Laporan k3

26
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi. Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang 1

Transcript of Laporan k3

Page 1: Laporan k3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin

keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan

kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.

Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang

mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang

bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak

mudah capek.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja

yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi

pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai

ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan

kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja

yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada

faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.

Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian

rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan

yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan

psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan

kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini

kemudian akan dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta

bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah penerapan kesehatan dan keselamatan kerja dalam laboratorium dan bengkel teknik sipil?

1

Page 2: Laporan k3

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui sejauh mana penerapan kesehatan dan keselamatan kerja dalam lingkungan laboratorium dan bengkel teknik sipil

1.3.2 Tujuan Khusus

Penulisan laporan ini bertujuan untuk :

A. Mengetahui ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerjaB. Mengetahui dampak yang timbul akibat mengabaikan kesehatan dan keselamatan

kerjaC. Dapat menerapkan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja sesuai dengan peraturan

yang telah ditentukan

1.4 Manfaat

Dengan penulisan laporan ini diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan penerapan K3 ( kesehatan dan keselamatan kerja) secara baik dan benar dan dan dapat bermanfaat bagi masyarakat.

2

Page 3: Laporan k3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Kesehatan

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.

Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni :1) Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik / anorganik,

logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

2) Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.3) pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan

kecacatan,rehabilitasi, dan4) genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

“pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”.

Menurut Suma’mur (1976) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at work).

3

Page 4: Laporan k3

B. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.

Pengertian Hampir Celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden (incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah “near-miss” atau “near-accident”, adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses pekerjaan.

2.2 JENIS-JENIS KECELAKAAN KERJA

Dibagi menjadi 3, yaitu:A. Jenis Kimia Terhirupnya atau terjadinya kontak antara manusia dengan bahan kimia berbahaya.

contoh: abu sisa pembakaran bahan kimia uap bahan kimia gas bahan kimia

B. Jenis Fisika Suatu temperatur udara yang terlalu panas maupun terlalu dingin. keadaan yang sangat bising. keadaan udara yang tidak normal.

Contoh: Kerusakan pendengaran Suatu suhu tubuh yang tidak normal

C. Jenis Proyek/ Pekerjaan

4

Page 5: Laporan k3

Pencahayaan atau penerangan yang kurang. Bahaya dari pengangkutan barang. Bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan.

Contoh: Kerusakan penglihatan Pemindahan barang yang tidak hati-hat sehingga melukai pekerja Peralatan kurang lengkap dan pengamanan sehngga melukai pekerja

2.3 ALAT PELINDUNG PADA K3

Adalah perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiridan orang di sekelilingnya.Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung:

a. Safety helmetBerfungsi: sebagai pelindung kepala dari benda-benda yang dapat melukai kepala.

b. Safety beltBerfungsi: sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat trasportasi.

c. Penutup telingaBerfungsi: sebagai penutu telinga ketika bekerja di tempat yang bising.

d. Kaca mata pengamananBerfungsi: sebagai pengamanan mata ketika bekerja dari percikan.

e. Pelindung wajahBerfungsi: sebagai pelindung wajah ketika bekerja.

f. MaskerBerfungsi: sebagai penyaring udara yang dihisap di tempat yang kualitas udaranya kurang bagus.

2.3 FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN

5

Page 6: Laporan k3

Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan kerja, seperti disebutkan diatas, dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.

Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik.

Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh:

a. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan

b. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.

c. lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial.

BAB III

6

Page 7: Laporan k3

PENERAPAN K3 DI BENGKEL DAN LABORATORIUM TEKNIK SIPIL

Sudah menjadi kebijaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) agar setiap dosen,

mahasiswa dan karyawan mendapatkan tempat yang aman dan sehat dalam melaksanakan tugas

sehari-hari. Pada prinsipnya semua pihak harus berupaya serta mengambil langkah-langkah

positif sehingga seluruh dosen, mahasiswa dan karyawan terjamin dan bekerja dengan aman dan

sehat.

Secara garis besar, kebijakan ini adalah:

Meningkatkan kesadaran dan memberikan pengertian bahwa kecelakaan itu dapat dicegah.

Memberikan pengertian bahwa target utama K3LABTF adalah “zero accident”.

Mengutamakan keselamatan dosen, mahasiswa dan karyawan dari penggunaan peralatan dan

bahan di Laboratoria Program Studi Teknik Fisika.

Menjamin bahwa semua dosen, mahasiswa dan karyawan telah mengetahui dan

melaksanakan pekerjaannya secara produktif yaitu dengan cara yang aman melalui petunjuk

yang benar, instruksi pekerjaan yang tepat, instruksi pemakaian peralatan yang tepat,

instruksi pemakaian bahan yang tepat melalui pengawasan yang tepat.

