Laporan Igd 7 Case2

13
LAPORAN KASUS HIPOGLIKEMIA + DM TIPE II Oleh : Danae Krsitina Natasia, S.Ked NIM: FAA 110 038 Pembimbing : dr. Sutopo, Sp. RM dr. Tagor Sibarani Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine KEPANITERAAN KLINIK REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY MEDICINE FK UNPAR/RSUD dr. DORIS SYLVANUS

description

hui

Transcript of Laporan Igd 7 Case2

LAPORAN KASUSHIPOGLIKEMIA + DM TIPE II

Oleh :Danae Krsitina Natasia, S.KedNIM: FAA 110 038

Pembimbing :dr. Sutopo, Sp. RMdr. Tagor Sibarani

Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine

KEPANITERAAN KLINIK REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY MEDICINEFK UNPAR/RSUD dr. DORIS SYLVANUSPALANGKARAYA2015BAB IPENDAHULUAN

Anemia mikrositik hipokrom Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %). Penyebab anemia mikrositik hipokrom: Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi, Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati sertaBerkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.1Penyebab anemiamikrositik tersering adalah defisiensi besi, yang kedua adalah anemia penyakit kronis, mikrositosis terjadi sekitar 30 %kasus. Gangguan transport besi oleh makrofagdi sumsum tulangmerupakan salah satu komponen patofisiologi kelainan ini. Abnormalitas pembentukan globin yang menyebabkan anemia mikrositik terjadi pada thalasemia dan beberapa hemoglobinopati seperti hemoglobin C dan E.2Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoietik , karena cadangan besi kosong, sehingga pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis anemia yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk di indonesia. Sebanyak 16-50 % laki-laki dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab terbanyak yaitu infeksi cacing tambang (54%) dan hemoroid (27%). 25-48 % perempuan dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyebab terbanyak menorraghia (33%) , hemoroid (17%) dan infeksi cacing tambang (17%). 46-92 % wanita hamil di Indonesia menderita ADB.1

BAB IILAPORAN KASUS2.1 PRIMARY SURVEYTn. H, Laki-LakiVital Sign : Nadi: 92x/menit, teraba lemahSuhu: 36,00CPernapasan: 20x/menit, torako-abdominalTD: 130/90 mmHgAirway: bebas, tidak ada sumbatan jalan nafasBreathing: spontan, 20x/menit, torako-abdominal, simetris kiri dan kanan, retraksi dinding dada (-)Circulation : 92x/menit, teraba lemahDisability : GCS (Eye 4, Verbal 5, Motorik 6) pupil isokor +/+ (diameter 3 mm/3 mm)Evaluasi masalah: kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign yaitu pasien datang diantar keluarga dengan keluhan lemas. Pasien diberi label Kuning.Tatalaksana awal : tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruangan non-bedah.

2.1 IDENTITASIdentitas penderitaNama : Tn. HJenis kelamin: Laki-LakiUsia: 62 thAlamat: Jl. Tumanggung TilungPekerjaan: Pensiun PNS2.2 ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada 9 Juli 20151. Keluhan utama: Badan terasa lemas2. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan seluruh badan terasa lemas sejak 7 hari SMRS, pasien mengeluh badan terasa lemas sudah sejak 7 hari SMRS namun dirasakan semakin bertambah 1 hari SMRS, menurut anak pasien, badan pasien terasa dingin dan berkeringat, pasien sempat tidak nyambung saat diajak berbicara di rumah, pasien juga menjadi mengantuk dan kesulitan untuk bangun dari tempat tidur. Menurut keluarga, pasien sudah mengalami penurunan nafsu makan sejak 7 hari SMRS, pasien hanya makan sedikit-sedikit dan jarang, 1 hari ini pasien suka mengeluh haus, mata terasa berkunang-kunang.3. Riwayat penyakit dahulu: Pasien saat ini rutin berobat untuk penyakit DM Tipe II yang diderita, berobat sudah sekitar 7 tahun rutin dengan mengkonsumsi Glibenclamid 5 mg. Pasien juga riwayat serangan stroke 7 tahun yang lalu.

