Laporan Hasil Survei

51
BAGIAN IKM IKK PROPOSAL PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2013 UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA GAMBARAN PENYAKIT KULIT PADA PETANI TAMBAK DI DESA SALIPOLO KEC.CEMPA KAB.PINRANG TAHUN 2013 Oleh: Sudaeri Abbas 110.207.042 Pembimbing I : dr.H.Ikhsan Madjid,MS.PKK Pembimbing II : dr.Lisa Yuniarti,SpKK

Transcript of Laporan Hasil Survei

Page 1: Laporan Hasil Survei

BAGIAN IKM IKK PROPOSAL PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2013

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

GAMBARAN PENYAKIT KULIT PADA PETANI

TAMBAK DI DESA SALIPOLO KEC.CEMPA

KAB.PINRANG TAHUN 2013

Oleh:

Sudaeri Abbas 110.207.042

Pembimbing I :

dr.H.Ikhsan Madjid,MS.PKK

Pembimbing II :

dr.Lisa Yuniarti,SpKK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

DI BAGIAN IKM-IKK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2013

Page 2: Laporan Hasil Survei

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemulung merupakan pekerja yang mengumpulkan dan memilah sampah untuk dijual ke

pendaur. Pendaur adalah pihak yang mengolah sampah menjadi produk lain yang lebih

mempunyai nilai ekonomi. Pemulung dan cara hidupnya termasuk bagian dari kebudayaan (sub

kultur). Pekerjaan memulung yang selalu berhubungan dengan sampah menimbulkan pandangan

bahwa cara hidup pemulung adalah cara hidup yang kotor dan negatif.1

Pemulung merupakan bagian penting dalam program daur ulang sampah, Salah satu

program daur ulang kemasan kertas yang dilakukan oleh pemulung di Bandung dan sekitarnya

berhasil mengumpulkan hampir 530 Ton kemasan kertas bekas tersebut pada tahun 2008 dan

2009. Dengan adanya kertas daur ulang tersebut, maka akan mengurangi pemakaian pulp firgin

yang akan berdampak pada pengurangan penebangan hutan dan akan berdampak lagi kepada

pemanasan global. Begitu panjang rantai manfaat yang diberikan oleh hasil kerja seorang

pemulung.1

Pemulung juga telah membantu mengurangi biaya pemerintah untuk pengumpulan,

pengangkutan dan pengolahan sampah dari masyarakat. Dengan adanya pemulung maka volume

yang dikumpulkan, diangkut dan diolah menjadi lebih sedikit. Pemulung dapat mengurangi

volume sampah sekitar 20% . Penghematan biaya pengelolaan dapat dihitung dengan melihat

data laju produksi sampah th 2008 sebesar 800 g/org/hari, total laju sampah 2008 adalah 176 ribu

Ton/hari. Volume yang dikurangi oleh Pemulung adalah 35.200 Ton/hari. Bila biaya pengolahan

Page 3: Laporan Hasil Survei

sampah Rp. 50.000/ton , maka biaya pengolahan sampah yang dihemat adalah

Rp.1.760.000.000/hari.

Jika dilihat dari segi kesehatan, pekerjaan memulung memiliki risiko yang sangat tinggi

untuk terkena penyakit. Dengan lingkungan kerja dan tempat tinggal yang tidak kondusif serta

kotor, kemungkinan besar pemulung dapat terjangkit berbagai macam penyakit seperti, batuk

pilek, gata-gatal, diare dan lain-lain. Kondisi ini juga diperparah dengan gizi yang tidak baik

serta akses pelayanan kesehatan yang sangat minim. Dari segi keselamatan kerja, pemulung juga

memiliki risiko yang cukup tinggi untuk mengalami kecelakaan. 1,2

Pemulung selalu berhubungan dengan sampah yang terdiri dari berbagai benda dan

materi baik organik maupun anorganik, salah satunya adalah benda-benda tajam yang bisa

mengakibatkan luka dan goresan pada pemulung. Selain masalah risiko kesehatan dan

keselamatan, terkadang pemulung juga dihadapkan pada penolakan masyarakat karena kehadiran

pemulung dianggap mengganggu dan menimbulkan keresahan serta ketidaknyamanan

masyarakat. 1,2

Dalam melakukan aktivitas, pemulung tidak terlalu memperhatikan kesehatan diri

maupun lingkungan sekitarnya. Bau tidak sedap, benda benda berbahaya yang mengandung zat

kimia dan bakteri ditempat tumpukan sampah, dianggap tidak menjadi risiko bagi kesehatan

mereka. Padahal barang bekas yang sebelumnya digunakan sebagai bahan pembungkus zat kimia

sangat berbahaya jika bersentuhan langsung dengan kulit atau terhirup melalui hidung. Sebagai

contoh bahan kimia yang ada pada bekas botol seperti botol-botol dari laboratorium, rumah sakit,

aki bekas, dan kardus-kardus bekas pembungkus bahan kimia yang banyak mengandung

kalsium, mangan dan besi, seperti pada kertas HVS, jika komponen barang bekas tersebut

sampai termakan, maka akan menyebabkan orang jatuh sakit. Barang-barang bekas yang

Page 4: Laporan Hasil Survei

mengandung bakteri ataupun kuman akan menjadi bibit penyakit, seperti bakteri coli penyebab

disentri atau bakteri penyebab penyakit kusta dan lain-lain akan. 1,2,3

Bakteri ini bisa masuk ke tubuh manusia melalui pori-pori, kulit atau pernapasan.

Kondisi seperti ini diperparah dengan prilaku tidak sehat pemulung seperti makan di area kerja

bersebelahan dengan tumpukan sampah dan prilaku merokok sambil mengambil sampah. 1,2

Pemulung tersebar di 7 kota besar di Indonesia yaitu: Jakarta, Semarang, Bandung,

Surabaya, Yogyakarta, Purwokerto, dan Menado. Berdasarkan produksi sampah per orang 800

g/hari, dengan jumlah penduduk tahun 2008 sekitar 220 juta jiwa, maka diperkirakan jumlah

timbulan sampah nasional saat ini sebesar 176 ribu ton/hari (KLH 2010).

