Laporan IPT

45
I. PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Penyakit. Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau sel yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap objek yang dipengaruhinya. Sedangkan penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing nematoda) sehingga menyebabkan ketidak normalan pada fungsi tubuh pada tanaman. (Agrios, 1996) 1.2 Cara Pathogen Menyerang Tumbuhan. Beberapa cara patogen untuk dapat masuk kedalam inang diantaranya dengan cara mekanis dan cara kimia. sebagai berikut : a. Cara Mekanis Cara mekanis yang dilakukan oleh patogen yaitu dengan cara penetrasi langsung ke tumbuhan inang. Dalam proses penetrasi ini seringkali dibantu oleh enzim yang dikeluarkan patogen untuk melunakkan dinding sel. Pada jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam melakukan penetrasi sebelumnya diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak dengan inang tersebut membesar dan membentuk semacam gelembung pipih yang biasa disebut dengan appresorium yang akhirnya dapat masuk ke dalam lapisan kutikula dan dinding sel.

Transcript of Laporan IPT

I. PENDAHULUAN1.1 Pengertian Penyakit.Penyakit adalah suatu keadaanabnormaldaritubuhatauselyang menyebabkan ketidaknyamanan,disfungsiatau kesukaran terhadap objek yang dipengaruhinya. Sedangkan penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing nematoda) sehingga menyebabkan ketidak normalan pada fungsi tubuh pada tanaman. (Agrios, 1996)1.2 Cara Pathogen Menyerang Tumbuhan.Beberapa cara patogen untuk dapat masuk kedalam inang diantaranya dengan cara mekanis dan cara kimia. sebagai berikut :a. Cara Mekanis

Cara mekanis yang dilakukan oleh patogen yaitu dengan cara penetrasi langsung ke tumbuhan inang. Dalam proses penetrasi ini seringkali dibantu oleh enzim yang dikeluarkan patogen untuk melunakkan dinding sel. Pada jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam melakukan penetrasi sebelumnya diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak dengan inang tersebut membesar dan membentuk semacam gelembung pipih yang biasa disebut dengan appresorium yang akhirnya dapat masuk ke dalam lapisan kutikula dan dinding sel.

b. Cara Kimia

Pengaruh patogen terhadap tumbuhan inang hampir seluruhnya karena proses biokimia akibat dari senyawa kimia yang dikeluarkan patogen atau karena adanya senyawa kimia yang diproduksi tumbuhan akibat adanya serangan patogen. Substansi kimia yang dikeluarkan patogen diantaranya enzim, toksin, zat tumbuh dan polisakarida. Dari keempat substansi kimia tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda terhadap kerusakan inang. Misalnya saja, enzim sangat berperan terhadap timbulnya gejala busuk basah, sedang zat tumbuh sangat berperan pada terjadinya bengkak akar atau batang. Selain itu toksin berpengaruh terhadap terjadinya hawar. ( Latief Abadi, 2011)

II. ISOLASI JAMUR2.1 Pengertian Isolasi Isolasi secara definitif adalah memisahkan suatu mikroba dari lingkungannya di alam. Kemudian di tumbuhkan sebagai bahan murni dalam media buatan dengan metode aseptis. (Nursyam, 1985).Sebelum melakukan pengamatan terhadap patogen baik berupa bakteri maupun jamur di laboratorium, terlebih dahulu kita harus menumbuhkan atau membiakan patogen tersebut. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Prinsip kerja isolasi patogen cukup sederhana yakni dengan menginokulasi kan sejumlah kecil patogen pada suatu medium tertentu yang dapat menyusun kehidupan patogen.

2.2 Gejala yang ditimbulkan oleh pathogen yang dibawa (+gambar literatur)

A. Penyakit Antraknose Pada Cabai (Colletotrichum capsici)Klasifikasi jamur Colletotrichum capsici menurut Singh (1998) adalah:

Divisio

: Ascomycotina

Sub-divisio: Eumycota

Kelas

: Pyrenomycetes

Ordo

: Sphaeriales

Famili

: Polystigmataceae

Genus

: Colletotrichum

Spesies

: Colletotrichum capsiciAntraknosa pada cabai merupakan penyakit yang paling sering ditemukan dan hampir selalu terjadi disetiap areal tanaman cabai. Penyakit antraknosa ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Bult.et.Bisby. Penyakit ini selain mengakibatkan penurunan hasil juga dapat merusak nilai estetika dari cabai itu sendiri. Serangan patogen ini dapat terjadi baik sebelum maupun setelah panen. Penurunan hasil akibat antraknosa dapat mencapai 50 persen atau lebih (Amilin et al., 1995 dan Semangun, 2004). Menurut Suhardi (1989) kerusakan akibat penyakit ini mencapai 65 persen. Selama ini pengendalian penyakit ini masih bertumpu pada penggunaan fungisida. Namun disadari selain hasilnya tidak memuaskan, penggunaan pestisida terus - menerus dapat mengakibatkan timbulnya resistensi patogen, merusak lingkungan dan berbahaya bagi konsumen. JamurColletotrichum capsicimula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut (keriput). Warna buah yang seharusnya berwarna merah menjadi seperti jerami.

