SKN-ADVOKASI SOSIALISASI.ppt

34
SISTEM KESEHATAN NASIONAL SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN) (SKN) Bandung, 14 Oktober Bandung, 14 Oktober 2008 2008 Disajikan pada: Pertemuan Koordinasi Kegiatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan dalam rangka Penyusunan Sistem Kesehatan Daerah (SKP dan SKK) se Provinsi Jawa Barat Oleh: Dr. Untung Suseno Sutardjo, MKes Kepala Pusat Kajian Pembangunan Kesehatan Sekretariat Jenderal – Depkes RI

description

SKN-ADVOKASI SOSIALISASI.ppt

Transcript of SKN-ADVOKASI SOSIALISASI.ppt

  • SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN) Bandung, 14 Oktober 2008Disajikan pada:Pertemuan Koordinasi Kegiatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan dalam rangka Penyusunan Sistem Kesehatan Daerah (SKP dan SKK) se Provinsi Jawa BaratOleh:Dr. Untung Suseno Sutardjo, MKesKepala Pusat Kajian Pembangunan KesehatanSekretariat Jenderal Depkes RI

  • KEPMENKES R INOMOR: 131/MENKES/SK/II/2004

  • Selama 20 tahun terakhir pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan berdasarkan pada Sistem Kesehatan Nasional 1982Banyak manfaat telah dipetik. SKN 82 telah digunakan sebagai acuan penyusunan GBHN bidang kesehatan, UU No. 23/1992 ttg Kesehatan, serta berbagai kebijakan, pedoman dan arah pelaksanaan pembangunan kesehatan.

  • Tap MPR RI No. X tahun 1998 tentang pokok-pokok reformasi, mengamanatkan pelaksanaan reformasi total kebijakan pembangunan nasional di segala bidang. Reformasi kebijakan pembangunan di bidang kesehatan telah berhasil dilaksanakan, yakni dgn telah disusunnya Visi, Misi dan Strategi pembangunan kesehatan dengan menerapkan paradigma baru yakni Paradigma Sehat.

  • Untuk menselaraskan dgn kebijakan baru, dan utk menjawab berbagai tantangan, seperti globalisasi, demokratisasi, desen-tralisasi serta kesehatan sebagai hak azasi dan investasi, perlu disusun SKN BARU

    SKN baru ditetapkan dgn maksud memberikan arah dan pedoman penyelenggaraan pemba-ngunan kesehatan bagi seluruh penyeleng-gara pembangunan kesehatan. Tujuannya: agar pembangunan kesehatan dapat lebih berhasil-guna dan berdaya-guna.

  • PERKEMBANGAN POKOK-POKOK SUBSTANSI SKN DAN KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN KESEHATAN (NASIONAL DAN DAERAH)SKN1982Indonesia Sehat 2010SKN 2004(rinci)Pemikiran DasarPembangunan KesehatanRPJPKPenyempurnaan1.Tata nilai2.ProsesRPJPK 2005-2025(sdg difinalisasi)3.StrukturBentuk Pokok SKN (umum)KepMenkesNo 574/2000UU No.17/07RPJP-N 05-25TAP MPR No X Th 1998KepMenkesNo 99a/1982UU NO 23THN 1992Amandemen UU NO 23THN 1992RPJP-D & RPJM-D, RENSTRA SKPD PROVINSI/ KAB/ KOTA SEHAT SKP dan SKK NASIONALDAERAH RENBANGKES 05-09 RENSTRA DEPKES 05-09KepMenkesNo 131/2004

  • IndikatorPencapaian

    Status KesehDALE

    SKN IndikatorKinerja

    Tkt Ketanggpn(Respsvness)

    Distribusi Tgkt Keseh

    Distrbs TgktKetanggapan

    Distrbs TgktPembiayaan

    106/19192/191Upaya kesehatanPbiayaan kesehatanSumberdaya manusia kesehatanObat & perbekalan kesehatanPberdayaan masyarakatManajemen kesehatan

  • UPAYA KESEHATANMasalah pemerataan, cakupan, keterjangkauan, dan mutu

    Masalah keterpaduan dan kesinambungan, terutama sejak diterapkannya prinsip otonomi dan desentralisasi

    Rujukan UKP dan UKM belum berjalan. Sementara peranan Dinkes lebih banyak pada administratif, bukan pelayanan

    Pendayagunaan UKBM kurang

  • PEMBIAYAAN KESEHATAN

    Masih rendah, baru 2,2% PDB (USD 1218/kap/thn.

    Kontribusi pemerintah 30% & masyarakat/swasta 70%.