1.2 Tujuan Survei

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum survei adalah untuk mengetahui tentang aspek K3 pada Pemulung

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tentang faktor Hazard yang dialami Petugas Pemulung

b. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu

kesehatan petugas pemulung

c. Untuk mengetahui tentang Alat Pelindung Diri yang dugunakan petugas Pemulung

d. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di tempat kerja petugas pemulung

e. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan

(sebelum kerja,berkala,berkala khusus)

g. Untuk mengetahui keluhan / penyakit yang dialami berhubungan dengan pekejaan

pada petugas pemulung

Page 5: Laporan Hasil Survei

i. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada

penyuluhan/pelatihan,pengukuran/pemantauan lingkungan tentang Hazard yang pernah

dilakukan

Page 6: Laporan Hasil Survei

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pemulung adalah pekerja yang memisahkan atau mengambil barang-barang yang sudah

dianggap tidak berguna oleh pihak yang membuangnya. Barang-barang yang masih dianggap

bernilai guna tersebut akan dikumpulkan untuk kemudian dijual ke lapak atau bandar untuk

selanjutnya dijual kepada pendaur. Para pemulung ini bekerja mulai dari pemukiman penduduk

hingga lokasi Tempat Panampungan Sementara (TPS) atau bahkan ada yang di Tempat

Pengolahan Akhir (TPA) sebelum sampah itu benar-benar dibuang karena tidak bernilai guna

lagi. 1,2

Secara umum, kondisi lingkungan pemulung rentan terjadi kecelakaan kerja, di mana

pemulung cenderung mengabaikan keselamatan dirinya ketika terjadi pembongkaran dan

pemindahan sampah oleh Bulldozer. Begitu pula ketika sampah diturunkan dari truk, para

pemulung berebut sampah yang memiliki nilai jual. Risiko terjadinya kecelakaan sangat besar,

mengingat tidak semua pemulung melengkapi dirinya dengan berbagai peralatan keselamatan

kerja, seperti helm, sarung tangan dan penutup hidung. Kondisi kerja memiliki potensi terjadinya

kecelakaan terhadap pemulung. Mereka mengabaikan keselamatan dirinya ketika terjadi

pembongkaran dan pemindahan sampah oleh Bulldozer dan aktivitas bongkar muat olek truk

sampah. Para pemulung berebut sampah yang memiliki nilai jual. Beberapa pemulung bahkan

hanya mengenakan sandal jepit. 1,2

Page 7: Laporan Hasil Survei

Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) adalah suatu areal yang

menampung sampah dari hasil pengangkutan di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun

langsung dari sumbernya dengan tujuan akan mengurangi permasalahan kapasitas atau timbunan

sampah yang ada di masyarakat umumnya. Permasalahan terjadi karena sampah tidak diproses

atau diolah dengan baik dan dianggap selesai dengan cara open dumping (Suyono dan Budiman,

2010).

a. Faktor Hazard yang dialami petugas pemulung

Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan kerja, dalam melakukan

pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat

sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan  bahan serta lingkungan disamping

faktor manusianya. Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang

potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat

dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest,

sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan

upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. 1,2,3

Pada lingkungan kerja, kesehatan dan kinerja seorang pekerja dipengaruhi oleh:

1. Beban Kerja.

Berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai

dengan kemampuannya perlu diperhatikan.

2. Spesifikasi dan Kuantitas Pekerjaan.

Hal ini bergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh dan

sebagainya.

Page 8: Laporan Hasil Survei

3. Lingkungan Kerja.

Faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial.

Kondisi tempat kerja yang sangat kumuh dan berbau merupakan sumber berbagai

penyakit yang berpotensi menyerang para pemulung Potensi penyakit yang ada adalah ISPA

(Infeksi Saluran Pernapasan Atas), alergi kulit, radang paru-paru, asma, anemia dan lain-lain.

Gangguan kesehatan itu disebabkan oleh asap dari pembakaran sampah, tebaran debu sampah,

bau busuk yang terbawa angin dan sebagainya. Belum lagi potensi tertular oleh penyakit infeksi

seperti HIV/AIDS atau penyakit lainnya. Penularan tersebut dapat terjadi melalui jarum suntik

yang tertusuk ke tangan ataupun ke telapak kaki. 1,2

Risiko Kesehatan yang dapat terjadi adalah dari kebiasaan sebagian besar pemulung

mengkonsumsi makanan sisa yang ditemukan di TPS, menunjukkan bahwa pemulung

menanggung risiko rentan kesehatan. Demikian juga terhirupnya gas metan dan bau busuk yang

mencemari udara di TPS menyebabkan para pemulung sering merasakan keluhan penyakit

seperti sakit kepala, sesak nafas dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) 1,2,3,4

Page 9: Laporan Hasil Survei

Tabel 1 : Faktor Hazard yang dialami pada pemulung

NO. HAZARD TAFSIRAN

1. ●bakteri, jamur ●Sangat mungkin terjadi

●Pengaruh serius

2. ●Berdiri membungkuk terlalu lama

pada saat memungut sampah

●Tangan kesleo saat memungut

sampah sembarangan

● Hampir pasti terjadi

●Pengaruh ringan

3. ●pemungutan sampah tanpa masker ●Pengaruh  fatal

●sangat mungkin terjadi

4. ●ejekan / sindiran ●Hampir pasti terjadi

●Pengaruh sangat ringan

5. ●suhu panas hampir pasti terjadi

●Pengaruh serius

b. Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas pemulung

Sebagian besar pemulung yang ada di Makassar menggunakan alat kerja terbatas saat

bekerja 1,2

1. Gerobak/roda dua

Alat ini sangat berfungsi sekali untuk mencari dan mengais barang yang berguna,

sehingga dengan memakai gerobak/roda dua pemulung dapat mencari barang sebanyak-

banyaknya. 1,2

Page 10: Laporan Hasil Survei

2. Karung

Pemulung yang menggunakan karung sebagai alat kerjanya sangat sering

ditemui,terutama di Kota seperti Makassar, biasanya alat ini dipakai supaya lebih praktis, karena