B. Penyakit Akar Gada Pada Kubis ( Plasmodiophora brassicae )Nama Penyakit : Akar Gada

Nama Patogen : Plasmodiophora brassicae Wor.Klasifikasi

Kingdom

: Protozoa

Filum

: Plasmodiophoromycota

Kelas

: Plasmodiophoramycetes

Ordo

: Plasmodiophoramycetes

Famili

: Plasmodiophoraceae

Genus

: Plasmodiophora

Species

: Plasmodiophora brassicae Wor. (Suhardi 1989)ClubrootatauAkarGada merupakan penyakit terpenting pada tanaman kubis-kubisan yang disebabkan oleh jamur Plasmodiophora brassicae. Penyakit ini menyebar merata diseluruh areal pertanaman kubis di seluruh dunia khususnya di Eropa dan Amerika Utara. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Hampir seluruh tanaman kubis-kubisan misalnya kubis, sawi putih, dan brussels sprout sangat rentan terkena akar gada. Penyebab Penyakit Akar gadamenyebabkan kerusakan yang parah pada tanaman rentan tumbuh pada tanah yang terifeksi. Hal ini disebabkan patogen yang menginfeksi tanah ini tetap menjadi saprofit pada tanah sehingga kubis-kubisan kurang cocok lagi untuk dibudidayakan di tempat tersebut (Agrios, 1996). Kelayuan bibit atau tanaman adalah tanda pertama dari infeksi. Hal ini menunjukkan bahwa akar telah rusak. Gejala pertama kali terlihat pada akar adalah pembengkakan yang berkembang menjadi distorsi besar atau seperti gada. Keseriusan bergantung kepada usia tanaman dan waktu bersentuhan dengan penyakit tersebut. Awalnya, ladang -ladang tanaman yang sangat kerdil akan muncul diladang. Pada tanaman di waktu-waktu selanjutnya, ladang -ladang tanaman akan meluas hingga seluruh ladang terinfeksi. Semakin banyak spora yang ada di dalam tanah, maka semakin parah gejalanya. Tanaman kubis mungkin tumbuh tanpa kepala. (Sastrahidayat. et all, 1999)

C. Penyakit Blast Pada Padi ( Pyricularia oryzae )Penyakit Blas (Pyricularia oryzae)

a. Nama Umum : Penyakit Blas

b. Nama Ilmiah :Pyricularia oryzae

c. Klasifikasi

Kingdom : Myceteae

Divisi : Amastigomycota

Subdivisi : Deuteromycetina

Kelas : Deuteromycetes

Ordo : Moniliales

Famili : Moniliaceae

Genus : Pyricularia

Spesies :Pyricularia oryzae(Alexopoulus dan Mims, 1979).

Penyakit blasadalah salah satu penyakit utama yang menyerang pada tanaman padi. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cendawanPyricularia oryzae Cavara atau cendawanPyricularia grisea(Cooke) Sacc pada seluruh bagian tanaman padi, baik itu padi sawah, maupun padi gogo. Cendawan Pyricularia oryzae penyebab penyakit blas dapat menginfeksi bagian tanaman padi pada setiap tahapan pertumbuhan dengan membentuk bercak pada daun, ruas batang, leher malai, dan malai. Penyakit Blas disebabkan oleh meluasnya serangan jamurPyricularia oryzae(P. grisea). Jamur ini menyerang tanaman padi pada masa vegetatif menimbulkan gejala blas daun (leaf blast) dengan ditandai adanya bintik-bintik kecil pada daun berwarna ungu kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian tepi kecoklatan. Serangan pada fase generatif menyebabkan pangkal malai membusuk, berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher). Penyakit blas merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya padi karena bila terserang jamurPyricularia oryzaeini bila tidak diwaspadai sejak awal akan mengakibatkan penurunan produksi hingga 70 %. Serangan cendawan ini jika tidak dikendalikan dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya puso alias gagal panen. Gejala yang timbul dari serangan cendawan Pyricularia oryzae adalah munculnya bercak-bercak berbentuk belah ketupat pada daun dan pelepah daun. Pada varietas padi rentan, bercak tersebut dapat meluas dan kemudian bersatu sehingga helaian daun menjadi kering dan mati. Sedangkan pada varietas padi tahan gejala serangan hanya berupa bintik kecil berwarna coklat. (Haryono, 2007)

