Laporan Kasus Jiwa
description
Transcript of Laporan Kasus Jiwa
LAPORAN KASUS
ILMU KEDOKTERAN JIWA
Oleh :
I Putu Candra S. Sutarta
07700291
Dosen Pembimbing:
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ
Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya Lab/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya di RSD dr.Soebandi Jember
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2013
SMF PSIKIATRI
RSD. dr. SOEBANDI JEMBER
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Suku Bangsa : Madura
Alamat : Lodoombo, jember
Tanggal Pemeriksaan : 13 Mei 2013 dan 17 Mei 2013
II. Anamnesa
A. Keluhan Utama
Pasien tidak mau mengatakan apa-apa
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Autoanamnesa
Autoanamnesis dicoba dilakukan Ruang rawat jiwa RS. dr. Soebandi
Jember pada tanggal 13 Mei 2013. Pasien tidak mengatakan sepatah katapun,
hanya melihat sekilas ke arah pemeriksa kemudian memalingkan pandangannya.
Heteroanamnesa
Heteroanamnesa dilakukan pada istri pasien yang menemaninya di Rumah
Sakit. Menurut istri pasien saat ditanyakan tentang suaminya, istri pasien
mengatakan pasien tidak mau bebicara sejak kemarin pagi. Hal terakhir yang
dikatakan pasien adalah bahwa dirinya mengalami sakit perut. Pasien baru tiba
dari bekerja di Bali pada hari Sabtu 11 Mei 2013, kemudian pada pagi harinya
pasien mengeluh badannya terasa panas dingin. Lalu pasien pergi ke tukang pijat
kemudian sepulangnya pasien merasa kesal karena dipijat dengan keras. Malam
harinya pasien mengeluh sakit perut kemudian periksa ke Puskesmas Sukowono
sampai di Puskesmas Sukowono pasien sempat menunjukkan gestur tubuh seperti
kejang, lalu tidak berbicara lagi. Sebelum mengeluh sakit perut, istri pasien
mendapati suaminya terjatuh dari sofa tempat suaminya tidur. Dari Puskemas
Sukowono pasien dirujuk ke Ajung, karena tidak mampu pasien lalu dirujuk ke
RSD dr. Soebandi Jember.
Pasien sehari-harinya bekerja di bali sebagai tukang bangunan. Pasien
pulang ke Jember sekitar sebulan sekali. Sehari-hari pasien adalah seorang yang
ceria, suka bercanda, dan bukan pendiam. Pasien memiliki kebiasaan merokok
kurang lebih 1 bungkus per hari. Pasien juga biasa minum kopi hitam di pagi hari.
Istri pasien kurang begitu paham tentang keseharian pasien karena pasien sehari-
hari tinggal di Bali, sementara istrinya tinggal di Jember.
Tanggal 17 Mei 2013 di Ruang Rawat Jiwa RSD dr. Soebandi Jember
Autoanamnesa
Saat ditemui kembali di ruang rawat jiwa, keadaan pasien Nampak lebih
baik. Wajah pasien nampak lebih ceria dibandingkan saat pertama kali
diwawancarai. Pasien mengatakan sudah lumayan lebih baik jika dibandingkan
dengan sebelumnya, berkomunikasi pun sudah mulai bisa lebih lancar, namun
pasien Nampak masih bingung dengan keberadaannya. Pasien sempat bingung
ketika ditanya dimana dirinya berada. Namun pasien ingat ketika ditanya nama
istrinya yang saat itu mendampingi pasien. Saat ditanya mengapa pada
pemeriksaan sebelumnya pasien diam saja, pasien mengaku bingung dan tidak
tahu akan menjawab apa untuk pertanyaan yang diberikan pemeriksa. Pasien
merasa tidak memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan pemeriksa.
Namun kini kondisi pasien sudah jauh lebih baik dan mampu memahami
pertanyaan pemeriksa. Pasien tidak merasa dipengaruhi kekuatan dari luar
tubuhnya. Pasien juga tidak merasa kerongkongannya dicekik agar tidak
menjawab pertanyaan pemeriksa. Pasien hanya merasa seolah kemampuannnya
untuk memahami pertanyaan sudah menghilang. Saat ditanyai apakah pasien
merokok atau terbiasa minum kopi pasien menjawab “iya”. Pasien biasa
menghabiskan satu pak rokok sehari dan minum kopi di pagi hari. Saat ditanya
apakah sebelumnya ada masalah dengan keluarga pasien, pasien menyangkalnya.
Pasien hanya mengatakan saat dipijat tukang pijat melakukannnya dengan keras,
bahkan saking kerasnya pasien sempat kesal dan secara refleks menendang
dinding rumah tukang pijat yang terbuat dari anyaman bambu. Kemudian untuk
beberapa pertanyaan berikutnya pasien menjawab dan mengarahkan jawaban terus
menerus dengan situasinya saat dipijat.
Karena melihat lidah pasien yang putih, kemudian pemeriksa menanyakan
apakah pasien sering sariawan, pasien lalu mengiyakannya. Pasien juga
mengiyakan saat ditanya apakah pasien sering diare. Pasien menyangkal bila
sempat terjadi benturan dengan kepalanya.