dengan memakai karung bisa masuk ke gang-gang sempit dan kebanyakan yang memakai

dengan alat karung mayoritas anak-anak kecil. Kekurangan jika menggunakan alat ini (karung)

hasil dari pilahannya sangat minim. 1,2

3. Keranjang yang dipanggul di pundak yang berguna untuk menampung barang hasil pulung. 1,2

4. Ganco, digunakan sebagai alat pengambil sampah untuk mempermudah pemungutan

sampah. 1,2

Kegiatan kerja pemulung yang kontak langsung dengan Sampah membuat mereka sangat

rentan mengalami gangguan kesehatan dan penyakit, penggunaan alat kerja seperti karung untuk

menampung pulungan yang didapat sangat mungkin mengadung bibit penyakit seperti

bakteri,jamur,virus ataupun parasit, apalagi karung yang digunakan sebagai alat kerja sangat

jarang diganti selama kondisinya masih layak untuk dipakai. 1,2

Penggunaan Ganco sebagai alat pengambil sampah juga dapat menjadi faktor resiko

pemulung mengidap suatu penyakit, jika Ganco yg digunakan sudah berkarat hal ini dapat

menjadi media pertumbuhan Bakteri. 1,2,3

c. APD yang digunakan petugas pemulung

Pemulung merupakan sebuah pekerjaan meskipun keberadaannya kurang disenangi oleh

sebagian besar masyarakat. bekerja sebagai pemulung memiliki resiko bahaya yang cukup besar

karena tempat kerja yang sangat berbahaya dan tidak adanya perlindungan kerja yang maksimal

diberikan oleh pemerintah. Paling tidak mereka melindungi diri mereka secara sederhana,

Page 11: Laporan Hasil Survei

peralatan yang digunakan juga jauh dari kata aman. Usaha keselamatan kerja itu standar, antara

lain :

a. Topi, untuk melindungi kepala dari cuaca panas, hujan, kotoran, dan benda keras.

b. Kacamata, gelap, untuk melindungi mata dari cahaya matahari.

c. Masker, berupa penutup hidung dan mulut yang berguna untuk melindungi saluran pernafasan

dari debu, bahan kimia, dan kuman penyakit.

d. Jaket atau baju lengan panjang, untuk melindungi kulit dari sengatan matahari dan untuk

menjaga kebersihan badan dari sampah yang membawa kuman penyakit.

e. Sarung tangan, untuk perlindungan diri terhadap kontak langsung dengan sampah dan barang/

benda tajam.

f. Sepatu boats, untuk melindungi kaki dari dari bahan-bahan tajam dan dari parasit tanah

(cacing)

d. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum

kerja,berkala,berkala khusus)

Untuk menangani masalah gangguan kesehatan masyarakat di sekitar TPA, Pemerintah

Kota makassar membangun sebuah Puskesmas Pembantu (Pustu) di lahan TPA Tamangapa.

Masyarakat, baik yang berprofesi sebagai pemulung maupun masyarakat non pemulung tidak

dikenakan biaya bila berobat di Pustu TPA Tamangapa. Menurut keterangan salah seorang staf

kesehatan yang bertugas di Pustu Tamangapa, yang paling banyak memanfaatkan Pustu adalah

para pemulung. Masyarakat sekitar TPA jarang yang berobat ke Pustu TPA Tamangapa.

Umumnya, bila mendapat gangguan kesehatan masyarakat non pemulung berobat ke Puskesmas

Page 12: Laporan Hasil Survei

Manggala, sekitar 2 km dari TPA, atau ke dokter dan Rumah Sakit yang ada di Kota Makassar

(wawancara dengan Perawat Alfrida Dinas Kesehatan Kota Makassar, 3 Juli 2007).3

Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pemulung cenderung dilakukan ketika mereka

sudah merasakan keluhan yang mengganggu aktivitas pekerjaan nya.beberapa dari mereka

melakukan pemeriksaan kesehatan gratis secara berkala di Puskesmas tetapi jumlah ini lebih

kecil dibandingkan mereka yang melakukan pemeriksaan kesehatan ketika keluhan sudah

mengganggu aktivitas pekerjaan mereka. 3

e. Keluhan / penyakit yang dialami berhubungan dengan pekejaan pada petugas pemulung

Berkaitan dengan kesehatan masyarakat disekitar TPA, berdasarkan data angka kejadian

penyakit (incidence rate) di Puskesmas Tamangapa terdapat 6 jenis penyakit yang paling sering

dialami pemulung (lihat Error! Reference source not found.), dan kecelakaan kecil seperti

tertusuk paku, tergores pecahan kaca adalah yang paling sering ditangani oleh Pustu. Sebagian

besar pemulung tidak menyadari bahwa kecelakaan kecil seperti itu dapat mengakibatkan

tetanus. Namun karena keterbatasan fasiltas dan obat-obatan, selama ini Pustu TPA Tamangapa

tidak menangani secara langsung penyakit tetanus. Bila terjadi kasus penyakit tetanus atau

penyakit yang lebih berat, biasanya dirujuk ke Rumah Sakit Daerah yang ada di Kota Makassar

yang memiliki fasilitas dan sarana kesehatan yang lebih lengkap. Penanganan kasus penyakit

atau akibat kecelakaan kerja di Pustu TPA lebih bersifat pertolongan pertama. Berdasarkan

pengakuan Alfrida, selama bertugas menjadi perawat, sejak tahun 2003 sampai sekarang, belum

pernah ditemukan kasus kematian yang diakibatkan oleh penyakit tetanus. 3

Kondisi tempat kerja yang sangat kumuh dan berbau merupakan sumber berbagai

penyakit yang berpotensi menyerang para pemulung Potensi penyakit yang ada adalah ISPA

(Infeksi Saluran Pernapasan Atas), alergi kulit, radang paru-paru, asma, anemia dan lain-lain.