    Alokasi dana pemerintah belum efektif. Pengeluaran private goods > public goods. Pembelanjaan belum mengedepankan bantuan Gakin

    Mobilisasi dana masyarakat terbatas, bersifat out of pocket.

    Biaya kesehatan meningkat, mekanisme kendali biaya belum berkembang dan sementara itu hanya 20% masyarakat memiliki Jaminan Kesehatan.

  • SUMBERDAYA MANUSIA KESEHATAN

    Jumlah terbatas, ratio terhadap penduduk masih rendah

    Produksi paramedis tinggi, daya serap rendah

    Penyebaran SDM terbatas, ratio tenaga thd fasilitas kesehatan di KBI>KTI

    Mutu SDM masih rendah, 23,2 % masyarakat jawa bali tidak puas thd Rajal RS

    Pembinaan SDM Kesehatan belum mantap

  • OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

    Industri farmasi, PBF dan jaringan distribusi obat telah berkembang, CPOB telah diterapkan dan kebijakan obat generik telah dilaksanakan

    Ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat masih menjadi masalah

    Pengawasan perbekalan dan alat kesehatan belum optimal

  • PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    Berbagai bentuk pemberdayaan masyarakat telah dikenal UKBM (Posyandu, Pos Obat Desa, Polindes, Pos UKK)SDBM (Dana sehat, Dana Sosial Kemasyarakatan)Yayasan peduli dan penyandang dana kesehatan (kanker, jantung, thalasemia, ginjal)Percepatan pencapaian IS-2010 (Koalisi IS, Gebrak malaria, Gerdunas TB, Gerakan Sayang Ibu, Gerakan Pita Putih, Gerakan Pita Merah)

    Tetapi masih terbatas pada mobilisasi masyarakat. Peranan to serve, to advocate dan to watch belum dikembangkan

    Public-private mix dalam perintisan

  • MANAJEMEN KESEHATAN

    SIM Kesehatan, selaras dgn desentralisasi, perlu ditinjau dan ditata ulang

    IPTEK Kesehatan, selaras dgn kemajuan ilmu, teknologi, globalisasi, perlu lbh dikembangkan

    Peraturan Perundang-undangan Kesehatan, selaras dengan penegakan dan kesadaran hukum masyarakat yang makin meningkat, perlu lebih dimantapkan

    Adminstrasi kesehatan, selaras dengan perubahan kebijakan pembangunan, perlu lebih disempurnakan

  • SKN adalah suatu tatanan yg menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945

  • Landasan idiil yaitu Pancasila

    Landasan konstitusional yaitu Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28 aPasal 28 b ayat (2)Pasal 28 c ayat (1)Pasal 28 h ayat (1) dan (3) Pasal 34 ayat (2) dan (3)

  • PerikemanusiaanHak asasi manusiaAdil dan merataPemberdayaan dan kemandirian masyarakatKemitraanPengutamaan & manfaatTata penyelenggaraan yg baik

  • Terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya-guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya

  • Supra Sistem SKN

    SKN terhdp Sistem Nasional Lain

    SKN terhadap Sistem Kesehatan Daerah (SKD)

    SKN terhadap Sistem Kemasyarakatan dan Swasta

  • Subsistem Upaya KesehatanSubsistem Pembiayaan KesehatanSubsistem Sumber Daya Manusia Kes Subsistem Obat dan Perbekalan Kes Subsistem Pemberdayaan MasyarakatSubsistem Manajemen Kesehatan

  • TUJUANBANGKESMANAJEMEN KESEHATANUPAYA KESEHATANPEMBERDA-YAAN MASYSDMDANASARANAINPUTPROSESOUTPUT

  • 1. PENGERTIAN 2. TUJUAN3. PRINSIP4. BENTUK POKOK SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN - (UKM DAN PKP) PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER - Litbangkes utk mendukung Upaya Kesehatan

  • Subsistem upaya kesehatan adalah tatanan yg menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yg setinggi-tingginya Tujuan subsistem upaya kesehatan adalah terselenggaranya upaya kesehatan yg tercapai (accessible), terjangkau (affordable) dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masy yg setinggi-tingginya PENGERTIANTUJUAN

  • UKM diselenggarakan oleh pemerintah dg peran aktif masy dan swasta.UKP diselenggarakan oleh masy, swasta dan pemerintah. Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta harus memperhatikan fungsi sosial.Penyelenggaraan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, profesional dan bermutu.Penyelenggaraan upaya kesehatan, termasuk pengobatan tradisional dan alternatif, harus tidak bertentangan dg kaidah ilmiah.Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dg nilai dan norma sosial budaya serta moral dan etika profesi PRINSIP

