Laporan Hasil Sangkep Advokasi

10
LAPORAN KEGIATAN SANGKEP KERJA SOSIAL UNIVERSITAS UDAYANA 2013 1. DASAR PEMIKIRAN Di zaman yang sudah maju ini, kemajuan teknologi semakin membuat cepatnya penyebaran informasi yang ada. Namun walaupun cepatnya penyebaran informasi bukan berarti banyak masyarakat yang mampu untuk mengerti mengenai informasi yang didapat tersebut. hal ini juga dapat terjadi ketika adanya perkembangan hukum oleh pemerintah tanpa adanya sosialisasi mengenai produk hukum baru tersebut sehingga banyak masyarakat yang kurang mengerti mengenai hukum tersebut sedangkan hukum kita di Indonesia mempunyai pandangan bahwa setiap orang dianggap mengetahui tentang hukum. walaupun kemajuan teknologi yang mampu membawa informasi mengenai hukum tersebut dengan cepat keseluruh tempat di Indonesia dalam sekejap namun belum tentu masyarakat mengerti mengenai hukum tetapi yang terjadi adalah hanya sekedar mengetahui saja tanpa mengerti dari arti dan maksud dari peraturan hukum tersebut.

description

laporan hasil seminar yang disajikan dalam bentuk sangkep dan berikut laporannya dan berita acara

Transcript of Laporan Hasil Sangkep Advokasi

PROPOSAL KEGIATAN

LAPORAN KEGIATAN SANGKEPKERJA SOSIALUNIVERSITAS UDAYANA 20131. DASAR PEMIKIRANDi zaman yang sudah maju ini, kemajuan teknologi semakin membuat cepatnya penyebaran informasi yang ada. Namun walaupun cepatnya penyebaran informasi bukan berarti banyak masyarakat yang mampu untuk mengerti mengenai informasi yang didapat tersebut. hal ini juga dapat terjadi ketika adanya perkembangan hukum oleh pemerintah tanpa adanya sosialisasi mengenai produk hukum baru tersebut sehingga banyak masyarakat yang kurang mengerti mengenai hukum tersebut sedangkan hukum kita di Indonesia mempunyai pandangan bahwa setiap orang dianggap mengetahui tentang hukum. walaupun kemajuan teknologi yang mampu membawa informasi mengenai hukum tersebut dengan cepat keseluruh tempat di Indonesia dalam sekejap namun belum tentu masyarakat mengerti mengenai hukum tetapi yang terjadi adalah hanya sekedar mengetahui saja tanpa mengerti dari arti dan maksud dari peraturan hukum tersebut.

Indonesia adalah negara yang komunal yang memilikin banyak beragam suku dan agama dimana hal ini juga membuat semakin banyak nya adat yang dimiliki. Hal ini juga yang menjadi semakin susahnya penerapan hukum di Indonesia ketika setiap adat di setiap daerah berbeda dan juga ada yang bertentangan satu sama lain sehingga dalam penerapan hukum cukup susah di Indonesia. Perbedaan adat ini juga mempengaruhi pemahaman masyarakat mengenai hukum tersebut.

Dari banyaknya masalah mengenai hukum di Indonesia dengan adat di setiap daerah, yang biasanya sering muncul kepermukaan adalah masalah mengenai tanah. Dimana peraturan hukum di Indonesia dengan adat mengenai tanah terkadang sering berbenturan. Hal yang biasanya menjadi masalah mengenai tanah adalah tentang kepemilikan tanah. Mengingat berbedanya pengaturan mengenai tanah disetiap daerah dengan pengaturan oleh negara inilah yang menyebabkan sulitnya menyelesaikan permasalahan tentang tanah.

Dalam dunia hukum di Indonesia, kepemilikan tanah secara sah hanya dapat dibuktikan dengan adanya sertifikat kepemilikan hak atas tanah tersebut. pemerintah telah menetapkan program masyarakat sadar hukum dimana maksudnya disini adalah diharapkan masyarakat dapat mengerti pentingnya hukum dalam kehidupan mereka. Namun kembali dengan alasan yang sama diatas, penyebaran informasi yang cepat tidak menentukan pemahaman masyarakat tentang informasi tersebut sehingga hal ini juga terjadi dengan program yang dibuat oleh pemerintah tersebut ini dan pengeturan-pengaturan tentang tertib hukum serta tentang pertanahan. Pengaturan tentang tanah di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960.Kajian terhadap Hukum Agraria sudah banyak dilakukan oleh berbagai kalangan, baik dalam bentuk buku-buku referensi, jurnal ilmiah dan di dalam seminar-seminar serta simposium yang bertajuk Agraria. Tetapi kajian-kajian tersebut tidak begitu fokus mengkaji tentang sejarah hukum agraria, bagaimana lahirnya hukum agraria di Indonesia sampai terbentuknya Undang-undang Pokok Agraria tahun 1960. Bahkan wacana untuk mengamandemen Undang-undang Pokok Agraria, yang selanjutnya dalam makalah ini disebut UUPA, terus dilakukan guna menyesuaikan peraturan-peraturan di bidang ke-agraria-an yang sudah dianggap tidak mengakomodir perkembangan masyarakat. Ini membuktikan bahwa hukum khususnya hukum agararia terus berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan masayarakat, untuk itu diperlukan suatu kajian ilmiah tentang bagaimana rangkaian sejarah (hukum) hukum agraria Indonesia guna mengetahui setiap perkembangan yang terjadi di bidang agraria. Dengan demikian setidaknya dari kajian itu dapat diperoleh bahan untuk dijadikan pegangan dalam melakukan pembaharuan (hukum) terhadap hukum agraria.