Page 13: Laporan Hasil Survei

Gangguan kesehatan itu disebabkan oleh asap dari pembakaran sampah, tebaran debu sampah,

bau busuk yang terbawa angin dan sebagainya. Belum lagi potensi tertular oleh penyakit infeksi

seperti HIV/AIDS atau penyakit lainnya. Penularan tersebut dapat terjadi melalui jarum suntik

yang tertusuk ke tangan ataupun ke telapak kaki. 1,2,3,4

Risiko Kesehatan yang dapat terjadi adalah dari kebiasaan sebagian besar pemulung

mengkonsumsi makanan sisa yang ditemukan di TPS, menunjukkan bahwa pemulung

menanggung risiko rentan kesehatan. Demikian juga terhirupnya gas metan dan bau busuk yang

mencemari udara di TPS menyebabkan para pemulung sering merasakan keluhan penyakit

seperti sakit kepala, sesak nafas dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Kondisi ini semakin

diperparah dengan tidak dipergunakannya Alat Pelindung Diri (APD) pada saat bekerja yang

sangat sederhana seperti sepatu, topi, masker, sepatu booth dll, yang tidak memenuhi persyaratan

sebagai pelindung yang dapat memberikan keamanan dan kenyamanan terhadap ancaman

gangguan kesehatan. 1,2,3,4

Penyakit yang biasanya ditemukan pada pekerja yang berkontak dengan sampah adalah:

1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang berasal

dari sampah dan terbawa di dalam udara yang dihirup oleh manusia saat bernapas.

2. Alergi kulit: karena kontak dengan sampah ataupun dengan air yang tercemar disekitar lokasi

kerja TPS/TPA. Ini sangat berkaitan dengan kondisi air yang digunakan, kebersihan diri, dan

lingkungan kerja dan rumah.

3. Infeksi kulit, disebabkan oleh kutu air dan biasanya berkembang saat musim penghujan dan

lingkungan sampah yang tergenang air.

4. Infeksi paru-paru, karena bakteri/virus dari sampah gejalanya adalah batuk-batuk terutama

waktu malam ini secara spesifik merupakan penyakit TBC yang dibuktikan dari hasil rontgen.

Page 14: Laporan Hasil Survei

Kondisi ini diperparah oleh status gizi yang rendah, yang ditandai dengan berat badan yang terus

menurun.

5. Menceret-menceret (muntaber) karena salah makan makanan yang kotor, tidak mencuci

tangan.

6. Pusing kepala, karena suhu yang tidak seimbang disebabkan oleh perbedaan suhu badan dan

suhu lingkungan sekitar .

7. Sesak napas dan keracunan gas, tumpukan sampah akan mengalami proses penguraian yang

menghasilkan gas diantaranya gas metan (CH4). Setiap 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg

gas metana. Gas lain yang juga dihasilkan oleh sampah ada CO2. Kedua gas ini merupakan

penyumbang terbesar dari gas rumah kaca.

f. Upaya K3 lainnya yang dijalankan seperti

penyuluhan/pelatihan,pengukuran/pemantauan lingkungan tentang Hazard yang pernah

dilakukan

Upaya Pemerintah Kota untuk menjaga kesehatan masyarakat sekitar TPA adalah dengan

melakukan penyemprotan lalat. Lalat adalah salah satu vector yang membawa sumber penyakit

baik bagi pemulung maupun masyarakat yang tinggal sekitar TPA. Untuk mengurangi

berjangkitnya penyakit yang diakibatkan oleh keberadaan lalat, Dinas Kesehatan Makasar secara

rutin melakukan penyemprotan untuk mengurangi populasi lalat setiap 3 bulan sekali. Selama

tahun 2007 baru dua kali penyemprotan lalat.3

Menurut pengakuan seorang warga kampung Bontoa, populasi lalat biasanya meningkat

pada musim hujan, sedang di musim kemarau populasinya tidak terlalu banyak bila dibanding

dengan musim hujan. Masyarakat sekitar TPA berharap bahwa penyemprotan tidak hanya

Page 15: Laporan Hasil Survei

dilakukan 3 bulan sekali, minimal satu bulan sekali diadakan penyemprotan untuk mengurangi

populasi lalat. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan pada tanggal 6 September 2007, populasi

lalat di lokasi TPA tidak banyak, kecuali di lokasi penimbunan sampah aktif di blok E. 3

Sedangkan untuk mengurangi kecelakaan kerja, Departemen Sosial bekerja sama dengan

Dinas Pekerjaan Umum pernah menyelenggarakan pelatihan dan pemberian bantuan alat-alat

pengamanan diri (APD), seperti sepatu boot, helm pengaman, sarung tangan dan penutup hidung.

Pelatihan dilaksanakan pada bulan juli 2003. Namun, pelatihan ini hanya ditujukan kepada para

karyawan UPTD yang terlibat dalam operasi sehari-hari TPA tanpa mengikutsertakan

pemulung.3

Page 16: Laporan Hasil Survei

BAB III

CARA SURVEI

A. Cara Survei

Cara survey yang digunakan adalah Walk Thru Survey yang merupakan teknik utama

yang penting untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya di lingkungan kerja yang

dapat memberikan efek atau gangguan pada kesehatan pekerja yang terpajan, dengan Walk Thru

survey didapatkan informasi yang relatif sederhana tapi cukup lengkap dalam waktu yang relatif

singkat .

C. Lokasi Survey

Survey dilakukan di tempat pembuangan sampah akhir Tamangapa kota Makassar.

D. Jadwal Survey

Survey dilakukan pada hari Senin – Sabtu (9 Juli-14 Juli 2013).