2.3 PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalis1. Keadaan umum: Tampak LemahKesadaran: E4V5M62. Tanda-tanda vitalNadi: 92x/menit, teraba lemahSuhu: 36,00CPernapasan: 20x/menit, torako-abdominalTD: 130/90 mmHg3.Kepala/Leher : CA -/-, SI -/-, Refleks cahaya +/+, pupil isokor kanan dan kiri, pembesaran KGB -/-, retraksi suprasternal (-), sianosis (-), 4. Toraks a. Paru :Simetris, jejas (-), tidak ada ketinggalan gerak, retraksi interkostal (-/-), vesikuler +/+, rhonki (-/-), wh (-/-)b. Jantung : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)5. Abdomen: supel, BU (+) normal, H/L tidak teraba besar, timpani, 6. Ekstremitas: akral teraba dingin, CRT >2 detik,

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan laboratorium 9 Juli 2015GDS84 mg/dL

HB9,2 g/dL

Hematokrit27,4%

Trombosit677.000/uL

Leukosit9.950/uL

Pemeriksaan EKG

V. DIAGNOSA a. Diagnosa Banding Hipoglikemia Dehidrasi Beratb. Diagnosa klinis Hipoglikemia DM Tipe IIVI. USULAN PEMERIKSAAN GDS Ulang/12 jamVII. PENATALAKSANAAN Pasang O2 Nasal Canul 3 lpm Inf. D10% 20 tpm, Bolus dengan D40% 3 flz IV Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (IV) Po. Asam Folat 3 x 1 tablet Evaluasi ulang GDS pasca bolus, Evaluasi GDS di ruangan/12 jam, jika tinggi infus diganti dengan NaCl 0,9%VIII. PROGNOSISQuo ad vitam: dubia Quo ad functionam: dubia Quo ad sanationam: dubia

BAB IIIPEMBAHASANKasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign yaitu pasien datang diantar keluarga dengan keluhan lemas. Pasien diberi label Kuning. Tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruangan non-bedah.Berdasarkan anamnesa dan hasil pemeriksaan fisik serta didukung dengan pemeriksaan penunjang, pasien ini didiagnosa dengan anemia defisiensi besi.Penegakkan diagnose didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan. Dari anamnesa didapatkan pasien mengeluh badan terasa lemas dan terkadang mata berkunang-kunang, dari pemeriksaan fisk tampak pasien anemis, didapatkan adanya stomatitis angularis, CRT yang melambat, tanda-tanda ini merupakan salah satu gejala khas dari anemia defisiensi besi. Dari pemeriksaan penunjang juga didapatkan penurunan angka MCV, MCH dan MCHC. Dalam penegakkan diagnosis dari anemia defisinsi besi masih perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang lain seperti MDT dan pemeriksaan kadar ferritin serum, namun dengan data yang sudah ditemukan saat ini masih bisa disimpulkan pasien mengalami anemia defisiensi besi karena dengan penurunan angka MCV, MCH dan MCHC menandakan adanya keadaan anemia mikrositik hipokrom.Terdapat tiga tahap diagnosis anemia defisiensi besi, yaitu :31. Penentuan adanya anemiaAnemia secara klinis dapat memberikan beberapa gambaran, yang disebut sebagai sindroma anemia yakni badan lemah, letih, leu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, telinga sering berdenging. Namun, biasanya, gejala simptomatis ini ditemukan apabila kadar Hb < 7 g/dl. Pada pemeriksaan fisik ditemukan anemis pada konjutiva dan jaringan bawah kuku.Berdasarkan kadar hemoglobin, kriteria anemia menurut WHO (Hoffbrand AV, 2001) :KelompokKriteria anemia ( Hb)

