PEDOMAN PELAYANAN IGD

55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana. Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit. 1

description

pelayanan igd

Transcript of PEDOMAN PELAYANAN IGD

Page 1: PEDOMAN PELAYANAN IGD

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat

memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata

penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan

profesi yang telah ditetapkan.

Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan

yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka

kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat

darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien

gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.

Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan

peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama

perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah sakit.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar

pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan

yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD RS Sumber Sejahtera khususnya.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat darurat

di IGD RS Sumber Sejahtera harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat RS Sumber

Sejahtera.

1

Page 2: PEDOMAN PELAYANAN IGD

Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :

1. Pasien dengan kasus True Emergency

Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan

menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi

cacat) bila tidak mendapat pertolonngan secepatnya

2. Pasien dengan kasus False Emergency

Yaitu pasien dengan :

- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat

- Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya

- Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

B. Batasan Operasional

1. Instalasi Gawat Darurat

Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama

pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan

melibatkan berbagai multidisiplin.

2. Triage

Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /

penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.

3. Prioritas

Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan

pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

4. Survey Primer

Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.

5. Survey Sekunder

Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan

anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan

fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.

2

Page 3: PEDOMAN PELAYANAN IGD

6. Pasien Gawat darurat

Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan

terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat

pertolongan secepatnya.

7. Pasien Gawat Tidak Darurat

Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat

misalnya kanker stadium lanjut

8. Pasien Darurat Tidak Gawat

Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa

dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.

9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat

Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya

10. Kecelakaan ( Accident )

Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya

mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.

Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :

1. Tempat kejadian :

Kecelakaan lalu lintas

Kecelakaan di lingkungan rumah tangga

Kecelakaan di lingkungan pekerjaan

Kecelakaan di sekolah

Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,

perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.

2. Mekanisme kejadian

Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik

karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.

3

Page 4: PEDOMAN PELAYANAN IGD

3. Waktu kejadian

a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time )

b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.

11. Cidera

Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.

12. Bencana

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia

yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda,

kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan

gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang

memerlukan pertolongan dan bantuan.

Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah

satu system / organ di bawah ini, yaitu :

1. Susunan saraf pusat

2. Pernafasan

3. Kardiovaskuler

4. Hati

5. Ginjal

6. Pancreas

Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :

1. Trauma / cedera

2. Infeksi

3. Keracunan ( poisoning )

4. Degerenerasi ( failure)

5. Asfiksi

6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and

electrolit )

7. Dan lain-lain.

4

Page 5: PEDOMAN PELAYANAN IGD

Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia

dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 – 6 ), sedangkan kegagalan

sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.

Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)

dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat

2. Kecepatan meminta pertolongan

3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan

a. Ditempat kejadian

b. Dalam perjalanan ke rumah sakit

c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit

C. Landasan Hukum

1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993

tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit

3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE /

VII / 1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat

4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

5

Page 6: PEDOMAN PELAYANAN IGD

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi

Formal

Keterangan

1 As Men Pelayanan

Keperawatan

SKp / SKM /

Setingkat

Bersertifikat

BLS/BTCLS/PPGD

2 Ka Ru IGD D III

Keperawatan

Bersertifikat

BLS/BTCLS/PPGD

3 Ka Instalasi Gawat Darurat Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS

4 Perawat Pelaksana IGD D III

Keperawatan

Bersertifikat

BLS/BTCLS/PPGD

5 Dokter IGD Dokter Umum Bersertifikat ACLS/ATLS

6 TPK SMU -

B. Distribusi Ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :

a. Untuk Dinas Pagi :

yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS

6

Page 7: PEDOMAN PELAYANAN IGD

Kategori :

1 orang Ka Ru

1 orang Pelaksana

b. Untuk Dinas Sore :

yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS

Kategori :

1 orang Penanggung Jawab Shift

1 orang Pelaksana

c. Untuk Dinas Sore :

yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat BLS

Kategori :

1 orang Penanggung Jawab Shift

1 orang Pelaksana

C. Pengaturan Jaga

I. Pengaturan Jaga Perawat IGD

Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh

Kepala Ruang (Karu) IGD dan disetujui oleh Asisten Manajer Pelayanan

Keperawatan

Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat

pelaksana IGD setiap satu bulan..

Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka

perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.

7

Page 8: PEDOMAN PELAYANAN IGD

Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga

cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan

disetujui).

Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift)

dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2

tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.

Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur

dan cuti.

Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga

sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang

bersangkutan harus memberitahu Karu IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam

sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Karu IGD,

diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti,

Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka

KaRu IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu

libur atau perawat IGD yang tinggal di asrama.

Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah

ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu IGD akan mencari perawat pengganti

yang hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal di asrama. Apabila perawat

pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya

wajib untuk menggantikan.(Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat IGD

sesuai SOP terlampir).

II. Pengaturan Jaga Dokter IGD

Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi Gawat

Darurat dan disetujui oleh Manajer Pelayanan

Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan

ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di

mulai.

Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai

dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :

8

Page 9: PEDOMAN PELAYANAN IGD

o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke

Ka Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta

dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti.

o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus

menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter

tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga

pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk

mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang

pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter

jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib

untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai

SOP terlampir).

o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus

menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter

tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga

pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk

mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang

pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter

jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib

untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai

SOP terlampir).

III. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen

Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Manager

Pelayanan.

Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 bulan serta sudah

diedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu

sebelum jaga di mulai.

Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai

dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :

9

Page 10: PEDOMAN PELAYANAN IGD

o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke

Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari sebelum

tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen

pengganti.

o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus

menginformasikan ke Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat dan di

harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga konsulen pengganti,

apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Manager Pelayanan

wajib untuk mencarikan dokter jaga konsulen pengganti.( Prosedur

pengaturan jadwal jaga dokter konsulen sesuai SOP terlampir).

10

Page 11: PEDOMAN PELAYANAN IGD

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

B. Standar Fasilitas

I. Fasilitas & Sarana

IGD RS Sumber Sejahtera berlokasi di lantai I gedung utama yang terdiri dari

ruangan Triase, ruang resusitasi , ruang tindakan bedah , ruangan tindakan non bedah dan

ruangan observasi.

Ruangan resusitasi terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur , ruangan tindakan bedah terdiri

dari satu (1 ) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur,

ruangan observasi terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur

II. Peralatan

Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat

Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien

Gawat darurat.

Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung

seperti monitor dan defribrilator

a. Alat – alat untuk ruang resusitasi :

1. Mesin suction ( 1 set )

2. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set )

3. Laringoskope anak & dewasa ( 1 set )

4. Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah )

5. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan )

6. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah )

11

Page 12: PEDOMAN PELAYANAN IGD

7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus &

penghalang ( 1 buah )

8. Gunting besar (1 buah )

9. Defribrilator ( 1 buah )

10. Monitor EKG ( 1 buah )

11. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 1 buah )

12. Papan resusitasi ( 1 buah )

13. Ambu bag ( 1 buah )

14. Stetoskop ( 1 buah )

15. Tensi meter ( 1 buah )

16. Thermometer ( 1 buah )

17. Tiang Infus ( 1 buah )

b. Alat – alat untuk ruang tindakan bedah

1. Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1 set )

2. Verban segala ukuran :

- 4 x 5 em ( 5 buah )

- 4 x10 em ( 5 buah )

3. Vena seksi set ( 1 set )

4. Extraksi kuku set ( 2 set )

5. Hecting set ( 5 set )

6. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:

- Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah )

- Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah )

- Jarum ( 1 set )

7. Lampu sorot ( 1 buah )

8. Kassa ( 1 tromel )

9. Cirkumsisi set ( 1 set )

10. Ganti verban set ( 3 set )

12

Page 13: PEDOMAN PELAYANAN IGD

11. Stomach tube / NGT

- Nomer 12 ( 3 buah )

- Nomer 16 ( 3 buah )

- Nomer 18 ( 2 buah )

12. Spekulum hidung ( 2 buah )

13. Spuit sesuai kebutuhan

- 5 cc ( 5 buah )

- 2.5 cc ( 5 buah )

14. Infus set ( 1 buah )

15. Dower Catheter segala ukuran

- Nomer 16 ( 2 buah )

- Nomer 18 ( 2 buah )

16. Emergency lamp ( 1 buah )

17. Stetoskop ( 1 buah )

18. Tensimeter ( 1 buah )

19. Thermometer ( 1 buah )

20. Elastis verban sesuai kebutuhan

- 6 inchi ( 1 buah )