  • UKMPenyelenggara UKM strata I adalah Puskesmas dgn tiga fungsi dan enam jenis pelayanan tingkat dasar yg ditunjang oleh berbagai bentuk UKBM

    Penanggung jawab UKM strata II adalah Dinkes kab/kota dgn fungsi manajerial dan teknis fungsional kes yg dilengkapi dengan pelbagai UPT dan sarana kesehatan masyarakat lainnya

    Penanggung jawab UKM strata III adalah Dinkes Provinsi dan Depkes

    Untuk persaingan global perlu didirikan berbagai pusat unggulan nasional (National Institute)BENTUK POKOK

  • UKPPenyelenggara UKP strata I adalah Puskesmas dgn peran serta masyarakat dan dunia usaha (sarana kesehatan Swasta) serta berbagai pelayanan penunjang

    Penyelenggara UKP strata II adalah RS kelas C dan B non pendidikan dgn peran serta masyarakat dan dunia usaha (sarana kes/RS Swasta) serta berbagai pelayanan penunjang

    Penyelenggara UKP strata III adalah RS kelas B pendidikan dan A serta RS khusus dgn peran serta masy & dunia usaha (sarana kes/RS Swasta) serta berbagai pelayanan penunjang

    Untuk persaingan global perlu didirikan berbagai pusat pelayanan unggulan nasional (National Center)

    Untuk meningkatkan mutu, dilakukan lisensi, sertifikasi dan akreditasiBENTUK POKOK

  • UPAYA KESStrata-2Strata-3Strata-1PuskesmasPos-2 KesehatanDinkes Kab/KotaUPT-2Dinkes ProvDepkesInstitut-2 KesPuskesmasPraktik-2 Nakes, KlinikApotek, Lab, toko obat, Optik, dllPraktik Nakes Spes KonsRS C & BApotek, Lab, Optik, T ObtBalai-2 Kes, dllPraktik Nakes Spes Kons RS B & AApotek, Lab, Optik, T ObtPst-2 Unggulan Nas,PemSwsta/UKBMPemSwastaUKMUKP

  • BIAYA KESPenduduk MiskinPenduduk Mampu

    Pem

    Jaminan Kesehatan sukarela

    Masy

    Jaminan Kesehatan wajibAPPenggalianPengalo kasianPembelan jaanPublic-Private MixUKMUKP

  • Peren canaanDiklatDaya gunaJumlah

    Jenis

    SDM KesDerajat kes. Masy yg setinggi- tingginyaKuali fikasiUKMUKP

  • Jaminan Keter sediaanJaminan Peme rataanJaminan MutuObat & Prbkln KesDerajat kes. Masy yg setinggi- tingginyaNAR & PSITRADOBAT & PERBKLN KESSUSTAINMERATAJUMLAHJENISUKMUKP

  • Pero ranganKelmpkMasy UmumKelompok/Lmbg MasyKelompok Peduli kes.

    Individu,TomaKader/motor/teladan PHBS

    Konsil/komite /Dwan Pnytun PerwakilanMasyarakat

    Pember-dayaanMasy To ServeTo Advocate To WatchDerajat kesmas setinggi- tngginyaUKMUKP

  • Infor masiIptekHukumPembia yaan Kes

    Upaya Kes

    Pember dayaan MasyManajmn KesDerajat kes. Masy yg setinggi- tingginyaAdminis trasi KesSumber daya Manusia KesObat & Perbkln Kes

  • Penerapan pendekatan kesisteman (masukan, proses, keluaran dan lingkungan)Adanya kaitan antar subsistemPenerapan KISSKomitmen semua pelaku dan good governanceKepastian hukumSiklus manajemenMasyarakat PemerintahDunia usahaBadan legislatifBadan Yudikatif

    Penetapan dasar hukum SKNAdvokasi dan sosialisasi SKNFasilitasi pengembangan SKDPelaksanaan SKN dan SKDPengendalian SKN dan SKD

  • SKN dipergunakan sbg dasar dan acuan dlm penyusunan berbagai kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan bangkes dan pembangunan berwawasan kesehatan lainnya.

    SKN mrpkn sistem terbuka yg berinteraksi dgn berbagai sistem nasional lainnya dlm suatu suprasistem, bersifat dinamis dan selalu mengikuti perkembangan.

    Keberhasilan pelaksanaan SKN sangat bergantung pada semangat, dedikasi, kerja keras, kemampuan dan ketekunan para penyelenggaranya.

  • Sistem Kesehatan Nasional yang baru telah ditetapkan menggantikan Sistem Kesehatan Nasional 1982 dengan Keputusan Menteri Kesehatan No: 131/MENKES/SK/II/2004.

    Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilaksanakan tidak saja oleh Departemen Kesehatan, namun oleh semua potensi bangsa termasuk Pemerintah Daerah, masyarakat, dan swasta.

    Oleh karena itu SKN yang baru perlu disosialisasikan kepada semua pihak.

    Kita sudah memiliki Sistem Kesehatan Nasional, yang telah ditetapkan pada tahun 1982.

    Esensi SKN 1982 telah dipergunakan dalam penyusunan GBHN Bidang Kesehatan, utamanya GBHN 1988, 1993, dan 1998 dan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

    Lebih operasional, SKN 1982 juga dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan kebijakan dan program pembangunan kesehatan seperti RPJPK, Indonesia Sehat 2010, Repelita, Propenas, dan Rencana Strategis Pembangunan Kesehatan.

    Sesuai dengan amanat TAP MPR-RI No. X tahun 1998, reformasi di bidang kesehatan juga telah dilakukan dengan disusunnya Rencana Pembanguan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, memuat Visi, Misi, dan strategi Pembangunan Kesehatan dengan menerapkan paradigma baru, yaitu Paradigma Sehat.Paradigma Sehat menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia, kesehatan sebagai investasi bangsa, dan kesehatan menjadi titik sentral pembangunan nasional. Visi pembangunan kesehatan adalah Indonesia Sehat 2010 yaitu masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.Misi pembangunan kesehatan adalah: 1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannyaStrategi pembangunan kesehatan adalah: (1) pembangunan nasional berwawasan kesehatan; (2) profesionalisme; (3) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat; (4) dalam rangka melaksanakan kebijakan otonomi daerah, desentralisasi merupakan salah satu strategi yang keempat untuk mencapai Visi Indonesia Sehat 2010 dan misi pembangunan kesehatan.

    SKN diharapkan dapat dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Sistem Kesehatan Nasional 1982, khususnya pada bagian bentuk pokoknya yang merupakan struktur dan wujud penyelenggaraan pembangunan kesehatan hanya diatur/diuraikan secara ringkas (pokok-pokok) saja, kurang terinci.

    Di samping itu, banyak kebijakan baru yang telah ditetapkan dan munculnya berbagai tantangan atau perubahan lingkungan yang dihadapi, baik internal maupun eksternal, seperti: globalisasi, demokratisasi, desentralisasi, kesehatan sebagai investasi, dan kesehatan sebagai hak azasi manusia.

    Oleh karena itu perlu disusun SKN yang baru. Kita telah berhasil menyusun SKN yang baru, yang pada kesempatan ini kita telaah dalam upaya pendalaman bagi kita sekalian.SKN 1982 yang ditetapkan dengan SK Menkes No. 999/1982 berisikan lengkap tata nilai, proses, serta struktur dan wujud pembangunan kesehatan.Substansi SKN 1982 ini telah dimanfaatkan dalam penyusunan UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.Sesuai amanat Tap MPR X/1998 tentang Reformasi, tata nilai pembangunan kesehatan ini juga telah direformasi, yaitu dengan ditetapkannya Visi Indonesia sehat 2010 yang termuat dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia 2010. Dalam dokumen rencana kebijakan ini memuat pula proses pembangunan kesehatan yang meliputi kebijakan dan program-program pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2010.Sesuai Tap MPR No. VII/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan, yang menetapkan pula visi diantaranya yaitu Indonesia 2020, maka proses pembangunan kesehatan juga sedang diperbaharui, dimana dewasa ini kita sedang menyusun RPJPK 2005-2025.Bila RPJPK 2005-2025 telah selesai disusun, maka diharapkan materi yang meliputi tata nilai, proses, dan struktur & wujud pembangunan kesehatan menjadi lengkap guna merevisi UU No. 23/1992 tentang Kesehatan.SKN yang ditetapkan tahun 2004 ini menyampaikan secara rinci struktur dan wujud pembangunan kesehatan. Sistem Kesehatan Nasional yang baru telah ditetapkan menggantikan Sistem Kesehatan Nasional 1982 dengan Keputusan Menteri Kesehatan No: 131/MENKES/SK/II/2004.Penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilaksanakan tidak saja oleh Departemen Kesehatan, namun oleh semua potensi bangsa, termasuk Pemerintah Daerah, masyarakat, dan swasta.Oleh karena itu SKN yang baru perlu diketahui oleh semua pihak dan disosialisasikanSebagai tindak lanjut dari SKN ini, maka setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota perlu mengoperasionalkan SKN menjadi Sistem Kesehatan Provinsi (SKP) dan sistem Kesehatan Kabupaten/Kota (SKK) sesuai dengan kondisi setempat (local specific)

    Seperti dalam penyusunan rencana pada umumnya, perlu dilakukan analisis, untuk mengetahui sejauh mana berjalannya dan keberhasilan dari sistem kesehatan yang telah kita miliki.