Page 17: Laporan Hasil Survei

D. HASIL SURVEI

a. Hazard lingkungan kerja :

No Faktor Hazard Hasil1. Faktor Kimia

Jenis Bahan KimiaAdaCair,Padat, Uap,Gas

2 Faktor BiologiSumberHygine perorangan Penyebab

AdaMakanan,Sampah,orang sakit,gigitan binatangBurukBakteri,Virus,Jamur,Cacing/Parasit

3 Faktor ErgonomicPosisi tubuh saat bekerjaCara Bekerja

AdaBerdiri tegak,lebih sering bungkukMengangkat,Mendorong,Menarik

4 Faktor PsikososoalJadwal KerjaHubungan interpersonalBeban kerjaKemampuanGaji

AdaPagi-Soreh(petang)Baik (dengan atasan,teman selevel,bawahan)Tidak menentu (Banyak-Sedang)Pendidikan rendahSesuai dengan banyak dan jenis pulungan

b. Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas pemulung

No1 Penggunaan alat kerja Ada2 Nama alat Karung,Ganco, Gerobak3 Penggunaan alat Terus menerus4 Alat kerja yang berhubungan dengan anggota –

badanADA. Karung diletakkan di pundak / kepala

c. APD yang digunakan petugas pemulung

NoPenggunaan APD ADAJenis APD Topi/penutun kepala & Sendal jepitPemeliharaan Tidak dibersihkan dan tidak tersimpan rapiDipakai selama bekerja YA

Page 18: Laporan Hasil Survei

d. Pemeriksaan Kesehatan Yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum bekerja,berkala,berkala khusus)

NOPemeriksaan Kesehatan YABukti Hasil pemeriksaan kesehatan Tidak adaWaktu pemeriksaan kesehatan Saat Sakit saja

e. Keluhan/Penyakit yang dialami berhubungan dengan pekerjaan pada petugas Pemulung

NOKeluhan Kesehatan / Sakit YAJenis Keluhan /Sakit yang paling sering ISPA ,DIARE,Pen.KULIT

f. Upaya K3 lainnya yang dijalankan

NOPenyuluhan Tidak AdaPelatihan Tidak Ada

Page 19: Laporan Hasil Survei

BAB IV

PEMBAHASAN

a. Faktor Hazard yang dialami petugas pemulung

Secara umum, kondisi lingkungan pemulung rentan terjadi kecelakaan kerja, di mana

pemulung cenderung mengabaikan keselamatan dirinya ketika terjadi pembongkaran dan

pemindahan sampah oleh Bulldozer. Begitu pula ketika sampah diturunkan dari truk, para

pemulung berebut sampah yang memiliki nilai jual. Risiko terjadinya kecelakaan sangat besar,

mengingat tidak semua pemulung melengkapi dirinya dengan berbagai peralatan keselamatan

kerja, seperti helm, sarung tangan dan penutup hidung. Kondisi kerja memiliki potensi terjadinya

kecelakaan terhadap pemulung. Mereka mengabaikan keselamatan dirinya ketika terjadi

pembongkaran dan pemindahan sampah oleh Bulldozer dan aktivitas bongkar muat olek truk

sampah. Para pemulung berebut sampah yang memiliki nilai jual. Beberapa pemulung bahkan

hanya mengenakan sandal jepit

Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan kerja, dalam melakukan

pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat

sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan  bahan serta lingkungan disamping

faktor manusianya. Istilah  hazard  atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang

potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat

dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest,

sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan

upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. 1,2,3

Page 20: Laporan Hasil Survei

Dari Hasil survey langsung di tempat kerja pemulung yang kami lakukan di dapatkan

adanya faktor Hazard yang dialami petugas pemulung, seperti faktor kimia dari sampah atau

hasil pulungan mereka yang berupa benda cair,padat,Uap ataupun Gas. Faktor biologi juga

menjadi faktor Hazard bagi pemulung yang bersumber dari makanan, sampah,cairan tubuh orang

sakit atau gigitan binatang yang terkontaminasi oleh bakteri,virus,jamur/parasit yang

dihubungkan juga oleh hygine para pemulung yang cenderung buruk,kebiasaan mencuci tangan

setelah bekerja dan sebelum makan yang cenderung diabaikan.Faktor ergonomic juga

berpengaruh dimana posisi tubuh saat berkerja yang lebih sering membungkuk dan cara bekerja

para petugas pemulung yang mengangkat,membungkuk dan menarik membuat mereka

cenderung mengalami masalah ketidaknyamanan dan sering menaglami keluhan pada tulang

belakang., faktor psikososial juga menjadi faktor Hazard pada pemulung, jadwal kerjayang

dimulai sejak pagi hingga soreh,,beban kerja yang cenderung banyak dan kemampuan

pendidikan yang rendah, meski demikian rata-rata hubungan interpersonal dengan teman atau

pun dengan pengumpul diantara mereka Baik.

b. Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas pemulung

Sebagian besar pemulung yang menggunakan alat kerja terbatas saat bekerja 1,2

1. Gerobak/roda dua

Alat ini sangat berfungsi sekali untuk mencari dan mengais barang yang berguna,

sehingga dengan memakai gerobak/roda dua pemulung dapat mencari barang sebanyak-

banyaknya. 1,2

2. Karung

Pemulung yang menggunakan karung sebagai alat kerjanya, biasanya alat ini dipakai

supaya lebih praktis, karena dengan memakai karung bisa masuk ke gang-gang sempit dan

Page 21: Laporan Hasil Survei

kebanyakan yang memakai dengan alat karung mayoritas anak-anak kecil. Kekurangan jika

menggunakan alat ini (karung) hasil dari pilahannya sangat minim. 1,2

3. Keranjang yang dipanggul di pundak yang berguna untuk menampung barang hasil pulung. 1,2

4. Ganco, digunakan sebagai alat pengambil sampah untuk mempermudah pemungutan

sampah. 1,2

Kegiatan kerja pemulung yang kontak langsung dengan Sampah membuat mereka sangat

rentan mengalami gangguan kesehatan dan penyakit, penggunaan alat kerja seperti karung untuk

menampung pulungan yang didapat sangat mungkin mengadung bibit penyakit seperti

bakteri,jamur,virus ataupun parasit, apalagi karung yang digunakan sebagai alat kerja sangat

jarang diganti selama kondisinya masih layak untuk dipakai. 1,2

Penggunaan Ganco sebagai alat pengambil sampah juga dapat menjadi faktor resiko

pemulung mengidap suatu penyakit, jika Ganco yg digunakan sudah berkarat hal ini dapat

menjadi media pertumbuhan Bakteri. 1,2,3

Begitu juga kami dapatkan dari Hasil survey dilapangan, kebanyakan para pemulung

menggunakan peralatan seadanya saat bekerja, Karung dan Ganco adalah alat kerja yang paling

sering kami temui yang dibawah oleh para pemulung,Karung tersebut digunakan terus menerus

selama tidak mengalami kerusakan atau Robek yang parah sehingga tampak kotor hal ini dapat

menjadi media perkembangan bagi bakteri,jamur ataupun parasit yang dapat mengganggu

kesehatan pada pemulung.