- 4 inchi ( 2 buah )

- 3 inchi ( 1 buah )

21. Tiang infus ( 2 buah )

c. Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah :

1. Stomach tube / NGT

- Nomer 16 ( 2 buah )

- Nomer 18 ( 2 buah )

- Nomer 12 ( 3 buah )

2. Urine bag ( 3 buah )

3. Otoscope ( 1 buah )

4. Nebulizer ( 1 buah )

5. Mesin EKG ( 1 buah )

13

Page 14: PEDOMAN PELAYANAN IGD

6. Infus set ( 1 buah )

7. IV catheter semua nomer ( 1 set )

8. Spuit sesuai kebutuhan :

- 1 cc ( 5 buah )

- 2.5 cc ( 5 buah )

- 5 cc ( 5 buah )

- 10 cc ( 5 buah )

- 20 cc ( 3 buah )

- 50 cc ( 3 buah )

9. Tensimeter ( 1 buah )

10. Stetoskop ( 1 buah )

11. Thermometer ( 1 buah )

12. Tiang infus ( 1 buah )

d. Alat – alat untuk ruang observasi

1. Tensi meter ( 1 buah )

2. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah )

3. Termometer ( 1 buah )

4. Stetoskop ( 1 buah )

5. Standar infus ( 1 buah )

6. Infus set ( 1 set )

7. IV catheter segala ukuran ( 1 set )

8. Spuit sesuai kebutuhan

- 1 cc ( 5 buah )

- 2.5 cc ( 5 buah )

- 5 cc ( 5 buah )

- 10 cc ( 5 buah )

- 20 cc ( 3 buah )

- 50 cc ( 3 buah )

14

Page 15: PEDOMAN PELAYANAN IGD

d. Alat – alat dalam trolly emergency

I. Obat Life saving ( terlampir pada standar obat IGD RSSS

II. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat IGD RSSS

III. Alat – alat kesehatan

1. Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah )

2. Oropharingeal airway

- Nomer 3 ( 2 buah )

- Nomer 4 ( 2 buah )

3. Laringoscope dewasa & anak ( 1 set )

4. Magyl forcep

5. Face mask ( 1 buah )

6. Urine bag non steril ( 5 buah )

7. Spuit semua ukuran

8. Infus set ( 1 set)

9. Endotracheal tube ( dewasa & anak )

- Nomer 2.5 ( 1 buah )

- Nomer 3 ( 1 buah )

- Nomer 4 ( 1 buah )

- Nomer 7 ( 1 buah )

- Nomer 7.5 ( 1 buah )

- Nomer 8 ( 1 buah )

10. Slang oksigen sesuai kebutuhan

11. Stomach tube / NGT

- Nomer 16 ( 2 buah )

- Nomer 18 ( 2 buah )

- Nomer 12 ( 3 buah )

12. IV catheter sesuai kebutuhan

- Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah )

15

Page 16: PEDOMAN PELAYANAN IGD

- Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 16 buah )

- Nomer 22 Cathy / terumo ( 2 / 11 buah )

13. Suction catheter segala ukuran

- Nomer 10 ( 3 buah )

- Nomer 12 ( 2 buah )

14. Neck collar Ukuran S / M ( 2 / 1 )

e. Ambulance

Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSSS saat ini memiliki 2 ( dua ) unit

ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.

Fasilitas & Sarana untuk Ambulance

A. Perlengkapan Ambulance1. Ac

2. Sirine

3. Lampu rotater

4. Sabuk pengaman

5. Sumber listrik / stop kontak

6. Lemari untuk alat medis

7. Lampu ruangan

8. Wastafel

B. Alat & Obat1. Tabung Oksigen ( 1 buah )

2. Mesin suction ( 1 buah )

3. Monitor EKG 1 buah )

4. Stretcher ( 1 buah )

5. Scope ( 2 buah )

6. Piala ginjal ( 5 buah )

7. Tas Emergency yang berisi :

Obat – obat untuk life saving (

Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf )

16

Page 17: PEDOMAN PELAYANAN IGD

Senter ( 2 buah )

Stetoskop ( 3 buah )

Tensimeter ( 1 buah )

Piala ginjal ( 5 buah )

Oropharingeal air way

Gunting verban ( 2 buah )

Tongue Spatel ( 1 buah )

Reflex hummer ( 2 buah )

Infus set ( 1 buah )

IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )

Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah )

Standar Obat IGD RS Royal Progress

I. OBAT LIVE SAVING

a. Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Adona AC 10 ml Ampul 6 Haemostatic

2. Alupent Ampul 2 Anti asthmatic dan COPD

preparations

3. Aminophilin Ampul 14 Anti asmatic dan COPD

preparations

4 Atropin sulfat Ampul 125 Anti spasmodics

5. Buscopan Ampul 14 Anti spasmodics

6 Catapres Ampul 3 Other Anti hypertensives

7 Cedation Ampul 5 Anti emetics

8 Cortidex Ampul 6 Corticosteroid Hormones

9 Diazepam Ampul 5 Minor Transquillizer

10 Dicynone Ampul 5 Haemostatics

17

Page 18: PEDOMAN PELAYANAN IGD

11 Dormicum Asmpul Hypnotics dan sedatives

12 Ephinephrin Ampul 2 Asnastetic lokal & general

13 Lasik Ampul 16 Diuretics

14 Lidocain Ampul 94 Anastetic lokal

15 Metro clopramide Ampul 5 Anti emetik

16 Nicholin 250 mg Ampul 2 Neuroprotector

17 Nicholin 100 mg Ampul 2 Neoroprotector

18 Naotropil 1 gr Ampul 5 Neuroprotector

19 Novalgin Ampul 5 Analgetik

20 Orodexon Ampul 4 Anti inflamasi

21 Phenobarbital Ampul 2 Sedatif

22 Pethidine Ampul 2 Sedatif

23 Pulmicortn Naspv Ampul 8 Broncodilator

24 Ranitidine Ampul 5 Antacida

25 Remopain Ampul 5 Analgetik

26 Renatoc Ampul 2 Antacida

27 Toradol 50 mg Ampul 1 Analgetik

28 Panadol Ampul 5 Analgetik

29 Transamin Ampul 7 Haemostatics

30 Valium Ampul 14 Sedatif

31 Vit k Ampul 2 Anti perdarahan

32 Tramal 100 mg Ampul 1 Analgetik

33 ATS 1500 u Ampul 10 Anti tetanus

34 Vaksin Engerik B-In-1 Tube 3 Vaksinasi hepatitis

35 Vaccin Engerik o,5 ml Tube 2 Vaksinasi hepatitis

36 Kallium clorida Flacon 6 Elektrolit

37 Meylon 25 ml Flacon 9

38 Meylon 100 ml Flacon 1

b. Tablet

18

Page 19: PEDOMAN PELAYANAN IGD

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Adalat 5 mg Tablet 10 Anti hypertensi/

Betabloker

2. Adalat 10 mg Tablet 10 Anti hypertensi /

Betabloker

3. Cedocard 5 mg Tablet 8 Anti anginal

4. Nitrobat Tablet 10 Nitrogliserida

c. Cairan Infus

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Asering Kolf 4

2. Dextrose 5 % 250 ml Kolf 2

3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 8

4 Dextrose 10 % 500ml Kolf 5

5. Dextrose In Saline 0,225 Kolf 2

6. Dextrose 0,5 Darrow Kolf 3

7. Kaen 3 B Kolf 1

8. Kaen 3 A Kolf 1

9. Larutan 2 A Kolf 7

10. Manitol 250 cc Kolf 2

11. Nacl 0,9 % 250 ml Kolf 1

12. Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5

13. Nacl 3 % Kolf 1

14. Ringer Dextrose Kolf 6

15 Ringer Lactat Kolf 13

19

Page 20: PEDOMAN PELAYANAN IGD

16. Ringer Solution Kolf 2

17. Dex 40 % 25 ml Flalon 6

d. Suppositoria

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Amicain Supp Supp 2 Anti emetik

2. Primperan sup Child Supp 3 Anti emetik

3. Primperan Sup Adult Supp 1 Anti emetik

4. Paracetamol Sup Supp 1 Anti piretik,

Analgetik

5. Propyretic 160 mg Supp 1 Anti piretik,

Analgetik

6. Proris Sup Supp 6 Anti piretik ,

Analgetik

7. Stesolid 5 mg rect Tube 5 Sedatif

8. Stesolid 10 mg rect Tube 7 Sedatif

2. OBAT PENUNJANG

a. Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Cedantron Ampul 5 Antiemetik