Menyediakan fasilitas, peralatan, perlengkapan keselamatan kerja yang layak dan memadai

serta menjamin akan digunakan secara tepat.

Memastikan bahwa yang diminta dan direkomendasikan dalam kebijakan K3 telah diikuti.

Meningkatkan perlindungan dan pelestarian lingkungan dalam segala aktivitas dan

meminimumkan kerusakan yang mungkin terjadi akibat aktivitas tersebut. Semua dosen,

mahasiswa dan karyawan harus sudah mengetahui akan tanggung jawabnya masingmasing

termasuk peduli akan kesehatannya, keselamatannya dan lingkungan di tempat kerja,

sehubungan dengan kebijakan di atas.

3.1 Pelayanan kesehatan kerja di lingkungan laoratorium dan bengkel

7

Page 8: Laporan k3

Sebagaimana pelayanan kesehatan masyarakat pada umumnya, pelayanan kesehatan dan

keselamatan masyarakat pekerja di Program Studi Teknik Fisika dilaksanakan dengan

pendekatan menyeluruh (komprehensif) yaitu meliputi pelayanan preventif, promotif, kuratif

dan rehabilitatif.

A. Pelayanan Preventif.

Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit menular di

lingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau tempat kerja agar

ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja yang memadai dan tidak

menyebabkan sakit atau membahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap sehat.

Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas:

a. Pemeriksaan awal/sebelum kerja.

b. Pemeriksaan berkala.

c. Pemeriksaan khusus.

2. Imunisasi.

3. Kesehatan lingkungan kerja.

4. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan.

5. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja.

6. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman (pengenalan,

pengukuran dan evaluasi).

B. Pelayanan Promotif.

Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik dan mental

pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang

sehat 12 Pedoman Umum K3 Laboratorium, Program Studi Teknik Fisika, FTI – ITB dengan

tujuan untuk meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas

tenaga kerja di lingkungan Program Studi Teknik Fisika.

Kegiatannya antara lain meliputi:

8

Page 9: Laporan k3

1. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat.

3. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.

4. Perbaikan status gizi.

5. Konsultasi psikologi.

6. Olah raga dan rekreasi.

C. Pelayanan Kuratif.

Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerja dengan

pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun pengobatan umumnya serta

upaya pengobatan untuk mencegah meluas penyakit menular di lingkungan pekerjaan.

Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguan

kesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegah

komplikasi atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman kerjanya.

Kegiatannya antara lain meliputi:

1. Pengobatan terhadap penyakit umum.

2. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

D. Pelayanan Rehabilitatif.

Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan parah yang

telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan permanen, baik

sebagian atau seluruh kemampuan bekerja yang biasanya mampu dilakukan sehari-hari.

Kegiatannya antara lain meliputi:

Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih

ada secara maksimal.

Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.

Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja yang cacat

akibat kerja

3.2 Kiat Umum Penerapan K3 Di Laboratorium Dan Bengkel

9

Page 10: Laporan k3

1. Di bengkel

Letakkan alat dan bahan yang akan digunakan di tempat yang mudah dijangkau dan

tidak mengganggu lingkungan kerja

Jangan menggunakan alat yang belum diketahui fungsinya

Pakailah pelindung tubuh seperti pakaian praktek lengkap, sepatu safety, masker,

helm dan pelindung telinga.

Istirahatlah jika lelah dan jangan bekerja jika mengantuk, karena dapat

membahayakan diri

Jangan bersenda gurau saat sedang bekerja

Tanyakan pada instruktur bila ada yang belum tahu cara operasionalnya

2. Di laboratorium

Gunakanlah alat pelindung khusus laboratorium.

Patuhi apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan di laboratorium

Ikuti instruksi yang telah dijelaskan oleh instruktur laboratorium

Gunakan alat sesuai dengan fungsinya masing-masing

Istirahatlah jika sudah sampai waktunya istirahat dan jangan memaksa diri bekerja

tanpa istirahat

Jangan bersenda gurau saat sedang di laboratorium

A. Bahaya potensial di bengkel dan laboratorium dan cara mengatasinya

1. Bahaya debu dan uap

Metode pencegahan terhadap debu dan uap ialah:

a. Menggunakan masker

b. Memakai metode basah

Lantai disiram air supaya debu tak beterbangan di udara. 14 Pedoman Umum K3

Laboratorium, Program Studi Teknik Fisika, FTI – ITB

Pengeboran basah (wet drilling) untuk mengurangi debu yang ada di udara. Debu jika

di semprot dengan uap air akan berflocculasi lalu mengendap.

c. Dengan alat: Scrubber, Elektropresipitator, Ventilasi umum.