D. Penyakit Embun Jelaga Pada Jeruk ( Capnodium citri )

Penyebab penyakit ini adalah jamurCapnodiumsp. danLimacinula samoensis. Jamur tersebut hidup pada kotoran seranggaCoccus viridisGreen (kutu daun) yang menempel pada daun. Serangga dapat disebarkan oleh semut dari daun satu ke daun yang lain. Gejala serangannya pada permukaan daun tampak lapisan berwarna abu-abu kehitaman. Pada serangan berat, lapisan hitam akan menutup permukaan daun, tangkai daun dan ranting. Akibat serangan penyakit ini tanaman menjadi sulit berfotosintesis. Pada daun yang terserang dilapisi oleh lapisan tipis berwarna hitam. Pada musim kering lapisan ini dapat dikelupas oeh tangan atau terkelupas sendiri. Selain daun dapat menyerang buah dan biasanya buah akan berukuran lebih kecil dan mengalami keterlambatan dalam pematangannya. Daun, ranting dan buah terserang dilapisi oleh lapisan berwarna hitam. Pada musim kering lapisan ini dapat dikelupas dengan menggunakan tangan dan mudah tersebar oleh angin. Buah yang tertutup lapisan hitam ini biasanya ukurannya lebih kecil dan terlambat matang (masak). Adanya kutu daun jenis aphid Leurodicus sp., Pseudococcus sp., Coccos viridis yang mengeluarkan sekresi embun madu merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan jamur ini. (Amilin et al., 1995)

2.3 Kenampakan makroskopis pathogen pada media PDA (+gambar literatur)

A. Penyakit Antraknose Pada Cabai ( Colletotrichum capsici )

Pertumbuhan awal jamur Colletotrichum capsici membentuk koloni misellium yang berwarna putih dengan misellium yang timbuk di permukaan. Kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi hitam dan akhirnya berbentuk aservulus. Aservulus ditutupi oleh warna merah muda sampai coklat muda yang sebetulnya adalah masa konidia. (Yulianty, 2006). B. Penyakit Akar Gada Pada Kubis ( Plasmodiophora brassicae )

Spora Penyakit akar gada dapat bertahan hidup di dalam tanah hingga 20 tahun. Ini berarti jika penyakit akar gada masuk ke ladang hampir tidak mungkin untuk benar-benar menyingkirkannya. Spora bangun dan kemudian berkecambah dengan hadirnya akar keluarga kubis. Mereka mengeluarkan spora berenang yang tertarik ke akar kubis dan berenang ke arah mereka ketika tanah sangat basah. Spora melekat pada akar di mana mereka tumbuh dan menyebabkan pembengkakan.Penyakit akan memburuk dengan meningkatnya kelembaban tanah dan suhu tanah naik di atas 20 C.Kondisi ideal untuk infeksi penyakit akar gada termasuk tanah asam (pH kurang dari 7), tanah basah,suhu hangat (20-25C) dan tanaman inang rentan. Penyebaran spora yang dorman ke ladang adalah dengan obyek yang dapat membawa tanah yang terkontaminasi, seperti alat pertanian, sepatu kotor, bibit terinfeksi, hewan pemakan rumput dan air permukaan. Penyebaran jarak jauh pada umumnya adalah dengan bibit ditanam di tanah pada tanah terkontaminasi. (Suhardi 1989)

C. Penyakit Blas Pada Padi ( Pyricularia oryzae )

Perkecambahan konidium Pyricularia grisea memerlukan air. Jangka waktu pengembunan atau air hujan merupakan kondisi yang sangat menentukan bagi konidium yang menempel pada permukaan daun untuk berkecambah dan selanjutnya menginfeksi jaringan tanaman. Bila kondisi sangat baik yaitu periode basah lebih dari 5 jam, sekitar 50% konidium dapat menginfeksi jaringan tanaman dalam waktu 6-10 jam. Suhu optimum untuk perkecambahan konidium dan pembentukan apresorium adalah 25-28 C.Pyricularia oryzaemenyerap nutrisi tanaman padi untuk memperbanyak diri dan mempertahankan hidup. Bila menyerang pada daun muda, menyebabkan proses pertumbuhan tidak normal, beberapa daun menjadi kering dan mati. Blas pada daun banyak menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase anakan maksimum. Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar, namun infeksi pada awal pertumbuhan sering menyebabkan puso terutama varietas yang rentan. Penggunaan fungisida pada fase vegetatif sangat dianjurkan apabila guna menekan tingkat intensitas serangan blas daun dan juga dapat mengurangi infeksi pada tangkai malai (blas leher). (Semangun H 2000)