    Dari laporan WHO tahun 2000, dengan cara pengukuran keberhasilan sistem kesehatan di suatu negara (meskipun sampai saat metode ini masih terus dibahas dan disempurnakan), yang digunakan 2 (dua) indikator, yaitu indikator pencapaian dan indikator kinerja.

    Dari hasil penilaian tersebut, dalam indikator pencapaian Sistem Kesehatan Indonesia berada pada peringkat 106 dari 191 negara yang dinilai. Sedangkan dari sisi indikator kinerja, berada pada peringkat 92 dari 191 negara yang dinilai.

    Sudah barang tentu pencapaian dan kinerja sistem kesehatan tersebut, dipengaruhi oleh sejauh mana berjalannya subsistem subsistemnya, yaitu: upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan. Meskipun telah banyak hasil-hasil pembangunan kesehatan yang telah dicapai; antara lain Puskesmas sudah terdapat di semua kecamatan yang ditunjang oleh 3-4 Puskesmas Pembantu, Tenaga bidan di desa juga sudah ada di desa yang tidak memiliki fasilitas kesehatan, Rumah Sakit Umum sudah dimiliki oleh semua kabupaten/kota (kecuali kab. baru/pemekaran); namun masih dihadapi permasalahan pemerataan, mutu, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sistem refferal juga belum menggembirakan.

    Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah merupakan tantangan sekaligus peluang dalam upaya meningkatkan pemerataan, mutu, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.

    Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat seperti Posyandu berjumlah lebih dari 200.000 buah, disamping berkembangnya Polindes, Pos Obat Desa, dan sebagainya. Namun akhir-akhir ini dilaporkan pendayagunaannya menurun, yang antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya angka drop-out kader dan menurunnya persentase kader Posyandu yang aktif.

    Pembiayaan kesehatan di Indonesia masih rendah, baru 2,2% dari PDB; masih jauh dari standard atau anjuran WHO sebesar 5% PDB.Pembiayaan kesehatan dari masyarakat cukup besar (70%), namun pengelolaan pendayagunaannya tidak efisien (antara lain out of pocket).Sementara itu pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah yang terbatas, dialokasikan ke semua lini; banyak dialokasikan kepada private goods, sehingga tidak efektif.Sejalan dengan perkembangan iptek, biaya kesehatan juga meningkat. Sementara itu jumlah penduduk yang memiliki jaminan kesehatan (Askes, Jamsostek, Asuransi Kesehatan Swasta, JPKM, dan lain-lain), masih terbatas.Dapat dijelaskan secara singkat tentang jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, antara lain dengan adanya penyebaran risiko, kendali biaya, dan kendali mutu pelayaann kesehatan.

    Masalah SDM kesehatan sangat kompleks, antara lain dapat dikemukakan:Jumlah, jenis, dan mutu tenaga kesehatan belum memenuhi kebutuhan untuk pelayanan kesehatan.Ratio tenaga terhadap penduduk masih rendah, dibandingkan dengan negara-negara tetangga (Singapore, Malaysia, Thailand). Yang menarik ratio tenaga kesehatan terhadap penduduk di KTI lebih baik dari KBI (att: luas wilayah, jumlah penduduk lebih kecil, letak geografi, dan sebagainya). Namun bila dilihat ratio tenaga kesehatan terhadap fasilitas kesehatan keadaan di KTI jauh lebih jelek dibandingkan dengan KBI.Dapat dikemukakan pula tentang tidak sinkronnya antara perencanaan kebutuhan, pengadaan (pendidikan & latihan), dan pendayagunaan tenaga kesehatan.

    Banyak kemajuan yang telah dicapai, namun ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat masih merupakan masalah besar.

    Harga obat yang mahal disebabkan karena sebagian besar (95%) bahan baku masih diimport; sementara itu bea masuk juga tinggi.

    Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan sudah cukup berkembang, baik dalam penyelenggaraan upaya kesehatan (misal: Posyandu), pembiayaan kesehatan (misal: dana sehat) dan kesertaan dan kemitraan berbagai LSM/NGO dalam berbagai program kesehatan (TB, malaria, HIV/AIDS, dan sebagainya).

    Bentuk pemberdayaan masyarakat masih bersifat mobilisasi. Perannya dalam memberikan pelayanan, advokasi, dan pengawasan pembangunan kesehatan belum berkembang.