Heteroanamnesa
Heteroanamnesa dilakukan kepada istri pasien. Istri pasien mengatakan
kalau kondisi suaminya sudah jauh lebih baik. Pasien sudah mau berbicara. Pasien
sempat meminta nasi pada malam sebelumnya. Menurut istri pasien, pasien tidak
pernah mengalami kondisi seperti ini ataupun nampak bingung sebelumnya. Istri
pasien mengiyakan semua yang diceritakan pasien, istri pasien juga mengatakan
kalau kondisi pasien sudah hamper pulih sepenuhn ya seperti sebelum dirawat di
rumah sakit. Istri pasien menyangkal kalau sebelum pasien sakit sempat terjadi
pertengkaran dengan suaminya. Istri pasien mengaku kalau keluarganya baik-baik
saja, tidak ada masalah berarti dan keadaan ekonomi pun cukup.
A. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya, tidak pernah mengalami
kecelakaan, tidak pernah terbentur kepalanya, HT (-)
B. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala seperti ini
C. Riwayat Pengobatan
Obat yang didapat di puskesmas
D. Riwayat Kelahiran
Antenatal: Pasien tidak tahu kondisi ibu pasien saat hamil
Natal: Pasien hanya tahu kalau dirinya lahir dibantu oleh dukun
Postnatal: pasien mengaku tidak pernah sakit keras setelah dilahirkan
Riwayat Perkembangan: Pasien mengaku perkembangannya sesuai dengan
teman sebayanya
E. Riwayat Sosial
Pendidikan : Pasien lulusan SMP
Premorbid : biasa, ceria
Faktor Organik : -
Faktor Keturunan : -
Faktor pencetus : masalah dengan tukang pijat
Faktor Psikososial : Hubungan pasien dengan lingkungan sekitar
seperti tetangga baik, dengan saudaranya juga baik
III Status Interna Singkat
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 100/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,8°C
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala – leher : a/i/c/d = -/-/-/-
Jantung : S1S2 tunggal
Paru – paru : vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : flat, BU (+) normal, soepel, timpani
Ekstremitas : Akral hangat di keempat ekstremitas
Tidak ada odeme di keempat ekstremitas
IV. STATUS NEUROLOGI
GCS : 4-5-6
MS : KK(-), B1(-), B2(-), K(-), L(-)
N. cranialis : dalam batas normal
Ref. Fisiologis : B(+/+), T (+/+), K(+/+), A(+/+)
Ref. Patologis : H(-/-), T(-/-), B(-/-), C(-/-), O(-/-)
Motorik : dalam batas normal
Autonomik : dalam batas normal
V. STATUS PSIKIATRI
Kesan Umum : Pasien tampak sesuai usianya kurang bersih dan
kurang rapih, tidak ada cacat fisik, bicara agak sulit
dimengerti
Kontak : mata (+), verbal (+), relevan, lancar
Kesadaran : Kualitatif : non-psikotik
Kuantitatif : GCS 4-5-6
Afek/Emosi : adekuat, euthimia
Insight : Derajat 3
Proses Berpikir : Bentuk : logis, realistik
Arus : koheren
Isi : preokupasi
Persepsi : Ilusi (-), Halusinasi (-), depersonalisasi (-),
derealisasi (-)
Intelegensia : dalam batas normal
Kemauan : menurun
Psikomotor : menurun
VI. DIAGNOSIS MULTIAXIAL
Aksis I : F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik akut dengan
gejala skizofrenia
Aksis II : Z.03.2 tidak ada diagnosis aksis II
Aksis III : susp. B.20
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan kesehatan
Aksis V : GAF Scale 80-71 gejala sementara&dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah,
dll
VI PENANGANAN HOLISTIK
Psikofarmaka
Risperidone 2x2mg
Trihexipenidil 2x2 mg
Psikoterapi
a. Psikoterapi suportif: Memberi semangat kepada pasien dan
memotivasi pasien untuk selalu berpikiran positif
b. Psikoterapi kognitif: memulihkan kembali daya pikir rasional
Psikososial
a. Menyarankan pasien agar tetap mau bersosialisasi dengan keluarga,
tetangga, dan teman kerjanya
b. Pengawasan keluarga agar kebutuhan gizi dan hygiene tetap terjamin
Psikoreligius
a. Menyarankan pasien agar selalu mendekatkan diri dengan Tuhan
b. Mengingatkan pasien agar selalu beribadah sesuai dengan agamanya
VII MONITORING
Gangguan fisik : mengobservasi sariawan dan diare pasien
Gejala psikis : - Memeriksa apakah gejala berlangsung selama 2
minggu atau lebih
- Memeriksa apakah dalam perjalanannnya timbul
waham atau halusinasi
- Memeriksa apakah setelah pengobatan pasien tampak
depresif
Efek Samping Obat : Memeriksa pakah timbul EPS dan apakah pasien menjadi
lebih sering tidur atau tidak
VIII PROGNOSIS
Dubia ad bonam, karena
1. Kepribadian Premorbid : baik
2. Perjalanan penyakit : baik
3. Kecepatan terapi (cepat) : baik
4. Faktor keturunan (tidak ada) : baik
5. Faktor pencetus : baik
6. Perhatian keluarga (cukup) : baik
7. Ekonomi (cukup) : baik