2. Calsium gluconas Ampul 3 Vitamin (elektrolit)

3. Zantadin Ampul 5 Antasida

4. Lanoxin Ampul 2 Cardiac drugs

5. Neurobion 5000 Ampul 5 Vitamin

6. Papaverin Ampul 12 Anti spasmudics

20

Page 21: PEDOMAN PELAYANAN IGD

7. Sotatik Ampul 8 Anti emetik

8 Cortison Asetat Flacon 4 Anti inflamasi

9. Kanamycin 1 gr Flacon 10 Antibiotik

10. Procain Penicillin Flacon 2 Antibiotik

b. Obat tablet

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Aspilet Tablet 7 Anti coagulans, anti

trombotics

2. Inderal Tablet 5 Beta –Blockers

3. Inopamil Tablet 5

4. Isorbid Tablet 2 Cardiac drugs

5. Merislon Tablet 2 Anti vertigo

6. Propanolol Tablet 3 Beta Blockers

7. Strocain Tablet 5 Antacid&

Antiulcerant

8. Norit Tablet 15

9. Ponstan Tablet 2 Analgetic& Antipiretic

BAB IV

21

Page 22: PEDOMAN PELAYANAN IGD

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN

I. Petugas Penanggung Jawab

Perawat IGD

Petugas Admission

II. Perangkat Kerja

Status Medis

III. Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD

1. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien /

keluarga dibagian admission ( SPO – IGD – 002 )

2. Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan securiti

untuk mencari identitas pasien

3. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan

memberikan status untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.

4. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung

diberikan pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan

pendaftaran di bagian admission

22

Page 23: PEDOMAN PELAYANAN IGD

B. TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI IGD

I. Petugas Penanggung Jawab

Petugas Operator

Dokter / perawat IGD

II. Perangkat Kerja

Pesawat telpon

Hand phone

III. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD

1. Antara IGD dengan unit lain dalam RS Sumber Sejahtera adalah dengan nomor

extension masing-masing unit ( SPO – IGD – 026 )

2. Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait dengan

pelayanan diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone langsung

dari IGD dengan menggunakan kode PIN yang dimiliki oleh dokter jaga atau

melalui bagian operator ( SPO - IGD – 027 )

3. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan menggunakan

pesawat telephone dan handphone ( SPO – IGD – 025 )

4. Dari luar RS Sumber Sejahtera dapat langsung melalui operator

23

Page 24: PEDOMAN PELAYANAN IGD

C. TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE

I. Petugas Penanggung Jawab

- Dokter jaga IGD

II. Perangkat Kerja

- Stetoscope

- Tensimeter

- Status medis

III. Tata Laksana Pelayanan Triase IGD

1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission ( SPO – IGD – 002 )

2. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan

menentukan prioritas penanganan.

3. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa / mengancam

fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi

4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi vital,

bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan

bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah / non bedah

5. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan biasa,

tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien

ditempatkan diruang non bedah

24

Page 25: PEDOMAN PELAYANAN IGD

D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT

I. Petugas Penangung Jawab

- Dokter jaga IGD

II. Perangkat Kerja

- Formulir Persetujuan Tindakan

III. Tata Laksana Informed Consent

1. Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed

consent pada pasien / keluarga pasien ( SPO – IGD – 009 )disaksikan oleh

perawat

2. pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh

perawat.

3. Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

25

Page 26: PEDOMAN PELAYANAN IGD

E. TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN

I. Petugas Penanggung Jawab

- Perawat IGD

- Supir Ambulan

II. Perangkat Kerja

- Ambulan

- Alat Tulis

III. Tata Laksana Transportasi Pasien IGD

1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan RS Sumber Sejahtera

sebagai transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi IGD ( SPO- IGD

– 022 )

2. Perawat IGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama pasien ruang

rawat inap, waktu penggunaan & tujuan penggunaan

3. Perawat IGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan

kendaraan

4. Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

26

Page 27: PEDOMAN PELAYANAN IGD

D. TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY

I. Petugas Penanggung Jawab

Perawat Admission

Dokter jaga IGD

II. Perangkat Kerja

Stetoscope

Tensi meter

Alat Tulis

III. Tata Laksana Pelayanan False Emergency

1. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission ( SPO – IGD – 002 )

2. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah

3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD

4. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab

5. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admission.

