proteksi kuman dan sekret dari nasofaring

masuk ke telinga tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika terjadi oklusi

tuba, fungsi silia tidak efektif untuk mencegah kuman dan sekret dari

nasofaring ke kavum timpani dengan akumulasi sekret yang baik untuk

pertumbuhan kuman. Sehingga terjadi proses supurasi di telinga tengah.

Proses supurasi akan berlanjut dengan peningkatan jumlah sekret purulen,

penekanan pada membran timpani oleh akumulasi sekret ini kan

menyebabkan membran timpani (bagian sentral) mengalami iskemi dan

akhirnya nekrosis, dengan adnya tekanan akan menyebabkan perforasi dan

sekret mukopurulen akan keluar dari telinga tengah ke liang telinga.

Jika proses peradangan ini tidak mengalami resolusi dan penutupan

membran timpani setelah 6 minggu maka OMA beralih menjadi OMSK.

9

Page 10: laporan kasus omsk

Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal

ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi

yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus.

Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi

pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan

keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis.

OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada

menetap. Keadaan kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan

stadium dari pada keseragaman gambaran patologi. Secara umum gambaran

yang ditemukan adalah:

a. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral

b. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit

c. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada

beratnya infeksi sebelumnya

d. Pneumatisasi mastoid

OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid

paling akhir terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti

atau mundur oleh otitis media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih

muda. Bila infeksi kronik terus berlanjut, mastoid mengalami proses

sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang.

D. Tanda dan Gejala

Gejala klinis yang sering ditemukan pada otitis media supuratif kronis

diantaranya

1. Telinga Berair (Otorrhoe)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan.

Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk

yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi

membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada

OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK

tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang

karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah

10

Page 11: laporan kasus omsk

berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan

merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang

encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan Pendengaran

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.

Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani

serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada

OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.

3. Nyeri Telinga (Otalgia)

Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.

Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran

sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman

pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi

OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel

labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul

biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita

yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar

membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang

oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan

meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi

serebelum.

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna yang perlu diperhatikan

mengingat OMSK tipe ini seringkali menimbulkan komplikasi yang

berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini yang menjadi pedoman yaitu

adanya perforasi pada marginal atau pada atik. Sedangkan pada kasus yang

lanjut dapat terlihat adanya Abses atau fistel retroaurikular, jaringan granulasi

atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani, pus yang selalu

aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom) dan foto rontgen mastoid adanya

gambaran kolesteatom.

11

Page 12: laporan kasus omsk

E. Klasifikasi

OMSK dapat dibedakan menjadi beberapa macam, tergantung dari

perjalanan penyakit dan tergantung jenis aktifitas sekret yang dihasilkan oleh

telinga tersebut. Berikut ibi pembagian OMSK

1. Jenis OMSK terbagi atas 2 jenis, yaitu tipe benigna dan tipe maligna.

a. OMSK tipe Benigna

Proses peradangannya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak

mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna

jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna

tidak terdapat kolesteatoma.

b. OMSK tipe Maligna

Merupakan OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Kolesteatoma

adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).

Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu kongenital dan didapat. OMSK tipe

maligna dikenal juga dengan OMSK tipe berbahaya atau OMSK tipe tulang.

Perforasi pada OMSK tipe maligna letaknya di atik, kadang-kadang terdapat

juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi yang berbahaya atau fatal

timbul pada OMSK tipe maligna.

Berikut ini adalah perbedaan antara OMSK benigna dan maligna, terlihat

dari tabel berikut ini.

12

Page 13: laporan kasus omsk

Tabel Perbedaan OMSK benigna dan maligan

2. Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar terdiri dari OMSK aktif dan OMSK

tenang.

a. OMSK aktif

Merupakan OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum

timpani secara aktif. Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli.

Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba

eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang

telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen

b. OMSK tenang

OMSK yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau

kering. Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering

dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa

tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo,

tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.

F. Jenis Pembedahan pada OMSK

13

Page 14: laporan kasus omsk

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan

pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya, antara lain.

1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)

2. Mstoidektomi radikal

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4. Miringoplasti

5. Timpanoplasti

6. Pendekatan ganda timpanoplasti (combine approach tympanoplasty)

Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau

kolesteatom, sarana yang tersedia serta pengalaman operator.

Sesuai dengan luasnya infeksi atau luas kerusakan yang sudah terjadi,

kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya.

1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan

konservatif tidak sembuh. Dengan tiindakan operasi ini dilakukan pembersihan

ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang

dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak

diperbaiki.

2. Mastoidektomi radikal

Operasi ini dilakukan pada OMSK berbahaya dengan infeksi atau

kolesteatoma yang sudah meluas. Pada operasi ini, mastoid dan kavum timpani

dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga

luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga

daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.

Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan

mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur

hidupnya. Pasien harus datang dengan teraturuntuk control, supaya tidak terjadi

infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat

pendidikan atau karier pasien.

14

Page 15: laporan kasus omsk

Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada

rongga operasi serta membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi

kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar

menjadi lebar.

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik,

tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan

dinsing posterior liang telinga direndahkan.

Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan

rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

4. Miringoplasti

Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal

juga dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada

membrane timpani.

Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinnga

tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap.

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang dengan

ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membrane timpani.

5. Timpanoplasti

Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang

lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan

pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan

penyakit serta memperbaiki pendengaran.

Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus

dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk

rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah

timpanoplasti tipe II, III, IV, V.

Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi

kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan

patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan

jarak waktu 6 sampai 12 bulan.

6. Pendekatan ganda timpanoplasti (combine approach tympanoplasty)

15

Page 16: laporan kasus omsk

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan

pada kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi

yang luas.

Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki

pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa

meruntuhkan dinding posterior liang telinga).

Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani,

dikerjakan melalui 2 jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan

rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini

pada OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering

terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.

G. Komplikasi

Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena

komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kematian.

Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik

yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang

efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi

didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau

suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun

dapat menyebabkan komplikasi.

Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi

akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.

1. Komplikasi ditelinga tengah

a. Perforasi persisten membrane timpani

b. Erosi tulang pendengaran

c. Paralisis nervus fasial

2. Komplikasi telinga dalam

a. Fistel labirin

b. Labirinitis supuratif

c. Tuli saraf (sensorineural)

3. Komplikasi ekstradural16

Page 17: laporan kasus omsk

a. Abses ekstradural

b. Trombosis sinus lateralis

c. Petrositis

4. Komplikasi ke susunan saraf pusat

a. Meningitis

b. Abses otak

c. Hindrosefalus otitis

BAB IVDAFTAR PUSTAKA

17

Page 18: laporan kasus omsk

1. Djaafar ZA. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi

keenam. Jakarta: FKUI, 2007.

2. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit Telinga Tengah Dan Mastoid.

Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.

Jakarta: EGC, 1997.

3. Helmi. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis Dan Mastoiditis. Dalam:

Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI, 2007.

4. Thapa N, Shirastav RP. Intracranial Complication Of Chronic Suppuratif Otitis

Media, Attico-Antral Type: Experience At TUTH. J Neuroscience. 2004; 1: 36-

39 Available from URL: http://www.jneuro.org/ diunduh tanggal 4 Mei 2012.

Pkl 22.00 WIB

5. Dugdale AE. Management Of Chronic Suppurative Otitis Media. Medical

Journal of Australia. 2004. Available from URL: http://www.mja.com.au/.

6. http://emedicine.medscape.com/article/784176-overview

7. http://www.scribd.com/doc/41793489/Guideline-OtitisMedia

18