Penggunaan Ganco atau alat pengais sampai yang karatan juga kami dapatkan pada

survey dilapangan, alat yang karatan dapat menjadi sumber penularan penyakit seperti tetanus

ada pemulung.

Page 22: Laporan Hasil Survei

C. APD yang digunakan petugas pemulung

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, pesonal protective

equipment atau Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk

melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya

(hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan

lainnya.

Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri

merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk

menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya

optimal agar bahaya atau hazard dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi.

Usaha keselamatan kerja itu standar, antara lain :

a. Topi, untuk melindungi kepala dari cuaca panas, hujan, kotoran, dan benda keras.

b. Kacamata, gelap, untuk melindungi mata dari cahaya matahari.

c. Masker, berupa penutup hidung dan mulut yang berguna untuk melindungi saluran pernafasan

dari debu, bahan kimia, dan kuman penyakit.

d. Jaket atau baju lengan panjang, untuk melindungi kulit dari sengatan matahari dan untuk

menjaga kebersihan badan dari sampah yang membawa kuman penyakit.

e. Sarung tangan, untuk perlindungan diri terhadap kontak langsung dengan sampah dan barang/

benda tajam.

f. Sepatu boats, untuk melindungi kaki dari dari bahan-bahan tajam dan dari parasit tanah

(cacing)

Tetapi alat-alat pelindung tersebut sangat jarang digunakan oleh para petugas pemulung,,

dari hasil survey kami dilapangan, kebanyakan para pemulung hanya menggunakan apa yang

Page 23: Laporan Hasil Survei

mereka punya(seadanya) untuk bekerja,sehingga sangat jarang pemulung yang memilki alat

pelidung diri saat bekerja yang lengkap.Alat pelindung diri yang kebanyakan digunakan

hanyalah Topi/penutup kepala dan sandal jepit.

d. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum

kerja,berkala,berkala khusus)

Untuk menangani masalah gangguan kesehatan masyarakat di sekitar TPA, Pemerintah

Kota makassar membangun sebuah Puskesmas Pembantu (Pustu) di lahan TPA Tamangapa.

Masyarakat, baik yang berprofesi sebagai pemulung maupun masyarakat non pemulung tidak

dikenakan biaya bila berobat di Pustu TPA Tamangapa. Menurut keterangan salah seorang staf

kesehatan yang bertugas di Pustu Tamangapa, yang paling banyak memanfaatkan Pustu adalah

para pemulung. Masyarakat sekitar TPA jarang yang berobat ke Pustu TPA Tamangapa.

Umumnya, bila mendapat gangguan kesehatan masyarakat non pemulung berobat ke Puskesmas

Manggala, sekitar 2 km dari TPA, atau ke dokter dan Rumah Sakit yang ada di Kota Makassar

(wawancara dengan Perawat Alfrida Dinas Kesehatan Kota Makassar, 3 Juli 2007).3

Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pemulung cenderung dilakukan ketika mereka

sudah merasakan keluhan yang mengganggu aktivitas pekerjaan nya.beberapa dari mereka

melakukan pemeriksaan kesehatan gratis secara berkala di Puskesmas tetapi jumlah ini lebih

kecil dibandingkan mereka yang melakukan pemeriksaan kesehatan ketika keluhan sudah

mengganggu aktivitas pekerjaan mereka.

Page 24: Laporan Hasil Survei

e. Keluhan / penyakit yang dialami berhubungan dengan pekejaan pada petugas pemulung

Kondisi tempat kerja yang sangat kumuh dan berbau merupakan sumber berbagai

penyakit yang berpotensi menyerang para pemulung Potensi penyakit yang ada adalah ISPA

(Infeksi Saluran Pernapasan Atas), alergi kulit, radang paru-paru, asma, anemia dan lain-lain.

Gangguan kesehatan itu disebabkan oleh asap dari pembakaran sampah, tebaran debu sampah,

bau busuk yang terbawa angin dan sebagainya. Belum lagi potensi tertular oleh penyakit infeksi

seperti HIV/AIDS atau penyakit lainnya. Penularan tersebut dapat terjadi melalui jarum suntik

yang tertusuk ke tangan ataupun ke telapak kaki. 1,2,3,4

Risiko Kesehatan yang dapat terjadi adalah dari kebiasaan sebagian besar pemulung

mengkonsumsi makanan sisa yang ditemukan di TPS, menunjukkan bahwa pemulung

menanggung risiko rentan kesehatan. 1,2,3,4

Penyakit yang biasanya ditemukan pada pekerja yang berkontak dengan sampah adalah: 1.

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang berasal

dari sampah dan terbawa di dalam udara yang dihirup oleh manusia saat bernapas.

2. Alergi kulit: karena kontak dengan sampah ataupun dengan air yang tercemar disekitar lokasi

kerja TPS/TPA. Ini sangat berkaitan dengan kondisi air yang digunakan, kebersihan diri, dan

lingkungan kerja dan rumah.

3. Infeksi kulit, disebabkan oleh kutu air dan biasanya berkembang saat musim penghujan dan

lingkungan sampah yang tergenang air.

4. Infeksi paru-paru, karena bakteri/virus dari sampah gejalanya adalah batuk-batuk terutama

waktu malam ini secara spesifik merupakan penyakit TBC yang dibuktikan dari hasil rontgen.

Kondisi ini diperparah oleh status gizi yang rendah, yang ditandai dengan berat badan yang terus

menurun.

Page 25: Laporan Hasil Survei

5. Menceret-menceret (muntaber) karena salah makan makanan yang kotor, tidak mencuci

tangan.

6. Pusing kepala, karena suhu yang tidak seimbang disebabkan oleh perbedaan suhu badan dan

suhu lingkungan sekitar .