Dari pemaparan diatas, maka hal tersebut diataslah yang mendasari kami selaku tim advokasi kerja sosial 2013 melaksanakan kegiatan sangkep di desa Sembung banjar Pempatan, Mengwi.

2. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATANTempat : Balai Banjar Desa Sembung, Mengwi

Tanggal kegiatan : 5 Oktober 2013

Waktu : 19.00 20.00

3. PESERTA SEMINAR

a. Kepala Desa Sembung Mengwi

b. kelian banjar masing-masing banjar di Desa Sembung

c. Ibu ibu PKK Desa Sembung

d. Perwakilan muda mudi banjar Desa Sembung4. MATERI SEMINAR

a. Registrasi pertanahan secara umum

b. Tanah ulayat Bali5. PERTANYAAN

Pertanyaan :

bagaimana cara penyelesaian sengketa tanah adat milik desa yang ingin dijual oleh salah satu pihak dari warga desa sembung ? 6. JAWABAN DARI PERTANYAAN

Para narasumber tidak ingin menjelaskan lebih mendalam mengenai kasus yang ada karena dianggap melewati batas kewenangan mereka yang hanya merupakan narasumber. Namun mereka menjelaskan beberapa hal mengenai hak-hak tanah di desa. Para narasumber mengatakan bahwa tanah milik desa tidak dapat dibebankan hak milik perseorangan/individu. Hal ini dikarenakan tanah milik desa adalah termasuk tanah hak ulayat yang merupakan milik bersama yang otomatis tidak dapat diperjualbelikan oleh perorangan. Namun, tanah tersebut dapat disewakan dengan persetujuan warga desa dengan hasil darri sewa tersebut masuk ke kas desa. Tanah desa juga dapat disertifikatkan namun tetap merupakan hak milik desa.

7. BERITA ACARA SINGKAT SEMINARPukul 17.00 WITA sesuai jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mengadakan kegiatan sangkep ditunda karena belum ada peserta sangkep yang datang. Penundaan yang memakan waktu kurang lebih dua jam tersebut akhirnya diputuskan untuk memindah lokasi sangkep yang semula berada di balai banjar desa dipindah ke wantilan desa agar menambah jumlah peserta yang pada waktu itu hanya berjumlah 5 (lima) orang. Sangkep dimulai pada pukul 19.00 WITA dengan pembicara dari Tim Lembaga Bantuan Hukum Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Pada pukul 19.00 moderator membuka acara dengan menggunakan bahasa bali halus mengingat bahwa acara ini diselenggarakan didesa yang masih menganut adat bali dan rata-rata penduduknya menggunakan bahasa bali. Setelah moderator membuka acara maka moderator menyerahkan kepada pembicara pertama dari Tim LBH Fakultas Hukum UNUD yaitu ibu Sukerti. Ibu Sukerti membawakan materi mengenai pertanahan desa pekraman selama kurang lebih 45 menit. Kemudian dilanjutkan kepada pembicara kedua dari LBH Fakultas Hukum UNUD yaitu bapak Cok Dalem. Bapak Cok Dalem membawakan materi mengenai tanah dari segi hukum nasional maupun hukum adat selama kurang lebih 45 menit juga. Kemudian setelah para pembicara selesai memberikan materi kepada para peserta sangkep yang merupakan warga setempat, acara diambil alih oleh moderator yang kemudian melakukan diskusi ringan dengan masyarakat seputar materi yang ditanyakan tadi yang dimana kepala desa setempat mengeluarkan sebuah pertanyaan yang kemudian ditanggapi oleh para pembicara. Sesi diskusi ringan ini berlangsung kurang lebih selama 15 menit. Kemudian setelah sesi diskusi ringan berakhir maka moderator menutup acara dengan sopan santun kembali seperti diawal pembukaan sehingga acara berakhir pada pukul 20.00 WITA.13. PENUTUP

Demikian hasil laporan sankep dalam kegiatan Kerja Sosial 2013 di Banjar Pempatan, Desa Sembung, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung yang dapat disampaikan.

LEMBAR PENGESAHANDenpasar, 7 Oktober 3013Panitia Pelaksana Kerja Sosial 2013

Fakultas Hukum UNUD

Ketua,

Koor. Advokasi,

I Gusti Ngurah Adityanatha Therisya KarmilaKM.213048 KM.213026Mengetahui,Fakultas Hukum UNUDKMFH - UNUD

Pembantu Dekan III,Sekretraris Jendral,

I Wayan Suardana.,SH.,MHYuda PurwantaraNIP.19571231 198602 1 101 KM. 212031