6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang

7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

27

Page 28: PEDOMAN PELAYANAN IGD

E. TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM

I. Petugas Penanggung Jawab

Petugas Rekam Medis

Dokter jaga IGD

II. Perangkat Kerja

Formulir Visum Et Repertum IGD

III. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum

1. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak kepolisian

( SPO – IGD – 030 )

2. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik

3. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga yang

menangani pasien terkait

4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang asli

diberikan pada pihak kepolisian

28

Page 29: PEDOMAN PELAYANAN IGD

H. TATA LAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA )

I. Petugas Penanggung Jawab

Dokter jaga IGD

Petugas Satpam

II. Perangkat Kerja

Senter

Stetoscope

EKG

Surat Kematian

III. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )

1. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD ( SPO – IGD – 029 )

2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah

3. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal

4. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian

umum / keamanan

29

Page 30: PEDOMAN PELAYANAN IGD

I. TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT

I. Petugas Penanggung Jawab

Perawat IGD

II. Perangkat Kerja

Ambulan

Handphone

III. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit

1. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi pasien

yang akan dibawa, kepada perawat IGD RS Sumber Sejahtera.

2. Isi informasi mencakup :

Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )

Peralatan yang diperlukan di IGD ( suction, monitor, defibrillator )

Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care ( SPO – IGD – 024 )

Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta menyiapkan

hal-hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari petugas

ambulan.

30

Page 31: PEDOMAN PELAYANAN IGD

I. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN

I. Petugas Penanggung Jawab

Dokter IGD

Perawat IGD

II. Perangkat Kerja

Ambulan

Formulir persetujuan tindakan

Formulir rujukan

III. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD

1. Alih Rawat

Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk

Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan

mengenai keadaan umum pasein ( SPO - IGD – 020 )

Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi RS

Sumber Sejahtera / ambulan 118 sesuai kondisi pasien

2. Pemeriksaan Diagnostik

Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan

pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi

informed consent

Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan

Perawat IGD menghubungi petugas ambulan RS Sumber Sejahtera

31

Page 32: PEDOMAN PELAYANAN IGD

3. Spesimen

Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen

Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent

Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas

laboratorium

Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju

32

Page 33: PEDOMAN PELAYANAN IGD

BAB V

LOGISTIK

33

Page 34: PEDOMAN PELAYANAN IGD

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

Sistem tersebut meliputi :

Asesmen resiko

Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien

Pelaporan dan analisis insiden

Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya

Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan

Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit

Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan

Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

34

Page 35: PEDOMAN PELAYANAN IGD

STANDAR KESELAMATAN PASIEN

1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan

program peningkatan keselamatan pasien

5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )

ADVERSE EVENT :

Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan

bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh

kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah

Unpreventable Adverse Event :

Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan

mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )

Near Miss :

Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,

tetapi cedera serius tidak terjadi :

Karena “ keberuntungan”

Karena “ pencegahan ”

Karena “ peringanan ”

35

Page 36: PEDOMAN PELAYANAN IGD

KESALAHAN MEDIS

Medical Errors:

Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau

berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL

Sentinel Event :

Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya

dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti :

operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi

pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan

adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

C. TATA LAKSANA

a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien

b. Melaporkan pada dokter jaga IGD

c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga

d. Mengobservasi keadaan umum pasien

e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden

Keselamatan”

36

Page 37: PEDOMAN PELAYANAN IGD

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan

HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi

lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak

berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.

Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum

mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus

yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara

langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan

dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,

pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum

dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui

tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data

PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun

1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah

2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak

memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan

untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak

dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “

Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya

infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak

langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai

resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan

keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

37

Page 38: PEDOMAN PELAYANAN IGD

II. Tujuan

a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat

melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai

resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk

menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip

“Universal Precaution”.

III. Tindakan yang beresiko terpajan

a. Cuci tangan yang kurang benar.

b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.

c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.

d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.

e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.

f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja

Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah

menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.

Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah

kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.

c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai

d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan

e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

38

Page 39: PEDOMAN PELAYANAN IGD

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di RS Sumber Sejahtera dalam memberikan pelayanan

adalah angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan varibel jumlah penderita

yang dilayani > 5 menit berbanding dengan jumlah penderita gawat darurat hari yang sama

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri

dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan

39