2. Kebisingan

10

Page 11: Laporan k3

Untuk mengatasi kebisingan dapat dilakukan kiat-kiat sebagai berikut :

a. Menggunakan alat penutup telinga

b. Mematikan/Meminimalisir ke sumber suara

3. Suhu Udara

Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba/rasakan tidak hanya didapat dari

metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas

lingkungan, semakin besar

pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu

lingkungan, makin banyak pula panas tubuh akan hilang. Dengan kata lain, terjadi

pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan

panas yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini serasi

dan seimbang, tidak akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun

kesehatan kerja.

Tekanan panas yang berlebihan merupakan beban tambahan yang harus

diperhatikan dan diperhitungkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan dapat

menyebabkan beban fisiologis misalnya kerja jantung menjadi bertambah. Nilai ambang

batas untuk cuaca (iklim) kerja adalah 21 0C – 30 0C suhu basah. Suhu efektif bagi

pekerja di daerah tropis adalah 22 0C – 27 0C. Yang dimaksud dengan suhu efektif adalah

suatu beban panas yang dapat diterima oleh tubuh dalam ruangan. Suhu efektif akan

memberikan efek yang nyaman bagi orang yang berada di luar ruangan. Cuaca kerja yang

diusahakan dapat mendorong produktivitas antara lain dengan pengondisian udara di

tempat kerja.

Kesalahan-kesalahan sering dibuat dengan membuat suhu terlalu rendah yang berakibat

11

Page 12: Laporan k3

keluhan-keluhan dan kadang diikuti meningkatnya penyakit pernafasan. Sebaiknya

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Suhu diset pada 25 0C – 26 0C.

b. Penggunaan AC di tempat kerja perlu disertai pemikiran tentang keadaan pengaturan

suhu di rumah.

c. Bila perbedaan suhu di dalam dan luar lebih 5o perlu adanya suatu kamar adaptasi.

Contoh: suhu panas dari kompor, preheating furnace, porcelain furnace, pengecoran

logam, dan lain-lain.

4. Kelembaban Udara

Kelembaban adalah: banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa

dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh suhu

udara, dan secara bersama-sama antara suhu, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan

radiasi panas dari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat

menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan suhu udara

sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh

secara besar-besaran karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya

denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan

oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas

tubuh dengan suhu di sekitarnya.

5. Pencahayaan

Pada umumnya pekerjaan memerlukan upaya penglihatan. Untuk melihat manusia

membutuhkan pencahayaan. Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan di tempat

kerja yang harus diperhatikan adalah pencahayaan. Pencahayaan yang kurang memadai

merupakan beban tambahan bagi pekerja, sehingga dapat menimbulkan gangguan

performance (penampilan) kerja yang akhirnya dapat memberikan pengaruh terhadap

kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini sangat erat kaitannya dan mutlak harus ada

karena berhubungan dengan fungsi indera penglihatan, yang dapat mempengaruhi

produktivitas bagi tenaga kerja.

B. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

12

Page 13: Laporan k3

Pertolongan pertama yang mutlak dilakukan untuk keselamatan adalah

1) Usaha menyadarkan kembali

2) Menghindari pendarahan.

Penderita luka parah membutuhkan pertolongan segera oleh tenaga P3K yang terlatih,

juka tenaga medis tidak cepat didapat. Paling baik, jika mempunyai tenaga medis yang

profesional, atau tenaga P3K yang terlatih. Jika tidak mempunyai sedikitnya harus

mengetahui tindakan yang harus dilakukan sampai pertolongan datang.

3) Mengetahui letak kotak P3K atau ruang tempat pertolongan pertama

Aturan terpenting pada P3K adalah :

a. Pelajari apa yang tidak boleh dilakukan

b. tidak ditolong lebih baik daripada pertolongan yang salah

c. Pelajari dengan benar apa yang harus dilakukan

d. lakukan dengan segera bila hidupnya terancam

e. Kirimkan kepada ahli P3K dan kepada dokter dengan segera setiap terjadi kecelakaan

gawat

Suatu saat, ada kemungkinan kontraktor harus melakukan pertolongan pertama, apabila terjadi peristiwa sebagai berikut :

13

Page 14: Laporan k3

a. pendarahan,

b. kejutan ( shock ),

c. keracunan,

d. luka bakar api atau luka bakar karena cairan kimia,

e. luka pada mata,

f. luka kecil karena benda – benda tajam, dan

g. sengatan listrik.

Pendarahan Dan Bagaimana Cara Menghentikannya

Penghentian pendarahan, pada umumnya dapat dilakukan dengan menekan luka berdarah tersebut. Jika pada kasus tertentu pendarahan tidak bisa dihentikan dengan cara ni, panggil segera tenaga medis, dokter.