    Masalah pokok dalam manajemen kesehatan dapat dikemukakan sebagai berikut:

    Dalam era desentralisasi, pasokan data SIM kesehatan di berbagai jenjang administrasi menjadi berkurang, sehingga kurang dapat menunjang Adminkes (perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian).

    Iptek kesehatan kurang dapat mengimbangi pesatnya kemajuan ilmu, teknologi, dan globalisasi. Hasil-hasil penelitian kesehatan kurang dapat dimanfaatkan oleh Adminkes.

    Perkembangan lingkungan strategis pembangunan kesehatan, baik internal maupun eksternal, menuntut revisi dan penyesuaian dari berbagai peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan yang ada.

    Dapat dijelaskan secara ringkas tentang pengertian SISTEM; terdiri dari beberapa komponen/unsur yang saling berinteraksi dan saling ketergantungan, dan mempunyai suatu tujuan yang sama.

    Dalam KBBI salah satu dari arti kata sistem adalah TATANAN.

    Oleh karenanya pengertian SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.

    SKN merupakan wujud dan metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

    Sedangkan pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

    Oleh karenanya landasan SKN adalah sama dengan landasan pembangunan nasional; yaitu landasan idiil Pancasila dan landasan konstitusional UUD 1945.

    Dua hal penting yang perlu ditekankan adalah: Kesehatan sebagai hak azasi manusia. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan.

    Prinsip dasar adalah norma, nilai, dan aturan pokok yang bermakna dari falsafah dan budaya Bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir dan bertindak.

    Terdapat 7 (tujuh) Prinsip Dasar SKN, dengan penekanan pada masing-masing uraian sebagai berikut:Perikemanusiaan; Terabaikannya pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah bertentangan dengan prinsip kemanusiaan.Hak Azasi Manusia; Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah hak azasi manusia, tanpa membedakan antara golongan, suku, agama, dan status sosial ekonomi.Adil dan merata; Pelayanan kesehatan harus merata, bermutu, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat secara ekonomi dan geografi.Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat; Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dan perorangan (individu).Kemitraan; Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan menggalang kemitran yang dinamis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.Pengutamaan dan manfaat; Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan golongan dan perorangan. Pemanfaatan iptek dalam pembangunan kesehatan.Tata kepemerintahan yang baik; Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka, rasional/profesional, bertanggung jawab dan bertanggung gugat.

    SKN merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

    SKN bukan pedoman penyelenggaraan kesehatan bagi Departemen Kesehatan saja, tapi bagi semua potensi bangsa baik pemerintah (pusat, provinsi, kab/kota), masyarakat, maupun swasta.

    Dengan demikian tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil-guna dan berdaya-guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. SKN merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan negara dan bersama subsistem lainnya, (misal: pendidikan) diarahkan untuk mencapai tujuan Bangsa Indonesia.

    Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak hanya tanggung jawab sektor kesehatan, tetapi tanggung jawab berbagai sektor terkait lainnya.

    Sebagai subsistem-subsistem dari Sistem Penyelenggaran Negara, maka SKN berinteraksi dengan berbagai sistem nasional lainnya (seperti: pendidikan, perekonomian, ketahanan pangan, hankamnas, dan lain-lain).

    Di daerah perlu dikembangkan SKD. SKD merupakan subsistem dari SKN dalam wilayah NKRI.

    SKN merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan, yang dipergunakan sebagai acuan utama dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat serta peran aktif masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

    Banyak buku referensi maupun pengalaman di beberapa negara yang menguraikan tentang subsistem subsistem dari suatu sistem kesehatan.

    Ada yang mengemukakan bahwa dalam sistem kesehatan hanya ada 2 (dua) subsistem, yaitu subsistem upaya/pelayanan kesehatan dan subsistem pembiayaan kesehatan. Dalam hal ini sumberdaya kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan sudah termasuk dalam subsistem upaya kesehatan.

    Dengan memperhatikan kondisi dan situasi di Indonesia serta kebutuhan dewasa ini maka diputuskan terdapat 6 (enam) subsistem dari SKN, yaitu:subsistem upaya kesehatansubsistem pembiayaan kesehatansubsistem sumberdaya manusia kesehatansubsistem obat dan perbekalan kesehatansubsistem pemberdayaan masyarakatsubsistem manajemen kesehatan

    Sebagai suatu sistem, maka SKN dengan 6 subsistemnya dapat digambarkan dalam input-proses-output.