D. Penyakit Embun Jelaga Pada Jeruk ( Capnodium citri )

Daun, ranting dan buah yang terserang dilapisi oleh lapisan tipis berwarna hitam. Pada musim kering lapisan ini dapat dikelupas memakai tangan atau terkelupas sendiri, dan mudah tersebar oleh angin. Buah yang tertutup oleh lapisan hitam ini, biasanya ukurannya lebih kecil dan mengalami kelambatan dalam pematangan. Gejala ini banyak terjadi pada pohon jeruk yang dijumpai kutu - kutu tanaman yang dapat mengeluarkan embun madu. Serangan penyakit embun jelaga mencapai intensitas 25,0 % dengan kategori serangan sedang (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat). Penyakit ini dapat menyerang daun, ranting dan buah sehingga bagian tanaman yang terserang kelihatan dilapisi oleh kumpulan jamur berwarna hitam. Pada musim kering kumpulan jamur mudah terkelupas dan diterbangkan oleh angin kepada tanaman yang sehat. Buah yang terserang ditutupi oleh lapisan jamur, biasanya ukurannya lebih kecil dan terlambat matang. Jamur Capnodium citri lebih cepat berkembangnya dengan adanya sekresi embun madu yang dihasilkan oleh hama kutu daun sebagai medium pertumbuhannya. Cendawan ini bersifat saprofit, memakan cairan yang dikeluarkan oleh kutu seperti kutu tepung jeruk. Cendawan ini merugikan, karena menghambat proses fotosintesis dan pengangkutan air serta zat makanan. Tanda-tanda tanaman jeruk nipis yang terserang penyakit ini, yaitu pada daun sebelah atas terdapat lapisan hitam. Pengendalian penyakit ini berkaitan erat dengan pemberantasan kutu yang mengeluarkan cairan manis. Penyemprotan dengan insektisida seperti Diazinon dapat mencegah serangan penyakit cendawan jelaga. (Nursyam, 1985)

2.3 Cara Kerja

2.3.1 Alat, bahan dan fungsi

a. Alat

1. Gunting : untuk memotong bagian tanaman yang terkena serangan patogen.

2. Cutter

: untuk memotong bagian tanaman yang terkena serangan patogen.

3. Pinset

: untuk memindahkan potongan sampel bagian yang bergejala.

4. Cawan petri : sebagai tempat media (isolasi), alkohol, khloroks, dan aquadest.

5. Bunsen : untuk menciptakan kondisi aseptis.

6. Gelas ukur : untuk tempat alkohol ( sterilisasi alat ).

7. Wrapping : untuk mengcover hasil isolasi dicawan petri.

8. Kamera : untuk mengambil gambar patogen hasil isolasi.9. Pen OHP : untuk menandai gambar dan dibagi menjadi 4 bagian.

b. Bahan

1. Akar Kubis : objek pengamatan (diambil bagian daun yang bergejala dan diisolasi).

2. Buah cabai : objek pengamatan (diambil bagian daun yang bergejala dan diisolasi).3. Daun padi : objek pengamatan (diambil bagian daun yang bergejala dan diisolasi).4. Daun jeruk : objek pengamatan (diambil bagian daun yang bergejala dan diisolasi).5. Khlorox : untuk membersihkan permukaan daun dari mikroorganisme lain.

6. Alkohol : untuk mensterilkan bahan.

7. Aquadest : untuk membilas bahan yang telah dicuci.

8. Media PDA : untuk pertumbuhan patogen yang diisolasi.2.3.2 Cara Kerja Isolasi pathogen ke dalam media PDA (diagram alir)Persiapan Sampel Tanaman Yang sakit

Sampel dicuci dengan air

Potong bagian tanaman sakit sehat ( @ 1cm )

Sampel Dicuci : chlorox, alkohol dan aquadest

Keringkan dengan TissueTanam pada Media PDATutup Dengan Plastik WrapAmati Selama 1 Minggu