7. Sesak napas dan keracunan gas, tumpukan sampah akan mengalami proses penguraian yang

menghasilkan gas diantaranya gas metan (CH4). Setiap 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg

gas metana. Gas lain yang juga dihasilkan oleh sampah ada CO2. Kedua gas ini merupakan

penyumbang terbesar dari gas rumah kaca.

Dari Hasil survey yang kami lakukan kebanyakan pemulung di sekitar TPSA Tamngapa

menderita penyakit ISPA, Diare dan Peny.kulit seperti gatal-gatal.

f.Upaya K3 lainnya yang di jalankan seperti penyuluhan / pelatihan, pengukuran / -

pemantauan lingkungan tentang Hazard yang pernah dilakukan

Upaya Pemerintah Kota untuk menjaga kesehatan masyarakat sekitar TPA adalah dengan

melakukan penyemprotan lalat. Lalat adalah salah satu vector yang membawa sumber penyakit

baik bagi pemulung maupun masyarakat yang tinggal sekitar TPA. Untuk mengurangi

berjangkitnya penyakit yang diakibatkan oleh keberadaan lalat, Dinas Kesehatan Makasar secara

rutin melakukan penyemprotan untuk mengurangi populasi lalat setiap 3 bulan sekali. Selama

tahun 2007 baru dua kali penyemprotan lalat.3

Sedangkan untuk mengurangi kecelakaan kerja, Departemen Sosial bekerja sama dengan

Dinas Pekerjaan Umum pernah menyelenggarakan pelatihan dan pemberian bantuan alat-alat

pengamanan diri (APD), seperti sepatu boot, helm pengaman, sarung tangan dan penutup hidung.

Pelatihan dilaksanakan pada bulan juli 2003. Namun, pelatihan ini hanya ditujukan kepada para

Page 26: Laporan Hasil Survei

karyawan UPTD yang terlibat dalam operasi sehari-hari TPA tanpa mengikutsertakan

pemulung.3

Tetapi sampai sekarang tidak ada lagi pelatihan termasuk pengadaan alat–alat pengaman

diri (APD) sehingga hasil pengamatan lapangan, para karyawan UPTD, terutama yang bertugas

di lapangan tidak terlihat lagi menggunakan alat pengamanan diri yang memadai, seperti sepatu

boot, helm dan sarung tangan. Begitu pula halnya dengan para pemulung, sebagian besar tidak

menggunakan Alat Pengamanan Diri (APD) yang memadai. Praktek lapangan menggambarkan

betapa para pemulung rentan terjadi kecelakaan kerja, ketika truk pengangkut sampah datang

mereka berebutan untuk mengais sampah yang diturunkan dari truk.

Para pemulung juga tidak pernah mendapatkan pelatihan dan atau penyuluhan megenai

aspek K3 pada pekerjaan mereka, sehingga persepsi dan sikap mereka akan keselamatan dan

kesehatan kerja masih sangat minim.

Page 27: Laporan Hasil Survei

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A..Kesimpulan

a. Faktor Hazard yang dialami petugas pemulung

Faktor Hazard yang dialami petugas pemulung, diantaranya adalah faktor kimia dari

sampah atau hasil pulungan mereka yang berupa benda cair,padat,Uap ataupun Gas. Faktor

biologi juga menjadi faktor Hazard bagi pemulung yang bersumber dari makanan, sampah,cairan

tubuh orang sakit atau gigitan binatang yang terkontaminasi oleh bakteri,virus,jamur/parasit yang

dihubungkan juga oleh hygine para pemulung yang cenderung buruk,kebiasaan mencuci tangan

setelah bekerja dan sebelum makan yang cenderung diabaikan.Faktor ergonomic juga

berpengaruh dimana posisi tubuh saat berkerja yang lebih sering membungkuk dan cara bekerja

para petugas pemulung yang mengangkat,membungkuk dan menarik membuat mereka

cenderung mengalami masalah ketidaknyamanan dan sering menaglami keluhan pada tulang

belakang., faktor psikososial juga menjadi faktor Hazard pada pemulung, jadwal kerjayang

dimulai sejak pagi hingga soreh,,beban kerja yang cenderung banyak dan kemampuan

pendidikan yang rendah, meski demikian rata-rata hubungan interpersonal dengan teman atau

pun dengan pengumpul diantara mereka Baik

b. Alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas pemulung

Kebanyakan para pemulung menggunakan peralatan seadanya saat bekerja, Karung dan

Ganco adalah alat kerja yang paling sering kami temui yang dibawah oleh para pemulung,

Karung tersebut digunakan terus menerus selama tidak mengalami kerusakan atau Robek yang

Page 28: Laporan Hasil Survei

parah sehingga tampak kotor hal ini dapat menjadi media perkembangan bagi bakteri,jamur

ataupun parasit yang dapat mengganggu kesehatan pada pemulung.

Penggunaan Ganco atau alat pengais sampai yang karatan dapat menjadi sumber

penularan penyakit seperti tetanus pda pemulung.

c. APD yang digunakan petugas pemulung

Alat-alat pelindung diri sangat jarang digunakan oleh para petugas pemulung,dan dipakai

yang seadanya saja karena keterbatasan ekonomi untuk membeli alat pelindung diri yang

lengkap.Kebanyakan para pemulung hanya menggunakan apa yang mereka punya (seadanya)

untuk bekerja,sehingga sangat jarang pemulung yang memilki alat pelidung diri saat bekerja

yang lengkap.Alat pelindung diri yang kebanyakan digunakan hanyalah Topi/penutup kepala

dan sandal jepit.

d. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum

kerja,berkala,berkala khusus)

Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pemulung cenderung dilakukan ketika mereka

sudah merasakan keluhan yang mengganggu aktivitas pekerjaan nya.beberapa dari mereka

melakukan pemeriksaan kesehatan gratis secara berkala di Puskesmas tetapi jumlah ini lebih

kecil dibandingkan mereka yang melakukan pemeriksaan kesehatan ketika keluhan sudah

mengganggu aktivitas pekerjaan mereka.

e. Keluhan / penyakit yang dialami berhubungan dengan pekejaan pada petugas pemulung

Kebanyakan pemulung di sekitar TPSA Tamngapa menderita penyakit ISPA, Diare dan

Peny.kulit seperti gatal-gatal/Alergi.