    Di sini kelihatan upaya kesehatan merupakan subsistem yang sentral dalam proses pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai tujuannya (output). Dalam proses pembangunan kesehatan, subsistem upaya kesehatan ditunjang dengan subsistem pemberdayaan masyarakat dan subsistem manajemen kesehatan.

    Sebagai input adalah sumberdaya kesehatan yang terdiri dari subsistem sumberdaya manusia kesehatan, subsistem obat dan perbekalan kesehatan, dan subsistem pembiayaan kesehatan.

    Namun perlu ditekankan bahwa antar ke-enam subsistem tersebut harus saling berinteraksi secara harmonis dan dinamis dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.

    UKP diselenggarakan dalam 3 (tiga) strata.

    UKP strata I adalah UKP tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada perorangan.

    UKP strata II adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada perorangan.

    UKP strata III adalah UKP tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada perorangan.

    Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama melalui Puskesmas. Penyelenggaraan UKP strata pertama akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas.

    Pada dasarnya upaya kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP).

    UKM adalah upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat. UKM merupakan public goods.

    UKP adalah upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. UKP merupakan private goods.

    Oleh karenanya pengertian subsistem upaya kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

    UKM adalah public goods, oleh karenanya tanggung jawab dan penyelenggara utama adalah pemerintah, namun tetap dengan mendorong peran aktif masyarakat.

    UKP sebagai private goods dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat dan swasta, dengan tetap memperhatikan fungsi sosial.

    Perlu ditekankan batantra dan pengobatan alternatif dikembangkan dan dibina dan harus mengikuti kaidah-kaidah ilmiah.

    UKM diselenggarakan dalam 3 (tiga) strata; penanggung jawab strata 1 adalah Puskesmas, strata 2 Dinas Kesehatan Kab/Kota, dan strata 3 Dinkes Provinsi dan Departemen Kesehatan.

    UKM strata I adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat.

    UKM strata II adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada masyarakat.

    UKM strata III adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada masyarakat.

    Tiga fungsi Puskesmas yang dimaksud adalah: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, (3) pusat pelayanan kesehatan dasar.

    Enam jenis pelayanan kesehatan dasar adalah: (1) promkes, (2) KIA & KB, (3) perbaikan gizi, (4) kesehatan lingkungan, (5) P2M, dan (6) pengobatan dasar.

    Fungsi manajerial Dinkes Kab/Kota yang dimaksud adalah Adminkes, mencakup perencanaan dan pengendalian, serta pengawasan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan.

    Fungsi teknis fungsional Dinkes Kab/Kota yang dimaksud adalah penyediaan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan dalam melayani rujukan dari Puskesmas.

    UKP diselenggarakan dalam 3 (tiga) strata.

    UKP strata I adalah UKP tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada perorangan.

    UKP strata II adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada perorangan.

    UKP strata III adalah UKP tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada perorangan.

    Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama melalui Puskesmas. Penyelenggaraan UKP strata pertama akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil masih dipadukan dengan pelayanan Puskesmas.

    Dalam gambar ini sekali lagi dapat dijelaskan bahwa:

    Unsur subsistem upaya kesehatan adalah UKM & UKP.

    UKM dan UKP dapat diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat/swasta.

    UKM maupun UKP diselenggarakan dalam 3 (tiga) strata, dengan masing-masing penanggung-jawab/penyelenggaranya.

    Dalam gambar ini sekali lagi dapat dijelaskan dan ditekankan:

    Unsur-unsur subsistem pembiayaan kesehatan adalah penggalian dana, pengalokasian dana, dan pembelanjaannya.

    Sumber pembiayaan kesehatan dapat dari pemerintah dan masyarakat.

    UKP bagi penduduk miskin dananya bersumber dari pemerintah, dan diarahkan pengelolaannya melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan wajib.

    Di masa mendatang pembiayaan kesehatan utamanya untuk UKP dapat dikelola dalam bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan (wajib dan sukarela).

    Dalam gambar ini dapat sekali lagi secara ringkas dikemukakan bahwa unsur dalam subsistem SDM kesehatan adalah: (1) perencanaan, (2) pendidikan dan pelatihan, dan (3) pendayagunaannya; dengan memperhatikan jenis, jumlah, dan kualifikasi SDM kesehatan sesuai kebutuhan upaya kesehatan (UKM & UKP) dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

    Dengan gambar ini daapt dikemukakan secara ringkas tentang unsur-unsur subsistem obat dan perbekalan kesehatan, yaitu:

    Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan untuk adanya jaminan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang memenuhi kebutuhan upaya kesehatan (UKM & UKP).

    Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan untuk adanya pemerataan obat dan kesinambungan sesuai kebutuhan upaya kesehatan (UKM & UKP).

    Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan yang diarahkan agar adanya jaminan khasiat, keamanan, dan keabsahan obat dan perbekalan kesehatan, NAPZA, dan obat tradisional.

    Dalam gambar ini dapat dijelaskan kembali secara ringkas:

    Unsur-unsur utama pemberdayaan masyarakat adalah pemberdayaan perorangan, pemberdayaan kelompok, dan pemberdayaan masyarakat umum.

    Sasaran pemberdayaan perorangan adalah individu dan tokoh masyarakat dengan target maksimal yang bersangkutan dapat menjadi kader masyarakat yang ber-PHBS.

    Sasaran pemberdayaan kelompok adalah kelompok atau lembaga kemasyarakatan dengan target maksimal terwujudnya kelompok peduli kesehatan.

    Sasaran pemberdayaan masyarakat umum adalah seluruh masyarakat dalam satu wilayah dengan target maksimal terwujudnya perwakilan masyarakat yang peduli kesehatan.

    Pada akhirnya diharapkan masyarakat dapat berperan dalam memberikan pelayanan (to serve), advokasi, dan melakukan pengawasan dalam pelaksanaan pembangunan/upaya kesehatan.

    Dalam gambar ini dapat kembali dijelaskan secara ringkas bahwa:

    Unsur-unsur subsistem manajemen kesehatan adalah administrasi kesehatan, iptek, dan hukum kesehatan.

    Administrasi kesehatan yang didukung infokes, iptek, dan hukum kesehatan menunjang penyelenggaraan subsistem lainnya dari SKN (upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat).

    PELAKU SKNPembangunan kesehatan bukan saja tanggung jawab departemen atau sektor kesehatan saja, namun merupakan tanggung jawab semua potensi bangsa.Oleh karenanya pelaku SKN adalah masyarakat termasuk swasta dan penyelenggara negara yang terdiri dari pemerintah, badan legislatif, dan badan yudikatif.Peran masyarakat & swasta; advokasi, pengawasan sosial, dan pelaksanaan pembangunan kesehatan sesuai keahlian dan kemampuannya.Peran pemerintah; penanggung jawab, penggerak, pembina, dan pelaksana pembangunan kesehatan. Dapat ditambahkan pembagian peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.Peran Badan legislatif; budget dan pengawasAN.Peran Badan yudikatif; penegakkan pelaksana hukum dan perundang-undangan kesehatan.

    PROSES PENYELENGGARAAN SKNPendekatan kesisteman dapat diartikan sebagai cara berpikir dan bertindak yang logis, sistematis, komprehensif, dan holistik.Sebagai suatu sistem, maka SKN harus diselenggarakan dengan adanya interaksi yang harmonis dan dinamis antara subsistem-subsistemnya.KISS harus diterapkan antar pelaku SKN, antar subsistem-subsistem SKN dan antara SKN dengan sistem-sistem nasional lainnya.

    PENTAHAPAN PENYELENGGARAAN SKN Pada dasarnya pentahapan penyelenggaraan SKN adalah sebagaimana siklus perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan pada umumnya dan pembangunan kesehatan khususnya, yaitu: perencanaan dan penetapannya, pelaKsanaan dan pengendaliannya.SKN telah ditetapkan dengan SK Menteri Kesehatan, yang oleh sementara pihak SK Menteri dinilai kurang kuat. Dapat saja nanti dasar hukum ini ditingkatkan menjadi yang lebih tinggi, misalnya PP atau bahkan Undang-undang. Yang penting adalah materi SKN dapat dimuat dalam revisi atau perubahan Undang-undang Kesehatan yang baru nanti.Pedoman penyusunan SKD sudah disusun, mudah-mudahan dapat dimanfaatkan oleh daerah dalam penyusunan SKD.Dewasa ini Depkes juga sedang melakukan pembahasan-pembahasan dalam menyepakati metode atau cara untuk melakukan penilaian sistem kesehatan.SKN dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman, dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan berwawasan kesehatan.

    SKN merupakan sistem terbuka yang berinteraksi dengan berbagai sistem nasional lainnya dalam suatu suprasistem, bersifat dinamis, dan selalu mengikuti perkembangan. Oleh karena itu tidak tertutup terhadap penyesuaian dan penyempurnaan.

    Keberhasilan pelaksanaan SKN ini sangat bergantung pada semangat, dedikasi, ketekunan, kerja keras, kemampuan, dan ketulusan para penyelenggara, serta sangat bergantung pula pada petunjuk, rahmat, dan perlindungan Tuhan yang Maha Kuasa.