Kegiatan praktikum isolasi patogen dalam media PDA yaitu pertama tama sterilisasi alat dan lingkungan sekitar yang akan digunakan untuk isolasi. Kemudian menyiapkan sampel yaitu berupa tanaman yang sakit dicuci dengan air sampai bersih. Kemudian sampel dipotong dengan aturan yaitu setngah bagian tanaman yang sakit dan setngah bagian tanaman yang sehat dengan ukuran 1 cm. Hal ini bertujuan agar si patogen tetap bisa tumbuh dengan memakan bagian tanaman yang sehat. Lalu kemudian setelah itu potongan sample di sterilkan dengan chlorox, alkohol daan aquades, cara mensterilkan bahan yaitu dengan merendam bahan pada larutan tersebut masing-masing selama 1 menit. Kemudian dikeringkan dengan menggunakan tissue. Kemudian menyiapkan alat yaitu media PDA lalau menanam sample pada media tersebut dengan aturan masing masing cawan petri berisi 3 sampel bagian tanaman. Setelah melakukan inokulasi cawan petri ditutup dengan plastik wrap dengan tujuan agar sampel tidak terkontaminasi dari luar nah setelah itu melakukan pengamatan selama 1 minggu hingga sampel membentuk koloni-koloni.2.4 Pembahasan Hasil Isolasi (Disertai dokumentasi selama pengamatan, pembahasan dengan literatur)A. Penyakit Antracnose Pada Tanaman Cabai ( Colletotrichum capsici )

a. Dokumentasi Harian ( Colletotrichum capsici )H+1 HSIH+2 HSIH+3 HIS

H+4 HSIH+5 HSIH+6 HIS

H+7 HSI

b. Pembahasan :

Berdasarkan hasil pengamatan pada perlakuan 1 koloni jamur mulai tumbuh pada hari ke 3 setelah isolasi dengan ciri-ciri koloni berwarna putih. Kemudian pada hari ke 4 setelah isolasi, koloni jamur mulai berubah warna yaitu mulai menghitam dan menyebar di sekitar tanaman namun beberapa koloni masih tetap berwarna putih. Menurut J. Buler dan Bisby, (1931), pertumbuhan awal jamur Colletotrichum capsici membentuk koloni misellium yang berwarna putih dengan misellium yang timbul di permukaan. Kemudian secara perlahan lahan warnanya berubah menjadi kehitam-hitaman dan membentuk aservulus. Pada hari ke 5 setelah isolasi koloni tumbuh dan berkembang sehingga dapat menyebar di sebagian media hingga hari ke 6 sampai hari ke 7 setelah isolasi. Setelah itu tidak ada perumbuhan atau dengan kata lain pertumbuhan terhenti. Pada isolasi tersebut dapat diamati bahwa tidak ada warna lain selain warna hitam dan diduga merupakan penyakit antraknose pada cabai yaitu pathogen Colletotrichum capsici.B. Penyakit Akar Gada Pada Kubis ( Plasmodiophora brassicae )

a. Dokumentasi Harian ( Plasmodiophora brassicae )24 Maret 2014

25 Maret 2014

26 Maret 2014

b. Pembahasan :

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada ulangan 1 dan 2 dapat terlihat bahwa pada hari pertama dan kedua setelah isolasi masih tetap tidak berubah seperti hari pertama. Namun setelah memasuki hari ke 3 pada media terlihat perubahan warna terjadi yaitu warna kuning dan putih serta cawan tampak berembun. Menurut literatur Tsarwah ( 2012 ) jamur Plasmodiophora barssicae termasuk jamur yang berlendir yang mempunyai amoeba dan badan jamur disebut dengan plasmodium. Pada gambar juga terlihat bahwa koloni tampak basah karena lendir dan sporanya berbentuk bulat. Sedangkan pada hari ke 5 hingga ke 7 pertumbuhan mulai terhenti dikarenakan tidak ada pengamatan dan data dari hasil kelompok sehingga tidak ada keterangan mangenai hasil selanjutnya.C. Penyakit Blas Pada Padi ( Pyricularia oryzae )a. Dokumentasi Harian ( Pyricularia oryzae )