Laki-laki dewasa< 13 g/dl

Wanita dewasa tidak hamil< 12 g/dl

Wanita dewasa hamil< 11 g/dl

1. Penentuan defisiensi besi sebagai penyebab anemiaManifestasi klinis yang khas untuk anemia defisiensi besi adalah ;1. Atrofi papil lidah ; permukaan lidah licin, mengkilap karena papil lidah hilang1. Stomatitis angularis ; radang pada sudut mulut1. Disfagia akibat kerusakan epitel hipofaring1. Koilonichya ; kuku sendok ( spoon nail ), kuku rapuh, bergaris-garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip sendok1. Atrofi mukosa gaster1. Pica ; makan yang tidak lazim seperti tanah liat, es, lem dllSecara laboratorium, untuk menegakan diagnosis defisiensi besi ( modifikasi kriteri Kerlin, et al ) yaitu :Anemia hipokrom mikrositik pada apusan darah tepi , atau MCV < 80 fl, dan MCHC < 31 % dengan salah satu dari criteria berikut :1. 2 dari 3 parameter berikut :6. Besi serum < 50 mg/dl6. TIBC > 350 mg/dl6. Saturasi transferin < 15 %1. Feritin serum < 20 mg/l1. Pengecatan besi sumsum tulang negative1. Pemberian SF 3 x 200 mg/hari selama 4 minggu dapat meningkatkan kadar Hb > 2 gr.dl

1. Penentuan penyebab dasar timbulnya anemia defisiensi besi Gejala klinis tergantung pada penyeakit dasar yang menyertai. Pada anemia yang disebabkan oleh penyakit cacing tambang, ditemukan dyspepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan kuning seperti jerami. Apada anemia akibat perdarahan kronik akibat kanker kolon akan ditemukan keluhan BAB . Apabila dicurigai penyakit cacing tambang, dilakukan pemeriksaan feses untuk mencari telur cacing. Pada kecurigaan perdarahn sementara tidak ditemukan perdarahan nyata, maka dapat dilakukan tes darah samar ( occult blood test ) pada feses, dapat juga dilakukan endoskopi saluran cerna atas atau bawah jika ada indikasi.Dalam tatalaksana yang diberikan dapat diberikan suplemen besi, namun dari perbaikan pola diet sudah dapat memenuhi asupan besi yang diperlakukan, tatalaksana lain adalah dengan transfuse darah.

BAB IVKESIMPULAN

Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam priority sign yaitu pasien datang diantar keluarga dengan keluhan lemas. Pasien diberi label Kuning. Tata laksana awal pada pasien ini adalah ditempatkan di ruangan non-bedah.Berdasarkan anamnesa dan hasil pemeriksaan fisik serta didukung dengan pemeriksaan penunjang, pasien ini didiagnosa dengan anemia defisiensi besi.Penegakkan diagnose didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan. Dari anamnesa didapatkan pasien mengeluh badan terasa lemas dan terkadang mata berkunang-kunang, dari pemeriksaan fisk tampak pasien anemis, didapatkan adanya stomatitis angularis, CRT yang melambat, tanda-tanda ini merupakan salah satu gejala khas dari anemia defisiensi besi. Dari pemeriksaan penunjang juga didapatkan penurunan angka MCV, MCH dan MCHC. Dalam penegakkan diagnosis dari anemia defisinsi besi masih perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang lain seperti MDT dan pemeriksaan kadar ferritin serum, namun dengan data yang sudah ditemukan saat ini masih bisa disimpulkan pasien mengalami anemia defisiensi besi karena dengan penurunan angka MCV, MCH dan MCHC menandakan adanya keadaan anemia mikrositik hipokrom.Untuk tatalaksana yang diberikan, sudah sesuai dengan tatalaksana pada anemia defisiensi besi, dapat juga ditambahkan pemberian preparat besi oral, serta perbaikan pola nutrisi pada pasien ini.

DAFTAR PUSTAKA1. Adi, Pangestu. Pengelolaan Saluran Cerna Bagian Atas. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor). Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006

2. Tarigan Pangarapen. Tukak Gaster. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor). Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006

3. Bakta, I Made dkk. Anemia Defisiensi Besi. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Aru W Sudoyo (Editor). Balai Penerbit UI. Jakarta, 2006