Page 29: Laporan Hasil Survei

i. Upaya K3 lainnya yang dijalankan seperti

penyuluhan/pelatihan,pengukuran/pemantauan lingkungan tentang Hazard yang pernah

dilakukan

Para pemulung tidak pernah mendapatkan pelatihan dan atau penyuluhan megenai aspek

K3 pada pekerjaan mereka, sehingga persepsi dan sikap mereka akan keselamatan dan kesehatan

kerja masih sangat minim.

Page 30: Laporan Hasil Survei

B. Saran

Pemulung merupakan bagian dari warga negara seperti yang di amanatkan pada pasal 34

yang patut mendapat perhatian dan perlindungan dari Pemerintah sebagaimana warga

masyarakat lainnya. Sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan secara efektif.

Untuk itu mereka perlu diberikan pembekalan pengetahuan yang lebih tentang pentingnya

memperhatikan risiko kesehatan dan keselamatan selama berkerja.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan risiko keselamatan dan kesehatan

selama bekerja adalah dengan pemberian pembekalan pengetahuan tentang APD, penyuluhan

tentang risiko keselamatan dan kesehatan kerja oleh Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, KLH

ataupun pihak terkait lainnya sehingga dengan adanya komunikasi ini pengetahuan pemulung

tifak terbangun hanya oleh pengalaman yang dialami. Namun dapat dilakukan upaya pencegaha

PAK sejak dari awal.

Perusahaan Daerah Kebersihan kota setempat sebagai pengelola lokasi TPS dapat

mengeluarkan aturan wajib menggunakan APD bagi pemulung selama bekerja di areal TPS. Dan

bagi yang melanggarnya diberikan sangsi seperti tidak dapat bekerja di TPS dalam waktu satu

minggu. Sehingga dengan adanya upaya hukum membuat pemulung menjadi termotivasi untuk

menggunakan APD selama bekerja.

Page 31: Laporan Hasil Survei

DAFTAR PUSTAKA

1. Herlinda. Persepsi pemulung terhadap risiko kesehatan dan keselamatan kerja dikaitkan dengan

penggunaan alat pelindung diri (apd) di Tempat penampungan sampah sementara (tps) tegallega.

Jakarta : fkm ui. 2010. Hal. 1-15

2. Damanhuri, enri. Teknis-operasional secara umum: pedoman pengelolaan tpa. Departemen

teknik lingkungan ftsp itb. 2006. Hal. 126-130.

3.Anonym. Addenda Proyek Gas Lahan TPA Makassar Uji Tuntas Sosial. available from :

www.erm.com [Diakses tanggal 10 Juli 2013]

4. Darmasetiawan, martin. Perencanaan tempat pembuangan akhir (tpa). Jakarta : ekamitra

Engineering. 2004. Hal. 68-70.

Page 32: Laporan Hasil Survei

LAMPIRAN

Cheklist Aspek K3 pada petugas Pemulung

1. Hazard lingkungan kerja :

a. Faktor kimia .............................. Ada / Tidak ada

Jenis bahan kimia ...................... (Cair,padat,uap,gas)

b. Faktor Biologi

Sumber ...................................... ( Makanan,sampah,orang sakit,gigitan binatang,dst)

Hygine perorangan ..Buruk...........) Penyebabnya bakteri,virus,jamur,cacing

c. Faktor ergonomic ....................... Ada/ Tidak ada

Posisi tubuh saat bekerja .............. ( berdiri tegak,bungkuk)

Cara bekerja ................................ (Mengangkat,mendorong, menarik)

d. Faktor Psikososial ........................ Ada / Tidak ada

Jadwal kerja....Sejak Pagi hingga Soreh....... (shift pagi, soreh, malam)

Hubungan interpersonal .....Baik..... ( dengan atasan, temal selevel, bawahan )

Beban kerja ................................... (terlalu banyak, sedang, atau kurang)

Kemampuan ......Pendidikan rendah.......... (Skill, pendidikan)

Gaji .........Sesuai dengan banyaknya dan jenis hasil Pulungan............... (sesuai/tidak)

2. Alat kerja yang digunakan ada/ tidak ada

Jenis alat kerja ..alat tangan ...alat tangan atau mesin. Nama alat: alat .. Karung,Ganco..........

Kegunaan alat: (Ganco : Memudahkan memilih sampah),Karung:untunk mengakut sampah),

terus menerus digunakan Ya/ tidak. ...............

Page 33: Laporan Hasil Survei

Alat kerja berhubungan dengan badan, tangan, kaki atau bagian lain dari tubuh:

karung diletakkan di pundak/kepala ...............

3. Alat pelindung diri Ya/Tidak

Jenis APD .....................(penutup wajah ,hidung,mulut,Penutup kepala,sarung

tangan,celemek,penutup kaki,kaca mata,dll)

Pemeliharaan APD......Seadanya..... (tersimpan rapi, dibersihkan, dll)

Dipakai selama bekerja .................. (Ya/Tidak)

4. Pemeriksaan Kesehatan Ya/Tidak

Ada Bukti hasil pemeriksaan kesehatan : Tidak ada............

Pemeriksaan kesehatan awal,berkala, berkala khusus: Saat sakit...................... Ya/Tidak

5. Ada keluhan kesehatan atau sakit. : Ya/tidak

Jenis keluhan/sakit yang paling sering ......ISPA,Pen.Kulit............ (lihat surat sakit)

6. Upaya K3 lainnya Ya/tidak

Penyuluhan : Pernah dilakukan oleh dinas PU .............

Pelatihan : Pernah dilakukan oleh Dinas PU.........................

LAMPIRAN

Page 34: Laporan Hasil Survei

LOKASI SURVEY

TPSA Tamangapa

Pemulung dengan alat kerja Karung dan Ganco

Page 35: Laporan Hasil Survei

Pemulung anak-anak dengan gerobak

Pemulung dengan APD seadanya