NAMA

JAMURTANGGALGAMBAR DOKUMENTASI

PDA 1PDA 2

Pyricularia oryzae25-03-2014

26-03-2014

27-03-2014

28-03-2014

29-03-2014

30-03-2014

31-03-2014

b. Pembahasan :Berdasarkan hasil pengamatan dari dokumentasi jamur pyricularia oryzae dapat diketahui bahwa pada hari pertama dan kedua setelah isolasi media masih sama dan belum menunjukkan adanya perubahan. Menurut literatur Nugroho ( 2012 ) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur yaitu pada tanah yang derajat keasamannya berkisar antara pH 5.6-6.5 pertanaman padi senantiasa bebas dari serangan jamur Pyricularia oryzae dan tanah yang sudah lama tak ditanami padi. Pada hari ke 4 terjadi perubahan warna pada koloni yaitu warna putih. Pada hari ke 5 warna putih tersebut semakin menyebar dan banyak seperti gumpalan berbentuk kapas. Pada hari ke 6 perubahan warna juga terjadi yaitu dari putih ke kuning-kuningan. Selain warna itu muncul warna hitam hal ini menyebabkan adanya kontaminasi yang masuk sehingga warna menjadi hitam kekuning-kuningan pada hifa. Sedangkan pada ulangan kedua koloni jamu masih tetap tumbuh. Namun pada akhir pengamatan terdapat warna yang berbeda-beda karena adanya kontaminasi dan media yang berembun dipanuhi oleh koloni jamur yang berwarna putih kusam. Menurut Harmon dan Latin ( 2003 ) jamur P. oryzae ketika tumbuh dalam biakan murni, koloni jamu nampak berwarna putih, abu-abu terang hingga abu-abu gelap. Pada ulangan kedua koloni jamur nampak putih kusam namun ditengah-tengah terdapat warna abu-abu.D. Penyakit Embun Jelaga Pada Jeruk ( Capnodium citri )a. Dokumentasi Harian ( Capnodium citri )

TANGGALDOKUMENTASI

26 MARET 2014

27 MARET 2014

28 MARET 2014

29 MARET 2014

30 MARET 2014

31 MARET 2014

01 APRIL 2014

b. Pembahasan :

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oelh kelompok capnodium pada hari pertama dan kedua belum ditemukannya adanya perubahan pada isolat. Pada hari ketiga maulai muncul pada isolat koloni jamur yang berwarna putih dan pada hari keempat koloni jamur tersebut terus menerus bertambah namun kondisi media tetap dalam keadaan semula. Pada hari kelima mulai bewrana keruh pada isolat sehingga terdapat warna kuning kehitaman. Pada hari keenam warna hitam pekat mulai menutuipi seluruh isolat hingga 80%. Kemudia pada pengamatan terakhir warna hitam semakin tebal dan menutupi seluruh isolat. Menurut literatur Syahputra et al ( 2011), kutu daun jenis aphid adalah media terbaik buat embun jelaga untuk tumbuh pada inangnya. Dan warna hitam pekat tersebut diduga kuat adalah koloni jamur Capnodium citri yang menyerang jeruk.III. PURIFIKASI3.1 Pengertian PurifikasiPurifikasi adalah proses pemurnian atau pemisahan sejumlah koloni patogen yang ditumbuhkan bersama koloni lain pada media tertentu. (Haryono, 2007)Proses purifikasi merupakan suatu hal yang penting dalam mempelajari patogen tanaman untuk mengidentifikasi morfologi dan fisiologi . Prinsip kerja purifikasi cukup sederhana yakni dengan mengambil sejumlah kecil patogen pada suatu medium tertentu dan di tumbuhkan kembali untuk mendapat biakan murni .3.2 Tujuan Purifikasi

Tujuan dilakukannya purifikasi yaitu untuk medapatkan biakan murini serta memisahkan pathogen dari media asal dari koloni jamur tersebut sehingga media dengan mudah dapat diidentifikasi. (Agrios, 1986)3.3 Cara Kerja

3.3.1 Alat, bahan dan fungsi

Alat :

Jarum ose : untuk mengambil isolat jamur pada media sebelumnya.

Api Bunsen : untuk mensterilkan alat.

Bahan :

Isolat jamur : bahan untuk purifikasi.

Alkohol : untuk sterilisasi.

Plastik wrap : untuk membungkus cawan petri.

Media PDA : media tanam.

3.3.2 Cara kerja purifikasi pathogen (diagram alir)

Persiapan bahan purifikasi yaitu hasil isolasi selama 1 minggu

Isolat diambil menggunakan jarum ose

Menanam isolat ke media PDA yang baruMenutup biakan menggunakan plastik wrap

Mengamati hasil selama 1 minggu3.4 Pembahasan Hasil Purifikasi (Disertai dokumentasi selama pengamatan, pembahasan dengan literatur)

A. Penyakit Antraknose Pada Cabai ( Colletotrichum capsici )

a. Dokumentasi Harian ( Colletotrichum capsici )

1 Hari setelah pengamatan

2 Hari setelah pengamatan

3 Hari setelah pengamatan

4 hari setelah pengamatan

5 hari tampak depan

5 hari tampak belakang

6 hari setelah pengamatan

7 hari setelah pengamatan

b. Pembahasan :