Pendarahan hidung

1. Dudukan korban dengan tenaga dengan kepala menunduk

2. Cegahlah korban memaksa darah keluar dari hidungnya

3. Pijit, atau mintalah korban untuk memijit cuping hidungnya keras – keras

4. Jika pendarahan tidak berhenti selama 5 – 10 menit usahakan agar mendapat

perawatan medis.

Pendarahan karena luka

14

Page 15: Laporan k3

a. Mintalah pertolongan medis

b. Perlihatkan semua luka

c. Tutup dan tekanlah luka dengan tangan atau pencet tepi luka bersama – sama agar

menutup, jika sempat tutuplah luka dengan sapu tangan, atau kain yang bersih sebelum

ditekan

d. Penekanan dapat dilakukan dengan memberi bantalan tipis pada luka kemudian diikat

erat – erat dengan perban. Bantalan harus cukup lebar menutupi seluruh luka dan seluruh

bantalan harus trtutup perban.

e. Jika penderita merasakan kesakitan karena ikatan perban terlalu kencang,ikatan perban

f. Jika pendarahan masih berlangsung, beri bantalan dan perbanlah lagi,tanpa melepas

ikatan bantalan yang pertama.

g. Bahan yang dipakai untuk menekan pendarahan terbuat dari bahan kayu, atau logam.

Cara seperti ini dapat pula digunakan untuk menolong korban yang patah tulang.

Pendarahan : angkat lukanya dan Pendarahan : beri bantal tipis diatastekan sampai

lukanya menutup luka dan perban erat-erat

Kejutan

Hampir setiap kecelakaan,cedera atau luka-luka,selalu diikuti oleh kejutan. Keadaan

penderita pucat,dingin dan lunak kulitnya,lemas badan,dan denyut nadi makin

cepat,mungkin juga tidak sadarkan diri.

a. Pindahkan korban di tempat yang nyaman dan tenang.

b. Jaga korban agar tenang dan tetap hangat badannya.

c. Longgarkan baju.

d. Usahakan agar korban merasa tenang dan yakinkan bahwa pertolongan segera datang.

Keracunan

15

Page 16: Laporan k3

Untuk semua peristiwa keracunan, Kirimkan kepada tenaga medis secepat mungkin.

a. Pindahkan ketempat yang segar.

b. Lakukan seperti merawat shock.

c. Buat pertolongan pernafasan,jika pernafasan berhenti. Jangan melakukan

pertolongan pernafasan melalui kontak mulut ke mulut,bila terjadi racun

terminum melalui mulut (asam,alkali,dan lain-lain)

d. Amankan dan simpan cairan yang diduga racun untuk contoh

e. Ambil dan muntahkan korban untuk pemeriksaan dokter/klinik

Luka Bakar Api

Penanganan segera secara medis tergantung pada sejauh mana tingkat penderitanyaannya.

a. Penanganan terbaik luka bakar adalah denggan mengucurkan air dingin dan bersih

kebagian yang terbakar.

b. Jangan menarik,atau menyobek baju dari luka bakarnya.

c. Jangan mencoba memindah benda-benda yang menempel pada kulit yang terbakar.

d. Lakukan perawatan seperti menangani kejutan(shock).

e. Tutuplah luka bakar dengan bahan-bahan steeril seperti perban kering,handuk

ataukertas,jika ada.

f. Jangan sentuh bagian luka bakar yang menggelembung, atau bagian otot-otot yang

terbakar.

16

Page 17: Laporan k3

Kecelakaan dan Luka Pada Mata

Janganlah menggosok-gosok mata jika ada benda-benda yang masuk didalamnya.

a. Usahakan agar mata tetap dibuka

b. Jangan sentuh mata dengan apapun juga

c. Usahakan mendapat perawatan medis

d. Longgarkan perban pada mata

e. Bimbinglah korban ketempat perawatan medis

Luka mata:

- Perbanlah matanya longgar-longgar

- Bimbinglah korban untuk perawatan

- Jangan menyentuh mata

Luka Goresan dan Memar

Setiap luka meskipun ringan harus diobati dan dicatat kejadiannya.Setiap luka akan

berakibat infeksi dan membusuk jika tidak segera diobati.

17

Page 18: Laporan k3

a. Pada luka goresan,biarkan darah mengalir beberapa menit,untuk membuang

kemungkinan infeksi.

b. Jangan membalut luka dengan baju-baju lusuh,atau sapu tangan yang kotor pada

luka.

c. Bersihkan luka dengan bahan-bahan yang lunak.

d. Berilah obat anti septic,steril,atau bahan aid untuk luka-luka ringan.

e. Panggilkan tenaga medis jika lukanya parah dan terlalu dalam

f. Luka memar yang berat memerlukan perawatan medis segera jangan ditunda.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak.

18