Berdasarkan hasil pengamatan harian pada cawan berisi jamur purifikasi Colletotrichum capsici diketahui bahwa sejak hari pertama setelah purifikasi jamu hasil isolat telah membentuk koloni baru yang berwarna bening. Koloni tersebut mulai meluas hingga berwarna bening kejingga-jinggaan pada hari kedua. Pada hari ketiga hingga hari kelima terjadi perubahan warna dari bening hingga menjadi keruh dan koloni lebih meluas hingga menutupi koloni. Pada hari ke enam dan ketujuh muncul koloni putih yang bening dengan warna jingga hingga menutupi koloni ketepiannya. Hasil purofokasi ini cenderung sama dengan hasil isolasi dan menurut literatur Yulianti ( 2006 ) menambahkan bahwa untuk pertumbuhan jamur colletotrichum ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan salah satunya adalah pH yang sangat penting untuk mengatur metabolisme dan sistem enzim.B. Penyakit Akar Gada Pada Kubis ( Plasmodiophora brassicae )a. Dokumentasi Harian ( Plasmodiophora brassicae )

Purifikasi 4 April 2014

Purifikasi 5 April 2014

Purifikasi 6 April 2014

Purifikasi 7 April 2014

b. Pembahasan :

Berdasarkan hasil pengamatan harian dari dokumentasi plasmodiophora dapat diketahui bahwa sejak hari pertama setelah purifikasi koloni jamur berwarna putih langsung muncul dan menyebar dengan pola tertentu. Pada hari kedua media tampak terdapat embun dan mulai membasahi media. Pada hari ketiga koloni jamur berwarna putih dibeberapa bagian berwarna abu-abu. Pada hari keempat koloni berubah menjadi kecoklatan dan memencar. Hasil tersebut sangat berbeda dengan hasil isolasinya kemungkinana sebab adanya kontaminasi dari hasil isolasinya.

C. Penyakit Blas Pada Padi ( Pyricularia oryzae )

a. Dokumentasi Harian ( Pyricularia oryzae )

NAMA

JAMURTANGGALGAMBAR DOKUMENTASI

PDA 1PDA 2

Pyricularia oryzae2-04-2014

3-04-2014

4-04-2014

5-04-2014

b. Pembahasan :

Berdasarkan hasil pengamatan dari dokumentasi harian pyricularia diketahui bahwa pada hari pertama setelah purifikasi, terdapat koloni jamur yang kecil pada ulangan media yang pertama yang bening dan engahnya berwarna jingga. Pada hari kedua koloni yang berkembang semakin meluas hingga bagian tengah berwarna gelap dan bagian tepi masih berwarna putih yang menutupi 45% bagian cawan. Pada hari ketiga koloni jamur semakin meluas hingga menutupi hampir 90% bagian cawan. Menurut literatur Syahputra et al ( 2011 ) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan pyricularia adalah suhu dan kelembaban. Jamur ini dapat tumbuh secara maksimal pada suhu kisaran 28o C dengan kelembaban sekitar 90%. Selain itu selain suhu dan kelmbaban yaitu faktor pemupukan yang terlalu banyak mengandung nitrogen menjadikan pertumbuhan jamur terhambat.D. Penyakit Embun Jelaga Pada Jeruk ( Capnodium citri )

a. Dokumentasi Harian ( Capnodium citri )

Keterangan Dokumentasi

H+1 HSP

H+2 HSP

H+3 HSP

H+4 HSP

H+5 HSP

H+6 HSP

H+7 HSP

b. Pembahasan :

Berdasarkan hasil pengamatan pada dokumentasi harian Capnodium dapat dilihat pada hari pertama setelah purifikasi telah muncul suatu koloni berwarna putih dengan bagian tengah sedikit menghitam. Pada hari kedua hingga hari keempat warna hitam pada koloni tersebut semakin meluas hingga pada bagian tengah dan warna putih pada bagian tepi berwarna putih telah meluas hingga ke bagian seluruh permukaan cawan petri dan menepi dibagian tengah koloni. Menurut literatur pengamatan Ningsih et al (2012) mengatakan bahwa secara makroskopis pada hari ketujuh jamur capnodium memperlihatkan koloni yang berbentuk bulat dengan permukaan koloni kasar dan seperti kapas yang padat dan berwarna kehitaman tetapi tidak rata dan permukaan berwarna hitam.

IV. KESIMPULAN dan SARAN4.1 Kesimpulan

Pada praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan ini pada materi isolasi dan purifikasi jamur menggunakan beberapa spesimen yaitu empat jenis jamur dari empat inang yang berbeda yaitu Colletotrichum capsici pathogen Antraknose pada tanaman cabai, Plasmodiophora brassicae pathogen Akar Gada pada tanaman kubis, Pyricularia oryzae pathogen Blas pada tanaman padi dan Capnodium citri pathogen Embun Jelaga pada tanaman jeruk. Hasil isolasi dari keempat jamur tersebut menghasilkan hasil yang berbeda namun terdapat persamaan dalam pertumbuhannya yaitu rata-rata pertumbuhan jamur tersebut tumbuh di hari yang kedua dan ketiga setelah isolasi dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat serangan jamur tersebut memanglah sama di inangnya masing-masing dengan ciri khas serangan yang berbeda-beda pula.

Pada hasil purifikasi pada keempat jamur tersebut juga menghasilkan hasil yang juga tidak berbeda jauh. Namun memiliki persamaaan yaitu jamur tumbuh rata-rata setelah dua hari proses purifikasi dilakukan, artinya sama dengan hasil dari proses isolasi yaitu terjadi penyebaran jamur yang kurang lebih sama. Namun di hasil akhir menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara hasil proses isolasi dan proses purifikasi.4.2 Saran

Saran untuk praktikum ini adalah yaitu dimohon untuk meningkatkan lagi kerja samanya dalam hal pendistribusian hasil pengamatan karena keterlambatan dalam pendistribusian dapat mengakibatkan keterlambatan dalam pengerjaaan laporan. Oleh karena itu dimohon supaya pengumpulan laporan tepat pada waktunya. Namun dalam hal praktikum saya kira sudah cukup bagus hanya kesalahan teknis saja kurang adanya kesempatan bagi para praktikan untuk bisa memehami lebih lanjut dalam hal isolasi dan purifikasi namu keseluruhan sudah cukup baik.V. DAFTAR PUSTAKAAgrios GN. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan, Penerjemah Munzir Busnia, Gajah Mada

University Press.Alexopoulus dan Mims, 1979 Alexopoulos, CJ, Mims WC & Blackwell M 1996, Introductory Mycology, Ed ke-4, John Wiley & Sons Inc, Canada.Amilin et al., 1995 dan Semangun, 2004 Jenis Tanaman Inang dan Masa Inkubasi Patogen Botrybusuk batang theobtomae PAT. Penyebab Penyakit Kulit Busuk batang pada Jeruk, J. HPT Tropika vol. 8, no 2: 123-131. Butler, E.J.; Bisby, G. R. Ed. 1931 : The Fungi of India. Government of India.

Haryono, 2007 Penyakit Pada Tanaman Padi dan Usaha Pengendaliannya. Fak. Pertanian IPB. Bogor.Latief A. Abadi, 2011, Ilmu Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, UB Press. Malang.Ningsih, Puspa. Mukarlina. Linda, Riza. 2012. Isolasi dan Identifikasi Jamur Dari Organ Bergejala Sakit Pada Tanaman Jeruk Siam ( Citrus nobilis var. Microcarpa). Program Study Bologi, Fakultas MIPA. Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Nugroho, Sulistyo Putro, 2012. Epidemi Penyakit Blas Pada Beberapa Varietas Padi Sawah. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.Nursyam, 1985. Penyakit Pada Tanaman Jeruk dan Usaha Pengendaliannya. Fak. Pertanian IPB. Bogor.Sastrahidayat., I. R., K. Wakidah, Sekfani, 1999, Pengaruh Mikoriza Vesikula Arbuskula terhadap Peningkatan Enzim Fosfatase, Beberapa Asam Organik dan Pertumbuhan Kapas (Gossypium hirsutum L.) pada Vertisol dan Alfizol, Agrivita, Vol. 21 Juli-September 1999 No. 1, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, hal. 10-19.Semangun H 2000, Penyakit-Penyakit Tanaman Holtikultura, Gajah Mada University

Press,Yogyakarta.Singh. 1998. Biological Characterization of Marssonina coronaria Associated with Apple Blotch Disease . Mycobiology. 39 (3) : 200-205Suhardi 1989 Penyakit Akar Pekuk (Plasmodiophora brassicae Worr.) pada Tanaman Cruciferae: Cara Penyebaran Penafsiran Berat Serangan dan Pengendaliannya, Sub Balai Penelitian Hortikultura Segunung, Cianjur, 16 h.Syahputra, Ade et all. 2011. Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian. Badan Karantina pertanian. Jawa Barat.

Tsarwah, 2012. Pengaruh Pemberian Trichoderma Koniingii Bult Terhadap Penyakit Akar Gada Pada Tanaman Sawi Di Lapangan. Jurusan HPT. FP. Universitas Sumatera Utara. Medan

Yulianty, 2006. Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Jamur Colletotrichum capsici Penyebab Penyakit Antraknose pada Cabai. Jurusan HPT. FP. Universitas Lampung.

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Isolasi dan Purifikasi Penyakit

Di Susun Oleh :

Hadi Susilo

115040213111030

Selasa (09.15 WIB)

Ass. Nugroho Sulistyo Putro

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014